• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA

DI MAN 2 PEKALONGAN

Analisis data pada penelitian ini mengenai Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan kedisiplinan Belajar Siswa di MAN 2 Pekalongan yang meliputi pelaksanaan bimbingan dan konseling, kondisi kedisiplinan belajar siswa dan peran guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa di MAN 2 Pekalongan. Sesuai judul penelitian ini, bahwa data yang akan dianalisis bukan berupa angka-angka tetapi dalam bentuk argumen yaitu informasi yang diperoleh peneliti dari informan seperti koordinator BK, guru BK dan siswa serta data-data yang dimiliki oleh MAN 2 Pekalongan.

A. Analisis Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di MAN 2 Pekalongan

Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli untuk mencari penyelesaian masalah. Proses ini dilakukan secara langsung dan berkelanjutan sampai individu mencapai penerimaan, pemahaman dan pengentasan pada masalah yang dicapainya.

Disekolah, bimbingan dan konseling secara tidak langsung menunjang tujuan

84

(2)

pendidikan dengan menangani masalah dan memberikan layanan secara khusus pada peserta didik agar dapat mengembangkan dirinya secara penuh.1

Bimbingan dan konseling sebagai usaha kerjasama yang harus terpadu, akan berdaya dan berhasil apabila setiap personel mengetahui posisi, wewenang, dan tanggung jawabnya masing-masing.

Sebagaimana telah penulis paparkan pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di MAN 2 Pekalongan ini telah diselenggarakan dengan cukup bagus dan mendapatkan hasil yang sebagian besar baik pula. Ini dapat dilihat dari perencanaan program yang telah direncanakan dengan matang sejak awal tahun ajaran baru sehingga dalam pelaksanaannya guru bimbingan dan konseling telah benar-benar siap.

Dengan demikian, kesalahan-kesalahan yang ada dalam pelaksanan program bisa diantisipasi sejak awal dan dapat diminimalisir sejak dini. Hal ini dapat membuahkan hasil yang cukup baik, terbukti dengan minimnya angka permasalahan di MAN 2 Pekalongan dan meningkatnya kedisiplinan belajar siswa baik dalam bidang akademik maupun non akademik di sekolah.

Untuk merencanakan program BK di sekolah maka perlu dilakukan dan dipersiapkan hal-hal sebagai berikut seperti studi kelayakan, penyusunan program bimbingan, penyediaan sarana fisik dan teknis, penentuan sarana personil dan pembagian tugas, serta kegiatan-kegiatan penunjang

Walaupun dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sudah ada jatah jam khusus untuk memberikan bimbingan di kelas, namun frekuensi dalam

1Endang Artiati Suheti, Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap? (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 6.

(3)

tatap muka masih tetap saja sering terjadi di luar kelas dikarenakan siswa di MAN 2 Pekalongan ini telah terbiasa untuk memanfaatkan layanan konsultasi di ruang bimbingan dan konseling. Ada beberapa siswa merasa senang apabila dalam pelayanan bimbingan terjadi di ruang bimbingan dan konseling dikarenakan proses bimbingannya antara siswa dan guru bimbingan dan konseling saja tidak terlalu ramai seperti di kelas.

Tidak hanya guru bimbingan dan konseling saja yang melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah. Akan tetapi, dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sekolah juga melibatkan seluruh komponen yang ada didalamnya seperti para guru bidang studi, wali kelas, kepala sekolah juga oleh komponen karyawan untuk menegakkan kedisiplinan belajar. Dengan demikian manfaat bimbingan dan konseling dapat tersalurkan secara merata pada seluruh siswa di MAN 2 Pekalongan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru bimbingan dan konseling di MAN 2 Pekalongan, maka peneliti dapat menganalisis tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling di MAN 2 Pekalongan, yaitu yang tertuang di bawah ini.

Guru bimbingan dan konseling di MAN 2 Pekalongan sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi bimbingan dan konseling, meliputi:

1. Fungsi pemahaman, yaitu guru bimbingan dan konseling di MAN 2 Pekalongan selalu berusaha memberikan pemahaman kepada peserta didik

(4)

baik itu diri peserta didik sendiri, lingkungan peserta didik sendiri dan lingkungan yang lebih luas seperti lingkungan sosial.

2. Fungsi pencegahan, yaitu guru bimbingan dan konseling di MAN 2 Pekalongan selalu berusaha untuk mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya.

3. Fungsi pengentasan, yaitu guru bimbingan dan konseling di MAN 2 Pekalongan berusaha membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya maupun bentuknya.

4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling di MAN 2 Pekalongan ini diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

5. Fungsi advokasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling di MAN 2 Pekalongan ini dilakukan dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal yang ada di dalam diri peserta didik.

Selain sesuai dengan fungsi bimbingan dan konseling di atas, pelaksanaan bimbingan dan konseling di MAN 2 Pekalongan juga sesuai dengan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, meliputi sasaran layanan yang sudah tepat, masalah peserta didik, program pelayanan bimbingan dan

(5)

konseling yang sudah tepat, permasalahan yang dialami peserta didik, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan BK yang sudah cukup tepat.

Bimbingan dan Konseling di MAN 2 Pekalongan ini menggunakan pola layanan 17 plus, serta sudah melaksanakan program BK, mengevaluasi, menganalisis dan melakukan tindak lanjut yang dilaporkan secara rutin kepada kepala sekolah. Pengunaan layanan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling konselor menyesesuaikan dengan pola layanan BK yang telah ada sebelumnya atau yang telah dijalankan oleh konselor MAN 2 Pekalongan, yaitu menggunakan pola 17 plus.

Jenis layanan bimbingan dan konseling pola 17 plus tersebut meliputi layanan orientasi diberikan kepada siswa baru, layanan informasi diberikan kepada siswa untuk memperoleh informasi, layanan penempatan dan penyaluran diberikan kepada siswa untuk memilih jurusan, layanan penguasaan konten diberikan kepada siswa agar bisa menguasai kemampuannya dalam KBM, layanan konseling perorangan diberikan kepada siswa agar dapat mengatasi masalahnya sendiri, layanan bimbingan kelompok diberikan kepada siswa dalam mengembangkan pribadinya melalui anggota kelompok, layanan konseling kelompok diberikan kepada siswa untuk memecahkan masalah anggota kelompoknya secara bersama-sama, serta layanan konsultasi dan mediasi diberikan kepada siswa untuk mengatasi masalah kepada temannya.

Di MAN 2 Pekalongan, Selain adanya jenis layanan bimbingan dan konseling juga terdapat kegiatan layanan pendukung bimbingan dan konseling meliputi Pertama, aplikasi instrumentasi dapat digunakan sebagai suatu proses

(6)

untuk memperoleh tentang bakat, dan tingkat intelegensi melalui instrumen tes maupun instrumen non tes. Kedua, himpunan data dapat digunakan untuk mengetahui data pribadi siswa maupun data umum siswa. Ketiga, konferensi kasus dapat digunakan sebagai upaya pemberian pertolongan dari konselor kepada konsling dalam membahas suatu permasalahan siswa. Keempat, kunjungan rumah dapat memberikam kesempatan kepada orang tua siswa untuk mengetahui perkembangan anaknya ketika berada di sekolah. Kelima, alih tangan kasus dapat membantu konselor dalam memberikan kesempatan pemindahan penanganan masalah siswa kepada orang lain yang lebih bisa mengangani kasus tersebut.

Dalam melaksanakan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, guru bimbingan dan konseling (konselor) menjadi pelayan bagi pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh, khususnya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan- tujuan perkembangan masing-masing peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat dan kepribadian peserta didik.

Dalam SK Menpan No. 84/1993 ditegaskan bahwa tugas pokok guru pembimbing adalah “menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya.2

2 Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling (Bandung:

Refika Aditama, 2005), h. 43.

(7)

Dengan demikian, pelaksanaan bimbingan dan konseling di MAN 2 Pekalongan ini mempunyai andil besar dalam proses pembetukan siswa yang berkompeten setelah mereka lulus nanti.

B. Analisis Kondisi Kedisiplinan Belajar Siswa Di MAN 2 Pekalongan

Kedisiplinan belajar siswa dapat terjadi secara optimal bila pihak sekolah dan guru melakukan perbaikan proses belajar mengajar yang menjadikan siswa itu memiliki tingkat yang sama yaitu: sama-sama mencari ilmu tanpa ada dinding pemisah yang menghalangi antara keduanya. Sehingga antara guru dan siswa itu akan tercipta saling kerjasama dan siswa pun menjadi bersemangat dalam belajar karena siswa tidak merasa lebih rendah daripada guru mereka.

Disiplin akan bertumbuh dengan baik apabila atas kemauan diri sendiri, tetapi apabila disiplin didasarkan bukan atas kemauan diri sendiri maka yang terjadi disiplin tidak akan tumbuh dalam diri anak tersebut. Dengan adanya disiplin yang tertanam dari diri siswa akan menjadikan mereka lebih aktif dan kreatif dalam belajar dan akan meningkatkan serta memperbesar kemungkinan siswa untuk berkreasi dan berprestasi dalam sekolah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru bimbingan dan konseling di MAN 2 Pekalongan, maka peneliti dapat menganalisis tentang kondisi kedisiplinan belajar siswa di MAN 2 Pekalongan, yaitu yang tertuang di bawah ini.

Bahwa kondisi kedisiplinan di MAN 2 Pekalongan sudah cukup baik, yakni yang sudah terlaksana meliputi: disiplin siswa dalam menentukan dan

(8)

menggunakan cara atau strategi belajar serta disiplin terhadap pemanfaatan waktu. Akan tetapi kondisi kedisiplinan di MAN 2 Pekalongan yang masih terganjal adalah yang berkaitan dengan disiplin terhadap tata tertib. Hal ini dikarenakan ada beberapa siswa yang kurang disiplin dalam menaati semua peraturan di sekolah baik saat di kelas maupun di luar kelas. Sehingga untuk melakukan disiplin terhadap tat tertib dengan baik, maka guru bertanggungjawab menyampaikan dan mengontrol berlakunya peraturan dan tata tertib yang ada di sekolah.

Kondisi kedisiplinan belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam siswa itu sendiri yaitu berupa kesadaran diri yang mendorong seseorang untuk menerapkan disiplin pada dirinya.3 Misalnya: tidak bersemangat dalam belajar, tidak menyukai pelajaran tertentu, malas atau bosan saat guru menerangkan dan sebagainya.

2. Faktor eksternal, merupakan faktor yang berasal dari luar siswa itu sendiri meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.4 Misalnya: kurangnya perhatian dari orang tua, ikut-ikutan teman membolos saat pelajaran berlangsung, pengaruh dari teman sebaya.

Maka untuk mengatasi kasus tersebut, dalam hal ini seluruh staff (karyawan) sekolah atau guru telah menjalin kerjasama agar tercapai disiplin kelas dan tata tertib kelas yang baik tanpa adanya kerjasama tersebut dalam pembinaan disiplin sekolah maka akan terjadi pelanggaran terhadap peraturan

3Thoursan Hakim, Belajar Secara Efektif (Jakarta: Puspa Swara, 2001), hlm. 11.

4 Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Belajar (Jakarta: Gramedia, 2004), hlm. 45-49.

(9)

dan tata tertib sekolah serta terciptanya suasana belajar yang tidak diinginkan.

Akan tetapi, tidak hanya guru dan karyawan saja yang menjalin kerjasama untuk menjadikan sekolah menjadi lebih baik. Seharusnya dengan bantuan dan partisipasi dari siswa itu sendiri dapat memperngaruhi tingkat kedisiplinan belajar siswa di MAN 2 Pekalongan.

C. Analisis Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa Di Man 2 Pekalongan

Peran seorang guru bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Akan tetapi, peran guru bimbingan dan konseling di sekolah sangatlah penting dikarenakan akan menjadikan siswa sebagai manusia yang maju, mandiri dan bertanggung jawab. Proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya konstribusi besar dari guru bimbingan dan konsleing. Sekolah akan merasa kesulitan dalam menjalankan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bila tidak ada guru bimbingan dan konseling tidak ada. Terlebih lagi dalam upaya mendisiplinkan belajar siswa, tanpa adanya guru bimbingan dan konsleing tentu tidak akan ada kontrol atau pengawasan juga bimbingan untuk para siswa sehingga siswa menjadi tidak terkendali, brutal bahkan acuh pada kepentingannya sendiri yaitu menuntut ilmu.

Di MAN 2 Pekalongan guru bimbingan dan konseling telah melakukan tugasnya dengan baik. Ini terbukti dengan adanya pola hubungan kerja yang baik antara berbagai pihak seperti koordinator guru bimbingan dan konseling,

(10)

guru bimbingan dan konseling, guru bidang studi, wali kelas, kepala sekolah dan juga orang tua siswa. Sepanjang perjalanan pelaksanaan program-program bimbingan dan konseling mereka memahami peran dan fungsinya masing- masing.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru bimbingan dan konseling di MAN 2 Pekalongan, maka peneliti dapat menganalisis tentang peran guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa di MAN 2 Pekalongan, yaitu yang tertuang di bawah ini.

Peran guru bimbingan dan konseling di MAN 2 Pekalongan sudah sesuai dengan peran guru bimbingan dan konseling yang ada dipatokan, yaitu pembimbing sebagai perencana program bimbingan dan konseling, pembimbing sebagai administrasi sekolah, pembimbing sebagai penasihat, pembimbing sebagai konsultan, pembimbing sebagai pemberi informasi, pembimbing sebagai tester, pembimbing sebagai penatar bimbingan dan konseling (trainer), dan pembimbing sebagai konselor atau penyuluh.

Sedangkan langkah-langkah guru bimbingan dan konseling yang dilakukan dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa adalah sudah cukup tepat, karena adanya kerjasama antara pihak guru bimbingan dan konseling dengan para guru yang berkaitan. Sehingga dapat diketahui latar belakang masalah yang sedang dihadapi siswa kemudian guru bimbingan dan konseling dapat membantu melakukan pemecahan masalah yang sedang dihadapi siswa tersebut.

(11)

Adapun usaha-usaha untuk menumbuhkan kedisiplinan belajar siswa yang sebaiknya dilakukan oleh para guru bimbingan dan konseling di MAN 2 Pekalongan adalah sebagai berikut:

1. Kesadaran diri sebagai pemahaman bahwa disiplin dipandangnya penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya.

2. Ketaatan sebagai langkah penerapan atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku seseorang.

3. Keteladanan sebagai aplikasi dari perbuatan dan tindakan lebih besar pengaruhnya dibandingkan hanya sekedar dengan kata-kata.

4. Hukuman sebagai usaha untuk menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan perilaku yang salah sehingga anak kembali pada perilaku yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

5. Lingkungan berdisiplin, hendaknya seorang anak berada pada lingkungan yang berisiplin, karena kemungkinan besar ia akan tumbuh menjadi anak yang disiplin.

6. Latihan Berdisiplin, Artinya, mempraktikkan disiplin secara berulang-ulang dan membiasakan dalam prilakunya sehari-hari. Dengan latihan dan membiasakan diri, maka disiplin akan terbentuk pada diri siswa.5

5Tulus Tu’u, op. cit., hlm. 49-50.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Pedoman Observasi: Proses pembelajaran yang menjadi amatan yaitu : (1) Memaparkan tujuan pembelajaran pengertian Rasul Ulul Azmi sehingga menumbuhkan minat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan dengan komite audit sebagai variabel moderasi pada perusahaan real

Pembanding 10 ton jerami dengan 5 ton pupuk kandang ayam per hektar yang diberi 0.4 pupuk kandang per hektar per hektar yang dicairkan sebagai dekomposer berpotensi

Dalam hal ini, mahasiswa keguruan dan ilmu pendidikan yang notabene sebagai calon tenaga pendidik baik dalam lingkup sekolah dasar maupun sekolah menengah,

Pada hari ini Rabu tanggal Tiga Puluh bulan Maret tahun Dua Ribu Sebelas dimulai jam 09.00 Wita, kami yang bertanda tangan dibawah ini telah menyelenggarakan Acara Penjelasan

Dalam kaitan dengan model kurikulum untuk siswa berkebutuhan pendidikan khusus, maka model modifikasi bararti cara pengembangan kurikulum, dimana kurikulum umum

Penetaan lingkungan pemukiman penduduk perdesaan Belanja Pengadaan Konstruksi, Pemb/ Peningkatan Jalan Lingkungan/Gertak (Paket.. Pasar Hilir, RT.2, Batang

Gesekan (friction) merupakan faktor utama dalam pengereman. Oleh karena itu komponen yang dibuat untuk sistem rem harus mempunyai sifat bahan yang tidak hanya menghasilkan jumlah