• Tidak ada hasil yang ditemukan

NANI SUGIARTI 04.03.18.182

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "NANI SUGIARTI 04.03.18.182"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

INTRODUKSI FERMENTASI BATANG PISANG DAN DAUN LAMTORO DENGAN MENGGUNAKAN EM-4 SEBAGAI

PAKAN TERNAK BABI DI DESA LINGGANG JELMUQ KECAMATAN TERING KABUPATEN KUTAI BARAT

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

NANI SUGIARTI 04.03.18.182

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM

PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2022

(2)

INTRODUKSI FERMENTASI BATANG PISANG DAN DAUN LAMTORO DENGAN MENGGUNAKAN EM-4 SEBAGAI PAKAN TERNAK BABI DI DESA

LINGGANG JELMUQ KECAMATAN TERING KABUPATEN KUTAI BARAT

Diajukan sebagai syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Peternakan (S.Tr.Pt)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

NANI SUGIARTI 04.03.18.182

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

Pertama-tama Tugas akhir ini saya persembahkan kepada Nani Sugiarti (diri saya sendiri) terimakasih karna sudah sampai ke titik ini

Terkusus kepada suami dan anak-anak saya karna sudah mendukung dan mendoakan saya lahir dan batin sampai saya sampai ke titik ini

Keluarga besar saya (mertua) yang sudah mendukung saya, sahabat, dan teman yang sudah terlibat dalam membantu dan menyemangati saya dalam kelancaran tugas akhir ini, semoga allah SWT membalas kebaikan

kalian…

Tidak lupa kepada dosen pembimbing tercinta Alm. Bapak Drs.

Syamsuddin, MM, semoga seluruh ilmu dan pengalaman yang telah diberikan menjadi ladang pahala dan dibalaskan kebaikan oleh Allah

S.W.T serta bapak Ir. A. H. Benyamin foekh, MS. Dan ibu Dr. Sad Likah, S.Pt. MP yang telah dengan sabar membimbing saya hingga selesai tugas akhir ini,

Semoga bapak dan ibu selalu dalam lindungan-nya.

(4)
(5)
(6)
(7)

Pembimbing: Ir. A. H. Benyamin FoEkh, MS dan Dr. Sad Likah, S.Pt. MP

Penelitian ini bertujuan: 1. Mengetahui bagaimana metode pembuatan pakan fermentasi batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat, 2. Menyusun rancangan penyuluhan tentang pembuatan pakan fermentasi dari Batang pisang dan daun lamtoro di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat, 3.

Mengetahui evaluasi rancangan penyuluhan tentang pembuatan pakan pakan fermentasi dari Batang pisang dan daun lamtoro di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan alat pisau, parang, golok,drum plastic,terpal, timbangan, sekop, gelas ukur, plastic, dengan bahan kajian gedebog pisang 70 kg, daun lamtoro, 10%, dedak 7 kg, EM-4 10 tutup botol, gula putih 5 Sendok makan dan air 3-5 liter.

Berdasarkan Hasil Kajian dan Pembahasan Introduksi Fermentasi Batang Pisang Dan Daun Lamtoro Dengan Menggunakan EM4 Sebagai Pakan Ternak Babi Di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat Sebagai Berikut: 1). Penyuluhan dan demonstrasi cara tentang pembuatan pakan fermentasi peternak sudah mengetahui bagaimana metode, bahan-bahan dan alat apa saja yang digunakan dalam pembuatan pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-sebagai pakan ternak babi. seperti yang sudah dipraktikkan. Dan dari hasil pengamatan yang dilakukan dalam pembuatan pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 sebagai pakan ternak babi di Kampung Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat dapat dinyatakan berhasil. 2). Kegiatan penyuluhan pembuatan pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 untuk pakan ternak babi merupakan materi yang disampaikan. Dengan sasaran penyuluhan yaitu sebanyak 20 orang peternak/ masyarakat di Kampung Linggang Jelmuq. Kegiatan penyuluhan bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan peternak. Penyuluhan menggunakan metode diskusi dan praktik.

Penyampaian penyuluhan menggunakan media pemutaran video, folder dan benda sesungguhnya. Cukup menarik minat peternak karna merupakan sesuatu yang baru petani ketahui. 3). Hasil evaluasi menyatakan bahwa tingkat pengetahuan peternak mencapai dimensi C5 (Mengsintesis) dengan persentase pengetahuan sebesar 82%.

(8)

dan karunia-Nya, Dapat menyusun Laporan dengan judul Introduksi Fermentasi Batang Pisang dan Daun Lamtoro Dengan Menggunakan EM-4 Sebagai Pakan Ternak Babi di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat.

Adapun maksud dari Laporan kajian ini merupakan sebagai syarat untuk melaksanakan kajian Tugas Akhir (TA) di Politeknik Pembangunan Pertanian Malang dan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Peternakan (S.Tr.Pt).

Dalam penyusunan Laporan Kajian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada::

1. Alm Drs. Ach. Syamsuddin, MM, Alm selaku dosen pembimbing pertama yang telah sudi memberikan bimbingan dari awal sampai dengan seminar proposal 2. Ir. A. H. Benyamin FoEkh, MS, selaku dosen pembimbing pertama yang telah

sudi memberikan bimbingan sampai hari ini

3. Dr. Sad Likah, S,Pt,M.SP selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan dan pembimbing II

4. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir

Menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, oleh karena itu, Mengharapkan saran dan kritikan demi penyempurnaan Laporan ini.

Malang, Januari 2022 Penulis

(9)

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belaka ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan... 4

1.4. Manfaat... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.3 Gambaran Tanaman Pisang (Musa paradisiaca) ... 10

2.4 Gambaran Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala) ... 11

2.6 Fermentasi... 13

2.7. Penyuluhan ... 14

2.7.1 Penyuluhan Pertanian ... 14

2.7.2 Tujuan Penyuluhan ... 16

2.7.4 Materi Penyuluhan ... 17

2.7.5 Metode Penyuluhan ... 17

2.7.6 Media Penyuluhan ... 18

2.7.7 Evaluasi ... 19

2.8 Kerangka Berfikir ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Metode Kajian Penelitian ... 24

3.1.1 Lokasi dan Waktu ... 24

3.1.2 Metode Kajian ... 24

3.1.3 Kerangka Berfikir ... 25

3.1.4 Langkah Kerja Pembuatan Pakan Fermentasi ... 25

3.1.5 Parameter Pengamatan ... 26

3.1.6 Analisis Data ... 26

3.2. Metode Rancangan Penyuluhan ... 26

3.2.1 Penetapan Sasaran Penyuluhan... 26

3.2.2 Penetapan Tujuan Penyuluhan ... 26

3.2.3 Penetapan Materi ... 27

3.2.4 Penetapan Metode Penyuluhan ... 27

(10)

. 45

3.3.3 Implementasi Penyuluhan ... 28

3.4. Metode Evaluasi ... 28

3.4.1 Menetapkan Responden ... 28

3.4.2 Menetapkan Tujuan ... 29

3.4.3 Menetapkan Metode ... 29

3.4.4 Menetapkan Skala ... 29

3.4.5 Menentukan Instrumen ... 29

4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29

3.6. Mengukur Pengetahuan ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Kondisi Demografi Desa ... 31

4.1.1 Letak dan Luas Desa ... 31

4.1.2 Usaha Tani ... 31

4.2 Hasil Kajian... 32

4.2.1 Hasil Uji Kandungan Nutrisi Batang Pisang dan Daun Lamtoro ... 36

BAB V PERANCANGAN DAN UJI COBA RANCANGAN PENYULUHAN ... 36

5.1 Rancangan Penyuluhan ... 36

5.1.1 Tujuan Penyuluhan ... 36

5.1.2 Sasaran Penyuluhan ... 36

5.1.3 Materi Penyuluhan ... 36

5.1.4 Metode Penyuluhan ... 36

5.1.5 Media Penyuluhan ... 37

5.2 Implementasi/Uji Coba Rancangan Penyuluhan ... 38

5.2.1 Persiapan Penyuluhan Pertanian ... 38

5.2.2 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian ... 39

5.3 Evaluasi Penyuluhan ... 40

5.3.1 Tujuan Penyuluhan ... 40

5.3.2 Sasaran Penyuluhan ... 40

5.3.3. Instrumen Penyuluhan ... 40

5.3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

5.3.5 Data dan Identitas Responden ... 42

5.4 Evaluasi Penyuluhan ... 44 BAB VI PEMBAHASAN ...

(11)

6.2.1 Tahapan Pengetahuan ... 45

6.2.2 Rencana Tindak Lanjut (RTL) ... 47

BAB VII PENUTUP ... 49

7.1 Kesimpulan ... 49

7.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 55

(12)

1. Kisi Kisi Kegiatan Penyuluhan 41 ... 55

2. Kuisioner Penyuluhan 42 ... 57

3. Lembar Persiapan Menyuluh 39 ... 60

4. Sinopsis Penyuluhan 38 ... 62

5. Peta Kecamatan Tering 24... 64

6. Matriks Kegiatan Penelitian 28... 65

7. Matriks Pemilihan Metode Penyuluhan 37 ... 66

8. Matriks Analisa Penetapan Metode 37 ... 68

9. Matriks Pemilihan Media Penyuluhan 37 ... 71

10. Matriks Analisis Penetapan Media Penyuluhan 37 ... 73

11. Uji Validitas Dan Relibilitas 42 ... 75

12. Data Responden Jawaban Uji Validitas Dan Realibilitas 42 ... 86

13. Media Penyuluhan 27 ... 87

14. Daftar Hadir Penyuluhan 39 ... 89

15. Rekapitulasi Post Test 46 ... 90

16. Catatan Kegiatan Kajian 28 ... 91

17. Catatan Kegiatan Evaluasi Penyuluhan 28 ... 92

18. Hasil Perhitungan Ransum Pakan 35 ... 95

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pasokan pakan di Indonesia tidak tersedia sepanjang tahun, pada musim hujan produksi hijauan banyak dan pada musim kemarau terjadi kelangkaan.

Untuk menjamin ketersediaan pakan ternak, diperlukan teknologi pengolahan bahan baku dari hijauan dan limbah pertanian untuk meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan memperpanjang waktu penyimpanan.

Pengolahan pakan juga sering dilakukan dengan tujuan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang bermanfaat menjadi produk yang bermanfaat (Alveoli, 2008).

Menurut Sangadji (2009) terdapat beberapa kendala dalam penyediaan bahan pakan diantaranya sulit memenuhi kebutuhan nutrisi terutama protein karena kualitas rumput di daerah tropis yang rendah, sementara produksi rumput unggul yang menemui kendala karena alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan pembangunan gedung perkantoran. Kendala dalam penyediaan bahan pakan ini dapat diatasi dengan pemanfaatan bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian dan perkebunan (Andayani, 2010)

Kendala penyediaan pakan ternak menjadi masalah jangka panjang yang dialami oleh masyarakat pertenak terkususnya di Kampung Linggang Jelemuq yang merupakan wilayah yang berada di Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, dengan usaha utama di bidang perkebunan dan peternakan, masyarakat mencari pakan ternak di alam yang dengan kondisi keterbatasan bahan membuat ternak kurang mendapatkan asupan makanan yang menimbulkan ternak petani lambat dalam perkembangan.

Populasi ternak Babi di Desa Jelmuq Kecamatan Tering cukup besar, berdasarkan Programa Balai Penyuluhan Pertanian dibidang peternakan.

(14)

Populasi ternak babi di Desa Linggang Jelmuq sebanyak 125 ekor dengan mayoritas adalah jenis Babi Bali. Tinggi nya populasi ternak Babi tidak diimbangi dengan kualitas pakan yang memadai, Sehingga produktivitas ternak Babi masih rendah karena kualitas pakan yang diberikan kurang memenuhi kebutuhan hidup pokok ternak babi.

Pakan ternak merupakan faktor utama yang perlu diperhatikan dalam mendirikan suatu usaha peternakan, pakan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ternak dalam hal kelangsungan hidup dasar, pertumbuhan, reproduksi dan pemeliharaan produksi. salah satu faktor pendukung kesulitan pasokan pangan juga terjadi di desa Linggang Jelmuq, ketersediaan pangan di daerah tropis sangat tergantung musim, kualitas buruk dan kontinuitas tidak stabil, pada musim hujan terjadi kekurangan pakan. Salah satu cara mengatasi masalah ketersediaan pakan adalah dengan menggunakan bahan pakan alternative.

Desa Linggang Jelmuq memiliki luas wilayah yaitu 18.308 km2, Jumlah penduduk di Desa Linggang Jelmuq 782 jiwa. Dengan luas area tanaman pisang mencapai 26,98% dari luas wilayah secara keseluruhan ( Programa Kecamatan Tering, 2020. Di Desa Linggang Jelmuq saat panen buah pisang pada umumnya batang pisangnya dibuang di Sungai Mahakam dan menjadi limbah di Sungai Mahakam dan peternak belum memanfaatkan nya. Untuk menghindari agar batang pisang tidak menjadi limbah disungai Mahakam upaya yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan batang pisang sebagai pakan ternak melalui fermentasi.

Batang pisang cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak pada saat persediaan pakan berkurang. Kelemahan batang pisang adalah adanya faktor pembatas dengan nilai gizi yang rendah. Untuk meminimalkan faktor pembatas tersebut, batang pisang harus diolah dahulu sebelum diberikan

(15)

kepada ternak. Tanaman lamtoro dikenal tinggi protein dan sangat baik untuk pakan ternak. Tanaman ini enak, cepat tumbuh, mudah tumbuh, dan tumbuh subur di daerah tropis. Biasanya peternak menggunakan sistem geser dan insang sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Komposisi gizi lamtoro adalah 23,7% protein kasar (PK), 18% serat kasar (SK) dan 5,8% lemak kasar (LK) (Hartadi et al., 2005).

Selama fermentasi, kecernaan dan nilai protein makanan meningkat karena pemanfaatan nitrogen anorganik dalam protein oleh sel mikroba (Purwadaria, 1998). Fermentasi pakan bertujuan untuk menghasilkan kandungan protein yang lebih baik, menurunkan kandungan serat kasar. Pakan fermentasi juga menjadikan kualitas pakan meningkat dan bisa berpengaruh terhadap produktivitas ternak serta kualitas produk.

Pakan merupakan salah satu faktor utama dalam pengembangan ternak Babi di Desa Linggang Jelmuq. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masih banyak petani yang menyediakan pangan secara dadakan tanpa memperhatikan kualitas, kuantitas dan efisiensi distribusi. Sehingga berakibat pada produktifitas ternak yang tidak optimal. Peternak belum mengetahui tentang teknologi pekan fermentasi ini juga merupakan salah satu factor yang menghambat dalam pertumbuhan ternak dan ketersediaan pakan ternak. Dengan demikian

“Introduksi Fermentasi Batang Pisang Dan Daun Lamtoro Dengan Menggunakan EM-4 Didesa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat“ diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang teknologi pakan fermentasi dan dapat memberikan kelayakan dari aspek kualitas dan kecukupan nutrisi ternak babi serta dapat menyediakan pakan yang ekonomis, dan terjangkau bagi peternak.

(16)

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana metode pembuatan pakan fermentasi batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 di desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat

2. Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan tentang pembuatan pakan fermentasi dari Batang pisang dan daun lamtoro di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat

3. Bagaimana evaluasi tentang rancangan penyuluhan pembuatan pakan fermentasi dari Batang pisang dan daun lamtoro di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat

1.3. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana metode pembuatan pakan fermentasi batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat

2. Menyusun rancangan penyuluhan tentang pembuatan pakan fermentasi dari Batang pisang dan daun lamtoro di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat

3. Mengetahui evaluasi rancangan penyuluhan tentang pembuatan pakan pakan fermentasi dari Batang pisang dan daun lamtoro di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat

1.4. Manfaat

1. Manfaat bagi mahasiswa, mahasiswa dapat mengembangkan ilmu pengetahuan sekaligus sebagai media pembelajaran dalam memecahkan masalah yang ada dilapangan.

(17)

2. Manfaat bagi peternak, sebagai bahan informasi dalam membuat pakan ternak Babi dengan memanfaatkan Batang Pisang dan daun lamtoro yang difermentasi menjadi pakan ternak.

3. Manfaat bagi penyuluh pertanian, sebagai salah satu alternatif materi penyuluhan pertanian dalam meningkatkan kemampuan petani dalam menyediakan pakan untuk ternak Babi.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian dilakukan oleh Endeyani (2016) mengenai Laju Penerapan Teknologi Fermentasi Batang Pisang Sebagai Pakan Babi Pada Kelompok Tani Syalom di Desa Bakunase, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang. Metode kajian yang digunakan dalam kajian tersebut adalah metode kajian terapan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, angket dan dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode penentuan populasi dilakukan dengan sengaja (akhirnya).

Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah skala likert. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: tingkat penerimaan petani sebelum penyuluhan lebih rendah (40%) dan masa percobaan lebih rendah (20%).

Sedangkan tingkat penerimaan petani setelah dikonsultasikan: tahap kesadaran sedang (69,63%), tahap minat sedang (66,67%), tahap evaluasi kategori sedang (63,33), dan masa uji coba. rata-rata (60%).

Penelitian Labatar dkk (2021) tentang Meningkatkan pemahaman petani tentang fermentasi batang pisang kepok (Musa paradisiaca) sebagai pakan alternatif babi. Pakan adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan peternakan babi. Persyaratan pakan yang diberikan harus terjamin kualitasnya, memiliki nutrisi yang cukup untuk melayani kebutuhan pokok babi, salah satu bahan pakan yang disediakan untuk ternak adalah menghemat biaya, waktu dan tenaga. menjadi makanan fermentasi. Kajian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2020 selama 3 minggu yang pelaksanaannya berlangsung di desa Mansinam kabupaten Manokwari Timur, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peternak tentang fermentasi batang pisang kepok (Musa paradisiaca) sebagai pakan alternatif penambah berat badan pada babi memberikan efek nyata (P<

(19)

0,05). Pelaksanaan penyuluhan diikuti oleh 20 responden dengan menggunakan metode presentasi dan diskusi menggunakan satu alat yaitu file. Hasil konseling dianalisis menggunakan independent sample T test. Mengevaluasi tes awal responden (pre-test) dengan rata-rata 8,4 dan tes akhir (post-test) dengan rata- rata 26,85 termasuk kriteria pengetahuan tinggi, dari hasil sebelum dan sesudah tes. Peternak/kelompok tani di Desa Mansinam, Kabupaten Manokwari Timur mengalami peningkatan pengetahuan sebesar 90% setelah praktik pengawetan batang pisang kepok sebagai pakan babi umur 4-5 bulan, meliputi konsumsi pakan dan bobot badan.

Penelitian oleh Hariono (2018) tentang Penggunaan Batang Pisang dan Daun Jati Sebagai Pakan dan Pengomposan Secara Fermentasi. Prosedur pembuatan pakan ternak dan kompos dari batang pisang dan daun jati dilakukan melalui demplot dengan partisipasi beberapa peternak dan petani di Desa Giripurwo Kecamatan Purwosari Kabupaten Gunungkidul. Peternak dan petani dipilih dengan metode sampling. Bahan-bahan yang digunakan dalam demplot untuk membuat pakan ternak dan kompos adalah: batang pisang, daun jati, dedak, ampas tahu, air, tetes tebu, suplemen organik cair (COS), EM4, garam. Alat yang digunakan adalah parang, drum, termometer, timbangan. Komposisi nutrisi rata- rata batang pisang meliputi: bahan kering (BK) 87,7%, abu 25,12%, lemak kasar (LK) 14,23%, serat kasar (SK) 29,40%, protein kasar (PK) 3% termasuk asam amino, amino nitrat, glikosida, yang mengandung N, glikolipid, vitamin B, asam nukleat, bahan bebas nitrogen yang diekstraksi (BETN) 28,15% termasuk karbohidrat, gula dan pati. Dengan kandungan nutrisi yang cukup pada batang pisang, gedebog berpotensi untuk menggantikan pakan ternak. Hal tersebutdikarenakan jumlah protein kasar pada batang pisang tidak terlalu tinggi tetapi dengan mencampurkan bahan lain seperti dedak, bungkil kelapa, ampas tahu atau produk kedelai dan dikombinasikan dengan fermentasi dapat

(20)

meningkatkan protein kasar pada batang pisang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pakan ternak fermentasi berbahan dasar batang pisang dan daun jati dapat mengurangi penggunaan hijauan yang sulit didapat pada musim kemarau, sehingga menjamin kelangsungan kebutuhan pakan ternak tahunan. Pupuk kompos fermentasi batang pisang dan daun jati sebagai pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman serta dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Penelitian oleh Yanuartono dkk (2020) dengan judul “Review: Potensi Limbah Tanaman Pisang Sebagai Pakan Ternak Ruminansia” Ketersediaan pakan hijauan merupakan salah satu faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan suatu usaha ternak ruminansia. namun demikian, pakan hijauan akan sulit diperoleh pada saat musim kemarau sehingga pada umumnya pakan digantikan oleh berbagai limbah pertanian seperti jerami padi, brangkasan atau jerami jagung dan limbah tanaman yang lain. Saat ini pemanfaatan limbah tanaman pisang sebagai pakan ternak sangat bervariasi dari setiap negara penghasil pisang. Limbah tanaman pisang seperti daun, tanaman muda, buah yang ditolak dan batangnya dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Meskipun volume limbah tanaman pisang melimpah, namun pemanfaatannya dibatasi oleh beberapa faktor seperti tingginya serat dalam batang dan daun. Selain itu, kadar air yang tinggi dapat dengan mudah merusak limbah tanaman pisang sehingga sering kali terbuang sia-sia. Untuk mengatasi kendala tersebut maka perlu metode pemrosesan lebih lanjut guna meningkatkan nilai gizinya. Metoda pengolahan lebih lanjut yang paling mudah dilakukan dan dengan biaya yang rendah adalah dengan menggunakan teknologi fermentasi.

Nilai tambah dari proses fermentasi adalah mampu mengawetkan pakan yang secara musiman berlimpah untuk untuk diberikan selama periode kekurangan

(21)

pakan. Tulisan ini bertujuan merangkum secara ringkas potensi dan manfaat limbah tanaman pisang yang difermentasi sebagai pakan ternak ruminansia.

Penelitian oleh K. Budaarsa et al (2014) tentang Exploring pig feed and its use in traditional pig farm in Bali Provinsi menggunakan metode survei di

seluruh kabupaten dan kota di Bali. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified random sampling, mengelompokkan daerah dataran rendah dan dataran

tinggi menjadi satu menurut kabupaten dan kota. Dalam setiap kelompok, 2 peternak babi tradisional dipilih, sehingga peternak diwawancarai di setiap kabupaten dan kota atau 32 peternak di seluruh Bali. Hasil survei menunjukkan bahwa ada perbedaan pakan hijauan yang diberikan oleh petani dataran rendah dan dataran tinggi. H Sedangkan di dataran tinggi antara lain: batang pisang (Musa paradisiaceae), ubi jalar (Ipomaea batatas), eceng gondok (Colocasia esculenta),

daun lamtoro (Leucaena leucocephala) dan dag-dagse (Pisonia alba). Batang pisang yang mendominasi (95%) diintroduksi baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Hijauan disediakan dengan cara direbus, disediakan dalam bentuk segar. Kesimpulan kajian adalah terdapat keragaman pakan babi dan praktek pemberian pakan babi antara dataran rendah dan dataran tinggi Bali. Batang pisang adalah hijauan paling banyak digunakan sebagai pakan babi di peternakan babi tradisional, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi.

2.2 Ternak Babi

Babi merupakan ternak produksi daging monoseksual, yang sangat potensial untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Babi memiliki keunggulan antara lain karena tingkat pertumbuhannya cepat, konversi pakan yang baik dan kemampuan beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda dan rasio karkas dari 65% menjadi 80% (Siagian, 1999).

Peternakan babi memiliki dua tujuan: produksi daging dan keuntungan maksimal.

(22)

Usaha ternak babi diusahakan petani sebagai sumber pendapatan mereka (Kojo at al, 2014).

Menurut Sihombing (1997), hewan babi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Spesies: Kelas Chordata: Mamalia Ordo: Artiodactyla, Keluarga: Suidae Genus: Sus Spesies: Sus scrofa Sus vittatus Sus celebensis Sus barbatus.

2.3 Gambaran Umum Tanaman Pisang (Musa paradisiaca)

Pohon pisang merupakan tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia.

Pohon pisang banyak digunakan oleh manusia. Selain buahnya, bagian lain dari tanaman seperti kumbang, daun, batang, dan hati juga dapat digunakan. Memang masih banyak petani di Indonesia yang belum mengetahui manfaat dan kandungan gizi batang pisang untuk menggantikan pakan ternak seperti kambing, domba, sapi, itik (unggas), kelinci dan babi. Mengetahui kandungan nutrisi batang pisang, tentunya kebutuhan hijauan tidak menjadi kendala bagi petani, dengan kata lain batang pisang merupakan kandidat yang cocok untuk menggantikan pakan ternak. Hal ini dikarenakan jumlah protein kasar pada batang pisang tidak terlalu tinggi tetapi dengan mencampurkan bahan lain seperti dedak padi, daun lamtoro, ampas tahu atau produk kedelai, dan menggabungkannya dengan fermentasi dapat meningkatkan protein kasar pada batang pisang.

Batang pisang memiliki banyak manfatnya dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana disampaikan oleh Dhalika et al., (2012: 97) Batang pisang sebagai hasil samping yang diperoleh dari budidaya tanaman pisang (Musa paradisiaca) memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai sumber energi bahan pakan dalam sistem pakan ternak ruminansia karena jumlah biomassa yang dihasilkan. Wina (2001: 20) menjelaskan bahwa total hasil batang pisang pada berat segar minimal mencapai 100 kali lipat hasil pisang, sedangkan total hasil daun pisang dapat mencapai 30 kali lipat pisang. Kandungan batang pisang dari

(23)

Laboratorium Ilmu Gizi Pangan Ternak UNS mengandung unsur hara bahan kering (BK) 87,7%, abu 25,12%, lemak kasar (LK) 14,23%, serat kasar (SK) 29,40%, protein kasar (PK) 3,01% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 28,24%.

Setelah difermentasi diketahui bahan kering adalah 5,25%. Kandungan abu adalah 17,85%. Kandungan lemak kasar adalah 0,58%. Kandungan Protein Kasar adalah 7,08%. Kandungan serat kasar adalah 27,67%. Kandungan BETN adalah 46,57%. Dibandingkan dengan batang pisang yang sudah dan belum terfermentasi kandungan Protein Kasar adalah 3,01%

2.4 Gambaran Umum Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala)

Selain batang pisang dalam produksi konsentrat ini juga bisa ditambahkan dengan daun lamtoro. Lamtoro atau yang terkenal dengan nama petai cina merupakan salah satu tanaman leguminosa yang telah banyak diberikan pada ternak. Tanaman ini pada umumnya dijadikan sebagai pohon peneduh untuk beberapa komoditi tanaman lainnya seperti kopi, sedangkan daunnya yang rimbun telah lama dimanfaatkan untuk pakan ternak khususnya untuk ternak ruminansia.

Beberapa juga memanfaatkan sebagai pakan daun lamtoro untuk hewan monogastrik seperti unggas dan babi. Tanaman ini sangat banyak ditemui di pekarangan dan diketahui memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sehingga sangat baik untuk hijauan pakan ternak. Daun lamtoro memiliki kandungan kimia berupa bahan kering 97,89%, protein kasar 23,83%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 31,0509%, serat kasar 23,5877%, lemak 11,68 dan abu 7,73% (Putri, 2012). Permasalahannya ialah lamtoro mengandung senyawa antinutrisi berupa mimosin dan asam sianida (HCN) sehingga perlu pengelolaan.

2.5 EM-4 (Effective Microorganisms – 4)

Effective Microorganisms-4 (EM-4) adalah sejenis mikroorganisme kultur

(24)

campuran probiotik yang banyak digunakan untuk peternakan, karena 90 bakterinya adalah Lactobacillus Sp. dan bakteri lainnya Bakteri Azotobacter, Clostridia, Enterobacter, Agrobacterium, Erwinia, Pseudomonas dan Lactobacillus

membentuk asam laktat dalam biakan cair dengan pH 4,5 (Hermanto, 2011).

Karakteristik EM4 peternakan ini berupa cairan berwarna coklat kekuningan. Bahan yang dipakai untuk membuat cairan ini adalah bahan-bahan organik. Sehingga aman untuk kesehatan ternak. Selain itu, cairan ini juga sangat bermanfaat bagi peternak. Peternak akan mendapatkan keuntungan berupa laju pertumbuhan ternak yang sangat baik. Aroma asam dan rasa yang manis dari cairan ini juga sangat disukai ternak. Sehingga, secara langsung akan membuat konsumsi pakan ternak semakin meningkat. EM4 bekerja secara sinergis dimana kombinasi bakteri tersebut akan menyebabkan perubahan biokimiawi tanpa adanya kerjasama diantara keduanya melainkan suatu rangkaian proses yang menguntungkan bakteri lain tanpa menimbulkan kerugian yang merugikan bagi bakteri itu sendiri (Soeharsono, 2002).

Seperti yang kita ketahui bersama jika komposisi EM4 peternakan terbuat dari bahan-bahan organik, maka cairan ini sangat aman untuk dikonsumsi oleh ternak. EM4 peternakan akan memperbaiki jasad renik pada saluran pencernaan ternak. Oleh sebab itu, kesehatan ternak akan semakin meningkat, ternak menjadi tenang (tidak mudah stres) dan meminimalisir bau kotoran ternak. EM4 peternakan tidak hanya menjadi solusi bagi kesehatan ternak melainkan dapat menjaga kebersihan area sekitar kandang. Dengan menggunakan cairan ini, area sekitar kandang yang identik dengan bau menyengat akan berkurang atau bahkan bisa hilang. Kandang yang sehat tentunya akan berpengaruh terhadap kesehatan ternak itu sendiri. Bau yang dihasilkan dari kotoran ternak tentunya akan mengundang lalat dan bakteri. Jika tidak segera tertangani, maka bisa

(25)

mendatangkan bibit penyakit. Selain itu, manfaat dari cairan EM4 bagi kesehatan ternak meliputi:

• Memperbaiki kualitas daging ternak.

• Meningkatkan kesehatan ternak.

• Menurunkan mortalitas (angka kematian) ternak.

• Menjaga keseimbangan mikroorganisme baik pada saluran pencernaan ternak.

• Meningkatkan sistem reproduksi ternak.

• Menghilangkan atau mengurangi bau kotoran ternak.

• Meminimalisir stres pada ternak.

2.6 Fermentasi

Fermentasi adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah satu bahan secara kimia menjadi bahan lain dengan menggunakan mikroorganisme. Fermentasi adalah transformasi kimia bahan organik oleh aksi enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Suprihatin, 2010). Gula adalah bahan umum dalam fermentasi. Beberapa contoh produk fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Namun, beberapa bahan lain juga dapat dibuat dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan umum yang digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur, dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerob pada otot mamalia selama latihan berat (kekurangan akseptor elektron eksternal) dapat diklasifikasikan sebagai bentuk fermentasi.

Menurut Bidura (2007), keuntungan dari fermentasi mikroba adalah dapat mengubah makromolekul protein menjadi mikromolekul yang mudah dicerna oleh unggas dan tidak menghasilkan senyawa kimia beracun. Juga telah dicatat bahwa selain meningkatkan kandungan protein pakan, fermentasi juga dapat

(26)

meningkatkan kecernaan pakan dan dapat melepaskan senyawa kompleks menjadi senyawa yang mudah dicerna. Dapat mempercepat pertumbuhan karena makanan hewani yang difermentasi mengandung nutrisi yang meningkatkan nafsu makan.

Keunggulan Dan Manfaat Pakan Fermentasi 1. Bahan baku yang mudah didapat.

2. Kandungan gizi makanan fermentasi lebih tinggi dibandingkan sebelum fermentasi.

3. Pakan fermentasi lebih mudah dicerna, sehingga lebih mudah bagi hewan untuk menyerap nutrisi.

4. Makanan fermentasi dapat disimpan dalam waktu yang lama (makanan fermentasi dalam kondisi hijau sejuk dapat bertahan hingga tiga bulan, sedangkan makanan fermentasi dalam kondisi kering dapat bertahan hingga bertahun-tahun).

5. Dengan mengonsumsi makanan fermentasi, risiko kontaminasi mikroba berbahaya pada hewan ternak dapat diminimalkan.

6. Bau kotoran ternak dapat berkurang secara signifikan.

2.7. Penyuluhan

2.7.1 Penyuluhan Pertanian

Menurut UU SP3K No. 16 Tahun 2006, penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan, yang selanjutnya disebut promosi pasar. informasi, teknologi, modal dan sumber daya, dan lain-lain, untuk meningkatkan produktivitas, kinerja usaha, pendapatan dan kesejahteraan serta meningkatkan kesadaran tentang pelestarian fungsi lingkungan. Penyuluhan pertanian merupakan proses penyebaran informasi mengenai pengembangan dan upaya peningkatan industri

(27)

untuk meningkatkan kualitas, produktivitas dan meningkatkan pendapatan petani dan kesejahteraan keluarganya.

Menurut (Ginting dan Andari: 2020), penyuluhan berbasis lapangan sebagai promotor pengetahuan pembangunan pertanian harus menjadi pendidik bagi kelompok tani dalam hal pembelajaran dan dapat membantu petani memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang sikap terapan, teknologi pertanian modern dalam kebijakan program pemerintah. Umumnya pesan mencakup simbol-simbol tertentu dan isi pesan ini diproses. Bentuk pengolahannya adalah seleksi, organisasi, penyederhanaan, penyajian dan lain-lain. Simbol yang paling terlihat dan paling sering digunakan adalah cara penyuluhan. Keputusan penyuluh atau sumber untuk memilih dan menyusun isi pesan dan simbol-simbol yang digunakan dalam pesan dapat dianggap sebagai teknik penyuluhan. Agen pertanian dalam aktivitasnya sebagai agen perubahan dalam pembangunan selalu memberikan orientasi yang mampu membangkitkan hati nurani para pelaku agribisnis (Nur Jaya: 2018). Penyuluhan merupakan bagian dari program pendidikan nonformal yang diberikan kepada petani dalam bentuk pendampingan untuk meningkatkan produktivitas pertaniannya.

Menurut Sumardjo (2020), alternatif strategi penyuluhan pertanian di era pandemi Covid-19 adalah mengoptimalkan pengelolaan potensi sumber daya lokal (community capital) dengan membangun modal manusia (human capital), modal sosial (modal social) dan komunikasi digital. Peran penyuluhan pertanian di era pandemi Covid-19 adalah:

1. mengedukasi masyarakat secara berkesinambungan untuk melakukan new normal dalam kegiatan sosialnya, dan

2. membudayakan kebiasaan masyarakat agar memiliki kedisiplinan mengikuti prosedur kesehatan . Pandemi Covid-19 telah memaksa semua lapisan masyarakat untuk beradaptasi dengan segala bentuk perubahan.

(28)

Demikian pula, hidup dengan normal baru bisa menjadi stereotip budaya baru di masa depan (pasca pandemi Covid-19).

Mengingat besarnya potensi di sektor pertanian, maka diperlukan kontribusi nyata dari penyuluh pertanian untuk mendukung program pemerintah di sektor pertanian. Selain itu, sejalan dengan Renstra Kementerian Pertanian 2020- 2024, penyuluhan pertanian harus mampu mendorong dan mendukung petani untuk mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya (Kementerian Pertanian, 2020). Buntuang dan Adda (2018) mengungkapkan bahwa penyuluh pertanian dikreditkan dengan memberikan kontribusi banyak bagi keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia.

Penyuluh pertanian telah berhasil mengkomunikasikan banyak pencapaian inovasi pertanian kepada petani melalui metode yang berbeda, sehingga membantu petani meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap mereka tentang kemauan dan kemampuan untuk mengambil inisiatif baru.

2.7.2 Tujuan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan diselenggarakan atas dasar demokrasi, kepentingan, persamaan, keterpaduan, keseimbangan, keterbukaan, kerjasama, partisipasi, kemitraan, keberlanjutan, keadilan, pemerataan dan tanggung jawab, sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU No. 16 tahun 2006 terkait SP3K. Tujuan utama penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku petani agar dapat mengelola usahataninya secara produktif, efisien dan efektif. Padmanagara (2012) mengemukakan bahwa tujuan penyuluhan pertanian adalah membantu dan memfasilitasi petani dan keluarganya untuk mencapai usahatani yang lebih efektif atau produktif, taraf hidup yang lebih memuaskan bagi keluarga dan masyarakatnya melalui kegiatan terencana untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya sendiri, keterampilan untuk mengalami kemajuan ekonomi.

(29)

2.7.3 Sasaran Penyuluhan Pertanian

Undang-Undang No 16 Tahun 2006 mengatakan bahwa, sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha.Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.

2.7.4 Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan pertanian adalah materi penyuluhan yang akan diberikan oleh penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk antara lain informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan (Pasal 1 Nomor 22 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan).

Mardikanto (1993 : 95) menyatakan bahwa materi penyuluhan adalah semua jenis pesan yang ingin disampaikan penyuluh kepada masyarakat sasaran untuk melaksanakan proses pembangunan. Bahan yang dapat diakses merupakan keseluruhan jenis pesan, informasi, atau inovasi teknologi baru yang diajarkan atau disampaikan kepada suatu sasaran termasuk berbagai ilmu pengetahuan, teknik, dan metode pengajaran yang dimaksudkan untuk digunakan kinerja bisnis dalam meningkatkan pendapatan Isbandi (2005)

Materi atau pesan yang disampaikan selama penyuluhan atau konseling harus bersifat informatif, kreatif, membujuk dan menghibur sehingga dapat mendorong perubahan yang inovatif dalam segala aspek kehidupan masyarakat sasaran dalam tujuan dan tercapainya peningkatan kualitas hidup dari masyarakat yang bersangkutan (Mardikanto, 1993). Pengetahuan petani dipengaruhi oleh pendidikan, sedangkan materi penyuluhan dapat memberikan pengetahuan kepada petani jika penyuluhan sesuai dengan karakteristik petani (Levis, 1996).

(30)

2.7.5 Metode Penyuluhan

Menurut Peraturan Menteri Pertanian nomor 52 tahun 2009 tentang Metode Penyuluhan Pertanian, teknik pemberian materi penyuluhan oleh penyuluh kepada pelaku kunci dan pelaku pasar agar mereka tahu, mau membantu dan mengorganisir diri untuk mengakses informasi pasar, teknologi, pemodelan dan sumber daya lainnya sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan produktivitas, kinerja usaha, pendapatan dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran tentang pelestarian lingkungan.

Pemerintah telah mengembangkan metode transmisi teknologi pertanian, seperti Peraturan Menteri Pertanian No: 52/Permentan/OT.10/12/2009 tentang metode penyuluhan pertanian. Kementerian Pertanian telah mengembangkan Peraturan Menteri Pertanian memperhatikan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemerintah, seperti Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.

Permen berisi metode-metode yang dapat membimbing penyuluh, seperti teknik komunikasi, metode banyaknya sasaran, dan metode penargetan sensorik (Wiriatmadja 1990). Metode-metode tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa metode didasarkan pada berbagai pertimbangan di lapangan (Kemenpan 2009)

1. Metode Berdasarkan Strategi Komunikasi

2. Metode Berdasarkan Banyaknya Sasasaran dan Proses Adopsi 3. Metode berdasarkan Alat Indera Penerima

2.7.6 Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan, dapat menggugah pikiran, perasaan, kehendak pelaku utama, pelaku ekonomi mendorong terciptanya proses pembelajaran bagi pelaku utama, pelaku ekonomi pertanian. Media adalah atau merupakan sarana yang digunakan untuk

(31)

menyampaikan pesan komunikator kepada khalayak (Suprapto dan Fahrianoor, 2004). Media atau saluran komunikasi adalah sarana untuk menyampaikan pesan dimana pesan tersebut dikirimkan dari sumber kepada penerima (Levis, 1996).

Sedangkan menurut Isbandi (2005), media adalah perantara atau wadah/representasi alat yang mengalir dari satu departemen atau pihak ke departemen atau pihak lain.

Kegunaan Media Penyuluhan Pertanian:

1. Perjelas pesan agar tidak terlalu bertele-tele.

2. Melampaui batas ruang, waktu, tenaga dan indera.

3. Ciptakan semangat belajar, interaksi yang lebih langsung antara petani dan penyuluh.

4. Memungkinkan petani untuk belajar secara mandiri berdasarkan bakat dan kemampuan visual, pendengaran dan motorik mereka.

5. Berikan stimulus yang sama, asimilasi pengalaman dan ciptakan persepsi yang sama.

Persyaratan untuk media yang berkualitas/efektif:

1. Sederhana, mudah dimengerti dan familiar.

2. Usulkan ide baru.

3. Menarik perhatian.

4. Perhatian terhadap detail yang mengesankan.

5. Gunakan bahasa yang dimengerti target. easy

6. Ajak target untuk memperhatikan, mengingat, mencoba dan menerima ide yang disajikan.

2.7.7 Evaluasi

Widoyoko (2012) hakikat pembentuk penilaian atau evaluasi merupakan pemberian informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

(32)

proses pengambilan keputusan. Informasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk menentukan relevansi, pengaruh, dan konsekuensinya secara sistematis dan seobjektif mungkin. Penilaian penyuluhan digunakan untuk meningkatkan kegiatan saat ini dan yang akan datang seperti perencanaan program, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan program untuk mencapai kebijakan penyuluhan yang lebih efektif.

Metode Evaluasi

Sudijono (2007), menyatakan bahwa metode penilaian meliputi:

a) Pengamatan(observasi)

Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk menilai perilaku individu atau terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi nyata maupun buatan.

b) Wawancara (Interview)

Menurut Yusuf (2014: 372), wawancara ialah peristiwa atau proses interaktif antara pewawancara dengan sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi langsung atau pertanyaan langsung tentang subjek penelitian yang bersangkutan.

c) Angket (Questionaire)

Kuesioner juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi hasil kegiatan.

d) Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)

Penelitian data telah dilakukan melalui angket dan wawancara, memperkaya dan melengkapi hasil penilaian yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

1. Instrumen Evaluasi

Sudijono (2007), menyatakan bahwa evaluator merupakan pemandu atau pedoman sangat penting dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan

(33)

instrumen yang disimpulkan dari variabel evaluatif yang diamati. Alat evaluasi harus mencakup:

a. Kebenaran (validity)

Kebenaran alat ukur yang di gunakan sesuai dengan obyek yang hendak diukur.

- Alat untuk mengukur perubahan perilaku, sikap, pengetahuan dan keterampilan

- Alat ukur harus valid untuk mengukur "topik" atau informasi yang diajarkan.

b. Keandalan

Kemampuan alat ukur untuk digunakan oleh orang lain dan untuk memperoleh hasil yang sama dalam segala situasi dan kondisi.

c. Objektivitas

Alat ukur harus objektif, spesifik, jelas dan hanya memiliki satu interpretasi untuk analisis.

d. Kegunaan dalam kepraktisan (applicability for practicability)

Kemudahan penggunaan, efisiensi bahan terukur yang akan dianalisis.

e. Kesederhanaan

Alat ukur tidak terlalu rumit atau sulit, sehingga mudah dipahami.

(34)

2. Analisis data

Analisis data, Sugiyono (2018 : 82) merupakan proses sistematis meneliti dan menyusun data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumen, mengurutkan data ke dalam kategori, memecahnya menjadi unit-unit, membuat sintesis, diagram, memilih yang penting dan yang akan dipelajari, dan menarik kesimpulan untuk diri sendiri dan orang lain supaya dapat mudah dipahami.

(35)

2.8 Alur Pikir

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Kajian Penelitian 3.1.1 Lokasi dan Waktu

Lokasi kajian penelitian tentang introduksi pakan fermentasi batang pisang dan daun lamtoro dengan menggunakan EM-4 sebagai pakan ternak babi dilaksanakan di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat.

Pemilihan lokasi dengan pertimbangan adanya permasalahan peternak tentang ketersediaan pakan ternak babi yang terbatas, adanya potensi bahan pakan batang pisang yang setelah panen diambil buahnya, kemudian batangnya hanya dibuang dan belum dimanfaatkan. Waktu pelaksanaan pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2022. Peta wilayah kajian terdapat pada lampiran 5.

Dan matriks kegiatan penelitian seperti pada lampiran 6.

3.1.2 Metode Kajian

Menurut Sugiyono (2017 : 2), Metode penelitian pada hakikatnya merupakan cara ilmiah dalam mengumpulkan data untuk tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif disebut metode tradisional, karena metode ini telah digunakan sejak lama, telah lama sehingga dianggap sebagai metode penelitian tradisional. Metode kuantitatif dapat didefinisikan sebagai metode penelitian yang didasarkan pada filosofi positivis, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, mengumpulkan data dengan menggunakan alat penelitian, menganalisis data apakah data tersebut kuantitatif/statistik, dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

(37)

3.1.3 Kerangka Pikir

Kerangka kerja atau kerangkan pikir adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai isu penting. Kerangka pikir yang baik akan di jelaskan secara teoristis pertautan antar variable yang akan di teliti Sugiyono (2019 : 95). Adapun alur pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada alur pikir penelitian.

3.1.4 Langkah Kerja Pembuatan Pakan Fermentasi 1). Alat

Pisau, parang / golok, ember, drum plastic, terpal, timbangan, sekop,gelas ukur plastic.

2). Bahan

Gedebog pisang 70 kg, daun lamtoro 10%, dedak 7 kg, EM-4 10 tutup botol, gula putih 5 sendok makan dan air 3 - 5 liter.

3). Cara pembuatannya / Prosedur Pembuatan

1. Batang/batang pisang dipotong-potong 3 - 5 cm (semakin kecil semakin baik)

2. Daun lamtoro di cacah di ambil dari batang muda dan daunnya

3. Campurkan EM-4 sebanyak 10 tutup botol, gula pasir 5 sendok makan, kedalam air sebanyak 5 liter diamkan selama kurang lebih 15 menit

4. Campurkan potongan batang pisang yang sudah di potong-potong sebanya 70 kg dengan dedak sebanyak 7 kg, dan daun lamtoro 10% di aduk secara merata

5. Siramkan/percikkan air yang sudah di campur EM-4 dan gula pasir ke dalam campuran pakan hingga rata.

6. Aduk lagi semua bahan yang sudah di siram dengan air yang sudah di campur EM-4 dan gula pasir hinngga merata

(38)

7. Masukkan campuran pakan kedalam drum kemudian tutup rapat sampai kedap udara

8. Proses fermentasi dilakukan selama 3 - 4 hari.

3.1.5 Parameter Pengamatan

Parameter yang dapat diamati pada kajian adalah aroma, warna, tekstur, Kerangka kerja adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal penting. Ketika fermentasi batang pisang dan daun lamtoro ini selesai di fermentasi. Tujuan pengamatan adalah untuk mengetahui hasil fermentasi.

3.1.6 Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan analisis data metode deskriftif hasil pembuatan pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 yang dilihat dari perubahan fisik seperti warna, aroma, dan tekstur . Analisis deskriftif bertujuan untuk memberi deskripsi tertentu mengenai subjek penelitian yang dilakukan sesuai data yang di peroleh oleh peneliti.

3.2. Metode Rancangan Penyuluhan 3.2.1 Penetapan Sasaran Penyuluhan

Sasaran dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat sebanyak 20 orang. Penetapan sasaran dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria subyek yang sesuai meliputi peternak yang memiliki ternak babi dan peternak yang aktif dan hadir pada saat penyuluhan.

3.2.2 Penetapan Tujuan Penyuluhan

Tujuan penyuluhan yang akan dilaksanakan di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat yaitu: agar peternak dapat mengetahui

(39)

dan mampu membuat pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 sebagai pakan ternak.

3.2.3 Penetapan Materi

Penetapan materi sesuai dengan Identifikasi bahan penyuluhan atau disesuaikan dengan kondisi lapangan dan hasil penentuan potensi lokasi (IPW).

Materi yang disajikan merupakan hasil penelitian terbaik yang pernah dilakukan di bidang manufakturfermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4.

3.2.4 Penetapan Metode Penyuluhan

Penetapan metode penyuluhan akan disesuaikan pada karakteristik sasaran, tujuan dan keadaan lapangan. Tujuan dilakukan pemilihan metode penyuluhan yaitu agar informasi dapat tersampaikan dengan benar. Metode penyuluhan yang akan dipakai ialah ceramah yang akan dilanjutkan yang akan dilanjutkan dengan diskusi dan praktik langsung membuat pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4.

3.2.5 Penetapan Media Penyuluhan

Beberapa kriteria yang akan digunakan dalam pemilihan media penyuluhan adalah tujuan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan, tahap penerapan inovasi, tujuan peliputan media, karakteristik media, dana yang ada dan penggunaan media yang padu, media penyuluhan yang akan digunakan adalah media video,folder dan demcar seperti pada Lampiran ke 13.

3.3. Pelaksanaan Penyuluhan 3.3.1 Lokasi dan Waktu

Lokasi pelaksanaan penyuluhan tentang pembuatan pakan fermentasi akan dilaksanakan di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat. Pelaksanaan penyuluhan akan dilaksanakan setelah kajian teknis selesai.

Peta wilayah pelaksanaan untuk melaksanakan studi akhir proyek diberikan pada

(40)

Lampiran 5. Pelaksanaan konsultasi dilakukan setelah kegiatan penelitian dari matriks kegiatan pada Lampiran 6. Semua Kegiatan selama studi dijelaskan dalam bentuk buku harian. Bentuk penjabaran kegiatan yang dilakukan setiap hari selama penelitian dijabarkan dalam bentuk kalimat pada kolom yang tersedia pada Lampiran 15 dan 16.

3.3.2 Tahapan Pelaksanaan Penyuluhan

Tahapan pelaksanaa penyuluhan akan dilakukan dengan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan yaitu dimulai dengan evaluasi, kemudian dilanjutkan dengan program dan tempat konsultasi dilanjutkan dengan persiapan pelaksanaan, setelah persiapan matang maka dilakukan konsultasi dan tingkat pengetahuan petani tentang introduksi pakan fermentasi batang pisang dan daun lamtoro dengan menggunakan EM-4 diukur melalui kegiatan penilaian pembagian angket post-test.

3.3.3 Implementasi Penyuluhan

Implementasi penyuluhan akan dilakukan dengan menyesuaikan kondisi sasaran. Metode yang digunakan adalah demonstrasi cara karena peternak akan mudah dalam penyerapan materi serta menggunakan metode ceramah dengan bantuan media folder.

3.4. Metode Evaluasi

3.4.1 Menetapkan Responden

Responden evaluasi merupakan peternak di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat, yang telah mengikuti kegiatan penyuluhan.

(41)

3.4.2 Menetapkan Tujuan

Tujuan melaksanakan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan peternak di Desa Linggang Jelmuq tentang introduksi pakan fermentasi batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4.

3.4.3 Menetapkan Metode

Penetapan metode yang digunakan adalah metode kuantitatif melalui pembagian alat yang sudah memiliki jawaban dan langsung dipilih oleh responden dimana setiap jawaban memiliki jawaban yang berbeda, alat ini disediakan sebelum konsultasi pasca-test.

3.4.4 Menetapkan Skala

Skala yang digunakan adalah skala Guttman, yang memiliki grading benar sebagai

“benar” dengan skor “1” dan “salah” dengan skor “0” untuk menonjolkan poin positif. Dalam kasus pernyataan negatif, klasifikasinya benar dan salah, artinya

"benar" memiliki skor "0" dan "salah" memiliki skor 1.

3.4.5 Menentukan Instrumen

Kuesioner tertutup sebagai alat evaluasi. Jika pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuesioner tersebut benar dan sesuai guna menjawab tujuan penelitian dan evaluasi.

4. 5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrument yang dianggap valid apabila terdapat persamaan antara data yang didapat dengan data yang akan diperiksa atau jika alat ukur tersebut telah memenuhi fungsi alat ukur tersebut. Kuesioner divalidasi ketika dihutung nilai R Nilai Tabel R. Instrumen reliabel, jika dipakai berkali-kali sebagai pengukuran objek sama akan menghasilkan data sama. Kuesioner raliabel yaitu Cronbach alpha >0,60. Ketika nilai alpha Cronbach mendekati 1, ini menunjukan konsistensi yang tinggi. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap responden yang

(42)

memiliki karakteristik yang mirip dengan responden aslinya. Dalam analisis atau perhitungan dengan software SPSS.

3.6. Mengukur Pengetahuan

Skala yang digunakan dalam mengukur pengetahuan peternak dalam membuat fermentasi batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 adalah skala Guttman. Jika skala pengukuran menggunakan jenis ini, jawaban tetap

“benar-salah”. Jawaban positif jika benar diberi skor 1, sedangkan jawaban negative jika salah diberi skor 0, dengan informasi:

Kategori Keterangan

Benar/B =1

Salah/S =0

Skor maksimum : skor jawaban tertinggi x jumlah item x responden Skor minimum : skor jawaban terendah x jumlah item x responden Skor maksimum = 1 x 20 x 20

= 300

Skor minimum = 0 x 20 x 20

= 0

Table 2. Skor Jawaban Responden

Jawaban Predikat Skor

Benar B 1

Salah S 0

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Demografi Desa 4.1.1 Letak dan Luasan Desa

Desa Linggang Jelemuq terletak didalam wilayah Kecamatan Tering dengan luas kampung 18.308 km2 dan jarak antara Kantor Desa dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) serta Kantor Kecamatan Tering berjarak 2 km, Desa Linggang Jelemuq termasuk dalam kategori daerah beriklim lembab dan memiliki curah hujan hampir sepanjang tahun rata-rata 1.500 s.d. 3.000 mm dengan bulan basah antara bulan Oktober s.d. April sedangkan untuk bulan kering antara Mei s.d. September dan memiliki suhu antara 20o C s.d. 34o C . adapun letak- letak batas wilayah WKPP jelemuq sebagai berikut:

▪ Utara berbatasan dengan Sungai Mahakam

▪ Selatan berbatasan dengan Kampung Purworejo dan Linggang Amer

▪ Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Tukul

▪ Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Tering Seberang

Kampung Linggang Jelemuq memiliki dataran rendah dan lahan rawa serta berbukit, selain itu Kampung Jelemuq berada di bantaran sungai Mahakam dan sebagian juga berada di atas bukit, sehubungan dengan hal tersebut maka daerah yang berdekatan dengan bantaran sungai mahakam, apabila air naik dan meluap maka daerah tersebut akan terendam banjir, selain dari pada itu masyrakat yang ada di kampung tersebut juga menggunakan transportasi jalan darat dan air.

4.1.2 Usaha Tani

Sebagian besar masyarakat Kampung Linggang Jelmuq mayoritas masyarakatnya mengandalkan usaha dalam bidang pertanian, peternakan dan perkebunan sebagai sumber penghasilan. Beberapa sector tersebut merupakan

(44)

suatu skala prioritas dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat Kampung Linggang Jelmuq.

a. Potensi dalam bidang perkebunan/pertanian

Kampung Linggang Jelmuq mempunyai potensi usaha dalam bidang subsector perkebunan/pertanian dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 3. Potensi Subsektor Perkebunan/Pertanian

No Jenis Tanaman Luas Tanam

1 Karet 85

2 Kopi 1,7

3 Coklat 2,4

4 Kelapa 0,7

5 Kemiri 0,5

6 Aren 3,5

7 Pisang 15

Sumber. Profil Kampung Linggang Jelmuq

Berdasarkan tabel diatas terdapat luas nya lahan usaha pada subsektor tanaman perkebunan/pertanian yang mana merupakan potensi lokal yang limbahnya dapat diolah untuk membuat pakan fermentasi seperti kopi, coklat,kelapa, dan kemiri.

b. Populasi Ternak Table 4. Populasi Ternak

Sumber. Profil Kampung Linggang Jelmuq

berdasarkan tabel diatas terdapat banyaknya populasi ternak yang ada di Kampung Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat.

4.2 Hasil Kajian

Dari hasil kajian pembuatan pakan fermentasi untuk pakan ternak babi dari bahan batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 yang dilaksanakan di Kampung Linggang Jelmuq, Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat. Dalam penelitian ini parameter yang diamati adalah (bau, warna dan tekstur).

No Jenis Ternak Jumlah Populasi

1 Ayam Buras 758

2 Sapi 2

3 Babi 125

4 Kambing 4

(45)

Pengamatan ini dilakukan ketika pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 telah selesai dilakukan fermentasi selama 7 hari. Dan tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui hasil fermentasi. Pada proses fermentasi terjadi peningkatan daya cerna dan nilai protein pakan akibat dari pemanfaatan nitrogen inorganik menjadi protein sel mikroorganisme (Purwadaria, 1998).

Table 5. Pengamatan

Kualitas

(jamur)

Table 6. Hasil Pengamatan

Tangga l

Item Pengamata

n

Hasil Dokumentasi Keterangan

1 2 3 4 5

Bau

Harum segar

Baunya seperti bau harum

tapai 23 Mei

2022

Warna Coklat

Warna yang dihasilkan yang awalnya berwarna hijau

berubah menjadi warna

kecoklatan.

Tanggal No Item Pengamatan

1 2 3

1 Bau ✓

2 Warna ✓

23 Mei 3 Tekstur ✓

2022 4 Kelembapan (kadar air) ✓

5 Pertumbuhan mikroorganisme ✓

(46)

Tekstur Remah / lembut

Tekstur yang sebelum difermentasi

teksturnya kasar dan setelah difermentasi manjadi remah

/ lembut.

Kelembapan

kadar air Tepat Kelembapanny

a tepat

Pertumbuha n mikro organisme

lain (jamur/fungi)

tidak terdapat pertumbuha

n jamur/fungi

Pakan fermentasi yang berhasil tidak terdapat pertumbuhan jamur dan lain

sebagainya.

Dari penjelasan tabel 6 bahwa hasil kajian pembuatan pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 sebagai pakan ternak babi yang dilaksanakan di Desa Linggang Jelmuq Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat, dilihat dari hasil fermentasi tersebut bahwa proses pembuatan pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 sebagai pakan ternak babi dinyatakan berhasil. Menurut Siregar (1996) warna silase yang baik mempunyai ciri-ciri yaitu warna hijau atau kecoklatan. Jamur yang dihasilkan silase batang pisang yang ditambah molases yaitu tidak ada jamur.

4.2.1 Hasil Uji Kandungan Nutrisi Batang Pisang Dan Daun Lamtoro

Kualitas kandungan nutrisi yang terdapat didalam bahan pakan ternak merupakan penentu kebijakan utama dalam pemilihan dan penggunaan bahan pangan tersebut sebagai sumber zat gizi untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup dan produksi. Mutu gizi bahan pakan meliputi nilai gizi serat dan energi serta

(47)

aplikasi pada nilai palabilitas dan daya cerna. Penentuan nilai gizi secara garis besar dapat dilakukan dengan analisis proksimat, dimana dapat ditentukan kandungan air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Batang pisang merupakan salah satu limbah pertanian atau perkebunan yang dihasilkan dari kebun pisang yang telah dipanen yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif (Advena, 2014). Hasil uji kandungan bahan tersebut terdapat pada Table 7.

Table 7. data hasil uji kandungan nutrisi batang pisang dan daun lamtoro

Bahan Parameter Nilai (%)

Batang Pisang Kadar Air 14.64%

Kadar Abu 14.80%

Protein 5.07%

Lemak 1.14%

Serat 29.13%

Daun Lamtoro Kadar Air 12.14%

Kadar Abu 10.46%

Protein 24.06%

Lemak 3.29%

Serat 15.54%

Sumber, data diperoleh dari BPTP KAL-TIM 2022

Pada table 7 merupakan data hasil kandungan nutrisi batang pisang dan daun lamtoro dari bahan-bahan yang akan di gunakan dalam kajian tugas akhir.

Bahan-bahan tersebut di uji lab kan di BPTP di Samarinda. Hasil tersebut merupakan data nilai gizi yang baik untuk pakan ternak babi sesuai dengan kebutuhan yang terkandung di dalam pakan tersebut. Seperti sumber energi dan protein yang sudah di hitung sesuai sengan bobot ternak babi seperi pada Lampiran 18.

(48)

BAB V

PERANCANGAN DAN UJI COBA RANCANGAN PENYULUHAN

5.1 Rancangan Penyuluhan

Rancangan penyuluhan digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan penyuluhan dilokasi yang sudah ditentukan penyusunannya meliputi tujuan, materi dan media penyuluhan. Adapun proses penyusunan rancangan penyuluhan adalah sebagai berikut.

5.1.1 Tujuan Penyuluhan

Tujuan dari Penyuluhan yang dilaksanakan di Desa Linggang Jelmuq adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang pembuatan pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4.

5.1.2 Sasaran Penyuluhan

Sasaran dalam pelaksanaan penyuluhan pembuatan pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4, yaitu masyarakat Kampung Linggang Jelmuq, Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat yang dihadiri sebanyak 20 orang.

5.1.3 Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan yaitu berdasarkan kebutuhan peternak dan materi dari hasil kajian terbaik yaitu tentang pembuatan pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 untuk pakan ternak babi. Berdasarkan hasil (IPW).

Materi yang disampaikan sebelumnya disusun dalam bentuk synopsis.

5.1.4 Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan dalam penyampaian materi yaitu demonstrasi cara/praktik dan diskusi. Pemilihan metode ini sesuai dengan keadaan dan karakteristik sasaran. Metode ini dipilih karna peternak belum mengetahui

(49)

bagaimana cara membuat pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4, sehingga penyampaian meteri harus dilakukan dengan cara yang mudah difahami Adapun pemilihan dan penetapan metode seperti pada Lampiran 7 dan 8. Metode demonstarsi seringakali di pandang sebagai metode yang paling efektif karena metode seperti ini sesuai dengan kata pepatah “seeing is believing” yang dapat diartikan sebagai “percaya karena melihat” (Padmowiharjo.S. 2000).

5.1.5 Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang digunakan yaitu folder, video tutorial dan benda sesungguhnya. Pemilihan media ini disesuaikan dengan kondisi sasaran, sehingga sasaran dapat dengan mudah menerima apa yang disampaikan oleh pemateri. Media folder diberikan agar sasaran mudah memahami materi yang telah disampaikan oleh pemateri, sehingga jika sasaran lupa, sasaran dapat meliha folder yang sudah diberikan seperti pada Lampiran 9 dan 10.

Selain itu dilakukan pemutaran video tutorial untuk mempermudah sasaran memahami dan terampil dalam pembuatan pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4, sehingga apabila sasaran lupa sasaran dapat meniru dengan memutar Kembali video tersebut. Sambil menyampaikan materi, pemateri memperlihatkan dan menggunakan benda sesungguhnya agar sasaran tidak hanya mengira- ngira hasil dari materi yang disampaikan, dan praktik langsung secara Bersama-sama membuat pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 untuk pakan ternak babi. Media konseling atau penyuluhan online yang banyak digunakan sebelum pandemi COVID-19 ialah foto dan video yang diunggah melalui Facebook dan Twitter (Prayoga, 2017).

(50)

5.1.6 Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi penyuluhan dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tentang pengetahuan dan tingkat keterampilan sasaran terhadap materi yang sudah disampaikan. Evaluasi ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan sasaran tentang pembuatan pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4.

5.2 Implementasi/Uji Coba Rancangan Penyuluhan 5.2.1 Persiapan Penyuluhan Pertanian

Persiapan penyuluhan dimulai dengan koordinasi, dan koordinasi dimulai dari kepala BPP, PPL Kampung Linggang Jelmuq, Kepala Desa Kampung Linggang Jelmuq, dan peternak. Berdasarkan hasil koordinasi, waktu dan tehnik penyuluhan dipersiapan sebagaimana yang telah disepakati Bersama. Kemudian juga perlu dilakukan persiapan administrasi yang harus dilakukan oleh penyaji seperti persiapan materi penyuluhan, LPM, sinopsis, daftar hadir, alat tulis, kuesioner, camera dan media penyuluhan. Administrasi yang harus disiapkan adalah sebagai berikut:

1. Sinopsis

Penyusunan synopsis bertujuan untuk mempermudah dalam penyampaian materi. synopsis yang disusun berisikan ringkasan gambaran tentang materi yang akan disampaikan dalam penyuluhan yaitu pembuatan pakan fermentasi dari batang pisang dan daun lamtoro menggunakan EM-4 sebagai pakan ternak babi. Synopsis dibuat sebagai barang bukti penyuluhan seperti pada Lampiran 4.

2. Lembar Persiapan Penyuluhan (LPM)

Penyusunan Lembar Persiapan Penyuluhan (LPM) sangat penting dilakukan sebagai acuan dalam kegiatan penyuluhan sehingga penyuluhan dapat berjalan sesuai yang diinginkan. Adapun lembar

(51)

persiapan penyuluhan yang digunakan dalam penyuluhan terdapat pada Lampiran 3.

3. Daftar Hadir

Daftar hadir sangat penting untuk dipersiapkan sebelum melaksanakan kegiatan penyuluhan karena merupakan barang bukti penting dan sebagai kelengkapan administrasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Daftar hadir ditanda tangani oleh pelaksana penyuluhan yaitu mahasiswa, katua kelompok tani. Daftar hadir terdapat pada Lampiran 14.

5.2.2 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilakukan pada tanggal 16 Mei 2022 dikediaman ibu Veronika Tubun selaku masyarakat atau peternak di Desa Linggang Jelmuq, Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat. Pada saat pelaksanaan penyuluhan ini dilakukan hal yang harus diperhatikan adalah sesuai dengan rancangan yang telah disusun. Hal ini dilakukan agar tujuan penyuluhan dapat tercapai dan kegiatan penyuluhan tersebut dapat berjalan dengan lancar sesuai yang telah direncanakan.

Pada saat pelaksanaan penyuluhan jumlah peserta yang hadir ada 20 orang masyarakat atau peternak di Desa Linggang Jelmuq, Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat. Materi yang disampaikan dengan judul Pembuatan Pakan Fermentasi dari Batang Pisang dan Daun Lamtoro Menggunakan EM-4 sebagai Pakan Ternak Babi. Penyuluhan ini dilaksanakan dengan metode ceramah dan diskusi. Pelaksanaan penyuluhan tersebut dilaksanakan sesuai dengan rancangan pelaksanaan penyuluhan yang telah dibuat. Rancangan penyuluhan ini dapat dilihat pada table berikut.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait