• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSUPLEMEN VIDEO DAN ANIMASI UNTUK MENDUKUNG PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN KIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSUPLEMEN VIDEO DAN ANIMASI UNTUK MENDUKUNG PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN KIMIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

94

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSUPLEMEN VIDEO DAN ANIMASI UNTUK MENDUKUNG PENDEKATAN SAINTIFIK

PADA PEMBELAJARAN KIMIA

I Made Kirna, I B. N. Sudria, I Ketut Sudiana Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Genesha

e-mail: mdkirna@gmail.com Abstract

The complaints of teachers on the implementation of the scientific approach have often heard, but this complaint is not really addressed. This activity aimed at helping the problems faced by chemistry teacher (SMAN 1 Kubutambahan and SMAN 2 Banjar) to overcome the lack of scientific approach implemented in chemistry class, mainly lab activities. The main issues to be resolved, namely (1) the absence of Student Worksheet (SW) which supports the scientific approach efficiently to overcome the problem of limited time, (2) the absence of video as an alternative practicum that significantly can involve students in the activities of inquiry, and (3) the practicum could not significantly improve learning achievement yet because of the difficulties of students to understand abstract conception. The method used to solve the problems, namely (1) Focus Group Discussion (FGD) to improve the knowledge and understanding of teachers on SW to support scientific approach for chemistry specific practicum, (2) the training and mentoring of making SW to support scientific approaches supplemented by video and animation, and (3) implementing SW with supplemented video and animation created to determine the effectiveness and practicality. The result showed (1) even though teachers already have the knowledge and insight of SW to support scientific approach, but hard work needed to facilitate teachers developing SW that can lead student learn in accordance with the scientific approach, (2) teachers are very enthusiastic in training of video editing and making animation with flash, but in creating animation, teachers are only able to arrive at a basic skills, (3) SW supplemented by video and animation can encourage students to learn actively according to the scenario of scientific approach and students gave a positive response.

Keywords: scientifict approach, chemistry practicum, instructional video, animation of chemistry Abstrak

Keluhan-keluhan guru terhadap implementasi pendekatan saintifik sudah sering didengar, namun keluhan ini belum benar-benar dicarikan solusinya. Kegiatan ini bertujuan membantu permasalahan guru kimia mitra (SMAN 1 Kubutambahan dan SMAN 2 Banjar) untuk mengatasi kurang berlangsungnya pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik, utamanya praktikum. Permasalahan utama yang dipecahkan, yaitu (1) belum adanya Lembar Kerja Siswa (LKS) yang mendukung pendekatan saintifik yang efisien dilaksanakan untuk mengatasi masalah terbatasnya waktu, (2) belum adanya video praktikum sebagai alternatif praktikum yang dapat melibatkan siswa secara signifikan dalam kegiatan inkuiri, dan (3) praktikum belum memberikan hasil belajar kimia yang signifikan karena kesulitan siswa memahami konsepsi yang abstrak. Metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan di atas, yaitu (1) Fokus Group Discussion (FGD) untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman guru mitra tentang LKS praktikum spesifik kimia menggunakan pendekatan saintifik, (2) pelatihan dan pendampingan pembuatan LKS untuk pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik serta video dan animasi pendukungnya, dan (3) ujicoba penerapan LKS bersuplemen video dan animasi yang dibuat untuk melihat efektivitas dan kepraktisannya dalam memecahkan masalah mitra. Hasil kegiatan menunjukkan (1) walaupun guru sudah memiliki pengetahuan dan wawasan tentang LKS pendukung pendekatan saintifik, tetapi perlu kerja keras untuk memfasilitasi guru mengembangkan LKS yang dapat menggiring belajar siswa sesuai dengan pendekatan saintifik, (2) guru sangat antusias dalam mengikuti pelatihan editing video dan pembuatan animasi dengan flash, namun pada pembuatan animasi, guru hanya mampu sampai pada keterampilan dasar saja, (3) LKS bersuplemen video dan animasi dapat mendorong siswa belajar aktif sesuai dengan skenario pendekatan saintifik yang dirancang dan siswa memberikan respon yang positif.

Kata-kata Kunci: pendekatan saintifik, praktikum kimia, video pembelajaran, animasi kimia

(2)

95 1. Pendahuluan

Pembaruan kurikulum, KTSP maupun kurikulum 2013 (K13) terus mendorong pada proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik (inkuiri). KTSP memberikan penekanan proses pembelajaran melalui eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, sementara K13 secara eksplisit memberikan penekanan kegiatan pembelajaran yang mencerminkan kegiatan inkuiri mulai dari mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi/

menalar, dan menyaji. Kurikulum 2013 (Permendiknas 81A dan 103 tahun 2014) telah menggeser beberapa prinsip pembelajaran: (1) dari belajar reseptif (diberi tahu) menjadi produktif (mencari tahu); (2) dari guru sebagai sumber informasi menjadi berbagai sumber informasi; (3) dari tekstual menjadi pendekatan inkuiri; (4) dari lebih menekankan kemampuan mental menjadi keseimbangan antara keterampilan fisikal dan mental; (5) pada pembelajaran sebagai masyarakat belajar; dan (6) pada pemanfaataan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

Walaupun kurikulum telah lama mendorong pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik (berbasis inkuiri), tetapi implementasi di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran yang menekankan kepada keterampilan inkuiri ilmiah (proses sains) dan sikap sains masih belum banyak terealisasi. Ada dua faktor menjadi kendala terhadap penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik (inkuiri) yang dikemukakan oleh guru (Kirna, dkk.

2007), yaitu: (a) keterbatasan alat/bahan dan waktu, dan (b) kurangnya kemampuan/kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan

pendekatan inkuiri. Di samping kendala teknis seperti yang dikemukakan di atas, Sanjaya (2009) juga mengemukakan adanya kendala kultur, yaitu guru belum terbiasa dalam mengelola inkuiri dan memiliki keyakinan bahwa strategi yang digunakannya sudah efektif (lebih efektif).

Permasalahan implemetasi kurikulum seperti dipaparkan di atas terjadi pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, dan terjadi pada semua disiplin ilmu/mata pelajaran.

Beberapa mata pelajaran yang membutuhkan sarana dan prasarana yang mahal sangat rentan untuk mampu melaksanakan kurikulum yang menuntut pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Salah satu mata pelajaran yang mengalami kendala cukup besar dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik adalah Mata Pelajaran Kimia.

Pembelajaran kimia yang sesuai dengan tuntutan kurikulum memerlukan dukungan peralatan laboratorium/bahan kimia yang relatif lebih mahal dan media visualisasi untuk membantu siswa mengkonkretisasi konseptual kimia yang bersifat abstrak.

Kondisi sarana/prasarana laborato-rium dan media yang dimiliki oleh SMA di Kabupaten Buleleng cukup bervariasi. Beberapa SMAN pinggiran kota ada yang memiliki sarana/prasarana lab yang terbatas. Kirna (2012) melaporkan bahwa sarana (alat/bahan) kimia yang dimiliki beberapa SMAN di luar kota Singaraja sangat memprihatinkan. Keberadaan sarana/

prasarana lab ini sering dikemukakan guru sebagai penyebab tidak dilaksanakannya pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, khususnya praktikum. Beberapa SMAN di kota Singaraja, sebenarnya memiliki

(3)

96 peralatan dan bahan praktikum yang tergolong cukup, tetapi pelaksanaan pembelajaran kimia menggunakan pende- katan saintifik juga masih rendah.

Permasalahan kurang terealisasinya kuriku-lum yang menunut pembelajaran menggu-nakan pendekatan saintifik ternyata tidak sesederhana karena faktor peralatan dan bahan semata.

Dua sekolah pinggiran kota Singaraja, SMAN 1 Kubutambahan dan SMAN 2 Banjar sebenarnya sudah memiliki sarana/prasarana lab yang cukup. Sejumlah praktikum kimia SMA sebenarnya bisa dilakukan, hanya saja ketersediaan alat dan bahan terbatas apabila semua kelas dan banyak topik kimia yang dipraktikumkan. Walaupun peralatan dan bahan sudah tersedia, namun guru mengalami kendala dalam melaksanakan praktikum karena permasalahan prasarana, seperti fasilitas air, tidak adanya laboran, dan praktikum memerlukan waktu dan energi yang besar. Hanya demonstrasi praktikum hantaran listrik dan asam basa yang bisa dilakukan (wawancara dengan koordinator lab SMAN 1 Kubutambahan) karena sudah ada LKSnya. Sebagian besar pembelajaran kimia dilaksanakan dengan informasi-diskusi yang cenderung verbalistik. Pembelajaran masih kental dengan informasi yang sifatnya teoritik disertai dengan latihan soal, walaupun dalam perencanaan pembelajaran (RPP), mereka sudah membagi kegiatan inti ke dalam fase eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pengalaman inkuiri siswa (mengamati, menanya, mengumpulkan data, menganalisis dan menyimpulkan) belum terfasilitasi dalam pembelajaran.

Hal yang sama ditemukan pada SMAN 2 Banjar, Dari wawancara dengan guru-guru kimia diperoleh informasi bahwa sebagian besar pembelajaran kimia dilaksanakan secara konvensional (informasi dan diskusi yang mengarah pada latihan soal), dan pembelajaran

kooperatif menggunakan penugasan.

Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, utamanya praktikum belum banyak bisa dilaksanakan. Beberapa demonstrasi praktikum yang pernah dilaksanakan adalah hantaran elektrolit menggunakan model proyek, asam-basa, hidrolisis, titrasi asam-basa, dan sifat- sifat koloid. SMAN 2 Banjar pernah mendapat bantuan media pembela-jaran (multimedia tutorial). Koordinator lab kimia pernah menerapkannya dalam pembe-lajaran, tetapi tidak efektif. Siswa hanya menonton saja, malahan sebagian darinya mengantuk. Media tutorial yang durasinya cukup panjang dan tidak ada tugas yang jelas tentang data apa yang dikumpulkan menyebabkan video tutorial tidak efektif.

Permasalahan/kendala yang dikemu-kakan guru-guru kimia SMAN 1 Kubutambahan dan SMAN 2 Banjar terkait dengan tidak dilaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri, termasuk praktikum dapat dirangkum sebagai berikut. Pertama, jadwal waktu pembelajaran kimia tidak mendukung karena pembelajaran dengan pendekatan saintifik secara praktikum membutuhkan waktu yang lama, Kedua, Jumlah peralatan dan bahan kimia masih kurang. Ketiga, ada permasalahan prasarana pendukung, seperti air dan pembuangan limbah. Keempat, tidak ada tenaga teknisi/laboran untuk membantu mempersiapkan peralatan dan bahan (prapraktikum) dan mengembalikan/

menyimpan peralatan dan bahan setelah praktikum (pascapraktikum). Kelima, melaksanakan praktikum membutuhkan tenaga yang besar, sementara efeknya terhadap pemahaman siswa dipandang tidak sepadan dengan tenaga yang dibutuhkan. Keenam, siswa kurang termotivasi belajar kimia. Ketujuh, belum ada media yang cocok untuk mendukung pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik.

(4)

97 Berdasarkan paparan peramasalahan di atas, tujuan kegiatan ini adalah untuk (1) meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengembangkan LKS kreatif bermuatan video dan animasi untuk mendu-kung pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik, (2) mengadakan beberapa LKS bermuatan video dan animasi pada beberapa topik kimia SMA, dan (3) menjelaskan aktivitas dan respons siswa pada penerapan LKS bermuatan video dan animasi dalam mendukung pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik.

2. METODE

Ada lima permasalahan prioritas yang ingin dipecahkan dalam kegiatan ini, yaitu (1) belum adanya LKS/rancangan praktikum yang efisien untuk mengatasi kendala waktu dan kurangnya tenaga pendukung, (2) guru belum dapat memanfaatkan potensi teknologi ICT yang sudah dimilikinya atau dimiliki sekolah, seperti Laptop, LCD, HP yang sudah bisa koneksi internet untuk mendukung pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik secara efisien, (3) pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, utamanya praktikum tertentu terkendala oleh belum tersedianya tenaga laboran dan prasarana pendukung tertentu, (4) praktikum kimia dipandang belum berkontribusi besar terhadap peningkatan pemahaman konseptual kimia, dan (5) motivasi siswa belajar kimia rendah.

Metode-metode yang telah disepakati untuk memecahkan permasalahan yang diprioritaskan tersebut adalah focus group discussion (FGD), pelatihan, pendampingan, serta penerapan produk dalam pembelajaran.

Metode-metode di atas selanjutnya dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) menyiapkan materi untuk kegiatan FGD dan pelatihan, (2)

FGD untuk (a) mensosialisasi dan diskusi tentang pembelajaran kimia menggunakan pendekatan saintifik serta karakteristik LKS untuk mendukung pendekatan tersebut dan (b) menetapkan ide-ide praktikum kreatif kimia SMA, (3) pelatihan merancang LKS menggunakan pendekatan saintifik pada topik-topik kimia yang sudah ditetapkan, (4) pelatihan keterampilan dasar membuat animasi partikel materi dengan flash, (5) Pelatihan keterampilan dasar membuat/mengedit video menggunakan Movie Maker dan Camtasia, (6) Penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik menggunakan LKS dan video yang dikembangkan.

Evaluasi kegiatan P2M ini dilihat dari dua aspek, yaitu (1) partisipasi guru mitra dalam kegiatan, (2) keterampilan mitra dalam membuat LKS, video pendukung LKS dan animasi pendukung video, (3) keterterapan LKS dan pendukungnya dalam pembelajaran, dan (4) partisipasi dan motivasi siswa dalam pembelajaran menggu-nakan LKS dan pendukungnya. Indikator keberhasilan kegiatan adalah (1) mitra berpartisipasi aktif dalam kegiatan, (2) mitra memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menyusun LKS, video, dan animasi untuk mendukung pendekatan saintifik, dan (3) adanya LKS bersuplemen video dan animasi yang feasibel digunakan dan efektif, dan (3) siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran kimia menggunakan LKS yang disusun mitra.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Partisipasi guru mitra

Guru mitra berpartisipasi aktif dalam mengikuti rangkaian kegiatan dari FGD sampai pelatihan dan pendampingan. Walaupun guru mitra sudah termasuk senior, tetapi wawasan guru tentang LKS menggunakan pendekatan saintifik masih kurang. Guru

(5)

98 belum terbiasa mengembangkan LKS sendiri dan hanya menggunakan LKS yang dibuat oleh tim guru lain ataupun LKS yang terdapat dalam buku ajar. LKS tersebut secara umum kurang relevan dengan pendekatan saintifik yang mengandung komponen 5M, utamanya mengamati, menanya, mengumpulkan data/informasi, dan mengasosiasi.

Gambar 1. FGD pelaksana dan guru mitra

Guru mitra sangat antusias mengikuti pelatihan editing video dan pembuatan animasi menggunakan adobe flash. Semua guru mitra tertarik untuk mampu membuat animasi konseptual kimia, namun keterampilan guru sulit sekali ditingkatkan. Guru-guru yang sudah senior secara umum lambat dalam mempelajari keterampilan terkait dengan komputer. Oleh sebab itu, hanya satu guru mitra yang memiliki keterampilan yang memadai, sementara yang lain hanya memiliki keterampilan dasar saja.

Berbeda dengan membuat animasi, editing video termasuk keterampilan yang sederhana sehingga guru bisa mengikutinya.

Gambar 2. Pelatihan Editing video

Guru juga berpartisipasi aktif dalam mengembangkan LKS pembelajaran kimia sesuai dengan arahan pada FGD. Walaupun guru sudah memahami alur pikir mengembangkan LKS untuk mendukung pendekatan saintifik, tetapi tidak mudah bagi guru mitra untuk membuat LKS yang dimaksud. Guru mitra menyadari bahwa membuat LKS seperti yang diharapkan membutuhkan perenungan, utamanya dalam membuat fenomena dan informasi yang cukup yang dapat mengantarkan siswa membuat pertanyaan investigatif.

Kesulitan yang dialami oleh guru dalam mengembangkan LKS untuk mendukung pendekatan saintifik terlihat pada saat kegiatan pendampingan.

Sebagian guru mitra menyampaikan bahwa sangat sulit membuat fenomena dan informasi pendukung sebagai komponen awal dari LKS. Untuk menyelesaikan satu LKS, diperlukan waktu dan tiga kali pendampingan.

Namun, sejalan dengan pengalaman mengembangkan LKS sebelumnya, guru semakin terbiasa dan terampil dalam mengembangkan LKS berikutnya.

Gambar 3. Pendampingan melibatkan mahasiswa

Hal yang sama terjadi pada pembuatan video dan animasi

(6)

99 pendukung, keterampilan yang dimiliki oleh guru masih belum memadai untuk membuat sendiri animasi. Berbeda dengan video, guru bisa membuat sendiri video dan mengeditnya atau mengunduh video dari youtube dan mengeditnya agar sesuai dengan LKS yang dibuat. Pada pembuatan video, guru didampingi oleh mahasiswa jurusan pendidikan kimia yang sudah menguasai keterampilan editing video dan membuat animasi dengan flash.

Produk LKS dan video pendukung Masing-masing guru mitra mengembangkan dua LKS pembelajaran kimia SMA lengkap dengan video dan animasi pendukungnya. LKS yang dikembangkan oleh guru sudah memenuhi kriteria LKS untuk mendukung pendekatan saintifik yang memfasilitasi siswa untuk mengamati, menanya, mengumpulkan data/informasi, dan mengasosiasi.

Struktur LKS menggunakan pendekatan inkuiri yang dibuat adalah sebagai berikut.

Gambar 4 Struktur komponen LKS

Pada komponen fenomena (komponen 3) dipaparkan tentang kasus didukung dengan paparan informasi prasyarat yang dibutuhkan untuk membantu siswa melakukan inkuiri ilmiah. Pada fenomena bisa juga ditampilkan video atau animasi pendukung. Salah satu tampilan fenomena yang dikembangkan guru adalah seperti gambar berikut.

Gambar 5. Contoh fenomena

Gambar 6. Video pendukung fenomena

Untuk melatih dan melihat kemampuan siswa dalam mengamati, setelah mengamati fenomena, siswa disuruh menemukan informasi penting terkait fenomena dan video (komponen 4) sebelum mereka disuruh mengajukan pertanyaan atau merumuskasn masalah (komponen 5). Siswa juga disuruh melakukan pencermatan pengamatan untuk menemukan rancangan percobaan dari mengamati video (komponen 6).

Pada komponen mengumpulkan data/informasi (komponen 7) dan menalar (komponen 8), siswa diberikan video dan animasi, serta pertanyaan- pertanyaan terstruktur . Salah satu contoh animasi terkait dengan video di atas adalah seperti gambar berikut.

Gambar 7. Video dan animasi

(7)

100 Penerapan LKS dalam pembelajaran

Ada dua jenis LKS yang diujicoba, yaitu (1) LKS yang mana kasus/fenomena hanya berupa paparan informasi, siswa disuruh menemukan informasi penting dan mengajukan pertanyaan investigatif, merancang percobaan, kemudian mengamati video untuk mengumpulkan data dan menguji hipotesis, dan (2) LKS yang mana fenomena berupa paparan informasi sekaligus didukung video, siswa disuruh menemukan iinformasi penting, mengajukan pertanyaan/masalah, mengumpulkan data/informasi dalam video yang mengadung animasi. Uji coba LKS yang didukung video dan animasi di dua sekolah mitra menunjukkan bahwa pemanfatan LKS ini dapat memfasilitasi siswa melakukan aktivitas inkuiri ilmiah sesuai dengan skenario pembelajaran yang dirancang dalam LKS. Guru mengemukakan bahwa menggunakan LKS yang didukung video ini

lebih efisien daripada melakukan praktikum langsung karena (1) memerlukan persiapan dan pengawasan yang ekstra ketat terhadap kerja siswa, (2) sering terhambat karena siswa belum biasa praktikum, (3) data yang diperoleh salah karena kecerobohan siswa, dan (4) waktu kurang untuk mengelaborasi pemahaman untuk mencapai indikator.

LKS yang dikembangkan feasibel dilaksanakan apalagi di sekolah yang motivasi belajar siswa tinggi. Siswa di SMAN 2 Banjar dan SMAN 1 Kubutambahan termasuk memiliki motivasi belajar yang cukup baik.

Penerapan LKS yang didukung video dan animasi ini memberikan pengalaman guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan saintifik dan memberikan pengalaman siswa untuk melakukan kegiatan inkuiri ilmiah.

Hasil refleksi guru mitra menunjukkan bahwa ada beberapa

tantangan yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan LKS ini, yaitu: (1) siswa masih belum terbiasa menggunakan LKS seperti ini, sehingga belum paham apa yang menjadi tagihan belajar, walaupun sudah diberikan penjelasan sebelummya, (2) siswa belum memahami bagaimana merumuskan pertanyaan investigasi terhadap fenomena yang dihadirkan, (3) siswa belum mengerti bagaimana menyusun hipotesis, sehingga diperlukan waktu yang cukup lama untuk menjelaskan cara membuat hipotesis dari pertanyaan yang mereka buat, (4) siswa mengalami kesulitan membuat langkah- langkah percobaan untuk membuktikan hipotesis mereka karena tidak terlalu familiar melakukan percobaan.

Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik menggunakan LKS ini, utamanya pada kelas yang belum terbiasa mengikuti pembelajaran yang students centered, memerlukan perhatian guru untuk memberikan penekanan bimbingan dan arahan pada merumuskan permasalahan investigatif, dan merumuskan hipotesis. Siswa mesti terus siap memberikan arahan dan bimbingan untuk mengerjakan LKS.

Walaupun menghadapi tentangan, secara umum penerapan LKS didukung video dan animasi dapat diimplementasikan dengan baik. Pada penerapan jenis LKS yang pertaman, siswa cukup aktif ketika diberikan membaca dan memahami isi dari wacana (fenomena) untuk mencari informasi penting. Ketika masuk ke tahap membuat pertanyaan, menyusun hipotesis, dan merancang percobaan sis-wa harus dibimbing dan diarahkan Pada tahap ini, siswa kurang aktif bertanya. Ketika ditayangkan video dan animasi untuk menguji hipotesis, siswa baru mengerti apa yang dimaksudkan. Disini siswa mulai aktif bertanya dan menyu-sun rancangan percobaan dan menyim-

(8)

101 pulkan. Ini menunjukkan bahwa pena- yangan video dan animasi dapat menum- buhkan rasa ingin tahu siswa. Fakta yang sama dilaporkan oleh Zimrot &

Ashkenazi (2007) bahwa penayangan video untuk membuktikan hipotesis dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan aktivitas siswa.

Pada penerapan jenis LKS yang kedua, guru mengemukakan bahwa pembelajaran menggunakan LKS didukung oleh video dan animasi dapat meningkatkan minat dan aktivitas siswa dalam belajar seperti: (1) menyimak informasi dan fenomena dan mampu menuliskan informasi penting tentang kepolaran, (2) mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang berhubungan dengan materi kepolaran, (3) mampu membuat langkah-langkah percobaan dalam menentukan kepolaran senyawa, (4) mampu menjelaskan kepolaran senyawa dari percobaan, (5) mampu membedakan senyawa polar dan non polar, dan (6) mampu membangun pemahaman bahwa bentuk molekul berpengaruh terhadap

kepolaran senyawa. Visualisasi mikros- kopis (animasi) sangat membantu siswa memahami kepolaran. Video pembela- jaran, lebih-lebih yang mengandung animasi mikroskopis sangat memotivasi dan memudahkan siswa belajar. Hal ini sejalan dengan review sejumlah peneli- tian bahwa visualisasi/gambar unggul dalam pembelajaran (Gilbert, 2005;

Stieff, 2005). Anglin, dkk. (2004) mengemukakan keunggulan visualisasi ini sebagai picture superior effect. Falvo (2008) juga menyatakan bahwa visualisasi berupa animasi dan simulasi sangat menjanjikan dalam meningkatkan kualitas pembela-jaran sains, khususnya kimia, namun desain dan cara pengintegrasian dalam pembelajaran masih perlu dikaji.

Rekaman LKS yang dikerjakan siswa memberikan dukungan bahwa belajar menggunakan pendekatan sainstifik berlangsung dengan baik.

Gambar berikut adalah contoh LKS yang dikerjakan siswa.

Gambar 8. Contoh LKS yang dikerjakan siswa Dampak positif dari penerapan

LKS yang didukung video dan animasi ini juga tercermin dari hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran.

Siswa memberikan tenggapan yang sangat positif terhadap penerapan pembelajarana menggunakan pendekatan

(9)

102 saintifik ini. Beberapa tanggapan positif siswa adalah sebagai berikut.

1. Video dan animasi dapat membantu siswa melihat pergerakan molekul dan memberikan motivasi kepada siswa.

2. Siswa menyatakan lebih mengerti belajar menggunakan video karena adanya gambar dan penjelasan di media tersebut.

3. Siswa memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai konsep sesudah pemberian video dan animasi

4. Pembelajaran ini lebih menarik dan mudah dipahami.

5. Pembelajaran lumayan menyenangkan dan tidak membuat mengantuk.

6. Pembelajaran lebih mengasyikan dan dapat melihat video yang belum pernah dilihat.

7. pembelajaran kimia ternyata sangat menyenangkan.

4. KESIMPULAN

Beberapa simpulan yang diperoleh dari kegiatan ini adalah sebagai berikut: (1) membuat LKS untuk mendukung pendekatan saintifik sesuai dengan harapan kurikulum 2013 memerlukan kreativitas dan komitmen kerja keras guru, (2) secara umum guru

mitra antusias dalam mengikuti semua kegiatan IbM ini, (3) guru mitra telah memiliki pemahaman yang baik tentang alur pikir mengembangkan LKS bersuplemen video dan animasi untuk mendukung pendekatan saintifik, tetapi perlu kerja keras untuk memfasilitasi guru mengembangkan LKS yang dapat menggiring belajar siswa sesuai dengan pendekatan saintifik, (4) walaupun guru antusias dalam mengikuti pelatihan editing video dan pembuatan animasi dengan flash, serta pendampingan penyelesaian video dan animasi, namun guru hanya mampu sampai pada keterampilan dasar saja, utamanya pada pembuatan animasi, (5) agar terampil dalam mengembangkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang didukung dengan video dan animasi, guru perlu latihan lebih banyak dan terus meningkatkan keterampilan teknis dalam mengedit video dan membuat animasi, (6) LKS yang dikembangkan guru sudah cukup memadai, namun masih perlu perbaikan sesuai dengan hasil ujicoba, (7) penerapan LKS bersuplemen video dan animasi dapat mendorong siswa belajar aktif sesuai dengan skenario pendekatan saintifik yang dirancang dan siswa memberikan respon yang positif.

DAFTAR RUJUKAN

Anglin, G. J., Vaez, H. & Cunningham, K. L. 2004. Visual

Representations and Learning:

The Role of Static and Animated Graphics. Dalam David H. Jonassen (Ed.).

Handbook of Research on Educational Communications and Technology (hlm. 865- 916). Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates.

Falvo, D. 2008. Animations and Simulations for Teaching and

Learning Molecular Chemistry.

International Journal of Technology in Teaching and Learning, 4(1): 68-77.

Gilbert, J. K (Ed.). 2005. Visualization in Science Education. Dordrecht:

Springer.

Kirna, I M., Sukerti, M. & Suardana, N.

2007. Pengembangan Model Pembelajaran Sains yang Berorientasi Konteks dan Struktur (Contextuals and Structure Oriented Learning)

(10)

103 pada Kompetensi Dasar Kimia di SMP.

Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Singaraja: Undiksha Kirna, I M. 2012. IbM Kelompok Guru

SMAN 1 Sukasada dan SMAN 2 Busungbiu. Laporan IbM:

UNDIKSHA

Permendikbud No 65 Tahun 2013. 2013.

Standar Proses Kurikulum 2013. Depdikbud: Jakarta.

Permendiknas 81A dan 103 tahun 2014>

Estándar Proses Kurikulum 2013. Depdikbud: Jakarta Sanjaya. W. 2009. Strategi

Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana.

So, W. M. W. & Kong, S. C. 2007.

Approaches of Inquiry Learning with Multimedia Resources in Primary Classrooms. Journal of

Computers in Mathematics and Science Teaching, 26(4): 329- 354.

Stieff, M. 2005. Connected Chemistry: A Novel Modeling Environment for the Chemistry Classroom, (Online), 82(3),

(http://www.JCE.DivCHED.or g, diakses 22 April 2007).

Zimrot, R. & Ashkenazi, G. 2007.

Interactive Lecture

Demonstrations: A Tool for Exploring and Enhancing Conceptual Change. Chemistry Education Research and Practice, 8(2): 197-211.

Gambar

Gambar 2. Pelatihan Editing video
Gambar berikut adalah contoh LKS yang  dikerjakan siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan demokratis terhadap budaya organisasi clan pada perusahaan keluarga (studi pada

Dalam daya tarik juga ada jenisnya yaitu wisata alam, sosial budaya, dan wisata minat khusus. Daya tarik paling banyak untuk di pulau Bali paling banyak memiliki potensi alam

Memberi informasi ilmiah tentang jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan sebagai bahan baku jamu gendong beserta upaya mempertahankan eksistensi tumbuhan obat tersebut oleh masyarakat

Ho5: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan harga minyak dunia, kurs Yuan, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga secara simultan terhadap harga saham pada

Berdasarkan beberapa penelitian diatas, maka dapat diambil hipotesis bahwa risiko klaim, kontribusi retakaful, beban operasional, nilai tukar rupiah, inflasi dan BI-Rate

01 Proporsi nilai tambah IKM Pangan, Barang Dari Kayu, dan Furnitur terhadap total nilai tambah industri pengolahan nonmigas 8.. 01 Proporsi nilai tambah IKM terhadap total nilai

Mereka sensitif terhadap orang -orang di sekitar dan akan melakukan pekerjaan yang terbaik yang bisa dilakukan untuk membuat lingkungan yang menyenangkan. untuk

Hasil ini tidak sesuai dengan hasil yang didapat oleh Nuarisa (2013) yang mengatakan bahwa Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif signifikan terhadap Belanja Modal..