• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVITALISASI KATA SAPAAN DIALEK AGAM DAN DIALEK PARIAMAN BAHASA MINANGKABAU DI KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "REVITALISASI KATA SAPAAN DIALEK AGAM DAN DIALEK PARIAMAN BAHASA MINANGKABAU DI KOTA MEDAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR Penelitian BP- PTN

REVITALISASI KATA SAPAAN DIALEK AGAM DAN DIALEK PARIAMAN BAHASA MINANGKABAU

DI KOTA MEDAN

Ketua : Dr. Deliana, M.Hum / 0017115704

Anggota : Drs. Chairul Husni , M.Ed., TESOL / 0008035703

Dibiayai oleh Dana BPPTN Universitas Sumatera Utara Tahun Anggaran 2016, sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan Penelitian BPPTN Universitas Sumatera Utara Tahun Anggaran 2016 Nomor : 6049/UN5.1.R/PPM/2016 tanggal 19 Juli 2016

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

NOPEMBER 2016

(2)
(3)

i HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Revitalisasi Kata Sapaan Dialek Agam Dan Dialek Pariaman Bahasa Minangkabau Di Kota Medan

Peneliti / Pelaksana

Nama Lengkap : Dr. Deliana, M.Hum.

NIDN : 0017115704

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Program Studi : Sastra Inggris

Nomor HP : 081370965500

Alamat surel (e-mail) : [email protected] Anggota (1)

Nama Lengkap : Drs. Chairul Husni M.Ed.TESOL

NIDN : 0008035703

Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara Tahun Pelaksanaan : 2016

Biaya : Rp. 58.000.000

- dana institusi lain : - - inkind sebutkan : -

Medan, 14 Oktober 2016 Mengetahui,

Ketua Lembaga Penelitian USU, Ketua,

(Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc) (Dr. Deliana, M.Hum.)

NIP/NIK. 196511011991031002 NIP/NIK.19571117 1983032002

(4)

ii RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menginventaris kata sapaan bahasa Minangkabau dialek Agam dan dialek Pariaman di kota Medan dan untuk melestarikan dialek-dialek lokal sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional. Kata sapaan merujuk pada hubungan kekerabatan dan non kekerabatan. Penelitian ini dilakukan di dua kecamatan yaitu kecamatan Medan Area dan kecamatan Medan Kota. Kecamatan Medan Area meliputi tiga kelurahan, yaitu kota Matsum I, kota Matsum II, dan kota Matsum IV. Sedangkan di kecamatan Medan Kota hanya kota Matsum III. Pengumpulan dilakukan melalui wawancara, observasi dan kepustakaan. Hasil temuan menunjukkan kata sapaan dalam bahasa Minangkabau memiliki variasi yang cukup banyak. Pada sejumlah bentuk kata sapaan ditemukan adanya perbedaan dalam bentuk tetapi penggunaannya sama. Pada sejumlah kata sapaan lainnya ditemukan adanya persamaan dalam bentuk tetapi penggunaannya berbeda. Dalam sapaan kekerabatan, seseorang menyapa dengan menggunakan kata sapaan umum. Dalam sapaan nonkekerabatan, seseorang menyapa orang lain dengan sapaan adat, sapaan agama, dan sapaan profesi.

Keywords : kata sapaan, kekerabatan, nonkekerabatan, sapaan umum, kata sapaan

adat, sapaan agama, sapaan profesi

(5)

iii PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, atas izinnya kami dapat menyelesaikan penelitian ini dengan hasil yang cukup baik. Untuk ini kami mengucapkan terima kasih kepada bapak ketua LP beserta jajarannya yang telah membantu kami hingga terealisasinya penelitian ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya yang telah memberi izin kepada kami untuk melaksanakan penelitian ini. Kepada reviewer kami tak lupa mengucapkan terima kasih atas bantuannya memeriksa dan memberi masukan pada penelitian kami mulai dari awal hingga terlaksananya penelitian ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada para informan atas kesediaannya membantu kami mengambil data.

Semoga Allah swt membalasnya. Amin.

Medan, 14 Oktober 2016 Ketua Peneliti,

Dr. Deliana,M.Hum

NIP. 19571117 198303 2 002

(6)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

RINGKASAN ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL...v

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Urgensi Penelitian ... 3

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Sosiolinguistik ... 4

2.2 Kata Sapaan ... 4

2. 3 Dialek Bahasa Minangkabau ... 6

2.4 Penelitian Terdahulu ... 6

BAB 3 : TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 8

3.1 Tujuan Penelitian ... 8

3.2 Manfaat Penelitian ... 8

BAB 4 : Metode Penelitian...9

4.1 Lokasi Penelitian ... 9

4.2 Data dan Sumber Data ... 9

4.3 Instrumen Penelitian ... 9

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 9

4.5 Analisis Data ... 10

BAB 5 : HASIL YANG DICAPAI ... 11

5.1 Kata sapaan dalam bahasa Minangkabau ... 11

5.1.1 Kata Sapaan Umum ... 12

5.1.2 Kata Sapaan Adat ... 14

5.1.3 Kata Sapaan Agama ... 15

5.1.4 Kata Sapaan Profesi/Jabatan ... 15

5.2 Kata Sapaan Dialek Agam dan Dialek Pariaman Bahasa Minangkabau ... 16

BAB 6 : RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ... 19

BAB 7 : KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

7.1 Kesimpulan... 20

7.2 Saran ... 20

Daftar Pustaka ... 21 LAMPIRAN 1 : DAFTAR GAMBAR

LAMPIRAN 2 : DAFTAR KUESIONER

LAMPIRAN 3 : DRAFT ARTIKEL KATA SAPAAN

LAMPIRAN 4 : FORMULIR EVALUASI ATAS CAPAIAN LUARAN KEGIATAN

(7)

v DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kata Sapaan Umum ... 12

Tabel 2. Kata Sapaan Adat ... 14

Tabel 3. Kata Sapaan Agama ... 15

Tabel 4. Kata Sapaan Profesi/Jabatan ... 16

Tabel 5. Kata Sapaan Umum Dialek Agam dan Dialek Minangkabau ... 16

Tabel 6 Kata Sapaan Adat Dialek Agam dan Dialek Minangkabau ... 18

Tabel 7 Kata Sapaan Agama Dialek Agam dan Dialek Minangkabau ... 18

Tabel 8 Kata Sapaan Profesi dialek Agam dan dialek Minangkabau ... 18

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Minangkabau merupakan salah satu dari sekian banyak bahasa daerah di Indonesia. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas, terdapat 746 bahasa daerah di Indonesia.

Bahasa daerah merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Salah satu bentuk kekayaan bahasa daerah adalah keragaman kata sapaan. Disamping itu,setiap daerah memiliki sistem dan ciri-ciri sapaan masing-masing. Kata sapaan dipakai di 19 kabupaten yang ada di Sumatera Barat. Setiap kabupaten memiliki dialek sapaan tersendiri, bahkan dalam satu kabupatenpun masih terdapat perbedaan kata sapaannya. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, telah terjadi perubahan penggunaan kata sapaan tersebut dalam bahasa Minangkabau. Perubahan tersebut terlihat jelas pada masyarakat Minangkabau yang tinggal di perkotaan, sebagai contoh, sebutan etek (sebutan untuk adik perempuan ibu atau ayah) hampir tidak terdengar lagi, sudah berubah menjadi sebutan tante.

Dahulu, masyarakat Minangkabau menggunakan sapaan, aden, denai, waden, atau ambo untuk kata ganti diri dan untuk orang lain mereka menggunakan sapaan kau atau waang. Sekarang kata ganti diri itu sudah jarang digunakan. Lebih sering terdengar kata saya, aku, bapak, ibu, dan kau digunakan sebagai kata ganti diri, padahal dalam bahasa Minangkabau, sebagai contoh, kata sapaan waang ( untuk laki-laki) dan kau ( untuk perempuan ) bisa digunakan, karena kedua bentuk sapaan ini merupakan kata manurun dan kata mandata yang ditujukan untuk orang yang seumur atau yang lebih muda. Selain itu, sering juga terdengar penyebutan nama diri sendiri, contohnya Ani nak pai, seyogianya kata Ani digunakan kata ambo dalam bahasa Minangkabau.

Fakta lain, di Minangkabau, sapaan mamak bukan hanya sekadar panggilan biasa, makna mamak di sini memilki makna yang dalam. Jika seseorang sudah mendapat gelar mamak, ia harus bisa menjalankan fungsi dalam keluarga inti dan komunalnya dengan baik.

Seorang mamak tidak bisa melimpahkan kewajiban untuk mengayomi anak dan

kemenakannya pada orang lain. Peran dan fungsi mamak dalam masyarakat Minangkabau

merupakan kearifan lokal yang mencerminkan struktur dan budaya masyarakat Minangkabau

itu sendiri. Keberadaan seorang mamak sangat menentukan eksistensi masyarakat

Minangkabau. Berbeda dengan Om yang hanya punya kewajiban dan hak atas anak dan

istrinya saja, Om tidak punya tanggung jawab moral dalam mengayomi kaumnya. Jadi

(9)

2 sangat disayangkan sekali jika panggilan mamak ini tiba-tiba dirubah menjadi Om, karena mamak di sini memiliki fungsi yang tidak akan pernah bisa disamakan sedikitpun dengan Om. Sampai kapanpun mamak tetaplah mamak, dan Om akan tetap akan menjadi Om. Kedua bentuk sapaan ini memiliki fungsi dan perannya tersendiri.

Masyarakat Minangkabau perantau yang bermukim di Medan cukup banyak jumlahnya. Mereka datang dari sejumlah kabupaten di Sumatera Barat. Diantaranya berasal dari kabupaten Agam dan kabupaten Pariaman. Kedua kabupaten ini memiliki dialek yang sangat berbeda. Bahkan, apabila kedua kelompok etnis ini berbicara, mereka agak sulit memahami satu sama lainnya. Hal ini disebabkan baik secara leksikal maupun intonasi, kedua dialek ini memang sangat berbeda. Secara umum, dialek Agam dianggap lebih mudah dipahami dibanding dialek Pariaman, dikarenakan dialek Agam hampir sama dengan dialek kota Padang. Dialek kota Padang merupakan dialek yang paling standar dari sekian banyak dialek yang ada di Sumatera Barat.

Dari sekian banyak dialek yang terdapat di Sumatera Barat, berdasarkan pengamatan peneliti, dialek Agam dan dialek Pariaman yang lebih dominan jumlah penuturnya di kota Medan. Kedua dialek ini cukup akrab ditelinga penutur bahasa Minangkabau dan komunitas mereka pun tersebar hampir disetiap pelosok kota Medan. Berdasarkan pertimbangan ini, penelitian ini hanya terbatas pada kedua dialek tersebut.

Melihat sejumlah fenomena yang tergambar di atas, menunjukkan betapa pentingnya kajian sosiolinguistik lintas bahasa terhadap kata sapaan. Penelitian ini berupaya melestarikan bahasa daerah melalui kata sapaan dan mempublikasikan secara luas hasil temuan di jurnal Internasional dan nasional.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan sejumlah permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini, yaitu kata sapaan dalam bahasa Minangkabau sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat penuturnya, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk kata sapaan yang orisinal bahasa Minangkabau ?

2. Bagaimanakah bentuk kata sapaan bahasa Minangkabau dialek Agam dan dialek

Pariaman yang digunakan di kota Medan?

(10)

3 1.3 Urgensi Penelitian

Kata sapaan dalam bahasa daerah sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat

penuturnya, termasuk Bahasa Minangkabau. Meskipun dalam percakapan sehari-hari masih

menggunakan bahasa Minangkabau, namun kata sapaan untuk menyebut silsilah keluarga

sudah terpengaruh oleh Bahasa Indonesia. Seyogianya, kata sapaan yang merupakan etiket

komunikasi sosial perlu dilestarikan karena suatu nilai luhur yang berakar dari budaya

bangsa, terkait dengan sopan santun dan adab berkomunikasi yang terkandung di dalamnya,

tidak punah ditelan zaman. Temuan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan materi untuk

pengembangan kajian sosiolinguistik dan upaya pelestarian bahasa daerah.

(11)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sosiolinguistik

Sosiolinguistik mengkaji hubungan bahasa dan masyarakat, yang mengaitkan dua bidang ilmu secara tepisah, yaitu struktur formal bahasa bidang linguistik dan struktur masyarakat bidang sosiologi (Wardhaugh 1984). Dengan kata lain, sosiolinguistik dapat diartikan sebagai ilmu yang membahas bahasa sehubungan dengan penggunaannya dalam masyarakat. Sosiolinguistik sebagai ilmu antardisipin memiliki pokok bahasan yang sangat luas. Menurut (Nababan 1984) topik-topik yang dibahas dalam sosiolinguistik, yaitu:

1. bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bahasa 2. repertoar bahasa

3. masyarakat bahasa

4. kedwibahasaan dan kegandabahasaan

5. fungsi kemasyarakatan bahasa dan profil linguistic 6. penggunaan bahasa

7. sikap bahasa

8. perencanaan bahasa 9. interaksi sosiolinguistik 10. bahasa dan kebudayaan

Sehubungan dengan topik-topik di atas, penelitian ini mengkaji sosiolinguistik dalam perspektif ragam dialek yang digunakan dalam suatu kelompok etnis.

2.2 Kata Sapaan

Kata sapaan merupakan salah satu pokok bahasan dalam bidang sosiolinguistik.

Kridalaksana (1982 ) menjelaskan bahwa kata sapaan merujuk pada kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyebut dan memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa. Adapun pelaku yang dimaksud merujuk pada pembicara, lawan bicara, serta orang yang sedang dibicarakan. Berdasarkan definisi tersebut, diketahui bahwa terdapat dua unsur penting dalam sistem tutur sapa, yakni kata atau ungkapan dan para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa.

Kata atau ungkapan yang digunakan dalam sistem tutur sapa merujuk pada kata sapaan.

Adapun para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa merujuk pada pembicara dan lawan bicara.

Kata sapaan berfungsi untuk memperjelas kepada siapa pembicaraan itu ditujukan. Pemilihan

(12)

5 suatu bentuk kata sapaan dipengaruhi oleh dua faktor, yakni status dan fungsi. Status dapat diartikan sebagai posisi sosial lawan bicara terhadap pembicara. Status tersebut dapat pula diartikan sebagai usia. Adapun fungsi yang dimaksud di atas adalah jenis kegiatan atau jabatan lawan bicara dalam suatu peristiwa bahasa. Penggunaan kata sapaan sangat terikat pada adat-istiadat setempat, adat kesantunan, serta situasi dan kondisi percakapan. Oleh karena itu, kaidah kebahasaan sering terkalahkan oleh adat kebiasaan yang berlaku di daerah tempat bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang.

Pada umumnya kata sapaan terbagi dua, yaitu kata sapaan berdasarkan kekerabatan dan nonkekerabatan. Kata sapaan kekerabatan meliputi, (1) sapaan dalam keluarga inti, seperti kata sapaan antara orangtua dan anak atau sebaliknya, dan (2) kata sapaan yang diperluas, yaitu kata sapaan yang dipakai di luar keluarga ini, seperti kata sapaan antara anak dan saudara dari kedua orang tuanya atau sebaliknya. Kata sapaan nonkekerabatan meliputi (1) kata sapaan umum, (2) kata sapaan adat, (3) kata sapaan agama, dan (4) kata sapaan jabatan. Kata sapaan umum digunakan dalam hubungan tidak resmi, sapaan ini bersifat umum, misalnya sebutan kakak dan abang. Kata sapaan adat merujuk pada bentuk sapaan yang diberikan kepada seseorang yang memilki peranan penting dalam adat, misalnya kata datuk adalah kata sapaan terhadap pemimpin suatu kaum atau suku tertentu. Kata sapaan agama merujuk pada bentuk sapaan yang diberikan kepada seseorang yang bertugas atau mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan agama, misalnya kata ustad untuk sapaan terhadap ulama dan nazir untuk sapaan penjaga mesjid.. Kata sapaan jabatan merujuk pada bentuk sapaan yang diberikan kepada seseorang, berkaitan dengan jabatan yang dimilikinya, misalnya pada bidang pemerintahan, pendidikan dan kesehatan.

Menurut Navis (1982) kata sapaan dalam bahasa Minangkabau terbagi atas empat bentuk tuturan, yaitu :

1. Kato Mandaki ( kata Mendaki), yaitu kata sapaan yang ditujukan kepada orang yang lebih tua, orang yang dihormati atau memiliki status sosial yang lebih tinggi dari lawan bicaranya, misalnya tuan, angku datuak, rang kayo dan lain sebagainya.

2. Kato Manurun ( kata menurun), yaitu kata sapaan yang ditujukan kepada orang

yang lebih muda atau memiliki status sosial yang lebih rendah dari lawan

bicaranya, misalnya waang (ang), den (aden) dan lainnya.

(13)

6 3. Kato Malereng ( kata melereng), yaitu kata sapaan yang ditujukan kepada orang yang hampir sama usianya, kedudukannya, dan status sosialnya dari lawan bicaranya, misalnya ambo, kito dan sebagainya.

4. Kato Mandata (kata mendatar), yaitu kata sapaan yang ditujukan kepada teman sebaya, misalnya waang, aden, kau dan sebagainya.

2. 3 Dialek Bahasa Minangkabau

Menurut Rahayu (1998) dialek bahasa Minangkabau terbagi empat, yaitu, dialek Tanah Datar yang meliputi dialek Pagaruyung, dialek Rao, dialek Turawan, dialek Sijangek, dan dialek Gurun. Dialek Lima Puluh Kota, yang meliputi dialek Suliki dan dialek Payakumbuh. Dialek Agam yang meliputi dialek Maninjau, dialek Lubuk Basuang, dialek Matur, dialek Kurai, dialek Kamang, dialek Baso, dan dialek Manuhampo. Dialek Pesisir yang meliputi dialek Padang Kota, dialek Padang Luar Kota, dialek Tapan dan dialek Pariaman.

Penutur dialek bahasa Minangkabau menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Diantara sekian banyak dialek Minangkabau yang terdapat di Sumatera Barat, dialek Padang Kota merupakan dialek yang paling standar karena hampir semua penutur dialek-dialek bahasa Minangkabau dapat memahami dialek tersebut pada saat terjadi komunikasi diantara mereka.

2.4 Penelitian Terdahulu

Rosanti (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan pergeseran kata sapaan BM dialek Agam di kota Medan meliputi beberapa faktor, yaitu prestise, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, dan variasi bahasa. Sedangkan kata sapaan yang mengalami pergeseran dalam BM adalah kata sapaan umum, kata sapaan adat, kata sapaan dalam agama, dan kata sapaan jabatan.

Trisni (2006) melakukan penelitian tentang kata sapaan dialek Pariaman. Dia

menemukan adanya sejumlah faktor yang mempengaruhi kata sapaan, yaitu penambahan

unsur penegas, seperti warna kulit, postur tubuh, dan tingkat umur. Selain itu, faktor meniru

dan mencontoh dalam keluarga dan lingkungan tempat tinggal, mempengaruhi kata sapaan

seorang anak.

(14)

7

ROADMAP PENELITIAN Bahasa Minangkabau Deliana

Pergeseran Kata Sapaan Dialek Agam dan Dialek Pariaman Bahasa

Minangkabau Di Kota Medan Pergeseran Kata

Sapaan Bahasa Minangkabau Sikap dan Pemilihan Bahasa Minangkabau

Jurnal Nasional Terakreditasi dan Internasional Scopus

Pemertahanan

Bahasa Minangkabau Kesinambungan

Topik Bahasa

Minangkabau

(15)

8 BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini pada prinsipnya bertujuan untuk :

1. Menggali bentuk-bentuk kata sapaan yang orisinal bahasa Minangkabau

2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kata sapaan bahasa Minangkabau dialek Agam dan dialek Pariaman yang digunakan di kota Medan

3.2 Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk pengembangan

kajian sosiolinguistik dan juga dapat digunakan sebagai acuan atau untuk bahan

perbandingan dengan bentuk kata sapaan yang terdapat di masyarakat lain. Secara praktis

bentuk-bentuk kata sapaan ini dapat digunakan sebagai bagi masyarakat yang ingin

mengetahui kata sapaan Minangkabau.

(16)

9 BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua kecamatan di kota Medan yaitu, kecamatan Medan Area dan kecamatan Medan Kota. Kecamatan Medan area meliputi tiga kelurahan, yaitu, Kota Matsum I, Kota Matsum II, dan Kota Matsum IV. Kecamatan Medan Kota hanya satu kelurahan yaitu Kota Matsum III. Pemilihan lokasi berdasarkan penjajakan awal, bahwasanya di kecamatan ini terdapat lebih banyak penutur bahasa Minangkabau. Pertimbangan lainnya, dari segi homogenitas populasi, bahasa Minangkabau yang mereka gunakan masih terjaga keasliannya.

4.2 Data dan Sumber Data

Data primer penelitian ini adalah bentuk-bentuk kata sapaan bahasa Minangkabau.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari sejumlah informan yang menguasi adat dan budaya Minangkabau. Sumber data adalah penutur asli dialek Agam dan dialek Pariaman dan sejumlah buku teks yang berkaitan dengan data penelitian.

4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen kunci penelitian ini adalah peneliti sendiri, dan sebagai instrument pendukung, yaitu (1) daftar pertanyaan wawancara, (2) alat perekam dan kamera, dan (4) dokumentasi

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan melalui teknik wawancara, dan observasi, dan studi

kepustakaan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dengan sejumlah

informan. Sebelum wawancara dilakukan, sejumlah pertanyaan pokok disusun terlebih

dahulu agar informasi yang diperoleh bisa lebih maksimal. Selain itu, untuk mendukung

pengumpulan data dilakukan juga dengan observasi langsung ke lapangan agar peneliti

terlibat langsung dalam situasi percakapan, pertemuan, dan interaksi lainnya.

(17)

10 4.5 Analisis Data

Langkah-langkah analisis data dilakukan sebagai berikut:

1. Penentuan informan penelitian

2. Pembuatan daftar pertanyaan wawancara 3. Pengumpulan data berdasarkan wawancara 4. Pengumpulan data berdasarkan studi kepustakaan 5. Menganalisis data berdasarkan masalah penelitian

6. Penyajian data yang terdiri atas identifikasi dan klasifikasi data berdasarkan domain masalah

7. Penafsiran terhadap seluruh data

8. Penyimpulan data dan mewujudkan temuan

(18)

11 BAB 5

HASIL YANG DICAPAI

5.1 Kata sapaan dalam bahasa Minangkabau

Sistem sapaan dalam bahasa Minangkabau bergantung kepada bentuk hubungan orang yang menyapa dan siapa yang disapa. Hubungan ini bisa karena pertalian darah atau suku dan bisa pula bukan karena adanya pertalian darah atau suku. Hubungan karena adanya pertalian darah atau suku disebut hubungan ke dalam dan hubungan karena tidak adanya pertalian darah atau suku disebut hubungan ke luar. Masyarakat Minangkabau yang menganut sistem matrilineal, memiliki empat bentuk tali kekerabatan yang menggambarkan hubungan kekerabatan antara satu dengan lainnya dan sekaligus dapat menentukan bentuk kata sapaan yang harus dipakai. Bentuk tali kekerabatan tersebut 1) tali kerabat mamak- kemenakan, 2) tali kerabat suku-sako, 3) tali kerabat induk bako anak pisang, dan 4) tali krabat sumando-pasumandan. Bentuk tali kekerabatan 1 dan 2 disebut hubungan ke dalam karena adanya pertalian darah menurut garis keturunan ibu, sedangkan bentuk tali kekerabatan 3 dan 4 disebut hubungan ke luar karena adanya perkawinan antara anggota suatu suku dengan orang lain di luar suku.

Sistem sapaan yang berdasarkan hubungan tali kekerabatan yang bersifat ke dalam sebagai contoh sapaan terhadap saudara laki-laki dari ibu. Ego akan menyapa dengan sebutan mamak untuk laki-laki sesuku yang sebaya, lebih tua ataupun lebih muda dari ibunya.

Hubungan tali kekerabatan yang besifat ke luar misalnya ego akan menyapa dengan bapak untuk laki-laki di luar suku yang sebaya, lebih tua atau lebih muda dari bapaknya. Ada kalanya sapaan yang seharusnya mamak berubah menjadi sapaan bapak sehingga menimbulkan ketidaksenangan orang yang disapa. Hal ini sering terjadi pada kelompok muda karena kurangnya pemahaman mereka tentang kata sapaan kekerabatan dan mungkin juga karena orang disapa kurang dikenal dan jarang bertemu.

Temuan penelitian merujuk pada dua permasalahan utama penelitian, yaitu bagaimana

bentuk kata sapaan yang orisinal bahasa Minangkabau, dan bagaimana penggunaan kata

sapaan bahasa Minangkabau dialek Agam dan dialek Pariaman di kota Medan. Untuk kata

sapaan yang orisinal bahasa Minangkabau meliputi 1) kata sapaan umum, 2) kata sapaan

adat, 3) kata sapaan agama, dan 4) kata sapaan profesi dan jabatan. Dari hasil penelitian, kata

sapaan bahasa Minangkabau yang orisinal dipaparkan sebagai berikut :

(19)

12 5.1.1 Kata Sapaan Umum

Kata sapaan umum berasal dari kata ganti nama diri dan istilah-istilah yang berkaitan dengan kekerabatan. Pemerolehan kata sapaan ini berdasarkan hubungan antara ego (penyapa) dengan orang yang disapanya. Hubungan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

antara ego dengan 1) ibu kandung, 2) kakak perempuan ibu, 3) adik perempuan ibu 4) abang kandung ibu 5) adik laki-laki ibu 6) ibu kandung dari ibu 7) abang kandung 8) adik laki-laki kandung, 9) kakak kandung, 10) adik perempuan kandung, 11) sepupu laki-laki yang sebaya, 12) sepupu perempuan yang sebaya, 13) anak laki-laki kandung, 14) anak perempuan kandung, 15) cucu laki-laki kandung, 16) cucu perempuan kandung, 17) suami, 18) istri, 19) ayah kandung, 20) ibu kandung dari ayah, 21) abang kandung ayah, 22) adik laki-laki kandung ayah, 23) kakak kandung ayah, 24) adik perempuan kandung ayah, 25) ayah kandung dari ibu, 26) ayah kandung dari ayah. Hubungan ego dengan yang disapa dipaparkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Kata Sapaan Umum

No Hubungan antara ego dengan yang disapa

Bentuk Kata Sapaan

1 Ibu kandung (i)yeik, biai, (a)yei, (u)wai, (a)mak, (a)ndeh, (a)mai, (a)ndai, (ma)yei, (ma)ndeh, (u)mi, (i)bu, bundo, (u)mak, (i)yak

2 Kakak perempuan ibu (a)mak tuo, (a)mak angah, (a)ndai, (a)ndeh, tuo, (a)mak, dadang, (a)mak, (an)de, mak adang

3 Adik perempuan ibu (e)tek, (a)ngah, (a)ciak, oncu, teta, teti

4 Abang kandung ibu (ma)mak, (u)cu, (u)co, (ang)ku, (da)tuak, tuan, (mak)dang

5 Adik laki-laki ibu (ma)mak, (u)cu, (u)co, (ang)ku, (da)tuak, tuan, (mak)ciak, mak etek

6 Ibu kandung dari ibu (ni)niak, tuo, (i)niak, (u)ci, (a)yek, (i)nyiak, (an)duang, gaek, (na)nek, (i)yak, (i)yaik, (i)nek, (a)tuak, mak gaek, (ne)nek, (e)nek, amai gaek 7 Abang kandung tuan, tuen, (a)jo, (u)wan, (a)mbo, (u)da, (u)do,

(an)tiak, (ka)kak, (a)tak, (u)wo, (a)bang 8 Adik laki-laki kandung nama diri yang disapa, (wa)ang, (a)diak 9 Kakak kandung (ka)kak, (a)ciak, (u)wo, (u)ni, (u)niang, (o)ne 10 Adik perempuan kandung nama diri yang disapa, kau, gau, (a)diak,

(u)piak, (ga)dih

11 Sepupu laki-laki yang sebaya nama diri yang disapa, nama gelar, (wa)ang,

(a)mbo

(20)

13 Catatan : Kata yang terdapat di dalam tanda kurung sering tidak diucapkan.

Berdasarkan hubungan ini, maka diperolehlah sejumlah kata sapaan yang berlaku umum di semua daerah, tetapi sebahagian ada pula yang digunakan di daerah tertentu saja.

Selain itu, ada kata sapaan yang sama tetapi maksudnya berbeda, misalnya kata sapaan udo di daerah tertentu digunakan untuk menyapa saudara laki-laki kandung, tetapi di daerah tertentu lainnya digunakan juga untuk menyapa adik laki-laki ibu. Sehingga kata udo bermakna abang atau paman. Selain itu kata sapaan buyuang, dipakai untuk anak laki-laki yang usianya lebih muda dari si penyapa. Di beberapa daerah kata sapaan ini tergolong kasar, sebaliknya di

12 Sepupu perempuan yang sebaya nama diri yang disapa, kau, gau

13 Anak laki-laki kandung nama diri yang disapa, (wa)ang, (bu)yuang, (a)nak, (bu)jang

14 Anak perempuan kandung nama diri yang disapa, kau, gau, (a)nak, (u)piak, (ga)dih, (su)piak

15 Cucu laki-laki kandung nama diri yang disapa, (bu)yuang, (bu)jang, (wa)ang, (cu)cu, (cu)cuang

16 Cucu perempuan kandung nama diri yang disapa, (u)piak, kau, gau, (cu)cu, (cu)cuang, (ga)dih, (su)piak

17 Suami tuan, (u)da, (u)do, (a)jo, awak, nama gelar, apaknyo

18 Istri nama diri yang disapa, (a)diak, kau, gau, uwai, iyak, amaknyo

19 Ayah kandung (a)yah, (a)bak, (a)pak, buya, (a)bah, (a)pa 20 Ibu kandung dari ayah (ni)niak, tuo, (i)niak, (u)ci, (a)yek, (i)nyiak,

(an)duang, gaek, (na)nek, (i)yak, (i)yaik, (i)nek, (a)tuak, mak gaek

21 Abang kandung ayah (a)pak, tuo, adang, (pak)dang, (a)yah, (pak)angah

22 Adik laki-laki kandung ayah (a)pak etek, (a)pak oncu, (pak)ciak, (mak)ciak, (a)yah

23 Kakak kandung ayah (i)yek, (a)mai, (a)ndeh, (u)wai, iyak, (a)mak tuo, (a)mak, (u)mak

24 Adik perempuan kandung ayah (i)yek, (a)mai, (u)wai, (a)ndeh, (e)tek, (a)mak, (bi)ai, oncu

25 Ayah kandung dari ibu (da)tuak, (i)nyiak), (a)yek, (a)yah gaek, (ang)ku, (a)nduang, gaek, (u)ngku, (a)pak tuo, (a)pak gaek, antan, u(w)o

26 Ayah kandung dari ayah (da)tuak, (i)nyiak), (a)yek, (a)yah gaek, (ang)ku,

(a)nduang, gaek, (u)ngku, (a)pak tuo, (a)pak

gaek, antan, u(w)o

(21)

14 beberapa daerah kata sapaan ini dianggap panggilan sayang, baik dia sudah berkeluarga, bergelar ataupun memiliki jabatan tinggi. Ada pula kata sapaan yang dikaitkan dengan warna kulit, misalnya mak itam ‘paman yang berkulit itam, mak utiah ‘paman yang berkulit putih dan lain sebagainya.

5.1.2 Kata Sapaan Adat

Kata sapaan adat dalam bahasa Minangkabau berkaitan dengan kedudukan seseorang dalam kelembagaan adat. Apabila seseorang telah diberi gelar adat maka suatu keharusan untuk menyapanya dengan gelar tersebut, seperti dalam pepatah Minangkabau yang berbunyi : ketek banamo, gadang bagala ‘ waktu kecil memiliki nama, sudah besar memiliki gelar.

Kata sapaan ego dengan yang disapa dipaparkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Kata Sapaan Adat

Catatan : Kata yang terdapat di dalam tanda kurung sering tidak diucapkan.

Gelar adat berbeda-beda disetiap daerah. Pada umumnya gelar tersebut diawali dengan kata datuak dan sutan.. Selanjutnya kata ini berkembang menjadi Datuak Rajo Mangkuto, Sutan Sari Alam, Datuak Rajo Ameh, Datuak Sinaro, Sutan Pamenan, dan lain- lain. Kata sapaan kepala suku selain datuak, sutan juga dipakai kata sapaan rangkayo, inyiak, pangulu, dan angku. Kata sapaan gelar untuk anak laki-laki yang sudah berumah tangga di beberapa daerah diperoleh dari pihak bapak yang diturunkan kepada anak laki-lakinya, seperti sidi, sutan, dan bagindo. Kata sapaan ini menunjukkan kebangsawanan seseorang.

Orang yang memangku gelar ini biasanya orang jemputan karena dia akan mempertinggi derajat atau kedudukan istrinya di tengah masyarakat. Tetapi jika orang tersebut juga seorang kepala suku atau penghulu, maka kata sapaan yang dipakai adalah kata sapaan kepenghuluannya.

No Sebutan Gelar Kata Sapaan Yang Dipakai

1 Kepala kaum atau suku (da)tuak, (pa)ngulu, rangkayo, (i)nyiak, angku, (datuak rajo) mangkuto

2 Gelar laki-laki sesudah kawin paduko (sati), paduko (sutan), sutan

(mantari), sutan (pamenan), sutan (parmato),

sutan (sari alam), rajo ameh, rajo bintang

3 Gelar keturunan dari (ba)gindo, sidi, sutan

(22)

15 5.1.3 Kata Sapaan Agama

Kata sapaan agama berkaitan dengan tugas seseorang yang memangku jabatan keagamaan dalam nagari, dan biasanya mereka diangkat melalui musyawarah nagari. Sebagai contoh seorang ulama yang memiliki pengaruh besar di tengah masyarakat, memiliki kedalaman ilmu yang tinggi, dan memiliki kepribadian yang luhur dan terpuji, akan disapa dengan kata sapaan inyiak. Biasanya untuk lebih menghormati jabatan seseorang kata sapaan pak diganti dengan angku, misalnya angku kali ‘ tuan kadhi’, angku kua ‘pak kua’. Kata sapaan ego dengan yang disapa dipaparkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3. Kata Sapaan Agama

Catatan : Kata yang terdapat di dalam tanda kurung sering tidak diucapkan.

5.1.4 Kata Sapaan Profesi/Jabatan

Kata sapaan profesi berkaitan dengan jabatan yang dimiliki oleh seseorang dalam pemerintahan. Dalam bahasa Minangkabau, bentuk sapaan dalam profesi hampir sama dengan bentuk sapaan dalam bahasa Indonesia pada umumnya. Kata sapaan ini disesuaikan dengan profesi dan jabatan yang dimiliki seseorang, seperti, pak/bu dotor, pak camat dan

No Sebutan Keagamaan Kata Sapaan Yang Dipakai

1 Kadhi (angku) kali

2 Muazin Bila

3 Orang yang menuntut ilmu agama

secara tradisional (pa) kiah

4 Ulama atau orang yang dipandang sebagai ulama (laki-laki)

buya, ustad, tuangku, tuak angku, (ang)ku mudo, mufti

5 Ulama besar yang punya pengaruh luas

(laki-laki) syiah, (i) nyiak

6 Ulama perempuan (u) mi, rubiah

7 Pembaca doa pada upacara

keagamaan Tertentu Labia

8 Imam sholat (i) mam

9 Orang yang telah menunaikan rukun

islam ke lima (a) ji

(23)

16 sebagainya. Biasanya, untuk profesi dan jabatan tertentu, kadangkala kata sapaan pak diganti dengan angku, terutama jika yang usia yang disapa lebih tua dari yang menyapa. Hal ini bertujuan untuk lebih menghormati sesuai dengan usia, profesi dan jabatan yang dimilikinya.

Kata sapaan ego dengan yang disapa dipaparkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4. Kata Sapaan Profesi/Jabatan

5.2 Kata Sapaan Dialek Agam dan Dialek Pariaman Bahasa Minangkabau

Pada dasarnya dialek Agam dan dialek Pariaman memiliki banyak kesamaan. Hanya dalam sebahagian kecil kata sapaan terlihat berbeda, misalnya sapaan ego kepada ibu kandung dalam dialek Agam (a)mak, tetapi di dalam dialek Pariaman sapaan (a)mak ditujukan kepada ibu kandung dari ibu. Dalam hal ini bentuk sapaan bisa sama tetapi fungsinya berbeda. Kata sapaan adat yang berkaitan dengan gelar, di dalam kedua dialek diperoleh berdasarkan garis keturunan ibu dan bisa juga diperoleh dari pihak ayah yang diturunkan kepada anak laki-lakinya pada saat pernikahan dilangsungkan. Pemberian gelar dari pihak ayah ini dilakukan oleh bako si anak, yaitu saudara perempuan ayahnya. Berikut ini adalah paparan data kata sapaan dialek Agam dan dialek Pariaman

Tabel 5. Kata Sapaan Umum Dialek Agam dan Dialek Minangkabau

No Sebutan Jabatan/Profesi Kata Sapaan Yang Dipakai

1 bupati, camat, lurah, walinegeri pak bupati, pak camat, pak lupalo 2 guru, dokter, bidan pak/bu guru, pak dotor, bu bidan 3 mandor, kepala lembaga pemasyarakatan,

pengawas sekolah pak mandua, pak sapia, pak pees

4 komandan sektor, komandan distrik militer pak dansek, pak dandim

No Sapaan ego dengan yang disapa Dialek Agam Dialek Pariaman

1 Ibu kandung biyai,(a)mak, amai, uwai,

uwaik

(a)mak, (a)nde, (o)ne, (u)wai, (u)niang

2 Ibu kandung ibu inyiak, iyaik, enek, amai gaek, nenek

(a)nduang, (a)mak, (u)ni,

(u)niang, (mak)uwo

(24)

17 Catatan : Kata yang terdapat di dalam tanda kurung sering tidak diucapkan

3 Kakak perempuan ibu maktuo, mak adang, mak angah

(a)mak tuo., (a)mak angah, (a)mak adang, (a)ndeh tuo

4 Adik perempuan ibu (e)tek (e)tek, teta, teti

5 Abang dan adik laki-laki ibu mak dang, mak cik, mak etek

(ma)mak

6 Ayah kandung abak, abah, (a)pa, apak, buya

(a)yah, (a)pak, (a)bak, buya

7 Abang dan adik laki-laki ayah pak tuo, pak dang, pak angah, mak dang, mak cik, pak etek

(a) pak

8 Kakak dan adik perempuan ayah mak tuo, etek (a)nde, (e)tek dan

9 Abang kandung tuan, uwan, uda (a)jo

10 Adik laki-laki kandung sebut nama, (a)diak, sebut nama, sebut gelar , (wa)ang

11 Kakak kandung (ka)kak, uni, sebut nama cuniang, cani, (e)lok, tali, incim, (u)ni

12 Adik perempuan kandung (a)diak, sebut nama sebut nama, (a)kau, (u)piak

13 Istri sebut nama, amaknyo,

uwai, iyak, (a)mak

sebut nama

14 Suami tuan, (u)da, sebut gelar,

apaknyo

(a)jo, ulee, inyo

15 Anak kandung laki-laki (bu) yuang, sebut nama (bu) yuang, sebut nama, nak kandung, bujang

16 Anak kandung perempuan upiak, sebut nama (su)piak, sebut nama, nak kandung

17 Cucu kandung laki-laki sebut nama sebut nama, (bu)yuang, (wa)ang

18 Cucu kandung perempuan sebut nama sebut nama, (su)piak, (a)kau 19 Ayah kandung dari ibu dan ayah

kandung ayah

(u)wo, gaek, antan (a)nduang, (i)nyiak, (u)ngku

(25)

18 Tabel 6 Kata Sapaan Adat Dialek Agam dan Dialek Minangkabau

No Sebutan Dialek Agam Dialek Pariaman

1 Kepala kaum atau suku datuak, angku datuak datuak

2 Gelar laki-laki sesudah kawin sutan, bagindo, rajo sutan, bagindo, rajo 3 Gelar keturunan dari sidi, bagindo, rang kayo sidi, bagindo, rang kayo

Tabel 7 Kata Sapaan Agama Dialek Agam dan Dialek Minangkabau

Tabel 8 Kata Sapaan Profesi dialek Agam dan dialek Minangkabau

No Sebutan Dialek Agam Dialek Pariaman

1 Kadhi angku kali kali

2 Muazin angku bila, bilal bila

3 Ulama atau orang yang dipandang sebagai ulama (laki-laki)

buya, ustad, angku labai buya

4 Ulama perempuan Ustazah umi

5 Pembaca doa pada upacara keagamaan tertentu

Pakiah pakiah

6 Imam sholat angku imam imam

7 Orang yang sudah

melaksanakan ibadah haji

(pak)aji, (bu)aji Aji

8 Penyelenggara mayat Labai labia

9 Khatib katik angku, khatib katik

11 Penjaga mesjid atau surau Garin Garin

No Sebutan Dialek Agam Dialek Pariaman

1 Camat pak camaik pak camaik

2 Lurah nyik palo pak lurah

3 Ketua lingkungan/rukun tetangga pak kepling, pak erte pak kepling, pak erte

4 Guru pak/bu guru pak/bu guru

5 Dokter pak/bu dotor pak/bu dotor

6 Bidan bu bidan bu bidan

7 Walinegeri pak/bu wali pak/bu wali

(26)

19 BAB 6

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Tahapan awal penelitian adalah melakukan wawancara di beberapa titik lokasi

penelitian. Pada tahapan ini, permasalahan dalam penelitian sudah selesai dilaksanakan

dalam kisaran 70 %, yaitu pengumpulan data melalui wawancara dan studi kepustakaan

sekaligus menganalisis temuan data. Pada tahapan selanjutnya, akan dilakukan paparan

data secara terperinci dan menyempurnakan temuan.

(27)

20 BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Permasalah dalam penelitian untuk sementara telah terjawab, yaitu menginventarisir bentuk-bentuk kata sapaan yang asli bahasa Minangkabau dan bentuk-bentuk kata sapaan yang terdapat dalam dialek Agam dan dialek Pariaman. Dari hasil analisis sementara, dalam kata sapaan kekerabatan dan nonkekerabatan hampir memiliki persamaan. Hanya sebahagian kecil yang menunjukkan perbedaan, sebagai contoh kata (a)mak, dalam dialek Agam ditujukan kepada ibu kandung sedangkan dalam dialek Pariaman kepada ibu kandung dari ibu. Hal ini menunjukkan, bentuk kata sapaan yang sama disatu dialek berbeda fungsinya pada dialek yang lain. Dialek yang dimaksud adalah dialek Agam dan dialek Pariaman.

7.8 Saran

Penelitian ini tergolong sederhana tetapi pada pelaksanaannya cukup rumit karena

penggalian bentuk-bentuk kata sapaan memakan waktu yang cukup lama dan terbatasnya

waktu merupakan kendala utama penelitian ini. Penelitian serupa perlu ditindaklanjuti dengan

pertimbangan cukupnya waktu yang diberikan, agar hasil yang diharapkan bisa lebih

maksimal.

(28)

21 Daftar Pustaka

Ayub, Asni, dkk 1984. Sistem Sapaan Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Alwasilah, A. Chaedar 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa

Deliana, 2002. Faktor-Faktor Pemertahanan Bahasa Minangkabau di Kotamadya Medan.

Studi kasus Pedagang-pedagang Minangkabau Bilingual di Pasar Sukaramai Medan. Tesis. Universitas Sumatera Utara.

--- 2010. Kesinambungan Topik Kaba Klasik Bahasa Minangkabau. Disertasi.

Universitas Sumatera Utara.

---2013. Sikap dan Pemilihan Bahasa Oleh Masyarakat Minangkabau: Kajian Sosiolinguistik Di Kotamadya Medan. Medan: Lembaga Penelitian USU

Kridalaksana, Harimurti. (1982). Dinamika Tutur Sapa Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Bhratara.

Navis, AA. 1984. Alam Takambang Jadi Guru. Jakarta: Temprit.

Ohoitun, Paul. 1997. Sosiolinguistik: Memahami Bahasa Dalam Konteks Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta : Ksaint Blane

Rahayu, Hidayat 1998. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia Rosanti,Raina. 2011. Pergeseran Kata Sapaan dalam Bahasa Minangkabau Dialek Agam di

Kota Medan. Tesis. Universitas Sumatera Utara.

Supriyanto, Henricus dkk. 1986. Penelitian Bentuk Sapaan Bahasa Jawa Dialek Jawa Timur.

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Trisny, Hepy Yen 2006. Kata Sapaan Bahasa Minangkabau Dialek Pariaman. Tesis.

Universitas Sumatera Utara

Wardhaugh, Ronald. 1988 An Introduction to Sociolinguistics. New York: Basil Black Bell

(29)

LAMPIRAN 1: DAFTAR GAMBAR Gambar I :

Pengumpulan data di kota Maksum I

(30)

Gambar II :

Pengumpulan data di kota Maksum II

(31)

Gambar III :

Pengumpulan data di kota Maksum III

(32)

Gambar IV:

Pengumpulan data di kota Maksum IV

(33)

LAMPIRAN II : DAFTAR KUESIONER

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan enzim bromelin dalam pakan buatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap efisiensi pemanfaatan pakan, protein efisiensi rasio, dan laju pertumbuhan

Kitab Kuning merupakan kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab, Melayu, Jawa atau bahasa-bahasa lokal lain di Indonesia dengan menggunakan aksara Arab, yang

Analisis budaya yang dilakukan menggunakan kuesioner OCAI, bahwa kondisi budaya bagian pengolahan data elektronik (PDE) saat ini adalah jenis budaya hierarchy, dimana

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan positif kepada pihak perusahaan, yang dalam hal ini adalah Biro Perjalanan Wisata di Kota

menumbuhkan rasa tanggungjawab dan disiplin karena anak harus mentaati peraturan-peraturan. Salah satu karakteristik siswa seusia sekolah dasar adalah hasrat bergerak

Setelah tuntutan Masyumi tidak dikabulkan mereka menarik diri dari formatur kabinet dan Amir Sjarifuddin ditunjuk sebagai Perdana Menteri dan golongan Islam pada

Salah satu upaya untuk mengembangkan tanaman obat agar menjadi sediaan yang lebih modern adalah membuatnya dalam bentuk sediaan tablet hisap ekstrak, tablet hisap adalah sediaan

Walaupun ke- mampuan meningkatkan produksi usaha tani terkategori sedang, bila kita cermati dari ketiga aspek yang diukur, terlihat bahwa petani padi sawah lebak memiliki