• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Logam Berat Timbel (Pb) di Low Emission Zone Kawasan Kota Tua Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Logam Berat Timbel (Pb) di Low Emission Zone Kawasan Kota Tua Jakarta"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Logam Berat Timbel (Pb) di Low Emission Zone Kawasan Kota Tua Jakarta

Aninda Dian Lestari1*, Hernani Yulinawati2, Endro Suswantoro3

1,2,3 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti, Jakarta Indonesia

*Koresponden email: aninda082001800007@std.trisakti.ac.id

Diterima: 25 November 2022 Disetujui: 2 Desember 2022

Abstract

In an effort to improve air quality, the DKI Jakarta Provincial Government has implemented a Low Emission Zone (LEZ) in Kawasan Kota Tua Jakarta since 2021. Only pedestrians, bicycles, public transport, and specially marked vehicles can cross LEZ. The purpose of this study is to analyze the concentration of Pb in Kawasan Kota Tua Jakarta based on Ambient Air Quality Standard (BMUA). The research method used in this study is descriptive quantitative. Samples were taken using a portable High Volume Air Sampler and analyzed using Atomic Absorption Spectrophotometry Flame. Sampling was carried out on March 25–May 15, 2022 (7 days) during the morning, afternoon, and evening at 4 points, UPK Kota Tua (UPK), Jakarta History Museum (MSJ), Kota Tua Entrance (PMK) and Jakarta Kota Station (SJK) so that 84 samples were collected. The results showed that the Pb concentration was higher than BMUA PP 22/2021 (2µg/Nm3 for a 24-hour period) in PMK 4,343µg/Nm3 (Friday), SJK 2,080µg/Nm3 (Wednesday), and at every sampling point (2,055–3,094µg/Nm3) on Saturday-Sunday. In conclusion, there are Pb concentrations that have passed the BMUA at certain locations and days. The average concentration of Pb in locations outside the LEZ tends to be higher than in the LEZ locations.

Keywords: ambien air, Kawasan Kota Tua Jakarta, low emission zone, high volume air sampler, atomic absorption spectrophotometry flame, lead

Abstrak

Dalam upaya memperbaiki kualitas udara, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan Low Emission Zone (LEZ) di Kawasan Kota Tua sejak 2021. Hanya pejalan kaki, sepeda, transportasi umum, dan kendaraan bertanda khusus yang dapat melintasi LEZ. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis konsentrasi Pb di Kawasan Kota Tua Jakarta terhadap BMUA. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif. Sampel Pb diambil dari sampling partikulat menggunakan alat portable High Volume Air Sampler (HVAS) dan di analisis menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Sampling dilakukan pada tanggal 25 Maret–15 Mei 2022 (7 hari) dengan 3 segmen waktu (pagi, siang, malam) di 4 titik, yaitu UPK Kota Tua (UPK), Museum Sejarah Jakarta (MSJ), Pintu Masuk Kota Tua (PMK), dan Stasiun Jakarta Kota (SJK) sehingga didapat 84 sampel. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi Pb ada yang melebihi BMUA PP No.22/2021 (2µg/Nm3 untuk periode 24 jam) di PMK 4,343µg/Nm3 (Jum’at), SJK 2,080µg/Nm3 (Rabu), dan di keempat titik sampling dengan rentang 2,055–3,094µg/Nm3 (Sabtu- Minggu). Konsentrasi Pb di lokasi yang berada di luar LEZ berkisar 0,432–4,343µg/Nm3 sedangkan di lokasi LEZ berkisar 0,650–2,733µg/Nm3. Kesimpulannya konsentrasi Pb ada yang telah melewati BMUA pada lokasi dan hari tertentu. Konsentrasi rata-rata Pb di lokasi di luar LEZ cenderung lebih tinggi dibandingkan di lokasi LEZ.

Kata Kunci: udara ambien, Kawasan Kota Tua Jakarta, low emission zone, high volume air sampler, atomic absorption spectrophotometry flame, timbel

1. Pendahuluan

Dalam upaya memperbaiki kualitas udara, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan Low Emission Zone (LEZ) di Kawasan Kota Tua pada 2021 yang sekaligus juga dapat mengurangi dampak terhadap perubahan iklim. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis konsentrasi Pb di Kawasan Kota Tua Jakarta terhadap Baku Mutu Udara Ambien (BMUA). BMUA yang digunakan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 [1] sebesar 2µg/Nm3 untuk waktu pengukuran 24 jam.

Kawasan Kota Tua Jakarta menerapkan LEZ tahap I mulai tanggal 8 Februari 2021. Menurut ref.

[2], Low Emission Zone (LEZ) adalah area dimana akses dibatasi berdasarkan emisi kendaraan.

(2)

Untuk implementasi tahap pertama, terdapat 6 ruas jalan yang termasuk ke dalam LEZ di Kawasan Kota Tua Jakarta. 6 ruas jalan tersebut adalah Jalan Lada, Jalan Kemukus, Jalan Kali Besar Barat, Jalan Ketumbar, Jalan Pintu Besar Utara dan Jalan Kunir.

Timbel (Pb) memiliki sifat lentur, sangat rapuh, dapat berkerut pada proses pendinginan, dan juga sulit larut dalam air asam, air dingin, dan air panas. Timbel larut dalam larutan asam seperti asam sulfat pekat, asam asetat, dan asam nitrit [3]. Sifat fisika Pb antara lain adalah berbentuk padatan pada suhu kamar, memiliki massa jenis 11,34 g/cm3, memiliki titik leleh 327,5oC, memiliki titik didih 1749oC, dan kalor jenis sebesar 26,650 J/molK. Sementara sifat kimia Pb antara lain memiliki bilangan oksidasi 4, 2, -4, memiliki elektronegativitas 2,33 (skala Pauli), memiliki energi ionisasi sebesar 715,6 kJ/mol, bereaksi cepat dengan halogen, dan bereaksi lambat dengan alkali dingin [4].

Pb dapat bersumber dari alam, industri, dan transportasi. Pb secara alami terdapat di air permukaan seperti air sungai dengan kadar yang berkisar antara 1-10 μg/liter. Pb juga terdapat dalam air laut namun kadarnya lebih kecil dibandingkan air tawar. Pb juga terdapat di udara dengan konsentrasi sebesar 0,0001 – 0,001 μg/liter. Industri yang memiliki potensi menggunakan Pb sebagai bahan baku maupun yang mengemisikan Pb dari hasil proses produksi antara lain industri kimia (menggunakan bahan pewarna), kabel, baterai, bahan bakar, dan pengecoran maupun pemurnian [5].

Pb sebelumnya digunakan untuk meningkatkan nilai oktan bahan bakar minyak dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL). Indonesia telah melarang penggunaan Pb pada bahan bakar kendaraan untuk menambah bilangan oktan. Akan tetapi menurut penelitian yang dilakukan di Bangkok dan Chanburi, Thailand, knalpot kendaraan yang menggunakan bensin tanpa Pb masih mengandung jejak Pb meskipun Thailand telah melarang penggunaan Pb pada bahan bakar sejak 25 tahun yang lalu [6]. Knalpot kendaraan yang masih mengandung sisa-sisa Pb menjadi sumber signifikan Pb di atmosfer. Pb juga dapat bersumber dari emisi non-knalpot yaitu dari bantalan rem pada kendaraan, aspal, trotoar, dan cat jalan. Aspal memiliki konsentrasi Pb yang jauh lebih tinggi daripada sumber emisi non-knalpot lainnya [7].

Berdasarkan penelitian [8] yang melakukan penelitian identifikasi pencemaran Pb pada area parkir Universitas Pasundan Bandung, ditemukan bahwa semakin banyak jumlah serta jenis kendaraan bermotor yang terparkir berbanding lurus dengan besarnya pemaparan Pb. Faktor lain yang ikut berkontribusi adalah perbedaan jenis ruangan parkir, ventilasi udara, serta faktor alam (suhu, angin, kelembaban). Kandungan Pb juga dapat terserap ke dalam makanan dengan konsentrasi sampai 4,4 ppm [9] sehingga perlu berhati- hati dalam mengonsumsi makanan yang dijual dipinggir jalan.

Pb memiliki dampak buruk bagi kesehatan yaitu:

1. Kelelahan, berkurangnya nafsu makan, dan sakit kepala.

2. Merusak fungsi organ dan meningkatkan tekanan darah. Selain itu keracunan Pb juga dapat menyebabkan konstipasi, mual dan muntah, sakit perut, anoreksia, dan kehilangan berat badan.

3. Menurunkan tingkat kecerdasan (IQ). Kenaikan konsentrasi Pb dalam darah yang melebihi 20 μg/dl mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.

4. Pada wanita hamil, pajanan Pb yang berlebihan dapat menyebabkan kematian bayi dalam kandungan, keguguran, dan kelahiran prematur.

5. Menurunkan jumlah sperma [5].

Pengambilan sampel udara ambien dilakukan menggunakan alat Portable High Volume Air Sampler (HVAS) dan dianalisis secara gravimetrik. HVAS merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan partikel beserta kandungan zat di dalamnya melalui penyerapan volume udara dengan jumlah tertentu menggunakan pompa vakum berkapasitas tinggi. HVAS juga dilengkapi dengan alat penyerap debu atau partikel, alat ukur, serta ala untuk mengontrol laju alir [10]. Prinsip kerja HVAS yaitu seperti pompa vakum yang bekerja menarik udara di lingkungan sekitar melalui inlet yang dilapisi filter berukuran 20,3 x 25,4 cm (8” x 10”) [11]. Untuk portable HVAS, filter yang digunakan berdiameter 4inch dengan laju alir 1 m3/menit.

Sementara itu logam berat Pb dianalisis menggunakan spektrofotometri serapan atom nyala atau Atomic Absorption Spectrometry (AAS) flame. Prinsip dari alat AAS yaitu dengan menggunakan teknik uap dingin (cold vapour). Teknik ini efektif untuk memisahkan logam berat dari berbagai matriks. Cara kerja alat AAS Flame yaitu adanya atom-atom yang tereksitasi dalam keadaan dasar dan mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya dengan panjang gelombang tertentu [12]. Pada spektrofotometri serapan atom nyala (AAS Flame), nyala api dihasilkan oleh alat pembakar atau burner. Spektrofotometri AAS dapat menganalisis logam Pb, Zn, Fe, Cu, Ni, Cd, Mn, Cr, Ag, dan Ba.

(3)

2. Metode Penelitian

2.1 Gambaran Umum Kawasan Kota Tua Jakarta

Kawasan Kota Tua Jakarta berlokasi di Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat.

Kawasan Kota Tua Jakarta merupakan salah satu cagar budaya di Jakarta. Kawasan Kota Tua Jakarta terletak di 6o8’5”LS dan 106o48’47” BT. Kawasan Kota Tua Jakarta dibatasi oleh: Sungai Ciliwung di sebelah timur, Sungai Krukut di sebelah barat, Jalan Asemka dan Jalan Jembatan Batu di sebelah selatan, dan Pelabuhan Sunda Kelapa di sebelah utara.

Berdasarkan ref. [13], terdapat pemukiman-pemukiman lain yang juga termasuk ke dalam Kawasan Cagar Budaya Kota Tua. Kawasan Kota memiliki luas sekitar 864 Hektar dan terbagi menjadi 5 zona wilayah. Zona 1 merupakan Pelabuhan Sunda Kelapa, Zona 2 merupakan Kawasan Pusat Kota Lama (sekarang disebut Taman Fatahillah), Zona 3 merupakan Kawasan Pecinan, Zona 4 merupakan Kawasan Pemukiman Multi Etnis, dan Zona 5 merupakan Kawasan Pusat Bisnis Kota Tua [14].

2.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif. Tahapan penelitian mencakup studi literatur, pengumpulan data (primer dan sekunder), pengolahan data, dan analisis data. Data primer yaitu data konsentrasi Pb di udara ambien. Data primer diambil di empat titik lokasi dalam periode waktu Maret – Mei 2022 selama 7 kali yaitu Senin-Minggu. Keempat titik tersebut yaitu: Titik 1 berada di Kantor Unit Pengelola Kegiatan Kota Tua (UPK), Tititk 2 berada di Museum Sejarah Jakarta (MSJ), Titik 3 berada di Pintu Masuk Kota Tua (PMK), dan Titik 4 beradai di Stasiun Jakarta Kota (SJK). Titik 1, 3, dan 4 berada di luar LEZ sedangkan Titik 2 berada di LEZ. Data sekunder adalah data meteorologi mencakup tekanan, kelembaban, suhu, serta arah dan kecepatan angin. Data arah dan kecepatan angin yang digunakan yaitu data bulan Maret – Mei 2022 dan diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Data arah dan kecepatan angin terukur diolah sehingga didapatkan diagram mawar angin (wind rose) menggunakan software Wind Rose Plots for Meteorological Data (WRPlot View).

Konsentrasi Pb di udara ambien dianalisis menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) jenis nyala api (flame). Analisis dilakukan berdasarkan SNI 7119-4:2017. Perhitungan konsentrasi Pb di udara ambien dilakukan sesuai Persamaan 1.

C = (𝐶𝑡−𝐶𝑏)𝑥 𝑉𝑡 𝑥 (𝑆

𝑆𝑡)

𝑉 ….. (Persamaan 1) Dengan:

C = Konsentrasi logam di udara (µg/Nm3)

Ct = Konsentrasi logam dalam larutan contoh uji (µg/mL) Cb = Konsentrasi logam dalam larutan blanko (µg/mL) Vt = Volume larutan contoh uji (mL)

S = Luas contoh uji yang terpapar debu pada permukaan filter (mm2) St = Luas contoh uji yang digunakan (mm2)

V = Volume udara yang dihisap dan dikoreksi pada kondisi normal (Nm3).

Keterbatasan alat pengambilan sampel membatasi waktu pengambilan sampel hanya 1 jam, sehingga perlu dilakukan perhitungan konsentrasi terhadap perbedaan waktu pengukuran agar dapat dibandingkan dengan BMUA Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021. Perhitungan konsentrasi terhadap perbedaan waktu pengukuran dilakukan sesuai Persamaan 2.

C2 = C1 x (𝑇1

𝑇2)𝑛 ... (Persamaan 2) Dengan:

C2 = Konsentrasi perhitungan sampel untuk waktu pengukuran 24 jam (µg/m3) C1 = Konsentrasi sampel untuk waktu pengukuran 1 jam (µg/m3)

T1 = Waktu sampling polutan (1 jam) T2 = Waktu perhitungan polutan (24 jam)

n = Konstanta dengan rentang 0,17 - 0,2 (digunakan nilai rata-rata sebesar 0,185)

Konsentrasi Pb yang telah dihitung kemudian dianalisis berdasarkan waktu dan lokasi pengambilan sampel. Selanjutnya dihitung rata-rata konsentrasi Pb untuk dilihat waktu dan lokasi mana yang memiliki konsentrasi paling tinggi. Data konsentrasi Pb juga dibandingkan dengan BMUA PP No 22 Tahun 2021.

Dari hasil perhitungan rata-rata konsentrasi Pb terhadap lokasi, selanjutnya dianalisis perbandingan

(4)

konsentrasi Pb untuk lokasi sampel di kawasan LEZ dan di luar LEZ. Diagram wind rose yang didapat dari data sekunder juga dianalisis untuk mengetahui sebaran Pb.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Analisis Konsentrasi Pb di Udara Ambien Kawasan Kota Tua Jakarta

Konsentrasi Pb pada udara ambien hasil sampling dihitung berdasarkan Persamaan 1 dan 2 sehingga didapat konsentrasi Pb selama 24 jam untuk keempat titik lokasi yang dimuat pada Tabel 1.

Tabel 1. Konsentrasi Pb selama 24 jam (µg/Nm3)

Lokasi Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu

11/4/22 12/2/22 20/4/22 21/4/22 25/3/22 14/5/22 15/5/22

UPK 0,852 0,857 0,724 0,780 0,466 2,710 2,891

MSJ 0,751 0,819 0,650 0,809 0,694 2,055 2,733

PMK 0,811 0,732 0,432 0,684 4,343 2,961 3,023

SJK 0,878 0,831 2,080 0,510 0,648 2,736 3,094

Sumber: Data penelitian (2022)

Berikut Gambar 1 adalah Grafik Konsentrasi Pb.

Gambar 1. Grafik Konsentrasi Pb Sumber: Data penelitian (2022)

Dari Gambar 1 dapat terlihat bahwa waktu pengambilan sampel yang memiliki rata-rata konsentrasi Pb tertinggi ada pada hari Minggu dengan rincian nilai konsentrasi sebesar 2,935 µg/Nm3, disusul dengan hari Sabtu dengan rata-rata konsentrasi sebesar 2,615 µg/Nm3, hari Jum’at dengan nilai rata-rata konsentrasi sebesar 1,538 µg/Nm3, hari Rabu dengan nilai 0,971 µg/Nm3, hari Senin dengan nilai 0,823 µg/Nm3, hari Selasa dengan nilai 0,810 µg/Nm3, dan untuk hari pengambilan sampel yang memiliki nilai rata-rata konsentrasi Pb terendah ada pada hari Kamis dengan nilai 0,696 µg/Nm3. Tingginya nilai konsentrasi Pb terutama pada hari Sabtu dan Minggu disebabkan karena banyaknya pengunjung yang datang untuk berekreasi di Kawasan Kota Tua Jakarta dan berbanding lurus dengan jumlah kendaraan yang melintas.

Pada kedua hari tersebut juga bertepatan dengan hari libur panjang pasca Idul fitri sehingga pengunjung yang datang lebih banyak dibandingkan hari lain. Sedangkan nilai rata-rata konsentrasi Pb yang rendah pada hari Kamis dapat disebabkan karena pada hari tersebut sempat terjadi hujan selama beberapa jam pada siang hari, sehingga nilai konsentrasi Pb lebih kecil dibanding hari lainnya.

Sementara untuk analisis konsentrasi Pb berdasarkan titik sampling, diketahui bahwa lokasi pengambilan sampel yang memiliki rata-rata konsentrasi Pb tertinggi sampai terkecil berturut-turut yaitu Pintu Masuk Kota Tua dengan nilai 1,855 µg/Nm3, Stasiun Jakarta Kota dengan nilai 1,540 µg/Nm3, UPK Kota Tua dengan nilai 1,326 µg/Nm3, dan Museum Sejarah Jakarta dengan nilai 1,216 µg/Nm3. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa lokasi pengambilan sampel yang memiliki konsentrasi Pb yang tinggi ada

0,000 0,500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000

Sen (11/4/22)

Sel (12/4/22)

Rabu (20/4/22)

Kam (21/4/22)

Jum (25/3/22)

Sab (14/5/22)

Ming (15/5/22)

UPK MSJ PMK SJK

(5)

pada Pintu Masuk Kota Tua yang banyak dilalui kendaraan. Sementara untuk Museum Sejarah Jakarta yang berada di dalam kawasan LEZ memiliki konsentrasi Pb yang lebih rendah.

Dari Gambar 1, dapat juga terlihat bahwa terjadi kenaikan konsentrasi Pb yang cukup besar di Stasiun Jakarta Kota pada hari Rabu dibandingkan dengan lokasi lain. Kenaikan tersebut disebabkan tingginya konsentrasi Pb untuk waktu pengambilan sampel pada malam hari dengan nilai 8,070 µg/Nm3.

Kenaikan tersebut mungkin disebabkan tingginya jumlah kendaraan yang melintas pada waktu tersebut.

Selain itu terdapat juga kenaikan konsentrasi Pb yang cukup tinggi di Pintu Masuk Kota Tua pada hari Jum’at dibandingkan dengan lokasi sampel lain. Kenaikan tersebut disebabkan konsentrasi Pb yang tinggi pada waktu pengambilan sampel siang hari dengan nilai 17,394 µg/Nm3. Hal tersebut mungkin disebabkan waktu pengambilan sampel yang bertepatan dengan waktu ibadah salat Jum’at serta tingginya volume pengunjung pada Jum’at siang sehingga berbanding lurus dengan jumlah kendaraan yang melintas.

Konsentrasi Pb hasil perhitungan juga dibandingkan dengan BMUA Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021. Berdasarkan Gambar 1, dapat terlihat bahwa beberapa sampel konsentrasi Pb melewati baku mutu PP No. 22 Tahun 2021 sebesar 2 µg/Nm3 (pengukuran 24 jam) yang ditunjukkan pada garis merah.

Lokasi dan hari yang konsentrasinya melewati baku mutu antara lain hari Sabtu dan Minggu untuk keempat titik lokasi dengan rentang nilai 2,055 – 3,094 µg/Nm3, Stasiun Jakarta Kota pada hari Rabu dengan nilai 2,080 µg/Nm3, dan Pintu Masuk Kota Tua pada hari Jum’at dengan nilai 4,343 µg/Nm3. Perlu adanya pengendalian terhadap emisi Pb karena konsentrasi Pb yang tinggi tersebut berbahaya bagi kesehatan.

Selanjutnya dihitung rasio Pb/partikulat yang menunjukkan gambaran nilai konsentrasi Pb terhadap partikulat udara ambien hasil sampling dalam waktu pengukuran 24 jam. Konsentrasi partikulat udara ambien Kawasan Kota Tua Jakarta untuk pengukuran 24 jam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Konsentrasi Partikulat selama 24 jam (µg/Nm3)

Lokasi Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu

11/4/22 12/2/22 20/4/22 21/4/22 25/3/22 14/5/22 15/5/22

UPK 14 17 55 36 44 62 63

MSJ 13 32 5 47 24 73 37

PMK 27 77 80 56 57 55 65

SJK 69 65 9 70 26 31 42

Sumber: Data penelitian (2022)

Rasio Pb/Partikulat menunjukkan persentase kandungan logam berat Pb dalam partikulat udara ambien. Rasio konsentrasi Pb terhadap partikulat udara ambien dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rasio Pb Terhadap Partikulat

Lokasi Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu

11/4/22 12/2/22 20/4/22 21/4/22 25/3/22 14/5/22 15/5/22

UPK 6,08% 5,11% 1,31% 2,18% 1,06% 4,39% 4,60%

MSJ 5,58% 2,53% 13,06% 1,71% 2,90% 2,83% 7,30%

PMK 2,95% 0,95% 0,54% 1,23% 7,62% 5,36% 4,68%

SJK 1,28% 1,27% 23,70% 0,73% 2,53% 8,82% 7,36%

Sumber: Hasil Pengambilan Sampel di Kawasan Kota Tua Jakarta Periode Maret-Mei 2022

Dari Tabel 3 dapat terlihat bahwa rasio Pb/partikulat memiliki nilai yang bervariasi per hari nya dengan rentang 0,54% - 23,7%. Lokasi dan hari yang memiliki rasio tertinggi yaitu Stasiun Jakarta Kota pada hari Rabu sementara yang rasio terkecil adalah Pintu Masuk Kota Tua pada hari Rabu.

3.2. Analisis Konsentrasi Pb di Udara Ambien Antara Kawasan LEZ dan Non-LEZ

Berdasarkan Gambar 1, dapat diketahui bahwa Pintu Masuk Kota Tua memiliki rata-rata konsentrasi Pb tertinggi sedangkan nilai rata-rata konsentrasi Pb terendah berada di Museum Sejarah Jakarta. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa lokasi sampel yang berada di luar kawasan LEZ memiliki nilai rata-rata konsentrasi yang lebih besar dibandingkan lokasi sampel yang berada di dalam LEZ, terutama di Pintu Masuk Kota Tua. Tingginya nilai konsentrasi Pb di Pintu Masuk Kawasan Kota Tua dibandingkan dengan 2 lokasi lain yang sama-sama berada di luar LEZ dapat disebabkan banyaknya kendaraan yang melewati Pintu Masuk Kota Tua baik kendaraan pribadi pengunjung maupun kendaraan umum (Transjakarta) terutama pada akhir pekan. Selain itu di depan Pintu Masuk Kota Tua sedang ada perbaikan jalan yang memungkinkan tingginya konsentrasi TSP dan Pb di lokasi tersebut. Lokasi komersial Taman Kota Intan yang berdekatan dengan UPK Kota Tua juga tutup selama bulan Ramadan sehingga kemungkinan menyebabkan konsentrasi TSP dan Pb yang lebih kecil.

(6)

3.3. Analisis Pola Sebaran Pb

Pada penelitian ini digunakan data sekunder berupa data arah dan kecepatan angin dari tanggal 1 Maret – 31 Mei 2022. Data arah dan kecepatan angin tersebut diperoleh dari database BMKG Indonesia di Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok yang berlokasi di Jl. Padamarang No.4A, Tanjung Priok dengan titik koordinat 6°06'27.6"LS 106°52'50.0"BT. Data tersebut digunakan untuk memperoleh diagram wind rose. Diagram wind rose digunakan untuk menggambarkan konsentrasi polutan, arah angin, dan kecepatan angin yang bervariasi dalam satu waktu. Diagram wind rose dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Wind Rose Sumber: BMKG (Maret-Mei, 2022)

Dapat terlihat bahwa angin secara dominan berhembus dari arah barat menuju ke arah timur meskipun ada juga angin yang berhembus dari arah timur laut menuju barat daya. Dari grafik distribusi frekuensi kelas angin, dapat diketahui distribusi kecepatan angin dominan berkisar antara 3–6 meter/detik dengan persentase 60,9%. Grafik distribusi frekuensi kelas angin dapat dilihat pada Gambar 3. Hembusan angin dari arah barat menuju timur memungkinkan terbawanya zat-zat polutan termasuk logam berat Pb ke lokasi pengambilan sampel sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai sumber-sumber pencemar Pb. Di dekat Kawasan Kota Tua Jakarta juga terdapat industri pembuatan besi yang berjarak kurang lebih 3 kilometer dari titik sampel 2 dan berada di sebelah timur Kawasan Kota Tua Jakarta. Angin yang berhembus dari arah timur kemungkinan membawa partikel Pb ke titik sampel.

Gambar 3. Grafik distribusi frekuensi kelas angin Sumber: BMKG (Maret-Mei, 2022)

(7)

Gambar 4. Peta sebaran konsentrasi Pb (Skala 1:1200) Sumber: BMKG (Maret-Mei, 2022)

3.4. Perkiraan Sumber Pencemar Pb dan Upaya Pengendaliannya

Meskipun Indonesia telah melarang penggunaan Pb dalam bahan bakar kendaraan, akan tetapi sisa- sisa Pb masih tertinggal di knalpot kendaraan dan berpotensi menjadi salah satu sumber emisi. Pb juga terkandung dalam bantalan rem pada kendaraan. Selain itu tingginya pengunjung pada akhir pekan yang berbanding lurus dengan ramainya lalu lintas kendaraan dapat menjadi penyebab tingginya konsentrasi Pb sehingga melalui BMUA. Proses revitalisasi jalan di sekitar Kawasan Kota Tua Jakarta juga berpotensi menimbulkan emisi Pb dari kegiatan pengecoran, perbaikan trotoar, dan pengecatan jalan.

Di Jakarta, logam berat Pb bukan merupakan salah satu parameter dalam uji emisi kendaraan meskipun Pb adalah salah satu parameter untuk mengetahui kualitas udara ambien di Indonesia. Untuk itu Pb dapat ditambahkan sebagai salah satu parameter dalam uji emisi kendaraan sebagai bentuk pengendalian emisi Pb. Selain itu, implementasi Low Emission Zone tahap II di Kawasan Kota Tua Jakarta juga dapat menjadi salah satu solusi untuk menekan emisi Pb di udara ambien karena konsentrasi Pb di lokasi sampel dalam Low Emission Zone memiliki nilai yang lebih rendah.

Pb merupakan salah satu jenis logam yang bersumber dari emisi kendaraan bermotor. Untuk itu pengendalian Pb dapat dilakukan dengan cara menggunakan alternatif sumber energi yang tidak menghasilkan Pb seperti penggunaan kendaraan bertenaga listrik. Selain itu emisi Pb juga dapat dikurangi dengan menanam tanaman berjenis Mahoni (Swietenia macrophylla) dan Bintaro (Cerbera manghas) di sekitar ruas jalan raya atau di dekat kawasan industri yang menghasilkan Pb. Menurut ref. [15], kedua jenis tanaman tersebut dapat menyerap Pb dengan rentang waktu 45 dan 90 hari dengan nilai berturut-turut 30,77 ppm dan 29,60 ppm untuk tanaman Swietenia macrophylla. Sementara tanaman Cerbera manghas nilainya berturut-turut 20,06 ppm dan 24,89 ppm.

4. Kesimpulan

Nilai rata-rata konsentrasi Pb di udara ambien Kawasan Kota Tua Jakarta berdasarkan waktu pengambilan sampel memiliki nilai rata-rata konsentrasi tertinggi yaitu pada saat akhir pekan yaitu pada hari Minggu dengan nilai 2,935 µg/Nm3, disusul dengan hari Sabtu dengan rata-rata konsentrasi sebesar 2,615 µg/Nm3. Sedangkan nilai rata-rata konsentrasi Pb di udara ambien Kawasan Kota Tua Jakarta tertinggi berdasarkan lokasi pengambilan sampel terdapat di Pintu Masuk Kota Tua dengan nilai 1,855 µg/Nm3, sedangkan terendah ada di Museum Sejarah Jakarta dengan nilai 1,216 µg/Nm3. Lokasi sampel yang berada di luar kawasan Low Emission Zone memiliki nilai rata-rata konsentrasi yang lebih besar dibandingkan lokasi sampel yang berada di dalam Low Emission Zone.

Konsentrasi Pb melewati baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 senilai 2 µg/Nm3

3

(8)

Masuk Kota Tua pada hari Jum’at dengan nilai 4,343 µg/Nm3, dan Stasiun Jakarta Kota pada hari Rabu dengan nilai 2,080 µg/Nm3.

Upaya yang dapat dilakukan untuk pengendalian kualitas udara ambien di Kawasan Kota Tua Jakarta antara lain adalah menambahkan Pb sebagai salah satu parameter uji emisi kendaraan bermotor di Jakarta dan memberlakukan Low Emission Zone tahap II di Kawasan Kota Tua Jakarta. Tanaman Swietenia macrophylla dan Cerbera manghas juga dapat ditanam di sepanjang jalan sekitar Kawasan Kota Tua Jakarta karena kedua tanaman tersebut dapat menyerap Pb di udara ambien.

5. Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Lingkungan dan Arsitektur Lanskap, Universitas Trisakti yang telah memberikan dana dan kesempatan untuk melakukan penelitian.

Terima kasih kepada Laboratorium Lingkungan Fakultas Teknologi Lingkungan dan Arsitektur Lanskap, Universitas Trisakti sebagai laboratorium analisis untuk menunjang penelitian. Terima kasih kepada Unit Pengelola Kegiatan Kawasan Kota Tua yang telah memberi izin penelitian di Kawasan Kota Tua Jakarta dan Daerah Operasional 1 PT Kereta Api Indonesia yang telah memberikan izin penelitian di Stasiun Jakarta Kota.

6. Singkatan

LEZ Low Emission Zone

HVAS High Volume Air Sampler

AAS Atomic Absorption Spectrophotometry

% UPK MSJ PMK SJK

Persentase

Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kota Tua Museum Sejarah Jakarta

Pintu Masuk Kota Tua Stasiun Jakarta Kota

7. Referensi

[1] Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

[2] C. Holman, R. Harrison, and X. Querol, “Review of the Efficacy of Low Emission Zones to Improve Urban Air Quality in European Cities,” Atmospheric Environment, vol. 111, pp. 161–169, 2015.

[3] R. Amalia, “Analisis Hubungan Kadar Timbal (Pb), Zinc Protoporphyrin dan Besi (Fe) dalam Sampel Darah Operator SPBU di Kota Semarang,” Bachelor of Science Thesis, Dept. of Biology, State University of Semarang, Semarang, Indonesia, 2016.

[4] B. Kurniawan, “Adsorpsi Pb2+ Dalam Limbah Cair Artifisial Menggunakan Sistem Adsorpsi Kolom Dengan Bahan Isian Abu Layang Batubara Serbuk dan Granular,” J. Bahan Alam Terbarukan, vol. 4, no. 1, pp. 27-33, 2015.

[5] D. Gusnita, “Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) Di Udara dan Upaya Penghapusan Bensin Bertimbal,” Berita Dirgantara, vol. 13(3), pp. 95–101, 2012.

[6] J. Kayee, S. Bureekul, P. Sompongchaiyakul, X. Wang, and R. Das, “Sources of Atmospheric Lead (Pb) After Quarter Century of Phasing out of Leaded Gasoline in Bangkok, Thailand,” Atmospheric Environment, vol. 253, pp. 1–11, 2021.

[7] H. Jeong, J. S. Ryu, and K. Ra, “Characteristics of Potentially Toxic Elements and Multi-Isotope Signatures (Cu, Zn, Pb) in Non-Exhaust Traffic Emission Sources,” Environmental Pollution, vol.

292, pp. 1–8, 2022.

[8] A. W. Hasbiah, L. Mulyatna, and F. Musaddad, “Studi Identifikasi Pencemaran Udara Oleh Timbal (Pb) Pada Area Parkir,” INFOMATEK, vol. 18, no. 1, pp 49, 2017.

[9] W. Probowati, “Uji kandungan logam berat Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) pada kue lumpur menggunakan spektrofotometer serapan atom,” J. Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah, vol. 3, no.

2, pp. 106-112, 2019.

[10] SNI 7119-4:2017, “Udara Ambien – Bagian 4: Cara Uji Kadar Timbal (Pb) Dengan Metoda Destruksi Cara Basah Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom Nyala”, 2017.

[11] A. Budiarto, “Modifikasi Peralatan Sampling HVAS Portabel Unmodifikasi Peralatan Sampling Hvas Portabel Untuk Analisis Total Partikulat Di Udara Ambientuk Analisis Total Partikulat Di Udara Ambien,” J. Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri, vol. 5, no. 1, pp. 15–20, 2014.

(9)

[12] G. A. R. Saputri,and A. P. Afrila, “Penetapan Kadar Kalsium Pada Brokoli (Brassica oleracea, L.) Segar, Kukus, dan Rebus Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA),” J. Analis Farmasi, vol. 2, no. 4, pp. 251-257, 2017.

[13] Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Rencana Induk Kawasan Kota Tua, di luar kawasan Kota Tua

[14] R. Parhani, “Manajemen Pengelolaan Objek Wisata Kota Tua Jakarta,” Bachelor of Social Science Thesis, Dept. of Social dan Political Science, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten, Indonesia, 2016.

[15] B. Hindratmo, B, E. Junaidi, S. Masitoh, R. Fauzi, and H. M. Yusup, “Kemampuan 11 (Sebelas) Jenis Tanaman dalam Menyerap Logam Berat Timbel,” Pollution. Ecolab, vol. 13, no. 1, pp. 29–38, 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan lokasi pengambilan sampel, akumulasi logam berat timbal (Pb) pada tumbuhan mangrove secara berturut-turut dari yang terbesar adalah Muara Sungai Tallo dengan kandungan

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai kandungan tembaga kerupuk kemplang ikan laut tertinggi terdapat pada sampel lokasi di tepi jalan raya tanpa para-para yakni

(Sumber : Analisis Pribadi, 2012) Berdasarkan hasil pengukuran Pb dari empat titik sampling lokasi penelitian dapat disimpulkan, bahwa konsentrasi untuk parameter Pb sudah

sedangkan kandungan logam berat untuk air laut di 4 titik lokasi penelitian menunjukkan bahwa kadar Pb melebihi ambang baku mutu MenLH No 51 2004 yakni sebesar 0,05 mg/l, kadar

Jika dibandingkan dengan ambang batas logam Cu dalam sedimen, maka konsentrasi logam berat Cu di lokasi penelitian pada titik pengambilan sampel S-9, S-11 dan

Berdasarkan hasil pengukuran logam berat timbal (Pb) dan cadmium (Cd) pada beberapa titik sampling terhadap sampel air, sedimen dan bivalvia di perairan muara sungai wiso

1) Lokasi penelitian dilakukan pada batas wilayah TPA Piyungan. 2) Metode pengambilan sampel tanah dilakukan secara sistematik dengan mengambil 4 titik pada tiap zona TPA. 3)

Hal tersebut mengindikasikan bahwa lingkungan sekitar pesisir Teluk Ambon Dalam atau lokasi pengambilan sampel sedimen masih aman dari kontaminasi logam berat Pb