• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DI WILAYAH RAWAN BENCANA BANJIR KABUPATEN KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STUDI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DI WILAYAH RAWAN BENCANA BANJIR KABUPATEN KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DI WILAYAH RAWAN BENCANA BANJIR KABUPATEN

KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA

SKRIPSI

Oleh :

MOH.RIZCAL 45 13 042 009

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2018

(2)

STUDI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DI WILAYAH RAWAN BENCANA BANJIR KABUPATEN

KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA

SKRIPSI

Oleh :

MOH.RIZCAL 45 13 042 009

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2018

(3)

iii

ABSTRAK

MOH.RIZCAL (45 13 042 009). Studi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Wilayah Rawan Bencan Banjir Kabupaten Konawe Utara Sulawesi Tenggara. dibimbing oleh Syahrial Tato, selaku pembimbing I dan Bapak Jufriadi, selaku pembibing II

Dalam penelitian ini bertujuan mengetahui faktor pengaruh dan penyebab terjadinya banjir, terhadap perubahan lahan Kabupaten Konawe Utara dan menjelaskan seberapa besar pengaruh yang terjadi akibat adanya banjir di Kabupaten Konawe Utara. Adapaun dalam penelitan ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif untuk melihat pengaruh banjir, dengan alat analisis Analisis Regresi Linier Berganda ( SPSS 16 ) dan Analisis Superimpose sebagai salah satu alat dalam melihat pengaruh akibat dari banjir terhadap perubahan lahan Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara

Kata Kunci :

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat kepadan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota pada Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Hamsina, ST.,M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar dan Bapak Ir. Jufriadi, ST.,MSP selaku ketua Jurusan perencanaan wilayah dan kota.

2. Bapak Dr.Ir.Syahrial Tato, S.H.,M.Si. Selaku Pembimbing I dan Jufriadi, S.T.,M.Sp selaku Pembimbing II. Yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sejak awal penulisan Skripsi ini hingga selesai.

3. Pihak pemerintah/perusahaan yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang penulis perlukan.

(5)

v

4. Secara khusus dan tulus penulis ucapkan terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada orang-Tua untuk setiap detik yang dilalu dengan penuh cinta, terima kasih untuk segalanya yang telah memberikan bantuan dukungan materil dan moral dalam menyelesaikan semua kegiatan penulis.

5. Angkatan 013 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Geng Motor.

5. Staf Fakultas Teknik dan staf Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota.

Terima kasih atas segala bantuan selama proses perkuliahan.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Wabillahi Taufik Walhidayah

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Makassar, 26 Maret 2018

Penulis

(6)

v

DAFTAR ISI

SAMPUL

SAMPUL DALAM

LEMBAR PENGESAHAN KEASLIAN SKRIPSI

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTA ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR PETA ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 4

1. Tujuan Penelitian ... 4

2. Manfaat ... 4

D. Batasan Masalah ... 5

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Umum Tentang Ruang ... 9

1. Pengertian Ruang ... 9

2. Rencana Struktur Ruang ... 9

3. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang ... 10

4. Pengendalian Pemanfaatan Ruang ... ………. 11

5. Kajian Teknis ... 11

B. Teori Umum Tentang Lahan ... 21

1. Pengertian Lahan ... 21

2. Penggunaan Lahan ... 22

3. Pengertian Perubahan Pemanfaatan Lahan ….………… 23

(7)

vi

4. Pengertian Perubahan Fungsi Lahan ……….………. 24

C. Teori Umum Banjir ... …. 25

1. Pengertian Bencana Dan Banjir ……….……….. 25

2. Sebab Terjadinya Banjir ……… 27

a. Penyebab Banjir secara Alami ……….. 27

b. Penyebab Banjir Akibat Tindakan Manusia ………… 29

3. Sebab Terjadinya Banjir ……… 33

D. Dampak Yang di timbulkan oleh banjir ... 34

1. Primer ………...……… 34

2. Sekunder ……… 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 38

B. Objek Penelitian ... 37

C. Jenis dan Sumber Data ... 37

D. Defenisi Operasional Variabel ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

1. Metode Observasi ... 39

2. Pendataan Instansional ... 39

3. Kepustakaan ... 39

F. Metode Analisis ... 40

1. Analisis Deskriptif Kualitatif ... 40

2. Analisis Deskriptif Kuantitatif ... 40

3. Variabel Penelitian ... 42

a. Variabel Superimpose ... 42

b. Variabel Regresi Linier Berganda ... 42

G. Kerangka Pikir ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Propinsi Sulawesi Tenggara ... 44

1. Letak Geografis……… 44

2. Luas Wilayah ………. 44

3. Geologi ……… 45

(8)

vii

4. Perairan ( sungai dan Laut ) ……… 46

5. Oceanografi ……… 46

6. Musim ……….. 47

7. Curah Hujan ……… 48

8. Suhu Udara ………. 48

B. Penduduk Dan Tenaga Kerja ……… 49

C. Pemerintah ……… 50

D. Tinjauan Umum Kabupaten Konawe Utara ………... 52

1. Letak Geografis Dan Administrasi ... 52

2. Topografi ………...………...……… 56

3. Klimatologi ... 59

4. Geologi ………...………...……… 61

5. Hidrologi …………...………. 63

6. Penggunaan Lahan ……….. 65

7. Kependudukan Dan Sumber Daya Manusia ……… 72

a. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk .………. 72

b. Sebaran dan distribusi penduduk ………..………... 72

8. Aspek Sarana dan prasarana ………...………. 73

a. Aspek Sarana ………. 73

1. Sarana Perkantoran ………. 73

2. Sarana Pendidikan ………... 74

3. Sarana Kesehatan ……… 74

4. Sarana Perdagangan dan Jasa ………. 75

5. Sarana Peribadatan ………. 76

b. Aspek Prasarana ………... 77

1. Jaringan Jalan ………... 77

9. Potensi Bencana Alam ... 78

10 Potensi Sumber Daya Alam ... 84

a. Suber Daya Air Permukaan ... 84

b. Air Tanah ... 90

E. PEMBAHASAN ... 91

(9)

viii

1. Analisis Kedudukan Wilayah Kabupaten

Konawe Utara ... 91

a. Letak Geografis …………..……… 94

b. Topografi ………..……… 95

c. Hidrologi ………..………. 95

d. Jenis Tanah ……..………... 96

2. Analisis Keterkaitan Aspek Lain Terhadap Perubahan Pemanfaatan Lahan ... 98

a. Analisis Perkembangan Penduduk ……….…… 99

b. Analisis Kepadatan Penduduk ……….… 100

c. Analisis Karakteristik Sosial Ekonomi ……….… 101

3. Analisis Spasial Tingkat Kerawanan Bencana Banjir…...102

4. Analisis Dampak Bencana Banjir Di Kabupaten Konawe Utara ... 103

5. Analisis Superimpose (Overlay) ... 106

6. Analisis Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Wilayah Rawan Bencana Banjir………….………... 111

7. Analisis Mitigasi Bencana Banjir……….…...116

BAB V PENTUP A. Kesimpulan ………118

B. Rekomendasi ………...…………...119

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

xiv

DAFTAR PETA

Peta 4.1 Peta Administrasi Kab. Konawe Utara... 55

Peta 4.2 Peta Tata Guna Lahan……… 71

Peta 4.3 Peta Rawan Bencana Banjir……… 83

Peta 4.4 Peta Overlay / Kesuasaian Lahan………... 110 Peta 4.5 Peta Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Kawasan Bencana Banjir

115

(11)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Teknik Overleay Peta... 41

Gambar 4.1 Gambar Rumah Ibadah………... 81

Gambar 4.2 Gambar Sarana Pendidikan... 81

Gambar 4.3 Gambar Tampak Jembatan (Keadaan Banjir)... 81

Gambar 4.4 Tumpang Susun (Overlay) 107

(12)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kelerengan Tanah dan Luas Per Kecamatan……… 59 Tabel 4.2 Hari Hujan Dan Curah Hujan Kabupaten Konawe Utara

Tahun 2017……….. 60

Tabel 4.3 Luas Lahan Menurut Penggunannya Tahun -2016 (Ha).. 66 Tabel 4.4 Jumlah penduduk kabupaten konawe utara menurut

jenis kelamin dan sex ratio……… 72 Tabel 4.5 Kepadatan Dan Distribusi Penduduk Kabupaten

Konawe Utara………

73 Tabel 4.6 Banyaknya sekolah, guru, dan murid menurut tingkat

sekolah tahun di Kabupaten konawe Utara………

74 Tabel 4.7 Jenis Sarana Perdagangan dan Jasa di Kabupaten

konawe Utara Tahun 2017………

76 Tabel 4.8 Jenis Sarana Peribadatan di Kabupaten konawe Utara

Tahun 2017………..

77 Tabel 4.9 Panjang jalan menurut status jalan tahun 2015-2016(

kilometer )………

78 Tabel 4.10 Data Kerusakan Dampak Banjir Kabupaten konawe

utara Tahun 2017………

80 Tabel 4.11 Alur Sungai Kabupaten Konawe Utara Tahun 2017……. 86 Tabel 4.12 Mata Air Sungai……… 87 Tabel 4.13 Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Konawe Utara… 94 Tabel 4.14 Pengaruh Pemanfaatan lahan……… 104 Tabel 4.15 Analisis Overlay……… 108

(13)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik Sarana Kesehatan... 75

(14)

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah kota merupakan tempat terkonsentrasinya kegiatan sosial ekonomi masyarakat dengan perkembangan yang sangat dinamis. Perubahan pada karakteristik masyarakat dan intensitas kegiatannya menyebabkan terjadinya perubahan yang cepat pada pemanfaatan ruang. Untuk dapat mengoptimalkan perkembangan kota, maka pemanfaatan ruang wilayah kota perlu diarahkan dalam rencana tata ruang kota yang terdiri dari struktur ruang dan pola ruang.

Sesuai dengan amanat UUD No.26 tahun 2007 tentang penataan ruang bahwa tujuan dari penataan ruang dimaksudkan untuk mencapai kondisi aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Penataan ruang sendiri merupakan rangkaian dari proses penyusunan rencana pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai suatu siklus yang melibatkan unsur pemerintah,masyarakat, dan dunia usaha. Seperti perubahan yang terjadi dalam proses tersebut merupakan hasil aksi dan menimbulkan reaksi dari setiap unsur yang terlibat. Untuk dapat menjaga konsistensi dari pemanfaatan ruang dan upaya pengendalian pemanfaatan ruang terhadap produk rencana tata ruang, setiap pemerintah daerah memerlukan upaya pemantauan

(15)

2

2 terhadap produk rencana tata ruang yang berjalan serta mengevaluasi sebagai upaya dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah rawan banjir terhadap kesesuaian dari produk rencana tata ruang yang ada.

Bencana banjir dapat dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, sejalan dengan proses pembangunan yang berkelanjutan, diperlukan upaya pengaturan dan pengarahan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dengan prioritas utama untuk menciptakan kembali keseimbangan ekologis lingkungan.

Sehubungan dengan masalah banjir, langkah yang diambil adalah melalui kegiatan penataan ruang, dengan penekanan pada pengendalian pemanfaatan ruang, serta kegiatan rekayasa teknis yang mendukung proses penanganan dan pengendalian. Terkait dengan wilayah rawan bencana banjir, kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui upaya penanggulangan untuk meminimalkan dampak akibat bencana yang mungkin timbul.

Kondisi ini tidak bisa dipisahkan dari pola pengendalian pemanfaatan ruang di bagian hulu, dalam lingkup satuan wilayah sungai (SWS).

Kabupaten Konawe Utara dengan ibu kota wilayah wanggudu memiliki berbagai macam jenis kegiatan perwilayahan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan. Adapun susunan kegiatan yang terdapat di yakni diantaranya sebagai tempat permukiman, pusat distribusi pelayanan jasa, pemerintahan,

(16)

3

3 pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi, yang mana kegiatan tersebut merupakan ciri dan identitas suatu wilayah.

Sebagai kabupaten yang baru terbentuk, Konawe Utara memiliki wilayah yang cukup luas yaitu 55.339 Ha atau 13% dari luas Sulawesi tenggara, beberapa wilayah kecamatan turut merasakan adanya perubahan pemanfaatan ruang. Hasil pengamatan dalam kurun 5 tahun terakhir, pemanfaatan ruang yang terjadi di wilayah Kabupaten Konawe Utara, telah menunjakan perubahan yang cukup signifikan. Yang mana perubahan pemanfaatan ruang tersebut diakibatkan oleh peningkatan pembangunan yang bersifat fisik (pembangunan sarana dan prasarana pelayanan umum maupun oleh peningkatan sosial ekonomi penduduk (permukiman, perdagangan,pertambangan, pendidikan dan tempat kegiatan atau usaha lainnya).

Dalam pengembangan suatu wilayah perlu juga memperhatikan sumber daya alam yang memiliki keterbatasan dalam menampung kegiatan manusia (budidaya). Untuk itulah dalam penataan ruang perlu dikenali sedini mungkin karateristik fisik suatu wilayah yang akan dikembangkan, baik potensi sumberdaya alamnya maupun kerawanan bencana yang dimilikinya yang kemudian diterjemahkan sebagai potensi dan kendala pengembangan wilayah atau kawasan. Daerah rawan banjir di wilayah Kabupaten Konawe Utara terdapat di beberapa wilayah

(17)

4

4 Kecamatan Asera, meliputi kelurahan Amorome. Kecamatan Andowia meliputi Kelurahan Andowia Kecamatan Lasolo, Meliputi Kelurahan Tinobu, Kecamatan Motui, meliputi Desa Tondowatu.

Kecamatan Molawe, meliputi Desa Tapunggaya faktor penyebabnya, dipengaruhi oleh kondisi dan lamanya curah hujan yang turun sehingga genangan air di permukaan tanah yang relatif tinggi dan tidak dapat di tampung oleh saluran drainase serta sungai dengan volume air yang berlebihan dan merendam beberapa kecamatan dan kelurahan dengan ke tinggian banjir 1-4 meter dengan rentan waktu yang cukup lama,bahkan banjir meneggelamkan badan jalan dan jembatan yang menghubungkan wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.

Untuk itu dalam upaya untuk mengetahui Bagaimana pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah rawan bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Konawe Utara serta seberapa besar pengaruh rawan bencana banjir, maka perlu pula suatu upaya untuk bagaimana pengendalian pemanfaatan ruang serta kajian atau studi yang sifatnya komperhensif sehingga mampu menjawab berbagai persoalan yang dihadapi. Adapun bentuk kajian atau studi yang dimaksud yakni dengan judul :

Studi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Wilayah Rawan Bencana Banjir Di Kabupaten Konawe Utara.

(18)

5

5 B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan salah satu poin terpenting yang perlu dirumuskan oleh peneliti dalam proses penelitian. Adapun berdasarkan latar belakaang di atas, maka penulis dapat menarik suatu rumusan masalah yakni:

1. Seberapa besar pengaruh dampak bencana banjir di kabupaten konawe utara?

2. Bagaiimana Arahan fungsi pengendalian pemanfaatan ruang untuk meminimalkan bencana banjir di wilayah kabupaten konawe utara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penulisan Karya Ilmiah, tujuan dan manfaat penelitian sangat penting untuk diketahui agar penelitian yang dilakukan dapat mencapai tujuan dan manfaat seperti yang diharapkan. Tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk menjelaskan begaimana pengaruh dampak bencana banjir yang terjadi di kabupaten konawe utara.

b. Untuk Menyusun tentang arahan Fungsi pemanfaatan ruang untuk meminimalkan bencana banjir di wilayah kabupaten konawe utara.

2. Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

(19)

6

6 a. Sebagai bahan Masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten konawe utara untuk melakukan upaya pengendalian tehadap pemanfaatan ruang.

b. Sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya dalam konteks untuk melakukan penelitian terkait pengendalian pemanfaatan ruang.

D. Batasan Masalah

Penelitian dengan judul Studi pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah rawan bencana banjir kabupaten konawe utara, memiliki batasan masalah atau batasan kajian yakni pada lingkup pembahasan terkait bagaimana pemanfaatan ruang yang terjadi di kabupaten konawe utara, faktor-faktor apa yang kemudian menyebabkan terjadinya pengaruh bencana banjir kabupaten konawe utara dan arahan fungsi pemanfaatan ruang. Adapun lingkup wilayah kajian yakni pada Wilayah kabupaten konawe utara.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan yang digunakan dalam menyusun laporan ini yaitu terdiri dari 5 (lima) bab sebagaimana diuraikan di bawah ini;

Bab I : Bab I (satu) adalah bab pendahuluan. Bab ini membahas tentang latar belakang, Rumusan Masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

(20)

7

7 Bab II : Bab II (dua) adalah Tinjauan Pustaka. Bab ini membahas teori umum tentang ruang, pengertian ruang, rencana struktur ruang, rencana pola pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, teori umum tentang lahan, pengertian ruang, penggunaan lahan, pengertian perubahan pemanfaatan lahan, pengertian perubahan fungsi lahan, teori umum banjir, pengertian bencana dan banjir, sebab terjadinya banjir, dampak yang di timbulkan oleh banjir

Bab III : Bab III (tiga) adalah Metode Penelitian. Bab ini membahas tentang, Rancangan penelitian, Objek penelitian, jenis dan sumber data, Definisi Operasional Variabel,Teknik pengumpulan Data, Metode Analisis Data, dan kerangka pikir.

Bab IV : Bab IV (empat) adalah Hasil dan Pembahasan. Bab ini membahas tentang, Gambaran Umum Kabupaten Konawe utara meliputi: Letak Geografis dan administrasi, topografi, kondisi iklim, geologi, Hidrologi, penggunaan lahan, kependudukan dan sumber daya manusia, Aspek sarana dan prasarana,potensi bencana alama, potensi sumber daya alam, serta Pembahasan yaitu Anaalisis kedudukan wilayah kabupaten konawe utara, analisis keterkaitan aspek lain terhadap perubahan pemanfaatan lahan di kabupaten konawe utara, analisis besaran perubahan pemanfaatan lahan, analisis seberapa besar pengaruh perubahan fungsi lahan

(21)

8

8 terhadap wilayah rawan bencana banjir, analisis kesesuaian lahan kabupaten konawe utara, analisis arahan pemanfaatan ruang wilayah rawan bencana kabupaten konawe utara, analisis mitigasi bencana banjir.

Bab V : Bab V (Lima) adalah Penutup. Bab ini membahas tentang, kesimpulan dan saran

(22)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum Tentang Ruang 1. Pengertian ruang

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain hidup melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.

Untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan perlu dilakukan penataan ruang yang dapat mengharmonisasikan lingkungan alam dan lingkungan buatan, yang mampu mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan, serta dapat memberikan perlindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan hidup akibat pemanfaatan ruang. Kaidah penataan ruang ini harus dapat diterapkan dan diwujudkan dalam setiap proses perencanaan tata ruang wilayah

2. Rencana Struktur Ruang

Struktur tata ruang suatu wilayah sangat berpengaruh dalam mempercepat laju petumbuhan, karena suatu wilayah

(23)

10 dengan struktur kegiatan dan pelayanan yang berhirarki akan cepat lebih berkembang dibanding dengan suatu wilayah yang tidak mempunyai struktur kegiatan pelayanan perkotaan. Oleh karena itu, direncanakan struktur tata ruang menurut fungsi masing-masing Blok.

Aktivitas kegiatan masyarakat kabupaten konawe utara pada masa yang akan datang diterjemahkan kedalam rencana struktur tata ruang dalam bentuk lokasi penempatan dan intensitas tiap jenis penggunaan atau peruntukan dari jenis-jenis penggunaan ruang tersebut. Dalam merencanakan struktur tata ruang suatu wilayah, maka pola pembangunan akan terarah, sehingga dapat membentuk suatu struktur ruang yang efisien.

3. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

Prinsip dasar pemanfaatan ruang adalah mencerminkan pemahaman perencanaan kota terhadap pengembangan kegiatan, kapasitas/daya tampung yang tersedia, intensitas kegiatan yang harus tersedia, serta pemahaman terhadap faktor- faktor potensi dan limitasi lingkungan kota. Dari dasar tersebut, kemudian dapat dibuat struktur ruang yang menggambarkan pengaturan lokasi-lokasi peruntukan lahan yang selanjutnya menjadi dasar dalam perencanaan suatu wilayah.

(24)

11 4. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang menurut Undang- Undang RI No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan dan penertiban terhadap implementasi rencana, agar pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang. Dalam Undang- Undang RI No. 26 tahun 2007 Pasal 35 dijelaskan bahwa Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan Peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Peraturan disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang.

5 Kajian Teknis Pengendalian

a. PENGERTIAN PENGENDALIAN Kelompok IV / Administrasi Negara IV B Cecep Toni 1138010048 Cucu Syadiah 1138010052 Deni David Saepul B 1138010061 Dhea Damayanti 1138010064 Dicky Faizal 1138010066 Egy Aprianto P 1138010079

Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dasar untuk mendapatkan sesuatu yang identik dan apa saja yang dikendalikan. Berikut ini adalah beberapa pengendalian menurut para ahli :

(25)

12 Pengertian Pengendalian menurut para ahli Agung Praptapa Pengendalian adalah suatu proses penjaminan dimana perusahaan dan orang-orang yang berada didalam perusahaan tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Randy R Wrihatnolo & Riant Nugroho Dwijowijoto, 2006 Pengendalian adalah suatu tindakan pengawasan yang disertai tindakan penelusuran (korektif).

Bateman & Snell Pengendalian adalah memantau kemajuan dari organisasi atau unit kerja terhadap tujuan- tujuan dan kemudian mengambil tindakan-tindakan perbaikan jika diperlukan. Dapat disimpulkan pengendalian merupakan tindakan membandingkan antara rencana dengan aktualnya. Untuk itu pengendalian dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu penetapan standar, pengukuran hasil kerja, dan pengkoreksian jika terdapat perbedaan antara standar dengan aktualnya.

Fungsi Pengendalian Fungsi Pengendalian atau pengawasan merupakan suatu unsur manajemen untuk melihat apakah segala kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang digariskan dan disamping itu merupakan hal yang penting pula untuk menentukan rencana kerja yang akan datang. Sukanto

(26)

13 Reksohadiprodjo, pengawasan pada hakikatnya merupakan usaha memberi petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana.

Lebih lanjut dikatakan bahwa pengawasan terdiri dari penentuan-penentuan standar, supervise kegiatan atau pemeriksaan, pembandingan hasil dengan standar serta mengoreksi kegiatan atau standar.

George R. Terry, menyatakan bahwa pengawasan adalah proses penentuan apa yang akan dicapai , yaitu standar, apa yang sedang dihasilkan, yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu mengambil tindakan korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan sesuai rencana, yaitu sesuai standar. Juga merumuskam pengendalian (controlling) sebagai suatu usaha untuk meneliti kegiatan- kegiatan yang telah akan dilaksanakan.

Harold Koontz dan Cyril O’Donnell (1988; 558) mengemukakan Azas-azas atau Prinsip-prinsip Pengendalian /pengawasan sebagai berikut : a. Prinsip tercapainya tujuan (principle of assurance of objective), b.

Prinsip efisiensi pengendalian (principle of efesience of control) c. Prinsip tanggung jawab pengendalian (Principle of control responbility) d. Prinsip pengendalian terhadap

(27)

14 masa depan (principle of future control) e. Prinsip pengendalian langsung (principle of direct control)

Prinsip refleksi perencanaan (principle of reflection of plan) g. Prinsip penyesuaian dengan organisasi (principle of organizational) h. Prinsip pengendalian individual (principle of individually of control) i. Prinsip standar (principle of standar) j. Prinsip pengawasan terhadap strategis (principle of strategic point control) k. Prinsip perkecualian (the exception principle) l. Prinsip pengendalian fleksibel (principle of flexibility of control) m.

Prinsip peninjauan kembali (principle of riview) n. Prinsip tindakan (principle of action)

Tujuan Pengendalian Tujuan pengendalian : 1. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan- ketentuan dari rencana. 2. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan-penyimpangan. 3. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.

Pengendalian bukan hanya untuk mencari kesalahan- kesalahan, tetapi berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan serta memperbaikinya jika terdapat kesalahan. Jadi pengendalian dilakukan sebelum proses,

(28)

15 saat proses, dan setelah proses, yakni hingga hasil akhir diketahui.

Pengendalian juga bertujuan memaksimalkan kualitas, manajer harus membuat standar dan tingkat kualitas yang sesuai dengan tujuan organisasi. Manajer harus menyadari bahwa seiring dengan meningkatnya kualitas, biaya juga bakalan naik dengan kata lain adanya biaya kualitas.

b. Teori Pengendalian

1) Pengertian Pengendalian

Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen. Pengendalian dilakukan dengan tujuan supaya apa yg sudah direncanakan bisa dilaksanakan dengan baik sehingga bisa mencapai target maupun tujuan yg ingin dicapai. Pengendalian memang merupakan salah satu tugas dari manager. Satu hal yg harus dipahami, bahwa pengendalian dan pengawasan merupakan berbeda karena pengawasan merupakan bagian dari pengendalian. Bila pengendalian dilakkan dengan disertai pelurusan (tindakan korektif), maka pengawasan merupakan pemeriksaan di lapangan yg dilakukan pada periode tertentu secara berulang kali.

(29)

16 Menurut Mulyadi (2007:89) Pengendalian merupakan usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui perilaku yg diharapkan. Sedangkan menurut Indra Bastian (2006:70) pengendalian merupakan tahap penentu keberhasilan manajemen.

Dessler dan Dharma (2009.:62) mengemukakan bahwa pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yg dikembangkan oleh organisasi untuk menghadapi resiko.

Selanjutnya Hasibuan (2008:39) mendefinisikan pengendalian merupakan suatu proses penjaminan di mana perusahaan dan orang - orang yg berada dalam perusahaan tersebut bisa mencapai tujuan yg sudah ditetapkan.

Sedangkan menurut Mathis dan Jackson. (2008:89) Pengendalian merupakan emmantau kemajuan dari organisasi atau unit kerja thd tujuan - tujuan dan kemudian mengambil tindakan - tindakan perbaikan jika diperlukan.

Berdasarkan uraian di atas bisa di tarik kesimpulan bahwa pengendalian merupakan pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yg dilakukan oleh atasan atau

(30)

17 pimpinan dalam organisasi thd komponen organisasi dan sumber-sumber yg ada untuk mencapai tujuan yg sudah ditetapkan sebelumya, secara terus menerus dan berkesinambungan agar semua bisa berfungsi secara maksimal sehingga tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif dan efisien.

2) Asas-Asas Pengendalian

Pengendalian dilakukan dengan tujuan supaya apa yg sudah direncanakan bisa dilaksanakan dengan baik sehingga bisa mencapai target maupun tujuan yg ingin dicapai. Pengendalian memang merupakan salah satu tugas dari manager. Satu hal yg harus dipahami, bahwa pengendalian dan pengawasan merupakan berbeda karena pengawasan merupakan bagian dari pengendalian. Bila pengendalian dilakkan dengan disertai pelurusan (tindakan korektif), maka pengawasan merupakan pemeriksaan di lapangan yg dilakukan pada periode tertentu secara berulang kali.

Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective), pengawasan harus ditujukan kearah tercapainya tujuan, yaitu dengan mengadakan

(31)

18 perbaikan (koreks) untuk menghindari penyimpangan- penyimpangan/deviasi dari perencanaan.

Asas efisiensi pengawasan (principle of efficiency of control). Pengawasan itu efisien bila bisa menghindari deviasi-deviasi dari perencanaan, sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain yg diluar dugaan.

Asas tanggung jawab pengawasan (principle of control responsibility). Pengawasan hanya bisa dilaksanakan apabila manager bertanggung jawab penuh thd pelaksanaan rencana.

Asas pengawasan thd masa depan (principle of future control). Pengawasan yg efektif harus ditujukan kearah pencegahan penyimpangan perencanaan yg akan terjadi baik pada waktu sekarang maupun masa yg akan datang.

Asas pengawasan langsung (principle of direct control). Teknik kontrol yg paling efektif ialah mengusahakan adanya manager bawahan yg berkualitas baik. Pengawasan itu dilakukan oleh manager atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat salah .Cara yg paling tepat untuk menjamin adanya pelaksanaan yg sesuai dengan perencanaan ialah

(32)

19 mengusahakan sebisa mungkin para petugas memiliki kualitas yg baik.

Asas refleks perencanaan (principle of replection of plane). Pengawasan harus disusun dengan baik, sehingga bisa mencerminkan karakter dan susunan perencanaan.

Asas penyesuaian dengan organisasi (principle of organizational suitability). Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Manager dan bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan rencana. Dengan demikian pengawasan yg efektif harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manager, sehingga mencerminkan struktur organisasi.

Asas pengawasan individual (principle of individuality of control). Pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan manager. Teknik kontrol harus ditunjukan thd kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap manager. Ruang lingkup informasi yg dibutuhkan itu berbeda satu sama lain, tergantung pada tingkat dan tugas manager.

(33)

20 Asas standar (principle of standard). Control yg efektif dan efisien memerlukan standar yg tepat, yg akan dipergunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan yg tercapai.

Efektif dan efisien Asas pengawasan thd strategis (principle of strategic point control). Pengawasan yg memerlukan adanya perhatian yg ditujukan thd faktor- faktor yg strategis dalam perusahaan.

Asas pengecualian (the exception principle). Efisien dalam control membutuhkan adanya perhatian yg ditujukan thdfaktor kekecualian. Kekecualian ini bisa terjadi dalam keadaan tertentu ketika situasi berubah/atau tidak sama.

Asas pengawasan fleksibel (principle of flexibility of control). Pengawasan harus luwes untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana.

Asas peninjauan kembali (principle of review). Sistem kontrol harus ditinjau berkali-kali agar sistem yg digunakan berguna untuk mencapai tujuan.

Asas tindakan (principle of action). Pengawasan bisa dilakukan apabila ada ukuran-ukuran untuk

(34)

21 mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing dan directing.

B. Teori Umum Tentang Lahan 1. Pengertian Lahan

Lahan adalah areal atau kawasan yang diperuntukkan untuk penggunaan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam satuan hektar(Ha). Sedangkan pola penggunaan lahan adalah areal model atau bentuk penggunaan lahan diterapkan, seperti perladangan, tegalan, hutan, penghijauan, perkampungan, dan lain-lain.

Menurut Jayadinata, J.T, (1999 : 10) bahwa pengertian lahan berarti tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada pemiliknya (perorangan atau lembaga), misalnya dapat dikatakan: Tata guna lahan di kota. Sebagaimana disebutkan di atas dalam tata guna tanah, termasuk juga samudera dan laut serta daratan yang tidak dihuni (Antartika) yang tidak ada pemilik perorangan atau lembaga, kalau pemiliknya adalah seluruh manusia.

Lahan dan manusia merupakkan sumberdaya yang paling besar, karena dari campur tangan manusia lah lahan yang ada dapat berubah/dirubah fungsinya misalnya dari lahan pertanian menjadi kawasan permukiman atau kawasan industri.

(35)

22 2. Penggunaan Lahan

Istilah penggunaan lahan (land use) berbeda dengan istilah penutup lahan (land cover). Perbedaannya, istilah penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada lahan tertentu. Kedua istilah ini seringkali digunakan secara rancu.

Suatu unit penggunaan lahan mewakili tidak lebih dari suatu mental construct, yang di desain untuk memudahkan inventarisasi dan aktivitas pemetaan ( Malingreau dan Rosalia, 1981) identifikasi, pemantauan dan evaluasi penggunaan lahan perlu selalu dilakukan pada setiap periode tertentu, karena ia dapat menjadi dasar untuk penelitian yang mendalam mengenai perilaku manusia dalam memanfaatkan lahan. Dengan demikian , penggunaan lahan menjadi bagian yang paling penting dalam usaha melakukan perencanaan dan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan keruangan di suatu wilayah. Prinsip kebijakan terhadap lahan perkotaan bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan dan pengadaan lahan untuk menampung berbagai aktivitas perkotaan, dalam hubungannya

(36)

23 dengan optimalisasi penggunaan lahan, kebijakan penggunaan lahan diartikan sebagai serangkaian kegiatan, tindakan yang sistematis dan terorganisir dalam penyediaan lahan, serta tepat pada waktunya, untuk peruntukkan pemanfaatan dan tujuan lainnya sesuai dengan kepentingan masyarakat (Suryantoro, 2002).

3. Pengertian Perubahan Pemanfaatan Lahan

Dalam pembahasan ini perlu didefinisikan beberapa pengertian terkait dengan perubahan pemanfaatan lahan dan dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari perkembangan sebuah wilayah.

Penggunaan lahan didefiniskan sebagai wujud kegiatan penguasaan tanah sebagai upaya untuk dapat memberi manfaat berupa hasil atau jasa tertentu, dan mewujudkan tata ruang serta menjaga kelestarian fungsi lingkungan (Direktorat Cipta Karya Dep PU).

Perubahan pemanfaatan lahan pada dasarnya merupakan gejala yang normal sesuai dengan perkembangan dan pengembangan suatu wilayah. Dari dua tipe yaitu Pertumbuhan dan Transformasi (Doxiadis dalam Jurnal PWK Vol 10 No 2, 1999). Pertumbuhan mencangkup semua jenis permukiman

(37)

24 baru, termasuk didalamnya permukiman yang sama sekali baru dan perluasan permukiman yang ada, jadi ada semacam perluasan dimana hanya terjadi dalam sekali. Sedangkan Transformasi adalah perubahan terus-menerus bagian-bagian permukiman perkotaan dan pedesaan untuk meningkatkan nilai dan tingkat efisiensi bagi penghuninya.

4. Pengertian Perubahan Fungsi Lahan

Perubahan fungsi lahan atau pergeseran fungsi lahan adalah lahan yang mengalami peralihan pemanfaatan misalnya pertanian (kebun campuran ke peternakan) yang disebabkan oleh perubahan pola pemanfaatan lahan, faktor lain yang mempengaruhi adalah sarana dan prasarana terhadap perkembangan kawasan (Gunawan, 1986 dalam Samsir, 2000 :8). Haeruddin (1997:14) mengemukakan masalah lahan di indonesia yaitu :

a. Terjadinya kemunduran produktivitas yang tidak disertai usaha konservasi lahan

b. Terjadinya kemunduran produktivitas lahan sebagai akibat penggunaan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

c. Terdesaknya lahan pertanian yang relatif subur oleh jenis penggunaan lahan non pertanian di daerah perkotaan.

(38)

25 Perubahan penggunaan lahan (land use) yang cepat merupakkan kenyataan banyak tempat di indonesia, sebagai perubahan penggunaaan lahan yang optimum yang diharapkan karena menuju kepada penggunaan lahan yang berkesinambungan dan berwawasan lingkungan, sebagian lainnya merupakkan perubahan atau penurunan lahan yang tidak terkendali dan mengarah pada kerusakan lahan.

Perubahan fungsi lahan adalah lahan yang mengalami alih fungsi, baik dari pertanian, non pertanian hutan menjadi hutan pertanian maupun jasa.

C. Teori Umum Banjir

1. Pengertian Bencana Dan Banjir

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, baik yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

(39)

26 Banjir merupakan proses meluapnya air sungai ke daratan sehingga dapat menimbulkan kerugian harta benda penduduk serta dapat menimbulkan korban jiwa. Banjir dapat merusak bangunan, sarana dan prasarana, lingkungan hidup serta merusak tata kehidupan masyarakat, maka sudah semestinya dari berbagai pihak perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengakibatkan banjir dan sedini mungkin diantisipasi, untuk memperkecil kerugian yang ditimbulkan.

Bencana banjir dapat terjadi karena faktor alamiah maupun pengaruh perlakuan masyarakat terhadap alam dan lingkungannya. Pada diagram mekanisme terjadinya banjir dan bencana, terlihat bahwa faktor alamiah yang utama adalah curah hujan. Faktor alami lainnya adalah erosi dan sedimentasi kapasitas sungai, kapasitas drainase yang tidak memadai, pangaruh air pasang, perubahan kondisi daerah pengaliran sungai (DPS), dll. Sedangkan faktor non-alamiah penyebab banjir adalah adanya pembangunan kompleks perumahan atau pembukaan suatu kawasan untuk lahan usaha yang bertujuan baik sekalipun, tanpa didasari dengan pengaturan yang benar akan menimbulkan aliran permukaan yang besar atau erosi yang menyebabkan pendangkalan aliran sungai. Akibatnya, debit

(40)

27 pengaliran sungai yang terjadi akan lebih besar dari pada kapasitas pengaliran air sungai sehingga terjadilah banjir.

2. Sebab Terjadinya Banjir

Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia.

a. Penyebab Banjir Secara Alami 1) Curah Hujan

Indonesia mempunyai iklim tropis sehingga sepanjang tahun mempunyai dua musim yaitu musim hujan umumnya terjadi antara bulan Oktober sampai bulan Maret, dan musim kemarau terjadi antara bulan April sampai bulan September. Pada musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan bilamana melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan.

2) Pengaruh Fisiografi

Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potonan

(41)

28 memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dll.

Merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.

3) Erosi dan Sedimentasi

Erosi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan banjir di sungai. Sedimentasi juga menjadi masalah besar pada sungai-sungai di Indonesia.

4) Kapasitas Sungai

Pengurangan kapasitas aliran baniir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat.

5) Kapasitas Drainase yang tidak memadai

Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan banjir di musim hujan.

(42)

29 6) Pengaruh air pasang

Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater).

7) Sedikitnya daerah serap

Di zaman modern kali ini, daerah serapan sangat jarang ditemukan. Terutama di daerah perkotaan yang pada dasarnya sangat rentan terhadap banjir, mengingat kondisi kota berada di dataran rendah. Daerah serap justru banyak tertutup dengan aspal ataupun pembetonan sehingga air tidak dapat meresap ke dalam lapisan tanah.

8) Pendirian rumah di sepanjang sungai

Masyarakat yang mendirikan rumah di pinggir sungai, cenderung mengurangi lebar sungai. Dengan berkurangnya lebar sungai, menyebabkan air tidak mengalir secara optimal.

b. Penyebab Banjir Akibat Tindakan Manusia 1) Perubahan Kondisi daerah pengaliran sungai

Perubahan DPS seperti pengundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat , perluasan kota, dan

(43)

30 perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang ada, perubahan tata guna lahan memberikan konstribusi yang besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir.

2) Luas genangan banjir

Kabupaten Konawe Utara merupakan daerah yang sering terjadi banjir pasang pada kawasan pemukiman. Banjir pasang menggenangi daerah-daerah yang mempunyai ketinggian daratan sejajar dengan muka air laut atau lebih rendah dengan muka air laut Tujuan penelitian ini adalah mengetahuii kenaikan pasang surut tinggi tertinggi dari setiap tahunya dari data nilai HHWL tertinggi setiap bulannya dalam satu tahun dengan pengolahan data menggunakan metode admiralty dari tahun 2004-2013 serta tipe pasang surut.

Melakukan pemetaan luas area genangan dan luas kawasan pemukiman pada area genangan banjir pasang di Kabupaten Konawe Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bersifat eksploratif yaitu bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena.

(44)

31 Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi secara lokal dan hasilnya tidak dapat digeneralisasikan untuk waktu dan tempat yang berbeda.

Selain itu perlu diketahui faktor-faktor penyebab banjir pasang di wilayah tersebut. Data utama yang dibutuhkan adalah data pasang surut, Digital Elevation Model (DEM), titik verifikasi banjir pasang pada kawasan pemukiman,peta tata guna lahan Kabupaten Konawe Utara tahun 2008 dan peta rupabumi tahun 2001.

Berdasarkan hasil dari penelitian ini diketahui bahwa luas genangan banjir pasang yang terjadi di, Kabupaten Konawe Utara pada tahun 2013 adalah 1.938, 42 ha dan luas kawasan pemukiman pada area genangan sebesar 140,05 ha.Laju kenaikan Pasang surut tinggi tertinggi (HHWL) High highest Water Level dari tahun 2004 sampai tahun 2013 adalah sebesar 13.63 dan nilai HHWL tertinggi yang digunakan untuk membuat genangan banjir pasang dalam penelitian ini adalah bulan desember tahun 2013 sebesar 235.09 cm.

Sedangkan Tipe pasang surut yang ada perairan, Kabupaten Konawe Utara adalah campuran condong

(45)

32 harian tunggal. Dengan nilai F (Bilangan Formhzal) sebesar 2,99 cm.

3) Sampah

Disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan tidak baik, umumnya mereka langsung membuang sampah ke sungai. Di kota- kota besar hal ini sangat mudah dijumpai. Pembuangan sampah di alur sungai dapat meninggikan muka air banjir karena menghalangi aliran.

4) Drainase Lahan

Drainase dan pengembangan pertanian pada daerah bantuan banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi.

5) Bendung dan bangunan air

Bendung dan bangunan air seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik (backwater).

6) Kerusakan bangunan pengendali banjir

Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.

(46)

33 7) Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat

Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir-banjir yang besar.

c. Perbedaan antara Banjir dan Genangan

Musim hujan akan menimbulkan masalah klasik bagi masyarakat, yaitu bencana banjir. bencana banjir sudah tidak asing lagi bagi masyarakat indonesia. sebab kejadian ini terus terulang setiap tahunnya. Bagi warga Jakarta yang setiap tahunnya dilanda banjir, sudah bisa mempersiapkan diri saat masuk musim hujan, karena setelah hujan akan timbul genangan air baik di jalan ataupun diperkampungan.

Intensitas hujan akan menentukan ketinggian air. Jika hujan semakin deras, tentu genangan air akan besar dan akan memberikan dampak buruk bagi masyarakat.

Perlu diketahui, sebelum masuk ke dalam fase puncak musim hujan Jakarta, sebagian jalan-jalan panjang dan jalan protokol di Ibukota dilaporkan sudah mulai tergenang oleh air pasca hujan deras. Setelah hujan biasanya jalan akan tertutup oleh genangan air, hal tersebut terjadi karena air hujan tidak mengalir ke bawah tanah karena tersumbat oleh

(47)

34 buruknya drainase. Namun genangan air ini tidak bisa di kategorikan sebagai banjir. bencana yang disebabkan pasca hujan deras di Jakarta tak bisa dikategorikan sebagai bencana banjir karena memiliki perbedaan antara Banjir dan Genangan air

1) Perbedaan Genangan Air dan Banjir

Genangan air tidak bisa di deskripsikan sebagai Banjir apabila mengalami surut dalam tempo beberapa jam, namun Jika genangan air bertahan lebih dari 1×24 jam baru bisa dimasukkan dalam fase banjir. Kemudian perbedaan mendasar antara banjir dan genangan air terletak pada seberapa tinggi ketinggian airnya. Jika air yang menggenang pasca hujan deras di Jakarta berada pada ketinggian tak lebih 40 centimeter maka disebut sebagai fase genangan air saja. jika genangan air lebih dari 40 Cm dan harus membuat masyarakat mengungsi dalam skala besar maka hal tersebut dikategorikan sebagai banjir

D. Dampak Yang Di Timbulkan Oleh Banjir

1. Primer

Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan,bangunan, jalan raya, dan kanal.

(48)

35 2. Sekunder

1) Persediaan air – Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.

2) Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.

3) Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.

4) Pepohonan - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.

5) Transportasi - Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.

(49)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini dimulai dari ranc ang an penelitian sampai dengan kerangka pikir. Hal ini dimaksud untuk mempermudah pemahaman dan pelaksanaan penelitian. Tahapan ini dilakukan berurutan dengan mengemukakan rancangan penelitian, objek penelitian, metode pengumpulan data, teknik analisis dan kerangka pikir.

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan didukung oleh pendekatan deskriptif kuantitatif melalui pembobotan yang berdasarkan variabel dan indikator yang telah di tentukan, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi yang merupakan survey dan pengamatan langsung di lokasi penelitian dengan mengumpulkan dan informasi yang berkaitan dengan objek dan subjek yang diteliti. Proses penelitian menggunakan motode analisis yang melalui tahap-tahap analisis berdasarkan variabel yang telah ditetapkan. Proses analisis ini dimulai dengan mengidentifikasi Seberapa besar pengaruh perubahan fungsi Lahan terhadap wilayah rawan terkena bencana banjir di kabupaten konawe utara, kemudian menggunakan metode deskriptif kualitatif dan didukung dengan metode deskriptif kuantitatif melalui

(50)

37 pembobotan terhadap variabel dengan indikator yang telah di tetapkan sebelumnya. Selanjutnya menganalisis metode mitigasi bencana banjir yang akan diterapkan di wilayah kabupaten konawe utara. Kemudian merumuskan arahan fungsi pemanfaatan ruang untuk meminimalisir bencana banjir di wilayah kabupaten konawe utara berbasis mitigasi bencana alam sesuai dengan undang-undang no.26 tahun 2007 tentang penataan ruang.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah wilayah Kabupaten konawe utara.

Lokasi penelitian ini adalah Kabupaten konawe utara. Subjek dari penelitian adalah masyarakat pada wilayah Kabupaten konawe utara.dimana waktu penelitian dilakukan sekitar 1 sampai 2 bulan dari bulan Oktober sampai dengan bulan November 2017

C. Jenis dan Sumber Data

Menurut jenisnya data dalam penelitian ini terbagi atas dua jenis, yaitu :

a. Data kualitatif : Adalah data yang tidak berupa angka tetapi berupa kondisi kualitatif objek dalam ruang lingkup penelitian atau data yang tidak bisa langsung diolah dengan menggunakan perhitungan matematis. Yang termasuk dalam jenis data kualitatif ini yaitu : 1) Data Kondisi wilayah Kabupaten konawe utara

a). Ekosistem di wilayah Kabupaten konawe utara

(51)

38 b). Kondisi sarana sosial di wilayah Kabupaten konawe utara c). potensi bencana alam di wilayah Kabupaten konawe utara 2) Data Karakteristik dasar wilayah Kabupaten konawe utara b. Data kuantitatif; Adalah jenis data numerik atau berupa angka yang

bisa langsung diolah dengan menggunakan metode perhitungan matematik. Dalam penelitian ini, jenis data kuantitatif yang dimaksud, yaitu :

1) Data Kondisi Penggunaan Lahan wilayah Kabupaten konawe utara

2) Data Kependudukan

Sedangkan menurut sumbernya data dibagi dua jenis, yakni : a. Data Primer merupakan data yang bersumber dari hasil

observasi atau pengamatan di lapangan/diperoleh langsung.

b. Data Sekunder adalah data yang bersumber dari instansi dan merupakan data dasar atau data olahan dari instansi terkait yang berupa hasil publikasi dalam bentuk buku, dan laporan yang bersumber dari instansi terkait di Kabupaten konawe utara.

D. Defenisi Operasional Variabel

untuk memudahkan dalam menilai variable/indicator yang akan diteliti maka penulis mengoperasionalkan sebagai berikut :

1. Pemanfaatan lahan Kabupaten konawe utara (X1) terukur dengan luas pemanfaatan lahan Kabupaten konawe utara, adapun factor

(52)

39 yang mempengaruhi pemanfaatan lahan Kabupaten konawe utara ditentukan oleh factor daerah aliran sungai, jumlah penduduk.

2. penduduk (X2) adalah Jumlah penduduk pada 5 tahun terakhir 3. Daerah aliran sungai (Y) adalah panjang sungai, dengan indicator

panjang sungai.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian mengenai Studi Pengembangan Wilayah Kabupaten konawe utara Kabupaten konawe utara Berbasisi Mitigasi Bencana Alam ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Observasi

Observasi/Survey Lapangan, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan dilapangan terhadap hal-hal yang terkait dengan penggunaan lahan. Teknik ini menghasilkan data primer.

2. Pendataan Instansional

Survey Instansi, yaitu pengambilan data melalui instansi/lembaga terkait guna mengetahui data kuantitatif obyek penelitian. Teknik ini akan menghasilkan data sekunder.

3. Kepustakaan (Library Reserch)

Adalah cara pengumpulan data dan informasi melalui literatur yang terkait dengan studi seperti Literatur yang terkait dengan pengembangan wilayah Kabupaten konawe utara, dan yang

(53)

40 berhubungan dengan studi yang diperoleh melalui literatur, makalah ilmiah, dan internet.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini, dilakukan untuk dapat menjawab rumusan masalah yang ada, sehingga antara metode analisis deskriptif kualitatif dan metode analisis deskriptif kuantitatif harus saling menunjang, terutama dari segi outputnya. Beberapa metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yakni :

1. Analisis Deskriptif Kualitatif

Metode analisis ini dilakukan pada data-data yang menyangkut kualitas dan merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mendiskripsikan hal-hal yang bersentuhan atau menyangkut dengan ciri-ciri serta karakteristik dari suatu permasalahan pada wilayah.

2. Analisis Deskriptif Kuantitatif

Metode analisis Deskriptif kuantitatif adalah metode analisis yang digunakan dengan cara mengolah dan menginterprestasikan data yang berbentuk angka dengan perhitungan yang bersifat matematis.

a. Analisis Regresi Linier Berganda ( SPSS 16 )

Untuk menjawab rumusan masalah pertama maka digunakan metode analisis ini yang bertujuan untuk

(54)

41 mengetahui beberapa variabel yang berpengaruh terhadap pengaruh dampak bencana banjir di kabupaten konawe utara.

Rumus Regresi Linier Berganda adalah :

Y = a + b

1

X

1

+ b

2

X

2

Keterangan :

a = Nilai Konstanta X = nilai Variabel bebas b = Nilai Regres Y = nilai variable terikat b. Analisis Superimpose

Alat analisis ini digunakan sebagai media dalam melakukan serta menentukan kawasan yang paling baik berdasarkan aspek-aspek yang memiliki pengaruh dan untuk melihat berbagai kesesuaian lahan di wilayah Kabupaten konawe utara. Adapun teknik overlay superimpose adalah :

Gambar 3.1 Teknik Overlay Peta

Sangat Sesuai 3,26-4 Sesuai 2,52-3,25

JTidak sesuai byaraters 1,76-2,50

Tidak Sesuai 1,00-1,75 Rendah

Kurang

Sedang

Cukup

Baik sekali

(55)

42 3. Variabel Penelitian

Berdasarkan metode analisis yang digunakan, maka variabel yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

a. Variabel Super Impose

Dalam UUD No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 36, disebutkan bahwa: Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang

b. Variabel Pengaruh (Analisis Regresi)

Variable yang digunakan pada analisis ini terbagi atas 2 jenis, yakni variable terikat dan bebas. Untuk lebih jelasnya adalah berikut :

Variabel terikat (dependent variable) adalah = Y Y = Daerah Aliran Sungai Kabupaten Konawe Utara Variabel bebas (Independent variable) adalah = X, yang terdiri dari:

X1 = Pemanfaatan lahan 5 tahun Terakhir X2= Jumlah Penduduk 5 tahun terakhir

(56)

43 JUDUL KEGIATAN

Studi pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah rawan bencana banjir di

kabupaten konawe utara G. Kerangka Pikir

TAHAP AWAL

- Merumuskan latar belakang,rumusan masalah, dan tujuan

- Persiapan administrasi persuratan untuk kegiatan penelitian

- Persiapan teknis (List data dan peta administrasi) - Kajian literature

MASUKAN 1. Tahap pertama

- Pengambilan data sekunder

- Peninjauan kebijakan arahan penataan ruang - Pengambilan data primer - Pengukuran lapangan - Pemetaan kondisi wilayah - Observasi

- Dokumentasi 1. Tahap kedua

- Pengumpulan data kedalam laporan dalam bentuk

deskriptif,tabulasi,diagram dan gambar

Variabel - Data Daerah aliran sungai - Data Pemanfaatan Lahan - Data Jumlah Penduduk

PROSES 1. Analisis Deskriktif

Kuantitatif ( Regresi Linear Berganda ) SPSS 16

2. Analisis overlay ( super impose )

Output 1

Pemetaan daerah pengaruh rawan bencana banjir di kabupaten konawe utara

Output 2

Arahan Pengendalian pemanfaatan ruang untuk meminimalkan bencana banjir di wilayah kabupaten konawe utara

(57)

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM PROVINSI SULAWESI TENGGARA A. GEOGRAFIS DAN BATAS WILAYAH

1. Letak Giografis

Propinsi sulawesi tenggara terletak di jazirah Tenggara pulau Sulawesi, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan diantara 30-60 lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 1200 45 – 1240 30 Bujur Timur. Propinsi Sulawesi Tenggara di sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan Propinsi Sulawesi Tengah, di seblah Selatan berbatasan dengan Propinsi NTT dan laut Flores, sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan Teluk Bone.

2. Luas Wilayah

Propinsi Sulawesi Tenggara mencakup daratan (jazirah) pulau Sulawesi dan kepulauan, yang memiliki wilayah daratan seluas 38.140 KM2 Ha dan wilayah perairan (laut) diperkirakan seluas 110.000 KM2 Ha.

Secara administrative propinsi sulawesi tenggara terdiri atas 12 wilayah Kabupaten / Kota yaitu : Kabupaten Buton, Kabupaten

(58)

45 Muna, Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Bombana, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten Wakatobi, Kota Kendari dan Kota Bau-Bau, Kabupaten Konawe Utara dan Kabupaten Buton Utara. Luas wilayah untuk masing-masing Kabupaten tersebut adlah sebagai berikut :

Kabupaten Buton ± 2.681,22 KM2 Kabupaten muna ± 2.745,05 KM2 Kabupaten Konawe ± 5.302,86 KM2

Kabupaten konawe selatan ± 5.779,47 KM2 Kabupaten Bombana ± 3.391,67 KM2 Kabupaten kolaka utara ± 3.001 KM2 Kabupaten Wakatobi ± 559.54 KM2 Kabupaten Kolaka ± 6.918,33 KM2

Kabupaten Konawe utara ± 3.391,67 KM2 Kabupaten Buton Utara ± 1.864,91

Kota Kendari ± 300,89 KM2 Kota Bau-Bau ± 221 KM2S 3. Geologi

Kondisi batuan wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara ditinjau dari sudut geologis, terdiri atas batuan sedimen,batuan metamorfosis dan batuan beku. Dari ketiga jenis batuan tersebut yang terluas adalah batuan sedimen seluas 2.878.790 ha (75,47 persen).

(59)

46 Dari jenis tanah, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki enam jenis tanah, yaitu tanah podzolik seluas 2.394.698 ha atau 62,79 persen dari luas tanah Sulawesi Tenggara, tanah mediteran seluas 839.078 ha (22,00 persen), tanah organosol seluas 111.923 ha (2,93 persen),jenis tanah alluvial seluas 117.830 ha (3,03 persen).

4. Perairan (Sungai dan Laut)

Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa sungai yang tersebar di empat kabupaten. Sungai-sungai tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber energi, untuk kebutuhan industri dan rumah tangga dan juga untuk irigasi.

Sungai besar seperti Sungai Konaweha yang terletak di Kabupaten Kendari memiliki debit air ± 200 m3/detik, dan berdiri sebuah bendungan Wawotobi yang mampu mengairi persawahan di daerah Kabupaten Kendari seluas 18.000 ha. Selain itu masih banyak pembangunan dan pengembangan irigasi seperti Sungai Lasolo di Kabupaten Konawe,Sungai Roraya dan Sungai Sampolawa di Kabupaten Bombana (Kecamatan Rumbia, Poleang dan sampolawa),Sungai Wandasa dan sungai kabangka Balano di kabupaten Muna,serta sungai Laeya di Kabupaten Kolaka

5. Oceeanografi

Provinsi Sulawesi Tenggara dari sudut oceeanografi memiliki

(60)

47 perairan (laut)yang sangat luas . Luas perairan profvinsi Sulawesi tenggara di perkirakan mencapai 110.000 km atau 11.000.000 ha.

Perairan tersebut sangat potensial untuk pengembamgan usaha perikanan dan pengembangan Wisata Bahari,karena di samping memiliki bermacam-macam hasil ikan,memiliki panorama laut Beberapa jenis ikan hasil perairan laut Sulawsi Tenggara yang banyak di tangkap oleh nelayan di daerah ini adalah : Cakalang, Teri, Layang, Kembung, Udang, dan masih banyak lagi jenis ikan yang lain. Disamping ikan ,juga terdapat hasil laut lainnya seperti :Teripang, Agar - agar, Japing - japing, Lola, Mutiara dan sebagainya.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh ahli kelautan Indonesia dan Luar negeri menunjukan bahwa Buton Timur (Kepulauwan tukang besi)memiliki potensi perairan untuk Wisata Bahari yang sangat indah bila di bandingkan dengan daerah- daerah Wisata Bahari lainnya di Indonesia.

6. Musim

Keadaan musim di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara,umumnya sama seperti di di daerah-daerah lainnya di Indonesia yang mempunyai dua musim,yakni musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi antara bulan November dan Maret,di mana angin barat yang bertiup dari asia dan samudra

(61)

48 pasifik banyak mengandung uap air.Musim kemarau terjadi antara Bulan Mei dan Oktober, dimana angin Timur yang bertiup dari Australia sifatnya kering dan tidak mengandung uap air.

Khusus pada bulan April, di Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara arah angin tidak menentu, demikian pula curah hujan, sehingga pada bulan ini di kenal sebagai bulan /musim pancaroba.

7. Curah hujan

Curah hujan di Wilayah ini umumnya tidak merata hal ini menimbulkan adanya wilayah daerah basah dan wilayah daerah semi kering.Wilayah daerah basah mempunyai curah hujan lebih dari 2.000 mm pertahun,daerah ini meliputi wilayah sebelah Utara garis Kendari – Kolaka dan bagian Utara Pulau Buton dan Pulau Wawonii.Sedangkan daerah semi kering mempunyai curah hujan dari 2.000 mm pertahun, daerah ini meliputi wilayah sebelah Selatan garis Kendari-Kolaka dan wilayah kepulauan di sebelah selatan dan Tenggra jazirah Sulawesi Tenggara.

8. Suhu Udara

Tinggi rendahnya suhu udara pada suatu tempat antara lain di pengaruhi oleh posisi dan ketinggian tempat tersebut dari permukaan laut,makin tinggi posisi suatu tempat dari permukaan laut akan semakin rendah suhu udara dan sebaliknya. Karena wilayah daratan Sulawesi Tenggara mempunyai ketinggian

Referensi

Dokumen terkait

kandungan unsur hara yang diterima tanaman akan semakin tinggi pula, tetapi pemberian dosis pupuk yang berlebihan mengakibatkan tanaman akan layu dan

Dari hasil skala prioritas dengan menggunakan metode Multi Decision Maker (MCDM) ( Analytical Hierarchy Process (AHP)), sumber air baku yang layak untuk

Komunikasi KDQ\D EHUODQJVXQJ VDWX DUDK ³ guru mengajar dan siswa belajar ´ , dalam pola belajar ini intruksi belajar dari guru masih kurang, karena guru cenderung

Dengan demikian, lamun jenis Thalassia hemprichii memiliki peranan yang paling tinggi dari seluruh jenis lamun yang ada dalam menjaga kestabilan ekosistem pada setiap

1) Secara struktural, kawasan permukiman didalam RTRW Kabupaten Kaur masih perlu mendeliniasi kawasan menurut configurasi kawasan perkotaan dan perdesaan, sehingga dapat

Penyebab sirosis hati sendiri sampai sekarang belum jelas, tetapi banyak faktor resiko yang mendukung terjadinya sirosis hati, antara lain faktor predisposing yaitu

Bersadarkan pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persidangan yang saat ini sedang berjalan masih belum memenuhi standar persidangan yang adil dan tak- memihak, seperti

1) Efek Syariah mencakup Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksa Dana Syariah, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIKEBA) Syariah dan surat berharga