• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Abdurrahman et al. (2008) menyatakan broiler merupakan ternak yang dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Abdurrahman et al. (2008) menyatakan broiler merupakan ternak yang dapat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Pedaging

Abdurrahman et al. (2008) menyatakan broiler merupakan ternak yang dapat tumbuh cepat dan efisien menggunakan ransum sehingga merupakan andalan dalam pemenuhan protein hewani masyarakat pada negara-negara berkembang.

Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama ayam broiler adalah merupakan jenis ras unggul hasil dari persilangan, perkawinan, antara ayam jantan ras White Cornish dari inggris dengan ayam betina dari ras Plymouth rock 12 dari Amerika. Hasil dari persilangan ras tersebut menghasilkan anak-anak ayam ras yang memiliki pertumbuhan badan cepat dan memiliki konversi pakan menjadi produk daging yang tinggi, artinya dengan jumlah pakan yang dikonsumsi sedikit mampu bertumbuh dengan sangat cepat. Ayam broiler oleh karena itu lebih cocok atau menguntungkan bila diternakkan sebagai penghasil daging. Ayam pedaging dengan pakan yang hemat mampu mengubahnya menjadi produk daging dengan sangat cepat (Samadi, 2010).

Hanifah (2010) menerangkan bahwa taksonomi ayam pedaging adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves Subkelas : Neornhites

(2)

5 Ordo : Galliformes

Genus : Gallus

Spesies : Gallus domesticus

Pratikno (2010) dan Zulfanita (2011) menyatakan bahwa ayam pedaging merupakan ternak yang efisiensi terhadap pakan cukup tinggi dan sebagian besar dari makanan diubah menjadi daging serta perumbuhan atau pertambahan berat badan sangat cepat pada umur 5-6 minggu ayam bisa mencapai berat ± 2 kg. Ayam pedaging umumnya dipanen pada umur sekitar 4 - 5 minggu dengan berat badan ± 1,2 - 1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai sumber pedaging. Keunggulan ayam pedaging antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan berat badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam pedaging ini juga merupakan upaya penanganan untuk mengimbangangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam.Perkembangan tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir seperti perusahaan pembibitan (Breeding Farm), perusahaan pakan ternak (Feed Mill), perusahaan obat hewan dan peralatan peternakan.

Pertambahan bobot badan ayam broiler mengalami kenaikan tiap minggunya. Pada penimbangan minggu pertama rata-rata bobot badan ayam naik antara 72,68 gram, minggu kedua menjadi 233,4 gram, minggu ketiga 334 gram, dan minggu keempat 546,36 gram (Sheila, 2014).

(3)

6 Pada fase starter, kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, kalsium (Ca) 1%, phospor (P) 0,7-0,9%, ME: 2800-3500 kkal/kg makanan. Sedangkan kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi empat golongan mulai dari minggu pertama sampai dengan minggu keempat. Minggu pertama 17gram/ekor/hari, minggu kedua 43 gram/ekor/hari, minggu ketiga 66 gram/ekor/hari, dan minggu keempat 91 gram/ekor/hari. Keseluruhan jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.

Pada fase finisher kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, phospor (P) 0,7-0,9%, dan energi (ME): 2900-3400 kkal/kg. Sedangkan kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam 2 golongan umur mulai minggu kelima sampai dengan minggu keenam. Minggu kelima 111 gram/ekor/hari, dan minggu keenam 129 gram/ekor/hari (Ardana, 2009).

2.2 Status Fisiologi Ayam Pedaging

Suprijatna dkk, (2008) menjelaskan bahwa produktifitas ayam pedaging yang optimal merupakan hasil dari kondisi pencernaan yang sehat. Pencernaan ayam dimulai dari awal sampai akhir yaitu meliputi mulut, kerongkongan, tembolok, proventrikulus, gizzard, usus halus (duodenum, jejenum, ileum), seka, usus besar, dan kloaka serta hati sebagai sistem pencernaan tambahan.

(4)

7 Unggas menggambil makanan menggunakan paruh dan melanjutkan dengan ditelan. Makanan tersebut disimpan ke dalam tembolok untuk sementara waktu, kemudian dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan proventrikulus serta digiling dalam empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama empedal adalah untuk memperkecil ukuran partikel-partikel. Makanan yang berada dalam empedal bergerak melalui lekukan usus yang disebut duodenum yang secara anatomis sejajar dengan pankreas.

Proventrikulus merupakan pelebaran saluran esofagus yang utama yang menyambungkan dengan gizzard dan biasa disebut dengan perut sebenarnya. Fungsi dari profentrikulus yaitu mensekresikan cairan lambung yaitu pepsin dan hydrochloric acid (Bell dan Weaver, 2002). Proses terjadinya pemecahan protein kompleks makanan menjadi yang lebih sederhana diimulai dari proventrikulus dengan bantuan pepsin.

Proses pencernaan pada proventrikulus yaitu pencampuran makanan dengan getah lambung (HCL, pepsin) selanjutnya makanan menuju gizzard. Dalam gizzard adanya grit mampu meningkatkan kecernaan biji-bijian sampai dengan 10 persen. Asam lambung menyebabkan cairan dalam lambung bersifat asam dengan pH antara 1,0 sampai 2,0 sehingga pencernaan protein oleh bantuan enzim pepsin secara hidrolisis berjalan baik. Makanan yang masuk disimpan sementara waktu pada tembolok untuk dilunakan sebelum masuk ke proventikulus atau empedal.

(5)

8 Pada empeda terjadi proses penghancuran dan penggilingan pakan secara kasar dengan bantuan grit yang ditimbun unggas sejak menetas kemudian makanan akan dibawa ke duodenum yang memiliki letak sejajar dengan pankreas. Pankreas menghasilkan getah pankreas yang mengandung enzim amilolitik, lipolitik dan proteolitik yang berfungsi untuk menghidrolisis pati, lemak, pentosa dan pepton bersamaan dengan hal tersebut empedu hati yang mengandung amilase juga memasuki duodenum. Bahan makanan menuju usus halus yang dindingnya mengeluarkan getah usus yang mengandung erepsin dan beberapa enzim pemecah gula sehingga dapat di asimilasi oleh tubuh. Penyerapan nutrisi dilakukan melalui usus halus. Hasil buangan berbentuk cair mengalir melalui kloaka dan dikeluarkan bersamaan dengan feses ( Yasin, 2010).

Grist (2006) mengemukakan bahwa hati terdiri dari dua bagian (lobus). Yaitu lobus kanan dan kiri. Lobus kanan lebih besar daripad lobus sebelah kiri dan terdapat gall bledder yang memproduksi empedu. Hati memiliki beberapa fungsi dalam tubuh yaitu memproduksi dan menskresi empedu, sedikit larutan asam yang berisi dua garam empedu bilirubin dan biliverdin serta enzim amilase, Filtrasi, Sintesis kimia, dan Termoregulasi.

Hati mensekresikan getah empedu yang disalurkan kedalam getah empedu. Getah empedu memiliki fungsi menetralkan asam lambung (HCL) dan membentuk sabun terlarut dengan asam lemak bebas yang akan membantu absorbsi dan translokasi asam lemak. Getah empedu memiliki kandungan yang berperan penting yaitu asam tarokholik dan glikokholik. Fungsi dari asam empedu yaitu membantu

(6)

9 digesti lemak dengan membentuk emulsi, mengaktifkan lipase pankreas, membantu penyerapan asam lemak, kolesterol dan vitamin yang larut dalam lemak, stimulasi aliran getah empedu dari hati dan menangkap kolesterol dalam getah empedu.

Pankreas memiliki fungsi dalam mencerna pati, lemak dan protein dengan mengeluarkan getah pankreas dan juga menskresikan insulin. Pankreas mempunyai fungsi yang berhubungan dengan penggunaan energi ransum, yaitu endokrim dan eksokrin. Eksokrin berfungsi mensuplai enzim yang mencerna karbohidrat, protein dan lemak ke dalam usus halus, sedangkan endokrin berfungsi menggunakan dan mengatur nutrien berupa energi untuk diserap dalam tubuh dalam proses dasar pencernaan (Yuwanta, 2000).

Pankreas berperan menghasilkan getah pankreas dengan jumlah banyak yang mengandung enzim-enzim amilotitik, lipotitik, dan proteolitik. Enzim-enzim tersebut berturut-turut menghidrolisis pati, lemak, pentose dan pepton. Kemudian empedu hati yang mengandung amilase akan memasuki duodenum. Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan getah usus. Getah usus tersebut mengandung erepsin (enzim proteolitik) dan beberapa enzim yang dapat memecah gula. Erepsin menyempurnakan pencernaan protein dan menghasilkan asam-asam amino, dan enzim yang memecah gula akan mengubah disakarida yang kemudian dapat diasimilasi oleh tubuh. Penyerapan nutrien-nutrien dilakukan melalui villa usus halus (Yasin, 2010).

(7)

10 Respon fisiologis yang paling mudah diamati pada ayam broiler yang mengalami stres panas adalah adanya peningkatan suhu tubuh disertai dengan perubahan tingkah laku seperti gelisah dan panting. Stres panas dapat diketahui dengan meningkatnya sel-sel heterofil dan menurunnya jumlah sel-sel limfosit sehingga rasio antara heterofil dan limfosit meningkat. Peningkatan rasio heterofil-limfosit selalu digunakan sebagai indikator yang akurat akibat cekaman panas yang kronis pada ayam (Bedanova et al. 2008).

Stres akibat panas pada daerah panas,musim panas dan perubahan iklim menjadifaktor utama yang membatasi efesiensiproduksi ayam pedaging. Ayampedaging yang diseleksi untuk pertumbuhanyang tinggi berhubungan dengan produksimetabolisme panas yang tinggi (Gous, 2010).

2.3 Pakan Ayam Pedaging

Pakan merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh ayam pedaging dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan ini meliputi nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang digunakan (Zulfanita dkk., 2011).

Pemberian pakan bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat badan dan menjamin produksi daging agar menguntungkan secara ekonomi. Konsumsi pakan setiap minggu bertambah sesuai dengan pertambahan berat badan. Setiap minggunya ayam pedaging mengkonsumsi pakan lebih banyak dibandingkan dengan minggu sebelumnya (Fadhilah, 2004).Tujuan utama dalam pemberian pakan adalah menjamin

(8)

11 pertambahan berat badan selama pertumbuhan penggemukannya. Ayam pedaging mempunyai kebutuhan zat-zat makanan yang berbeda jumlahnya pada setiap fase atau tingkatan umur ayam. Berikut tabel standar kebutuhan zat makanan ayam pedaging.

Tabel 1. Standar kebutuhan zat makanan ayam pedaging

Zat Makanan Satuan Periode

Starter Finisher

Energi Metabolisme Kkal/Kg 3110 3200

Protein Kasar % 23 20 Lemak Kasar % 5-8 5-8 Serat Kasar % 3-5 3-5 Arginin % 0,9-1,1 0,9-1,1 Protein Kasar % 0,7-0,9 0,7-0,9 N % 0,2 0,15 K % 0,3 0,3 Cl % 0,2 0,15 Mn Ppm 60 60 Zn Ppm 40 40 Lysin % 1,1 1,0 Methionin % 0,5 0,38 Valin % 0,9 0,82 Tryptophan % 0,2 0,18 Fenilalanin % 0,72 0,65 Treonin % 0,8 0,74 Histidin % 0,35 0,32 Arginin % 1,25 1,1 Leusin % 1,2 1,09 Isoleusin % 0,8 0,73 Glisin % 1,0 0,9 Tirosin % 0,62 0,57 Sistin % 0,4 0,34 Sumber : Wahju (2004)

(9)

12 2.4 Temulawak (Curcuma xantorhizha, Rob)

Temulawak, seperti halnya kunyit, mempunyai khasiat pengobatan untuk berbagai penyakit. Temulawak juga memiliki sifat tonikum seperti kunyit yang berkhasiat sebagai penyegar dan meningkatkan stamina sehingga badan tidak cepat lelah dan sifat imunostimulan yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta menangkal berbagai serangan kuman penyebab penyakit, termasuk virus.

Pemberian temulawak pada ayam broiler dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Hal ini disebabkan karena adanya zat fitokimia yang terkandung didalam rimpang temulawak dan kunyit. Temulawak mengandung zat fitokimia yang biasa disebut desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksi kurkumin sedangkan untuk zat fitokimia kunyit biasa disebut desmetoksikurkumin. Zat – zat fitokimia ini dapat mempengaruhi nafsu makan, meningkatkan sekresi empedu, memperbaiki fungsi hati serta tampilan limfosit darah (Sufriyanto dan Mohandas, 2007).

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman asli Indonesia yang termasuk salah satu jenis temu-temuan atau jahe-jahe dengan klasifikasi sebagai berikut :

Filum : Spermatophyta Sub filum : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Ordo : Zingiberales

(10)

13 Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb (Purseglove et al, 2008).

Rimpang temulawak mengandung zat kuning kurkumin, minyak atsiri, pati, protein, lemak (fixed oil), selulosa, dan mineral. Komponen tersebut yang paling banyak memiliki kegunaannya yaitu pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri.Pati merupakan komponen kimia tersebar dari rimpang temulawak.Pati temulawak berwarna putih kekuningan karena mengandung kurkuminoid. Kadar protein pati temulawak lebih tinggi dibandingkan dengan pati tanaman lainnya. Pati temulawak dapat digunakan sebagai makanan dan pati juga dapat dicerna dengan mudah. kurkuminoid pada temulawak terdiri dari kurkumin dan dsmetoksikurkumin. Kurkumin merupakan senyawa skunder kelompok fenol yang terbentuk melalui jalur asam shikimat dan asam malonat dari frkusor karbohidrat sederhana menjadi asam amino aromatic (Nihayati, 2013).

Temulawak berpengaruh pada pankreas dan meningkatkan nafsu makan dan temulawak juga dapat mempercepat pengosongan lambung sehingga ayam pedaging akan merasa kelaparan secara terus menerus dan lama kelamaan ayam pedaging akan mengalami pertambahan bobot badan secara perlahan dan mempengaruhi berat karkas (Nihayati, 2013).

(11)

14 Menurut Laili (2013), kandungan kimia rimpang temulawak dapat dibedakan atas beberapa komponen, yaitu pati yang merupakan kandungan terbesardalam temulawak, jumlahnya bervariasi antara 48 sampai 54 persen tergantung dari ketinggian tempat tumbuh. Kandungan kurkuminoid dalam temulawak sebesar 1 sampai 2 persen. Kurkuminoid berkhasiat menetralkan racun, menghilangkan rasa nyeri sendi, meningkatkan sekresi empedu, menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah, antibakteri, mencegah terjadinya perlemakan dalam sel-sel hati dan sebagai antioksidan penangkal senyawa-senyawa radikal bebas yang berbahaya. Kandungan minyak atsiri pada rimpang temulawak sebesar 3 sampai 12 persen. Minyak atsiri temulawak terdiri atas 32 komponen yang secara umum bersifat meningkatkan produksi getah empedu dan mampu menekan pembengkakan jaringan.

Kandungan minyak atsiri pada temulawak sebesar 4,6 sampai 11 persen berkhasiat dalam meningkatkan produksi sekresi empedu, menurunkan kadar kolesterol dan mengaktifkan enzim pemecah lemak. fraksi kurkuminoid yang terkandung dalam tepung temulawak sebesar 3,16 persen. Kurkuminoid dalam temulawak terdiri dari jenis kurkuminoid dan desmetoksikurkumin. Kurkuminoid mempunyai warna kuning, berbentuk serbuk, tidak bersifat toksik, serta larut dalam aseton, alkohol, asam asetat, dan alkali hidroksida (Purseglove dkk., 2008).

Aziz (2005), menjelaskan bahwa kurkumin dan minyak atsiri secara fisik dan kimia mempunyai potensi sebagai feed additive pada pakan ternak untuk tujuan meningkatkan produktifitas, kualitas produk dan kesehatan karena dapat

(12)

15 meningkatkan kerja organ pencernaan, merangsang dinding kantong empedu mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase, dan proteaseyang berguna untuk meningkatkan pencernaan bahan pakan seperti karbohidrat, lemak dan protein

2.5 Karkas

Karkas broiler adalah bagian tubuh ayam yang disembelih lalu dikeluarkan isi perut, kaki, leher, kepala, bulu, darah. Karkas ayam dibedakan menjadi: Karkas kosong yaitu ayam yang telah disembelih dan dikurangi dengan darah, organ dalam, kepala dan kaki. Karkas isi yaitu ayam yang telah disembelih dan dikurangi bulu, darah, kepala, leher, kaki dan organ dalam kecuali jantung, hati dan rempela (gizzard). Persentase karkas sering digunakan untuk menilai produksi ternak daging (Priyatno, 2003).

Menurut Abu bakar, (2003) berdasarkan cara penanganannya, karkas broiler dibedakan menjadi: karkas segar, yaitu karkas yang baru selesai diproses selama tidak lebih dari 6 jam dan tidak mengalami perlakuan lebih lanjut, karkas dingin segar, yaitu karkas segar yang segera didinginkan setelah selesai diproses sehingga suhu di dalam daging menjadi antara 4-50C, karkas beku, yaitu karkas yang telah mengalami proses pembekuan cepat atau lambat dengan suhu penyimpanan antara 120C sampai dengan 180C.

Haroen (2003) didukung oleh Winedar (2006) menjelaskan pencapaian bobot karkas sangat berkaitan dengan bobot hidup dan pertambahan bobot badan.

(13)

16 Pertambahan bobot badan disebabkan secara langsung oleh ketersediaan asam amino pembentuk jaringan sehingga konsumsi protein pakan berhubungan langsung dengan proses pertumbuhan, oleh karena itu sangat memerlukan perhatian khusus mengenai manajemen penggunaan bahan pakan yang mengandung protein yang cukup sesuai dengan kebutuhan broiler untuk memenuhi asupan asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh.

Karkas ayam dibedakan menjadi karkas kosong yaitu ayam yang telah disembelih dan dikurangi dengan darah, alat tubuh bagian dalam, kepala dan kaki. Adapun karkas segarnya diisi dengan hati, jantung dan rempela yang telah dibersihkan. Rata-rata bobot karkas ayam berkisar antara 65-75% dari bobot hidup pada waktu siap potong. Persentase bagian-bagian karkas adalah persentase karkas dada sekitar 23,45 -25,5% dan dada merupakan bagian yang banyak 16 mengandung daging, persentase karkas paha sekitar 21,80%, persentase karkas punggung sekitar 20%, dan persentase karkas sayap 8,6% ( Zaenab, dkk 2005).

2.6 Lemak Abdominal

Lemak abdominal adalah lapisan lemak yang terdapat disekitar gizzard dan lapisan antara otot abdominal dan usus (Salam dkk., 2013). Salah satu tempat penyimpanan lemak adalah rongga perut (abdomen) dimana jaringan adiposa berperan dalam proses penyimpanan lemak tersebut. Lemak abdominal adalah lemak yang berada di sekeliling gizzard, organ reproduksi, otot abdominal, usus dan sekitar kloaka (Piliang dan Djojosoebagio, 2002).

(14)

17 Pengukuran lemak abdominal dapat digunakan sebagai indikator dari total lemak tubuh. bobot lemak abdominal cenderung meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pada periode ternak awal, lemak yang disimpan dalam tubuh jumlahnya sedikit, namun pada pertumbuhan akhir proses pertumbuhan lemak akan berlangsung cepat dan lemak akan disimpan di bawah kulit, di sekitar organ dalam, antara lain empedal, usus, dan otot. Penimbunan lemak abdominal di dalam rongga perut akan berpengaruh terhadap bobot karkas (Salam dkk., 2013).

Jika lemak abdominal presentasinya semakin meningkat, dapat menurunkan kuantitas dan kualitas daging yang dikonsumsi dan dianggap terjadi penghamburan energi pakan broiler. Penimbunan lemak abdominal dipengaruhi beberapa faktor, antara lain tingkat energi dalam ransum, umur dan jenis kelamin (Al-Sultan,2003).

Pembentukan lemak tubuh pada ayam terjadi karena adanya kelebihan energi yang dikonsumsi. Energi yang digunakan tubuh umumnya berasal dari karbohidrat dan cadangan lemak. Sumber karbohidrat dalam tubuh mampu memproduksi lemak tubuh yang disimpan di sekeliling jeroan dan di bawah kulit (Setiawan dan Sujana, 2009).

2.7 Hipotesis

1. Penggunaan tepung temulawak diduga berpengaruh teradap berat karkas ayam pedaging.

2. Penggunaan tepung temulawak diduga berpengaruh terhadap berat lemak abdominal pada ayam pedaging.

Gambar

Tabel 1. Standar kebutuhan zat makanan ayam pedaging

Referensi

Dokumen terkait

Merumuskan arahan peningkatan pelayanan kereta komuter Surabaya-Lamongan dari segi pelayanan internal dan eksternal berdasarkan preferensi pengguna dengan

Komunitas mangrove di Desa Kopi dan Desa Minanga merupakan objek penelitian yang cocok untuk megetahui pengaruh struktur dan komposisi mangrove terhadap kerapatan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati Ponorogo tentang Pencabutan Peraturan Bupati Ponorogo

Ketika derivatif digunakan untuk lindung nilai eksposur Perusahaan dan entitas anak terhadap resiko nilai wajar tingkat suku bunga (seperti tingkat suku bunga tetap

Dalam UU RI no 40 tahun 1999 tentang pers, pasal 1 ayat (1) menyatakan: ”Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik

Roksitromisin mempunyai waktu paruh yang lebih panjang dan aktivitas yang lebih tinggi melawan Haemophilus influenzae. Obat ini diberikan dua kali sehari. Roksitromisin

Hifa Fusarium oxysporum yang mengalami kontak langsung dengan antibiotik akan mengalami kerusakan dan membran hifa menjadi pecah sehingga tidak menjadi silindris lagi

Hal ini merupakan kecerdasan berkoloni yang dimiliki lebah dalam menyelesaikan permasalahan Dynamic Economic Dispatch, Algoritma Artificial Bee Colony diformulasikan