• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS DARI RUMAH SAKIT DAN INDUSTRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS DARI RUMAH SAKIT DAN INDUSTRI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

435

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS DARI RUMAH SAKIT DAN INDUSTRI

Suhartono, Ayi Muziyawati, Imam Sasmito Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

ABSTRAK

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS DARI RUMAH SAKIT DAN INDUSTRI. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) memiliki tugas pokok mengelola limbah radioaktif yang ditimbulkan dari kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi nuklir di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Salah satu jenis limbah radioaktif yang selalu diterima oleh PTLR – BATAN adalah limbah radioaktif sumber terbungkus dari rumah sakit dan industri.

Pengelolaan yang tepat terhadap limbah radioaktif sumber terbungkus sangat diperlukan untuk melindungi masyarakat dan lingkungan dari potensi bahaya radiasi limbah radioaktif tersebut.

PTLR – BATAN menggunakan teknik retrievable untuk mengelola limbah radioaktif sumber terbungkus. Limbah-limbah tersebut dikondisioning dalam wadah-wadah yang sesuai seperti kontener wadah Iridium, shell drum 200 l, shell beton 350 l, atau shell beton 950 l. Pada tahun 2012, PTLR – BATAN telah mengelola sebanyak 447 unit limbah radioaktif sumber terbungkus dari rumah sakit dan industri yang terdiri dari 258 unit bekas radiografi mengandung radionuklida

192

Ir dan

75

Se, 96 unit mengandung radionuklida

137

Cs, 31 unit mengandung radionuklida

226

Ra, 21 unit mengandung radionuklida

60

Co, 21 unit mengandung radionuklida

90

Sr, 6 unit mengandung radionuklida

147

Pm, 2 unit mengandung radionuklida

244

Cm, 2 unit mengandung radionuklida

241

AmBe, 2 unit mengandung radionuklida

55

Fe, 2 unit mengandung radionuklida

109

Cd, 2 unit mengandung radionuklida

85

Kr, 1 unit mengandung radionuklida

241

Am, 1 unit mengandung radionuklida

238

U, dan 2 unit tabung pesawat X-ray.

Kata kunci : pengelolaan, limbah radioaktif, sumber radiasi terbungkus, kondisioning, shell beton

ABSTRACT

MANAGEMENT OF SEALED SOURCE RADIOACTIVE WASTE FROM HOSPITAL AND INDUSTRY. Radioactive Waste Technology Center (RWTC) - National Nuclear Energy Agency (NNEA) has main task to manage radioactive waste which is generated from research, development, and nuclear tecnology application. One type of radioactive waste which is continually received by RWTC – NNEA is sealed source radioactive waste from hospital and industry. The proper management to the sealed source radioactive waste is needed to protect people and the environment from the potency of radiation hazard from radioactive waste. RWTC – NNEA uses a retrievable technique for managing the sealed source radioactive waste. The radioactive waste were conditioned into a proper container such as Iridium container, 200 l shell drum, 350 l concrete shell, or 950 l concrete shell. During the year of 2012, RWTC – NNEA had managed 448 units of sealed source radioactive waste consist of 258 units containing

192

Ir and

75

Se from formerly used radiography device, 96 units containing

137

Cs radionuclide, 31 units containing

226

Ra radionuclide, 21 units containing

60

Co radionuclide, 21 units containing

90

Sr radionuclide, 6 units containing

147

Pm radionuclide, 2 units containing

244

Cm radionuclide, 2 units containing

241

AmBe radionuclide, 2 units containing

55

Fe radionuclide, 2 units containing

109

Cd radionuclide, 2 units containing

85

Kr radionuclide, 1 unit containing

241

Am radionuclide, 1 unit containing

238

U radionuclide, and 2 units X-ray tube.

Keywords : management, radioactive waste, sealed radiation source, conditioning, concrete shell

(2)

436 PENDAHULUAN

Sumber radiasi terbungkus (sealed radiation source) telah lama digunakan untuk berbagai keperluan di bidang medis dan industri. Di bidang medis, sumber radiasi terbungkus biasa digunakan sebagai iradiator darah (blood irradiator) dan untuk tujuan terapi kanker baik dengan teknik brakiterapi (penyinaran dalam jarak dekat) ataupun teleterapi. Sedangkan di bidang industri, sumber radiasi terbungkus banyak digunakan untuk tujuan kontrol level material di dalam tangki ataupun silo, kontrol ketebalan kertas dan plastik, kontrol densitas, dan juga untuk keperluan uji tak merusak pada radiografi industri

[1]

.

Sumber radiasi terbungkus adalah zat radioaktif berbentuk padatan yang terbungkus secara permanen dalam sebuah kapsul. Kapsul pembungkus zat radioaktif tersebut haruslah kuat untuk mencegah kebocoran zat radioaktif atau kerusakan selama penggunaannya. Dengan demikian hanyalah pancaran sinar radiasi dari sumber radiasi tersebut yang dimanfaatkan untuk berbagai tujuan seperti tersebut di atas

[2]

. Contoh bentuk sumber radiasi terbungkus ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Contoh bentuk sumber radiasi terbungkus

Pada Gambar 1 di atas terlihat 14 model sumber radiasi telanjang (bare sealed source) yang digunakan untuk berbagai aplikasi seperti teleterapi, brakiterapi, radiografi, alat kontrol (gauge) dan lain-lainya yang memiliki bentuk serta dimensi berbeda-beda. Biasanya isotop radioaktif dalam bentuk plat-plat kecil atau senyawa isotop tersebut (misalnya plat

60

Co,

192

Ir, serbuk

137

CsCl, dan lainnya) dibungkus dalam kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan baja tahan karat atau platina.

Jika sebuah sumber radiasi terbungkus sudah tidak digunakan lagi

(misalnya karena aktivitas radionuklida sudah lemah, sistem peralatan sudah tidak

(3)

437

berfungsi, atau karena penggantian teknologi), maka sumber radiasi terbungkus tersebut dinamakan sebagai sumber radiasi tidak digunakan (disused sealed radioactive source). Meskipun sudah tidak dimanfaatkan lagi untuk tujuan semula, sumber radiasi tidak digunakan tersebut masih mungkin dimanfaatkan untuk tujuan lain. Jika secara teknis dan ekonomis sumber radiasi tidak digunakan sudah tidak memungkinkan dimanfaatkan lagi, maka selanjutnya sumber tersebut dikategorikan sebagai limbah radioaktif sumber terbungkus (LRST)

[2]

.

Sumber radiasi tidak digunakan tersebut masih menyimpan potensi bahaya radiasi yang besar karena radionuklida di dalamnya memiliki derajad kemurnian tinggi. Oleh karena itu diperlukan strategi pengelolaan yang tepat agar tidak membahayakan keselamatan masyarakat dan lingkungannya. Secara umum strategi pengelolaan limbah radioaktif berupa sumber radiasi terbungkus tidak digunakan dapat dilihat dalam gambar 2 berikut ini

[3]

:

Gambar 2. Strategi pengelolaan limbah radioaktif sumber terbungkus / sumber

radiasi tidak digunakan.

(4)

438

Berdasarkan gambar 2 di atas terlihat perlunya pengelompokan- pengelompokan limbah radioakif sumber terbungkus sesuai karakteristiknya dan selanjutnya dilakukan kondisioning menggunakan wadah-wadah yang sesuai.

Upaya kondisioning limbah radioaktif sumber terbungkus dapat mencakup

[3]

: - Imobilisasi terhadap limbah radioaktif sumber terbungkus

menggunakan matriks pengikat tertentu (semen misalnya) dalam wadah yang sesuai.

- Penempatan limbah radioaktif sumber terbungkus dalam wadah-wadah tertentu, dan atau

- Pemberian packing tambahan.

Indonesia memiliki 2 (dua) opsi untuk pengelolaan sumber radiasi tidak digunakan, yaitu dikembalikan ke negara asal (reekspor) atau dilimbahkan sebagai limbah radioaktif sumber terbungkus (LRST) ke PTLR – BATAN

[4]

.

Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2002 Tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif mengamanatkan Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sebagai badan pelaksana pengelolaan limbah radioaktif di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. PTLR–BATAN sebagai badan pelaksana pengelolaan limbah radioaktif secara nasional mempunyai tugas untuk melakukan penelitian, pengembangan dan penerapan teknologi pengelolaan limbah radioaktif dan pelayanan pengelolaan limbah radioaktif

[4,5,6]

.

Dalam menjalankan tugasnya melayani pengelolaan limbah radioaktif, PTLR – BATAN banyak menerima LRST dari rumah sakit dan industri pengguna teknologi nuklir. Bungkusan LRST dari rumah sakit dan industri memiliki bentuk, dimensi, kandungan radionuklida yang beragam. Beberapa radionuklida yang sering digunakan sebagai sumber pemancar radiasi untuk keperluan medis dan industri antara lain

60

Co,

137

Cs,

192

Ir,

90

Sr,

85

Kr,

147

Pm,

241

Am,

55

Fe,

109

Cd,

244

Cm,

226

Ra dan lainnya. Beberapa contoh bungkusan LRST ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Contoh-contoh bungkusan LRST

(5)

439

Pada Gambar 3 di atas tampak beberapa model bungkusan LRST dari industri dan rumah sakit. Kapsul-kapsul berisi zat radioaktif seperti pada Gambar 1 dimasukkan ke dalam rumah sumber yang memiliki sistem buka tutup jendela radiasi tertentu. Rumah sumber biasanya terbuat dari bahan timbal (Pb) atau uranium susut kadar (uranium depleted).

Pada saat ini PTLR – BATAN menggunakan teknik retrievable (dapat diambil kembali) untuk mengelola LRST yang diterima. Limbah radioaktif sumber terbungkus dari rumah sakit dan industri dikelompokkan berdasarkan umur radionuklida dan dimensinya selanjutnya disimpan (dikondisioning) dalam wadah yang sesuai yaitu kontainer wadah iridium, shell drum 200 l, shell beton 350 l, atau shell beton 950 l.

Dalam makalah ini akan dibahas kegiatan pengelolaan limbah radioaktif sumber terbungkus yang telah dilakukan oleh PTLR – BATAN pada Tahun 2012.

TATA KERJA Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan limbah radioaktif sumber terbungkus adalah shell drum 200 liter, shell beton 350 liter, shell beton 950 liter, plastik, lakban, WD 40, cable tee, dan lainnya.

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan limbah radioaktif sumber terbungkus adalah Inspector 1000 atau SAM untuk mengidentifikasi jenis radionuklida yang terdapat dalam LRST, Surveimeter FAG untuk mengukur laju paparan radiasi, crane, forklift, kunci ring, kunci pas dan peralatan mekanik lain, serta pakaian kerja dan peralatan proteksi radiasi.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan pengelolaan limbah radioaktif sumber terbungkus dari rumah sakit dan industri ini dilaksanakan pada tanggal 5 sampai dengan 29 November 2012 di Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif, PTLR – BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten, Indonesia.

Metode

Metode pengelolaan (kondisioning) terhadap limbah radioaktif sumber terbungkus dilakukan sebagai berikut

[7]

:

- Diukur laju paparan radiasi pada kemasan / bungkusan limbah radioaktif sumber terbungkus yang akan dikondisioning.

- Diperiksa dan diidentifikasi sticker / plat label limbah radioaktif sumber terbungkus meliputi asal sumber, jenis radionuklida, nomor seri, aktivitas, tanggal aktivitas dan informasi-informasi lainnya. Jika identitas radionuklida tidak ada atau rusak, radionuklida dalam limbah radioaktif sumber terbungkus tersebut diidentifikasi dengan Inspector 1000 atau SAM.

- Jika diperlukan, dilakukan dismantling secukupnya terhadap limbah radioaktif sumber terbungkus dengan tetap memperhatikan agar sumber radiasi tetap berada dalam kontainernya.

- Masing-masing limbah radioaktif sumber terbungkus diambil gambarnya

dengan cara dipotret untuk keperluan dokumentasi.

(6)

440

- Limbah-limbah radioaktif sumber terbungkus selanjutnya dikelompokkan dan dikumpulkan berdasarkan umur radionuklida dan keseragaman dimensinya.

- Masing-masing kelompok limbah radioaktif sumber terbungkus tersebut kemudian dikondisioning dengan cara dimasukkan ke dalam wadah kondisioning seperti shell drum 200 l, shell beton 350 liter, atau shell beton 950 l.

- Jika wadah kondisioning telah penuh berisi limbah radioaktif sumber terbungkus, selanjutnya ditutup dan diukur laju paparan radiasi pada kontak permukaan dan pada jarak 1 m.

- Wadah kondisioning yang telah berisi limbah radioaktif sumber terbungkus selanjutnya diberi sticker identifikasi dan kode penomoran.

- Wadah kondisioning selanjutnya disimpan di gudang penyimpanan sementara limbah radioaktif (I.S 1).

- Untuk limbah radioaktif sumber terbungkus yang berdimensi besar, misalnya gammatron, alcyon dan lainnya, kondisioning tidak dimasukkan ke dalam shell drum ataupun shell beton tetapi langsung disimpan di Ruang limbah radioaktif sumber terbungkus Gedung I.S 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahun 2012 telah dilakukan pengelolaan limbah radioaktif sumber terbungkus sebanyak 447 unit. Data karakteristik limbah radioaktif sumber terbungkus tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1 . Karakteristik limbah radioaktif sumber terbungkus yang telah dikelola pada tahun 2012.

No. Radionuklida Jumlah Aktivitas (mCi)

Paparan Kontak µ µ µSv/jam)

Wadah Kondisioning

1

192

Ir 254 0 - 40 10 – 2500 Shell Drum

200l

192

Ir 4 0 – 0,0005 0,25 – 4,20 Shell Drum Workshop 2

137

Cs 91 0 - 1430 4,2 – 180 SB 23, SB 24,

SB 25

137

Cs 5 8 – 7042,85 4,4 - 28 IS 2

3

226

Ra 31 0,258 - 60 4,2 - 4500 SB 14

4

60

Co 12 0,0015 –

100

3 - 245 SB 04, SB 25

60

Co 9 1,19 –

6,6.10

6

8,15 - 141 IS 2

5

90

Sr 21 20 410 - 1280 SB 13

6

147

Pm 6 0,0004 –

500

0,36 – 3,3 SB 16

(7)

441 No. Radionuklida Jumlah Aktivitas

(mCi)

Paparan Kontak µ µ µSv/jam)

Wadah Kondisioning

7

244

Cm 2 0,03 – 0,37 0,70 – 1,5 SB 16

8

241

AmBe 2 40 4,4 – 43 IS 2

9

55

Fe 2 0,0001 0,20 – 0,27 SB 16

10

109

Cd 2 40 0,27 – 0,30 SB 16

11

85

Kr 2 267,6 –

401,4

17,5 – 30,2 SB 16

12

241

Am 1 0,03 0,70 SB 14

13

238

U 1 0,00002 0,82 SB 03

14 Tabung X-ray 2 - - Drum 100 l

JUMLAH 447

Pada Tabel 1 di atas terlihat bahwa limbah radioaktif sumber terbungkus yang berasal dari industri dan rumah sakit memiliki aktivitas radionuklida yang bervariasi. Terdapat limbah radioaktif sumber terbungkus kategori 1 dan 2 yang berisi radionuklida

60

Co sebanyak 9 buah dan

137

Cs sebanyak 5 buah yang tidak dikondisioning dalam shell beton 350 l tetapi langsung disimpan di Ruang limbah radioaktif sumber terbungkus Gedung I.S 2, karena memiliki dimensi besar yang melebihi dimensi shell beton 350 l. Demikian pula sebanyak 2 unit LRST pemancar neutron berisi

241

AmBe yang merupakan sumber radiasi terbungkus kategori 4 juga langsung disimpan di Ruang limbah radioaktif sumber terbungkus Gedung I.S 2. Sedangkan 2 unit tabung X-ray disimpan dalam drum 100 l karena sebenarnya tabung X-ray jenis ini tidak mengandung radionuklida sehingga tidak termasuk limbah radioaktif dan dapat dikelola/dibuang sebagai limbah non radioaktif.

Beberapa limbah radioaktif sumber terbungkus memiliki laju paparan radiasi pada kontak permukaan yang relatif besar. Hal ini disebabkan oleh jendela radiasi (radiation window) alat tersebut pada posisi membuka. Untuk mengatasi hal tersebut maka pada saat kondisioning jendela radiasi tersebut diset pada posisi tertutup. Jika tidak memungkinkan penutupan jendela radiasi, maka diberikan tambahan perisai Pb pada bagian jendela dan dengan pengaturan posisi LRST tersebut dalam shell beton 350 l.

Strategi pengelolaan limbah radioaktif sumber terbungkus yang berisi

radionuklida

192

Ir dan

75

Se dilakukan dengan metode simpan dan luruhkan. Hal

ini dikarenakan waktu paro

192

Ir adalah 74,2 hari, sehingga setelah dibiarkan

meluruh 3 – 5 tahun aktivitas

192

Ir sudah sedemikian kecil sehingga memenuhi

persyaratan untuk pelepasan klirens. Sebagai wadah kondisioning untuk

menyimpan LRST berisi

192

Ir dan

75

Se digunakan shell drum 200 l yang bagian

dalamnya telah dilapisi dengan timbal sebagai penahan radiasi seperti ditunjukkan

pada Gambar 4.

(8)

442

Gambar 4. Shell drum 200 l sebagai wadah kondisioning LRST berisi

192

Ir dan

75

Se

Sedangkan sumber radiasi terbungkus kategori 3 sampai dengan 5 yang biasanya

memiliki dimensi relatif kecil dikondisioning dalam wadah shell beton 350 l atau

shell beton 950 l. Data laju paparan masing-masing shell beton 350 l yang

digunakan sebagai wadah kondisioning LRST kategori 3 - 5 dapat dilihat pada

Tabel 2 berikut ini :

(9)

443

Tabel 2. Data laju paparan radiasi shell beton 350 l yang digunakan untuk kondisioning LRST pada Tahun 2012.

No. Kode Shell Beton

Jenis Radionuklida

Paparan (µSv/jam)

Kapasitas Terisi Kontak Jarak

1 m 1 SB 03

238

U (Uranium

depleted)

0,59 0,37 50 %

2 SB 04 Co-60 1,1 0,62 100 %

3 SB 13 Sr-90 0,42 0,17 60 %

4 SB 14 Ra-226, Am- 241

0,26 0,19 100 %

5 SB 16 Kr-85, Fe-55, Cd-109, Pm-

147, Cm-244, 7,28 0,45 80 % 6 SB 23 Cs-137 2,04 0,43 100 % 7 SB 24 Cs-137 0,81 0,35 100 % 8 SB 25 Cs-137, Co-60 4,6 1,07 20 % Pada Tabel 2 di atas terlihat bahwa shell beton yang digunakan sebagai wadah kondisioning LRST dapat pula berfungsi sebagai penahan radiasi sehingga laju paparan radiasi pada kontak permukaan shell beton menjadi kecil. Harga laju paparan terbesar pada kontak permukaan shell beton adalah 7,28 µSv/jam (0,728 mrem/jam). Harga laju paparan tersebut masih jauh di bawah laju paparan maksimal kontener untuk penyimpanan yang diperkenankan yaitu sebesar 200 mrem/jam (= 2 mSv/jam)

[2]

. Contoh shell beton 350 l sebagai wadah kondisioning LRST kategori 3 – 5 ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Contoh shell beton 350 l yang digunakan sebagai wadah kondisioning

LRST kategori 3 - 5

(10)

444

Shell beton yang telah berisi limbah radioaktif sumber terbungkus kemudian disimpan dalam tempat Penyimpanan Sementara Limbah Aktivitas Rendah dan Sedang Gedung I.S 1 dengan susunan penempatan seperti ditunjukkan pada Gambar 5 berikut ini.

L I M

B A H

B E L U M

D I O L A H

P I N T U

M A S U K

R U A N G

S U M B E R

B E K A S

B

B SB

08

SB 07 P

SB 06 SB

11

SB 05 C

C

B

B SB

09

SB 02 SB

01

SB 21 SB

17

SB 12 C

C

B

B SB 18

SB 19 SB

04

SB 20 SB

22

SB 10 C

C

C

C

Drum 200 l

berisi hasil olahan lim- bah materi-al terkonta- minasi ra- dionuklida pemancar β, γ yang sudah diolah

B

SB 15

Drum 200 l hasil olahan limbah mengan dung αdan drum LTSS Radiu m

BA TE SB K

13

SB 23

SB 14

SB 24

SB 16

SB 25

SB 03 C

C

D D

Gambar 5. Penempatan shell beton hasil kondisioning sumber radiasi bekas Keterangan :

1. B : Shell beton berisi kelongsong / kapsul bekas target produksi radioisotop dari PRR / BATEK.

2. C : Shell beton berisi hasil sementasi konsentrat / resin

POSISI TANGGAL : 29/11/2012

(11)

445

3. P : Shell beton berisi limbah tersementasi dari PATIR (penyemenan oleh PATIR sendiri dan kondisi drum sudah rusak / jelek.

4. D : Drum 100 l berisi limbah radioaktif cair yang memiliki laju paparan relatif besar.

Pada Gambar 5 di atas terlihat bahwa shell beton yang digunakan untuk kondisioning limbah radioaktif sumber terbungkus selanjutnya disimpan di tempat Penyimpanan Sementara Limbah Aktivitas Rendah dan Sedang I.S 1. Susunan shell beton dibuat bertumpuk 2 dengan mempertimbangkan shell yang telah terisi penuh dan berisi radionuklida dengan waktu paro (t½) panjang ditempatkan pada sisi bagian dalam.

Kondisioning terhadap limbah radioaktif sumber terbungkus dalam wadah yang sesuai ini juga dimaksudkan untuk meminimalisir potensi hilangnya bungkusan sumber dan kerusakan bungkusan sumber radiasi akibat hal-hal tak diinginkan seperti resiko kebakaran, kerusakan karena benturan mekanis dan lainnya.

KESIMPULAN

Dari kegiatan pengelolaan limbah radioaktif sumber terbungkus yang dilakukan PTLR pada tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa :



Telah dikondisioning sebanyak 447 limbah radioaktif sumber terbungkus yang berasal dari industri dan rumah sakit dengan rincian : 258 unit bekas radiografi mengandung radionuklida

192

Ir dan

75

Se, 96 unit mengandung radionuklida

137

Cs, 31 unit mengandung radionuklida

226

Ra, 21 unit mengandung radionuklida

60

Co, 21 unit mengandung radionuklida

90

Sr, 6 unit mengandung radionuklida

147

Pm, 2 unit mengandung radionuklida

244

Cm, 2 unit mengandung radionuklida

241

AmBe, 2 unit mengandung radionuklida

55

Fe, 2 unit mengandung radionuklida

109

Cd, 2 unit mengandung radionuklida

85

Kr, 1 unit mengandung radionuklida

241

Am, 1 unit mengandung radionuklida

238

U, dan 2 unit tabung pesawat X-ray.



Terdapat sumber radiasi bekas berdimensi besar kategori 1 – 2 yang mengandung radionuklida

60

Co berjumlah 9 unit dan

137

Cs sebanyak 12 unit. Limbah radioaktif sumber terbungkus ini dikondisioning / disimpan langsung di Ruang sumber radiasi terbungkus tidak digunakan Gedung I.S 2.



Terdapat limbah radioaktif sumber terbungkus kategori 3 – 5 berdimensi kecil sebanyak 172 unit. Limbah radioaktif sumber terbungkus ini dikondisioning dalam 8 buah shell beton 350 l. Setiap shell beton diisi dengan sumber-sumber yang mengandung radionuklida sejenis atau yang memiliki kesamaan sifat-sifat radiasi dan fisiknya.



Terdapat 258 unit LRST berisi

192

Ir dan

75

Se dari radiografi industri

yang dikondisioning menggunakan wadah shell drum 200 l.

(12)

446 DAFTAR PUSTAKA

[1]. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, “Method to identify and locate spent radiation sources”, IAEA-TECDOC-804,Vienna-Austria, 1995

[2]. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, “Handling, conditioning and storage of spent radioactive sources”, IAEA-TECDOC-1145,Vienna- Austria, 2000

[3]. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, “Management of Waste from the Use of Radioactive Material in Medicine, Industry, Agriculture, Research and Education”, Safety Guide No. WS-G-2.7, IAEA, Vienna- Austria, 2005.

[4]. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2002 Tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif, 2002.

[5]. Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran, 1997.

[6]. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun, 2002.

[7]. PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF, “Instruksi Kerja

Kondisioning Sumber radiasi Terbungkus Bekas Aktivitas Rendah Dan

Sedang”, PTLR-BATAN, 2010.

Gambar

Gambar 1. Contoh bentuk sumber radiasi terbungkus
Gambar  2.  Strategi  pengelolaan  limbah  radioaktif  sumber  terbungkus  /  sumber  radiasi tidak  digunakan
Gambar 3. Contoh-contoh bungkusan LRST
Tabel  1  .  Karakteristik  limbah  radioaktif  sumber  terbungkus  yang  telah  dikelola  pada tahun 2012
+3

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sugiyono (2013: 35) rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya

Prototipe pengaman pintu otomatis menggunakan mikrokontroller AT89S52 merupakan ide yang timbul untuk mememenuhi sistem keamanan yang diaplikasikan pada pintu rumah,

Indonesia dan negara berkembang anggota G-33 merasa perlu untuk membentuk sebuah kelompok kepentingan bersama di dalam kerangka WTO untuk memperjuangkan kepentingan

Peninggalan Hindu-Buddha di Indonesia Peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di daerah-daerah Indonesia umumnya berupa seni bangunan (candi,

Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Rancang Bangun Sistem Kendali Level Ketinggian Air Pada Waduk Dengan Menggunakan Personal Computer (PC) dan.. Smartphone Melalui Jaringan Wi-Fi

Alat pengatur suhu otomatis untuk budidaya jamur tiram pada miniatur kumbung dapat menurunkan kelembapan dalam waktu ±8,5 menit dari saat awal alat

hudûd , pidana mati tidak dapat diberlakukan bagi terpidana kasus penyalahgunaan narkoba, apalagi hanya sebagai pemakai, bukan pengedar atau bandar, sebab menurut dalil- dalil

Bahkan ITN juga memfasilitasi semua keperluan mereka mulai dari tiket PP, menjamu dan menyenangkan marketer selama berada di Malang, serta uang saku tentunya,” tambahnya