STUDI TENTANG PROSES PENGEMBANGAN PROFESIONAL KEPALA SEKOLAH MENENGAH ATAS Dl KOTAMADYA SUKABUMI
T E S I S
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung untuk Memenuhi Sebagian dari syarat Program Pasca Sarjana Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh i
IYUS AKHMAD HARIS No. i 3 5 2 / D / X V - 7
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G
DISETUJUI DAN OISAHtf ANf OLEH! PEMBIMBING
Prof. Dft,/E. Enqkoswara M. Ed
^embimbingi I
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KtEGURUAN, DAN ILMU PENDIDIKAN;
; B3 A N. 0 U N G
DAFTAR ISI
hal
PERSETUJUAN BAN PENSAHAN
1 1 KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR MODEL, TABEL DAN GAMBAR
x
BAB.I.PENDAHULUAN
1 A.Permasalahan
^1.Latar belakang Masalah
2.Rumusan Masalah _
5
B.Tujuan Penelitian
l.Tujuan Umum
7 2.Tujuan Khusus
o
CPentingnya Penelitian
9
l.Aspek Praktis Operationil
q
2.Aspek Teoritis
lu BAB.II.STUDI KEPUSTAKAAN
A.Konsep-Konsep Dasar Yang Relevan Dengan Per-
n
masalahan.
1*
P«ngertian
Pengembangan Kompetensi Kepala'. U
Sekolah.
2.Model-Model Pengembangan Profesional Admi- ia
trator Sekolah.
a.Model W.Warner Burke dan Warren H.Schmidt 23;
b.Model William B.Castetter
~c
•O
c.Model Pembaharuan Sistem Pendidikan Tena- £9
ga Kependidikan.
d.Model Pedoman Umum Penyelenggaraan Administrasi
32
Sekolah Menengah.
3.Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah 41
B. Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya
47
C. Kesimpulan Studi Kepustakaan 50
BAB.III.PROSEDUR PENELITIAN 52
A. Populasi dan Sampel 52
B. Anggapan Dasar dan Hipotesa 53
O. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 54
D. Pengumpulan data 56
E. Pengolahan dan Analisa Data 58
l.Pemberian bobot '58
2.Validitas dan Reliabilitas Instrumen 60*•
3.Uji Normalitas 66
4.Uji Hipotesis 6?
4,l.Persaraaan Regresi 6?
4.2.Uji Kebenaran Kontribusi Antar Variabel 68
4.3.Uji Iiinieritas 69
4.4.Uji Koefisien Korelasi 71
4.5#Uji Sfgnifikasi Koefisien Korelasi 72
BAB.IV.HASIL - HASIL PENELITIAN 73
A.Uji Normalitas
B.Uji Hipotesis
l.Persamaan Regresi
81 2.Kebenaran Kontribusi Antar Variabel 82
3.Uji Linieritas 84
v m
73
4.Koefisien Korelasi dan Koefisien Deterrainasi 86 5.Signifikasi Koefisien Korelasi 8Q
BAB.V.DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN 9l
A.Diskusi Hasil Penelitian
qj-B.Kesimpulan Hasil Penelitian 100
G.Saran-Saran 103
DAFTAR BACAAN 106
.LAMPIRAN
A.INSTSUMEN PENELITIAN I07
B.Tugas Kepala Sekolah <fCenuruit Pedoman Umum Penyeleng-
122.
garaan Administrasi Sekolah Menengah, Departeman Pen
didikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Das.ir
dan. Msriun^uh.
DAFTAR TABEL, MODEL DAN GAMBAR
TABEL.
1. Ciri- 8iri Profesional -. n
2. Tipologi Pengembangan
Profesional
26
3. Skala Penilaian cn
5o
4. Distribusi Kumulatif Kurang Dari,Kompeten-
73
si Kepala Sekolah.
5- Disrribusi Kumulatif Kurang Dari,Pembinaan
75
Pengawas.
6. Distribusi Kumulatif Kurang Dari, Pengemba- ' 77
ngan diri.
7. Harga Chi-Kwadrat.
7q
8. Persamaan Regresi Linier untuk masing-masing
81
variabel.
9. Harga-harga F untuk Kontribusi Rata-Rata Ko- 83
efisien Aran Regresi antar Variabel.
10. Harga F untuk Tuna Cocok U^i Linieritas.
35
11. Nilai Koefisiensi Korelasi dan Koefisiensi De-86^
terminasi.
12. Signifikasi Koefisien Korelasi.
go,
ILfcOLEL
1. Pengembangan Manajer, W Warener dan W.Schmidt 23.
2. Pengembangan Administrator Pendidikan William 28
B. Gastetter.
3. Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Ke- 31
[image:6.595.42.565.76.752.2]III. Gambar.
1. Kertas Peluang Normal , Kompetensi Kepala Seko-
74
lah.
2. Kertas Peluang Normal , Pembinaan Pengawas
76
3. Kertas Peluang Normal, Pengembangan diri
78
BAB I
PENDAHULUAN
A.Permasalahan.
1.Latar Belakang Masalah.
Pembangunan sistem pendidikan merupakan usaha sadar
untuk mewujudkan wahana yang memungkinkan manusia memper
-tahankan kelangsungan hidupnya dan mengembangkan .,• dir^nya
secara terus raenerus dari generasi ke generasi. Oleh
kare-na itu pembangukare-nan sistempendidikan harus memperhitungkan
masalah-masalah eksistensi
manusia dalam hubungannya de
-ngan masa lalu, masa kini, dan terutama dalam kaitannya
de-ngan kemungkinan-kemungkinan masa yang akan datang
Masalah-masalah yang menyangkut pembangunan pendi
dikan pada garis besarnya dapat dibagi menjadi masalah yang
langsung berkaitan dengan sistem pendidikan
dan- masalah
yang secara tidak langsung berkaitan dengan sistem pendidi
kan. Masalah yang tidak langsung berkaitan dengan
sistem
pendidikan adalah masalah international, regional
dan.nasional yang menyangkut lingkungan hidup, perkembangan pendu
-duk, pengelolaan geografis, idiologi, politik, ekonomi,
han-kam dan sebagainya.Masalah yang langsung berkaitan dengan sistem pendi
dikan adalah masalah-masalah yang berkenaan dengan komponen
pendidikan itu sendiri seperti masukan (in-put) berupa anak
didik, instrumen pendidikan berupa kurikulum, tenaga
dan masalah out-put berupa kualitas, kuantitas ,relevansi
dan pemerataan.
Sekolah tempat berlangsungnya proses belajar
menga-jar_secara
formal akan dipengaruhi dan paling meBasakan ma
salah^ masalah di atas. Juga faktor-faktor yang berkaitan
dengan pendidikan baik langsung maupun tidak langsung
si-patnya tidak statis ,dalam arti semua faktor yang menjadi
permasalahan dari hari ke hari cenderung berkembang. Per
-kembangan ini memberikan dampak semakin berat dan
kompleks-nya permasalahan yang fearus dihadapi oleh sistem pendidikan
di sekolah-sekolah ,karena setiap kecenderungan dan trend
kehidupan akan berim£Likasi terhadap sistem pendidikan
khu-susnya di sekolah.
Dalam menghadapi permasalahan pendidikan yang timbul
setiap aspek tidak bisa dipandang secara terpisah . karena
setiap permasalahan berhubungan satu sama lain dan
mempu-nyai pengaruh yang kumulatif. Pembaharuan dan penyesuaian
sistem pendidikan di sekolah secara menyeluruh merupakan
ke-giatan
rutin sejalan dengan persoalan yang timbul
dan
ke-mungkinan yang
timbul.
Namun dari manapun pembaharuan
dan
penyesuaian akan dimulai, akhirnya tenaga kependidikan meru
pakan faktor yang paling menentukan bagi berhasil atau
gaga-nya usaha perbaikan sistem pendidikan di sekolah.
mem-memperoleh produktivitas kelembagaan yang tinggi. Hal ini
dapat terwujud apabila kepala sekolah sebagai administrator
yang paling bertanggung jawab terhadap berhasil tidaknya pe-laksanaan pendidikan di sekolah diisi oleh orang-orang yang kompeten dalam jabatannya, dalam arti kepala sekolah yang selalu berorientasi pada nilai-nilai, sikap dan perbuatan
profesional.
Masalah yang dihadapi oleh sistem pendidikan untuk mengisi orang-orang kompeten dalam jabatan kepala sekolah , termasuk di dalamnya kepala Sekolah Menengah Atas, adalah belum adanya pengaturan administratif guna menempatkan personil secara sistematis untuk menduduki jabatan admnistra -tif dalam sistem sekolah. Sudani menjadi tradisi jabatan ke pala sekolah selalu diisi oleh guru-guru kelas atau bidang
studi yang sudah mempunyai pangkat tertinggi, masa kerja
ter-lama dan pertimbangan tertentu, tetapi kurang memperhatikan
latar belakang pendidikan formal.
Hal ini bukan berarti kepala sekolah yang dianggkat da
ri guru kelas kurang baik, atau kepala sekolah yang diangkat
mempunyai latar belakang pendidikan administrasi pendidikan
lebih kompeten, uEtuk-kasus-kasus tertentu bisa saja
sebalik-nya atau tidak ada perbedaan yang cukup berarti, tetapi yang pasti siapapun yang menjadi kepala sekolah, ilmu, sikap dan ketrampilan mengadmnistrasikan sekolah harus dikuasai.
Logi-kanya seseorang kepala sekolah yang diangkat dengan latar be
lakang pesAidikan-administrasi pendidikan ditambafe dengan
tuntu-tan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Penerapan ilmu administrasi dalam perakteknya
diper.lukan pengetahuan penunjang lainnya seperti ekonomi, psi
-kologi, hukum, sosiologi dan sebagainya. Kepala sekolah
se-bagai administrator harus mampu menyerap informasi pengeta
huan dari berbagai disiplin ilmu , namun hal ini kurang
me-mungkinkan karena keterbatasan sumber daya yang terdedian
untuk kondisi sekarang ini, tetapi mempelajari dan
mengiku-ti perkembangan pengetahuan administrasi khususnya adminis
trasi pendidikan dari berbagai sumber belajafc secara profe
sional merupakan suatu tuntutan. x
Dengan pengetahuan yang diperolehnya kepala
sekolah
diharapkan mempunyai wawasan yang lebih luas cfan mempunyai
kerangka acuan untuk menjelaskan dan meramalkan masalah-ma
salah yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan
sistem pendidikan, khtsusnya terhadap sekolah yang
dikelo-lanya.
Untuk meningkatkan pengetahuan para kepala sekolah mempunyai sikap profesional dan trampil dalam
mengadministra-*0ikan sekolah sesuai dengan sistem pendidikan yang dinamis,
maka perlu usaha pertumbuhan secara profesional, yang me nyangkut pertumbuhan ilmu, wawasan berpikir, sikap dan ke-trampilan mengadministrasikan sekolah.
Pertumbuhan bag! seorang administrator dapat dilaksa-nakan melalui program herancana (planned progBam) di •mana
kelompok (collaborative effort), maupun yang tumbuh .dan
berkembang atas kemauan, dorongan dan inisiatif '.dirin^a
sendiri.
2.Rumusan Masalah.
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah
di-kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan kembali permasa
lahan itu secara lebih jelas. Pada dasarnya perlu adanya
pengembangan secara profesional kompetensi kepala
sekolah
karena:
1) Semakin besar harapan anak didik, keluarga, pe
-merintah dan masarakat terhadap produktifitas pendidikan
dan adanya kemajuan ilmu dan teknologi yang berimplikasi
terhadap sistem pengelolaan pendidikan di sekolah ( D.A ,
Tisna Amijaya,1981:l)
2) Kehidupan di masa depan tampak semakin kompleks
dan cepat sekali berubah yang dapat menimbulkan
permasala-.han terus menerus. Kadang-kadang suatu permasalahan
belum
terpecahkan, sudah datang lagi permasalahan lain yang
me-nuntut pemecahan segera pula (Engkoswara,1983:6)
3) Belum adanya pengaturan administratif untuk pe
-ngembangan personil secara sistematis untuk menduduki ber
bagai kedudukan manajerial di dalam sistem sekolah.
Apa
yang diperlukan untuk menjadi seorang administrator hanya
sejumlah pengetahuan mengajar dan pengalaman
sebagai guru,
selebihnya dapat dipungut dalam pekerjaan (Oteng Sutisna,
Dengan adanya dinamika kehidupan, sistem
pengangka-tan dan makin terbatasnya sumber daya, konsekwensinya un
tuk menjawab masalah tersebut pendidikan di tingkat lem
baga akan selalu mengalami perubahan, baik perluasan or
-ganisasi, revisi dan pertumbuhan yang menyangkut kurikulum,
personil pendidikan dan biaya secara rutin, guna mencapai
tujuan pendidikan seperti apa yang diharapkan oleh
semua
pihak dengan tepat guna dan hasil guna.
Guru sebagai ujung;.tombak pelaksana pengajaran, ti
dak akan dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik tanpa
ditunjang oleh sistem administrasi yang mapan. Dalam arti
adanya pendayagunaan semua sumber ( tenaga, dana, sarana
dan alat) secara tepat guna dan ahasil guna. Oleh
sebab
itu perubahan-perubahan fundamental pada semua aspek dan
tingkat perlu disertai dan dilandasi dengan . peningkatan
kemampuan teknis managerial para pejabatnya, dalam hal ini
kepala sekolah.
Sejalan dengan semakin meningkatnya harapan dan tun
tutan terhadap sekolah, adanya dinammka kehidupan dan ter
batasnya sumber daya yang tersedia, maka pada diri kepala
-sekolah harus tersedia pengetahuan yang cukup tentang
ke-butuhan -
mas«??a*at
yang nyata serta kesediaan untuk
mempe-lajari dan menyesuaikan diri secara kontinu dengan peruba
han yang terjadi di masarakat, sehingga sekolah V-
**lalui
program ytSmg disajikannya senantiasa dapat menyesuaikan di
ri dengan kebutuhan dan kondisi baru.
makin raeningkat dan dinamika kehidupan artinya kepala se
kolah harus adanya "profesional growth" atau perkembangan
yang menyangkut ilmu, sikap dan ketrampilan sebagai admi
nistrator pendidikan secara profesional.
Pertumbuhan dan perkembangan bagi seorang
kepala
sekolah seperti yang telah dikemukakan, dapat dikembangkan
melalui program berencana (planned program), usaha
kelom-pok ( collaborative efforts) dan pengembangan diri secara
individual.
Dalam kaitanya dengan penelitian ini penulis
mene-mukan dua variabel yang dominan yaitu pembinaan pengawas
Bidang Pendidikan Menengah Umum Kantor Wilayah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dan pengembangan diri secara
in-dividu , yang mempengaruhi terhadap peningkatan kompeten
si kepala sekolah.
Hasil penelitian penulis laporkan dalam bentuk
te-sis yang berjudul:
STUDI TENTANG PROSES PENGEMBANGAN PROFESIONAL
KE--PALA SEKOLAH MENENGAH ATAS ])I KOTAMADYA SUKABUMI.
B» Tujuan "Penelitian.
l.Tu.juan Umum.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
memper-oleh gambaran yang jelas tentang perkembangan kompetensi ke
pala sekolah secara profesional agar menjadi administrator
-8
kolah menengah atas se Kotamadya Sukabumi.
2.Tu,juan khusus.
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1) Untuk memperoleh gambaran pelaksanaan _ pembinaan
oleh pengawas bidang Pendidikan Menengah Umum Kantor
Wila-yah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Ba
rat terhadap perkembangan kompetensi kepala sekolah.
2) Untuk memperoleh gambaran tentang proses pengem
-bangan dirinya sendiri dan besarnya pengaruh proses
tersebut terhadap perkembangan kompetensi kepala sekolah mene
-ngah atas se Kotamadya Sukabumi.
3), Bagaimana pola hubungan antara pembinaan pengawas
bidang Pendidikan Menengah Umum Kantor Wilayah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat dan pengem
-bangan dirinya sendiri dengan kompetensi.kepala sekolah da
lam
mengadministrasikan sekolah yang dipimpinnya.
4.)
Untuk mengetahui besarnya pengaruh pembinaan yang
diterima dari pengawas bidangPpndidikan Menengah Umum Kan
tor Wilayah Departemen Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
5)
Untuk mengetahui besarnya pengaruh pengembangan
dirinya sendiri (kepala sekolah) untuk meningkatkan penge
tahuan , sikap dan ketrampilan sebagai administrator seko
-lah yang kompeten.
6) Untuk mengetahui variabel mana dari ke dua varia
bel di atas yang lebih dominan yang mempengaruhi peningkatan
kompetensi kepala sekolah menengah atas se Kotamadya Sukabu
C.Pentingnya Penelitian.
Masalah ini menurut penulis penting untuk diteliti
karena kepala sekolah sebagam administrate* persekolahan
harus mempunyai kompetensi atau mempunyai pengetahuan,si
-kap dan ketrampilan pemaharaan terhadap hakekat manusia da
lam organisasi.
Di samping tuntutan kompetensi, bidang administa
si pendidikan kalau diukur dengan kriteria yang ideal be
-lum memperoleh status profesioanl karena terdapatnya
bebe-rapa hambatan guna memenuhi kriteria suatu profesi.
Dengan mengadakan penelitian ini dihasapkan dapat
mengungkap duduk persoalannya, apa yang perlu dipacu, apa
yang perlu dijaga dan apa yang perlu dihilangkan dalam
mem-bina atau mengembangkan kompetensi kepala sekolah 'secara
profesional.
Pengembangan profesional kepala sekolah '• tentunya
menjadi tanggung jawab atau perlunya campur tangan semua
pihak,haik lembaga-lembaga pengembang ilmu, pemerintah da
lam hal ini terutama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
organisasi profesi dan terutama individuindividunya sen
-diri.
Melalui penelitian ini diharapkan semua pihak mem
peroleh gambaran dan balikan untuk menyusun strategi baik
secara praktis maupun teoritis.
dijelae-10
kan sebagai berikut:
!• Aspek Praktis operationil.
Ditinjau dari aspek ini ,masalah yang diteliti da
pat memberikan gambaran yang jelas tentang kenyataan proses
pertumbuhan profesional kepada sekolah sebagai administra
tor persekolahan agar menjadi kepala sekolah yang kompeten.
Kompetennya seorang kepala sekolah pada gilirannya
akan raempengaruhi produktivitas lembaga yang dikelmlanya.
Berangkat dari gambaran ini maka dapat dianalisa faktor
ma-na yang lebih domima-nan,cara dan pendekatan mama-na dan
bagaima-na yang lebih efektif gubagaima-na mengembangkan kompetensi kepala
sekolah.Hasil analisa ini diharapkan memberikan sumbangan
kepada semua pihak yang merasa berkepentingan terhadap pe
-ngembangan profesioanl kepala sekolah.
2.Asoek Teoritip.
Dilihat dari aspek ini,administrasi pendidikan se
bagai. bidang studi atau disiplin akademis perlu dikembang
-kan dengan subur.Proses pengembangan ini sebaiknya tidak ha
nya menyerap konsep-konsep atau generalisasi yang ditemukan
oleh akhli dari luar negeri yang belum tentu cocok dengan
ne-gara kita,tetapi akan lebih baik seandainya digali dari
la-pangan sendiri.
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan sum
bangan pemikiran bagi perkembangan ilmm'administrasi pendi
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A.Populasi dan Sampel.
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin ha
sil menghitung atau pengukuran, kualitatif maupun kuantita
-tifdaripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek
yang lengkap dan jelas yang ingindipelajari sifat-sifatnya(
Sudjana,1983:5).Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini ada
lah seluruh karakteristik atau faktor-faktor yang menyangkut
peningkatan kompetensi kepala sekolah sebagai administrator
pendidikan di sekolah. Yang menjadi anggota populasi adalah
seluruh kepala sekolah menengah atas , baik sekolah swasta
maupun negeri dan para pengawas sekolah menengah umum
yang
khusus membina kepala sekolah menengah atas se Kotamadya Su
kabumi.
Menurut data yang diperoleh di Kotamadya Sukabumi ini
Sekolah Menengah Umum tingkat atas ada 12 Sekolah, baik ne
geri maupun Swasta. Mengingat jumlah ini masih ada
dalam
jangkauan penulis maka rencananya akan diteliti seluruhnya
tetapi yang bersedia diteliti hanya 16. Pertimbangan
yang
dua lagi , karena sekolah tersebut baru berdiri dan ruangan
atau sekolahnya masih ikut di sekolul.. .lain.
Untuk pengawas, penelitian ini hanya ditujukan kepada
dua orang pengawas saja, alasanya yang bertugas membina ter
hadap kepala sekolah dan guru-guru se Kotamadya Sukabumi ha
nya ada dua orang.
-52-53
Adapun kepala sekolah yang diteliti adalah: 1) Kepala SMAN 1,Jalan Oto Iskandar Dinata . 2) Kepala SMA 2, Jalan Karamat
3) Kepala SMA Mardi.Yuana,Jalan R.E.Martadinata.
4) Kepala SMA Kristen Kehidupan Baru,
Jalan Samsudin
5) Kepala SMA Taman Madya, jalan Samsudin , SH. 6) Kepala SMA Pasundan ,jalan Pasundan.
7) Kepala SMA PGRI l , jalan Oto Iskandar Dinata, 8) Kepala SMA Kristen, Jalan Bayangkara.
9) Kepala SMA Muhamadiyah, jalan Samsudin, &**• 10) Kepala SMA PGRI ,jalan Ciaul Baru.
Kesepuluh kepala sekolah tersebut berada di Kotamadya Sukabumi, yang menjadi sampel penelitian.
B.Anggapan dasar dan Hipotesa.
-Yang menjadi anggapan dasar adalah:
1) Kemampuan kepala sekolah sebagai administrator
per-sekolahan sangat dipengaruhi oleh penguasaan ilmu adminis
-trasi pendidikan, wawasan berpikir, sikap profesional dan
kepribadian atas filosofis yang diyakininya.
2) Kemampuan kepala sekolah dalam mengadministrasikan sekolah" yang dipimpinnya akan mempengaruhi produktifitas,
efektifitas dan efesiensi.
Hipotesa yang merupakan jawaban sementara terhadap ma salah yang diteliti dan akan dibuktikan kebenarannya secara
54
1) Terdapat hubungan fungsional linier antara pem
-binaan pengawas Bidang Pendidikan Menengah
Umum
Kantor
Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Jawa Barat
dengan peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah sebagai ad
ministrator pendidikan pada SMA Negeri dan Swasta di Ko
tamadya Sukabumi.
2) Terdapat hubungan fungsional linier antara
do
rongan sendiri atau usaha sendiri untuk berkembang (pe -ngembangan diri) dengan peningkatan kompetensi kepala
sekolah sebagai administrator pendidikan pada SMA Negeri
dan Swasta di Kotamadya Sukabumi.
3) Terdapat hubungan fungsional linier antara pem
binaan pengawas Bidang Pendidikan Menengah Umum Kantor
Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat
dan Pengembangan Diri, terhadap peningkatan " kompetensi
Kepala Sekolah sebagai administrator pendidikan pada SMA
Negeri dan Swasta di Kotamadya Sukabumi.
C.Metode dan Teknik Pengumpulan Data.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini ada
lah metode diskriptif analitis. Metode diskriptif tidak
hanya terbatas pada pengumpulan data, tetapi juga
menga-nalisa dan menginterprestasikan tentang makna data itu.
Penelitian diskriptif ini juga membandingkan , persamaan
dan perbedaan fenomena tertentu (Winarno Surahmad,l980:139)
Penelitian diskriptif tujuannya untuk
55
deskripsi, pencatatan, analisis dan menginterprestasikan
kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Pada
penelitian deskriptif ini, di dalamnya terdapat berbagai
tipe perbandingan, dan mungkin juga sampai usaha menemu
-kan hubungan yang terdapat di antara variabel-variabel.Fac
tor- faktor yang secara sistematis berhubungan dengan
ke-jadian, kondisi atau bentuk-bentuk tingkah laku tertentu. ( John W.Best : 1982:162)
Sebagai teknik pengumpulan data,dipergunakan teknik
angket/ quesioner dengan jawaban tertutup sebagaian
jawa-ban terbuka, yang penulis berikan terutama kepada kepala
sekolah, pengawas dan guru-guru.
Untuk bahan analisis data penulis mempergunakan meto
de uji statistik meliputi uji reliabilitas dan sraliditas ,
normalitas, persamaan regresi, uji linieritas, koefisien
korelasi ( kuatnya hubungan antara variabel yang mempenga
ruhi dan variabel yang dipengaruhi) dan uji determinasi an
56
D. Pengumpulan Data.
Untuk keperluan bahan studi pengembangan kompeten
si kepala sekolah secara profesional , penulis memerlukan
data yang berhubungan dengan variabel yang . oe^pengaruhi
dan variabel yang dipengaruhi.
Variabel yang mempengaruhi terhadap peningkatan
kom-'petensi kepala sekolah ini, khususnya t-rhadap obyek yang
diteliti terdapat dua variabel yang dominan yaitu pembina
an oleh pengawas dan usaha atau dorongan sendiri untuk ber
kembang ( Self develeopment).
Untuk memperoleh data mengenai kompetensi kepala se
kolah, pembinaan pengawas dan "self development"
pfjn.lis
meminta izin dulu ke Kantor Wilayah Departemen Pendidikan
Propinsi Jawa Barat, yang sebelumnya meminta • rokOQcadcri
dulu ke bagian Sospol Propinsi Jawa Barat.
Kepala Kanwil Depdibud Propinsi Jawa Barat, melalui
Koordinator Urusan Administrasi memberikan izin dengan
no-mor :578/102/N-86.
Setelah memperoleh izin maka penulis langsung
menye-barkan angket kepada beberapa responden, yaitu dua pengawas
sepuluh kepala sekolah dan beberapa guru.
Para pengawas, kepala sekolah dan guru-guru
sambutan-nya cukup menggembirakan, namun dikarenakan pada waktu yang
dizinkan oleh Ka'.KanwiJL Depdikbud dengan situasi sekolah ku
rang tepat, karena pada waktu itu sekolah sedang libur
sehing-ga
banyak guru-guru yang tidak ada di tempat dan kepala seko
baru satu setengah hulan angket baru terkumpul.
Untuk memperoleh data mengenai kompentensi ' k«p*]3
sekolah penulis mencari data dari tiga sumber, yaitu diri
nya sendiri dengan pertanyaan/ pertanyaan yang sifatnya "
self evaluation", dari pengawas yang selalu memantau kegi
atan kepala sekolah dan dari tenaga kependidikan
lainnya
khususnya guru-guru dan tata usaha sekolah masing-masing.
Khusus untuk guru-guru dan tata usaha penulis tidak
memberikan angket karena ada beberapa item untuk mengukur
kompetensi kepala sekolah yang kurang atau tidak diketahui
secara pasti, jadi untuk memperoleh data dari guru dan
ta-J;a usaha dipergunakan
teknik wawancara. Hasil dari
wawan-cara ini tidak dipergunakan sebagai data untuk pengolahan
tersendiri, tetapi hanya pendukung dan alat pembanding de
ngan data yang diperoleh dengan angket.
Pada umumnya data yang diperoleh dari guru-guru, se
lf evaluation" kepala sekolah dan evaluasi pengawas terha
dap kompetensi kepala sekolah tidak jauh berbeda.
Untuk memperoleh data mengenai variabel yang mempe
-ngaruhi yaitu pembinaan pengawas dan "self development''pe
nulis" memberikan kepada kepala sekolah. Langkah ini diam
bil dengan alasari tingkat pembinaan baik kualitas dan ku
-antitasnya dan bagaimana kepala sekolah itu mengernbangkan
dirinya (self development) yang paling mengetahui adalah
kepala sekolah itu sendiri.53
E.Pengolahan dan analisa data.
Setelah angket dikumpulkan,kemudian dioeriksa
ma-sing-masing halaman barangkali ada yang rusak,terlepas
atau lupa terisi.Ternyata seluruh angket yang dikumpulkan
dalam keadaan utuh dan nampak sekali masirg masing
respen-den mengisi angket respen-dengan hati-hati sekali,hal ini nampak
karena dalam mengisi angket responden umumnya mengisi du
lu angketnya dengan pensil,setelah yakin dan mantap maka
dipertebal dengan tinta.
Untuk bahan pengolahan dan analisa data,maka alat
ukur yang diperguanakan dievaluasi terlebih dahulu yaitu:
_ l.Pemberiaan bobot.
W> ii i ii ,•• •••a.—ii—
Skala yang dipergunakan dalam ke
f
angket dan
pa-duan evaluasi adalah sama dengan 4,dengan kriteria sebagai
berikut.
Tabel: 3
Skala Penilaian
Bidang Kompetensi Kepala Sekolah
= = = = = = = = = = = = == = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = == = = = = = = = = ==
Evaluasi Pengawas/Guru •"Self OT«3'^ati©n •"
Kepala Sekolah
Bobot
Baik Sekali ( 3S) = Mampu Sekali (MS) = 4
Baik (B ) = Mampu (M )
- 3
Sedang ( s ) = _ Sedang (S )
= 2
Kurang (KB ) = Kurang mampu (KM)
= 1
Untuk nrrporoleh d~.t ' nengoiri ko-ipten.^i kapala
seko-kolah penulis menyebarkan angket '-epada kepala seseko-kolah,
[image:24.595.38.558.286.728.2]59
Angket untuk mengevaluasi pembinaan pengawas penu
-lis lebih menekankan pada segi kuantitas dan angket ini di
berikan pada kepala sekolah. Skalanya adalah sebagai beri
kut:
Selalu bobotnya adalah 4
Sering kali bobotnya adalah 3
Kadang-kadang bobotnya adalah 2 Jarang sekali' bobotnya adalah 1
Tidak pernah bobotnya adalah 0
Khusus untuk angket yang berhubungan dengan " self
development" umumnya p'rttnyaan sipatnya terbuka,
karena
dalam angket ini ditanyakan sampai sejauh mana
5raglafc.au
atas prakarsanya mengernbangkan pengetahuan, wawasan berpi
kir, sikap profesional dan ketrampulan mengadministrasikan
sekolah yang dipimpinnya.
Umumnya kepala sekolah dalam "self development" ini
dievaluasm
kuantitas dan kualitas dalam membaca buku,
su-rat kabar, menulis artikel ilmiah, konsultasi dengan orang
akhli/ kepala sekolah yang lebih berpengalaman, berdiskusi,
dan sebagainnya. Dikarenakan buku, surat kabar,
majalah
mempunyai bobot yang berbeda, maka penulis memberikan
pem-bobotan
sendiri berdasarkan pikiran yang logis dan wajar.
Bobot untuk majalah di samping memepertimbangkan
edi-sinya , pemberian bobot ini juga memepertimbangkan
relevan-sinya dengan tugas-tugas pendidik, khususnya administrasi
pendidikan. T.-ar-nakan skala penilaian untuk " self
deve-loDment" memerlukan banyak tabel maka ditulis dalam
60
2. Validitas dan Reliabliitas Instrumen Pengumpulan
data.
Seperti yang t-;lah dikemukakan, toknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik angket dengan
jawaban tertutup dan ada diantaranya untuk angket " self -development" menggunakan angket dengan jawaban terbuka . Untuk melengkapi data di samping angket penulis juga me ngadakan Bedikit wawancara dengan orang-orang yang ter-libat dalam pendidikan di sekolah seperti guru-guru, tata
usaha dan gjurid-murid terutama dalam kaitannya <*-~2~>^
.su-asana belajar.
Pertanyaan dan pernyataan untuk mengevaluasi kom
-petensi kepala sekolah dalam angket dikembangkan dari item
item kompetensi kepala sekolah menengah atas dengan pende-katan"man-on the job" atau pendekatan tugas kepala sekolah dalam mengadministrasikan sekolah yang dipimpinnya.
Tugas-tugas kepala sekolah dikembangkan dari buku
Administrasi Pendidikan Dasar dan Teoritis Untuk Praktek
Profesional karangan Prof.Dr.Oteng Sutisna M.Sc.Ed., buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Sekolah Lanjutan,terbitan Di-rektorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dan Prof.Dr.Engkoswara M.Ed.Di
karenakan tugas-tugas kepala sekolah kalau diklarifikasikan dalaai ite» akan tarHa-lu banyak, maka pencils singkat,
UrtnJr varlabrl ;7ang mempe:-.j'z.r«hi khususnya " Self development" penulis kembangkan dan modifikasi dari bu
-61
zies Balck" terjemahan LPPM.Untuk variabel pembinaan pe
ngawas dikembangkan dari William B.Castetter dalam
buku-nya "The Personnel Function in Education Administration"
ditambah
dari buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Adminis
trasi Sekolah Menengah terbitan Denartemen Pendidikan dan
kebudayaan Jakarta.
Teknik-teknik yang dikembangkan tentunya harus valid
dan reliabel.Suatu alat ukur dikatakan valid daka alat
u-kur itu menguu-kur apa yang seharusnya diuu-kur oleh alat itu
(S.Nasution:1982,86).Ada beberapa cara untuk menguJcur
va-liditas
yaitu,pikiran yang logis dan wajar,pendapat orang
tahu dan menggunakan kelompok yang
sudah diketahui
corak-n ya.
Pendapat orang tahu,juga ada yang mengatakan validitas
tampang («ace Validity) adalah validitas yang ditempuh
da-lan ponelitian ini,dalam arti sebelum angket disebarkan
::ie-minta oandapat
orang yang telah ^-r^unyai pengetahuan dan
pangalaraan mengenai masalah yang akan diteliti.Orang yang
tahu dalam penelitian ini tidak lain adalah pembimbing sen
diri dan para pengawas dari Kantor Wilayak Departemen Pen
didikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat.
Untuk memperoleh validitas orang tahu ini caranya ada
lah mengajukan beberapa pertanyaan/pernyataan yang
sipat-nya evaluatif,khusus untuk variabel yang dipengaruhi (kom
petensi kepala sekolah) semula-diajukan 100
item sesuai
dengan Vomponen tugas dan tanggung jawab kepala sekolah
-6*2
lah penulis memperoleh
bimbingan dan petunjuk dari para
akhli maka ada beberapa pertanyaan
atau pernyataan yang
dirubah atau dihilangkan,sehingga akhirnya terhimpun
se-banyak 36 item.Demikian juga halnya dengan variabel yang
mempengaruhi item-item yang diajukan
oleh penulis dalam
angket
banyak memperoleh petunjuk dari para akhli.
Validitas orang akhli ini sesungguhnya tidak luput
dari kesalahan,maka cara inipun tidak menjamin validitas
sesungguhnya,walaupun dapat diharapkan lebih baik dari pi
kiran logis dan wajar dari penyxisun secara sendirian (S.
Nasution:1982:69).
Untuk mengukur reliabilitas,dalam arti mengukur
su-atu gejala pada waktu berlainan senantiasa menunjukan ha
sil yang sama,penulis menggunakan metode belah dua (split
half method) untuk seluruh variabel.
Sesuai dengan namanya maka dalam menentukan £ingkat
reliabilitas suatu alat ukur maka dipergunakan metode be
lah dua.Alat ukur dibelah menjadi dua bagian yaitu nomor
ganjil dan nomor genap,bisa juga nomor bagian atas dan no
mor bagian bawah; .
Pembelahan skor yang ganjil dan skor yang genap me
-rupakan cara yang diternpuh dalam penelitian ini.Skor
yang
ganjil merupakan skor bagian pertama dari alat ukur,
dan
skor yang genap merupakan bagian kedua dari alat ukur ter sebut.
Dengan demikian terdapat dua macam distribusi skor
-gian dari alat ukur tersebut.
Untuk mengetahui koefisien korelasi antara nomor gan
jil (X) dan nomor genap (Y) maka dipergunakan rumus Product
Moment dengan angka kasar, sebagai berikut:
r_ = N%XY
-
&11
(SY)
A. X\/£n x- ( x)2}{n y2-( y)2}
(Suharsini Arikunto,1984:58)
rXY = Korelasi antara nomor genap dan nomor ganjil
X = Nomor genap Y = Nomor ganjil
Dengan mempergunakan rumus tersebut diperoleh indek
korelasi antara skor item genap dan skor item ganjil seba
gai berikut:
Koefisien Korelasi Antara Skor Item-Item Yang Bernomor Genap dengan Skor Item-Item Yang
Bernomor Ganjil
Jenis alat Ukur Besarnya r
1. Kompetensi Kepala Sekolah
0,40
2. Pembinaan (Pengawas
0,43
3. Pengembangan diri
0,69
64
Angka-angka tersebut di atas belum merupakan koe
fisien korelasi seluruh alat ukur,sebab baru merupakan setengah alat ukur.
Untuk mencari koefisien korelasi keseluruhan alat ukur maka dipergunakan rumus dari Spearman Brown sebagai
berikut:
_ 2 r M
rll
1 +
VM
<Suhars ini Arikunto;1984:'?1>
Dimanr: r^ = Korelasi antara skor-skor setiap
be-lahan tes.
Dengan mempergunakan rumus d.ari Spearman Brown maka
diperoleh koefisien korelasi masingmasing alat ukur se
-bagai berikut:
Koefisien Korelasi Masing-Masing Alat Ukur
Jenis Alat Ukur
Besarnya r^
1.Kompetensi Kepala Sekolah 0,57
2.Pembinaan Pengawas 0,61
3.Pengembangan diri 0,81
Selanjutnya koefisien korelasi dari ketiga alat ukur
itu perlu dihitun.^ signifikasi koefisien korelasinya.
Untuk mengetahui signifikc-si masing-masing koefisien
korelasi reliabilita,roaka dipergunakan rumus sebagai be
t =
r2
r\fT~-S5
(Sudjana ;1982;365)
r = adalah koefisien korelasi masing-masing alat
ukur
n = adalah jumlah satnpel,dalam penelitian ini
a-da 10.
Dengan taraf signifikasi 0,05 dan dk(n - 2) maka diperoleh nilci t tabel sebesar 1,86.Apabila t hitung sa ma atau lebih besar dari t babel (1,86) dikatakan koefi sien korelasi itu signifikan,tetapi apabila kurang dari 1,86 maka koefisien korelasi tidak signifikan.
Dengan mempergunakan rumus di atas maka dipero
-leh perhitungan t sebagai berikut:
Nilai t Koefisien Korelasi basing- Masing
Alat Ukur
i
Jenis Alat Ukur
1.Kompetensi Kepala Sekolah
2.Pembinaan Pengawas
3.Pengembancen diri
Berdasarkan analisa yang telah dihitung mengenai
reliabilitas,maka dapat dikatakan alat ukur yang penulis
gunakan merupakan alat ukur yang reliabel atau konsisten. sehingga dapat dipergunakan untuk kepentia^an analisa se-lanjutnya.
N i l a i t
66
3.Uji Normalitas.
Untuk keperluan analisa data selanjutnya,maka akan
lebih mudah dan lancar apabila variabel-variabek yang dite liti mengikuti distribusi tertentu.
Dari teori kemungkinan apabila populasi yang diteli-ti berdistribusi normal maka asumsi bisa diterima, . tetapi
apabila populasi tidak berdistribusi normal maka .konklusi
berdasarkan teori tidak berlaku. Oleh sebab itu sebelum
me-ngambil keputusan berdasarkan teori tersebut perlu
diperik-sa terlebih dahulu normalitas distribusinya,apakah ; pada taraf signifikasi tertentu atau tidak.
Dalam pengujian normalitas dipergunakan • .aturan
Struges, yaitu
K = 1 + 3,3 10g n
(Sudjana 1982:46), dan
tes Chi- Kwadrat dengan rumus sebagai berikut:
•X--2*
i=l
- E. )2
1 1 J
Ei
(Sudjana:1982:270)
Apabila hasil perhitungan Chi-Kwadrat lebih
kecil
dari 7Cl yang terdapat dalam tabel,maka sampel yang diper
-gunakan dalam
penelitian ini berasal dari populasi
yang
berdistribusi normal,sebaliknya apabila
t£
hitung lebih be
sar DC*-yang ada dalam tabel,maka
sampel yang dipergunakan
67
4. Pengujian Hipotesa.
Dalam bab terdahulu sudah dikemukakan beberapa hi
potesa yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini.
Pada dasarnya hipotesa yang diuji adalah sampai
be-rapa jauh terdapatnya hubungan fungsional antara •• variabel
yang mempengaruhi (X) terhadap variabel yang dipengaruhi(Y) Prosedur yang diikuti dalam pengujian hipotesa :' ini
adalah:
4.1.Mengetahui persamaan regresi.
Untuk mengetahui besarnya hubungan fungsional anta ra variabel X dengan variabel Y,maka perlu diketahui persa maan regresi Y terhadap X. Untuk mengetahui persamaan ra-gresi dengan variabel bebas tunggal didapat dengan rumus se
bagai berikut:
Y = a + bX
dimana: a = (^Y) CSX2)- (gX) (^XY)
nSX2
- (XX)2
d.= nSIXY - (g.X)(gY )
nEX2- (2X)2
(Sudjana: 1982:297)
Untuk mengetahui persamaan regresi dengan variabel bebas berganda (mutiple) dipergunakan regresi linier
Y = a,-,
+ a-, X,
+ apXp
Y = a^n + a,2LX, + ap£x~
YX1= a^Xj+a^ZX2 + a^EX-jXg
2
YX = aE X2 + a]fX1X2+ a^Xp
(Sudjana:1982: 333)
68
4.2.Uji Kebenaran kontribusi antar variabdl.
Untuk mengetahui adanya hubungan atau dependensi
antar variabel yang mempengaruhi(X) dengan variabel yang
dipengaruhi (Y),maka dipergunakan rumus F (Uji regresi )
dengan rumus sebagai berikut:
F =
JK / K
reg '
JKres
/ (a-^1)
JK
=
(.Y,
-Y, )2
res ^ 1 ly
( Sudjana ; 1982 ; 340)
Angka-angka dari perhitungan JK ( Jumlah Kwadrat ) diisikan dalam daftar ANAVA ( Analisa Varian). Apabila ha
sil dari F, ., lebih besar dari F, , maka regresi linier
bersifat nyata atau hipotesa yang dikemukakan dapat
dite-ma,sedangkan apabila F, ., lebih kecil dari F. , maka hi
potesis yang' dikemukakan tidak bersifap nyata atau dito
69"
Daftar analisa varians untuk
regresi linier ada
-lah sebagai berikut:
Sumber Variasi dk JK RJK
Regresi (a)
j Regresi(b/a)
Residu
1
1
n-2
CEY1)2/n
JK (b/a)
£Y.)2/n
s^eg=JK(b/a)
s2 M\-\)2
r e s
s2
r e g
s2
reg
n - 2
Jumlah n
SYf
m,
(Sudjana:1932: 312) 4.3 .Uji Linieritas
Pengujian selanjutnya
adalah untuk mengetahui apa
kah model linier yang telah dipergunakan betul-betul cocok
dengan keadaan atau tidak.Jika hasil pengujian menunjukan
model linier kurang cocok maka harus dicari model lain yang
non linier.
Untuk mengetahui cocok tidaknya perlu diuji linieri
-tas regresi dengan raenghitung jumlah kwadrat-kwadrat
keke-liruan
eksperimen yang disingkat JK (E),dan tuna cocok mo
del linier disingkat dengan JK (TC).
Rumus untuk memperoleh jumlah kwadrat kekeliruan eks
perimen atau galat eksperimen dan jumlah kwadarat tuna co
70
JK (E)
2
(2 Yi)
n
JK (TC) =
JKreg - JK (E)
2
F TC
E
(Sudjana;1982:316-317-318)
Selanjutnya agar perhitungan ini lebih jelas ma ka dimasukan dalam Daftar Analisa Varian (ANAVA) untuk
uji Linieritas regresi,daftarnya dapat dilihat di bawah
ini:
DAFTAR ANALISA VARIAN UNTUK UJI LINIERITAS REGRESI
- i
Sumber
Va-riansi
dk j
JK
RJK FTotal
J n 1
Y?
Y2
*
i • Regresi(a" Regresi ( b/a) Residu 1 1 n-2
( Y±)2/n
JKreg=JK(b/a)
JK = (Y.-Y, )
res l 1 2
( Y±)2/n
4g= JK<b/a) p
s2
< W
r e s =
n-2
S
reg
2 s res Tuna co cok. KekeliruH a n • k-2 ' n-k JK(TC) JK(E)2
JK(TC)
StC"
k-2
s2
=
JK
(E)
n-k
2
STC
Hi
71
Daftar di
atar.
memperlihatkan prosedur bagaimana
me-nguji tuna cocok regresi linier.Apabila nilai F hitung le
bih kecil dari F yang didapat dalam tabel (F.^ F,, jN, n
** (l-oV)k-2,n-k)
maka dikatakan regresi itu berdipat linier.Sebaliknya apa
bila nilai F hitung sama atau lebih besar dar F tabel maka
dikatakan regresi itu bersifat tidak linier.
4.4. Menentukan Eratnya Hubungan (Koefisien Korelasi>
Sebagai analisa selanjutnya
dalam rangka penguji
an
hipotesis adalah menentukan eratnya hubungan (koefisien
korelasi antara variabel yang dipengaruhi (Y) dalam hal ini
kompetensi kepala sekolah menengah tingkat atas negeri
dan
sawasta dengan variabel yang dampengaruhi yaitu pembinaan
pe-Untuk mengetahui eratnya hubungan
antar variabel di
pergunakan rumus sebagai berikut:
n ^XY
- <£X ) (SY)2
r =
V{n^X2- (SX)2j {n^Y2- *Y)2}
(Sudjana: 1982 :353)
Spabila r itu dikuadratkan maka dinamakan koefisien
deterrainasi atau koefisien penentu.
Untuk mengetahui koefisien korelasi mutipel, maka
dicari dengan mempergunakan rumus (R) yaitu:
p2 JK
= reg
y2
,
72
4.5. Uji Signifikasi koefisien korelasi.
Untuk mengetahui signifikasi dari koefisien ko relasi populasi normal dengan rho (/*) - 0 maka di
-pergu-.nakan rumus sebagai berikut:
t =
^£T
V
TT7?
(Sudjana:1982: 362)
Dikatakan signifikan apabila t... lebih besar
* dap ^ ^hit ^ ^dap
^
atau berada di luar daerah
BAB V
DISKUSI , KESIMPULAN DAN SARAN
A.Diskusi Hasil Penelitian.
Sekolah merupakan suatu sistem,juga sekolah bisa sebut sub sistem dari sistem masarakat.Apabila sekolah
dipandang sebagai sub sistem, maka sekolah harus menyesuai kan diri dengan aspirasi sosial masarakat yang sedang me ngalami perubahan atau membangun>,i&embekali individuindi vidu sesuai dengan kemampuannya agar mereka mampu menyum -bangkan ftamampuannya dan berpartisipasi dalam pembangunan.
Pembanguaan dalam segala bidang menuntut perubahan dan pembaharuan terhadap kurikulum,teknik,metode dan sum ber belajar.Tak dapat disangkal administrator pendidikan atau kepala sekolah memegang kunc* dalam perubahan ini.
Agar kepala sekolah dapat memerankan peranannya da
-lam kondisi yang dinamis agar program pendidikan memenuhi
"interest" semua pihak dengan efektif dan efesien maka
perlu adanya pengembangan kompetesinya secara profesio
nal sejalan dengan tuntutan dan masalah yang dihadapi.
Tujuan utama pengembangan kompetensi kepala sekolah
secara profesional adalah pertumbuhan kemampuan mencakup
ilmu, wawasan berpikir, sikap profesional dan ketrampilan pemahaman terhadap hakekat manusia dalam organisasi (Mo
-hammad Fakry Gaffar-,1984:14).iProses pengembangan^ pada ad
ministrator yang^diarahkan kepada kemampuan sebagai
pemim-Pin profesional disebut juga profesionalisasi.
-91-92
Untuk mendorong terjadinya profesionalisasi dalam ar
ti proses perubahan dalam status suatu pekerjaan dari yan^
non -propesi atau semi profesi kearah profesi sungguhan (
Oteng Sutisna:1983:303) diperlukan usaha pembinaan
baik
yang berencana maupun yang tumbuh dan berkembang . sendiri
("self development")
Seperti
yang disarankan oleh para akhli program pe
ngembangan administrator atau mene jcr
termasuk di dalam
nya administrator pendidikan dapat terlaksana apabila"se
-tiap administrator bertanggung jawab untuk mengernbangkan
dirinya sendiri.Hal ini berarti setiap administrator harus
menyediakan waktu,tenaga dan biaya bagi berbagai usaha pe
ngembangan kemampuan mereka sendiri.Setiap administrator
bertanggung jawab untuk mengembangan para administrator di bawahnya,dengan jalan mendidik dan melatih aaik
buah-nya yang dilakukan secara formal.
Di samping perlunya tanggung jawab dari dirinya sendi
ri, pembinaan dari atasan duga organisasi itu sendiri
per
lu menyediakan fasilitas dan kesempatan
untuk memungkin
-kan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan itu » Jadi or
ganisasi perlu
menciptakan iklim yang mendorong terjadinya
proses belajar-mengajar agar terjadinya "growth" (Donal L.
Kirkpa trick .-1978:286-297).
Dalam kaitanya dengan penelitian ini penulis meneliti
proses pengembangan profesional atau kompetens? kepala se
-93
gi administrator dipengaruhia oleh tanggfing jawab diri
nya atau inisiatif dirinya untuk berkembang dan tanggung
jawab administrator yang menjadi atasannya. Dalam organi
sasi pendidikan , khususnya pengembangan bagi guru dan ke
pala sekolah dilaksanakan oleh pengawas di samping "'
pe
ngembangan diri.
Hipotesa yang dikemukakan dalam penelitian ini ada tiga yang pertama adalah terdapat hubungan fungsional li nier antara pembinaan pengawas Bidang Pendidikan Menengah
Umum Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Propinsi Jawa Barat dengan peningkatan kompetensi kepala sekolah sebagai administrator pendidikan pada SMA Negeri dan Swasta se Kotamadya Sukabumi.
Setelah dihitung menggunakan metode statistik maka diperoleh regresi i = 1,66 + 0,48 X.. Indeks determinasi
variabel X-L , terhadap Y adalah 46,30 ?'
dan koefisien ko
relasinya adalah 0,6304.
Hipotesa yang kedua adalah " terdapatnya hubungan fungsional linier anatara pengembangan diri ( Self deve
-lopment ) dengan peningkatan kompetensi kepala sekolah se bagai administrator pendidikan pada Sekolah Menengah Atas
se Kotamadya Sukabumi".
Setelah dihitung menggunakan metode yang sama de -ngan hipotesa pertama maka diperoleh regresi Y = 0,80 4
0,70 Xp dengan indeks determinasi 81 ,.11
%
dan koefisien
korelasi o,9060.
94
Umum Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Propinsi Jawa Barat dan pengembangan dirn terhadap pening
katan kompetensi kepala sekolah menengah atas Negeri mau
pun Swasta di Kotamadya Sukabumi.
Setelah dihitung diperoleh regresi Y = 1,46 + 0 48X
+ 0,07 Xp, dengan indeks determinasi sebesar 75,64$.
Ketiga hipotesa di atas setelah diuji kebenaran kon
tribusi, linieritas dan signifikasi koefisien korelasi me
nunjukan bahwa hasil ketiga hipotesa yang dikemukakan dapat
diterima.
Bertitik tolak dari angka di atas, secara statistik
regresi 1 menunjukan apabila ada rencana untuk meningkat
-kan
pembinaan 100 unit, atau sebut saja 100%, maka kompe
tensi kepala sekolah akan meningkat pula sebesar 49,66 £.
regresi 2 menunjukan apabila pengembangan diri akan
diting-katkan lOOf maka kompetensi kepala sekolah akan meningkat
72,80$. dan regresi 3 menunjukan apabila pembinaan pengawas
dan pengembangan diri digabungkan pelaksanaanya dengan pe
ngembangan diri akan ditingkatkan 100$ maka kompetensi ke
pala sekolah akan meningkat 56,46$. Sumbangan variabel X
terhadap peningkatan kepala sekolah adalah 46,30 #, Xp
sum-bangannya adalah 81,11$ dan X-^Xp adalah 75,64$.
Terlepas dari adanya kekeliruan yang mungkin timbul
dalam perhitungan atau pengisian angket. Angka di atas me
nunjukan kecilnya sumbangan pembinaan pengawas bila diban
dingkan dengan pengembangan diri. Namun hal ini cukup
95
permasalahan yang timbul dalam rangka pelaksanaan pembi naan ini diantaranya adalah:
Pertama tidak seimbangnya jumlah pembina dengan yang
dibina.Untuk kasus Sekolah Lanjutan Umum tingkat pertama
dan atas se Kotamadya Sukabumi yang jumlahnya lebih dari
30 sekolah ,hanya tersedia 2 pengawas.ini kabarnya masih
lebih baik atau ada peningkatan apabila dibandingkan de
-ngan hasil penelitian C.E.Beeby pada tahun
1979,perbandi-ngan pengawas dan sekolah-sekolah yang perlu dibina untuk
P..Jawa yang tergolong pulau yang paling maju di Indonesia rationya 1 pengawas dengan 34 sekolah <C.E.Beeby, 1982:109).
Kedua jauhnya tempat pembinaan dengan lokasi tempat pem
bina
berkantor.Pengawas berkantor di Kantor Wilayah Depar
temen Pendidikan dan Kebudayaan yang berkedudukan di Ibu
Kota Propinsi <Bandung).Kunjungan pengawas ke Sekolahse
-kolah yang harus dibina biasanya memeprgunakan angkutan umum yang lambat dan tidak efesien.Ongkos transport karena
dana yang
dialokasikan sangat terbatas harus ditanggung
o-leh BP 3 dan sekolah yang harus dibina.
"Masalah lain yang memghambat pembinaan di samping ra
-tio pembina dan pengawas tidak seimbang,jauhnya jarak anta
ra tempat yang harus dibina dan kantor pembina adalah as
pek aspek yang harus dibina begitu banyak dan luas.Penga -was tugas utamanya di samping mengadakan pembinaan kepa
da kepala sekolah yang menyangkut penataan sekolah juga
membina guru-guru bidang studi ,termasuk di dalamnya isi,
eva-96
luasi. Kalau setiap sekolah ada jrata-rata ada 30 orang
gu-*
ru dengan sekolah yang ada di Kotamadya ini SMP/SMA ada 30
sekolah, maka dua orang pengawas harus .membina 900 guru dan
30 kepala sekolah.
Sasaran penelitian ini adalah studi mengenai proses
proses pengembangan kompetensi kepala sekolah secara profe
sional, untuk mengukur tingkat kompetensi seprang. kepala se kolah penulis bertitik tolak dari kempuan melaksanakan tugas dan kewajibannya berdasarkan studi-man-on -the -job, seorang kepala sekolah -yaitu: (1) Menentukan tujuan, (2) membuat
ke-bijakan,(2) menentukan peranan-peranan,(4) mengkoordinasikan
fungsi-fungsi dan struktur organisasi, (5) menaksir efektifi
tas, (6) bekerja sama dengan pimpinan masarakat untuk mengada
kan perbaikan-perbaikan dalm pendidikan, (7) menggunakan sum ber -sumber pendidikan dari masarakat, (8) melibatkan
orang-orang dan melakukan kominikasi.(Ramseyer 1955:18-56).
Pola Umum penyelenggaraan Administrasi Sekolah Mene -ngah Umum yang diterbitkan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , tugas kepala
sekolah ini diperinci lagi yaitu merencanakan, mengorganisir,
mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi dan iaengevaluasi
seluruh kegiatan pendidikan sekolah yang meliputi (l) proses
belajar mengajar,(2) administrasi kantor, (3) ; " administrasi
murid/siswa, (4) administrasi pegawai, (5) administrasi
perlengkapan, (6) administrasi keuangan, (7) administrasi per
-97
trasi x hubungan sekolah dan masarakat.( Pola Umum Penye
-lenggaraan Administrasi Sekolah Menengah Umum:1984,4-5)
Ditinjau dari kondisi obyektif mengenai tugas-tugas
kepala sekolah menengah umum yang perlu memperoleh pembi
-naan begitu luas dan banyak dihubungkan dengan kondisi sis
tem
pembinaan seperti sekarang terutama yang
menyangkut
sumber daya yang terbatas seperti parsonil pengawas,. dana
dan jauhnya jangkauan pengawas untuk memantau kegiatan se
kolah, maka pengawas yang berdedikasi tinggipun sulit un
-tuk mempertahankan standar supervisi seperti apa yang
diga-riskan dalam buku-buku petunjuk pembinaan, apalagm
mengha-rapkan tampilnya pengawas sebagai inovator guna mengadakan
pembaharuan dalam menata atau mengelola sistem sekolah agar
lebih efesien dan efektif guna memperoleh produktifitas
se-lah yang tinggi.
Terdapatnya beberapa masalah yang dihadapi oleh - pe»
ngawas dalam melaksanakan pembinaan guna meningkatkan kom
petensi kepala sekolah secara profesional, sedikit ' banyak
d*©at tertolong dengan timbulngta dorongan atau usaha- usaha
yang timbul dari dirinya sendiri untuk berkembang (" self
development " ) Variabel ini justru berdasarkan hasil
penelitian menunjukan kontribusi yang lebi besar.
Hal ini dapat dipahami dan logis karena kalau melihat
hakekat dari administrasi atau manajemen atau
kepemimpinan
di samping sebagai ilmu juga sebagai seni, Walaupun
sulit
98
Administrasi sebagai ilmu dan seni berarti adminis trasi di samping dapat dipelajari juga kemampuan seseorang
dalam raengadministrasikan dipengaruhi juga oleh bakat se
-seorang.Dengan demikian
kalau administrasi dipandang se
bagai seni maka kepala sekolah dalam
mengadministrasikan
sekolab yang dipimpinnya ,maka prilaku kepemimpinannya ba nyak dipengaruhi oleh kepribadian daripada oleh peranannya (J.W.Getzel:1958:430).
Sekolah sebagai organisasi dapat dipandang sebagai
suatu sistem sosial dengan berbagai implikasi hubungan ba ik secara formal maupun informal."Setting" sosial antara
satu sekolah dengan sekolah lainnya tentunya ada sedikit
perbedaan karena berbedanya tuntutan pribadi para anggota
staf sekolah walaupun tuntutan organisasi sekolah bisa sa
ma. Oleh sebab itu dalam mengadministrasikan sekolah ti
-dak cukup mengandalkan pengetahuan mengenai administrasi
sekolah saja,juga diperlukan suatu seni tersendiri sesuai
dengan setting organisasi sekolah di mana kepala sekolah
yang bersangkutan tampil sebagai pemimpinnya.
Seni dan ilmu yang mana yang sesuai dengan tuntutan staf sekolah dan tuntutan organisasi sekolah,tentunya ti dak bisa dipola dengan intruksi-intruksi atau berbagai
su-rat keputusan yang datangnya dari atas,kepala sekolah yang
bersangkutanlah
yang paling merasakan dan mengetahui ke
-butuhan akan pengetahuan,"ketrampilan dan sikap yang sesu
ai dengan tuntutan murid,guru,tenaga kependidikan lainnya,
9$
Seorang kepala sekolah, pengawas, atau pembina pen
didikan hendaknya memmaklumi bahwa setiap masarakat, dan
karenanya lingkungan sosial sekolah berbeda, sebagai aki
-batnya muncul tugas tugas khusus. Banyak masalah yang diha
dapi oleh sekulah-sekolah besar tidak terdapat pada sekolah
keoil. Daerah yang kaya dan miskin harus menemukan pemeca
-han-peme=ahan bagi situasi masing-masing yang berlainan. Da
erah geografis, sosial dan kultur tertentu memiliki kbndisi
dan kebutuhan yang tidak hadir di teapat lain (oteng
Sutis-na, 1983:12).
Walaupun tidak terdapat perbedaan geografis antara
SKA-SKA di Kota,adya Sukabumi, namun perbedaan kondisi dan ke
butuh« Jelas berbeda antara satu SKA dengan SMA lainnya, ma
ka wajarlah kalau "selr deveiopment" di damana dalam pengem
bangan diri ini tarkandung keinginan, usaha atau
prakarsa
sendiri para kepala sekolah iebih banyak memberikan sumbangan
terhadap peningkatan kompetensi kepala sekolah dibandingkan
dengan pembinaan pengawas.
Terlepas adanj'a perbedaan sumbangan dari dua variabel
ini, yang jelas. bahwa kedua variabei ini memberikan pengaruh
terhadap.peningkatan kompetensi kepala sekolah, hal ini dapat
dibuktikan rt«3an semakin meningkatnya produktivitas sekolah "
sekolah yang penulis teliti, walaupun data akurat : mengenai
mutu, jumlah, relevansi, kegairahan atau motivasi yang tinggi
semanagat kerja yang besar, kep^rcayaan berbagai pihak dan pel
100
kesulitan melacaknya terutama yang berkaitan dengan
penda-patan tamatan yang memadai dan kepercayaan berbagai pihak,
namun untuk mutu dan jumlah lulusan yang penulis ukur de
-ngan semakin meningkatnya nilai dan semakin banyaknya
lulu-Ban yang diterima di Perguruan Tinggi (Negeri) maka menun
jukan peningkatan. Demikian juga dengan jumlah murid,
kega-irahan dan semahgat kerja dan kepercayaan masarakat semakin
besar.
B.Kesimpulan Hasil Penelitian.
Berdasarkan hasil pengolahan data, analisa data dan
pengujian hipotesa, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1.Tingkat pelaksanaan pembinaan yang dilaksanakan oleh
pengawas d,n diterima oleh kepala-kepala SMA Negeri dan Swas
ta se Kotamadya Sukabumi secara kuantitatif berada jV;.-.^ ta
rap sering ,sedangkan secara kualitatif berada pada tarap
cukup.Nilai pembinaan baik secara kualitatif maupun kuanti
-tatif menurut hasil penelitian tidak begitu bervariasi, ar
tinya nilai pembinaan anatar satu dengan yang lainnya tidak ,
jauh berbeda.2."Self development" para kepala sekolah menangah atas
se Kotamadya Sukabumi , dilihat dari -.iktivitasnya bervariasi
baik secara kuantitatif maupun. kualitatif yaitu berkisar an
tara 3,40 sampai 2,50 ( lihat lampiran). Hal ini dapat
dipa-hami karena keinginan untuk mengernbangkan diri dari setiap
individu kepala sekolah tidak terlepas dari pada potensi se
ke-101
uangan, waktu, lingkungan kerja dan aspek psikologis lain
nya. Pengembangan diri para kepala SMA se Kotamadya Suka
-bumi kalau dirata-ratakan berda pada tarap cukup.
3.Berkenaan dengan peningkatan kompetensi kepala se
kolah dalam hubungannya dengan pembinaan oleh pengawas, da
pat dikatakan terdapatnya kecenderungan yang kuat,
bahwa
semakin tingginya pembinaan yang diperoleh maka
swaakin
tinggi pula kompetensi kepala sekolah dalam mengadministra-.*.
sikan sekolah yang dipimpinnya. Ini berarti terdapat kore
lasi positip antara pembinaan pengawas dengan peningkatan
kompetensi kepala sekolah menengah atas se Kotamadya Suka
bumi.
4.3erkenaan dengan peningkatan kompetensi kepala se
-kolah dengan pengembangan diri, juga terdapat kecenderungan
yang kuat, bahwa semakin tingginya dorongan sendiri atau
u-saha sendiri
untuk berkembang maka semakin tinggi pula kom
petensi kepala sekolah dalam mengadministrasikan
z
sekolah
yang dipimpinnya. Seperti halnya dengan kesimpulan nomor ti
ga
anatar pengembangan diri dengan peningkatan kompetensi
kepala SMA se Kotamadya Sukabumi terdapat korelasi
positip.
5.Dalam hubungannya anatar kompetensi kepala
sekolah
dengan pembinaan pengawas dan pengembang-n liri, terdapat
kecenderungan
yang kuat, bahwa semakin tingginya pembinaan
yang diberikan pengawas dan semakin aktipnya pengembangan
diri kepela sekolah untuk berkembang, maka semakin tinggi
pula kompetensi kepala sekolah yang bersangkutan dalam meng
102
6.Berdasarkan pendekatan statistik, variabel pembina-aan pengawas memberikan kontribusi terhadap pengembangan kepala sekolah sebesar 46,30 #, pengembangan diri adalah
81,11 ?'. Apabila kedua variabel ini digabungkan ( mutiple)
maka memberikan kontribusi terhadap peningakatan kompeten
si kepala sekolah ini sebesar 75,64 %.
Berdasarkan angka-angka ini maka variabel pengemba
ngan diri ( self development)
lebih besar kontiibusinya
dibandingkan dengan-pembinaan pengawas.
7. Dengan -danya pembinaan yang terus menerus dan ada nya korpauan, kesadaran untuk mengenbangkan dirinya setiap kepala sekolah menengah atas se Kotamadya Sukabumi, maka produktifitas pendidikan semakir. meningkat. ProduktiVitas pendidikan ini dapat diukur dengan masukan yang merata,jum lah keluaran yang banyak, mutu lulusan yang tinggi, rele -vansi, pendapatan luaran yang memadai, kegairahan dan
mo-tivasi yang tinggi, semangat kerja yang besar, kepercaya
an berbagai pihak dan pembiayaan, waktu dan tenaga sekecil mungkin tetapi hasil yang besar. V/alaupun penulis mengala-mi kesulitas data untuk hal-hal tertentu seperti pendapat:i an luaran, tetapi untuk kriteria yang lain walaupun hasil
103
0.Saran- Saran.
1. Berdasarkan hasil penelitian pada kepala-
kepala
sekolah menengah atas se Kotamadya Sukabumi, pengaruh -pe
ngembangan diri ( self development) dalam meningkatkan
kom-petensinya agar menjadi administrator pendidikan yang efek
tif dan efisien, kontribusinya lebih besar dibandingkan de
ngan pembinaan pengawas. Kenyataan ini dapat dimengrrti ka
rena ratio pengawas
dan sekolah yang perlu dibina
tidak
seimbang ( dua orang pengawas untuk 30 sekolah, baik seko
lah menengah pertama maupun atas), jauhnya jarak antara
tern-P-t yang dibina dan pembina yaitu Bandung ke Sukabumi (
se-kitar 100 km ) dan tentunya dana yang terbatas.
3erdasarkan kondisi di atas penulis menyarankan pe
ngawas sebaiknya kantornya berada di daerah pembinaan.
Tem-patnya bisa saja di Kantor Departemen Pendidikan dan Kebu
dayaan
Kotamadya, tetapi walaupun satu atap mekanisme ker
ja
tidak berada di bawah Kepala Kantor Departemen Tingkat
II (Kotamadya) , tetap di bawah Kepala Bidang Mengengah
Umum Kanwil Departen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Ja
wa Barat. Hubungan dengan Kakandep Depdikbud hanya hubungan
koordinasi pembinaan saja.
Pertimbangan ini agar pembinaan dapat dilaksanakan
lebih efektif dan efisien dalam arti lebih menghemat waktu,
tenaga, biaya dan dapat meningkatkan pembinaan baik secara
kualitatif maupun kuantitatif ( produktivitas pembinaan pe
104
2. Untuk variabel pengembangan diri , membaca
'•
bufcu-buku
.ilmiah terutama yang membahas mengenai kependidikan,
majalah profesi yang memuat karya ilmiah populer dan kalau mungkin menulis karya ilmiah adalah merupakan inti dari ke -giatan ini. Berdasarkan hasil penelitian walaupun secarako-liktif aktivitas ini ada pada tarap cukup, tetapi kurang me-muaskan, karena untuk melatih ketajaman berpikir, memperluas wawasan berpikir,menganalisa suatu masalah dan dalam mengam
bil keputusan lainnya membaca merupakan cara yang
paling
efektif. Oleh sebab itu bagi seorang kepala sekolah membaca
harus meruapak suatu kebutuhan dan menyatu dengan
kehidupan-nya.
Untuk membudayakan membaca di kalangan pendidik, khu
susnya guru dan kepala sekolah sebaiknya sistem ' kenaikan
pangkat diterapkan seperti sistem .kenaikan pangkat tenaga educatif di Perguraun Tinggi. Penulisan karya ilmiah,
partir-sipasi dalam seminar merupakan sarat untuk kenaikan pangkat baik bagi guru maupun bagi kepala sekolah.
Saran ini penulis kemukakan ,karena suatu kegiatan ba gi tenaga educatif yang sipatnya menumbuhkan dan meningkat -kan kompetensi secara profesional tanpa adanya civil efect
yang langsung fierhadap -jenis -jenis aktifitas tersebut nam
paknya . untuk tumbuh dan berkembang atas inisiatif dan kema-=,
uan sendiri tidak akan subur.
105
yang sudah senior dalam arti masa kerjanya sudah lama dan
pangkatnya tertinggi dS sekolah yang bersangkutan,
latar
belakang pendidikan formal yang relevan dengan tugas admi
nistratif nampaknya belum menjadi persaratan.
Sistem pengangkatan kepala sekolah akan lebih
demok-kratis, apabila kepala sekolah dipiiih oleh Dewan Guru. Ha
silpemilihan ini menjadi salah satu pertimbangan bagi pe
-jabat yang membuat keputusan untuk menentukan siapa
yang
akan diangkat menjadi kepala sekolah.
Tentu saja sistem dem©krasinya tidak selalu berdasar
kan suara terbanyak, tetapi berdasarkan suara mupakat dan
musawarah di anatar dewan guru.
Dengan demikian disamping yang berwenang sudah memper
gunakan teknik evaluasi (validitas sejawat), guru-guru yang
senior seandainya tidak menjadi kepala sekolah dapat diman
paatkan secara maksimal untuk mengajar sesuai dengan bidang
studinya, di samping itu guru-guru yang relatif masih muda
dan pangkatnya tidak tertinggi tetapi berprestasi dan
ada
bakat untuk menjadi pemimpin tidak tertutup kemungkina untuk
menjadi kepala sekolah, tanpa menunggu yang senior pensiun.
4. Seandainya ada pertimbangan yang tidak memungkinkan
saran no.3 tidak bisa dilaksanakan. Sebaiknya seorang
yang
akan dipromosikan menjadi kepala sekolah sebelumnya harus
ngikuti pendidikan mengenai Administrasi Pendidikan, yang
me-nyankut pengetahuan, ketrampilan dan bagaimana sikap seorang
administrator yang profesional. Teknik pelaksanaanya bisa di
laksanakan melalui kerjasama antara Diklat Depdikbud dengan
LPTK yang membuka program administrasi Pendidikan.
aemaean
106
DAFTAR BACAAN
A.A.S.A., (American Association of School Administration) Profesional Administrator for American.School;
Repo-rt on Commisition Inservice Education for School Ad
ministration, Washington D.C., 1963.
Barner, L.B, Organization Change and Fild Experiment Method, University of Pittsburg Press, 1971.
Beeby, C.E, Pendidikan di Indonesi