• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTEKSTUALISASI PENAFSIRAN AYAT SYIRIK (Aplikasi Teori Konstekstual Abdullah Saeed (L. 1964)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KONTEKSTUALISASI PENAFSIRAN AYAT SYIRIK (Aplikasi Teori Konstekstual Abdullah Saeed (L. 1964)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

KONTEKSTUALISASI PENAFSIRAN AYAT SYIRIK (Aplikasi Teori Konstekstual Abdullah Saeed (L. 1964)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

Nida Nurul Izzati NIM. 18211028

PROGRAM ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1444 H/ 2022 M

(2)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

Nida Nurul Izzati NIM. 18211028

Pembimbing:

Dr. Samsul Ariyadi, MA

PROGRAM ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1444 H/ 2022 M

(3)

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini dengan judul “KONTEKSTUALISASI PENAFSIRAN AYAT SYIRIK (Aplikasi Teori Konstekstual Abdullah Saeed (L. 1964)” yang disusun oleh Nida Nurul Izzati dengan Nomor Induk Mahasiswa: 18211028 telah melalui proses pemeriksaan dan dinilai oleh pembimbing serta disetujui untuk diajukan pada sidang Munaqasah.

Depok, 7 Agustus 2022 Pembimbing,

Dr. Samsul Ariyadi, MA

(4)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “KONTEKSTUALISASI PENAFSIRAN AYAT SYIRIK (Aplikasi Teori Konstekstual Abdullah Saeed (L. 1964)” disusun oleh Nida Nurul Izzati dengan Nomor Induk Mahasiswa: 18211028 telah diajukan pada sidang Munaqasah Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal 15 Agustus 2022. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).

No Nama Jabatan Tanda Tangan

1 Dr. Muhammad Ulinnuha Lc, M.A

Ketua Sidang 2 Mamluatun Nafisah, M.Ag Sekertaris

Sidang 3 Dr. Muhammad Ulinnuha Lc,

M.A

Penguji I 4 M. Ziyad Ulhaq, M.A, Ph. D Penguji II

5 Dr. Samsul Ariyadi, MA Pembimbing

Jakarta, 8 September 2022 Mengetahui,

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IIQ Jakarta

Dr. Muhammad Ulinnuha, MA

(5)

iii

KETERANGAN TURNITIN

(6)

iv

PERNYATAAN PENULIS Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nida Nurul Izzati

NIM : 18211028

Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 03 Desember 1998

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “KONTEKSTUALISASI PENAFSIRAN AYAT SYIRIK (Aplikasi Teori Konstekstual Abdullah Saeed (L. 1964)” adalah benar-benar hasil karya penulis, kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Depok, 7 Agustus 2022

Nida Nurul Izzati

(7)

v MOTTO

“Cobaan yang kau alami adalah sebuah proses pendewasaan. Jadi hadapilah itu meski kau harus tertatih-tatih. Karena Allah tidak akan memberikan

cobaan melainkan sesuai dengan kesanggupan hamba-Nya.”

(8)

vi

KATA PENGANTAR

رلا ِللها ِم ْسِب مْي ِح رلا ِن َمْح

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KONTEKSTUALISASI PENAFSIRAN AYAT SYIRIK (Aplikasi Teori Konstekstual Abdullah Saeed (L.

1964)” Sholawat serta salam senantiasa terrcurahkan kepada baginda Nabi Muhammad serta keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Untuk ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berperan dalam menyusun skripsi ini, yakni:

1. Ibu Dr. Hj. Nadjematul Faizah, S.H, M.Hum, sebagai Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta (IIQ).

2. Ibu Dr. Romlah Widayati, M. Ag., Warek I Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta.

3. Bapak Dr. M. Dawud Arif Khan, S.E., M.Si., Ak, CPA., selaku Warek II Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta

4. Ibu Muthmainnah MA, Warek III Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta 5. Bapak Dr. H. Muhammad Ulinnuha, Lc, M.A, Dekan Fakultas

Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

6. Ibu Mamluatun Nafisah, M.Ag, ketua Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

7. Bapak Dr. Samsul Ariyadi, MA, dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan kearifan bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, mengoreksi serta memberi banyak saran untuk

(9)

vii

penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan oleh penulis dengan baik.

8. Instruktur-instruktur Tahfizh yang telah banyak membimbing dan mengajarkan nilai-nilai Al-Qur’an dan mengantarkan penulis hingga ditahap sekarang ini.

9. Seluruh dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta khususnya Fakultas Ushuluddin dan Dakwah yang telah mengenalkan penulis tentang beraneka ragam disiplin ilmu dan meluangkan waktu untuk mengajarkannya.

10. Orang tua, segenap keluarga, dan orang-orang yang saya sayangi dan cintai telah berkontribusi dalam memberikan materi, semangat, dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan di IIQ, khususnya anak IAT kelas 8C: Syifa, Nadifah, Fani, Niswah, Nurin, Intan, Nisa dan teman-teman anak kamar 27 Rusunawa: Ossy, Prianka, Cacil, Ical, Oka, Lia, Anggres, Nuni yang telah memberikan masukan dan support yang amat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(10)

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi ini berperdoman pada penulisan skripsi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2021. Transliterasi Arab-Latin mengacu pada SKB Menteri Agama RI, Menteri Pendidikan dan Menteri Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

1. Konsonan Tunggal Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Nama

ا

Alif dilambangkan Tidak

Tidak dilambangkan

ب

Ba B Be

ت

Ta T Te

ث

Ṡa Es (dengan titik di

bawah)

ج

Jim J Je

ح

Ḥa ha (dengan titik di

bawah)

خ

Kha Kh Ka dan ha

د

Dal D De

ذ

Żal Ż zet (dengan titik di

atas)

ر

Ra R Er

ز

Zai Z Zet

س

Sin S Es

ش

Syin Sy Es dan ye

(11)

ix

ص

Ṣad es (dengan titik di

bawah)

ض

Ḍad de (dengan titik di

bawah)

ط

Ṭa te (dengan titik di

bawah )

ظ

Ẓa zet (dengan titik di

bawah)

ع

‘ain Koma terbalik

(diatas)

غ

Gain G Ge

ف

Fa F Ef

ق

Qaf Q Ki

ك

Kaf K Ka

ل

Lam L El

م

Mim M Em

ن

Nun N En

و

Wau W We

Ha H Ha

ء

Hamzah Apostrof

ي

Ya Y Ye

2. Syaddah (Tasydid)

Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang ّ, sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan

(12)

huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid.

Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiah.

ا

ءا َه ف ُّسلا َن َم َ

Ditulis Âmana as-Sufahâ’u

ل ِ ص ف ن َ

Ditulis Nufaṣṣilu

3. Tȃ’ marbutah (ة)

a. Ta marbutah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat (na’at). Maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf

“h”. Contoh:

ة َدِئ ف ْ َ

الا

Ditulis Al-af’idah

ة َع َمَج ْ ةَي ِم َ لا

ال ْس ِا ْ

لا

Ditulis Al-Jâma’ah al-Islâmiyyah b. Sedangkan ta marbutah (ة) yang diikuti atau disambungkan (diwashal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”. Contoh:

ةَب ِصاَن ٌةَل ِم َع

Ditulis Âmilatun Nâshibah

َةَي َ الا ى َرْب ك ْ

لا

Ditulis al-Âyat al-Kubrâ

4. Vokal Tunggal

ّ Fathah Ditulis A

ّ Kasrah Ditulis I

ّ Dhammah Ditulis U

(13)

xi

5. Vokal Panjang

1. Fathah + alif Ditulis Ā

َة يِل ِه ا َج

Ditulis Jāhiliyyah

2. Fathah + ya’ mati Ditulis Ā

ى َسْنَت

Ditulis Tansā

3 Kasrah + ya’ mati Ditulis Ī

َنْي ِر َخآ

Ditulis Ākharīn

4 Dhammah + wawu mati Ditulis Ū

َض ْو ر ف

Ditulis Furūḍ

6. Vokal Rangkap

1 Fathah + ya mati Ditulis Ai

ْم كَنْيَب

Ditulis Bainakum

2 Fathah + wawu mati Ditulis Au

ل ْو ق َ

Ditulis Qaul

7. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof

َ أ َ أ ْم ت ْ

ن ِم

Ditulis a’amintum

ْت دِع ا

Ditulis u’iddat

ْم ت ْر َ ك َش ْنِئ َ

ل

Ditulis la’in syakartum

(14)

8. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti oleh (لا) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

ة َر ق َبلا َ

Ditulis Al-baqarah

ةَنْي ِد َملا

Ditulis Al-madiinah

b. Kata sandang yang diikuti oleh (لا) syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

سلا َم

ءا

Ditulis Al-samā’

شلا ْم

س

Ditulis Al-syams

9. Penulisan kata-kata dalam rangkaian ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.

ض ْو ر ف ْ

لا ي ِو َذ

ditulis Zawi al-furūḍ

ة ن سلا ل ْه َ

أ

ditulis Ahl al-sunnah

(15)

xiii DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KETERANGAN TURNITIN ... iii

PERNYATAAN PENULIS ... iv

MOTTO ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... viii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Permasalahan ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Pembatasan Masalah ... 6

3. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Aspek Teoritis ... 6

2. Aspek Praktis ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Metode Penelitian ... 10

1. Jenis Penelitian ... 10

2. Sumber Data ... 11

3. Teknik Pengumpulan Data ... 11

4. Teknik Analisa Data ... 12

5. Pendekatan Penelitian ... 13

G. Teknik dan Sistematika Penulisan ... 17

(16)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SYIRIK

………19

A. Syirik Secara Umum ... 19

B. Ayat-Ayat Terkait Syirik ... 35

C. Pendapat Ulama Terkait Syirik ... 42

BAB III BIOGRAFI ABDULLAH SAEED DAN KARYA- KARYANYA ... 45

A. Biografi dan Perjalanan Intelektual Abdullah Saeed ... 45

B. Perjalanan Karir ... 47

C. Karya-Karya ... 48

D. Latar Belakang Pemikiran Abdullah Saaed ... 50

E. Gagasan Terkait Kontekstual Ayat ... 52

F. Perbedaan Konsep Kontekstual Abdullah Saeed Dengan Konsep Kontekstual Dalam Studi Ilmu Al-Quran ... 63

BAB IV PENAFSIRAN KONTEKSTUAL AYAT SYIRIK DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL ABDULLAH SAEED ... 67

A. Penafsiran Kontekstual Surah An-Nisā’ Ayat 116-117 dengan Pendekatan Kontekstual Abdullah Saeed ... 67

B. Relevansi Penafsiran Kontekstual Abdullah Saeed dalam Konteks Modern ... 87

BAB V PENUTUP ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran-saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

RIWAYAT HIDUP ... 99

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Langkah-langkah Penafsiran ... 14

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Keterangan Cek Plagiarisme ... 100

(19)

xvii ABSTRAK

Nida Nurul Izzati dengan Nomor Induk Mahasiswa 18211028.

“KONTEKSTUALISASI PENAFSIRAN AYAT SYIRIK (Aplikasi Teori Konstekstual Abdullah Saeed (L. 1964)” Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta, 2022.

Syirik merupakan penyimpangan tauhid dan virus teologi yang paling berbahaya. Syirik dinisbatkan kepada dosa yang paling buruk dan tidak akan Allah ampuni meskipun pelakunya telah menghadap-Nya. Bahkan Al-Qur‘an sendiri telah mengabarkan bagaimana buruknya perilaku syirik dan ancaman- anacaman bagi pelakunya. Al-Qur‘an juga menerangkan bahwa syirik adalah kesesatan yang nyata dan amat jauh dari rahmat Allah.

Penelitian ini mengkaji pandangan Abdullah Saeed terkait syirik dengan menggunakan teori kontekstual. Khususnya dalam penelitian ini memfokuskan pada QS. An-Nisā ayat 116-117 untuk melihat fenomena yang terjadi pada zaman dahulu dan saat ini. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dan menggunakan metode kualitatif.

Penelitian ini disajikan dengan teknis analisis dekskriptif, yaitu berusaha menjelaskan pandangan Abdullah Saeed terkait ayat syirik dengan menggunakan teori kontekstual, dengan merujuk pada buku-buku karya Abdullah Saeed dan terjemahannya sebagai data primer dan buku-buku, jurnal, kitab tafsir yang berkaitan sebagai data sekunder.

Adapun hasil penelitian yang didapat oleh penulis melalui pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini, bahwa penafsiran klasik kurang memadai untuk menjawab problem-problem kemasyarakatan pada masa kini. Beranjak atas penafsiran tersebut dengan menggunakan teori kontekstual Abdullah Saeed, maka didapat atas QS. An-Nisā ayat 116-117 menunjukkan bahwa syirik pada zaman modern tidak lagi ditandai dengan penyembahan berhala secara fisik. Terdapat berbagai macam yang bisa mengantarkan kepada kesyirikan yakni mengagung-agungkan kekuasaan, mencari harta benda atau materi tanpa tujuan dengan cara yang di halalkan agama. Namun dalam hal ini karena perbedaan zaman, menghakimi seseorang syirik tanpa dasar ilmu yang cukup tidak diperbolehkan. Maka dapat disimpulkan bahwa kontekstualisasi QS. An-Nisā ayat 116-117 bisa dijadikan sebagai sarana untuk lebih memahami fenomena syirik yang ada saat ini.

Kata kunci: Syirik, Kontekstual, Abdullah Saeed

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Syirik bukanlah istilah baru yang dikenal dalam Islam. Istilah Syirik diartikan sebagai perbuatan menduakan Allah dengan sesuatu yang lain, seakan-akan ada yang lebih kuat dan lebih kuasa disamping Allah. Dalam Islam, syirik adalah hal yang sangat dilarang karena hal itu menyimpang dari ajaran yang telah disampaikan oleh para Nabi. Telah jelas di dalam Al-Qur’an bahwa umat Islam dilarang menduakan atau menyekutukan Allah sebab akan menorehkan noda di dalam ketauhidan seseorang. Tauhid adalah sesuatu yang krusial di dalam diri masing-masing umat Muslim karena meyakini keesaan Allah dan kebenaran setiap ajaran Nabi sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Selain itu, tauhid juga dapat menjadikan setiap umat Muslim sebagai pribadi yang ikhlas dan sabar dalam menerima setiap ketentuan Allah.

Beberapa fenomena penyimpangan aqidah pada zaman jāhiliyyah, di antaranya: Penyimpangan aqidah pertama terjadi pada masa Nabi Nuh yang merupakan Rasul pertama yang diutus Allah untuk meluruskan aqidah. Seribu tahun lamanya Nabi Nuh mengajak umatnya untuk mengesakan Allah dan meninggalkan berhala-berhala yang mereka sembah, namun penyimpangan itu tak juga kunjung hilang. Pada masa Nabi Musa terdapat seorangraja arogan bernama Fir’aun. Al-Qur’an sering mengulang kisah Fir’aun karena dianggap sebagai lambang kezaliman tiranik.1 Pada masa Nabi Musa as. dalam firman Allah surah Al-A’raf ayat 148:

1 Khairul Ghazali, Mereka Bukan Thghut Meluruskan Salah Paham Tentang Thaghut, t.tp, (Grafindo Khazanah Ilmu, 2011), h. 87.

(21)

2

ٌٌۗرا َو خ ٗه ل ا ًد َس َج ا ً

ل ْج ِع ْم ِهِ يِل ح ْن ِم ٖه ِد ْعَب ْۢ ْن ِم ى س ْو م م ْو ق َ َ ذَخ تا َو ا َ

ل ٗه ن َ

ا ا ْو َرَي ْم َ ل َ

ا

َنْي ِمِل ظ اْو ناَكَو هْو ذَخ تِا ۘا ًلْيِب َس ْم ِهْيِدْهَي ا َ

ل َو ْم ه مِ ل َ ك ي ١٤٨

“Kaum Musa, setelah kepergian (Musa ke Gunung Sinai), membuat (sembahan berupa) patung anak sapi yang bertubuh dan dapat melenguh (bersuara) dari perhiasan emas mereka. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa (patung) anak sapi itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan (kebaikan) kepada mereka? (Bahkan,) mereka menjadikannya (sebagai sembahan). Mereka adalah orang-orang zalim.” (Al- A’raf [7]:148)

Adapun bentuk kemusyirikan kaum Nasrani adalah menuhankan Nabi Isa as. Menganggap Nabi Isa adalah putra Allah. Kemudian ada kelompok Majusi yaitu sekelompok orang yang melakukan syirik dengan menyembah api.

kelompok Ad-Dahriyah yaitu, tidak memiliki agama yang mereka yakini, satu- satunya agama dan Tuhan bagi mereka adalah waktu. Mereka berkata, “Tidak ada yang bisa membinasakan kita kecuali hanya waktu.”2

Ada pula kelompok Ṣabi’un, yaitu kelompok yang menyembah bintang- bintang di langit beserta planet-planet yang ada dan meyakini bahwa planet, bintang memiliki pengaruh kepada nasib manusia, mempunyai efek terhadap harga-harga barang, masalah ekonomi, kondisi politik, sosial dan ekonomi manusia. Maka lahirlah ramalan yang didasarkan kepada bintang, kepada bulan lahirnya manusia dan yang sejenisnya.3

Fenomena syirik tidak hanya dilakukan pada zaman dahulu. Tetapi di zaman modern saat ini juga banyak yang masih melakukan perbuatan syirik.

Kesyirikan pada zaman sekarang tidak lagi ditandai dengan penyembahan berhala secara terang-terangan, syirik pada zaman ini lebih kepada tujuan

2 Lihat https://adoc.pub/syirik-dan-macam-macamnya.html, diakses pada tanggal 30 Desember 2021 jam 13.35 WIB

3 Lihat https://www.radiorodja.com/45187-syirik-pada-zaman-jahiliyah-dan- tindakan-pencegahannya/, diakses pada tanggal 30 Desember 2021 jam 13.35 WIB

(22)

seseorang dalam kehidupannya. Apakah ditujukan untuk Allah dan sesuai syari’at atau tidak.

Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari terdapat umat Islam yang tidak memperdulikan lagi shalat hanya karena memburu harta benda atau materi, tahta atau kekuasaan. Dalam kehidupan saat ini banyak orang yang mengangggap bahwa uang adalah segalanya, uang telah menjadi “Tuhan baru”

dalam mengisi aktivitas kehidupannya, sehingga kebutuhan spritual dilupakan.4

Contoh syirik lainnya, misal seseorang membangun masjid atau bersedeqah tetapi hanya untuk dlihat dan dipuji seseorang, itu termasuk riya’.

Meyakini bahwa pohon besar yang sudah tua dianggap keramat karena memiliki kekuatan yang mana bisa memberikan hal yang diinginkan dan jika pohon tersebut ditebang maka mereka meyakini akan hilang kekuatannya.

Dalam hal ini, HP bisa dijadikan sebuah analogi dalam kesyirikan.

Seseorang kemana-mana membawa jimat, keris, atau batu akik dengan merasa bahwa benda-benda tersebut sesuatu yang penting dan jika ditinggalkan membuat resah dan tidak nyaman. Mereka yang berbuat demikian lantas dikatakan syirik. Maka disini terdapat pertanyaan, apakah yang seperti ini dikatakan syirik jika seseorang merasa kalau bepergian tidak nyaman tanpa membawa HP? berarti kita semua yang menggunakan gadget dianggap syirik?

Dari pertanyaan di atas, penulis tertarik mengambil penelitian terkait syirik untuk mengetahui dan memahami syirik zaman modern secara terperinci, zaman di mana syirik tidak dilakukan secara terang-terangan seperti zaman dahulu. Padahal telah jelas di dalam Al-Qur’an untuk tidak melakukan perbuatan syirik. Al-Qur’an dipandang sebagai fenomena yang hadir dalam kehidupan, bukan pada ruang yang hampa budaya, maka dalam memahami dan

4 Nurhidayat Muh. Said, “Dakwah dan Problematika Umat Islam”, Dakwah Tabligh 14, no. 1, Juni 2013: 1 – 23, h. 4.

(23)

4

menafsirkan teks Al-Qur’an pun harus menggunakan pendekatan yang sesuai dengan zamannya. Sehingga, tidak hanya dipahami secara tekstual dan menghasilkan sebuah penafsiran yang tidak sesuai dengan sosio-historisnya, tetapi harus dilakukan dengan pendekatan konstektual agar pembahasaannya luas dan mendalam. Maka dalam penelitian ini, penulis mewakili ulama kontemporer atas teori konteks dengan argumen yang serius dan sistematis, yaitu pendekatan yang digagas oleh Abdullah Saeed.

Abdullah saeed adalah seorang cendikiawan Muslim, seorang tokoh pemikiran tafsir kontemporer yang menekankan pentingnya revormasi dan perubahan, melalui pendekatan dengan memperhatikan konteks suatu ayat. Di dalam karyanya yang berjudul Interpreting the Qur’an: Towards a Contemporary Approach, beliau mengatakan “The thrust of my argument, therefore, is towards a more flexible approach to interpretation of these texts by taking into consideration both the socio-historical context of the Qur‘ān at the time of revelation in the first/seventh century and the contemporary concerns and needs of Muslims today. My main interest is how the meaning of the Qur∞ån can be related to the life of the Muslim, in a sense its application to day-to-day practicalities in different times, circumstances and places, particularly as it relates to the concerns and needs of the modern period.”5

Dalam pernyataannya, Abdullah Saeed mengatakan bahwa dalam meneliti suatu ayat, argumen-argumennya menggunakan pendekatan kontekstual karena lebih fleksibel dalam menginterpretasikan ayat-ayat Al-Qur‘an dengan memperhatikan konteks sosio-historis pada masa pewahyuan. Abdullah saeed memiliki tujuan utama dalam hal ini, yaitu agar makna Al-Qur‘an bisa dihubungkan dengan kehidupan umat Islam, dengan arti teraplikasi dalam

5 Abdullah saeed, Interpreting the Qur’an: Towards a Contemporary Approach, (Routledge: 2 Park Square, Milton Park, Abingdon, Oxon OX14 4RN, 2006), h. 1.

(24)

kehidupan sehari-hari di waktu, keadaan, dan tempat yang berbeda, dan yang paling penting untuk kebutuhan umat Islam pada zaman modern.

Penafsiran dengan memperhatikan konteks yang mengelilingi Al-Qur‘an menjadi penting, mengingat kenyataan bahwa Al-Qur‘an menjadi rujukan umat Islam dalam beragama, maka tafsiran dari ayat Al-Qur‘an pun mempengaruhi kecendrungan dan pandangan hidup umat Islam dalam beragama maupun bermasyarakat. Sementara kehidupan selalu mengalami perubahan, maka abdullah saeed berupaya menafsirkan Al-Qur‘an dengan melihat secara konteks sosio-historis agar Al-Qur‘an dapat diaplikasikan terhadap perubahan pada tiap zaman.

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang di atas, ayat syirik dapat dikotekstualisasikan dengan aplikasi teori penafsiran kontekstual Abdullah Saeed. Untuk melihat fenomena syirik pada zaman dahulu dan zaman modern dan lebih berhati-hati dalam bertindak dan berucap serta tidak mudah menghakimi seseorang dengan ilmu yang terbatas.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mencoba mengidentifikasi masalah yakni:

a. Banyak dari kita yang tidak memahami apa itu syirik dan menjadikan mereka mudah menghakimi seseorang melakukan perbuatan syirik b. Menyembah sesuatu yang lain seakan-akan ada yang lebih kuasa

disamping Allah

c. Meninggalkan ibadah dan mementingkan tujuan yang tidak sesuai syari’at agama

d. Hilangnya kemurnian tauhid dari diri seseorang e. Kurang nya pemahaman dari dampak syirik

(25)

6

2. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan arah penelitian ini, maka pembatasan masalah yang dilakukan penulis ialah melihat fenomena syirik pada zaman dahulu dan zaman modern agar tidak salah memahami syirik dengan mengkaji penafsiran kontekstual dalam surah An-Nisā’ ayat 116-117.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

a. Bagaimana kontekstualisasi ayat syirik dengan pendekatan kontekstual Abdullah Saeed?

b. Bagaimana relevansi penafsiran ayat syirik dengan pendekatan kontekstual Abdullah Saeed dalam konteks modern?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini untuk:

1. Menganalisis kontekstualisasi ayat syirik dengan pendekatan kontekstual Abdullah Saeed.

2. Menjabarkan relevansi penafsiran ayat syirik dengan pendekatan kontekstual Abdullah Saeed dalam konteks modern.

D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis

Dari aspek teoritis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan sumbangsih khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, dan diharapkan mampu menjadi kontribusi bagi para pengkaji Al-Qur’an dan Tafsir dalam penelitian kontekstualisasi ayat-ayat syirik menggunakan teori Abdullah Saeed.

(26)

2. Aspek Praktis

Dari aspek praktis, melalui penelitian ini diharapkan bisa membuka mata dan hati masyarakat luas khususnya umat Islam untuk tidak terjerumus dalam lubang kesyirikan dan bisa menghindari syirik yang terjadi pada saat ini.

E. Tinjauan Pustaka

Adapun penelitian yang relevan:

1. Pertama, skripsi oleh Laily Alifah dalam penelitiannya yang berjudul

“Moh. E. Hasim tentang Sesajen dan Ziarah Kubur dalam Tafsir Ayat Suci Lenyepaneun (Telaah Ayat-ayat tentang Syirik dan Wasilah)” tahun 2018.

Hasil dari penelitian ini yaitu, pemikiran Moh. E. Hasim terkait Syirik bahwa sesajen dan Ziarah kubur dengan maksud bertawasul kepada orang yang sudah meninggal baik Nabi sekalipun merupakan perbuatan yang tidak ada contohnya dari nabi dan para pelakunya bisa menjadi musyrik.

Menurutnya tawasul hanya boleh dilakukan dengan amal saleh dan meminta didoakan kepada orang yang masih hidup.6

Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pemilihan pemikiran penafsiran yang dipakai. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu sama dalam meneliti ayat-ayat syirik. Dengan adanya penelitian pada skripsi ini menambah referensi pengumpulan data dari segi keberagaman perilaku syirik seperti sesajen dan ziarah kubur dengan maksud bertawasul.

2. Kedua, skripsi oleh Dedeh Kurniasih dalam penelitiannya yang berjudul

“Syirik dan Metode Pembersihan Diri dalam Perspektif K.H.M. Zen Syukri” tahun 2019. Fokus utama penelitian ini adalah mengenai syirik dan

6 Laily Alifah, “Moh. E. Hasim tentang Sesajen dan Ziarah Kubur dalam Tafsir Ayat Suci Lenyepaneun (Telaah Ayat-ayat tentang Syirik dan Wasilah)”, (Skripsi Sarjana Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2018).

(27)

8

metode pembersihan diri menurut perspektif K.H.M. Zen Syukri. Hasil penelitian ini yaitu, menurut K.H.M. Zen Syukri syirik terbagi menjadi dua bentuk, syirik jali dan syirik khofi. Metode untuk pembersihan diri menurut K.H.M. Zen Syukri yakni, metode pembersihan diri dari syirik jali dengan tasdiq terhadap kalimat La Ilaha Illallah yang dapat dicapai dengan dengan tiga dasar, yaitu dengan ilmu yakin, ‘ainul yakin dan haqqul yakin.

Sedangkan Metode pembersihan diri dari syirik khafi, intropeksi diri dalam habluminallah (hubungan dengan Allah) dan habluminannās (hubungan dengan manusia).7

Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis ialah sama- sama meneliti bentuk-bentuk dari syirik. Sedangkan perbedaanya ialah penulis mengkontekstualisasikan ayat syirik dengan menggunakan pendekatan Abdullah Saeed. Dengan adanya penelitian pada skripsi ini menambah gambaran bentuk-bentuk syirik dan metode pembersihannya.

3. Ketiga, skripsi oleh Ahmad Fahmi dalam penelitiannya yang berjudul

“Penafsiran Ayat-Ayat Syirik dalam Al-Qur‘an (Studi Kajian Tafsir Wahbah Az-Zuhaili)” tahun 2019. Fokus penelitian ini adalah terdapat pada surah An-Nisā’ ayat 48. Hasil dari penelitian ini ialah pada surat An- Nisā’ ayat 48, Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan ayat tersebut menginformasikan bahwa Dia tidak akan mengampuni orang yang menyekutukan-Nya (syirik). Yang dimaksud dengan menyekutukan (syirik) adalah semua jenis kekafiran termasuk yang dipraktikan oleh orang Yahudi dan juga oleh orang lain. Sebab akibat perbuatan syirik adalah disebabkan manusia tidak mengacu sepenuhnya terhadap kekuasaan Allah bahwa Allah memiliki kekuasaan mutlak sedangkan manusia tidak memiliki kekuasaan sepenuhnya sehingga bisa mempertimbangkan

7 Dedeh Kurniasih, “Syirik Dan Metode Pembersihan Diri Dalam Perspektif K.H.M.

Zen Syukri”, (Skripsi Sarjana Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, 2019).

(28)

petunjuk bagaimana kehendak Allah. Allah memerintahkan untuk kembali kepada-Nya dengan pertobatan dan keikhlasan, memurnikan amal ibadah hanya untuk-Nya, menaati-Nya dan bertobat kepada-Nya dari semua dosa.

Apabila kalian telah kembali kepada-Nya, maka janganlah kalian lantas merasa aman sehingga kalian pun meninggalkan dan mengabaikan ibadah kepada-Nya.8

Perbedaanya penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu, penulis mengkaji tafsiran ayat syirik secara kontekstual. Sedangkan persamaannya, yaitu sama-sama mengkaji penafsiran ayat terkait syirik. Dengan adanya skripsi ini dapat menambah gambaran mengenai penafsiran ayat-ayat syirik dalam pandangan Wahbah Mustafa Az-Zuhaili.

4. Keempat, tesis oleh Mas’an dalam penelitiannya yang berjudul “Ayat Larangan Syirik dan Perintah Birrul Walidain dalam Al-Qur‘an (Kajian Semiotik Al-Qur‘an)” tahun 2019. Penelitian ini melihat ayat-ayat syirik dengan setelahnya diikuti perintah birrul walidain. Hasil dari penelitian ini yakni, pada surah Al-Baqarah ayat 83, surah An-Nisā’ ayat 36, surah Al- An‘am ayat 151 dan surah Al-Isrā’ ayat 23, ada kesamaan makna ayat.

Keempat ayat tersebut sama-sama membahas tentang perintah larangan syirik yang kemudian diikuti dengan perintah birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua). Hal ini menunjukkan bahwa perintah untuk meninggalkan perbuatan syirik sama kuatnya dengan perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.9

Demikian istimewa kedudukan orang tua dalam Islam karena perintah ihsan kepada ibu bapak diletakkan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur‘an

8 Ahmad Fahmi, “Penafsiran Ayat-Ayat Syirik Dalam Al-Quran (Studi Kajian Tafsir Wahbah Az-Zuhaili)”, (Skripsi Sarjana Fakultas Ushuluddin dan Adab Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2019).

9 Mas’an, “Ayat Larangan Syirik dan Perintah Birrul Walidain Dalam Al-Qur’an (Kajian Semiotik Al-Qur’an)”, (Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Al Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuludin, Adab Dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Pekalongan, 2019).

(29)

10

langsung setelah perintah beribadah hanya kepada-Nya atau setelah larangan mempersekutukan-Nya. Oleh karena itu, hukum birrul walidain adalah wajib. Pesan-pesan yang terdapat dalam ayat-ayat larangan Syirik dengan perintah Birrul walidain adalah manusia diperintahkan oleh Allah untuk menyembah hanya kepada-Nya saja dan tidak menyekutukannya dengan apa pun, manusia diperintahkan untuk berbuat baik kepada sesamanya terutama kepada kedua orang tua, dan berbakti kepada orang tua adalah kewajiban yang tidak pernah selesai ditunaikan.

Persamaannya yakni, sama-sama mengkaji ayat tentang syirik dan perbedaannya dari kajian yang diguankan. Kontribusinya adalah memeberikan wawasan terkait larangan syirik dengan diikuti perintah birrul walidain.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan dari penelitian kepustakaan (Library Research). Disebut penelitian kepustaakan karena data-data atau bahan- bahan yang diperlukan dalam menyelesaikan penelitian tersebut berasal dari kepustakaan baik berupa buku, ensiklopedia, kamus, jurnal, dokumen, majalah, dan sebagainya. Kegiatan dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data dengan menggunakan metode atau teknik tertentu guna mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi.10

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena- fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik,

10 Nursapia Harahap, “Penelitian Kepustakaan”, Iqra’ 08, no. 1, Mei (2014): h. 68.

(30)

perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya.11 Pada dasarnya penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu. Misalnya situasi dan kondisi dengan hubungan yang ada, pendapat-pendapat yang berkembang, akibat atau efek yang terjadi dan sebagainya.

2. Sumber Data

a. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama selama berada di lokasi penelitian atau objek penelitian.12Sumber data primer pada penelitian ini buku-buku karya Abdullah Saeed terutama buku Interpreting The Qur’an:

Towards a Contemporary Approach (2006), Al-Qur’an abad 21, kitab-kitab tafsir klasik, era pertengahan, Kontemporer dan kamus- kamus Arab.

b. Sumber data sekunder (tambahan), menurut Hasan (2002: 58) data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.13Sumber data sekunder pada penelitian ini yaitu buku-buku atau literatur lain yang mendukung penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah metode studi dokumentasi. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

11 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2005. h. 72.

12 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenanda Median Group, 2005), h. 132.

13 Lihat, https://raharja.ac.id/2020/11/08/data-sekunder/, diakses pada tanggal 31 Desember 2021 jam 00.35 WIB

(31)

12

utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Dalam hal ini, penulis akan menggunakan metode dokumentasi, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang, metode dokumentasi bisa berupa catatan transkip buku dan sebagainya, dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar.14 Mencari dan mengumpulkan informasi dari berbagai literatur lain yang membahas tentang syirik. Kemudian menelusuri ayat- ayat syirik di dalam Al-Qur’an. Memadukan berbagai sumber yang telah didapat, baik dengan cara mengutip secara lansung maupun tidak langsung dan lain sebagainya.

4. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan content analysis atau analisis isi. Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Menurut Rahmat Kriyantono, teknik sistematis untuk menganalisis suatu pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan mengnalisis isi perilaku kominikasi yang terbuka dari komunikator yang terpilih.15

Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam menganalisa data yaitu:

pertama, menentukan judul. Judul yang dipilih penulis untuk penelitian ini adalah Kontekstualisasi Penafsiran Ayat-Ayat Syirik (Aplikasi Tafsir Konstekstual Abdullah Saeed (L. 1964). Kedua, mengumpulkan data-data seperti literatur-literatur, karya tulis, kitab-kitab tafsir, kamus-kamus Bahasa Arab yang berkaitan dengan penelitian ini. Ketiga, merumuskan

14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.329.

15 Jumal Ahmad, “Desain Penelitian Analisis Isi (Content Analysis)”, ResearchGate, (2018), h. 2.

(32)

masalah. Keempat, menyajikan data dan gagasan terhadap ayat-ayat syirik dalam penelitian ini dengan mengaplikasikan penafsiran kontekstual Abdullah Saeed. Kelima, atau yang terakhir menyusun laporan hasil penelitian.

5. Pendekatan Penelitian

Abdullah Saeed telah menawarkan sebuah gagasan metodologis yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam menginterpretasikan Al- Qur’an. Setidaknya ada beberapa gagasan dan prinsip kunci dalam penafsiran kontekstual Abdullah Saeed yang harus dipahami yakni, wahyu dan kontekstualisasi, nilai-nilai hierarkis Al-Qur’an, teks-teks parallel dari Al-Qur’an dan Hadis, makna dari kerangka kontekstual, dasar-dasar agama dan penafsirannya, dan penafsiran Al-Qur’an secara kontekstual.16

Untuk mengkontekstualisasikan ayat Al-Qur’an dengan pendekatan Abdullah Saeed harus memperhatikan nilai-nilai hierarki di dalam Al- Qur’an. Nilai-nilai hierarki dalam Al-Qur’an antara lain: pertama nilai- nilai yang wajib, kedua nilai-nilai fundamental, ketiga nilai-nilai perlindungan, keempat nilai-nilai implementasi, kelima nilai-nilai intruksional.17 Kemudian memperhatikan poin gagasan penafsiran Al- Qur’an secara kontekstual, Langkah-langkah nya, yaitu:

Menurut Saeed makna bersifat interaktif, artinya pembaca (penafsir) bukanlah penerima pasif yang hanya menerima makna begitu saja tetapi

16 Mk Ridwan, “Metodologi Penafsiran Kontekstual: Analisis Gagasan dan Prinsip Kunci Penafsiran Kontekstual Abdullah Saeed”, Islamic Studies and Humanities 1, No. 1, Juni (2016): h. 11.

17 Abdullah Saeed, Reading The Qur’an in the Twenty-First Century A Contextualist Approach, Terj. Ervan Nurtawab, Al-Qur’an Abad 21 Tafsir Kontekstual, (Cet. I, Bandung:

Mizan Pustaka, 2016), h. 110.

(33)

14

ikut aktif dalam memproduksi makna.18 Pada poin ini penulis akan jabarkan langkah-langkah Abdullah Saeed menafsiran ayat secara kontekstual.

Gambar 1. 1 Langkah-langkah Penafsiran

Sumber: Abdullah Saeed, Interpreting the Qur’an: Towards a Contemporary Approach, Paradigma, Prinsip, dan Metode Penafsiran Kontekstualis Atas Al-Qur’an.

Selanjutnya akan diuraikan sesuai tahap-tahap pada istilah di atas.

18 Abdullah Saeed, Interpreting the Qur’an: Towards a Contemporary Approach, Terj. Lien Iffah Naf’atu Fina dan Ari Henri, Paradigma, Prinsip, dan Metode Penafsiran Kontekstualis Atas Al-Qur’an, (Yogyakarta: Lembaga Ladang Kata, 2015), h. 295.

Model Penafsiran Teks

Tahap I: Perjumpaan dengan Dunia Teks Tahap II: Analisis Kritis

Linguistik Konteks literer Teks-teks yang berkaitan

Presenden

Tahap III: Makna bagi Penerima Pertama Konteks sosio-historis

Pandangan dunia

Hakikat Pesan: hukum, teologis, etis Pesan: kontekstual versus universal Hubungan pesan dengan keseluruhan Al-Qur’an

Tahap IV: Makna untuk Saat Ini Analisis konteks saat ini

Konteks saat ini dengan konteks sosio-historis Makna dari penerima pertama kepada saat ini

Pesan: kontekstual versus universal Penerapan untuk saat ini

(34)

Tahap pertama, perkenalan teks dan dunianya secara umum. Tahap ini bersifat umum dan belum masuk pada tahap analisis.19

Tahap kedua,20 pada tahap ini seorang penafsir memperhatikan apa yang dimaksud oleh teks itu sendiri tanpa menhubungkan komunitas penerima pertama dan masyarakat masa kini. Apa yang dimaksud oleh teks bisa dijangkau melalui beberapa aspek terkait. Pertama, linguistik.

Analisis ini berhubungan dengan bahasa teks, makna kata dan frase, sintaksis. Secara umum semua persoalan yang berhubungan dengan linguistik dan gramatikal serta mencakup di dalamnya masalah qirā’āt (varian dalam membaca teks).

Kedua, konteks literer atau sastra. Mengetahui bagaimana cara teks yang dimaksud berfungsi dalam surat tertentu atau secara luas dalam Al- Qur’an. Misal, ayat apa saja yang ada sebelum dan sesudah ayat dimaksud, bagaiamana komposisi dan strukstur teks nya, dan bagaimana gaya retorisnya. Ketiga, bentuk sastra. Mengidentifikasi apakah teks yang dimaksud ini merupakan ayat kisah, ibadah, peribahasa, perumpamaan, atau hukum. Bentuk sastra ayat yang ditafsirkan sangat penting dan berkaitan dengan maknanya.

Keempat, teks-teks yang saling berkaitan. Menelusuri teks-teks lain yang senada dengan teks yang dimaksud, lalu jika ada maka sejauh mana tingkat persamaan dan perbedaannya. Kelima, preseden. Mengidentifikasi ayat-ayat yang memiliki kesamaan isi maupun maknanya dan menganalisis kronologi wahyu, maksudnya apakah ayat tersebut turun sebelum atau sesudah ayat yang dimaksud.

19 Abdullah Saeed, Interpreting the Qur’an: Towards a Contemporary Approach, Terj. Lien Iffah Naf’atu Fina dan Ari Henri, Paradigma, Prinsip, dan Metode Penafsiran Kontekstualis Atas Al-Qur’an, h. 296.

20 Abdullah Saeed, Interpreting the Qur’an: Towards a Contemporary Approach, Terj. Lien Iffah Naf’atu Fina dan Ari Henri, Paradigma, Prinsip, dan Metode Penafsiran Kontekstualis Atas Al-Qur’an, h. 297.

(35)

16

Tahap ketiga,21 menelusuri dan mengaitkan teks dengan konteks sosio-historis pada masa pewahyuan untuk mengetahui bagaimana wahyu tersebut dipahami oleh penerima pertama. Pertama, analisis kontekstual:

hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu mencari informasi historis dan sosial yang akan ditafsirkan meliputi analisis sudut pandang, budaya, kepercayaan, norma, nilai-nilai dan institusi pada penerima pertama Al- Qur’an di Hijaz. Penelusuran di atas juga termasuk penelusuran penerima khusus seperti tempat, waktu, serta kondisi disaat persoalan-persoalan yang spesifik muncul seperti, ranah politik, hukum, budaya, ekonomi dan ranah lainnya.

Kedua, menentukan hakikat pesan yang disampaikan oleh ayat yang ditafsirkan, apakah ayat tersebut termasuk ayat hukum, teologis atau etis.

Ketiga, mengidentifikasi apakan pesan dari ayat tersebut bersifat universal (tidak spesifik pada situasi dan kondisi, masyarakat, atau konteks tertentu) atau hanya relevan bagi konteks penerima pertama. Kemudian menentukan hirarki nilai berdasarkan ayat tersebut.

Keempat, meneliti bagaimana pesan yang ada pada ayat tersebut ketika dikaitkan dengan tujuan dan persoalan yang lebih luas dalam Al-Qur’an.

Bagian yang terakhir yaitu mengevaluasi ayat tersebut diterima oleh penerima pertama, bagaimana mereka menafsirkat ayat-ayat Al-Qur’an, serta memahami dan megamalkannya.

Tahap keempat,22 pada tahap ini penafsir berusaha menghubungkan teks dengan konteks masa kini. Pertama, menentukan persoalan, masalah, dan kebutuhan yang ada pada saat ini yang tampak relevan pada pesan ayat

21 Abdullah Saeed, Interpreting the Qur’an: Towards a Contemporary Approach, Terj. Lien Iffah Naf’atu Fina dan Ari Henri, Paradigma, Prinsip, dan Metode Penafsiran Kontekstualis Atas Al-Qur’an, h. 298.

22 Abdullah Saeed, Interpreting the Qur’an: Towards a Contemporary Approach, Terj. Lien Iffah Naf’atu Fina dan Ari Henri, Paradigma, Prinsip, dan Metode Penafsiran Kontekstualis Atas Al-Qur’an, h. 299.

(36)

yang ditafsirkan. Kedua, melakukan eksplorasi konteks sosial, politik, ekonomi, dan adat istiadat yang relevan dengan teks yang sedang ditafsirkan. Ketiga, mengeksplorasi nilai, norma-norma, dan institusi- institusi yang berkaitan dengan ayat tersebut.

Keempat, membandingkan konteks masa kini dengan konteks sosio- historis ayat untuk mengetahui serta memahami persamaan dan perbedaan dari keduanya. Kelima, menghubungkan bagaimana makna ayat tersebut dipahami, ditafsirkan, dan diamalkan oleh penerima pertama dengan konteks masa kini, setelah memahami persamaan dan perbedaan diatas.

Dan bagian terakhir yaitu melakukan evaluasi universalitas atau kekhususan pesan yang disampakain oleh teks dan sampai mana ayat tersebut berkaitan atau tidak dengan tujuan dan persoalan yang lebih luas dalam Al-Qur’an.

Tahap-tahap di atas akan dapat mengantarkan penafsir kepada pengaplikasian pesan ayat yang akan ditafsirkan dalam konteks masa kini dan memungkinkan aplikasi yang lebis luas lagi dalm lingkup kontemporer.

G. Teknik dan Sistematika Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini menggunakan buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertai Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta (edisi revisi) yang diterbitkan oleh IIQ Press, cetakan ke-2 tahun 2011. Adapun sistematika pembahasan penelitian ini terdiri dari lima bab, setiap babnya memuat beberapa sub bahasan sebagai berikut.

Bab Pertama, berisi pendahuluan yang mencakup keterkaitan ruang lingkup penelitian, yaitu merupakan gambaran–gambaran umum dari keseluruhan isi skripsi meliputi: latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian,

(37)

18

teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pendekatan penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab Kedua, berfokus pada tinjauan umun penelitian dengan sub pembahasan sebagai berikut: pengertian syirik yang terdiri dari pembagian, bentuk-bentuk, dan dampak dari perbuatan syirik. Kemudian akan dicantumkan juga ayat-ayat dalam Al-Qur’an terkait syirik beserta analisanya, pandangan ulama terkait syirik dan metode yang akan digunakan.

Bab Ketiga, bab ini berisi biografi Abdullah Saeed. Terdapat lima poin, di antaranya yaitu biografi dan perjalanan intelektual Abdullah Saeed, perjalanan karier, karya-karya, latar belakang pemikiran dan gagasan kontekstual ayat.

Bab Keempat, bab ini berisi temuan dan hasil penelitian, mencakup:

penafsiran kontekstual ayat syirik dengan pendekatan kontekstual Abdullah Saeed dan relevansi penafsiran tersebut dalam konteks modern.

Bab Kelima, bab ini merupakan penutup berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk pembaca juga penulis. Selain itu penulis juga menyertakan daftar Pustaka.

(38)

91 BAB V PENUTUP

Setelah penulis paparkan penafsiran surah an-nisa ayat 116-117 menggunakan teori abdullah saeed dan relevansinya terhadap kehidupan saat ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan terkait ayat syirik dalam surah An-Nisā ayat 116-117 dengan penafsiran kontekstual ayat Abdullah Saeed, ayat ini bersifat universal dalam redaksi maupun misinya.

Ayat ini menyangkut kesyirikan yang terjadi pada masa Arab Jāhiliyyah dahulu pada abad ke-7. Reformasi yang dibawa oleh Al-Qur’an melalui Nabi Muhammad untuk memperbaiki akhlak dan aqidah manusia, memberantas penyimpangan yang terjadi saat itu telah memberikan tatanan kehidupan yang seharusnya ada di tengah-tengah masyarakat. Sejalan dengan pendapat Abdullah Saeed yang menyatakan bagian penting Al-Qur’an adalah pelajaran dan bimbingan kepada manusia dan interaksi yang baik terhadap sesama tanpa memandang ras, suku, atau warna kulit. Berlaku adil, jujur, dan saling menghormati satu sama lain. Umat Islam juga diperintahkan untuk tidak melakukan tindak kejahatan, ekstrim, ẓalim, tindakan diluar nalar dan semua ini mengantarkan kepada kesyirikan.

Kesyirikan yang terjadi pada saat ini tidak ditandai dengan penyembahan berhala secara nyata tapi kebanyakan tindakan sekarang lebih kepada ucapan dan tindakan yang tanpa sadar telah membawa kepada kesyirikan. Namun saat ini manusia hidup dalam dunia yang tidak sempit dalam mempelajari segala hal tentang keilmuan, baik ilmu agama maupun dunia. Namun dalam hal ini karena perbedaan zaman, menghakimi seseorang

(39)

92

syirik tanpa dasar ilmu yang cukup tidak diperbolehkan sebab ini adalah bentuk ikut campur urusan Allah dengan hamba-Nya.

B. Saran-saran

Penafsiran Al-Qur’an dari masa ke masa khususnya pada aspek metodeloginya mengalami perkembangan yang sangat pesat. Karena pada dasarnya pesan-pesan yang terkandung di dalam Al-Qur’an secara umum masih belum sepenuhnya dipahami secara holistik dan komprehensif. Semua itu karena keterbatasan teori atau metode untuk membuka dan memahami pesan-pesan tersembunyi di setiap ayat Al-Qur’an.

Metode tafsir kontekstual Abdullah Saeed merupakan metode yang bertumpu pada konteks sosio-historis di mana saat akan melakukan penafsiran, seorang mufasir harus memperhatikan konteks pada masa awal sebelum menarik kesimpulan untuk menentukan kebutuhan era modern. Oleh karena itu masih banyak ayat-ayat yang berhubungan dengan kemasyarakatan yang perlu dikontekstualisasikan dengan metode ini untuk menjawab tuntutan dunia sekarang.

Menurut penulis, Abdullah Saeed belum memberikan contoh spesifik mengenai penelitian ini, maka sedikit banyak mengikuti plot alur penulis sendiri, tetapi prinsip dan logika berpikir berdasarkan metode kontekstual Abdullah Saeed. Oleh karena itu, dalam penelitian ini masih dapat mengalami perbaikan dan penyempurnaan.

Selain itu, selesainya penelitian ini bukan berarti berakhirnya sebuah kajian, karena masih dapat dilakukan penelitian yang lebih komprehensif dan mendalam mengenai ayat ini. Maka akan sangat menarik jika ditemukan hal- hal baru dalam mengkaji ilmu-ilmu tafsir. Karena penulis hanya manusia biasa maka sangat wajar jika ditemukan beberapa kesalahan dalam penelitian ini.

Jadi, diharapakan kepada para pembaca untuk memberikan saran yang baik

(40)

dan membangun sehingga pada akhirnya penulis bisa lebih baik lagi dalam melakukan riset dan kajian ilmiah.

(41)

94

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abu Bakar Ahmad bin Al-Hussaīn bin Ali Al-Baīhaqi. As-Sunan Al-Kubra wa fī żaīlihi Al-Jawhar An-Naqī. Juz 10. Hindia: Majlis Dāirah Al-Ma’ārif An-Niẓāmiyah Al-Kāinah.

Abu Daud Sulaiman Bin Asy‘ats Assijistani. Sunan Abi Daud. Juz 3. Beirut:

Perpustakaan Darul Kutub Alaraby.

Abu Husain Muslim bin Al-hajjaj bin Muslim Al-qusyairi Annaisaburi. Al- Jami’ Aṣ-ṣahih Al-Musamma ṣahih Muslim. Juz 7. Beirut:

Perpustakaan Darul Jil dan Darul Afaqul Jadidah.

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari. Jami’ Al-Bayan an Ta’wil Ayi Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

Ahmad Bin Hanbal Abu Abdullah Assyaibani. Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal. Juz 5. Kairo: Perpustakaan Muassasah Cordoba.

Al-Buthy, Muhammad Said Ramadhan. Fiqhus Sirah: Dirasat Manhajiah

‘Ilmiyah li Siratil-Musthafa ‘alaihis-Shalatu was-Salam, terj. Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam Di Masa Rasulullah SAW. Jakarta: Robbani Press, 1999.

Aż-Żahabi, Imam. Al-Kabair Galaksi Dosa. Jakarta: PT Darul Falah, 2007.

Amrullah, Abdul Malik Karim. Tafsir Al-Azhar, Juz I. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.

As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo, 1994.

Al-Asfahani, Ar-Ragib. Al-Mufradat fi Gharibil Qur’an, terj. Ahmad Zaini Dahlan, Kamus Al-Qur’an. Depok: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017.

Bakker Anton dan Achmad Charris Zubair. Metode Penelitian Filsafat.

Yogyakarta: kanisius, 1990.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenanda Median Group, 2005.

Cawidu, Harifuddin. Konsep Kufr dalam Al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang, 1991.

Daradjat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 2005.

Effendy, Mochtar. Ensiklopedi Agama dan Filsafat. Palembang: Universitas Sriwijaya, 2001.

Fuad Abdul Baqi’, Muhammad. Mu’jam al-Mufarasah li al-Fazh Al-Qur’an al- Karim. Kaherah: Dar al-Hadis, 1954.

(42)

Ghazali, Khairul. Mereka Bukan Thaghut Meluruskan Salah Paham Tentang Thaghut, t.tp. Grafindo Khazanah Ilmu, 2011.

Al-Hijjatul Islam Al-Imam Abu Hamid Al Ghazali. Bidāyatul Hidāyah. Beirut:

Dār ṣadir.

‘Imaduddin ‘Abdulrahim, Muhammad. Kuliah Tauhid. Jakarta: Gema Insani Press, 2002.

Kamus Bahasa Indonesia atau Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Jakarta:

Pusat Bahasa, 2008.

Katsir, Ibnu. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim. Terj. Arif Rahman Hakim, Dkk, Tafsir Ibnu Katsir. Jilid 3. Surakarta: Insan Kamil, 2015.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Tafsir Ringkas Al-Qur’an Al-Karim (Jilid 1). Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an, 2016.

Al-Khumayyis, Muhammad Bin Abdurrahman. Pandangan Ulama Bermazhab Syafi’i Tentang Syirik.

Al-Maraghy, Ahmad Musthafa. Tafsir Al-Maraghy, Terj. Bahrun Abu Bakar, Tafsir Al-Maraghy. Semarang: Toha Putra, 1985.

Al-Maududi, Abul A'la. Toward Understanding Islam, terj. Elwin Siregar, Dasar-dasar Aqidah Islam. Jakarta: Media Dakwah, 1986.

Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. Ar-Rahiqul Makhtum, Bahtsun Fis- Sirah An-Nabawiyah Shahibiha Afdhalish Shalati Was-Salam. Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2007.

Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri. Ensiklopedi Islam Al- Kamil. Jakarta: Darus Sunnah, 2010.

Al-Munajjid, Muhammad Shalih. Dosa-dosa yang Diremehkan Manusia.

Solo: Zamzam, 2012.

Nawawi dan Nurnaningsih. LANDASAN HUKUM PERSIHIRAN DAN PERDUKUNAN (Perspektif Islam). Makassar: Pusaka Almaida Makassar, 2017.

Nugrahani, Farida. Metode Penelitian Kualitatif dalam Bidang Pendidikan Bahasa. Surakarta: 2014.

Prihadhi, Endra K. Makhluk Halus dalam Fenomena Kemusyrikan. Jakarta:

Salemba Diniyah, 2004.

Al-Qathan, Manna. Mabahits fi Ulumil-Quran. Maktabah Ma’arif, 2000.

Al-Qurthubi, Imam. Al-Jami’li Ahkam Al-Qur’an. Terj. Faturrahman, Ahmad Hotib, Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Rohmanu, Abid. Paradigma Teoantroposentris dalam Konstelasi Tafsir Hukum Islam. Yogyakarta: Ircisod, 2019.

(43)

96

Saeed, Abdullah. Interpreting the Qur’an: Towards a Contemporary Approach. Routledge: 2 Park Square, Milton Park, Abingdon, Oxon.

2006.

_____. Interpreting the Qur’an: Towards a Contemporary Approach. Terj.

Lien Iffah Naf’atu Fina dan Ari Henri, Paradigma, Prinsip, dan Metode Penafsiran Kontekstualis Atas Al-Qur’an. Yogyakarta: Lembaga ladang kata, 2015.

_____. Reading The Qur’an in the Twenty-First Century A Contextualist Approach. Terj. Ervan Nurtawab, Al-Qur’an Abad 21; Tafsir Kontekstual. Bandung: Mizan Pustaka, 2016.

Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan. At-Tuhid Lish Shafits Tsalits al- Ali. Terj. Ainul Haris Arifin, Kitab Tuhid. Jakarta: Daarul Haq, 2005.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Miṣbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

_____. Tafsir Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 2 _____. Tafsir Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 4 _____. Tafsir Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 5 _____. Tafsir Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 11.

_____. Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosa kata. Jilid 3. Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Ali Asy-Syaikh, Panduan Akidah Wanita Muslimah. Surabaya: Darussalam, 2004.

Aṭ-Ṭahawiy, Abu Ja‘far. Al-‘Aqidatu Aṭ-Ṭahawiyah, terj. Abu Zur‘ah Aṭ- Ṭaybi, ‘Aqidah Aṭ-Ṭahawiyah: Matan dan Terjemah. Surabaya:

Pustaka Syabab.

Wahid bin Abdissalam Baali. Sihir dan Guna-Guna: Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur’an dan Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2009.

Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2004 dan 2006.

Zen Syukri, K.h.m. Cahaya Di Atas Cahaya. Jakarta: Azhar, 2012.

Al-Zu³ḥali, Wahbah. At-Tafsr³ul-Mun³r: Fil’Aqidah wasy-Syariiah wan Manhaj, Terj. Abdul Hayyie Al-Kattani, Dkk, Tafsir Al-Munir:

Aqidah, Syariah, dan Manhaj. Jilid 3. Jakarta: Gema Insani, 2013.

(44)

B. Jurnal

Ahmad, Jumal. Desain Penelitian Analisis Isi (Content Analysis).

ResearchGate, 2018.

Halimah, Siti. Penerapan Hermeneutika Dalam Kajian Islam Nasr Hamid Abu Zayd, Al-Makrifat Vol 1, No 1, April 2016.

Harahap, Nursapia. Penelitian Kepustakaan. Iqra’ 08, No. 1 Mei 2014.

Hukmiah dan Masri Saad. Al-Qur’an antara Teks dan Konteks. Dirasat Islamiah: Jurnal Kajian Keislaman 1, no. 1, Juni 2020.

Ismail, Roni. Hakikat Monoteisme Islam Kajian Atas Konsep Tauhid “Laa Ilaaha Illallah”. Religi X, No. 2 Juli 2014.

Muh. Said, Nurhidayat. Dakwah Dan Problematika Umat Islam, Jurnal Dakwah Tabligh 14, No. 1 Juni 2013.

Muliadi, Agus. Penafsiran Al-Qur’an Di Era Modern: Studi Model Penafsiran Kontekstual Abdullah Saeed. Maqosid IX, No. 02 Agustus-Desember 2021.

Suriansyah, Eka dan Suherman, Melacak Pemikiran Al-Qur’an Abdullah Saeed. Kajian Islam I 3, No. 1 April 2011.

Ridwan, Mk. Metodologi Penafsiran Kontekstual: Analisis Gagasan dan Prinsip Kunci Penafsiran Kontekstual Abdullah Saeed. Islamic Studies and Humanities 1, No. 1 Juni 2016.

Ummah, Sun Choirol. Metode Tafsir Kontemporer Abdullah Saeed. Humanika 18, No. 2 September 2018.

Zaini, Achmad. Model Interpretasi Al-Qur’an Abdullah Saeed,” Islamica 6, No. 1 September 2011.

C. Skripsi

Alifah, Laily. Moh. E. Hasim tentang Sesajen dan Ziarah Kubur dalam Tafsir Ayat Suci Lenyepaneun (Telaah Ayat-ayat tentang Syirik dan Wasilah). Skripsi Sarjana. Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, 2018.

Fahmi, Ahmad. Penafsiran Ayat-Ayat Syirik Dalam Al-Quran (Studi Kajian Tafsir Wahbah Az-Zuhaili). Skripsi Sarjana. Fakultas Ushuluddin Dan Adab Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin, Banten, 2019.

Kurniasih, Dedeh. Syirik Dan Metode Pembersihan Diri Dalam Perspektif K.H.M. Zen Syukri. Skripsi Sarjana. Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah, Palembang, 2019.

(45)

98

Mas’an. Ayat Larangan Syirik dan Perintah Birrul Walidain Dalam Al-Qur’an (Kajian Semiotik Al-Qur’an). Skripsi Sarjana. Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri, Pekalongan, 2019.

D. Internet

Abu ihsan al-atsari, syirik dan macam-macamnya. Diakses:

https://adoc.pub/syirik-dan-macam-macamnya.html (30 Desember 2021) Abu Haidar As-Sundawy, Syirik Pada Zaman Jahiliyah dan Tindakan Pencegahannya. Diakses: https://www.radiorodja.com/45187-syirik-pada- zaman-jahiliyah-dan-tindakan-pencegahannya/ (30 Desember 2021)

Al-Bahjah TV, “Hukum Jimat-Buya Yahya Menjawab”, Situs Resmi Al- Bahjah TV. https://www.youtube.com/watch?v=1Mbx97du774&t=127s (9 September 2022).

Syafnidawati, data sekunder. Diakses: https://raharja.ac.id/2020/11/08/data- sekunder/ (31 Desember 2021)

(46)

RIWAYAT HIDUP

Nida Nurul Izzati, lahir di Tangerang 03 Desember 1998, anak ke empat dari empat bersaudara.

Merupakan putri dari pasangan bapak Hery Setiawan dan ibu Rohimah. Pada tahun 2005 penulis menempuh pendidikan di SD Nurul Hidayah dan pada tahun 2008 tepatnya kelas 4, penulis pindah ke SDN Pondok Petir 01. Lulus dari SD, penulis melanjutkan kembali pendidikan tingkat SMP dan SMA di Pondok Pesantren Daarul Rahman 3 Parung. Kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di perguruan tinggi Institut Ilmu Qur’an Jakarta, memilih jurusan Ilmu Qur’an dan Tafsir fakultas Ushuluddin dan Dakwah.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Banyak terimakasih yang tidak bisa penulis jabarkan terutama kepada Allah Swt yang telah menolong dan memberikan kekuatan kepada penulis hingga sampai pada akhir perjalan di bangku perkuliahan ini. Tanpa pertolongan dan kasih sayang-Nya, penulis tidak akan bisa sampai pada titik ini. Banyak terimakasih pula kepada orang tua, keluarga, dosen pembimbing, dan teman-teman yang telah mensupport, membimbing dan memberikan masukan kepada penulis. Skripsi ini penulis persembahkan untuk para pembaca yang semoga bisa mengamalkan dan mengkaji ilmu-ilmu tafsir lebih dalam untuk menjawab persoalan umat Islam yang akan mendatang.

(47)

100 LAMPIRAN

Lampiran 1 Keterangan Cek Plagiarisme

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Persepsi masyarakat pengelola lahan terhadap lingkungan dan manfaat hutan Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi tentang manfaat keberadaan hutan di wilayah DAS

Perbedaan antara anak luar kawin dan anak zina terletak pada saat pembuahan atau hubungan badan yang menimbulkan kehamilan,yaitu apakah pada saat itu salah satu

4.6.4 Minat Menggunakan Internet Banking yang Dipengaruhi Oleh Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi Kredibilitas : Gender sebagai Variabel Moderating Gibson

Berasarkan hasil analisis bioaktif, ekstrak kasar gonad dan utuh dari bulu babi Diadema savignyi mengandung bioaktif jenis alkaloid, steroid, flavonoid, saponin

Ditemukan fenomena menarik, reduksi kemiskinan mengakibatkan meningkatnya tingkat kriminalitas, adanya kecenderungan daerah dengan penduduk berpendidikan tinggi

penangkapan di kedalaman 30-300 m di perairan di atas tubir paparan, sesuai dengan target yaitu ikan kakap laut dalam. Sementara kapal-kapal berukuran lebih kecil yang berpangkalan

Proses desain keseluruhan menggunakan software Adobe Photoshop CS5. Pada setiap desain menggunakan gambar ilustrasi yang dipadukan dengan elemen lainnya seperti teks,

Kalimantan Tengah juga memiliki daerah-daerah yang berpotensi memiliki obejk-objek wista kaya akan alam, budaya, kesenian serta taman buatan, salah satu daerah yang memiliki