• Tidak ada hasil yang ditemukan

Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

15

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING YANG DIPADUKAN DENGAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR DAN KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 1 LANGSA

Rizki Amalia, Hardani, Yusniar

Universitas Samudra, SMP Negeri 1 Kota Langsa, Aceh Email : [email protected]

Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan motivasi belajar dan kemampuan literasi matematis siswa melalui penerapan Problem Based Learning yang dipadukan dengan Team Games Tournament di kelas VII.E SMP Negeri 1 Langsa. Jenis metode penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam beberapa siklus dengan tahapan setiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data berupa teknik non tes dan teknik tes. Alat pengumpul data menggunakan lembar observasi dan tes formatif.

Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran berupa nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 64,14 dan nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar 84,14 pada tes kemampuan literasi matematis siswa. Motivasi belajar siswa pada siklus I memperoleh persentase sebesar 54,17 dan meningkat pada siklus II sebesar 70,83. Hal ini berarti pembelajaran matematika menggunakan Problem Based Learning yang dipadukan dengan Team Games Tournament dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan literasi matematis siswa kelas VII.E di SMP Negeri 1 Langsa.

Kata Kunci: Problem Based Learning, motivasi belajar, literasi matematis

APPLICATION OF PROBLEM-BASED LEARNING THAT IS COLLABORATE WITH TEAM GAMES TOURNAMENT'S MODEL TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION AND THE ABILITY OF MATHEMATICAL LITERATION OF

STUDENTS IN SMPN 1 KOTA LANGSA Rizki Amalia, Hardani, Yusniar

Universitas Samudra, SMP Negeri 1 Kota Langsa, Aceh Email : [email protected]

Abstract, This study aims to determine whether there is an increase in learning motivation and mathematical literacy abilities of students through the application of Problem Based Learning combined with Team Games Tournament in class VII.E of Langsa 1 Public Middle School. The type of research method is Classroom Action Research (CAR) which is carried out in several cycles with the stages of each cycle, namely planning, implementation, observation, and reflection. Data collection techniques in the form of non- test techniques and test techniques. The data collection tool uses observation sheets and formative tests. Data analysis techniques use qualitative analysis techniques and quantitative analysis. Based on the data obtained from measurements in the form of class average values in the first cycle of 64.14 and the class average value in the second cycle amounted to 84.14 on the test of students' mathematical literacy abilities. Student motivation in the first cycle obtained a percentage of 54.17 and increased in the second cycle of 70.83. This means that mathematics learning using Problem Based Learning combined with Team Games Tournaments can increase learning motivation and mathematical literacy skills of VII.E grade students in Langsa 1 Middle School.

Keywords: Problem Based Learning, learning motivation, mathematical literacy

(2)

Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

16 PENDAHULUAN

Matematika sekolah memegang peranan sangat penting. Anak didik memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, dapat berhitung, dapat menghitung isi dan berat, dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer.

Selain itu, agar mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, membantu memahami bidang studi lain seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi, geografi, ekonomi, dan sebagainya, dan agar para siswa dapat berpikir logis, kritis, dan praktis, beserta bersikap positif dan berjiwa kreatif.

Namun demikian, matematika dipelajari bukan untuk keperluan praktis saja, tetapi juga untuk perkembangan matematika itu sendiri. Jika matematika tidak diajarkan di sekolah maka sangat mungkin matematika akan punah. Selain itu, sesuai dengan karakteristiknya yang bersifat hirarkis, untuk mempelajari matematika lebih lanjut harus mempelajari matematika level sebelumnya.

Seseorang yang ingin menjadi ilmuawan dalam bidang matematika, maka harus belajar dulu matematika mulai dari yang paling dasar.

Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak

dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi).

Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (generalisasi). Di dalam proses penalarannya dikembangkan pola pikir induktif maupun deduktif. Namun tentu kesemuanya itu harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran matematika di sekolah.

Menurut Piaget (Hudojo, 1990) perkembangan intelektual anak dapat dibagi dalam empat periode, yaitu : 1) Periode sensori motorik pada usia 0-2 tahun; 2) Periode pra- operasional pada usia 2-7 tahun ; 3) Periode operasi konkrit pada usia 7-11/12 tahun; 4) Periode operasi formal pada usia 11 atau 12 tahun ke atas.

Berdasarkan pembagian periode perkembangan intelektual anak oleh piaget, siswa SMP berada pada periode operasi konkrit dan mulai memasuki periode operasi formal. Periode operasi konkrit merupakan permulaan berpikir rasional dan siswa memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkan pada masalah konkrit. Kemampuan siswa operasi konkrit berbeda dengan siswa operasi formal. Siswa pada periode konkrit dan formal keduanya sudah dapat menyelesaikan masalah klasifikasi, namun pada periode konkrit

(3)

Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

17 siswa belum mampu menyelesaikan masalah

klasifikasi tanpa adanya data konkrit. Anak- anak pada periode formal sudah dapat memberikan alasan dengan menggunakan lebih banyak simbul atau gagasan dalam cara berpikirnya. Anak sudah dapat mengoperasikan argumen-argumen tanpa berkaitan dengan benda-benda empirik.

Anak mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik dan kompleks dari pada anak yang masih berada dalam periode operasi konkrit.

Tujuan mata pelajaran matematika di sekolah menengah pertama adalah agar siswa memiliki kemampuan:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Wardhani, 2008)

Berdasarkan uraian diatas pembelajaran matematika disekolah baik dalam hal penyajian, pola pikir, keterbatasan semesta, dan tingkat keabstrakannya disesuaikan dengan perkembangan intelektual perseta didik.

Tujuan matematika diajarkan di sekolah yaitu agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

Hal tersebut sesuai dengan pentingnya kemampuan literasi matematis dimiliki oleh siswa. Literasi Matematika adalah pengetahuan matematika, metode, dan proses yang diterapkan dalam berbagai konteks dalam wawasan dan cara reflektif.

Menurut de Lange (Ronda, 2011), literasi matematika adalah keaksaraan menyeluruh yang meliputi berhitung, kesadaran terhadap literasi kuantitatif dan literasi spasial. Dengan literasi matematika, siswa akan mampu melakukan, memahami, dan menerapkan matematika, tidak hanya di dalam kelas tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, selain itu siswa diajak untuk berpikir kritis terhadap instruksi yang diberikan. Kesempatan untuk mengembangkan literasi matematika dapat sekaligus memperdalam pengetahuan mereka terhadap matematika, pemahaman

(4)

Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

18 konseptual dan keterampilan sehingga

tujuan pendidikan nasional akan tercapai.

Selama proses pembelajaran siswa memerlukan motivasi (dorongan) yang dapat memberikan suatu kekuatan, rangsangan, semangat, atau pengaruh yang mendorong agar siswa mampu mencapai hasil yang ingin dicapai.

Menurut Sardiman A. M dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar menjelaskan bahwa motivasi belajar memiliki peranan dalam proses pembelajaran. sebab tinggi rendahnya hasil belajar siswa sangat berpengaruh terhadap motivasi yang diberikan, karena apabila kita mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar maka akan membuat kita merasa senang, gembira, produktif serta berminat dalam mengikuti proses belajar. Menurut Amaliah Dini dkk (2013)

" motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi satu tujuan dengan menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dilakukan". Dalam hal ini motivasi memiliki peran sebagai kekuatan yang membuat siswa melakukan kegiatan belajr dengan keinginannyasendiri, tanpa ada paksaan dari siapapun. Demi tercapainya suatu tujuan.

Penggunaan Model pembelajaran akan sangat membantu dalam proses pembelajaran. Dengan adanya model pembelajaran yang digunakan akan mempermudah guru untuk menyampaikan

materi pada siswa. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran akan memotivasi belajar siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar.

Dalam hal ini mengkombinasikan model pembelajaran menjadi salah satu alternatif agar pembelajaran sesuai dengan pendekatan Scientific Approach yang digunakan pada kurikulum 2013. Upaya yang dilakukan adalah menerapkan Problem Based Learning yang dipadukan dengan Team Games Tournament untuk meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan literasi matematis siswa. Model TGT memiliki desain fleksibel, yakni kinerja individu yang bertujuan memberikan kontribusi untuk kinerja kelompok (Devries, 1976). Setiap siswa akan peduli terhadap tugas yang diberikan karena merasa memiliki tanggung jawab bagi keberhasilan kelompok. Tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok menjadikan siswa berusaha lebih baik dalam menyelesaikan tugas. Selain itu, model TGT dapat membuat siswa senang dalam belajar. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan game akademik, sesuai dengan pernyataan (Ehlers, 2004) ”Melaksanakan pembelajaran dalam bentuk permainan dapat membuat siswa merasa senang”. Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang berfokus pada pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar melalui berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah. Hal ini bertujuan untuk memperoleh

(5)

Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

19 pengetahuan dan konsep yang sesuai dari

materi pelajaran, sehingga memberi peluang siswa bekerja secara penuh dengan kemampuan belajar mereka. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Ibrahim, 2000 dalam Sumarmi, 2012) ”Pembelajaran berbasis masalah bertujuan atau berguna untuk merancang siswa berpikir tingkat tinggi dalam situasi orientasi masalah”.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penemu model PBL dan TGT, kombinasi dari kedua model pembelajaran tersebut dapat diterapkan di sekolah-sekolah yang memiliki permasalahan motivasi belajar dan kemampuan literasi matematis yang masih kurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soemanto (2006) ”pendidikan menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan anak didik untuk belajar”. Permasalahan motivasi belajar siswa yang rendah disebabkan oleh rasa ketertarikan pada mata pelajaran rendah.

Permasalahan tersebut dapat di atasi dengan menerapkan model pembelajaran menyenangkan yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Hal ini perlu diterapkan perpaduan antara model pembelajaran Problem Based Learning dengan Team Games Tournament.

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan motivasi belajar dan kemampuan literasi matematis siswa yang diterapkan pembelajaran dengan Problem Based Learning yang dipadukan dengan Team Games Tournament.

METODE

Penelitian ini menggunakan jenis metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dikenal dengan Classroom Action Research, dan dilaksanakan dalam 2 siklus. Tahapan setiap siklus yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Arikunto, 2013). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru bidang studi matematika di kelas VII.E SMPN 1 Langsa dan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas VII.E SMPN 1 dengan jumlah siswa 29 orang yang kesemuanya laki-laki. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik non tes dan teknik tes.

Alat Pengumpul data menggunakan lembar observasi dan tes formatif tentang kemampuan literasi matematis. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kinerja guru, dan motivasi belajar siswa.

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah data tentang kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif PBL yang dipadukan dengan TGT, motivasi belajar siswa dan kemampuan literasi matematis siswa. Data tersebut didapat dari hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri

(6)

Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

20 dari lembar observasi guru dan lembar

observasi siswa, angket motivasi belajar dan tes. Data tersebut diambil pada setiap siklus penelitian tindakan kelas. Sebelum melakukan penelitian siklus 1, peneliti terlebih dahulu mengadakan pengamatan awal (Base Line) untuk melihat motivasi belajar siswa dan kemampuan literasi matematis sebelum diterapkannya PBL yang dipadukan dengan TGT. Dari pengamatan awal tersebut diperoleh data bahwa persentase motivasi belajar siswa adalah 49,58% dan rata-rata kemampuan literasi matematis siswa sebesar 38,17. Setelah mengadakan pengamatan awal kemudian dilaksanakan penelitian siklus 1.

Pada tahap perencanaan peneliti bersama guru kolaborasi merancang pembelajaran dengan menyusun RPP, disesuaikan dengan kompetensi dasar yang telah disepakati bersama guru kolaborator dan media pembelajaran yang akan digunakan pada siklus 1 serta menyiapkan alat pengumpul data berupa lembar

observasi guru dan siswa serta tes kemampuan literasi matematis pada materi yang diajarkan.

Tahap pelaksanaan pada kegiatan awal diawali dengan guru mengucapkan salam dan doa, pengkondisian kelas, menyampaikan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan informasi kegiatan pembelajaran, pada kegiatan inti beberapa siswa diminta untuk mengingat kembali tentang materi membandingkan bilangan pecahan, guru menjelaskan aturan permainan, guru mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi berkelompok dan presentasi hasil diskusi.

Pada kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan dan memberikan penghargaan serta siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti. Hasil observasi siklus I terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan PBL yang dipadukan TGT adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kemampuan Guru Dalam Pelaksanaan PBL yang dipadukan TGT pada Siklus 1

No Langkah-langkah Rata-rata

1 Pra pembelajaran 4,00

2 Kegiatan awal 3,67

3 Kegiatan inti 3,00

4 Kegiatan akhir 3,25 Skor total 3,30

Pengamatan terhadap motivasi belajar siswa dilaksanakan oleh peneliti dan kolaborator teman sejawat menggunakan lembar observasi yang

telah disiapkan oleh peneliti. Hasil observasi siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus 1

No Indikator Persentase

(7)

Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

21

1 Siswa aktif menyimak penjelasan guru 79,41%

2 Siswa mencatat materi pelajaran 88,23%

3 Secara mandiri siswa menjawab pertanyaan 50%

4 Keberanian siswa mengerjakan soal dipapan tulis 26,48%

5 Keberanian siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum 20,59%

Dipahami

6 Keinginan siswa bekerja sama dengan teman sebangku 58,82%

7 Siswa menyimak materi saat guru stimulus 85,30%

8 Siswa mencatat materi pembelajaran saat guru stimulus 73,52%

9 Dengan ditunjuk guru siswa menjawab pertanyaan 44,11%

10 Dengan diperintah guru siswa mengerjakan soal dipapan tulis 44,11%

11 Dengan ajakan guru siswa bertanya mengenai materi 26,48%

12 Siswa bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok 52,94%

Rata-Rata 54,17 %

Siklus II dilaksanakan pada pada materi perkalian dan pembagian bilangan pecahan Hasil observasi siklus I terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan

pembelajaran melalui penerapan PBL yang dipadukan TGT adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Kemampuan Guru Dalam Pelaksanaan PBL yang dipadukan dengan TGT Pada Siklus II

No Langkah-langkah Rata-rata

1 Pra pembelajaran 4,00

No Langkah-langkah Rata-rata

2 Kegiatan awal 3,83

3 Kegiatan inti 3,30

4 Kegiatan akhir 3,50 Skor total 3,60

Hasil observasi siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II

No Indik Persentase

1 Siswa aktif menyimak penjelasan guru 85,30%

2 Siswa mencatat materi pelajaran 97,06%

3 Secara mandiri siswa menjawab pertanyaan 73,52%

4 Keberanian siswa mengerjakan soal dipapan tulis 52,94%

5 Keberanian siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum 38,23%

dipahami

6 Keinginan siswa bekerja sama dengan teman sebangku 88,23%

7 Siswa menyimak materi saat guru stimulus 94,11%

8 Siswa mencatat materi pembelajaran saat guru stimulus 100%

9 Dengan ditunjuk guru siswa menjawab pertanyaan 47,06%

10 Dengan diperintah guru siswa mengerjakan soal dipapan tulis 50%

11 Dengan ajakan guru siswa bertanya mengenai materi 35,30%

12 Siswa bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok 88,23%

Rata-Rata 70,83 %

(8)

Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

22

Sedangkan tes kemampuan literasi matematis siswa yang diajarkan dengan

PBL dipadukan dengan TGT pada siklus I dan siklus II disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Literasi Matematis Siswa Kelas VII.E

Nilai (x)

Frekuensi fx

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

20 4 80

50 5 250

60 6 360

70 4 8 280 560

80 4 9 320 720

90 3 4 270 360

100 3 8 300 800

Jumlah 29 29 1860 2440

Rata- rata

64,14 84,14

(9)

Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

23

JBES

Journal of Basic Education Studies Setelah melakukan siklus II ternyata

terjadi peningkatan yang signifikan, dilihat dari pelaksanaan pembelajaran, motivasi belajar dan kemampuan literasi matematis walaupun peningkatan tidak semua 100%, tetapi sudah dianggap lebih baik sehingga siklus harus dihentikan.

Maka dari itu peneliti dan guru kolaborator sepakat bahwa penelitian hanya dilakukan sampai siklus II.

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan literasi matematis siswa pada materi bilangan pecahan. Hasil motivasi belajar ditunjukkan dari lembar observasi. Hasil tes kemampuan literasi matematis ditunjukkan dari hasil tes formatif yang dibuat sesuai kisi-kisi tes kemampuan literasi matematis. Hal tersebut sejalan dengan temuan Mirza (2009), yakni perpaduan metode pembelajaran berbasis masalah dan turnamen permainan tim mampu meningkatkan hasil belajar.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Utami (2014), yaitu terdapat perbedaan yang signifikan minat belajar antara siswa kelas X SMAN 1 Way Tuba yang belajar menggunakan model TGT dengan konvensional. Hasil penelitian Utami (2014), yaitu rata-rata minat belajar siswa kelas eksperimen adalah 38,21 dan kelas kontrol 31,30. Sedangkan hasil dari

penelitian ini yang mengkombinasikan model PBL dengan TGT memiliki rata-rata motivasi belajar 54,17% pada siklus 1 dan 70,83% pada siklus 2. Apriyanto (2015) menerapkan model PBL tanpa dikombinasi dengan model lain, dan variabel yang diukur adalah hasil belajar. Hasil penelitian Apriyanto (2015) yaitu nilai rata- rata gain score kelas eksperimen adalah 35,17 dan kelas kontrol 24,83. Sedangkan hasil dari penelitian ini memiliki rata-rata tes kemampuan literasi matematis

Melalui penerapan Problem Based Learning yang dipadukan dengan Team Games Tournament, dimensi kegembiraan dalam kegiatan belajar akan muncul ketika sintaks ketiga dari model PBL disisipi oleh turnamen, sesuai dengan pendapat (Ehlers, 2004) ”Melaksanakan pembelajaran dalam bentuk permainan dapat membuat siswa merasa senang”. Pada tahap turnamen, setiap siswa bertanggung jawab untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan oleh guru. Sehingga setiap siswa harus menguasai materi yang telah disampaikan guru dan permasalahan yang telah dipecahkan secara kelompok.

Kelebihan dari turnamen pada model pembelajaran ini, yaitu: 1) melatih siswa bertanggung jawab atas penguasaan konsep secara individu; 2) menciptakan suasana belajar yang rileks; 3) menambah pemahaman materi, untuk mempersiakan presentasi di depan kelas; 4) menumbuhkan semangat belajar siswa. Hal ini sesuai

(10)

Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

24

JBES

Journal of Basic Education Studies dengan pendapat Slavin (2009) bahwa ada

langkah-langkah atau komponen utama yang dilakukan dalam Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games-Tournament (TGT) yaitu sebagai berikut. a. Presentasi Kelas; b. Belajar Kelompok (Tim); c. Game;

d. Turnamen dan e. Rekognisi Tim.

Berdasarkan kelebihan-kelebihan di atas, pelaksanaan PBLyang dipadukan dengan pembelajaran kooperatif TGT dapat menghasilkan sinergi yang kuat dan hasil yang positif. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa sehingga juga mampu meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis data dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan Problem Based Learning yang dipadukan dengan Team Games Tournament dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan literasi matematis siswa kelas VII.E di SMP Negeri 1 Langsa.

Peningkatan rata-rata persentase motivasi belajar siswa pada siklus pertama sebesar 54,17%, dan pada siklus kedua mencapai 70,83%. Hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 64,14 dengan kategori belum tuntas, meningkat sebesar 20 pada siklus II menjadi 84,14 dengan kategori tuntas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Apriyanto, Bejo. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa SMA. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Devries. 1976. Teams-GamesTournament:

A Gaming Technique That Fosters Learning.

Simulation Gaming 1976 7: 21. DOI : 10.1177/104687817600700102.(onli ne)

http://sag.sagepub.com/content/7/1/21.

Diakses 15 Agustus 2018.

Ehlers, Valerie. 2004. Teaching Aspects of Health Care. South Africa: Juta Academic. Hudojo, Herman. 1990.

Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Mirza, M. 2009. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan dengan PTK Melalui Perpaduan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dan Turnamen Permainan Tim pada Siswa Kelas X SMA Al-Islam 2 Surakarta. Jurnal.

Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ronda, Erlina. 2011. What is Mathematical

Literacy, (online),

(http://math4teaching.com/2010/03/

12/what-is-mathematical-literacy.

Diakses28 Agustus 2018)

Sardiman A. M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Penerbit : RajaGrafindo Persada (Rajawali Perss).

Slavin, R.E. 2009. Cooperative Learning:

Teori, Riset dan Praktik. Bandung:

Nusa Media. Soemanto, Wasty.

2006. Psikologi Pendidikan:

Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Cetakan Ke 5). Jakarta:

Rineka Cipta.

Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media Publishing. Utami, Dian. 2014.

(11)

Journal of Basic Education Studies Volume 1 Nomor 1 Tahun 2018

25

JBES

Journal of Basic Education Studies Pengaruh Model Pembelajaran

Team Games Tournament terhadap Minat Belajar Geografi Siswa SMA. Tesis tidak diterbitkan.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Wardhani, IGK,2008, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

.

Referensi

Dokumen terkait

Famili Antennariidae hanya ditemukan di Lokasi 2 (Laut Bangsring utara) karena memang habitat dari famili ini banyak ditemukan di Lokasi 2 (Laut Bangsring utara)

Quraish Shihab berpendapat bahwa kata qurrota pada mulanya berarti dingin. Yang dimaksud di sini adalah menggembirakan. Sementara ulama berpendapat bahwa air mata

Data dianalisis dengan menggunakan MANOVA (multivariat Analysis of Variance) berbantuan SPSS 17.00 for windows .Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: Pertama , terdapat

Pada ayah Riley emosi yang memegang kendali adalah Anger, dia sangat mencintai istrinya dan putrinya, namun ia tidak selalu bisa memahami mereka dengan

Saya berasumsi bahwa selebriti yang melakukan hijrah sebenarnya tidak hanya ingin menunjukkan ekspresi keberagamaan barunya dengan menunjukkan kesalehannya terhadap

Hasil penelitian menggunakan model regresi menyatakan bahwa lingkungan industri sebagai variabel pemoderasi secara statistik menunjukkan pengaruh negatif dan

9) Sebutkan bahan tercetak untuk basis minyak! 10) Sebutkan bahan tercetak untuk basis air!.. 2) Fungsi dari alat-alat tersebut adalah (1) Meja Cetak digunakan sebagai tempat

Berdasarkan Tabel 4, secara simultan seluruh variabel dalam penelitian ini, yaitu jumlah benih, luas lahan, tenaga kerja dan jarak laut dengan tambak mempengaruhi produksi