• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kultur Teknis 2.1.1 Pemeliharaan

Sasaran penanaman adalah agar proses tanam berjalan lancar, jumlah tegakan sesuai dengan rencana, waktu tanam yang tepat, dan biaya tanam yang rasional. Saat penanaman kondisi cuaca sudah harus diantisipasi misalnya curah hujan dalam 1 bulan >60 mm maka segera lakukan penanaman kelapa sawit, sebaliknya jika curah hujan 10 tahun pelepah minimum 40 pelepah.

Urutan pemberian pupuk tunggal biasanya dimulai dari pupuk N kemudian pupuk P, K dan Mg. Hama yang banyak menyerang saat periode TM diantaranya insecta, tikus, monyet dan babi. Penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit baik itu periode TBM maupun TM disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus. Jenis penyakit itu adalah crown disease, blas disease, marasmius dengan gejala yang berbeda dan serangan pada umur yang berbeda (Darmosarkoro dkk, 2000).

2.1.2 Pemanenan

Panen merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kualitas dan

kuantitas produksi. Kegiatan awal dari persiapan panen adalah

pembuatan/peningkatan mutu jalan. Tingkat kematangan buah kelapa sawit

dapat dilihat dari perubahan warna dan kriteria matang panen didasarkan pada

jumlah buah sawit yang sudah membrondol. Komposisi ideal untuk dipanen

yakni, 2 + 3 + 4 sebanyak 80%, fraksi 1 sebanyak 15% dan sisanya fraksi 5

sebanyak 5 %. Rotasi panen normalnya 15 hari, lalu 10 hari dan terakhir 7

hari. Tujuan peramalan produksi adalah untuk memudahkan pengaturan dan

pelaksanaan pekerjaan panen dikebun dan pengolahan, juga untuk

memudahkan penyediaan dan pengaturan transportasi. Pelaksanaan panen

dilakukan dengan 2 sistem yaitu sistem giring dan sistem tetap

(2)

2.2 Produktivitas Kelapa Sawit

2.2.1 Pengertian Produktivitas

Pengertian Produktivitas menurut Blocher, et al., (2007) menjelaskan bahwa ukuran produktivitas bisa dilihat dengan dua cara yaitu produktivitas operasional dan produktivitas finansial. Produktivitas opersional adalah rasio unit output terhadap unit input. Baik pembilang maupun penyebutnya merupakan ukuran fisik (dalam unit).

Ukuran produktivitas bisa mencakup seluruh faktor produksi atau fokus pada satu faktor atau sebagian faktor produksi yang digunakan perusahaan dalam produksi. Ukuran produktivitas yang memusatkan perhatian pada hubungan antara satu atau sebagian faktor input dan output yang dicapai disebut dengan ukuran produktivitas parsial. (Blocher, et al., 2007).

2.2.2 Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq)

Produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh karakteristik lahan yangberbeda pada setiap wilayah.Setiap kelas kesesuaian lahan (KKL) dapatsecara langsung dikaitkan dengan produksi kelapa sawit yang dapat dicapai.Belum tercapainya produksi yang optimal, berhubungan erat dengan kondisiiklim wilayah berfluktuasi musiman dan perlakuan kultur teknis tanaman kelapa sawit yang belum optimal. Produksi kelapa sawit marjinal berupa tandan buah segar (TBS) yang ditetapkan berdasarkan pendapatan marjinal (Sulistiyo, dkk, 2010).

Faktor kultur teknis adalah yang paling banyak mempengaruhi pertumbuhan

dan produksi. Beberapa faktor yang erat pengaruhnya antara lain: pembibitan,

pembukaan lahan, peremajaan,pembangunan penutup tanah kacangan,

penanaman dan penyisipan kelapa sawit, pemeliharaan tanaman belum

menghasilkan (TBM) pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM),

pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, panen, pengangkutan dan

(3)

Keberhasilan suatu usaha perkebunan ditentukan oleh :

a) Kemampuan pengusaha dalam mengelola atau melaksanakan manajemen sumber daya manusia

b) Faktor- faktor lingkungan sumber daya alam (iklim, tanah, dan topografi) bahan tanam, tindakan kultur teknis dan sebagainya.

c) Pengaruh kondisi ekonomi yang sedang berkembang pada waktu itu dilakukan.

Pola manajemen lapangan dan cara kerja di perkebunan kelapa sawit mempunyai ciri khas tersendiri yang berbeda dengan komoditas lain.

Kegiatan manajemen lapangan meliputi seluruh aspek pengusahaan kelapa sawit, yakni mencakup faktor - faktor men, money, material, machine dan market(Azan,2012).

2.3 Faktor-faktor produksi

Faktor yang mempengaruhi produktivitas dan pertumbuhan adalah tindakan kultur teknis. Beberapa faktor yang erat pengaruhnya antara lain adalah pembibitan,pembukaan lahan, peremajaan, pembangunan penutup tanah kacangan, penanaman kelapa sawit, konsolidasi kelapa sawit, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM), pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM), pengendalian hama penyakit, pemupukan panen, dan pengolahan.

(Prambudi dan Hermawan,2010).

Menurut Lubis (2008) bahwa produksi dan kualitas produksi mempengaruhi hasil produktivitas pada tanaman kelapa sawit,

Faktor Internal :

1. Produksi persatuan luas tergantung pada berbagai faktor dan hal ini tercermin oleh kelas kesesuaian lahannya beserta faktor penghambatnya.

2. Jenis tanah, defisit air, jenis bahan tanaman.

3. Kerapatan pohon juga banyak menentukan terutama pada umur 7-9 tahun

dimana panjang pelepah daun sudah akan mencapai maksimum.

(4)

seleksinya sangat lemah Faktor Eksternal :

1. Komposisi umur tanaman juga banyak berperan dalam produksi rata-rata kebun karena produksi perhektar juga sangat tergantung pada umur tanaman. Produksi tertinggi terdapat pada tanaman berumur 7-11 tahun.

Makin besar persentasenya maka akan tinggi rata-rata produksinya.

2. Keadaan topografi dan kondisi jalan sangat berkaitan apalagi pada musim hujan dapat menjadi kendala yang penting. Hal yang samadapatjuga terjadi pada areal yang sering tergenang dan daerah banjir. Karena kendala jalan maka tidak jarang panen menjadi tertunda, buah tidak terangkut pada hari panen dan banyak membusukdilapangan. Di samping itu banyak faktor lain yang perlu dikaji seperti keterampilan pemanen, premi panen dan lain-lain. Dua kebun yang bersebelahan kadang kala menunjukan perbedaan produksi yang besar dan hal ini dapat dipakai sebagai indikator mengambil kebijaksanaan.

Mutu kualitas panen perlu mendapat perhatian. Kehilangan minyak dan penurunan mutu sebagian besar dapat terjadi di lapangan (permanen), pengangkutan dan selama pengolahan dipabrik.

3. Aspek teknis agronomi (eksternal dan internal yang merupakan perpaduan antara pemilihan jenis varietas unggul dan upaya pengelolaan faktor lingkungan yang mampu menunjang pertumbuhan kelapa sawit hingga mampu mencapai produksi yang optimal).

2.3.1 Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa Sawit

Pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Sedangakan faktor luar adalah faktor lingkungan, antara lain iklim dan tanah, dan teknik budidaya yang dipakai (Lubis, 2008).

Kesesuaian lahan merupakan keadaan tingkat kecocokan dari suatu lahan

(5)

Semakin banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan atau diusahakan di suatu wilayah, kemampuan lahannya semakin tinggi (Lubis dan Widanarko, 2011). Untuk mengetahui kelas kesesuaian yang cocok untuk tanaman kelapa sawit pada lahan mineral dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.1. Kriteria Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit Pada Tanah Mineral No Karakteristik

lahan Simbol Intensitas Faktor Pembatasan Tanpa (0) Ringan (1) Sedang (2) Berat(3)

1 Curah Hujan

(mm) H 1750 –

3000 >3000 1500 –

1250 <1250

2 Bulan Kering K <1 1 -2 2 – 3 >3

3 Elevasi (mdpl) L 0-200 200 - 300 300 – 400 >400 4 Bentuk Wilayah

(%) W <8 8 – 15 15 – 30 >30

5

Batuan di Permukaan dan

di dalam tanah (%volume)

B <3 3 – 15 16 – 40 >40

6 Kedalam efektif

(cm) S >100 100 - 75 75 – 50 <50

7 Tekstur tanah T

Lempung berdebu, lempung

liat berpasir, lempung berdebu, lempung berliat

Liat, liat berpasir, lempung berpasir, lempung

Pasir, lempung,

debu

Liat, berat, pasir

8 Kelas drainase D Baik, sedang

Agak terhambat

Cepat, terhambat

Sangat cepat, tergenang 9 Kemasaman

tanah A 5,0 - 6,0 4,0 -5,0 6,0 -6,5

3,5 -4,0 6,5 -7,0

<3,5

>7,0

(Sumber: Jurnal Penelitian Pertanian vol.14 Firmansyah, dalam Sipayung

2016)

(6)

Berikut ini merupakan tabel klasifikasi kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit yang disajikan sebagai berikut:

Tabel 2.2. Klasifikasi Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit

Kelas Kesesuaian Lahan Kriteria

Kelas S1 (Sangat Sesuai) Unit lahan yang memiliki tidak lebih dari satu pembatas ringan (optimal)

Kelas S2 (Sesuai)

Unit lahan yang memiliki lebih dari 2 pembatas ringan dan tidak memiliki

lebih dari satu pembatas sedang

Kelas S3 (Agak Sesuai)

Unit lahan yang memiliki lebih dari 1 pembatas sedang dan atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas berat

Kelas N1 (Tidak Sesuai Bersyarat)

Unit lahan yang memiliki dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat

diperbaiki.

Kelas N2 (Tidak Sesuai Permanen) Unit lahan yang memiliki pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki.

(Sumber: PPKS, 2016).

Produktivitas tanaman kelapa sawit ditentukan oleh karakteristik lahan yang berbeda pada setiap wilayah pengembangannya. Belum tercapainya produktivitas tersebut berhubungan erat dengan kondisi iklim yang berfluktuasi musiman (Purba, 2012).

Berikut potensi produksi tanaman kelapa sawit jenis Tenera secara umum

pada lahan kelas S1, S2, S3 disajikan pada Tabel 2.1

(7)

Tabel 2.3 Potensi Produksi Tanaman Kelapa Sawit Secara Umum Berdasarkan Kriteria Kelas Lahan.

Umur (Thn)

KKL S1 KKL S2 KKL S3

JT RBT TBS JT RBT TBS JT RBT TBS

3 22.0 3.2 9.0 18.1 3.1 7.3 17.9 3.0 7.0

4 19.2 6.0 15.0 17.6 5.9 13.5 17.4 5.3 12.0

5 18.5 7.5 18.0 17.3 7.1 16.0 16.6 6.7 14.5

6 16.2 10.0 21.1 15.1 9.4 18.5 15.4 8.5 17.0

7 16.0 12.5 26.0 15.0 11.8 23.0 15.7 10.0 22.0

8 15.3 15.1 30.0 14.9 13.2 25.5 14.8 12.7 24.5

9 14.0 17.0 31.0 13.1 16.5 28.0 12.9 15.5 26.0

10 12.9 18.5 31.0 12.3 17.5 28.0 12.5 16.0 26.0

11 12.2 19.6 31.0 11.6 18.5 28.0 11.5 17.4 26.0

12 11.6 20.5 31.0 11.0 19.5 28.0 10.8 18.5 26.0

13 11.3 21.1 31.0 10.8 20.0 28.0 10.3 19.5 26.0

14 10.3 22.5 30.0 10.0 20.5 27.0 9.6 20.0 25.0

15 9.3 23.0 27.9 9.2 21.8 26.0 9.1 20.6 24.5

16 8.5 24.5 27.1 8.50 23.1 25.5 8.3 21.8 23.5

17 8.0 25.0 26.0 7.8 24.1 24.5 7.4 23.0 22.0

18 7.4 26.0 24.9 7.2 25.2 23.5 6.7 24.2 21.0

19 6.7 27.5 24.1 6.6 26.4 22.5 6.0 25.5 20.0

20 6.2 28.5 23.1 5.9 27.8 21.5 5.5 26.6 19.0

21 5.8 29.0 21.9 5.6 28.6 21.0 5.1 27.4 18.0

22 5.1 30.0 19.8 5.0 29.4 19.0 4.6 28.4 17.0

23 4.8 30.5 18.9 4.6 30.1 18.0 4.2 29.4 16.0

24 4.4 31.9 18.1 4.2 31.0 17.0 3.8 30.4 15.0

25 3.9 32.4 17.1 3.8 32.0 16.0 3.6 31.2 14.0

Jumlah 249.0 481.1 553.0 235.0 463.0 505.3 228.0 442.0 461.2 Rata-rata 10.8 20.9 24.0 10.2 20.1 22.0 9.9 19.2 20.0

(Sumber : LPP, 2008) Keterangan :

JT : JumlahTandan TBS : Tandan Buah Segar (Kg)

KKL : KelasKesesuaianLahan RBT : Rataan Berat Tandan (Kg)

(8)

Tabel 2.4 Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Varietas Tenera (128 Pokok/Ha) Secara Umum Pada Lahan Kelas S1, S2, Dan S3.

Umur (Thn)

Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3

T RBT TB T RBT TBS T RBT TBS

3 10.8 4.2 6.0 9.4 4.0 5.0 8.0 3.8 4.0 4 18.1 6.7 16.0 17 6.3 14.0 15.1 6.0 12.0 5 18.5 7.8 19.0 17 7.5 17.0 16.0 7.1 15.0 6 17.1 10.2 23.0 16.1 9.9 21.0 15.5 9.3 19.0 7 16.1 13.2 28.0 15.4 12.8 26.0 15.1 11.5 23.0 8 15.3 15.8 32.0 14.8 14.3 28.0 14.3 13.8 26.0 9 14.1 18.2 34.0 13.0 17.5 30.0 12.4 16.5 27.0 10 13.0 20.4 35.0 12.5 18.8 31.0 12.2 17.4 28.0 11 12.2 21.8 35.0 11.5 21.1 32.0 10.8 20.4 29.0 12 11.4 23.2 35.0 10.9 22.2 32.0 10.6 21.4 30.0 13 10.8 23.9 34.0 10.6 22.9 32.0 10.2 22.3 30.0 14 10.2 24.5 33.0 9.9 23.7 31.0 9.6 23.3 29.5 15 9.1 26.6 32.0 8.9 25.5 30.0 8.7 24.8 28.5 16 8.2 28.2 30.5 7.9 27.3 28.5 7.7 26.6 27.0 17 7.6 28.9 29.0 7.4 28.2 27.5 7.2 27.4 26.0 18 7.1 30.0 28.0 6.9 29.6 27.0 6.7 28.3 25.0 19 6.7 30.5 27.0 6.5 30.3 26.0 6.1 29.8 24.0 20 6.2 31.8 26.0 6.0 31.6 25.0 5.6 31.1 23.0 21 5.9 32.8 25.5 5.7 31.9 24.0 5.3 31.5 22.0 22 5.7 33.2 25.0 5.4 32.3 23.0 5.0 31.8 21.0 23 5.4 33.6 24.0 5.1 32.7 22.0 4.7 32.2 20.0 24 5.0 34.8 23.0 4.8 33.9 21.5 4.4 33.5 19.5 25 4.8 35.6 22.5 4.5 35.3 21.0 4.2 35.1 19.5 Rata-rata 10.4 23.3 27.1 9.9 22.6 25.0 9.4 22.0 23.0 ( Sumber: PPKS 2008)

Keterangan :

JT : JumlahTandan TBS : Tandan Buah Segar

KKL : Kelas KesesuaianLahan RBT : Rataan Berat Tandan

(9)

2.3.2 Curah Hujan

Potensi produksi kelapa sawit juga ditentukan oleh jumlah curah hujan setahun. Jika terjadi kemarau panjang akan menyebabkan gagalnya pembentukan bakal bunga 19-21 bulan berikutnya (abortus bunga) dan keguguran buah 5-6 bulan berikutnya. Persentase produksi sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Prambudi dan hermawan, 2010).

Tabel 2.5 Pengaruh Curah Hujan terhadap Persentase Potensi Produksi : Curah hujan / tahun (mm) Potensi produksi

>2500 100%

2500-2000 80%

2000-1500 70%

>1500 60%

Sumber : (Prambudi dan Hermawan, 2010)

2.3.3 Bentuk Wilayah

Untuk pengembangan tanaman kelapa sawit adalah < 400 m dari permukaan laut (dpl). Areal dengan ketinggian tempat > 400 m dpl tidak disarankan lagi untuk perkebunan kelapa sawit.

a. Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah datar sampai berombak yaitu wilayah yang sesuai dengan kemiringan lereng antara 0 -8%.

b. Pada wilayah bergelombang sampai berbukit (kemiringan lereng 8 - 30%.

Kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya pengelolaan tertentu seperti pembuatanteras.

c. Pada wilayah berbukit dengan kemiringan >30% tidak dianjurkan untuk

kelapa sawit karena akan memerlukan biaya yang besar untuk

pengelolaannya, sedangkan produksi kelapa sawit yang dihasilkan relatif

rendah.

(10)

Beberapa hal yang akan menjadi masalah dalam perkebunan kelapa sawit pada areal-areal yang berbukit antara lain:

Kesulitan dalam pemanenan dan pengangkutan tandan buah segar(TBS), Diperlukan pembangunan dan pemeliharaan jaringantrransportasi, Diperlukan pembuatan bangunan pencegah erosi,dan Pemupukan yang tidak efektif karena sebagian besar hilang melalui aliran permukaan (Sulistyo,2010).

Bentuk wilayah (relief) atau lereng suatu lahan dinyatakan berdasarkan persen (%) dan derajat (º) seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.6. Bentuk Wilayah dan Kelas Lereng No Relief Lereng (%) Derajat (º) Kelas 1 Datar

No. Relief Lereng (%) Derajat (°) Kelas

1 Datar <3 0-3 S1

2 Berombak/ Agak Landai 3-8 4-9 S1

3 Bergelombang/ Landai 8-15 10-27 S2

4 Berbukit 15-30 28-45 S3

2.3.4 Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit

Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Selain itu untuk mencapai kondisi tanah yang subur maka perlu kombinasi pemakaian pupuk organik dan anorganik.

Pemupukan yang baik dapat meningkatkan produksi hingga mencapai

produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya. Unsur hara

yang utama mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman kelapa sawit

(11)

harapkan tersedia cukup dalam tanah. Ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat berakibat tanaman mengalami gejala defisiensi hara (Sutarta, dkk, 2000).

Kebutuhan pupuk per hektar di perkebunan kelapa sawit adalah 24 persen dari biaya produksi keseluruhan atau sekitar 40-60 persen dari total biaya pemeliharaan. Sedangkan untuk menentukan dosis pupuk yang tepat, sebelumnya harus dilakukan analisis tanah dan daun terlebih dahulu.

Tujuannya untuk mengetahui ketersediaan unsure-unsur hara di dalam tanah pada saat itu dan keadaan terakhir yang ada pada tanaman (Hartanto,2011).

Produktivitas tanaman yang tinggi pada perkebunan kelapa sawit ini tidak terlepas dari peranan pemupukan yang baik. Pemupukan merupakan upaya perawatan yang sangat penting pada tanaman kelapa sawit, untuk meningkatkan dan mencukupi kebutuhan unsur hara dalam tanah yang di butuhkan oleh kelapa sawit.

Aplikasi pemupukan di perkebunan kelapa sawit merupakan investasi yang cukup besar dalam rangka mencapai produksi kelapa sawit yang optimal.

Mengingat hal tersebut, pupuk harus dapat di gunakan secara efektif dan efisien. Ada konsep 5T yang harus dijadikan pedoman dalam pemupukan yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat sasaran (Poelengan, dkk, 2000).

a. Tepat Jenis

Jenis pupuk untuk tanaman kelapa sawit dapat dikelompokkan dalam lima kelompok yaitu : pupuk tunggal, pupuk campuran, pupuk majemuk, pupuk lambat tersedia (tablet) dan pupuk organik. Pemilihan jenis pupuk oleh pihak kebun disarankan agar hati-hati, hal ini mengingat telah banyak jenis pupuk yang telah beredar dipasar dengan berbagai bentuk dan komposisi hara (Winarna dan Sutarta,2000).

Pupuk tunggal adalah kelompok pupuk yang hanya mengandung satu jenis

unsur hara utama. Pupuk tunggal yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

(12)

merupakan pupuk yang paling umum digunakan dalam pemupukan tanaman kelapa sawit, utamanya untuk tanaman menghasilkan.

Kelebihan dari pupuk tunggal adalah mudah didapat dan harga lebih murah, kepastian dosis bisa lebih tepat sesuai rekomendasi yang dibutuhkan, kelarutan dalam tanah sangat cepat dan cepat diserap tanaman. Sedangkan kelemahan dari pupuk tunggal adalah pupuk secara kelarutan cepat sehingga tingkat kehilangan pupuk sangat tinggi contohnya tercuci dan menguap.

Pupuk tunggal juga dapat memperburuk sifat tanah seperti menimbulkan pengerasan ataupun peningkatan atom H dalam tanah.

Jenis dan spesifikasi pupuk tunggal yang umum direkomendasikan untuk tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.4

Tabel 2.7. Jenis dan Spesifikasi Pupuk Tunggal dan Pupuk Majemuk yang Umum direkomendasikan untuk Tanaman KelapaSawit.

Hara Pupuk Spesifikasi

N Urea • 46%N

ZA • 21% N; 23%S

P SP-36

• P2O5 (total) ;36%

• P2O5 (larut dalam asam sitrat) :34%

S :5%

Rock Phosphate (RP) SNI kualitas A

• P2O5 (total) ; min28%

• P2O5 (larut dalam asam sitrat 2%) : min8%

• Ca+Mg (setara CaO : min40%

• Al2O2+Fe2O3 : maks3%

• Kadar air : maks3%

• Kehalusan (lolos saringan 80 mesh):

min50%

• Kehalusan (lolos saringan 25 mesh):

min 80%

K MOP (KCl) • K2O :60%

Mg Kieserite • MgO : 26% ; S :21%

Dolomit

• MgO : min18%

• CaO : min 30%

• Kadar air : maks5%

• Ni : maks5ppm

• Kehalusan (lolos saringan 100 mesh):

min80%

• 12%N

(13)

Pupuk majemuk berisi beberapa unsur hara yang dikombinasikan dalam satu formulasi. Jika dibuat secara benar setiap butir pupuk majemuk mengandung hara yang sama. Keuntungan aplikasi pupuk majemuk adalah semua unsur hara utama diaplikasikan dalam satu rotasi pemupukan. Namun demikian biaya untuk unit hara mungkin lebih tinggi secara nyata dibandingkan pupuk tunggal atau pupuk campur dan perbandingan hara yang diperlukan tidak dapat dipenuhi.

Pada saat ini diperkenalkan berbagai pupuk majemuk yang berbentuk tablet yang mempunyai sifat lambat larut (slow release) sehingga dapat mengurangi kehilangan hara melalui pencucian, penguapan dan pengikatan menjadi senyawa yang tidak tersedia bagi tanaman. Selain itu aplikasinya dapat dilakukan hanya sekali selama masa pembibitan atau selama satu tahun pada tanaman di lapangan.

b. Tepat Dosis

Setiap tanaman harus mendapatkan pupuk yang sesuai dengan dosis yang direkomendasikan untuk mendapatkan jaminan pertumbuhan kelapa sawit yang baik dan seragam. Semua pohon harus dipupuk dengan menggunakan takaran yang memenuhi standar. Penentuan dosis pupuk biasanya berdasarkan pedoman dari kantor pusat atau rekomendasi dari balai penelitian.

Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk guna mengimbangi kekurangan hara dalam tanah meliputi : hasil analisis daun dan tanah, realisasi produksi lima tahun sebelumnya, realisasi pemupukan tahun sebelumnya, data curah hujan selama minimal lima tahun sebelumnya, hasil pengamatan lapangan yang meliputi gejala defesiensi hara, kultur teknis, dan panen (Winarna dan Sutarta, 2000).

Kebutuhan minimum untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) yaitu dengan komposisi dan persentase hara N, P, K, Mg per pohon pada TBM yang berumur 2 bulan adalah 0,846% N, 0,098% P, 1,53% K, 0,205% Ca.

Sedangkan komposisi dan persentase hara N, P, K, Mg pada TM, yaitu hara

(14)

hara yang terimobilisasi dalam bagian vegetatif tanaman yaitu 114,1 kg N, 14,7 kg P, 149,1 kg K dan 32,3 kg Mg (Mangoensoekarjo, 2008).

Setiap ton tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan mengandung hara yang setara dengan 6,3 kg Urea, 2,1 kg TSP, 7,3 kg KCL dan 4,9 kg Kieserit. Hara tersebut harus dikembalikan dalam bentuk pupuk dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti jumlah hara yang tercuci, terimobilisasi, terserap misel tanah, hanyut, dan menguap (PPKS, 2005).

Aplikasi pupuk dijamin bahwa tanaman menerima pupuk sesuai dengan dosis

rekomendasi. Ketepatan dosis pupuk dipengaruhi oleh: sistem pengeceran

pupuk, alat aplikasi, kondisi fisik lahan (topografi, akses perawatan, dsb),

sistem pengupahan, dsb. Pengeceran pupuk disesuaikan dengan kemampuan

wajar tenaga angkut manusia dan dosisnya. Alat aplikasi menjamin bahwa

alat tersebut memiliki keakuratan yang tinggi (variasi rendah) dan mudah

digunakan. Dosis atau kuantitas aplikasi pupuk harus mempertimbangkan

kapasitas tanah menyerap hara. Jika jumlahnya melebihi kapasitas tanah,

maka mendorong terjadinya kehilangan hara pupuk.

(15)

Berikut ini dosis pupuk pada tanaman belum menghasilkan (TBM) kelapa sawit disajikan pada tabel 2.8

Tabel 2.8. Dosis pupuk pada tanaman belum menghasilkan (TBM) kelapa sawit.

Umur (Bulan)

Dosis kg/pohon ZA atau

urea RP MOP Kieserit HGF Borate

Saat

Tanam - 0,5 - - -

1 0,10 - - - -

3 0,25 - - - -

5 0,25 0,50 0,15 0,10 -

8 0,25 0,35 0,15 0,02

12 0,50 0,75 0,35 0,25 -

Jumlah 1,35 1,75 1,00 0,70 0,02

TBM 1

16 0,50 - 0,50 0,50 0,03

20 0,50 1,00 0,50 0,50 -

24 0,50 - 0,75 0,50 0,05

Jumlah 1,50 1,00 1,75 1,50 0,08

TBM 2

28 0,75 1,00 0,75 0,75 -

32 0,75 - 1,00 0,75 -

Jumlah 1,50 1,00 1,75 1,50 -

TBM 3

Total 4,35 3,75 4,50 3,70 0,10

Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) 2016.

Sebagai pedoman umum, dosis pupuk tanaman menghasilkan TM dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.9. Dosis Pupuk Pada Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa sawit Pemupukan

(Aplikasi)

Dosis Pupuk (Kg/Phn)

Urea atau ZA RP atau TSP MOP Keiserit Borate

Semester I 1 1,5 0,75 0,5 0,75 0,5 -

Semester II 1 1,5 1 0,75 0,75 0,75 0,05

Jumlah 2 3 1,75 1,25 1,5 1,25 0,05

Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) 2016.

(16)

c. Tepat Waktu

Waktu pemupukan perlu disesuaikan dengan kondisi curah hujan. Pemupukan yang optimum dilakukan pada saat (bulan-bulan) dengan curah hujan 100-200 mm/bulan, sedangkan curah hujan minimum 60 mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Bila curah hujan per bulan < 60 mm/bulan, pemupukan sebaiknya ditunda dan menunggu curah hujan mencapai > 60 mm/bulan.

Begitu juga bila curah hujan mencapai >300 mm/bulan maka pemupukan juga ditunda. Dalam praktek di lapangan untuk perkebunan kelapa sawit dapat digunakan pedoman waktu pemupukan sebagai berikut:

a. Waktu mulai pemupukan bila sudah turun hujan 50 mm/10 hari (awal musim hujan).

b. Waktu harus berhenti pemupukan (terutama pupuk N) adalah:

- Bila periode panjang tidak hujan (hari tidak hujan berturut-turut, (dry spell) 20 hari (terlalu kering).

- Jumlah hari hujan > 20 hari/bulan (terlalu basah atau banyak hujan).

- Intensitas hujan harian tinggi > 30 mm/hari (terlalu basahatau kelebihan hujan).

- Tanah jenuh air (lewat kapasitas lapang atau air sudah tergenang) karena hujan terus menerus. (Darmosarkoro, dkk,2005).

Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan pada akhir musim hujan

(Maret-April) untuk pemupukan yang pertama, dan pada awal musim hujan

(Agustus-September) untuk pemupukan yang kedua seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 2.1

(17)

Gambar 2.1. Waktu aplikasi pupuk

d. Tepat Cara

Menurut Darmosarkoro, dkk, (2005) pemilihan metode aplikasi didasarkan antara lain pada jenis pupuk, efisiensi, ketersediaan alat, kondisi lahan, dan unsur tanaman. Metode aplikasi dapat dilakukan dengan cara tabur (manual, mekanik, aerial spray), pocket dan foliar.

- Penaburan Pupuk Secara Manual

Penaburan pupuk secara manual dilakukan pekerja dengan menggunakan

ember (tempat pupuk) dan takaran (untuk ukuran penaburan). Pupuk di tabur

merata pada jarak 1,5 m ke arah luar dalam piringan pohon. Aplikasi

pemupukan pada tanaman kelapa sawit tanaman menghasilkan disajikan pada

Tabel 2.6

(18)

Tabel 2.10. Penempatan Pupuk pada Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan.

Umur Tanaman Jarak Penaburan

TM < 8 tahun Pupuk N = 50-100 cm P,K,Mg = 100-250 cm

TM > 8 tahun

Ditabur pada Semua pupuk 100-250 cm, pupuk permukaan piringan pohon, dari pangkal pohon kearah pinggirpiringan

Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) 2016 - Penaburan pupuk dengan Mesin (Fertilizer Spreader)

Pupuk di tempatkan pada alat penabur yang dipasangkan pada traktor.

Sebelum digunakan, mesin perlu dikalibrasi untuk mengetahui jumlah dan jangkauan penaburannya. Mesin penabur ini dapat digunakan pada areal yang relative datar dengan tanaman kelapa sawit yang sudah cukup tinggi kanopinya dan dengan jenis pupuk prill/granul (Darmosarkoro, dkk, 2005).

- Pemberian Pupuk Secara Benam(pocket)

Pupuk dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat sebelumnya dengan menggunakan cangkul dan kemudian lubang ditutup dengan tanah kembali.

Lubang (pocket) yang tidak ditutup kembali akan menyebabkan pupuk hilang atau hanyut karena erosi dan air hujan (Darmosarkoro, dkk, 2005).

e. Tepat Sasaran

Untuk pertumbuhan tanaman yang sehat dan berproduksi tinggi, tanaman

kelapa sawit membutuhkan unsur hara yang seimbang dan cukup tersedia di

dalam tanah. Mempertahankan kesuburan tanah pada tingkat yang

memuaskan dan pada waktu yang sama juga menghasilkan tanaman yang

menguntuntungkan baik dari segi kejaguran maupun produksinya adalah

merupakan sasaran utama pemupukan, sehingga pemupukan harus

dilaksanakan dengan baik agar sasaran pemupukan (Darmosarkoro, dkk,

2005).

(19)

2.3.5 Bibit

Tingkat produksi yang mungkin dicapai pertama-tama ditentukan oleh potensi genetik varietas baru faktor lingkungan dan pengelolaan. Varietas unggul kelapa sawit yang dihasilkan oleh berbagai lembaga riset adalah tenera yang merupakan hibrida Dura x Pisifera (DxP), yaitu bunga jantan (pollen) dari jenis pisifera dikawinkan pada bunga betina dari jenis dura. Jadi, benih yang membawah sifat gabungan kedua jenis sawit tersebut adalah biji dari dura.

Benih biji hibrida dengan yang bukan hibrida tidak bisa dibedakan baik dalam hal ukuran, bentuk, dan warnanya sehingga membuka peluang pemalsuan.

Begitu pula dengan bibitnya, tidak dapat dibedakan secara kasat mata. Selain menjual benih dura, para pemalsu benih juga menjual biji dari tenera yang dipanen dari kebun produksi.Kekeliruan memilih benih baru disadari ketika tanaman sudah memasuki fase berproduksi. Jika biji palsu berasal dari dura, maka seluruh tanaman adalah dura, tetapi kalau berasal dari biji tenera, maka sebagian akan kembali ke induk dura, sebagian kembali ke induk pisifera, dan sisanya seperti tenera sehingga kerugian yang ditimbulkan sangat besar.

Untuk meminimalisir kesalahan, usahakan membeli benih kelapa sawit hanya dari produsen resmi yang bersertifikat melalui prosedur resmi yang ditetapkan oleh produsen bersangkutan. Jangan sekali-kali membeli benih dari perorangan, meskipun ia bekerja di perusahaan produsen benih, apa lagi dari pedagang. Sebaiknya petani berkelompok dan menghubungi Dinas Perkebunan setempat untuk membantu menghubungkan dengan produsen benih.

Penerimaan benih harus dilengkapi dengan berita acara agar kemudian hari dapat ditelusuri jika ada masalah.

Mengingat proses pembuatannya memakan waktu lama, disarankan pemesanan

benih dilakukan satu tahun sebelum rencana penanaman (Allorerung,

et.al,2010).

(20)

Tabel 2.11 Benih Kelapa Sawit Sebagai Calon Bibit Yang Mempengaruhi Produksi :

Nama Varietas Yanga

mbi

Simalun gun

Bah

Jambi Marihat Lame Avros SP2 SP1 Potensi

Produksi TBS (ton/ha/tahun)

39 33 32 31 36 30 30 32

Produksi TBS rata-rata (ton/ha/tahun)

25-28 28,4 22-24 31 36 24-27 24-27 25-28 Potensi hasil

CPO (ton/ha/tahun)

7,5 7,9 7,4 7,9 7,9 7,8 7,5 7,6

Produksi CPO rata-rata (ton/ha/tahun)

5,8-

7,3 8,7 5,7-

6,2 6,0-6,3 5,9-

7,0 7,8 6,2 6,8 Rendemen

Minyak (%) 23-26 26,5 23-26 23-25 23-26 23-26 23-25 23-26 Produksi

MinyakInti (ton/ha/tahun)

0,62 0,51 0,62 0,54 0,6 0,54 0,51 0,49 Kerapatan

Tanaman 130 130-135 130 143 143 130 143 143 Pertumbuhan

Meninggi (meter/tahun)

0,6- 0,75

0,75- 0,78

0,65-

0,85 0,6-0,7 0,55- 0,7

0,6- 0,8

0,65-

0,85 0,4-0,55 Sumber:(Lubis,2008)

Keunggulan dari tiap - tiap varietas pada tabel 2.1 :

a. Yangambi : Produksi tandan tinggi, jumlah tandan banyak, ukuran tandan relatif kecil, kandungan minyak dalam tandan sangat baik, cocok ditanam di berbagai areal.

b. Simalungun : Produksi tandan tinggi, rendemen minyak sangat tinggi.

Dapat ditanam pada berbagaiareal.

c. BahJambi: Berproduksi sangat baik pada umur muda (quick starter),

Pertumbuhan sangat jagur, dianjurkan ditanam pada areal datar.

(21)

e. Lame : Produksi tandan tinggi, ukuran relatif kecil, sesuai ditanam di areal berlereng dan relatif benih tahan kekeringan.

f. Avros : Produksi tandan sangat tinggi terutama di awal pertumbuhan tandan besar, tidak disarankan untuk ditanam diareal berlereng.

g. Sungai Pancur 2 : Produksi tandan dan kandungan minyak tinggi

h. Sungai Pancur 1 : Pertumbuhan meninggi sangat lambat, tidak dianjurkan ditanam di daerah berlereng curam.

Dalam menggunakan kombinasi dura dan pesifera untuk produksi benih perlu diketahui hasil pengujian DxP. Berdasarkan hasil pengujian akan diperoleh skala prioritas dalam produksi benih, hal ini desebut sebagai “crossing plan”.

Jika pisifera prioritas pertama tidak ada dalam persediaan barulah dipergunakan pisifera lainnya yang sudah ditentukan, dan seterusnya (Lubis, 2011).

2.4. Gap (Kesenjangan Produktivitas kelapa sawit) 2.4.1. Pengertian Kesenjangan

Pengertian kesenjangan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan suatu ketimpangan ketidak samarataan dan ketidak setaraan.

Untuk pengertian kesenjangan secara khusus belum ditemukan oleh para ahli.

Maka, kesenjangan produktivitas dalam kelapa sawit adalah ketidak seimbangan hasil produksi dalam pertumbuhan kelapa sawit. Dimana produktivitas tanaman kelapa sawit di analisis untuk diketahui kesenjangan produktivitas.

2.4.2 Penyebab Kesenjangan Produktivitas

Faktor yang mempengaruhi produktivitas dan pertumbuhan adalah tindakan

kultur teknis. Beberapa faktor yang erat pengaruhnya antara lain adalah

pembibitan, pembukaan lahan, peremajaan, pembangunan penutup tanah

kacangan, penanaman kelapa sawit, konsolidasi kelapa sawit, pemeliharaan

tanaman belum menghasilkan (TBM), pemeliharaan tanaman menghasilkan

(22)

Analisa gap terdiri dari tiga komponen faktor utama yaitu :

1) Daftar karakteristik (seperti atribut, kompetensi, tingkat kinerja dari situasi sekarang (apa yang saatini)

2) Daftar apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan masa depan (apa yang harus)

3) Daftar kesenjangan apa yang perlu diisi.

Bagaimana dengan langkah-langkahnya, dari beberapa dapat dsimpulkan sebagai berikut :

1) Ranking Requirements, yaitu memastikan proses bisnis dapat diakomodikasikan selama implementasi system yang baru dan memastikan area-area yang penting bagi organisasi yang memberikan nilai tambah bagi perusahaan dalam meningkatkan proses bisnis.

2) Degree of Fit, yaitu menentukan sejauh mana kebutuhan dapat diakomodir oleh sistem yang baru.

3) Gap Resolution, yaitu menentukan alternatif dan merekomendasikan solusi

untuk mengatasi gap yang ada. Suatu analisis kesenjangan yang

membandingkan kinerja bisnis yang sebenarnya dengan kinerja yang ideal

yang sering digunakan.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah didapat satu bagian yang merupakan wajah, proses selanjutnya adalah mengambil ( cropping ) wajah tersebut dari gambar input dengan ukuran yang sesuai dengan posisi wajah

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan jenis pengolahan data yang dilakukan dan menyusunnya untuk keperluan penelitian.Penelitian ini meggunakan skala

Pasien penderita Hiperkolesterolemia di RSUD Dr.H.Abdoel Moeloek Bandar Lampung sebesar 84,0% Rerata kadar kolesterol total sebesar 247,44 mg/dl dan Besarnya koefisien korelasi

Dengan kata lain, al-Farabi seakan ingin mengatakan bahwa Islam secara epistemologi memiliki cakupan yang lebih luas yang di dalamnya terkandung epistemologi sains

Membran ultrafiltrasi merupakan salah satu alternatif teknologi untuk menghasilkan gula bermutu tinggi dengan biaya relatif rendah, karena aplikasi membran

Bahan peledak yang digunakan dinamit (dayagelmagnum) 38 x 200 mm, diameter lubang ledak 51 mm, diameter reamer 102 mm, dan detonator non-electric (nonel).Kegiatan

Mistar ukur adalah sebuah pita ukur yang ditopang vertikal dan digunakan untuk mengukur jarak vertikal antara garis bidik dan sebuah titik tertentu yang berada

Pada penelitian ini ditemukan bahwa dari 50 subjek penelitian, median usia pasien berada pada kelompok usia dewasa, 31 pasien berjenis kelamin laki-laki, 34 pasien