• Tidak ada hasil yang ditemukan

KREASI TARI ZAPIN BETAWI DAN SHUFFLE DANCE SEBAGAI MEDIA INTERAKSI SOSIAL DAN AKTUALISASI PADA KOMUNITAS SHUFFLE DANCE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KREASI TARI ZAPIN BETAWI DAN SHUFFLE DANCE SEBAGAI MEDIA INTERAKSI SOSIAL DAN AKTUALISASI PADA KOMUNITAS SHUFFLE DANCE."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KREASI TARI ZAPIN BETAWI DAN SHUFFLE DANCE

SEBAGAI MEDIA INTERAKSI SOSIAL DAN AKTUALISASI

PADA KOMUNITAS SHUFFLE DANCE

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Seni

OLEH

Pemilasari Wahyu Mairani 1102655

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KREASI TARI ZAPIN BETAWI DAN SHUFFLE DANCE

SEBAGAI MEDIA INTERAKSI SOSIAL DAN AKTUALISASI

PADA KOMUNITAS SHUFFLE DANCE

Oleh

Pemilasari Wahyu Mairani S.Pd Universitas Negeri Jakarta, 2005

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia

© Pemilasari Wahyu Mairani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

(4)

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “TARI ZAPIN

BETAWI

SEBAGAI

MEDIA

INTERAKSI

SOSIAL

DAN

AKTUALISASI PADA KOMUNITAS SHUFFLE DANCE

ini

beserta sekuruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam measyarakat keilmuan. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya

apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam

karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2013

(5)

vi

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan tari Betawi kepada komunitas shuffle dance di Jakarta. Mereka diarahkan untuk mengkreasikan tari Zapin Betawi dengan shuffle dance. Kreasi tari Zapin Betawi dan shuffle dance ini digunakan sebagai media untuk interaksi sosial dan aktualisasi bagi komunitas shuffle dance.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana proses mengemas tari Zapin Betawi untuk komunitas shuffle dance dan bagaimana pula hasil pengemasan tari Zapin Betawi untuk komunitas shuffle dance yang dapat dijadikan sebagai media interaksi sosial dan aktualisasi.

Penelitian ini menggunakan metode Action Research, dimana peneliti terlibat langsung sebagai pelatih dalam komunitas ini. Subjek penelitian ini adalah anggota Cyber Squad Shuffle komunitas shuffle dance yang berusia remaja.

Hasil observasi menunjukan bahwa komunitas Cyber Squad Shuffle kurang mengenali tari tradisional Betawi. Maka diperlukan strategi agar remaja kota dapat mengenal tari tradisinya. Stimulus rangsang visual berupa analisis kesamaan gerak dari tarian yang berlainan asal negaranya dapat mengembangkan proses berpikir kreatif sehingga proses pembelajaran ini dapat memperlihatkan hasil yang positif. Proses kreativitas yang menggunakan gagasan ide tentang kesamaan gerakan pada dua tarian, seperti halnya tari Zapin Betawi dan shuffle dance ini mampu meningkatkan aktualisasi pada remaja agar memiliki karakter kreatif, mandiri, menghargai hal yang baru, dan memiliki hubungan interpersonal yang kuat. Selain itu juga, mampu meningkatkan interaksi sosial bagi remaja untuk bisa bekerjasama sekaligus memiliki rasa simpati dan empati tidak hanya dengan teman sebayanya tetapi orang-orang disekitarnya.

Dengan demikian pembelajaran kreasi tari Zapin Betawi dan shuffle dance bagi komunitas shuffle dance memiliki peran penting dan dapat dijadikan salah satu alternatif strategi media untuk meningkatkan dan interaksi sosial dan aktualisasi remaja perkotaan.

(6)

vii

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This study aimed at introducing a Betawi dance to a shuffle dance community in Jakarta. They were directed to create a mixture of Zapin Betawi dance with dance shuffle. The mixture of the dances is used as a medium for social interaction and actualization of the shuffle dance community.

The research problems are how to package the Zapin Betawi dance to the shuffle dance community and the results of packing Zapin Betawi dance shuffle dance to the community which can be used as a medium of social interaction and actualization.

This study uses Action Research, which involved researchers directly as a coach in this community. The subjects of the research were the teenager members of the Cyber Squad shuffle dance community.

The result of the observation shows that Cyber Squad Shuffle community is lack familiar in Betawi tradisional dance. Therefore, a strategy to make the city teenager know their own tradisional dance. Visual sensuous stimulus in a form of movement similarity analysis of dances from various countries can develop creative thinking process so that the learning processis able to show positive results. The creativity process using the idea of similar movement of two dances, as well as in shuffle dance and Zapin Betawi dance, is able to increase actualization for teenagers to have creative and independent characters, to appreciate new things, and to have strong interpersonal relationships with others. In addition, it can also increase social to be able to cooperate to each other as well as to have sympathy and empathy, not only to their peers but the people around them.

Thus the learning of creating mixture of Zapin Betawi dance and shuffle dance for shuffle dance community has an important role and can be one of the alternative media strategies to increase social interaction and actualization of the urban teenagers.

(7)

viii

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……….. i

LEMBAR PERNYATAAN ………. ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iv

ABSTRAK ...………. vi

DAFTAR ISI ………. vii

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR GAMBAR ………... x

BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Rumusan Masalah ………. 13

1.3 Variabel Penelitian dan Definisi Istilah ………... 14

1.3.1 Tari Zapin Betawi ……… 14

1.3.2Media Interaksi dan Sosial Aktualisasi ……….... 15

1.3.3 Remaja Perkotaan/Jakarta ……… 15

1.3.4 Komunitas Shuffle Dance ……… 15

1.4 Tujuan Penelitian ………... 16

1.5 Manfaat Penelitian ………... 16

BAB II 2.1 Penelitian Terdahulu ……….. 18

2.2 Teori yang Digunakan ……….. 23

2.2.1Interaksi Sosial ……….. 23

2.2.2 Aktualisasi ………. 25

(8)

ix

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.2.4 Metode Kreatif-Apresiatif ………. 32

2.2.5 Komposisi Tari ………... 34

2.2.6 Tari Zapin Betawi ……… 35

2.2.7 Shuffle Dance ……….. 36

BAB III 3.1 Pendekatan Kualitatif dan Metode Action Research ... 39

3.2 Subyek Penelitian ……… 44

3.3 Lokasi Penelitian ………. 44

3.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 45

3.5 Teknik Analisis Data ………... 49

BAB IV 4.1 Sekilas Sejarah Cyber Squad Shuffle ……….. 51

4.2 Proses Pendekatan Terhadap Komunitas Shuffle Dance ………. 53

4.3 Cara Pengemasan Tari Zapin Betawi untuk Komunitas Shuffle Dance ….. 59

4.4 Hasil Proses Pengemasan Tari Zapin Betawi untuk Komunitas Shufffle Dance………... …………. 101

4.5 Pengemasan Tari Zapin Betawi bagi Komunitas Shuffle Dance sebagai Media Aktualisasi ………. …………. 105

4.5 Pengemasan Tari Zapin Betawi bagi Komunitas Shuffle Dance sebagai Media Interaksi Sosial ………... …………. 107 BAB V 5.1 Kesimpulan ……….. 110

5.2 Rekomendasi ……… 111

(9)

x

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 14 nilai-nilai B Maslow ………. 27

Tabel 2.2 Ciri-ciri aktualisasi diri ………... 28

Tabel 4.1 Konsep komposisi tari Alma M. Hawkin ……….. 63

Tabel 4.2 Materi Pembelajaran Tari di komunitas CSS ………….. 63

Tabel 4.3 Motif gerakan dasar shuffle dance ………. 67

Tabel 4.4 Lintasan yang diciptakan remaja CSS ………. 72

Tabel 4.5 Gerakan dasar tari Zapin Betawi ……… 78

Tabel 4.6 Lintasan Zapin Betawi dan shuffle dance ………... 84

Tabel 4.7 Temuan ekspresi remaja CSS saat eksplorasi …………. 87

Tabel 4.8 Karakter dan ekspresi yang dipilih ………. 87

Tabel 4.9 Lintasan dan Motif tari Zapin Betawi ………. . 91 Tabel 4.10 Motif gerak Zapin Betawi dan shuffle dance …………. 94

Tabel 4.11 Motif gerak hasil kolaborasi ……… 96

(10)

xi

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Metode Kreatif - Apresiasif ……….. 34 Gambar 3.1 Lokasi GRJU ……… 45 Gambar 3.2 Remaja CSS Mengisi Angket ………. 47 Gambar 3.3 Rachmat Ruchiyat seorang Budayawan Betawi …. 48 Gambar 3.4 Wawancara dengan budayawan ………. 48 Gambar 4.1 Peneliti dengan CSS seusai latihan ……….. 53 Gambar 4.2 Konvoi bersama menuju tempat perlombaan ……. 55 Gambar 4.3 Remaja CSS tiba di tempat perlombaan ………... 56 Gambar 4.4 Berdoa sebelum masuk arena perlombaan …….. 56 Gambar 4.5 Remaja CSS memasuki perlombaan ………….. 57 Gambar 4.6 Menunggu saat perlombaan ………. 57 Gambar 4.7 Seusai memperagakan tarian mampu

(11)

xii

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.12 Peneliti mengarahkan 3 remaja CSS membuat

level gerak ……….. …. 76

Gambar 4.13 Peneliti sedang member arahan tentang level ……. 77

Gambar 4.14 Lintasan Pokok Gerak Tari Zapin Betawi ……… 81

Gambar 4.15 Lintasan Putaran Tiga Gerak Tari Zapin Betawi … 82 Gambar 4.16 Lintasan Setengah Putaran Gerak Tari Zapin Betawi ……… ……. 83

Gambar 4.14 Menonton video tari Zapin Betawi ……… 91

Gambar 4.1.2 Pemantapan gerakan ………. 92

Gambar 4.13 Pemantapan gerakan di sore hari ………... 93

Gambar 4.14 Agil, Aw, dan Ade melakukan gerak pemantapan gerak ……… . 94

Gambar 4.15 Sebagian berdiskusi dan sebagian berlatih ………. 98

Gambar 4.16 Suasana istirahat ………. 99

Gambar 4.17 Satu anak disebelah kanan masih kelelahan …….. 100

Gambar 4.18 Menyusun pola lantai ………. 101

(12)

1

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Saat ini banyak sekali bermunculan jenis tari modern yang berkembang di kalangan remaja, khusus remaja laki-laki di perkotaan. Pemikiran tentang menari itu identik dengan perempuan dan jika ada anak laki-laki yang menari, dia disebutnya kewanita-wanitaan. Kini pemikiran demikian dapat dikatakan berkurang karena zaman telah berubah. Kemajuan teknologilah yang mempengaruhi perubahan interpretasi tersebut. Segala informasi dari segala penjuru dunia dapat kita peroleh hanya lewat media elektronik dari televisi, internet, jejaring sosial dan sejenisnya. Apa lagi dunia ini sangat diminati remaja yang tinggal di perkotaan, khususnya Jakarta. Perkembangan bentuk tarian mancanegara pun tidak luput dari pemberitaan saat ini. Dari munculnya hip hop dance yang gerakannya lebih banyak menggunakan gerak-gerak stacato atau patah-patah, dan yang berkembang sampai saat ini munculnya grup menyanyi sambil menari atau disebutnya Boys band atau Girls band tapi yang paling banyak muncul justru Boy bandnya. Baru-baru ini tarian modern yang sedang maraknya dan digemari para remaja khususnya laki-laki yaitu shuffle dance.

(13)

2

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kota, jalanan, lapangan di sekolah ataupun di klub malam. Tari street dance ini pertama kali muncul dan berkembang di New York, Amerika Serikat. Shuffle dance merupakan salah satu bentuk tari di street dance. Tari ini berasal dari Melbourne Australia pada tahun 1980an, tapi tari ini mulai trend pada tahun 2004 dan di Indonesia tahun 2006. Tari yang memiliki ciri gerak yang bertumpu pada tumit kaki yang cepat dengan diiringi oleh musik audio elektronik.

Shuffle dance dipentaskan di tempat-tempat terbuka seperti lapangan, sekolah, taman. Meskipun tari ini termasuk street dance tetapi tidak cocok untuk beattle seperti break dance. Dalam grup shuffle dance ada istilah shuffle meet up, ini digunakan untuk ajang saling bertemu untuk bertukar gerakan. Setiap tampilannya para shuffler atau penari shuffle dance memakai sweater, sedangkan Melbourne Shuffle memakai kemeja fanel atau kaos.

Ketertarikan para remaja menggemari shuffle dance, karena bagi mereka tari ini memberikan tantangan bagi pelakunya dan sajian tontonannya amat seru untuk para penontonnya. Tari shuffle dance ini lebih cenderung untuk

mengekspresikan diri, „enjoy‟ dengan musik sampai orang yang melihat dan

melakukannya bilang “asik”. Tari yang hanya menitikberatkan pada gerak kaki ini mampu memikat orang-orang terutama remaja, sehingga mereka mau untuk mendalami seni gerak tari ini. Banyak yang mengatakan jika menarikan shuffle dance selama 10 menit, maka mampu mengurangi berat badan dan jika dilakukan selama 30 menit manfaatnya seperti olahraga dengan menggunakan treadmill.

Para remaja sangat menyenangi shuffle dance karena bisa tampil di acara-acara seperti pentas seni dan akhirnya mereka pun dapat menghasilkan uang dari hasil menari shuffle dance ini. Selain itu, mereka dapat membeli keperluannya sendiri dari uang manggung tersebut. Mereka pun menguasai tari dan nama gerakannya, mereka juga mengetahui sejarah perkembangan dance tersebut. Ironisnya sejarah tarian tradisi sendiri tidak dikenalnya.

(14)

3

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berlatih mandiri tanpa bantuan bimbingan orang yang lebih berpengalaman atau guru shuffle dance. Salah satu anggota yang memiliki kemampuan lebih dari yang lainnya dan mereka jadikan panutan dan ketua grup. Hal ini menarik perhatian peneliti sebagai salah satu pelaku tari tradisional, ada kegelisahan terhadap perkembangan tari tradisi khususnya tarian laki-laki nantinya, karena generasi muda lebih mencintai budaya Barat.

Remaja lebih sering menghabiskan waktunya berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengekspresikan segala kemampuan yang dimiliki. Teman sangat mempengaruhi minat, sikap, penampilan, dan perilaku remaja sendiri. Masa remaja sangat berdekatan dengan masa perubahan atau transisi. Di masa ini kestabilan emosi sering berubah–ubah.

Jika melihat arti transisi dalam kamus bahasa Indonesia yang berarti peralihan dari satu tempat (tempat, tindakan dan sebagainya) pada tempat yang lainnya atau pada keadaan belum stabil. Pakar psikologi perkembangan Hurlock (2003) menerangkan pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang bersifat universal, yaitu meningkatnya emosi, perubahan fisik, perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai-nilai dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

Remaja juga dekat perubahan sosialnya, seperti yang sebelumnya dijelaskan mereka mulai lebih sering menghabiskan waktunya dengan teman-teman sebayanya. Pengaruh teman-teman sangat mempengaruhi minat, sikap, penampilan, dan perilaku remaja. Inilah cara remaja melakukan hubungan sosial. Hubungan sosial diartikan sebagai cara-cara individu merespon orang-orang di sekitarnya dan pengaruh hubungan itu terhadap dirinya.

(15)

4

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(1990: 626) yang dikutip juga dalam buku Konsep Dasar Sosiologi Antropologi Teori dan Aplikasi dengan penulis Syahrial Syarbaini memaparkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu. Kini perubahan sosial mengalami kemajuan pesat dalam bidang sains dan teknologi, khususnya media massa yang mampu meniadakan batas territorial, sehingga perubahan sosial ini memicu manusia untuk berpikir kreatif.

Adanya dorongan rasa ingin tahu karena hubungan sosial individu berkembang. Rasa yang juga merupakan kecenderungan sifat di masa remaja dan begitu pula remaja yang tinggal di perkotaan saat ini dekat sekali dengan media teknologi sehingga segala informasi yang sedang aktual atau trend di masyarakat luar negeri mereka dapatkan dengan mudah. Sama hal dengan shuffle dance, para remaja dapat dengan mudah menyerap segala informasi tentang shuffle dance dengan berbagai gaya dan biasanya setiap grup atau komunitas memiliki gaya sendiri tergantung grupnya masing-masing. Pengaruh ini terkadang membawa kepada sifat remaja itu sendiri. Sifat remaja bisa terbentuk salah satunya dari pengaruh teman-temannya, pengaruh ini merupakan hasil dari interaksi sosial remaja.

Interaksi sosial merupakan suatu proses saling mempengaruhi di antara dua orang atau lebih. Interaksi yang dilakukan oleh masing-masing individu dengan kelompok atau sebaliknya di samping menunjukan proses saling mempengaruhi satu sama lain, juga merupakan sebuah refleksi kebutuhan yang harus dipenuhi karena pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain (Syarbaini, 2012 : 58).

(16)

5

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

individu berkaitan dengan perkembangan kreativitas. Di masa remaja selalu banyak ditemukan kreativitas tinggi yang terkadang tidak ditemukan pada orang-orang dewasa. Temuan-temuan yang kreatif ini sangat dibutuhkan oleh kesenian tradisional, salah satunya seni tari. Bentuk sajian yang kreatif tapi tetap menjaga nilai dari kesenian tradisi tersebut, akan membuat kesenian tradisional tetap dapat masuk ke segala kalangan agar dikenal bahkan diminati setiap generasinya.

Kesenian tradisional merupakan bagian dari kebudayaan dan salah satu kekayaan yang dimiliki negara ini. Dalam kesenian terdapat nilai-nilai estetika dan nilai-nilai kehidupan masyarakat setempat. Kesenian juga dapat memiliki kaitan erat satu dengan satu dan hal lainnya, seperti agama, ekonomi, struktur sosial dan lain-lainnya (Edi Sedyawati : 2006). Kesenian tradisi merupakan kesenian warisan dari para leluhur di suku bangsa di Indonesia. Warisan ini harus diberikan secara turun temurun dari generasi ke generasi, terutama bagi generasi muda.

Perubahan sosial memiliki hubungan yang erat dengan generasi muda. Remaja juga sebagai penerus warisan budaya tempat asal dan dimana ia tinggal, harus mengenal, mencintai, mengembangkan dan mempertahankan tanggung jawab pada budayanya. Peran mereka sangat besar untuk keberlangsungan budaya agar tetap hidup di setiap masanya terutama zaman sekarang, di tengah-tengah era globalisasi yang melanda seluruh dunia.

Dalam bukunya yang berjudul Langgam Budaya Betawi yang ditulis oleh R. Cecep Eka Permana (2011 : 98) menerangkan berikut ini.

(17)

6

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Minat menari pada remaja Jakarta ini memotivasi diri peneliti untuk dapat mendekatkan tari tradisional Betawi kepada remaja perkotaan Jakarta, khususnya laki-laki melalui pendekatan terlebih dahulu terhadap bentuk tarian yang sedang mereka minati yaitu shuffle dance. Pada usia remaja hal-hal yang bersifat pemaksaan kehendak orang yang lebih tua dari mereka terkadang tidak mau mereka ikuti. Mereka sangat ingin didengarkan pendapatnya. Tapi di samping itu, mereka juga mau mendengarkan masukan-masukan, apabila sebelumnya dilakukan pendekatan terlebih dulu. Peneliti sependapat dengan Robert A. Baron (2002) yang memaparkan teori tentang psikologi sosial yang membahas tentang pentingnya proses-proses pengetahuan dan menyadari bahwa untuk memahami perilaku manusia dalam situasi sosial, kita harus memahami pemikiran mereka tentang situasi tersebut atau biasa disebut pemahaman.

Pendekatan ini dilakukan dengan mencoba masuk ke dunia mereka. Tujuannya untuk mendorong remaja Jakarta terutama remaja laki-laki agar mau mengenal tari tradisional, sehingga timbul minat untuk memperlajarinya. Harapan jangka panjang mereka dapat melestarikan dan mengembangkan tari tradisi Betawi (Jakarta). Remaja sebagai penerus warisan budaya, harusnya mengenal, mencintai, mengembangkan dan mempertahankan seni budayanya. Peran mereka sangat besar untuk keberlangsungan seni budaya agar tetap hidup di setiap masa.

(18)

7

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Parani (1996) berpendapat bahwa Jakarta sebagai kota Metropolitan sangat peka terhadap segala pengaruh. Terutama juga karena tidak ada adat tradisi tempat masyarakat dapat berpijak, tidak ada pemeliharaan, penyelamatan dan kontrol terhadap nilai-nilai budaya yang hidup di kota ini. Kemudahan informasi yang remaja dapatkan pun sangat mudah dari kemajuan teknologi itu sendiri. Gaya hidup remaja yang seringnya berkelompok dan waktu yang mereka habiskan lebih banyak bersama teman-teman sebayanya, faktor pengaruhi mempengaruhi pun terjadi di dalamnya salah satunya kesamaan minat dalam pembahasan ini minat remaja terhadap tari barat yaitu shuffle dance.

Minat merupakan kegiatan yang dapat membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan. Bakat akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat pada bidang yang akan ditekuni. Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan dan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.

(19)

8

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keunikan gerakan shuffle dance dibandingkan dengan tari-tari street dance lainnya adalah gerakan kaki bagian tumit yang digerakkan dengan cara diseret ke belakang lalu kembali lagi ke depan secara bergantian dengan volume langkah kakinya kecil ini memberi kesan tarian ini menjadi dinamis dan keren bagi remaja-remaja. Selain itu, intensitas tenaga besar yang dipadu dengan gerakan tumit yang dilepaskan, volume gerak kaki yang kecil yang dilakukan dengan tempo cepat merupakan paduan kontras yang membuat dinamisnya gerak shuffle.

Keseruan tari ini yang diinginkan remaja diusianya kini. Sebagai seorang dewasa tidak dapat terlalu memaksakan remaja-remaja ini untuk dapat meminati tarian yang bagi mereka tidak memiliki keseruan. Namun, ini dapat diminimalisi dengan memberikan pengalaman-pengalaman untuk dapat mendekatkan mereka dengan tari tradisional. Pengalaman juga membantu remaja yang lebih besar untuk menilai minatnya secara kritis dan untuk mengetahui mana yang benar-benar penting dan dengan adanya penilaian kritis ini remaja yang lebih besar cenderung menstabilkan minatnya dan membawanya ke dalam masa dewasa (Hurlock, 2002). Proses pengalaman-pengalaman ini membawa dampak terhadap perubahan sikap terhadap tari tradisional.

(20)

9

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengalaman kreativitas yang akan membawa perubahan sikap remaja terhadap tari tradisional, khususnya tari Betawi inilah yang ingin dicapai dalam proses penelitian ini. Sebagai bentuk andil peneliti di tengah-tengah terancamnya kepunahan tari tradisional Betawi. Permasalahan ini merupakan implikasi dari peralihan perhatian remaja kepada produk budaya Barat. Hal ini pun menurunkan minat remaja Jakarta untuk mempelajari dan mempraktikkan tari tradisional Betawi sekaligus meneruskan tradisi tersebut. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika penari tradisional Betawi didominasi generasi tua, yang dilihat dari segi usia produktivitasnya amat terbatas.

Seni tari tradisi Betawi memiliki delapan jenis yang berbeda penyajiannya yaitu tari Topeng Betawi, Cokek, Belenggo (Belenggo Rebana dan Belenggo Ajeng), Japin atau Zapin, Samrah, Uncul, tari Pencak Silat dan tari Kreasi Baru. Dalam buku Tari Zapin Betawi (1996), secara etimologis kata Zafin merupakan perpaduan kata zafa yang artinya langkah atau melangkah dan kata izfin atau izfah yang artinya langkahan. Tari Zapin didominasi oleh langkahan-langkahan. Jika dalam kamus Arab-Indonesia, didapat kata zafana yang artinya menari. Ada pula kata zafanan yang artinya bertandak. Bertandak artinya sama dengan berjoget atau menari (kamus besar Bahasa Indonesia).

Tarian yang berasal dari Betawi ini terlahir sebagai peniruan atas tari Zapin yang biasa ditarikan oleh kalangan ulama Arab (keturunan). Oleh sebab itu

(21)

10

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fungsi tari Zapin termasuk ke dalam tari hiburan pribadi atau rekreasi, dilihat dari penampilannya, tari Zapin memiliki 3 ciri yaitu unsur improvisasi, unsur spontanitas dan unsur ketidakformalan terutama dilihat dari segi pemakaian kostum (pakaian) serta tidak terdapatnya aturan yang mengikat, baik dari segi koreografi dalam hal urut gerak (komposisi tari) maupun dari musik sebagai pengiringnya. Selain itu, ada lagi ciri yang juga lebih menguatkan bahwa Zapin sebagai tari pergaulan, yakni dalam penampilannya (pertunjukannya) tidak terdapat jarak antara penari dan penonton, serta penonton pun bebas untuk tampil di arena sebagai penari.

Kini tari Zapin sering disajikan sebagai tarian untuk memeriahkan upacara-upacara tertentu yang tak bersangkutan dengan kegiatan keagamaan. Penarinya semua laki-laki dan tidak pernah terdapat laki-laki menari berpasangan dengan wanita karena biasanya wanita menari di tempat khusus. Menurut Abdurahman Al Habsyi (1996), tari Zapin telah ada sejak lebih dari seabad yang lalu. Kalangan ulama keturunan Arab-lah yang menyebarkan dan membudayakan tarian ini di Indonesia. Menurutnya ada dua jenis tari Zapin yaitu pertama, tari Zapin umum memiliki pengertian tari Zapin yang berkembang di kalangan ulama (keturunan) Arab. Kedua, tari Zapin Betawi, tarian yang berkembang di masyarakat Betawi yang bukan kalangan ulama.

(22)

11

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tari Zapin Betawi memiliki istilah Majlas yaitu untuk sekelompok orang yang duduk membentuk lingkaran atau setengah lingkaran. Jika tari Zapin Betawi yang sudah menjadi tari pertunjukan ditempatkan di atas panggung Blandongan (panggung tradisi buatan seperti proscenium). Kostum Zapin Betawi yang digunakan sudah mengalami modifikasi dan ditata dari aslinya, karena aslinya lebih seperti pakaian sehari-hari. Alat musik yang digunakan pada tari Zapin Betawi ini terdiri dari gambus, biola, marwas, gendang, dan suling. Lirik syairnya mengandung ajaran-ajaran Islam dan penggunaan vokal biasanya dilakukan oleh pria atau wanita.

Tari Zapin Betawi yang berkembang dewasa ini diiringi lagu-lagu yang sudah tidak lagi menggunakan lagu-lagu berbahasa Arab juga gerakan-gerakan tarinya sudah mendapat banyak pengaruh dari tarian Melayu. Gerakan tangan hampir sama banyaknya dengan kaki. Tarian ini lebih menunjuk sebagai tari pertunjukan dibanding sebagai tari pergaulan. Zapin Betawi juga sering memperlihatkan pola tari berpasangan pria dan wanita.

Ciri gerakan dan penyajian pertunjukan tari Zapin Betawi ini bisa juga untuk meningkatkan kemampuan para remaja dalam mengkreasikan suatu bentuk tari kreatif yang berangkat dari tari tradisional Betawi yang disajikan dengan memadukan unsur gerak tari modern yang sedang trend saat ini dalam hal ini shuffle dance. Selain itu, Tari Zapin Betawi juga dapat menjadi cara untuk mempengaruhi remaja perkotaan, karena sifat tarian ini yang menggambarkan kecerian dan komunikasi, baik antar sesama penari maupun penonton, semakin

orang “asik” menari tari Zapin Betawi membuat orang yang menonton ingin ikut menari juga. Keasikan remaja yang menarikan tari Zapin Betawi hasil kreasi mereka ini yang nanti diharapkan memiliki kesamaan „keasikan‟ ketika mereka menarikan shuffle dance.

(23)

12

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sedangkan langkah kaki yang membentuk garis lengkung, baik berupa lingkaran penuh ataupun setengah lingkaran serta spiral dianggap sebagai variasinya. Awalnya tarian ini berkembang di daerah Timur, sehingga ini yang membuat beda dengan tari Betawi lainnya karena pengaruh ajaran Islamnya yang kuat, tari ini membatasi interaksi fisik antar laki-laki dan perempuan.

Gerakan langkah shuffle dance memiliki arah lurus ke depan dan langkah kakinya seperti orang berlari di tempat atau naik sepeda dan berpindah ke kanan kiri atau depan belakang diikuti dengan hentakan kaki. Ini merupakan gerakan dasar atau ciri khas dari shuffle dance. Gerakan T-Step dan Spin merupakan pengembangan gerak dari gerakan dasarnya yaitu running-man.

Pada dasarnya gerakan pokok dari kedua tarian ini menghasilkan sebuah lintasan lurus dan jelas yang mensimbolkan dari karakter yang tegas, enerjik, dan

“sersan” serius tapi santai, karena pada saat tertentu para penari di kedua tarian ini berinteraksi dengan para penontonnya dengan gerakan-gerakan tertentu, seperti salam, tepukan tangan dan lain-lainnya. Kedua tari ini harus menggunakan tenaga lebih untuk menggerakkannya, sehingga tarian ini mayoritas ditarikan oleh laki-laki, karena laki-laki memiliki tenaga yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan.

(24)

13

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini akan dilaksanakan di Gelanggang Remaja Jakarta Utara (GRJU) beralamatkan di jalan Laksamana Yos Sudarso No. 25. GRJU ini memiliki enam bangunan yang memiliki fungsi yang berbeda. Gedung pertama, yaitu gedung olah raga yang lapangannya berada didalam ruangan, tempat ini bisa digunakan untuk latihan bulu tangkis, basket, voli dan lain-lain yang sifat olahraga di dalam ruangan. Gedung kedua, yaitu auditorium tempat mempertunjukan seni atau acara yang menggunakan panggung dan tempat duduk untuk penonton. Gedung ketiga, yaitu sebuah rumah tradisional Betawi yang berbentuk seperti rumah Pitung. Gedung keempat, yaitu kolam. Gedung kelima yaitu Balai Latihan Kesenian. Gedung keenam, yaitu mushola, selain digunakan untuk olah raga. GRJU juga digunakan untuk pelatihan sanggar-sanggar seni seperti tari, menyanyi, teater dan ditambah dengan pelatihan bela diri.

Semua kegiatan remaja tersebut dinaungi oleh para remaja yang membutuhkan tempat untuk menyalurkan hobinya dalam bidang olah raga dan seni. Pelatihan seni tari disini ada dua jenis yaitu tari tradisi dan shuffle dance. Setiap malam minggu GRJU ini dipenuhi oleh komunitas yang berisikan para remaja yang sedang berlatih shuffle dance. Disini terlihat perbedaan jumlah anggota antara komunitas shuffle dance dan sanggar-sanggar tari tradisional, remaja Jakarta utara ini banyak yang memilih mengikuti shuffle dance daripada tari tradisi Jakarta.

(25)

14

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lainnya, karena mayoritas mereka memiliki latar belakang keluarga yang kurang mampu. Selain itu, alasan pemilihan komunitas shuffle dance di GRJU ini, karena peneliti ingin mencoba mendekati atau istilahnya menjemput bola kelompok remaja tersebut dengan mengenalkan tari tradisi Betawi secara non formal atau bukan di sekolah formal.

Saat pendekatan dimulai, ketua CSS sedang mengalami kegelisahan karena merasakan tidak adanya perkembangan gerak shuffle dance di komunitas mereka. Peneliti memberikan saran agar mereka mencari identitas komunitas dengan memasukan unsur gerak tari tradisional Betawi yang memiliki kesamaan dengan gerak shuffle dance. Setelah peneliti melakukan pengamatan pada jenis tari-tari Betawi, maka dipilih tari Zapin Betawi untuk mereka olah dengan shuffle dance. Melalui penelitian dengan subyek para remaja di CSS ini diharapkan ditemukan cara mengenalkan tari tradisional dan berkreasi dengan mengolah seni tari tradisional bagi remaja perkotaan, khususnya remaja di komunitas tari modern. Mereka dapat menjadi salah satu yang membawa pengaruh ke arah lebih baik bagi perkembangan kesenian tradisional Indonesia, khususnya tari Betawi seperti tari Zafin Betawi ini.

1.2

Rumusan Masalah

(26)

15

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Banyak yang meneliti tentang tari-tarian tradisional Indonesia tapi belum banyak penelitian tari yang mencoba meneliti bagaimana metode dan strategi tari tradisional itu dapat diterima oleh para remaja khususnya perkotaan yang dekat dengan modernisasi. Dari latar belakang penelitian tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana proses mengemas tari Zapin Betawi untuk komunitas shuffle dance ?

2. Bagaimana hasil pengemasan tari Zapin Betawi untuk komunitas shuffle dance ?

1.3

Variabel penelitian dan definisi Istilah

1.3.1 Tari Zafin Betawi

Sumaryono dan Endo Suanda (2006) menerangkan bahwa tari adalah jenis kesenian yang terkait langsung dengan gerak tubuh manusia. Tubuh menjadi alat utama dan gerak tubuh merupakan media dasar untuk mengungkapkan ekspresi seni tari. Alat dan media dalam tari adalah tubuh dan gerak, ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jadi, seni tari tradisional Betawi yaitu jenis kegiatan yang terkait langsung dengan gerak tubuh yang berasal dari derah Betawi atau Jakarta.

Buku yang berjudul Ikhtisar Kesenian Betawi yang ditulis oleh Rachmat Ruchiat dkk (2000) menjelaskan bahwa Japin atau Zapin adalah semacam tari pergaulan yang terdapat antara lain di Sumatra Utara, di Riau Daratan maupun Kepulauan, di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantam Timur dan sebagainya. Tari Zapin yang terdapat di wilayah Betawi biasanya diiringi orkes gambus yang ditambah dengan tiga gambus

(27)

16

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.3.2 Media Aktualisasi dan Interaksi Sosial

Menurut kamus bahasa Indonesia Aktualisasi adalah sebuah peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan orang banyak dan bersifat baru saja

terjadi atau masih “hangat” dibicarakan. Interaksi sosial dalam buku

Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik pakar teori interaksi mengemukakan bahwa interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain. Ilmu psikologi mendefinisikan bahwa aktualisasi diri dijadikan sebagai perkembangan paling tinggi bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga dapat memudahkan dan meningkatkan pematangan dan pertumbuhan. Hal ini saat penting dan merupakan harga mati jika ingin mencapai kesuksesan. Aktualisasi diri dapat diartikan juga sebagai tahap pencapaian oleh seseorang manusia terhadap apa yang mulai disadarinya ada dalam dirinya.

1.3.3 Remaja Perkotaan / Jakarta

Remaja (adolescene) adalah masa transisi / peralihan dari masa kanak– kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial dan umurnya berkisar 12 – 21 tahun. Masa remaja awal, umumnya individu telah memasuki pendidikan di bangku sekolah menengah tingkat pertama (SMP), sedangkan masa remaja tengah, individu sudah duduk di sekolah menengah atas (SMA). Kemudian mereka yang tergolong remaja akhir, umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau lulus SMA dan mungkin sudah bekerja (Agoes Dariyo : 2004 : 13-14). Remaja perkotaan merupakan mereka yang tinggal di perkotaan besar seperti Jakarta.

(28)

17

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelompok adalah kesatuan dua atau lebih individu yang mengalami interaksi psikologik. Komunitas adalah faktor pembentuk kelompok, sehingga membentuk norma sosial dan gaya hidup kelompok, yaitu standar sikap dan tingkah laku yang ditentukan oleh kelompok (Syarbaini : 2012 : 92). Komunitas shuffle dance merupakan suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat terhadap shuffle dance, tari dari Melbourne Australia.

1.4

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui proses pengemasan tari Zapin Betawi untuk komunitas shuffle dance.

2. Menerapkan tari Zapin Betawi dalam karya tari kreatif sebagai media remaja di komunitas shuffle dance agar dapat menjadi remaja yang memiliki sifat aktualisasi dan mampu berinteraksi sosial dilingkungan sekitar

3. Memberikan pengalaman bagi remaja Jakarta di komunitas shuffle dance untuk mengekspresikan diri dalam karya tari kreatif dengan mengolah tari tradisional Zapin Betawi.

4. Sebagai materi alternatif dalam kreatif dan apresiatif dalam pembelajaran seni tari di pendidikan formal dan non formal.

1.5

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terhadap isu – isu yang berkembang saat ini untuk mengenalkan remaja perkotaan terhadap seni tari tradisional Betawi, dan memahami minat remaja dalam mengekspresikan dirinya, serta dapat menemukan cara baru untuk tetap mengembangkan seni tari tradisi Betawi di tengah – tengah masyarakat modern sekarang ini.

(29)

18

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Mengenal jenis-jenis tari tradisi Betawi.

2. Memahami sejarah perkembangan tari Zapin Betawi. 3. Berkreativitas tari bernuansa Zapin Betawi masa kini.

b. Manfaat bagi guru

1. Sebagai bahan alternatif dalam mengenalkan remaja pada seni tari tradisi Indonesia.

2. Meningkatkan kemampuan guru untuk memberikan materi tentang tari Zapin Betawi.

c. Manfaat bagi peneliti

1. Memahami proses mengemas tari Zapin Betawi untuk komunitas shuffle dance.

2. Mengetahui hasil akhir untuk menerapkan tari Zapin Betawi untuk komunitas shuffle dance.

3. Memberikan pengetahuan tentang cara mengenalkan seni tari tradisi kepada remaja perkotaan.

(30)

39

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Pendekatan Kualitatif dan Metode Action Research

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Alasannya adalah dalam pemaparan hasil penelitian dijelaskan dalam bentuk deskripsi dan karena penelitian ini bersifat sosial, maka penelitian kualitatif yang tepat untuk digunakan oleh penelitian kali ini.

Action Research merupakan metode yang akan digunakan pada penelitian ini karena peneliti sendiri sebagai pelaku prakteknya dan pengguna langsung hasil penelitiannya. Selain itu, penelitian ini dilakukan di sebuah area lapangan tempat berlatihnya Cyber Squad Shuffle sebagai komunitas shuffle dance. Hasil yang diharapkan penelitian tindakan ini ditujukan untuk mencoba mendekatkan remaja perkotaan yang berada di komunitas shuffle dance Jakarta dengan tari tradisional daerah DKI Jakarta, seperti Zapin Betawi dan remaja dapat berkreasi sendiri dengan mengembangkan tari tradisional agar diterima di lingkungan remaja perkotaan.

Grudy dan Kemmis (1982 : 84) dalam buku Penelitian Tindakan Action Research Teori dan Praktek karangan Suwarsih Madya pun menjelaskan bahwa tujuan penelitian tindakan untuk mencapai tiga hal sebagai berikut.

1. Peningkatan praktek

2. Peningkatan (atau pengembangan professional) pemahaman praktik oleh praktisinya

3. Peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktek

(31)

40

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

organisasi atau struktur lain, yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada perilaku peneliti-penelitinya dan/atau perilaku orang lain (Suwarsih : 2009 : 25). Penelitian tindakan pada hakikatnya merupakan bentuk penelitian sosial, mereka yang terlibat dalam praktek yang diteliti harus dilibatkan dalam proses penelitian tindakan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan pelaksanaan tindakan dan pelaksanaan refleksi secara bersiklus.

Empat aspek pokok dalam penelitian tindakan yang dikemukakan oleh Kemmis dkk (1982) sebagai berikut.

1. Penyusunan Rencana

Peneliti menyusun rencana mendekatkan remaja perkotaan dengan tarian tradisional Betawi, dalam hal ini Zapin Betawi. Langkah awalnya dengan memberikan pemahaman tentang gerak dalam tari, kedua mendekatkan unsur gerak dengan mengambil contoh tarian yang mereka senangi seperti shuffle dance, ketiga mengenalkan tari Zapin Betawi karena memiliki unsur gerak yang sama dengan shuffle dance, keempat mengkolaborasi tari dengan menggabungkan kedua unsur gerak tarian tersebut, dan kelima mengevaluasi proses kreasi tersebut.

2. Tindakan

Setelah rencana tersebut disusun, peneliti mulai melakukan tindakan dengan praktek bersama subyek penelitian ini atau para remaja di komunitas shuffle dance. Tindakan ini dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan bukti tentang tindakan yang dilakukan peneliti dan para subyek agar dapat sepenuhnya menilai.

(32)

41

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari kegiatan ini akan dipentaskan pada acara Festival Musik Lain yang diadakan pada tanggal 23 Agustus 2013 di Gelanggang Remaja Jakarta Utara.

3. Observasi

Peneliti melakukan observasi untuk menemukan data tentang pengaruh tindakan terkait bersama prosesnya. Hal ini dilakukan dengan mencatat hal-hal yang tak terduga di luar dari observasi yang direncanakan. Hal-hal yang tak terduga tersebut dicatat dan direfleksikan oleh peneliti.

Observasi dilakukan sebanyak tiga kali, pada tanggal 22 September

2012, 23 Desember 2012, dan 21 Februari 2013. Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 22 September 2012 merupakan pertemuan pertama kali peneliti dengan komunitas Cyber Shuffle Squad di Gelanggang Remaja Jakarta Utara. Komunitas ini merupakan komunitas yang sangat dikucilkan oleh kelompok lainnya di GRJU. Pada pertemuan pertama ini peneliti berkenalan dengan komunitas ini tanpa memberitahukan maksud dan tujuan akan meneliti nantinya.

Observasi kedua 23 Desember 2012 ini peneliti baru mengetahui ada konflik antar anggota, sehingga berakibat komunitas ini hampir mengalami pembubaran anggota, sehingga kelompok ini terpecah ada yang tetap berada dan berlatih shuffle dance di komunitas ini, ada yang sudah tidak lagi bergabung dan berlatih di komunitas lain dan bahkan ada yang sudah benar-benar berlatih shuffle dance dimanapun. Ketiga, 21 Februari 2013 peneliti melakukan pendekatan dengan ketua komunitas ini dan mengungkapkan maksud adan tujuan akan melakukan penelitian dengan mereka yang akhirnya mereka bersedia mengikuti kegiatan penelitian ini.

(33)

42

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah melakukan observasi, yang peneliti lakukan adalah merefleksikan dengan mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan yang telah peneliti catat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata untuk menemukan kembali strategi dan cara untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Peneliti melakukannya dengan diskusi bersama para subyek penelitian.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan partisipan. Dipilihnya jenis penelitian ini dikarenakan peneliti sendiri terlibat langsung dalam melakukan tindakan dalam proses penelitian dari awal hingga akhir proses penelitian dengan mendapakan temuan-temuan hasil selama penelitian ini berjalan.

Gambar 3.1

Model Kurt Lewin (2009, hal 33 )

Pada penelitian ini peneliti mengaplikasikan model ini dalam proses penelitian. Pada gagasan awal peneliti mempunyai keinginan untuk mengenalkan tari tradisional kepada remaja karena pada masa ini mereka mengalami penurunan minat terhadap kesenian tradisional khususnya tari bahkan ada juga yang sama

Penyusunan

Rencana Tindakan

(34)

43

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekali tidak mengenal tari daerahnya sendiri. Agar mereka memahami tari tradisional tetap bisa mengikuti perkembangan zaman dan mampu melatih kemandirian dan berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Untuk itu peneliti mencoba mengenalkan tari tradisional diluar sekolah. Gagasan ini menemukan jalannya ketika ada salah satu remaja yang berasal dari komunitas tari modern menceritakan masalah komunitasnya. Komunitas tari modern bergaya shuffle dance ini merasakan kejenuhan terhadap tampilan shuffle dance komunitasnya yang monoton, dan ia ingin sekali memberikan suasana baru dalam tampilannya. Peneliti memberikan saran agar mereka mengkolaborasikan dengan tari Betawi sebagai identitas mereka remaja Jakarta. Ketua komunitas shuffle dance ini pun menyetujui gagasan ini dan berkeinginan untuk dikenalkan dengan salah satu tari Betawi.

Peneliti mulai merencanakan akan memberikan materi tari Betawi yang memiliki kesamaaan dengan shuffle dance. Awalnya peneliti mengamati video shuffle dance secara terus menerus hingga menemukan satu keunikan shuffle dance yaitu gerakan dasarnya adalah langkah kakinya. Kemudian peneliti mencari tari Betawi apakah ada atau tidak yang juga mengolah langkah kaki. Akhirnya peneliti menemukan satu tari Betawi yang berjudul tari Zapin Betawi. Setelah diamati kedua kedua tari ini tidak hanya sama fokus olahan gerak dasarnya saja tetapi juga pelaku tarinya.

(35)

44

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap kedua peningkatan merupakan lanjutan pengenalan agar remaja CSS memiliki peningkatan memahami gerakan tari. Materi yang diajarkan adalah tenaga dalam tari. Mereka diarahkan terlebih dahulu mengamati karakter temannya. Kemudian karakter-karakter tersebut dicoba untuk diekspresikan dengan gerakan tubuh tanpa mengeluarkan suara.

Tahap ketiga pemantapan merupakan tahap akhir dimana remaja CSS diberikan materi tentang forming atau mengkomposisikan gerakan. Materi yang diajarkan adalah pola lantai kelompok. Ke delapan remaja CSS yang ini diarahkan membuat pola lantai kelompok dengan penarinya sesuai jumlah mereka yaitu delapan. Proses pola lantai ini peneliti tidak banyak mengarahkan bentuk-bentuk apa saja yang dibuatnya, tetapi lebih membebaskan mereka untuk mandiri mengolah pola lantai yang cocok untuk gerakan yang ada.

3.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini merupakan para remaja yang tergabung dalam komunitas shuffle dance yang bernama Cyber Shuffle Squad (CSS). Komunitas ini berada di Gelanggang Remaja Jakarta Utara. Mereka diperkirakan sekitar umur 13-18 tahun. Ketertarikan peneliti terhadap CSS, meskipun di GRJU terdapat dua komunitas shuffle dance, karena mereka memiliki rasa kebersamaan antara satu dengan yang lainnya meskipun komunitas ini yang selalu dijauhi oleh komunitas shuffle dance lainnya.

3. 3 Lokasi Penelitian

(36)

45

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tanjung Priok dan wilayah ini merupakan salah satu daerah yang juga merupakan bagian dari sejarah awal berdirinya dari kota Jakarta masa dulunya. Tempat para pedagang dari negara asing singgah pertama kalinya di Batavia atau Jakarta sekarang ini. Pertimbangan lain, karena wilayah ini merupakan pintu gerbang arus keluar masuknya barang ekspor dan impor maupun barang antar pulau.

Pemilihan lokasi ini juga berkaitan dengan remaja yang berlatih menari secara mandiri diluar kegiatan sekolah. Di GRJU ini para remajanya yang paling tinggi semangatnya untuk berlatih menari daripada gelanggang remaja daerah lainnya, terutama berlatih shuffle dance. Hal ini terlihat cukup lumayan banyak komunitas shuffle dance yang berlatih di GRJU. Alasan tersebut yang membuat peneliti memilih tempat ini sebagai lokasi penelitian.

Gambar 3.2

Peta Lokasi GRJU di Jakarta Utara

3. 4 Teknik Pengumpulan Data

(37)

46

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Squad, mereka selalu berlatih di halaman GRJU, sehingga akses peneliti dari observasi awal hingga pengumpulan data–data penelitian lebih mudah dalam kegiatan penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a) Catatan Lapangan

Catatan tentang deskripsi keadaan tari Zafin Betawi di komunitas shuffle dance di Gelanggang Remaja Jakarta Utara secara subjektif atau pandangan dari peneliti. Selain itu, catatan tentang gerak-gerik remaja tersebut dan kejadian ketika mereka latihan untuk lomba dan proses penelitian ini.

b)Deskripsi Perilaku Ekologis

Ini berisikan hasil analisis dari berbagai dokumen tertulis yang berguna dan membantu untuk memperoleh data yang dapat menjawab permasalahan penelitian. Dokumen tertulis ini terdiri dari buku-buku tentang tari Zapin Betawi dan ditambahkan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang telah mengangkat tema tentang tari Zapin Betawi.

c) Analisis Dokumen

Ini berisikan hasil analisis dari berbagai dokumen tertulis yang berguna dan membantu untuk memperoleh data yang dapat menjawab permasalahan penelitian. Bentuk dokumennya berupa jurnal, skripsi dan tesis yang memiliki kesamaan materi namun tujuannya berbeda yang sudah dilakukan oleh peneliti lain, dan data yang diperoleh dari internet.

d)Catatan Harian

(38)

47

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu e) Angket

Angket ini diajukan kepada para remaja di komunitas shuffle dance dengan menggunakan angket terbuka agar memperoleh data yang berguna bagi tahap-tahap eksplorasi. Angket diberikan kepada anggota inti di komunitas CSS pada awal dan akhir pertemuan proses penelitian ini. Pemilihan pengisi angket ini, karena anggota yang sudah memahami bentuk gerakan shuffle dance dengan baik agar dapat membantu peneliti untuk mencapai tujuan. Angket ini digunakan untuk mengetahui perkembangan pemahaman tentang tari Betawi diberikan pada saat awal pertemuan dan akhir pertemuan.

Gambar 3.3

Remaja CSS Pengisian Angket (Dok. Mairani, 2013)

f) Wawancara

(39)

48

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tanggal 9 Mei 2013 dan tokoh budayawan Betawi bapak Rahmat Ruhiyat pada tanggal 28 April 2013. Wawancara dengan ketua komunitas CSS untuk mendapatkan data tentang sejarah terbentuk komunitas Cyber Squad Shuffle, sedangkan wawancara dengan tokooh budayawan Betawi untuk mendapatkan data tentang perkembangan tari Zapin Betawi.

Gambar 3.4

(40)

49

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.5

Wawancara dengan bapak Rachmat Ruchiyat (Dok. Mairani, 2013)

g)Rekaman Video dan Foto

Peneliti selalu merekam segala peristiwa proses penelitian bersama komunitas shuffle dance. Video dan foto ini juga berupa dokumentasi pertunjukan tari Zapin Betawi, foto-foto proses penelitian dengan remaja-remaja di CSS, dan video saat komunitas CSS mengikuti lomba dan saat melakukan pementasan. Perekaman video dan pengambilan foto ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang proses kreatif dan proses perkembangan aktualisasi diri dan interaksi anggota CSS selama mengikuti penelitian ini.

h)Penampilan Subyek Penelitian pada Kegiatan Penilaian

(41)

50

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ciri-ciri aktualisasi dan interaksi dari evaluasi setiap tahapan. Selain itu capaian hasil kreasi mereka berupa karya tari kreasi shuffle dance yang di dalamnya tetap mengolah gerakan tari Zapin Betawi.

3.5Teknik Analisis Data

Peneliti membandingkan isi catatan yang dilakukan tentang para subyek (remaja CSS) untuk memperoleh suatu temuan yang dapat diandalkan dan sahih. Cara membandingkan ini akan mengurangi subyektivasi dari peneliti sendiri. Penggolongan data juga digunakan untuk menyimpulkan makna yang terdapat di dalam data. Untuk memperoleh data dan melihat adanya perubahan pada komunitas CSS yang akan dijabarkan secara kualitatif, maka peneliti menentukan indikator-indikator yang diamati terlebih dahulu sehingga perubahan yang terjadi dapat dilihat. Data yang diperoleh melalui evaluasi akan sangat menolong untuk menentukan adanya perbaikan yang diinginkan. Semua yang terjadi baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan, perlu dianalisis untuk menentukan apakah ada perubahan ke arah perbaikan di segala aspek praktek dalam proses penelitian. Jadi, hasil analisis data dapat disajikan secara kualitatif deskriptif

Disetiap akhir tahapan tersebut peneliti menganalisis data untuk melihat pencapaian aktualisasi diri dan perkembangan interaksi sosial remaja CSS. Berikut gambar bagan proses analisis data :

Gambar 3.6 Proses Penelitian

Rencana Umum:

Tahap Pengenalan : materi eksplorasi (pertemuan 1&2) Tahap Peningkatan : materi improvisasi (pertemuan 3&4) Tahap Pemantapan : mengkomposisi (forming) (pertemuan 5&6)

Implementasi : tahap Pengenalan Pengamatan proses latihan pertemuan 1&2

Refleksi

 capai perubahan aktualisasi dan interaksi

 merencanakan perbaikan proses tahap peningkatan

Gagasan Awal :

Mendekatkan tari Betawi kepada remaja Jakarta.

 Pendekatan dengan CSS

(42)

110

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Bab V ini merupakan kesimpulan dari Tari Zapin Betawi sebagai aktualisasi diri dan interaksi sosial remaja di komunitas shuffle dance. Bab ini akan menguraikan jawaban dari ketiga pertanyaan penelitian yang diajukan.

1. Usia remaja lebih sering menghabiskan waktu dengan teman-teman sebaya, salah satunya yang memiliki kesamaan minat. Minat dapat tumbuh dari pengaruh orang lain, seperti melalu pendidikan. Pendidikan tidak hanya diperoleh dari sekolah tetapi pendidikan dapat diperoleh dari sanggar atau komunitas atau dapat juga disebut pendidikan non formal. Masuknya tari Zapin Betawi di komunitas shuffle dance memberikan pengalaman pendidikan bagi remaja untuk berkreasi dengan mengolah kesenian tradisional setempat namun tetap dapat mempertahankan potensi dasar komunitasnya.

2. Proses kreativitas dalam mengemas tari Zapin Betawi untuk komunitas shuffle dance terbukti meningkatkan aktualisasi remaja untuk lebih mandiri dan mempunyai interaksi sosial yang baik antar sesama karena melalui berkreativitas secara berkelompok dalam bidang seni tari mampu menumbuhkan rasa menghargai pendapat orang lain. Hasil karyanya menghasilkan rasa kebanggaan pada diri sendiri, keluarga, teman maupun lingkungan masyarakat.

(43)

111

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kreativitas tari dengan unsur-unsur pendukungnya dan meningkatnya kemampuan berinteraksi sosial tidak hanya dengan teman dekatnya saja tetapi orang-orang disekitarnya.

4. Pengemasan tari tradisional yang dilakukan oleh remaja mampu membantu perkembangan tari tradisional agar tetap hidup setiap zaman, karena tanpa pengembangan, tarian tersebut akan mati dan hilang karena tidak adanya penyebarluasan tarian itu sendiri.

5.2Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan penelitian tari Zapin Betawi sebagai aktualisasi diri dan interaksi sosial remaja di komunitas shuffle dance, peneliti dapat merekomendasikan bagi guru tari untuk non pendidikan atau sanggar. Hal ini dapat memberikan kesempatan kepada remaja yang mengikuti komunitas tari agar mereka mendapatkan pengetahuan tentang berkreatifitas dalam mengembangkan atau berkreasi tari dengan cara atau melalui menggali tari tradisional yang dikolaborasikan dengan modern dance asalkan tetap menjaga esensi dari tarian tersebut. Metode ini dapat menjadi acuan alternatif untuk pengajaran pendidikan non formal bahkan pendidikan formal yang menggali unsur tradisional tanpa meninggalkan esensinya yang digabungkan dengan unsur modern dalam penyajiannya.

(44)

112

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (1999). Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta.

Alexy, Pedro dan Dewi Hafianti. (2001). Ayo Menari, Jakarta: Grasindo.

Ali, M dan Asrori, M. (2011). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara.

Anwar. Yesmil dan Adang. (2013). Sosiologi untuk Universitas, Bandung: Refika Aditama.

Baron, R.A. dan Bryne, D. (2003). Psikologi Sosial jilid 1 edisi sepuluh, Jakarta: Erlangga.

Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia. Dewi, M.S. (2012). Menumbuh Kembangkan Kreativitas Tari Pada Generasi

Muda, Jurnal Forum Indonesia Dance Fetival : Nurturing the Youth’s

Creativity through Contempory, Jakarta : IKJ.

Feist, J. dan Feist, G.J. (2013). Teori Kepribadiaan Teori of Personality, Jakarta : Salemba Humanika

Wayan, I.D., Widaryanto, F.X., dan Suanda, E. (2006). Tari Komunal Buku Pelajaran Kesenian Nusantara untuk Kelas XI, Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.

Hasanudin. A. (2012). Motif Remaja Soreang Dalam Melakukan Kegiatan Olah Raga di Stadion Si-Jatak Harupat Soreang Kabupaten Bandung. Skripsi pada Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan

Hawkins, A.M. (2003). Mencipta Lewat Tari Terjemahan Y. Sumandiyo Hadi, Yogyakarta: Manthili.

Hendrowinoto, R.K.S et al. (1998). Seni Budaya Betawi Menggiring Zaman, Jakarta : Dinas Kebudayaan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Heraini, N. (2012). Makna Nilai Resistensi Dalam Kebudayaan Hip Hop :

(45)

113

Pemilasari Wahyu Mairani, 2013

Kreasi Tari Zapin Betawi Dan Shuffle Dance Sebagai Media Interaksi Sosial Dan Aktualisasi Pada Komunitas Shuffle Dance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: Manthili.

Hurlock, E.B. (2002). Psikologi Perkembangan Suatu Perdekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga

Hidayat, R. (2005). Wawasan Seni Tari Pengehuan Praktis Bagi Guru Seni Tari, Malang: Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Madya, S. (2009), Penelitian Tindakan Action Research Teori dan Praktik, Bandung: Alfabeta.

Masunah, J., dan Narawati, T. (2003), Seni dan Pendidikan Seni Sebuah Bunga Rampai, Bandung: P4ST UPI.

Mediyawati, N. (2003). Potret Remaja Perkotaan dalam Lupus : Kajian Sosiologi Sastra, Tesis pada Universitas Indonesia Jakarta: tidak diterbitkan

Narawati, T dan Masunah, J. (2010). Meningkatkan Pemahaman Silang Budaya Melalui Pendidikan Seni, Jurnal Quo Vadis Seni Tradisional V. Hal 223-231.

Parani, Y. (2000). Seni Budaya Betawi, Pralokarya Penggalian dan Pengembangannya Dinas Kebudayaan Propinsi DKI, Jakarta.

Permana, R. et al. (2011). Langgam Budaya Betawi, Depok: Fakultas Ilmu

Santoso, S. (2010). Teori – Teori Psikologi Sosial, Bandung: PT. Refika.

Sedyawati, E. (2006). Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Smith, J.A. (2009). Psikologi Kualitatif Panduan Praktis Metode Riset, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gambar

Gambar 3.1  Model Kurt Lewin (2009, hal 33 )
Gambar 3.2  Peta Lokasi GRJU di Jakarta Utara
Gambar 3.3  Remaja CSS Pengisian Angket
Gambar 3.4 Rachmat Ruchiyat seorang budayawan Betawi
+3

Referensi

Dokumen terkait