• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA READING WORKSHOP : Studi Kuasi Eksperimen di SD Muhammadiyah VII Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA READING WORKSHOP : Studi Kuasi Eksperimen di SD Muhammadiyah VII Bandung."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI 2.1 Pendekatan Pembelajaran Membaca ... 19

2. 2 Membaca ... 19

2. 3 Model Pembelajaran Membaca dengan Reading Workshop.. 31

2.3.1 Reading Workshop: Pengorganisasian Pengajaran ... 33 Halaman

(2)

2.3.2 2.4

Pentingnya Reading Workshop ... Tngkat Kemampuan Membaca ...

41

3.2.1 Pengujian Kualitas Instrumen Penelitian ... 65

3.2.2 Prosedur Pengumpulan Data ... 68 4.1 Proses Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan ReadingWorkshop... 74

4.2 Kemampuan Membaca Pemahaman ... 76

(3)

4.2.2 Kemampuan Awal ... 76

4.2.3 Kemampuan Akhir ... 79

4.3 Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman ... 82

4.3.1 Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Reading Workshop... 82

4.3.2 Peningkatan Kemampuan Berdasarkan Aspek yang Dinilai ... 84

4.3.2.1 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Aspek Literal ... 84

4.3.2.2 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Aspek Inferensial ... 86

4.3.2.3 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Aspek Elaborasi ... 89

4.3.2.4 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Aspek Evaluasi ... 91

4.4 Perbedaan Kemampuan Awal dan Akhir Membaca Pemahaman Melalui Reading Workshop... 93

4.4.1 Uji Sifat Data... 94

4.4.1.1 Uji Normalitas... 94

4.4.1.2 Uji Homogenitas ... 95

4.4.1.3 Uji Linieritas ... 96

4.5 Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Reading Workshop ... 97

4.6 Uji Hipotesis ... 97

4.7 Kualitas Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Reading Workshop ... 98

4.7.1 Kualitas Pembelajaran Membaca Pemahaman Reading Workshop Berdasarkan Hasil Observasi ... 98

4.7.2 Kualitas Model Pembelajaran Membaca dengan Reading Workshop Berdasarkan Angket ... 102

(4)

4.7.2.2 Pengembangan Pengetahuan Latar Belakang Siswa ... 103

4.7.2.3 Jenis-Jenis Teks dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Siswa SD ... 104

4.7.2.4 Proses Pembelajaran Membaca Pemahaman Siswa SD ... 105

4.7.2.5 Evaluasi Pembelajaran Membaca Pemahaman Siswa SD .... 107

4.7.2.6 Hasil Pembelajaran Membaca Pemahaman Siswa SD ... 108

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 111

5.1 Simpulan ... 111

5.2 Saran-saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 116

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 120

A. Alat Pengumpul Data ... 121

B. Data Penelitian ... 145

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting, karena keterampilan ini memiliki banyak fungsi dalam kehidupan manusia, bahkan membaca pun merupakan salah satu faktor paling penting dalam menentukan keberhasilan akademik seseorang. Namun penduduk Indonseia lebih suka menghabiskan waktu di depan televisi ketimbang membaca. Hal ini sesuai dengan penelitian internasional International Education Achievement (IEA) tahun 2000 yang melaporkan bahwa siswa SD Indonesia menduduki urutan ke-38 dan siswa SLTP menduduki urutan ke-34 dari 39 negara dalam hal kemampuan membaca. Persoalannya adalah belum semua orang suka membaca, termasuk mahasiswa jenjang magister dan atau doktoral (Supriyanto, 2001). Persoalan ini membutuhkan penyelesaian dengan segera, dari mana kita harus memulai mengkaji dan menganalisisnya.

Menurut Kepala Pusat Kajian SDM Dinamika, (Sefullah,2001) rendahnya minat baca masyarakat khususnya pelajar/mahasiswa juga bisa dilihat dari hasil survei Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) tahun 1999. Dinyatakan bahwa penduduk Indonesia dalam kurun satu tahun belanja masyarakat membeli buku dan surat kabar hanya sebesar

(6)

Rp 1,9 trilyun, sedangkan belanja untuk rokok mencapai Rp 47 trilyun, dan untuk obat-obat terlarang mencapai Rp 145 trilyun.

Melihat data di atas, ternyata sebagian masyarakat Indonesia belum tertarik untuk belanja buku dan surat kabar, baru sebagian kecil saja yang senang membeli buku dan surat kabar. Ini menunjukkan minat baca masyarakat Indonesia masih rendah.

Minat membaca ini tentunya patut mendapat perhatian serius karena minat baca mempunyai kaitan erat atau dapat mempengaruhi proses belajar anak. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan sebuah penelitian yang mendalam.

(7)

universal yang dapat diterangkan dalam lingkungan budaya dan pendidikan yang berbeda. Model tersebut akan diperkenalkan kepada para guru Sekolah Dasar sebagai satu alternatif bagi pengajaran membaca, khususnya untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar.

Belajar bahasa atau mata pelajaran apapun tidak akan terlepas dari kegiatan membaca. Membaca merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari, yang sangat penting bagi kehidupan akademik, personal dan sosial seseorang. Mengingat pentingnya kegiatan membaca bagi kehidupan manusia, maka tidaklah mengherankan jika banyak pihak yang peduli terhadap upaya kemampuan membaca ini. Para psikolog, antropolog, neurolog dan linguis mencurahkan perhatian yang sangat besar terhadap bagaimana proses membaca berlangsung dan proses penguasaannya.

Pentingnya kemampuan membaca yang baik tidak hanya dirasakan dan dituntut dalam pembelajaran bahasa, tetapi juga dalam pembelajaran mata pelajaran yang lainnya. Para pendidik, filosof, psikolog dan lain-lain telah lama mencurahkan perhatian pada proses pembelajaran membaca. Mereka memandang kemampuan ini sebagai suatu kemajuan besar yang pernah dicapai dalam sejarah peradaban manusia.

(8)

efektif dan efesien. Tentunya setiap orang setuju bahwa tujuan akhir dari kegiatan membaca adalah memahami makna, tetapi ada sejumlah pandangan yang berbeda mengenai bagaimana proses membaca berlangsung. Namun sebagian besar pengajaran membaca didasarkan pada satu dari ketiga pandangan berikut (Weaver, 1988: 15), yaitu (1) belajar membaca berarti belajar melafalkan kata-kata, (2) belajar membaca berarti belajar mengidentifikasi kata dan memahami maknanya, serta (3) belajar membaca berarti belajar membawa makna ke dalam teks untuk memperoleh makna dari teks.

Pandangan pertama tampak didasarkan pada asumsi bahwa setelah kata diucapkan, maka maknanya akan muncul. Pandangan kedua berasumsi bahwa setelah makna setiap kata ditentukan atau diketahui, makna keseluruhan (paragraf, teks) akan muncul. Berbeda dengan kedua pandangan tersebut, pandangan ketiga berasumsi bahwa makna tidak muncul dari identifikasi setiap kata dalam kalimat, tetapi muncul dari interaksi konstan antara pikiran pembaca dan bahasa teks.

(9)

paling tepat. Selama ini, definisi membaca bersumber pada pandangan sosio-psikologis dan pandangan-pandangan lain, tetapi pandangan sosio-psikologis lebih dapat diterima daripada pandangan-pandangan lain.

Untuk mengetahui perbedaan-perbedaan di antara kedua kutub pandangan itu, Weaver (1988 :15) berpendapat bahwa proses membaca dapat dilihat dari ketiga karakteristik berikut.

1. Membaca berarti melafalkan kata. Dalam hal ini, membaca berarti melangkah dari struktur permukaan yang dapat dilihat (kata-kata tertulis) ke struktur permukaan yang dapat didengar (kata-kata yang diucapkan).

2. Membaca berarti mengidentifikasi kata dan memperoleh maknanya. Di sini, membaca berarti beranjak dari struktur permukaan yang dapat dilihat ke struktur dalam (makna).

(10)

makna lebih penting daripada identifikasi makna. Kedua, proses membaca melibatkan penggunaan tiga sistem isyarat bahasa: sintaksis, semantik dan fonemik. Terakhir, membaca adalah proses pencarian makna secara aktif. Tentunya, pembaca tidak akan memperoleh makna dari teks jika ia tidak membawa makna ke dalam teks.

Sebagaimana diketahui, pada akhirnya pengajaran membaca itu ditujukan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Untuk memahami membaca pemahaman, seorang guru harus mulai menganalisis faktor-faktor yang menentukan pemahaman dan hubungan antara pemahaman dan proses membaca secara keseluruhan. Menurut Alexander et.al (1988: 159), membaca pemahaman melibatkan dua keterampilan dasar, yaitu (1) bagaimana membaca pemahaman itu berlangsung yaitu apa yang ada dalam benak si pembaca? dan (2) strategi dan teknik pengajaran apa yang dapat menghasilkan perkembangan maksimal dalam membaca pemahaman. Untuk menjawab kedua pertanyaan ini, definisi “membaca pemahaman” dan faktor-faktor yang mempengaruhinya perlu dipertimbangkan dan dipahami.

(11)

kesulitan, tetapi merujuk kepada sikap dan reaksi pembaca terhadap apa yang dibaca. Taraf kemampuan apa yang telah dicapai oleh seorang pembaca akan ditentukan oleh faktor-faktor berikut ini: (1) bahan bacaan, (2) kepribadian, sikap, minat, motivasi, kebiasaan, (3) lingkungan di luar sekolah, (4) program pengajaran yang terlalu menekankan pengenalan kata, membaca nyaring atau kurangnya bimbingan dalam membaca, (5) kecepatan membaca, (6) panjang dan tingkat kesulitan bacaan, (7) kohesi bahan bacaan, (8) kemampuan dan latar belakang pengalaman, (9) memori dan lain-lain.

Dalam proses pengajaran membaca telah dikenal beberapa model, antara lain model DRA, model Directed Reading-Thinking Activity (DR-TA), model Reading Workshop, dan Word Mapping Activity

(Ruddell & Ruddell, 1995). Di antara model-model itu, Model Pengajaran Reading Workshop (RW) dipilih sebagai model pengajaran membaca pemahaman bahasa Indonesia bagi murid SD. Model Pengajaran Reading Workshop telah lama dikembangkan di Amerika Serikat. Bahkan Tierney et.al (1995: 203) menyatakan bahwa The Reading Workshop has probably been the most widely used framework

for a “total reading lesson”.

(12)

membaca kata-kata dan konsep baru dengan menggunakan isyarat-isyarat kontekstual untuk membantu mereka memahami makna kata. Kedua, guru dilengkapi petunjuk atau pedoman yang cukup dalam proses belajar mengajar. Ketiga, model RW menekankan latihan pengembangan keterampilan untuk mencapai pemahaman. Terakhir, model ini dilengkapi dan ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan pelengkap untuk menambah kekayaan pengalaman membaca siswa.

(13)

merangkum, dan mengambil resiko. Untuk mengatasi strategi membaca yang tidak efektif, guru dapat mengembangkan latihan sederhana dengan menggunakan empat tahapan, yaitu (a) prabaca, (b) ketika membaca, (c) setelah membaca, dan (d) penyelesaian.

Selanjutnya Greabell dan Anderson (dalam ERIC Nomor EJ445054, 1992) meneliti enam komponen penting dalam pembelajaran membaca dengan RW, yaitu mengembangkan kosakata, memotivasi dan membentuk latar belakang pembaca, setting porpuse, membaca senyap terbimbing, mengadakan pertanyaan kemampuan membaca secara komprehensif, dan membaca ulang. Penelitian diterapkan dalam pembelajaran matematika tentang pemecahan masalah pada pendidikan dasar. Watanabe dan Yuichi dalam Input, intake, and Retention; Effects of Intcreased Processing on Incidental

Learning of Foreign Language Vocabulary (ERIC Nomor EJ 550677,

(14)

Brenn dan John (ERIC, Nomor EJ610221, 2000) meneliti Making Large Classes More Interactive yang menyimpulkan bahwa memotivasi,

memprovokasi, atau mendorong siswa (sebagai pembaca) untuk bersuara dalam kelas besar. Metode seperti ini membutuhkan siswa untuk tertarik dan merespons setiap pertanyaan mengenai bagian yang didiskusikan di kelas, seperti memprovokasi melalui internet.

Pada penelitian di atas, terlihat penggunaan RW dititikberatkan pada strategi membaca untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran pelajaran matematika dan pembelajaran kelas. Penelitian ini mencoba menerapkan model RW dalam pembelajaran membaca bahasa Indonesia bagi murid SD Muhamadiyah VII Bandung. Selanjutnya model yang seringkali digunakan dalam pengajaran membaca bahasa Indonesia di Jepang tampak didasarkan pada pendekatan input-output yang bersumber pada behaviorisme, sebagaimana dikemukakan di atas.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian tentang penerapan Model Reading Workshop dalam pembelajaran membaca bahasa Indonesia di SD perlu dilakukan.

1.2 Masalah

1.2 .1 Identifikasi Masalah

(15)

tertentu yang tidak secara langsung mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman tersebut. Selain itu, tidak ada solusi konkret yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Oleh karena itu, hal penting yang perlu diketahui oleh para guru adalah bahwa mereka memiliki informasi yang lengkap tentang model pengajaran membaca yang efektif yang dapat meningkatkan kecepatan efektif membaca (KEM), dan tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa SD.

Dalam hal ini, rencana penelitian ini dianggap penting karena alasan-alasan berikut ini.

(a) Selama ini pelajaran membaca di Sekolah Dasar hanya terbatas pada “decoding”, yaitu pembunyian huruf-huruf. Dengan kata lain, membaca hanya merupakan proses fisik mekanis, bukan proses mental sehingga minat, kemampuan dan kecepatan membaca siswa terabaikan.

(b) Kegiatan ini akan berusaha memberikan informasi kepada guru, yang memungkinkan mereka untuk mengubah pengetahuan dan sikap terhadap pengajaran membaca.

(c) Kegiatan ini mempertegas kembali bahwa membaca adalah salah satu faktor yang paling penting yang menentukan keberhasilan akademik siswa.

(16)

masyarakat membaca dan sebagai lingkungan yang kaya akan bacaan.

(e) Model Reading Workshop yang akan diperkenalkan dalam kegiatan ini merupakan model yang efektif dalam merangsang anak-anak untuk membaca karena model ini menggunakan pendekatan proses yang mendorong mereka untuk menjadi pembaca yang efektif dan aktif.

(f) Model ini dapat membebaskan guru dan siswa dari tekanan tekanan kurikulum dan mengarahkan mereka kepada proses belajar mengajar membaca kontekstual dengan fokus pada pemahaman.

(g) Penelitian ini akan memberikan masukan kepada para pengambil kebijakkan pendidikan dan perancang kurikulum tentang pentingnya pengajaran membaca yang berorientasi pada peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa.

(h) Model Reading Workshop dapat dijadikan model baru untuk menggantikan model-model membaca tradisional yang selama ini memberikan tekanan berat pada pendekatan produk.

Pengajaran atau pembelajaran membaca pemahaman, memerlukan raw input, environmental input, learning teaching process,

dan instrumental input untuk meningkatkan kualitas output. Yang

(17)

pemahaman karena faktor ini akan sangat menentukan hasil dari proses itu. Tetapi raw input tidak merupakan satu-satunya faktor yang menunjang keberhasilan pembelajaran bahasa. Lingkungan adalah faktor lain yang menentukan pencapaian kemampuan membaca. Lingkungan yang kaya dengan bahan bacaan akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil pengajaran membaca, jika dibanding dengan lingkungan yang miskin dengan bahan bacaan. Lingkungan ini juga akan mempengaruhi sikap, motivasi dan kebiasaan membaca. Kelancaran proses belajar mengajar membaca dapat pula dipengaruhi oleh lingkungan proses itu berlangsung. Faktor yang juga perlu dipertimbangkan adalah instrumental input. Dalam pengajaran membaca, bahan bacaan dan pengajar merupakan instrumental input yang kualitas dan efektivitasnya dapat diuji atau dikontrol.

Penelitian ini berfokus pada process dan output, dengan pertimbangan bahwa proses pengajaran merupakan komponen yang sangat strategis karena menjadi ujung tombak untuk menciptakan peningkatan hasil belajar. Namun, penelitian ini pun akan membahas masalah instrumental input, karena dalam pelaksanaan penelitiannya akan dianalisis implementasi Model Pengajaran Reading Workshop dalam pembelajaran membaca pemahaman bahasa Indonesia bagii siswa sekolah dasar.

(18)

variabel, yaitu variabel masukan (raw input) yaitu siswa sekolah dasar yang belajar membaca bahasa Indonesia, variabel instrumental input, yang terdiri atas, variabel enviromental input, dan learning process.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam kalimat pertanyaan berikut ini.

a. Umum

Apakah ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal dan kemampuan akhir membaca pemahaman dengan menggunakan pembelajaran model Reading Workshop di SD Muhamadiyah VII Antapani Kota Bandung?

b. Khusus

1. Bagaimanakah kemampuan awal dan akhir membaca siswa SD Muhammadiyah VII Antapani Kota Bandung dengan Model Reading Workshop?

(19)

3. Bagaimanakah kualitas (kelemahan dan keunggulan) Model Reading Workshop dalam pengajaran membaca siswa SD

Muhammadiyah VII Antapani Kota Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

(a) kemampuan awal dan akhir membaca SD Muhamadiyah VII Antapani Kota Bandung dengan model pembelajaran Reading Worshop;

(b) model Reading Workshop; dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa SD Muhamadiyah VII Antapani Kota Bandung; (c) perbedaan antara kemampuan awal dan akhir membaca dengan

menggunakan pembelajaran Model Reading Workshop di SD Muhamadiyah VII Antapani Kota Bandung; dan

(d) kualitas (kelemahan dan keunggulan) model Reading Workshop dalam pengajaran membaca siswa SD Muhamadiyah VII Antapani Kota Bandung.

1.4 Anggapan Dasar dan Hipotesis 1.4.1 Anggapan Dasar

(20)

1. Kegiatan membaca adalah kegiatan yang diharapkan dapat mewujudkan kemampuan literat. Kemampuan literat adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin maju. 2. Pengajaran membaca merupakan salah satu aspek keterampilan

berbahasa yang harus ditempuh oleh para peserta didik.

3. Praktek-praktek metode dan teknik pengajaran membaca di SD bermacam-macam.

4. Siswa SD memiliki minat yang perlu dikembangkan.

1.4.2 Hipotesis

Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah rata-rata hasil belajar siswa SD Muhammadiyah VII Antapani Kota Bandung sesudah diberikan pembelajaran dengan Reading Workshop hasilnya lebih tinggi daripada sebelum siswa diberikan model pembelajaran membaca Reading Workshop pada tingkat signifikan 0,05.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan yang berhubungan dengan hal-hal berikut.

a. Bagi Kepentingan Pembelajaran

(21)

b. Bagi Guru SD

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang model pengajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan membaca, kecapatan membaca, dan meningkatnya minat baca siswa SD. Selanjutnya, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai solusi bagi guru dalam pemecahan msalah rendahnya kemampuan membaca pemahaman. Penelitian ini dapat dijadikan model yang dapat mengubah tradisi pengajaran membaca sacara tradisional.

c. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada para pengambil kebijakan pendidikan dan perancang kurikulum tentang pentingnya pengajaran membaca yang berorientasi kepada peningkatan minat baca siswa.

1.6. Definisi Operasional

Penelitian ini terdiri atas beberapa istilah yang erat kaitannya dengan masalah penelitian karena itu istilah-istilah tersebut perlu didefinisikan untuk menjadi sandaran dan menghindari kerancuan dalam pembahasan lebih lanjut.

(22)

2. Pembelajaran adalah proses mengatur siswa belajar.

3. Membaca adalah melapalkan kata-kata, mengidentifikasi kata-kata dan memahami maknanya, dan membawa makna kedalam teks untuk memperoleh makna dari teks.

4. Reading Workshop adalah “loka karya membaca”.

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan (1) metode dan teknik penelitian, (2) prosedur pengumpulan data, (3) pengujian kualitas instrumen penelitian, dan (4) pedoman pengolahan data.

3.1 Metode dan Teknik Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu, dengan desain one group pretest-posttest, yang digambarkan dalam diagram 3.1 berikut ini.

01 X 02

(McMillan & Schumacher, 1989: 312) Diagram 3.1 : Desain Penelitian

01 = Tes awal (pretest)

02 = Tes akhir (posttest)

X = Perlakuan pengajaran membaca dengan reading workshop

Berdasarkan diagram itu X = berarti perlakuan, yaitu mengajarkan membaca bahasa Indonesia kepada murid SD Muhamadiyah VII dengan menggunakan reading workshop. 01 =

pemberian pretes, dan 02 pemberian. posttest Metode ini digunakan

untuk menguji keefektifan penggunaan model mengajar membaca

(24)

bahasa Indonesia dengan reading workshop pada siswa kelas 4 SD Muhamadiyah VII Kota Bandung.

Prosedur eksperimen yang ditempuh ialah sebagai berikut.

Tahap 1, pelaksanaan prates dengan menggunakan instrumen tes kecepatan efektif membaca (KEM); diakhiri tes untuk setiap pertemuan dengan judul bacaan yang berbeda-beda.

Tahap 2, pelaksanaan pengajaran membaca bahasa Indonesia dengan menggunakan reading workshop, masing-masing tiga kali pertemuan.

Tahap 3, pelaksanaan posttest dengan menggunakan tes kecepatan efektif membaca (KEM).

3.1.2 Teknik Penelitian

3.1.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Tes

Teknik tes digunakan untuk menjaring data atau informasi tentang hasil belajar membaca dengan menggunakan reading workshop. Instrumen tes yang digunkan adalah tes kecepatan efektif

(25)

dan reliabilitas. Instrumen ini untuk memecahkan masalah hasil belajar membaca pemahaman bahasa Indonesia siswa dan menunjang pemecahan masalah model mengajarkan membaca. Selain itu, achievement test atau tes hasil belajar ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa terhadap kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan akhir setelah selesai proses belajar mengajar. Aspek-aspek yang diukur dalam tes hasil belajar membaca pemahaman bahasa Indonesia meliputi 1) aspek yang hendak diukur dan 2) jenjang pengetahuan yang diukur. Aspek-aspek atau komponen yang diukur dalam tes hasil belajar membaca pemahaman bahasa Indonesia bagi siswa SD mencakup a) tingkat literal, b) tingkat inferensial, c) tingkat elaborasi, dan d) tingkat evaluasi; sedangkan jenjang kemampuan yang diukur adalah a) ingatan, b) pemahaman, c) penggunaan, d) analisis, e) sintesis, dan f) evaluasi.

b. Angket

(26)

menunjang pemecahan masalah model mengajar membaca pemahaman.

Angket yang berdasarkan pada jenisnya, terdiri atas dua macam, yaitu angket untuk siswa dan angket untuk guru. Angket ini digunakan untuk menggali data atau informasi tentang pandangan siswa tentang proses pembelajaran dengan menggunakan reading workshop. Angket ini juga berfungsi untuk membantu mengetahui kualitas proses belajar mengajar dengan menggunakan reading workshop menurut siswa dan guru.

Berdasarkan bentuknya, angket ini adalah angket campuran, yaitu dengan kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Angket campuran merupakan gabungan dari kuesioner tertutup dan terbuka. Angket ini di samping telah disediakan kemungkinan jawaban tetapi disediakan pula titik-titik untuk menampung kemungkinan-kemungkinan jawaban yang belum tersedia. Sedangkan berdasarkan jumlah angket yang digunakan penelitian ini ada dua, yaitu angket untuk guru dan angket untuk siswa.

Aspek-aspek yang dijaring dalam kualitas proses belajar mengajar membaca pemahaman bahasa Indonesia dengan reading workshop pada siswa sekolah dasar meliputi: a) tujuan pembelajaran;

(27)

c. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kualitas proses belajar mengajar bahasa Indonesia dengan menggunakan “Reading Workshop”. Instrument observasi digunakan untuk mengumpulkan data kualitas proses belajar mengajar guru dan siswa dengan menggunakan reading workshop. Instrumen ini untuk memecahkan masalah proses belajar mengajar membaca pemahaman bahasa Indonesia dan menunjang pemecahan masalah model mengajar membaca pemahaman bahasa Indonesia.

Observasi dilaksanakan untuk memperhatikan dan melihat kualitas proses belajatr mengajar membaca dengan menggunakan RW. Observasi ini berfungsi untuk mengetahui kualitas proses belajar mengajar RW berdasarkan pengamatan di kelas. Observasi berupa matriks berisi aspek-aspek proses belajar mengajar dalam rincian descriptor dan indikatornya yang diamati dan dicatat, dan instrument ini disusun berdasarkan masalah penelitian, definisi operasional, dan sintaksis kegiatan dalam RW.

d. Model Mengajar

(28)

Model ini digunakan untuk diuji efektif tidaknya terhadap peningkatan kemampuan membaca pemahaman bahasa Indonesia siswa SD.

Reading Workshop diterapkan melalui kegiatan-kegiatan

pembelajaran seperti berikut ini.

a. Kegiatan Awal

Pada kegiatan ini dilakukan apersepsi, sebagai berikut ini. 1. Siswa menerima penjelasan tentang jenis dan judul bacaan. 2. Siswa memilih judul bacaan yang sesuai dengan minatnya. 3. Siswa menerima teks bacaan.

4. Siswa menerima penjelasan tentang langkah-langkah membaca pemahaman dengan reading workshop

b. Kegiatan Inti

kegiatan inti ini meliputi lima tahapan kegiatan membaca, yaitu sebagai berikut.

Tahap kesatu, siswa mendengarkan contoh guru yang sedang

(29)

Tahap kedua, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tata

cara membaca dalam hati, siswa membaca dalam hati secara individual (individualized/silent reading) sesuai dengan teks yang dipilihnya dengan menggunakan ukuran waktu; siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, siswa bertanya jawab tentang jawaban soal yang dikerjakannya.

Tahap ketiga, siswa dibagi menjadi tiga kelompok yang

masing-masing kelompok 12 orang; masing-masing-masing-masing kelompok memilih judul bacaan yang akan dibacanya, setiap siswa memiliki teks bacaan yang sama sesuai dengan judul yang dipilih oleh kelompoknya, siswa membaca bersama (shared reading), siswa bertanya jawab atau bertukar pikiran tentang isi bacaan, siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Tahap keempat, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang

cara merangkum isi bacaan secara tertulis, siswa merangkum (summarizing) hasil bacaannya secara tertulis, siswa dan guru bertanya jawab tentang rangkuman tertulis yang dibuat siswa.

Tahap kelima, siswa melakukan kegiatan membaca terbimbing

(quided reading) oleh guru.

Tahap keenam, siswa dan guru melakukan Tanya jawab atau

(30)

3.2 Teknik Pengolahan Data

3.2.1 Pengujian Kualitas Instrumen Penelitian 1) Pengujian Validitas Tes

Pengujian validitas difokuskan pada tes hasil belajar siswa kelas IV SD dalam membaca pemahaman bahasa Indonesia.

Dalam uji rasional digunakan teknik pengujian judgement penimbang soal, dengan aspek yang dinilai adalah a) kualitas tujuan pembelajaran membaca pemahaman, b) hubungan tujuan dengan soal, c) isi soal, d) hubungan stem dengan option, e) bahasa soal, dan f) kehomogenan option. Berdasarkan hasil uji-coba, validitas intsrumen tes (pretes dan postes) dinyatakan valid baik isi maupun konstruk untuk digunakan dengan melalui beberapa perbaikan.

2) Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas tes hasil belajar membaca pemahaman bahasa Indonesia bagi siswa SD bertujuan untuk menguji tingkat ketetapan alat ukurnya, karena alat tes yang baik selain memiliki tingkat validitas juga harus memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi pula. Teknik analisis reliabilitas alat tes dalam penelitian ini digunakan teknik korelasi antara skor soal genap-ganjil. Perhitungannya menggunakan rumus dari Subino (1987: 114) sebagai berikut.

∑ҲgnҲgj/И-(–gn)(– gj)

г

gn gj =

(

Ѕgn

)(

Ѕgj

)

(31)

Selanjutnya dihitung koefisien reliabilitas seluruh tes dengan rumus sebagai berikut.

2

г

gn gj

г

tţ =

1

г

gn gj

(Subino, 1987:115)

г

tţ = Koefisien reliabilitas seluruh tes

Berdasarkan hasil pengujian, tingkat reliabilitas soal pretes dan postes memiliki tingkat reliabilitas yang baik.

3) Pengujian Tingkat Kesukaran

Pengujian tingkat kesukaran butir soal tes hasil belajar membaca pemahaman bahasa Indonesia bagi siswa SD bertujuan untuk melihat atau membuktikan apakah alat itu memiliki tingkat kesukaran yang proporsional, yakni soal itu tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Teknik pengujian tingkat kesukaran butir soal tersebut digunakan rumus sebagai berikut

(BU + BA) TK =

(n

u

n

a

)

(Subino, 1987: 96) TK = Tingkat Kesukaran

BU = Betul dari kelompok unggul BA = Betul dari kelompok asor

n

u = Banyak teste dari kelompok unggul 27 %

(32)

Kriteria tingkat kesukaran butir soal digunakan patokan berikut Berdasarkan hasil pengujian, maka tingkat kesukaran soal pretes dan postes kemampuan membaca bahasa Indonesia memiliki tingkat kesukaran yang proporsional, yaitu tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.

4) Pengujian Daya Pembeda

Dalam pengujian daya pembeda (DP) tes hasil belajar membaca pemahaman bahasa Indonesia soal bentuk objektif digunakan rumus sebagai berikut.

ƒT – ƒR DP =

n

(Nurgiyantoro, 1988: 130) ƒT = jumlah jawaban betul bilangan tinggi

ƒR = jumlah jawaban betul bilangan rendah

n

= jumlah subjek kelompok tinggi atau kelompok rendah (24%)

Kriteria penafsiran daya pembeda :

a. < 0,40 = dapat digunakan b. 0,20 – 0,39 = revisi

c. < 0,19 = ganti

(33)

Berdasarkan hasil pengujian, daya pembeda soal pretes dan postes kemampuan membaca bahasa Indonesia memiliki tingkat daya pembeda yang cukup.

3.2.2 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan setelah alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini teruji tingkat validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya. Penelitian pendahuluan telah dilaksanakan pada semester genap tahun akademik 2005 – 2006. Pelaksanaan pengumpulan data dilokasi penelitian di mulai sejak tanggal 1 Mei 2006 sampai dengan tanggal 22 Mei 2006.

3.2.3 Pedoman Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Tabulasi Data

Tabulasi data ini dimaksudkan untuk memindahkan jawaban siswa ke dalam format coding form dan coding scheme. Format ini digunakan untuk mempermudah pengolahan data lebih lanjut.

2) Penskoran

(34)

pilihan ganda tersebut pilihan ganda dengan option 4, maka teknik pemberian skor itu digunakan rumus sebagai berikut

∑s

Skor = ∑-B

O – 1

(Wirasasmita, 1998: 67) B = butir soal yang dijawab benar

S = butir sola yang dijawab salah 3) Verifikasi Data

Verifikasi data ini digunakan untuk memisahkan data yang dapat diolah dengan data yang tidak dapat diolah.

4) Uji Sifat Data

Uji sifat data meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linieritas.

(a) Uji Normalitas

pengujian normalitas data dalam penelitian ini digunakan rumus berikut ini

f

h = frekuensi yang diharapkan

(b) Uji Homogenitas

(35)

S²b F =

S²k

(Subino, 1987: 118) F = hanya dimana varians akan diuji

S²b = varians yang lebih besar S²k = varians yang lebih kecil Bila homogen diuji ulang dengan Bartlett.

B’ = 2,3026 [ ( log S² ) ( N – k ) - ∑ ( חi-1 ) (log S²i ) ] B’ = uji homogenitas Bartlett

2,3026 = bilangan tetap

S² = rata-rata hitung tanpa bobot dari varians-varians yang bersangkutan

N = banyaknya data dari semua sample ni = banyaknya data setiap sample

k = banyaknya kelompok sample.

(c) Uji Linieritas

Pengujian linieritas data dalam penelitian ini menggunakan rumus berikut ini.

(η² ----г²)( η – k ) F = ---

(1 - η² )( η – k )

(Natawidjaya, 1988: 51)

η² = rasio korelasi antara kedua perangkat skor;

η = banyaknya sample yang digunakan;

k = banyaknya baris atau lajur skor / kelas internal yang digunakan;

r = koefisiensi korelasi antara kedua perangkat yang bersangkutan

5) Uji Hipotesis

(a) Analisis Perbedaan Dua Rata-rata

(36)

X1 – X2

t =

S1² + S2²

n

1

n

2

(Subino, 1987: 127) (b) Analisis Varians (ANAVA)

Untuk menguji analisis varians digunakan rumus berikut ini. Ay ( k – 1 )

F =

By (

n

1 – 1 )

(Sudjana, 1984 : 285) Untuk menguji hasil angket dari guru dan siswa tentang kualitas model mengajar digunakan kriteria di bawah ini.

0 % --- 0,9 % = tak seorang pun 1 % --- 49 % = sebagian kecil 50 % --- = Setengahnya 51 % --- 74 % = sebagian besar 75 % --- 99 % = hamper semuanya

--- 100 % = Semuanya

3.3 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Lokasi

(37)

3.3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah Murid SD Muhamadiyah VII Bandung. Sampelnya adalah murid SD Muhamadiyah VII Kelas IV-b.

3.4 Alur Penelitian

(38)

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA DENGAN READING

WORKSHOP

KAJIAN TEORETIS

KAJIAN EMPIRIS

Menyusun Model Reading Workshop dalam Pembelajaran Membaca di SD

Penyusunan Instrumen Penelitian dan Validasinya (tes, model, dan angket)

Treatmen Pembelajaran

Membaca Dengan Reading

Workshop

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Penafsiran Data

Penyusunan Laporan

(39)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan kajian bab-bab terdahulu dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Membaca Reading Workshop dapat digunakan dalam proses belajar-mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya pelajaran membaca di SD. Hal ini terlihat dari respon yang diberikan murid SD kelas 4 dalam angket yang menyatakan bahwa mata pelajaran membaca dengan reading workshop ini efektif,menyenangkan dan tidak membosankan, karena guru memberikan variasi yang relatif baru.

Kemampuan membaca pemahaman murid kelas 4 SD Muhammadiyah VII Antapani Kota Bandung termasuk pada tahap Intermediate (menengah). Karena siswa sudah mampu mencari,

menemukan, dan menyusun informasi yang ada dalam bahan bacaan yang relatif panjang dan dapat menarik kesim pulan, dan juga murid dapat menemukan gagasan utama dan tujuan penulis.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka pada bagian ini disampaikan beberapa simpulan berikut.

1. Kemampuan awal dan akhir membaca pemahaman siswa kelas 4 SD Muhammadiyah VII Kota Bandung dengan menggunakan model Reading Workshop adalah kemampuan awal cukup

(40)

rata 6,26 atau (62,60 %) sedangkan kemampuan akhir ada dalam kategori baik yaitu rata-rata 7,77 atau (77,70 %). Kemampuan awal membaca pemahaman siswa dalam aspek literal adalah rata-rata 4,31 (53,87%), artinya hampir cukup; dan kemampuan akhir aspek literal adalah rata-rata 5,00 (62,5%), artinya tergolong cukup. Kemampuan awal membaca pemahaman siswa dalam aspek inferensial adalah rata-rata 1,83 (45,75%),artinya tergolong kurang; sedangkan kemampuan akhir aspek inferensial adalah rata-rata 1,83 (45,75%), artinya tergolong kurang. Kemampuan awal membaca pemahaman siswa dalam aspek elaborasi adalah rata-rata 5,14 (64,25%), artinya tergolong cukup; sedangkan kemampuan akhir aspek elaborasi adalah rata-rata 6,88 (86%), artinya tergolong baik. Kemampuan awal membaca pemahaman siswa dalam aspek evaluasi adalah rata-rata 1,11 (55%) artinya tergolong hampir cukup; sedangkan kemampuan akhir aspek evaluasi adalah rata-rata 1,61 (80,5%) artinya kemampuan akhir membaca pemahaman siswa SD tergolong baik.

(41)

meningkat cukup tinggi, dari kurang menjadi baik sekali, sedangkan untuk aspek literal dan inferensial peningkatannya kecil,

3. Ada perbedaan yang siginfikan antara kemampuan akhir dengan kemampuan awal membaca pemahaman siswa kelas 4 SD Muhammadiyah VII Kota Bandung karena t hitung (2,78) > t

tabel (2,66) pada p <0,05 dalam db 58. Artinya, pembelajaran

membaca pemahaman dengan Reading Workshop bagi siswa SD efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

4. Berdasarkan hasil observasi dan angket kualitas model pembelajaran membaca pemahaman dengan Reading

Workshop bagi siswa kelas IV SD Muhammadiyah VII Kota

Bandung cukup baik .

5.2 Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan yang telah dikemukakan, maka ada beberapa saran untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman Bahasa Indonesia murid SD Kota bandung. Saran-saran tersebut sebagai berikut.

(42)

Oleh karena itu penulis menyarankan kepada guru-guru Bahasa Indonesia SD, bahwa pengajaran membaca dengan menggunakan Reading Workshop dapat dijadikan salah satu alternatif untuk

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan minat baca murid SD.

Kedua, berdasarkan hasil temuan dilapangan dalam proses pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan Reading Workshop, guru merasa repot dalam menyediakan sejumlah bahan

bacaan untuk sejumlah murid dalam setiap pertemuan. Agar berlangsung proses belajar mengajar membaca pemahaman dengan menggunakan Reading Workshop dengan baik, guru harus kreatif, berani berjuang mengorbankan waktu untuk mendapatkan sejumlah bahan bacaan, caranya bisa dengan jalan kerjasama dengan pihak sekolah atau perpustakaan sekolah, atau bisa juga guru menugaskan kepada murid untuk mencarikan bahan bacaan yang sesuai dengan minatnya, bisa dari koran, majalah atau buku bahasa Indonesia dll. kemudian dikumpulkan. Guru tinggal memilah-milah mana bahan bacaan yang cocok untuk dijadikan bahan bacaan pemahaman dengan menggunakan Reading Workshop

Ketiga, model pembelajaran membaca dengan Reading Workshop ini dapat dikatakan membawa suasana baru bagi murid.

(43)
(44)

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, Estill, (1988). Teaching Reading. Illinois: Scott, Foresman and Company.

Alexander, J.E. & Heathington, B.S. (1988). Assesing and correcting classroom reading problems . Glenview, IL: Scott, Foresman.

Anderson, R.C. & Pearson , P.D. (1984). A schematheoretic view of basic processes in reading, In D.P. Pearson (Ed), Hanbook of reading

research (pp. 255-291). New York: Longman.

Athey, IJ. (1985). Educational Implications of Piagets Theory. Massachuset: Gian-Blaisdell.

Barrett J. (1978). Cloudy with a chance of meatballs R. Barrett (Illustrator). Hartford. CT: Atheneum.

Barrett & marva. (1988). Teaching Reading In Foreigin Language: ERIC Nomer 305829.

Brenn & John. (2000). Making Large Clesses More Interactive: ERIC Nomer E.J. 610221.

Depdiknas. (2004). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI. Goodman, Watson, Burke. (1996). Reading Strategies: Focus on

Comprehension: Richard C. Owen (Kotonah, New York).

Goodman, Y.M., & C. Burke. (1980). Reading Strategies: Focus on Comprehension. New York: Holt, Rinehart & Winston.

(45)

Harjasujana, A.S. dan Yeti Mulyati, (1997) Membaca 2. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Harp, B. (1993) Reading and Writing in the Elementary and Middle Years: Grades 2 to 8.

Heller,F Mary. (1991). Reading-Writing Connections, London: Kansas State University.

Keraf, Gorys. (1984). Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

McKenna M.C. & Robinson, R.D. (1993). Teaching Through Text. New York: Longman.

Natawidjaja, Rochman. (1988). Pengolahan Data Secara Statistik. Bandung: PPS.

Otto, Wayne, Rude,et.al. (1979). How to Teach Reading, Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company.

Pearson, PD. & Johnson DD. (1978). Teaching Reading Comprehension. New York: Holt Rinehart.

Rumelhart, D.E. (1980). Schemata: The building blocks of cognition. In R.J. Spiro, B.C. Bruce, & W.F. Brewer (Eds), Theoretical issues in reading comprehension (pp.33-58). Hillsdale, NJ: Lawrence

Erlbaum.

Ruddell, R.B. & Ruddell, M.R. (1995). Teaching Children to read and Write: Becoming an Influential Teacher. Boston: Allyn and Bacon.

(46)

Saefullah. (2001). Rendahnya Minat Baca Masyarakat. Bandung: Pikiran Rakyat Juni 2001.

Soedarsono. (1994). Sistem Membaca Cepat dan Effektif: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Subino. (1982). Konstruksi dan Analisis Tes. Suatui Pengantar kepada Teori Tes dan Pengukuran. Jakarta: Depdikbud.

Supriyanto. (2001) “Kemampuan membaca”, Bandung: Pikiran Rakyat 2 September 2001.

Sheila, SB. (1982). Teaching Reading Comprehension, SEAMEO, RELC. Singapura.

Smith, F. (1982). Reading Without Nonsense. New York: Teachers College Press.

Tarigan, H.G. ( 1990). Membaca Ekspresif. Bandung: Penerbit Angkasa. Tarigan,H.G. (1987). Membaca Salah Satu Keterampilan Berbahasa,

Bandung: Penerbit Angkasa.

Tierney, RJ, Readance, J.E, & Dishner, E.K. (1990). Reading Strategies and Practices. Boston: Allyn and Bacon.

Watanabe & Yuichi. (1977). Input, Intake and Retention Effect of Incroased Processing On Incidental Learning of Foreign

Vocabulary: ERIC Nomer E.J. 550677.

(47)

Wirasasmita, S. (1998). Teknik Penyusunan dan Analisis Tes Prestasi Belajar dengan Pengembangan Tes Prestasi Belajar Bahasa

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan interpretant, tanda ( sign, representamen ) dibagi atas rheme , dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang

Hasil uji t berdasarkan asumsi bahwa varian berbeda, sehingga diketahui nilai t hitung pada sebesar 26,859 dengan signifikansi 0,000, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA PASIEN DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI DI JALAN SELAMAT.. KELURAHAN SITIREJO

JAKARTA – Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menjamin Data Agregat Kependudukan per-Kecamatan (DAK2) dan Data Penduduk Pemilih Potensial Pemilu (DP4) yang akan

Banyak orang beranggapan bahwa pembuatan video klip animasi membutuhkan biaya yang besar dan membutuhkan waktu yang lama, sebenarnya dapat dibuat dengan biaya yang murah dan waktu

Atrial Natriuretic Peptide (ANP) dihasilkan di atrium sebagai respon terhadap peregangan menyebabkan natriuresis dan vasodilatsi. C-type natriuretic peptide

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran matematika menggunakan teori Bruner dengan bantuan peta konsep dapat meningkatkan penalaran dan

Untuk mengetahui apakah Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Persepsi Etis Mahasiswa