STRATEGI PENGORGANISASIAN TENAGA ADMINISTRATIF PADA PERGURUAN TINGGI
(Studi Kasus di Sekolah Tinggi Seni Rupa Dan Desain Indonesia [STISI] Bandung)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
HERDIWANDANI NIM. 9796018
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN UNTUK MENGIKUTI UJIAN TAHAP II
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Achmad Sanusi. S.H
Pembimbing II
'-c
w
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Strategi Pengorganisasian Tenaga Administratif Pada Perguruan Tinggi (Studi Kasus di Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia [STISI] Bandung). Penelitian ini berupaya mengungkapkan salah satu aspek penting dalam administrasi pendidikan, yakni pengorganisasian sumber
daya manusia khususnya tenaga administratif, yang menjadi salah satu faktor
penentu untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan pada
tataran perguruan tinggi swasta.
Latar belakang permasalahan penelitian ini adalah permasalahan pada upaya peningkatan kualitas perguruan tinggi yang pada prakteknya tidaklah mudah terutama PTS, bukan hanya berkenaan dengan masalah-masalah makro,
tetapi juga masalah-masalah mikro. Salah satu masalah mikro dalam usaha
meningkatkan kualitas perguruan tinggi ialah pembauran manajemen. Kualitas manajemen perguruan tinggi pada tingkat mikro akan menentukan dalam tercapainya kualitas produk perguruan tinggi.
Dalam kaitannya dengan pembauran manajemen pendidikan, terhadap DTS diperlukan upaya atau langkah strategis dalam manajemen pendidikannya. Selain diperlukan langkah-langkah strategis dalam pengelolalan pendidikan, upaya strategis diperlukan pula dalam pengelolaan sumber daya manusia.
Mengingat bahwa setiap sistem persekolahan, terlepas dari apa dan bagaimana ukuran, model, dan pola organisasinya, dalam praktek kegiatannya tetap memerlukan keterlibatan aktif fungsi seluruh personel termasuk tenaga administratif. Untuk itu proses manajemen personel perlu disesuaikan dengan perkembangan tuntutan zaman yang terus menerus mengalami perubahan. Sebagai
konsekuensinya, manajemen yang tepat dan strategik mengenai fungsionalisasi
personel mutlak diperlukan setiap organisasi dalam era kehidupan masyarakat modern.
Pengalaman menunjukkan bahwa kurang sempurnanya pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu lembaga pendidikan, (seperti : tiadanya perencanaan, tidak efektifnya pembagian fungsi, tugas dan wewenang, kurang
terorganisirnya kerjasama antar pegawai; gagalnya mengantisipasi kekurangan
dan kelebihan pegawai, kurangnya memfungsikan personel secara efektif, baik Laantitatif maupun kualitatif; gagalnya sinkronisasi kebutuhan organisasi dan
kebutuhan personel), menyebabkan proses organisasi tidak berjalan dengan baik yang pada gilirannya menggagalkan pencapaian tujuan organisasi secara optimal.
Dalam setiap sistem pendidikan pada perguruan tinggi, terdapat personil
yang tugasnya tidak langsung menangani proses pengajaran, tetapi mempunyai
kontribusi yang cukup besar terhadap kelancaran proses belajar. Personil tersebut
antara lain tenaga kerja di bidang pelayanan administrasi yang selanjutnya disebut
tenaga administratif.
Tujuan penelitian ini khususnya untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan strategi pengorganisasian tenaga administratif di STISI Bandung, yang kemudian dianalisis guna memperoleh suatu kesimpulan sehingga diperoleh maknanya dalam konteks administrasi pendidikan. Selain itu diharapkan pula dengan penelitian diperoleh gambaran yang obyektif berkenaan dengan peranan
tenaga administratif tersebut ditinjau dari struktur dan fungsinya serta kelayakan
kinerja berdasarkan standar normatifnya. Penelitian ini diharapkan pula dapat
memperoleh gambaran yang jelas tentang faktor-faktor yang melatar belakangi
atas terjadinya posisi tenaga administratif ditinjau dari kekuatan dan kelemahan,
serta peluang dan ancaman sehingga dapat mengidentifikasi alternatif
kemungkinan untuk memperbaiki sistem pengelolaan tenaga administratif.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan desknptif
analitis kualitatif, Untuk dapat memahami masalah yang diteliti dilakukan
eksplorasi dengan melakukan komunikasi yang intensif dengan sumber data
secara naturalistik. Instrumen penelitian utama adalah peneliti sendiri (human
instrument) dengan menggunakan teknik dan alat pengumpul data yang
diperlukan sesuai dengan sifat data yang dikumpulkan. Tahap penelitian terdin
atas tahap orientasi (overview), tahap eksplorasi terfokus (focused exploration),
dan tahap member check. Sumber data menggunakan sampel purposif, kemudian
yang diperoleh dihimpun dalam catatan lapangan (fieldnotes), Sedangkan
pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan cara content analysis melalui
unitisasi, kategorisasi dan deskripsi data dengan memperhatikan hubungan antara
unit dan ketegori data.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa kebijakan dan nilai sebagai
standar pengorganisian tenaga administratif sangat tergantung pada manajemen
strategi yang dilakukan lembaga. Saat ini manajemen strategi STISI Bandung baru
pada tahap pengembangan layanan administrasi berupa pengadaan tenaga
pengajar, penyediaan sarana, serta pelaksanaan pendidikan. Strategi di tingkat
organisasi STISI belum pada tahap pengembangan dan pelaksanaan strategi yang
seharusnya.Kondisi demikian akhirnya mempengaruhi terhadap pengelolaan sumber
daya
manujia
khususnya
tenaga
administratif.
Tenaga
administratif
keberadaannya belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal tersebut terlihat
pada pengorganisasian atau pendayagunaan tenaga administratif tersebut.
Pengorganisasian tenaga administratif tidak memperhatikan hal-hal yang
strategis serta tidak pula memperhatikan aspek-aspek yang semestinya dilakukan.
Akibatnya kinerja serta kualitas layanan dianggap rendah. Konsekwensi dari
kondisi seperti itu adalah masih rendahnya kontribusi bantuan tenaga administratif
dan bagian-bagian administrasi terhadap pelaksanaan Tri Dharma Perguruan
Tinggi di STISI sebagai kegiatan pokok STISI dan sebagai upaya pencapaian visi,
misi dan tujuan yang telah dicanangkan.Selanjutnya penelitian iri merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
Perlu dilaksanakan perencanaan.strategis terhadap tenaga administratif tersebut
melalui analisis posisi tenaga administratif dan pengkajian yang sistematis pada
seluruh aspek dalam organisasi STISI. Perombakan secara total terhadap sistem
pengelolaan tenaga administratif dan perlu ketegasan untuk merubah sistem yang
selama ini berlaku. Jumlah pegawai diseimbangkan dengan beban kerja dan
penempatan harus sesuai dengan pendidikan dan keterampilan. Pembinaan dan
pengembangan diberikan seluas-luasnya terhadap tenaga adminstratif sama halnya
yang diberikan kepada tenaga edukatif.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iv
UCAPAN TERIMA KASIH vi
ABSTRAK viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pokok Permasalahan 9
C. Tujuan Penelitian 12
D. Manfaat Penelitian 12
E. Kerangka Pemikiran 13
BAB II STRATEGI PENGORGANISASIAN TENAGA
ADMINISTRATIF PADA PERGURUAN TINGGI
A. Peranan Tenaga Administratif Pada Perguruan Tinggi 19
B. Strategi Pengorganisasian Sumber Daya Manusia 24
1. Konsep Strategi 25
a. Model dan Komponen Manajemen Strategik... 26
b. Strategi Pendukung Sumber Daya 29
2. Pengorganisasian Sumber Daya Manusia 30 a. Aspek-Aspek Pengorganisasian 31
1). Pembagian Pekerjaan 32
2) Pel'mpahan Wewenang 34
3) Kesatuan Perintah 36
C. Kinerja Pelayanan Tenaga Administratif 39
1. Konsepsi Kinerja 39
2. Konsepsi Pelayanan 42
D. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia 43
E. Kajian Studi yang Relevan 45
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian 49
B. Sumber Data Penelitian 50
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 52
D. Langkah Langkah Penelitian 54
E. Prosedur Analisis Data 57
F. Validasi Temuan Penelitian 59
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Dasar dan Rujukan Strategi Pengorganisasian Tenaga
Administratif 64
1. Analisis Lingkungan dan Relevansi Visi Misi
dengan Strategy Pengorganisasian
Tenaga
Administratif 66
a. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal 66
1) Kekuatan dan Kelemahan 67
2) Peluang dan Ancaman 67
b. Penetapan Visi dan Misi 68
1) Pemahaman Mereviu Visi dan Misi 69 2) Relevansi Pengorganisasian Tenaga
Administratif dengan Visi, Misi STISI 70
3) Elaborasi Tujuan STISI terhadap
Pelaksanaan Kerja Tenaga Administratif .... 75 2. Kebijakan Pengelolaan Tenaga Administratif
STISI Bandung 78
a. Penyelenggaraan Pendidikan Sebagai Suatu
Badan Usaha 84
b. Strategi Pengembangan Penyelenggaraan
Pendidikan 86
c. Aspek Pengorganisasian Tenaga Administratif
STISI Bandung 90
1). Efektivitas Pemberian Tugas 90
2). Pemberian Kewenangan 93
3). Kejelasan Perintah 95
B. Kinerja dan Kualitas Layanan Tenaga Administratif 100
1 Kinerja Tenaga Administratif 101
2. Kualitas Pelayanan 104
C. Pemberdayaan Tenaga Administratif 119 1. Pembinaan dan Pemeliharaan Tenaga
Administratif 112
2. Pengembangan Kemapuan Profesional Tenaga
Administratif 116
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Strategi Pengorganisasian Tenaga Administratif dan Kontribusinya Terhadap Strategi Lembaga Penyelenggaraan Pendidikan di STISI Bandung .... 123
1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal 125 2. Penetapan Visi dan Misi serta Relevansinya
dengan Strategi Pengorganisasian Tenaga
Administratif 126
3. Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pengelolaan SDM 129
B. Pengorgansisian Tenaga Administratif Sebagai Upaya
Meningkatkan Kinerja dan Kualitas Pelayanan 132 C. Pemberdayaan Tenaga Administratif 158
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 157
B. Rekomendasi 160
DAFTAR PUSTAKA 162
LAMPIRAN 165
DAFTAR TABEL
No Tabel
4.1
Jenjang Pendidikan Tenaga Administratif di STISI Bandung
81
4.2
Jumlah Tenaga Administratif yang Kurang Relevan dengan Bidang
Pendidikannya
92
4.3
Jumlah Komputer yang Digunakan
1°5
4.4
Jumlah Ruangan Belajar dan Kantor di STISI Bandung
106
4.5
Jumlah Pengguna Jasa Tenaga Administratif
107
4.6
Tanggapan Responden Atas Penilaian Pelaksanaan Tugas Tenaga
114
Administratif
4.7
Jumlah Tenaga Administratif yang Mengikuti Pendidikan Lanjutan
118
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perguruan tinggi swasta sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional,
pembinaannya terus ditingkatkan agar lebih berperan dan lebih bertanggung jawab
dalam upaya peningkatan kualitas serta perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan dengan tetap mengindahkan ciri khasnya, serta
memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menyoroti masalah kualitas perguruan tinggi tidaklah mudah terutama
Perguruan Tinggi Swasta. Masalahnya bukan hanya berkenaan dengan
masalah-masalah makro saja, tetapi juga masalah-masalah-masalah-masalah mikro perguruan tinggi.
Dinyatakan oleh Tilaar(1995: 539), bahwasalah satumasalah mikro dalam usaha
meningkatkan mutu perguruan tinggi ialah manajemen. Kualitas manejemen
perguruan tinggi pada tingkat mikro akan menentukan dalam tercapainya kualitas
produk perguruan tinggi.
Permasalahan yang cukup signifikan yang terdapat dalam permasalahan
mikro PTS umumnya pada pengelolaan pendidikan dan khususnya pada
sebagai lembaga pendidikan, terhadap PTS diperlukan pula upaya atau langkah
strategis dalam pengelolaan pendidikannya.
Selain diperlukannya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan pendidikan, upaya strategis diperlukan pula dalam pengelolaan sumber daya manusia. Mengingat bahwa setiap sistem persekolahan, terlepas dari apa dan
bagaimana ukuran, model, dan pola organisasinya, dalam praktek kegiatannya tetap memerlukan keterlibatan aktif fungsi seluruh personel. Untuk itu proses
manajemen personel perlu disesuaikan dengan perkembangan tuntutan zaman
yang terus menerus mengalami perubahan. Sebagai konsekuensinya, manajemen yang tepat dan strategik mengenai fungsionalisasi personel mutlak diperlukan suatu organisasi dalam era kehidupan masyarakat modern.
Tanpa pengelolaan personel yang tepat, terencana dan sistematik, suatu organisasi menjadi kurang mampu mengantisipasi masalah-masalah yang bakal datang yang pada gilirannya menjadi kurang mampu mencapai tujuan sesuai yang diharapkan.
Pengalaman menunjukkan bahwa kurangnya pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu lembaga pendidikan, seperti : tiadanya perencanaan, tidak efektifhya pembagian fungsi, tugas dan wewenang, kurang tereorganisirnya kerjasama antar pegawai; gagalnya mengantisipasi kekurangan dan kelebihan
pegawai, kurangnya memfungsikan personel secara efektif, baik kuantitatif maupun kualitatif; gagalnya sinkronisasi kebutuhan organisasi dan kebutuhan
personel, menyebabkan proses organisasi tidak berjalan dengan baik yang pada
Dalam kaitan itu, maka merupakan suatu keniscayaan bagi suatu
organisasi untuk senantiasa bersikap peka terhadap proses perubahan yang terjadi dan sekaligus melakukan perubahan-perubahan organisasional sesuai dengan tuntutan yang diperlukan. Kaitannya dengan manajemen sistem pendidikan, suatu pengelolaan sumber daya manusia merupakan proses teramat penting dan
determinatif. Berhasil tidaknya proses pendidikan sangat diwarnai bahkan ditentukan oleh 'memadai-tidaknya' manajemen sumber daya manusia yang
dilaksanakan.
Terdapat beberapa asumsi dasar yang melatari mengapa sumber daya manusia merupakan faktor strategis dan rasional yang menentukan tingkat
keberhasilan dalam sistem pendidikan, yakni bahwa:
(1) Manusia merupakan asset terpentingdalamorganisasi pendidikan; (2) Mutu personel menentukan keberhasilan tujuan organisasi;
(3) Unsur manusia merupakan variabel terkontrol paling besar dalam organisasi; (4) Sebagian besar persoalan organisasi berkaitan dengan masalah penampilan
manusia;
(5) Perhatian utama dari sistem sekolah adalah mengidentifikasi dan memanaj perilaku-perilaku proses agar mencapai tujuan yang ditetapkan.
Melihat pentingnya faktor 'sumber daya manusia' tersebut dalam konteks
manajemen sistem pendidikan, maka manajemen sumber daya manusia harus
benar-benar dilakukan secara 'baik'. Manajemen yang dilakukan tersebut antara
lain dimaksudkan untuk membuat keputusan (decision) tentang jumlah,
sebagainya. Dengan manajemen tersebut, maka proses pencapaian tujuan organisasi pendidikan dapat terlaksana dengan baik.
Manajemen sumber daya manusia perlu dilakukan pada setiap tingkatan sistem pendidikan, termasuk pada sebuah pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan dan/atau kesenian.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 1999, dikemukakan:
(1) Sekolah Tinggi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan profesional dan/atau program pendidikan akademik. (2) Persyaratan Sekolah Tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan
akademik diatur oleh Menteri.
Memperhatikan penyelenggaraannya pendidikan tinggi di Indonesia dapat diselenggarakan oleh pemerintah, atau oleh masyarakat/perorangan. Pada pasal 51 Undang-Undang nomor 2 dikemukakan bahwa pengelolaan satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dilakukan oleh badan/perorangan yang menyelenggarakan satuan pendidikan bersangkutan. Dengan demikian penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia baik Akademi, Sekolah Tinggi
dan Universitas dapat diselenggarakan oleh masyarakat, dalam hal ini yayasan
sebagai badan hukum pembinanya dan disebut PerguruanTinggi Swasta (PTS). Tenaga kerja profesional sangat dibutuhkan dalam pengelolaan PTS mulai
dari top management sampai dengan staf. Seperti halnya pada pelaksana akademik
maupun pelaksana administrasi yang merupakan sumber daya utama organisasi
karya, bakat, beativitas dan dorongan, yang pada akhiraya diharapkan dapat
meningkatkan kinerjaorganisasi.
Memperhatikan bahwa faktor manusia merupakan penggerak sumber daya
yang lain dalam meningkatkan kinerja, maka yang menjadi tantangan utama
dalam organisasi STISI adalah pengelolaan sumber daya manusia yang berkualitas
pada setiap bagian. Tantangan ini menuntut adanya perubahan sikap manajemen
terhadap tenaga kerja STISI dan seyogyanya SDM STISI Bandung, saat ini
dianggap sebagai investasi jangka panjang yang mutlak harus dilakukan.
Kepedulian terhadap pengembangan sumber daya manusia dalam
organisasi STISI didasari oleh kenyataan bahwa modal yang besar dan sumber
daya organisasi lainnya belum dapat menjamin perkembangan STISI. Investasi
STISI dalam sumber daya manusia hanya mungkin terjadi apabila secara individual sumber daya manusia itu memiliki kualifikasi kemampuan yang
relevan dengan tuntutan setiap bagian dalam organisasi STISI dan mau
mengembangkan
diri
secara
kreatif
selama
kebidupannya,
serta
mengaktualisasikan kemampuan tersebut dalamkegiatan produktif.
Dalam setiap sistem pendidikan pada perguruan tinggi, terdapat personil
yang tugasnya tidak langsung menangani proses pengajaran, tetapi mempunyai
kontribusi yang cukup besar terhadap kelancaran proses belajar. Personil tersebut
antara lain tenaga kerja di bidang pelayanan administrasi yang selanjutnya disebut
tenaga administratif.
Mengelola tenaga administratif oleh sistem sekolah sama pentingnya
satu-satunya pertimbangan dalam mengembangkan asumsi pengelolaan kerja, akan tetapi suatu hal sangat penting untuk dipertimbangkan ialah mengorganisir personil terhadap tugas-tugas yang telah ditentukan. Pengorganisasian tenaga adminstratif meliputi berbagai hal yang diusahakan secara sistematis dalam mendayagunakan kemampuan-kemampuan staf, waktu dan tenaga personil semaksimal mungkin.
Untuk mengorganisir tenaga administratif dalam mencapai tujuan yang
diharapkan ada dua hal yang menjadi perhatian pengelola yakni adanya
diferens'asi diantara para pelaksana administrasi. Perbedaan tersebut meliputi pendidikan, keahlian, kemampuan, keterampilan minat dan motivasi. Selain itu tugas-tugas dalam sistem persekolahan yang semakin lama sesuai dengan
perkembangam ilmu pengetahuan semakin berdeferensiasi sehingga
membutuhkan staf yang berdeferensi pula.
Oleh karena itu pendayagunaan dan pengalokasian tenaga adminstratif yang berbeda-beda menjadikan suatu potensi yang strategis untuk memperluas dan mendukung program pendidikan. dimana digunakan keterampilan, minat dan pengetahuan khusus yang dimiliki oleh para anggotanya secara efektif.
Mempelajari statuta dan tata kerja organisasi Sekolah Tinggi Seni Rupa
dan Desain Indonesia (STISI) Bandung yang ditetapkan dengan Surat Keputusan
Ketua STISI Nomor: 14/SK/STISI/X/95, secara umum struktur organisasi Sekolah
Tinggi SeniRupa dan Desain Indonesia telah mengacu pada Peraturan pemerintah
dikemukakan tentang organisasi sekolah tinggi pada pasal 59 yang mensyaratkan
adanya:
(1) UnsurPimpinan: Ketua dan Pembantu Ketua(Puket)
(2) Senat SekolahTinggi
(3) Unsur Pelaksana Akademik: jurusan, pusat penelitian dan pengabdian pada masyarakat, laboratorium/studio dan kelompok dosen.
(4) Unsur Pelaksana Administrasi: bagian. (5) Unsur Penunjang: Unit Pelaksana Teknis.
Memperhatiakn syarat tersebut, jelaslah bahwa unsur pelaksanan
administrasi merupakan unsur penting dalam sum peprguruan tinggi. Bagian
administrasi yang terdiri dari Bagian Administrasi Umum (BAU), Bagian
Administrasi Akademik (BAA) dan BagianAdministrasi Kemahasiswaan (BAK),
semuanya bertanggung jawab kepada unsur pimpinan, yang koordinasi hariannya
ditangani oleh Pebantu Ketua pada bidangnya masing-masing.
Berdasarkan observasi penulis pada STISI Bandung , dari kemungkinan
masalah-masalah yang timbul dalam mekanisme pelaksanaan tata kerja organisasi
STISI Bandung, diketahui secara umum pelaksanaan tata kerja organisasi STISI
diduga masih belum efektif. Karena pada umumnya individu-individu yang
menempati struktur organisasi STISI khususnya pada tenaga admistratif kurang memahami tanggung jawab dan wewenang, sehingga pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab dalam struktur organisasi Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain
Indonesia tidak optimal. Masalah lain yang cukup signifikan adalah kualitas
pribadi tenaga administratif terhadap konsenus organisasi masih relatif rendah,
sehinggaketerlibatan dalam implementasi strategijuga masihkurang.
Kondisi demikian mengakibatkan kinerja pegawai yang berbentuk
diidentifikasi berdasarkan tingkat kepuasan
layanan pegawai-pegawai pada
Bagian Administrasi terhadap dosen, mahasiswa serta masyarakat yang cenderung
kurang puas terhadap bentuk layanan yang diberikan, maupun hasil kerja dari
para pegawai tersebut. Kinerja tenaga administratif rendah dapat dilihat pula dari
produk kerja yang tidak efisien dan efektif.
Selain itu permasalahan yang sangat signifikan dalam pembinaan sumber
daya manusia di STISI adalah perbedaan perlakuan terhadap tenaga edukatif dan
tenaga administratif. Selama ini tenaga administratif masih diperlakukan sebagai
tenaga perbantuan bukan merupakan bagian integral dan sama pentingnya dengan
tenaga edukatifdalam menyukseskan tujuan organisasi.
Memperhatikan masalah di atas, kegiatan manajemen sumber daya
manusia yang dianggap penting dan berkaitan dengan hasil observasi di atas
adalah penerapan fungsi pengorganisasian. Terry (Winardi, 1986 : 233)
mengatakan bahwa:
Pengorganisasian mempersatukan sumber-sumber daya pokok dengan cara
yang teratur dan mengatur orang-orang dalam pola yang demikian rupa,
hingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas guna mencapai
tujuan-tujuan yang ditetapkan. Pengorganisasian mempersatukan orang-orang pada
tugas yang saling berkaitan. Pengorganisasian adalah mengkhususkan suatu
kelompok orang-orang berbeda, mempertemukan macam-macam kepentingan
dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan kesemuanya ke suatu arah
tertentu.
Dengan demikian masalah pengorganisasian merupakan masalah
pencapaian sinergisme, berupa tindakan-tindakan simultan unit-unit individual
atau yang terpisah, yang bersama-sama menghasilkan suatu efek total lebih besar
dibandingkan dengan jumlah komponen-komponen individual. Adanya
dengan masalah tersebut perlu diantisipasi lebih lanjut. Karena tingkat kinerja
tenaga administratif STISI dapat memberikan kontribusinya terhadap kinerja
{performance) Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia dalam kualitas
lembaga.
Begitu dominannya faktor sumber daya manusia sehingga diperlukan
upaya peningkatan dan pengembangannya. Upaya tersebut salah satunya adalah
melalui langkah atau kegiatan-kegitan strategik sehingga dapat mengatasi
permasalahan strategik berkenaan dengan permasalahan sumber daya manusia
tersebut. Atas dasar hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian berkaitan dengan strategi pengorganisasian tenaga kerja khususnya
tenaga administratif pada salah satu PTS di Wilayah IV Jawa Barat, yaitu pada
Sekolah Tinggi Seni Rupa danDesain Indonesia (STISI) Bandung.
B. Pokok Masalah
Memperhatikan permasalahan ruang lingkup masalah di atas serta untuk
tidak meluasnya masalah sehubungan dengan adanya keterbatasan dari segi
waktu, dana dan kemampuan serta adanya keinginan agar penelitian dapat
dilaksanakan lebih mendalam, maka fokus penelitian ini pada strategi
pengorganisasian tenaga administratif STISI Bandung.
Strategi yang dimaksud dalam konteks penelitian ini adalah penetapan
sasaran dan tujuan jangka panjang STISI Bandung dan arah tindakan serta alokasi
10
cara-cara yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dipergunakan oleh STISI sebagai suatu organisasi untuk mencapaitujuan dan berbagai sasarannya.
Sedangkan pengorganisasian merupakan kegiatan mempersatukan sumber-sumber daya manusia (tenaga administratif) dengan cara yang teratur dan mengatur pegawai tersebut dalam pola yang demikian rupa, hingga mereka dapat
melaksanakan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Adapun yang dimaksud dengan tenaga administratif adalah unsur pelaksana administrasi yang berada dalam organisasi STISI Bandung yang bertugas pada kegiatan administrasi sebagai pendukung kegiatan pokok STISI
Bandung.
Berdasarkan definisi di atas, maka penelitian ini difokuskan pada cara-cara
yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dipergunakan oleh STISI Bandung dalam mempersatukan tenaga administratif dengan cara yang teratur dan mengatur pegawai tersebut dalam pola yang demikian rupa, hingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Oleh karena itu permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini
adalah: Bagaimana Strategi Pengorganisasian Tenaga Administratif di Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia (STISI) Bandung?.
11
1. Nilai-nilai apakah yang menjadi dasar dan rujukan dalam pelaksanaan strategi
pengorganisasian tenagaadministratif di STISIBandung?
a. Apakah pengorganisasian tenaga administratif dilaksanakan melalui analisis lingkungan internal maupun eksternal dan apakah telah relevan dengan visi dan misi serta tujuan STISI Bandung sebagai lembaga
pendidikan?
b. Apa yang menjadi kebijakan pimpinan Yayasan dan STISI dalam penyelenggaraan manajemen SDM tenaga administratif dan faktor-faktor apa yang menjadi prioritas utama dalam melakukan pengorganisasian tenaga administratif?
2. Apakah strategi pengorganisasian tenaga administratif yang telah dilaksanakan dapat meningkatkan kinerja pelayanan tenaga administratif terhadap fihak yang berkepentingan, berkenaan dengan tugas dan fungsi
Bagian Bagian Administrasi di STISI Bandung?
3. Apakah hasil pengorganisasian yang telah dilakukan dapat dijadikan sebagai acuan untuk pemberdayaan tenaga administratif di Bagian Adminstrasi STISI Bandung ?
a. Apakah pembinaan dan pengembangan tenaga administratif telah mendukung terhadap upaya-upaya peningkatan kinerja tenaga
administratif di STISI Bandung?
b. Apakah pemberdayaan tenaga administratif yang dilakukan telah
memenuhi harapan dan kebutuhan pribadi pegawai dan tuntutan profesi
12
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara khusus untuk memperoleh deskripsi tenteng
penerapan strategi pengorganisasian tenaga administratif pada Sekolah Tinggi
Seni Rupa dan Desain Indonesia, yang kemudian dianalisis guna memperoleh
suatu kesimpulan sehingga ditemukan maknanya dalam konteks administrasi
pendidikan.
Selain itu diharapkan diperoleh gambaran yang obyektif berkenaan dengan peranan tenaga administratif tersebut ditinjau dari struktur dan fungsinya serta kelayakan kinerja (prestasi dan perilaku) berdasarkan standar normatifhya, penelitian ini diharapkan pula dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang faktor-faktor yang melatar belakanginya atas terjadinya posisi tenaga administratif ditinjau dari kekuatan dan kelemahannya, serta peluang dan tantangan sehingga dapat mengidentifikasi alternatif kemungkinan untuk memperbaiki sistem pengelolaan (manajemen) tenaga administratif khususnya pelaksanaan pengorganisasian dan dapat direkomendasikan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
D. Manfaat Penelitian
Keberadaan STISI diharapkan dapat memberikan kontribusinya terhadap
pembangunan nasional dan membaiitu perluasan serta peningkatan mutu budaya
bangsa melalui kesenirupaan. Harapan tersebut tentunya perlu didukung oleh
pelaksanaan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan kualitas
13
Untuk itulah hasil penelitian ini diharapkan dapat:
1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam strategi pengelolaan Sekolah Tinggi
Seni Rupa dan Desain Indonesia, khususnya pengelolaan personil dari aspek
pengorganisasian.
2. Dijadikan sebagai informasi, bahan evaluasi terhadap pengelolaan SDM
khususnya pelaksanaan pengorganisasian yang dilaksanakan STISI Bandung,
sehinggadapat dilakukanlangkah perbaikan.
3. Memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan terhadap
pembinaan Perguruan Tinggi Swasta, khususnya pengelolaan sumber daya
manusia SekolahTinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia.
4. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu administrasi,
terutama bagi penelitian dalam bidang Administrrasi Pendidikan pada
lembaga pendidikan yang dikelola oleh swasta.
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ini adalah suatu model yang dijadikan acuan oleh
peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Penjelasan mengenai kerangka
pemikiran ini biasanya dalam bentuk narasi yang disampaikan oleh peneliti, dan
dalam bentuk gambar atau skema sebagai penjelas secara grafikal. Kerangka
pemikirian ini disusun berdasarkan fenomena yang diamati sebagaimana yang
telah dikemukakan dalam bagian terdahulu.
Penelitian ini mempersoalkan mengenai pelaksanaan support resource
[image:21.595.73.481.276.518.2]14
pelaksanaan pengorganisasian tenaga administratif sebagai salah satu stake holder
yang terdapat di STISI Bandung.
Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia (STISI), pada saat ini
merupakan salah satu dari sejumlah kecil sekolah tinggi swasta di Bandung yang
mengkhususkan menyelenggarakan pendidikan seni rupa dan desain. STISI
Bandung, selama ini telah berupaya sesuai dengan potensi yang ada untuk
menyelenggarakan
pendidikan,
diantaranya
dengan
membina
dan
mengembangkan sistem pendidikan.
Dalam pengembangannya STISI tidak terlepas dari perundang-undangan
yang berlaku. Diantaranya berkenaan dengan struktur organisasi merujuk pada
pasal 59 Peraturan Pemerintah No. 60, Tahun 1999. Dalam peraturan tersebut
terdapat komponen yang bertugas melaksanakan kegiatan administrasi, yang
selanjutnya dalam penelitian ini disebut tenaga admistratif.
Tenaga administratif walaupun tidak berpengaruh langsung terhadap
proses pendidikan dan pembelajaran, akan tetapi sebagai salah satu bagian dari
perguruan tinggi dapat merupakan komponen di dalam organisasi yang
mempunyai kepentingan dan pengaruh terhadap organisasi atau dalam hal ini
terhadap STISI Bandung. Dengan demikian jelaslah bahwa tenaga administratif
merupakan salah satu sub sistem yang posisinya cukup strategis dalam sistem
pendidikan, sehingga pengelolaannya sama pentingnya dengan pengelolaan sub
sistem lainnya dalam organisasi STISI Bandung.
Pengelolaan sumber daya manusia pada dasarnya merupakan sub sistem
15
merupakan upaya pencapaian visi, misi dan tujuan STISI Bandung sebagai
lembaga pendidikan.
Visi, misi dan tujuan pendidikan yang jelas digunakan sebagai acuan
dalam mengantisipasi berbagai perubahan dan tantangan pendidikan di masa
depan. Untuk itu diperlukan suatu manajemen pengelolaan sistem pendidikan
yang tepat dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan tersebut, termasuk
pada kesiapan tenaga kependidikan dan non kependidikan, selain pada
pengembangan kurikulum, pengembangan layanan maupun terhadap sarana dan
prasarana serta pengembangan program.
Selain harus perpedoman pada visi dan misi organisasi, manajemen
sumber daya manusia tenaga administratif tidak terlepas dari kebijakan dan
keputusan yang diambil oleh pihak lembaga penyelenggara untuk menjalankan, di
lain pihak kebijakan lembaga atau dalam hal ini yayasan penyelenggara dan
pimpinan STISI didalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan tidak
dapat terlepas dari peraturan-peraturan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Pertimbangan lain yang harus diperhatikan adalah bahwa pelaksanaan
pengelolaan atau manajemen SDM merupakan sebuah sistem terdiri dari
subsistem-subsistem. Berbagai pendapat mengenai subsistem-subsistem tersebut,
diantaranya yang paling mendasar adalah perencanaan, pengorganisasian, dan
pengendalian.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa pengorganisasian merupakan
subsistem yang penting setelah perencanaan. Pengorganisasian sebagai langkah
hubungan-16
hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang hingga mereka bekerja sama
secara efisien dan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal
melaksanakan tugasguna mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan.
Pengorganisasian juga merupakan upaya memberikan kekuatan pada
tenaga administratif sebagai stake holder, sehingga melalui pengorganisasian ini
tenaga administratif memperoleh kejelasan tentang pekerjaan, dan kewenangan
serta tanggungjawab dalam organisasi.
Melalui pengorganisasian berarti pula memberikan kekuatan pada tenaga
administratif karena kewenangannya tersebut, serta dalam upaya meningkatkan
kualitas pribadi serta meningkatkan konsensus tenaga administratif yang tinggi
terhadap lembaga, menguasai dan mampu mengendalikan sumber daya strategik
lainnya, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sangat diperlukan oleh
lembaga, serta memiliki kemampuan untuk mengendalikan lingkungan seperti
keterampilan untuk memberikan pe^yanan terbaik.
Indikasi keberhasilan pelaksanaan pengorganisasian dapat dilihat
berdasarkan performance atau kinerja pegawai tersebut melalui
indikator-indikator kinerja tersebut yaitu efisiensi dan efektivitas kerja, produktivitas,
tingkat pertanggung jawaban atau akuntabilitas kerja pegawai.
Performance tenaga administratifdapat pula dilihat dari bagaimana tenaga
administratif tersebut memberikan pelayanan terhadap pihak terkait yaitu pihak
yayasan, dosen, mahasiswa serta masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya-upaya
peningkatan mutu lavanan tersebut sebagai upaya meningkatkan pelayanan yang
17
Sebagai salah satu stake holder pada organisasi STISI tenaga administratif
tentunya termotivasi untuk berpartisipasi dalam organisasi STISI karena mereka
mengharapkan inducement. Untuk itu diperlukan upaya meningkatkan kekuatan
dan oerformance tenaga administratif tersebut. Selain meningkatkan pendidikan,
pengetahuan, penting untuk dilaksanakan adalah upaya lembaga dalam
pelaksanaan pemberdayaan tenaga administratif melalui pembinaan dan
pemeliharaan guna meningkatkan konsensus serta produktivitas tenaga
administratif sebagai bagian dari proses menuju tujuan STISI Bandung.
Secara skematis kerangka pemikiran di atas divisualisasikan dalam gambar
GAMBAR 1.1.
SKEMA KERANGKA PEMIHRAN
STISI BANDUNG
I
VISI, MISI
I
PENINGKATAN KUALITAS DAN FUNGSI TENAGA ADMINISTRATE MELALUI
IMPLEMENTASI MANAJEMEN SDM ADMINISTRATE
ANALISIS INTERNAL
KEBIJAKAN
ANALISIS
EKSTERNAL
NILAI-NILAI
18
P E R E N C A N A A N PENGORGANI PENGENDALIAN
KUALITAS
LAYANAN
I
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
\
^V\
, ^ ..,'Rumusan masalah dan fokus penelitian yang telah dijelaskan pada Bab 1 menuntut peneliti untuk melakukan penelitian yang bersifat deskriptif-analisis
dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Melalui penelitian ini, peneliti mengharapkan dapat memperoleh gambaran utuh mengenai masalah yam* diteliti. Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pengumpulan dan pengolahan data tentang fenomena yang terjadi saat sekarang, tidak bermaksud menguji hipotesis dan hanya untuk mengetahui keadaan tiap-tiap
variabel secara lepas, tidak menghubungkan variabel satu dengan variabel lainnya.
Sedangkan sifat analitis dari penelitian ini merupakan kegiatan lanjutan dari
deskripsi gejala dan peristiwa. Analisis secara mendalam dilakukan berdasarkan
kejian teori, setelah didapat gambaran yang jelas ddan lengkap tentang aspek-aspek yang diteliti.
Untuk memperoleh data empirik sesuai dengan ruang lingkup masalah dan agar dapat diperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian maka dalam penelitian ini
akan digunakan metode kualitatif
Lexy J. Moleong (1996) menjelaskan mengenai pendekatan kualitatif, sebagai berikut:
50
Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan.
mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif.
menagadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada
usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses
dari pada hasil. membatasi studi ddengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan
hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah fihak: peneliti dan subyek penelitian
Dari definisi di atas, secara implisit tergambarkan mengenai karakteristik pendekatan kualitatif. Pertama menunjukkan bahwa penelitian kualitatif memiliki latar alamiah sebagai sumber data langsung serta peneliti menjadi instrumen utama
Karakteriksik kedua, mengimplikasikan bahwa data yang dikumpulkan
dalam penelitian kualitatif lebih cenderung dalam bentuk kata-kata dari pada
angka-angka sebagaimana dalam penelitian kuantitiatif.
Karakteristik ketiga menyatakan bahwa penelitian ini lebih menckankan
pada proses daripada hasil. Dalam penelitian ini data dan informasi yang
dikumpulkan lebih terfokus pada kegiatan yang dilak-ikan, bukan dari hasil semata.
Karakteristik keempat dan kelima menegaskan mengenai analisis yang
digunakan oleh peneliti kualitatif serta pemanaannya. Melalui analisis induktif
peneliti berupaya mengungkapkan makna dari keadaan yang diamatinya
Berdasarkan karakteristik penelitian kualitatif, menjadi jelaslah bahwa sebagai instrumen penelitian, peneliti menjadi pengumpul data utama dalam
penelitianini.
B. Sumber Data Penelitian
51
mencakup situasi dan kondisi objektif di lapangan, dalam hal ini pada pelaksanaan
pengorganisasian tenaga administratif Sekolah Tinggi Seni Rupa Dan Desain
Indonesia (STISI) Bandung.
Lofland (Moleong: 1990) menyatakan bahwa "sumber data yang utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata. Sedangkan tindakan dan dokumen
lainnya merupakan sumber data tambahan \
Selanjutnya mengenai sumber data atau populasi dalam peneltian kualitatif
mengacu pada empat tipe sumber data penelitian kualitatif, yaitu setting, peristiwa,
orang dan proses (Huberman, 1984). Untuk itu pemilihan sampel tidak ditentukan
sejak awal penelitian, pemilihan sampel dilakukan secara purposive dan mengacu
pada konsep sampel berlanjut untuk mencapai redundancy dengan berdasarkan
tujuan penelitian dan mampu memberikan ketuntasan informasi tentang strategi
pengorganisasian tenaga administratif STISI Bandung.
Sesuai dengan kerangka pemikiran dan fokus masalah yang diteliti dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data penelitian meliputi: Unsur Pimpinan, Staf
Bagian Administrasi, Dosen Tetap dan Luar biasa serta Mahasiswa
Unsur
pimpinan beserta staf bagian administrasi diperlukan untuk memperoleh data
berkenaan dengan strategi pengorganisaian yang dilakukan sedangkan dosen dan
mahasiswa sebagi sumber data berkenaan dengan kinerja pelayanan yang dilakukan
oleh tenaga administratif pada mereka.
Penentuan sumber data dalam penelitian ini dilakukan sementara penelitian
berlangsung, dengan cara sebagai berikut: peneliti memilih unit sampel tertentu
52
selanjutnya berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, peneliti menetapkan
untit sampel atau sumber data berikutnya yang memungkinkan untuk dapat
memberikan data dan informasi yang lebih lengkap.
Nasution (1988), menielaskan bahwa penentuan unit sampel atau responden
dianggap telah memadai apabila telah sampai pada taraf 'redundancy' atau
kejenuhan. Artinya bahwa dengan menggunakan sumber data atau responden
selanjutnya, boleh dikatakan tidak akan ada lagi tambahan informasi dan data yang
berarti.
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akurat diperlukan teknik pengumpulan data
vang sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif. Dalam hal ini teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah studi dokumentasi,wawancara,dan
observasi. Ketiga teknik ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang saling
melengkapi dan saling menunjang.
Studi dokumentasi dilakukan untuk melacak berbagai informasi yang
berkaitan dengan pengelolaan dan kinerja tenaga administratif STISI. Adapun
dokumen-dokumen yang dikaji antara lain: kebijakan tentang pembinaan dan
pengembangan tenaga administratif, Rencana Induk Pengembangan, buku panduan
tentang penyelenggaraan STISI, dan pedoman kerja bidang bidang administrasi,
hasil kerja tertulis bidang bidang administrasi, serta laporan kegiatan.
Studi dokumentasi sangat penting sebagai produk nyata yang dapat
x->
terutama tenaga adminisratif, kinerja tenaga administratif STISI Bandung,
sekaligus dapat digunakan sebagai bahan trianggulasi dan member check terhadap
kebenaran dari keterangan responden.
Moleong (1996:112) mengutip pendapat Lofland dan Lofland yang
menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kaia
dan tmdakan. Kata-kata tersebut terungkap melalui serangkaian wawancara
yarn-telah dipersiapkan secara matang, baik berupa wawancara yang bersifat terbuka
maupun wawancara yang terstruktur.
Wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka ditujukan
untuk mendapatkan data atau informasi selengkap mungkin;sedangkan wawancara
terstruktur lebih ditujukan untuk menjaga agar wawancara dapat berlangsung tetap
pada konteks permasalahan penelitian dan untuk meyakinkan kebenaran data yang
bersifat spesifik. Wawancara yang lebih bersifat obrolan ini dilakukan
berulang-ulang kepada responden sampai jenuh, dalam pengertian telah menemukan pola
kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Lntuk memperoleh data-data atau informasi mengenai tindakan-tindakan
yang mencerminkan kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diperlukan
observasi. atau pengamatan secara langsung maupun tidak langsung. Cara ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data yang cermat,faktual dan kontekstual.Dalam
kaitan itu peneliti melakukan pengamatan tidak lansung dan sesekali melakukan
pengamatan langsung, misalnya ikut terlibat dalam kontrak penelitian,pengabdian
54
Untuk kelengkapan catatan lapangan (field notes) dan ketelitian data yang
diperoleh, maka peneliti melengkapi diri dengan buku catatan dan tape recorder^.
Peralatan-peralatan tersebut digunakan untuk "mencatat" informasi verbal maupun
nonverbal selengkap mungkin.
Sedangkan instrumen penelitian ini ialah peneliti itu sendiri (human
instrument), karena manusia mempunyai adaptabilitas yang tinggi serta responsif
terhadap situasi yang berubah-ubah yang terjadi selama penelitian berlangsung
Selain itu. sebagai manusia si peneliti memiliki kemampuan untuk menjelaskan
kepada responden tentang sesuatu yang kurang mereka fahami, juga memiliki
kemampuan untuk menggali sesuatu yang tidak direncanakan sebelumnya,tidak
diduga
atau
tidak
lazim
yang
dapat
memperdalam
makna
penelitian
(Nasution. 1990:55-56).
D. Langkah-langkah Penelitian
Dalam penelitian kualitatif terdapat banyak pendapat yang berkaitan dengan
langkah atau tahapan dalam pelaksanaan penelitian dan belum ada kesepakatan
yang tegas tentang hal itu. Namun demikian Nasution (1990) mengemukakan suatu
terminologi yang mampu merangkum berbagai gagasan yang saling berbeda tadi.
Tahapan-tahapan penelitian yang diajukan oleh Nasution tersebut adalah
sebagai berikut:
Tahap Qrientasi , yaitu berupa penelitian awal dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran permasalahan yang lebih lengkap guna memantapkan fokus
55
penulis mengadakan studi penjajagan dengan melakukan serangkaian wawancara
yaim bersifat informal,observasi tidak langsung dan menyebarkan angket.
Wawancara secara informal dilakukan dengan sejumlah tenaga administratif
dosen yang mewakili tiap bagian serta dosen dari tiap juirusan jurusan, yaitu
Jurusan Desain dan Jurusan Seni Rupa Murni. Selain itu wawancara pun dilakukan
dengan beberapa unsur seperti Kasubag Kepegawaian, Kepala BAU, serta
mahasiswa dan masyarakat
yang terkait dengan kegiatan bidang bidang
administrasi STISI Bandung.
Selanjutnya pada Tahap Eksplorasi dilakukan penelitian yang sebenarnya
yakni pengumpulan data yang berkenaan dengan fokus dan tujuan penelitian.
Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara dengan para dosen ,
dan tenaga administratif serta mahasiswa yang telah ditentukan.
Untuk
memperkuat kebenaran data dari responden dilakukan serangkaian wawancara
dengan para nara sumber yang representatif yaitu Ketua STISI, Ketua Jurusan,
Pembantu Ketua I, serta Kepala-kepala Bagian Administrasi. Wawancara
dilakukan dengan mempergunakan pedoman agar pembicaraan dapat bei langsung
terarah, tetap pada konteks yang menjadi fokus penelitian. Selain itu untuk
melengkapi data yang sudah terkumpul sekaligus untuk mengecek atau
trianggulsai, peneliti juga melakukan observasi dan studi dokumentasi.
Setiap usai melakukan wawancara, peneliti membuat deskripsi hasil
wawancara berdasarkan tiap subtopik pertanyaan. Hal itu dilakukan untuk
mempermudah analisis data dan untuk menemukan pola jawaban yang diperoleh
56
lapangan yang ada dan meiangkum hal-hal yang penting secara lebih sistematis.
Selanjutnya menuliskan laporan secara deskriptif berdasarkan pandangan
responden (emic).
Berkaitan dengan deskripsi tersebut, penulis juga membuat catatan terpisah
yaitu berupa catatan refleksi yang mencoba melihat permasalahan dari sudut
pandang peneliti sendiri. Cara tersebut dapat mempermudah peneliti dalam
mempertajam gambaran mengenai fokus penelitian.
Tahap terakhir ialah Member Check. Dalam tahap ini dilakukan verifikasi
dengan mengecek validitas data.Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran
informasi-informasi yang telah dikumpulkan agar hasil penelitian dapat lebih
dipercaya.
Pengecekan informasi ini dilakukan setiap kali peneliti selesai melakukan
wawancara, yakni dengan mengkonfirmasikan catatan-catatan hasil wawancara.
Dalam wawancara itu juga sedapat mungkin ditarik kesimpulan bersama-sama
dengan responden. Hal itu dimaksudkan untuk mengurangi kesalahfahaman dalam
menafsirkan informasi yang telah disampaikan oleh responden.Selain itu, catatan
lapangan yang telah diketik juga dimintakan koreksi dari nara sumber yang
bersangkutan. Untuk lebih memantapkan lagi, dilakukan pula observasi dan studi
dokumentasi serta trianggulasi kepada responden maupun nara sumber lain yang
berkompeten. Pelaksanaan Member Check ini dilakukan sejalan dengan Tahap
57
E. Prosedur Analisis Data
Karakter analisis dalam penelitian kualitatif berlangsung secara induktif dan
terus menerus. dengan kata lain analisis data ini dilakukan dalam suatu proses yang
berarti pelaksanaannya sudah dilakukan semenjak pengumpulan data dan
dikerjakan
secara
lebih
intensif lagi
sesudah
meninggalkan
lapangan
(Moleong, 1996:104).
Sedangkan Nasution (1988) menyatakan bahwa persoalan yang dihadapi
oleh peneliti kualitatif dalam menganalsis data adalah tidak adanya prosedur yang
baku yang dapat dijadikan pedoman atau pola analisa data. Selanutnya la
berpendapat bahwa "Analisa data memeriukan daya kreatif serta kemampuan
intelektual yang tinggi. Lagipula tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk
mengadakan analisis, sehingga tiap peneliti harus mencari sendiri metode yang
dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya.
Berdasarkan keterangan di atas, maka prosedur pengolahan dan analisis
data meliputi kegiatan:
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan cara memilah data yang sudah disusun dalam
laporan lapangan, dengan menyusunnya kembali dalam bentuk uraian atau laporan
yang lebih terperinci. Selanjutnya laporan yang direduksi dirangkum dan dipilih
berdasarkan hal-hal pokok serta difokuskan pada hal-hal penting dan relevan
dengan fokus penelitian.
58
Data atau informasi yang diperoleh diidentifikasi satuan analisisnya dan
alternatif kategori yang mungkin untuk satuan analisis itu. Pada tahap ini proses
analisis dilakukan dengan cara mengorganisasi data dan membangun kategori.
Organisasi (unitisasi) data dilakukan dengan membuat kode berdasarkan
pertanyaan penelitian, membuat pengertian untuk memeriksa tulisan-tulisan,
melihat pada kode-kode utama untuk setiap pertanyaan penelitian.
Membangun Kategori muncul karena interaksi antara teori dan data
(Huberman, 1984). Kategori dilihat dari kemiripan unsur-unsur yang terkandung
dalam satu aspek atau unsur-unsur yang membedakan antara satu aspek dengan
lainnya. Kategori dalam studi ini dilihat berdasarkan tempat, pelaku dan proses.
Untuk memenuhi kriteria di atas, maka peneliti melakukan upaya-upaya
sebagai berikut'
a. Data mentah yang diperoleh melalui wawancara,observasi, maupun studi
dokumentasi direkapitulasi dalam laporan lapangan yang lengkap dan cermat;
b. Data mentah di atas disusun dalam hasil analisis dengan cara menyeleksi,
kemudian merangkum atau menyusunnya kembali dalam bentuk deskripsi yang
lebih sistematis;
c. Membuat hasil sintesa data berupa kesesuaian tema dengan tujuan
penelitian,penafsiran, dan kesimpulan;
d. Melaporkan seluruh proses penelitian sejak pra-survey dan penyusunan disain
59
Selain analisis data dengan tahapan di atas dilakukan prosedur yang disarankan oleh Nasution (1988:129-130) yaitu Reduksi Data, Display Data,
Kesimpulan dan Verifikasi.
Reduksi Data dilakukan dengan menelaah kembali seluruh catatan
lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara,pengamatan dan studi dokumentasi
dengan tujuan untuk menemukan hal-hal pokok atau penting yang berkenaan dengan fokus penelitian yakni kinerja tenaga edukatif STISI Bandung dan program
pengembangannya sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan
Selanjutnya hal-hal pokok tadi dirangkum dalam susunan yang lebih sistematis
sehingga dapat diketahui tema atau polanya dengan mudah.
Pekerjaan itu disebut sebagai Display Data. Dari pola yang tampak dalam
Display Data itu selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sehingga data yang
dikumpulkan menjadi memiliki makna tertentu.
Untuk memantapkan Kesimpulan maka dilakukan Verifikasi. Verifikasi ini dilakukan dengan Member Check maupun Trianggulasi. Oleh karena itu proses Verifikasi Kesimpulan ini berlangsung selama dan sesuadah data dikumpulkan.
F. Validasi Temuan Penelitian
Menurut Nasution (1988:114-124) tingkat kepercayaan hasil penelitian
kualitatif ditentukan oleh beberapa kriteria, yaitu: Kredibilitas, Transferabilitas,
Dependabilitas, dan Konfirmabilitas.
Untuk itu penelitian ini diusahakan dapat memenuhi kriteria-kriteria
60
1. Kredibilitas
Kredibilitas merupakan salah astu ukuran tentang kebenaran data yang
dikumpulkan. Kredibilitas dalam penelitian kualitatif menggambarkan kecocokan
konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau nara sumber. Untuk
mencapai hal tersebut dalam penelitian ini antara lain dilakukan hal-hal berikut ini:
a. Trianggulasi,
Trianggulasi
yakni
mengecek
kebenaran
data
dengan
cara
membandingkannya dengan data dari sumber lain. Hasil dari serangkaian
wawancara, pengamatan dan studi dokumentasi dari kinerja tenaga administratif
perlu dicek kebenarannya kepada nara sumber yang dianggap kompeten; dalam hal
ini adalah para pjjabat di lingkungan STISI Bandung.
Pengecekan data ini dapat dilakukan secara vertikal maupun horisontal.
Oleh karena pada waktu mencari data atau informasi dari seorang nara sumber,
sekaligus dilakukan pula pengecekan data atau informasi pada sumber lain.
Demikian dilakukan secara terus- menerus untuk menjaga tingkat obyektivitas dari
data yang diperoleh. Terkadang terdapat juga suatu pernyataan negatif atau
bertolak belakang dengan informasi yang didapat pada umumnya. Hal ini sangat
menarik sebagai suatu upaya verifikasi dalam pencarian kebenaran yang lebih dapat
dipercaya, yang sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam penelitian kualitatif.
b. Pembicaraan dengan Kolega (Peer Debriefins).
Dalam tahap ini peneliti membahas catatan-catatan lapangan dengaa
diragukan. Mereka semua tidak mempunyai kepentingan dengan penelitian yang
sedang dilakukan dengan demikian mereka bisa memberikan pandangan dan
sumbangan pemikiran bahkan memberikan pandangan-pandangan yang sangat
kritis terhadap catatan atau temuan lapangan bahkan sampai ke persoalan
metodologis. Hal tersebut sanga memperkaya wawasan peneliti,bahkan kririk dan
pertanyaan-pertanyaan yang cukup kritis yang mereka kemukakan sangat
menantang untuk dikaji lebih jauh dan sangat bermanfaat bagi tingkat kebenaran
penelitian ini.
c. Penggunaan bahan referensi,
Cara ini digunakan untuk mengamankan berbagai informasi yang diperoleh
di lapangan. Dalam kaitan ini penulis memanfaatkan tape recorder untuk merekam
hasil wawancara. Dengan cara tersebut peneliti dapat memperoleh gambaran yang
lengkap tentang informasi yang diberikan nara sumber sekaligus dapat memehami
konteks pembicaraannya sehingga kemungkinan terjadinya kekeliruan atau salah
penafsiran dapat diperkecil.
d. Melakukan Member Check,
Member check yaitu pada setiap akhir wawancara atau pembahasan suatu
topik diusahakan untuk menyimpulkan secara bersama-sama dengan nara
sumber,sehingga perbedaaan persepsi dalam suatu masalah dapat dihindarkan.
Selain itu dilakukan juga konfirmasi dengan nara sumber terhadap laporan hasil
sesungguhnya sangatlah sulit untuk mengukur tingkat dependabilitas dalam
penelitian kualitatif ini.
Agar
kebenaran
dan
obyektivitas
hasil
penelitian
dapat
dipertanggungjawabkan dapat dilakukan audit trail, yaitu melakukan pemeriksaan
ulang sekaligus dikonfirmasikan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkan
dapat dipercaya dan sesuai dengan situasi yang nyata serta apa adanya. Dalam hal
BAB VI , . ^.^
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
/ $&A *? J& ]
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pembahasan yang dikemukakan
pada Bab IV, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1 Strategi pengorganisasian dalam rangka pelaksanaan manajemen atau pengelolaan sumber daya manusia khususnya tenaga administratif di
perguruan tinggi termasuk STISI dapat dijadikan bahan kajian yang bermakna
bagi upaya mendayagunakan personel dalam mencapai tujuan lembaga.
2. Pengorganisasian tenaga administratif STISI Bandung telah dilaksanakan, tetapi belum menyeluruh dalam setiap aspek pengorganisasian. Tujuan
pengorganisasian belum tercapai. Dengan kata lain pengorganisasian tenaga
administratif belum efektif.
3. Ketidak efektifan pengorganisasian tenaga administratif tersebut apabila
ditinjau dari analisis lingkungan, penetapan visi dan kebijakan yang beriaku serta pemenuhan aspek pengorganisasian, kecenderungannya sebagai berikut: a. Strategi pengorganisasian tenaga administratif belum sepenuhnya berdasarkan analasis lingkungan internal dan eksternal. Strategi
pengorganisasian yang dilakukan mengenyampingkan aspek-aspek
kekuatan dan kelemahan tenaga administratif serta kondisi internal STISI
-
Bandung. Selain itu, belum pula memperhatikan peluang dan ancaman yang terjadi di luar organisasi. Pengorganisasian tenaga administratif belum terintegrasi dengan misi dan misi demikian pula elaborasi tujuan belum optimal dilaksakaan.
b. Nilai dan kebijakan yang menjadi dasar pengorganisasian tenaga
administratif, adalah kebijakan tentang struktur organisasi PTS, kebijakan strategis STISI dibidang pengembangan administrasi, pegembangan layanan dan manajemen SDM serta peraturan kepegawaian yang
mengadaptasi dari peraturan pembinaan PNS.
c. Kebijakan struktur organisasi PTS menyebabkan STISI kurang mampu mengembangkan strategi serta menentukan kebijakan sendiri (otonomi). Kebijakan pilihan pengembangan layanan dan pengembangan administrasi
dengan memprioritaskan pembinaan tenaga edukatif menyebabkan pembinaan terhadap tenaga administratif dikesampingkan.
d. Strategi pemberian tugas belum memperhatikan keserasian menyeluruh.
Keserasian tugas hanya diukur dengan pemenuhan tugas tanpa
mempertimbangkan pendidikan dan keahlian serta keterampilan.
e. Pemberian kewenangan dalam pelaksanaan tugas belum sepenuhnya sesuai dengan standar kerja yaiut urain kerja yang sudah digariskan untuk
tenaga administratif. Hal ini disebabkan berbagai kendala yaitu jumlah
personel yang kurang, pendidikan rendah dan keterampilan tidak merata.
f. Berkenaan dengan kesatuan perintah, pada bagian-bagian administrasi
59
pada bawahan berbenturan dari pimpinan langsung dengan pimpinan lembaga (Ketua dan PUKET).
4. Pengorganisasian untuk tenaga administratif kurang memperhatikan
akibatnya terhadap proses belajar mengajar. Tenaga administratif masih
dianggap sebagai unsur pelengkap bukan sebagai unsur yang sama pentingnya dengan tenaga edukatif Pengoiganisasian yang telah dilaksanakan relevansinya sangat kurang dengan visi, misi dan tujuan yang telah
dicanangkan.
5. Pengorganisasian yang telah dilaksanakan belum berpengaruh terhadap upaya meningkatkan kinerja tenaga administratif. Kinerja tenaga administratif masih sangat kurang dilihat dari efisisensi kerja, efektivitas kerja, produktivitas
kurang serta rendahnya inovasi pegawai.
6. Kinerja yang rendah ditandai dengan produk kerja yang kurang memadai serta pelayanan tenaga administratif masih kurang optimal. Pelayanan yang
diberikan dinilai kurang tepat waktu, reliability belum akurat, respon
pegawai kurang serta belum adanya emphaty untuk memberikan perhatian
atau pelayanan secara optimal.
7. Pengorganisasian tidak maksimal disebabkan kebijakan dan manajemen yang kurang jelas dan kurang tegas. Sarana pendukung yang tidak memadai serta kondisi personel yang kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
8. STISI telah berupaya untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pegawai
melalui kegiatan pemberdayaan. Pemberdayaan dilakukan melalui pembinaan
160
9. Pembihaan dan pemeliharaan pegawai khususnya tenaga administratif
dilakukan cukup baik. Tetapi para tenaga administratif menganggap gaji yang
diberikan sebagai kompensasi kerja masih sangat kurang.
10. Upaya pengembangan personel dianggap tidak adil dan tidak seimbang.
Tenaga administratif tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan bea siswa
untuk melanjutkan pendidikan, pendidikan kelerampihr? diserahkan pada diri masing-masing dan tidak adanya jaminan peningkatan jabatan bagi tenaga
administratif yang telah lulus menyelesaikan studinya.
-A
B. Rekomendasi
1. Pengelolan SDM hendaknya bersifat menyeluruh dan adil. Tenaga administratif walaupun dianggap sebagai pelengkap tetapi keberadaannya sangat menunjang terhadap proses pendidikan. Untuk itu, pengelolaannya harus dilakukan secara integral dan maksimal.Pengorganisasian tenaga administratif sebagai bagian dari sistem manajemen sumber daya manusia di STISI Bandung harus dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang beriaku.
2. Hendaknya dilakukan perencanaan strategis melalui analisis lingkungan dan
pengkajian yang sistematis pada seluruh aspek dalam organisasi STISI. Sistem
pengelolaan SDM khususnya tenaga administratif dirombak total, dan perlu
161
3. Jumlah pegawai diseimbangkan dengan beban kerja. Dan penempatan pegawai harus memperhatikan kesesuaian pendidikan keterampilan dengan
pekerjaannya.
4. Pembinaan bagi tenaga administratif sama pentingnya dengagn pembinaan pada tenaga edukatif. Sehingga sistem penggajian seharusnya dirubah dan disesuaikan dengan kondisi perekonomian dan standar gaji mutakhir.
DAFTAR PUSTAKA
\\ 1 f^sV, • ", %
A. Buku Buku
Abin Syamsudin (1986), Pemberdayaan Sistem Perencanaan dan Manajemen Berbasiskan Sekolah Menuju ke Arah Peningkatan Kinerja Pendidikan yang Diharapkan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap : FIP IKIP Bandung
Achmad Sanusi, (1987). Apa yang membuat IKIP Kita IKIP. Bandung: IKIP Bandung.
, (1998), Pendidikan Alternatif Bandung: GMP
,(1998), Kebijakan dan Keputusan Pendidikan, Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud.
Agustinus S. Wahyudi, (1996), Manajemen Strategik, Jakarta : Binarupa Aksara Allen, Louis A., (1980), Management And Organization, New York Mc Graw-Hill
Book Company Inc.
Amitai Etzioni, (1980) A Comparative Analysis of Complex Organizations, New
York , Free Press.
Bain, David, (1982), The Productivity Prescription The Managers Guide to Improvement Productivity and Profits, New York : McGraw-Hill Book Company.
Bernardin, H. John and Russel, Joyce E.A., (1993), Human Resource
Management, New York : MCGraw-Hill, Inc.
BKS-PTIS Pusat, (1993), Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perguruan Tinggi di Indonesia, Jakarta, LM YAI.
Bowman, Cliff. (1993), Manajemen Strategik. Ganeca Exact. Bandung, 1993
Cartwright & A. Zander, (1978), Group Dynamics, Research and Theory, New
York : Harper Row.
Castetter,William B. (1996). The Human Resource Function in Educational Administration .EnglewoodCliff: Prentice-Hall.
Depdikbud. (1999).Laporan Tahunan Dirjen Dikti 7995/99,Jakarta: Ditjen Dikti.
162-\(l?
Djam'an Satori (1999), Paradigma Baru dalam Pengelolaan Pendidikan, Pidato
Pengukuhan Guru Besar Tetap, FIP IKIP Bandung Druker, Peter M. (1987). People and Performance. London: Heimahn.
Fitzsimmons, James A. Fitzsimmons, Mona J., (1994), Service Management
for Competitive, Advantage, Mc. Graw Hill Companies, Inc.
Flippo, Edwin B., (1984), Manajemen Personalia, alih bahasa Surabaya :
Erlangga.
Fortunate,Ray, Geneva Wadell. (1981). Personnel Administration in Higher Education. San Fransisco: Jossey - Bass Publisher.
Freeman Edward (1985), Manajemen Strategik ; Pendekatan Terhadap
Pihak-Pihak Berkepentingan, Jakarta : Pustaka Binawan Pressindo
Gerloff, Edwin A., .(1985), Organizational Theory and Design New York : MacGraw-Hill Book, Co.
Hadari Nawawi dan Hadari Martini, (1990), Administrasi Personil, Jakarta ; PT. Citra Aditya Bakti.
Hasibuan, Malayu, S.P, (1995), Manajemen Sumber Daya Manusia : Dasar dan Kunci Keberhasilan, Jakarta : Toko Gunung Agung.
Hersey, Paul. Dan Blanchard, Kenneth H. (1977), Management of Organizational
Behavior: Utilizing Human Resource, New Jersey : Prentice Hall.
Hoyle,Eric et al. (1980/ World Year Book ofEducation. London:Kogan Page. Kasim, Azhar, (1993), Pengukuran Efektivitas Dalam Organisasi, Jakarta :
P.A.U. Ilmu-Ilmu Sosial U.I., FEUI.
Koontz, Harold, Donnell Cynlo, Wichrich Heinz, (1995), Manajemen, Erlangga, Jakarta.
Kotler Philip, (1990), Manajemen Pemasaran, Jilid I, Jakarta : LP3ES.
Malayu, SP., Hasibuan, (1995), Manajemen Sumber Daya Manusia dan Kunci
Keberhasilan, Jakarta : PT. Gunung Agung.
Mali, Paul, Improving Total Productivity : MBO Strategis for Business, Governent
and Not For Profit Organization, John Willey and Sons, New
164
Mintzberg', Henry, the Structuring of Organizations, Prentice-Hall, New York,
1979.
Moenir, (1992), Manajemen Pelayanan Umum, Jakarta: Bumi Aksara Mohamad Nazir, (1988), Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Moleong,Lexy J, (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muhamad Ali, (1994), Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung : Angkasa. Muhammad Fakry Gaffar. (1984). Tantangan dan Arah Baru Bagi Manajemen
LPTK. Bandung: IKIP Bandung.
Nowakowski,Jeri, et al. (1985). A Handbook Of Educational Variables. Boston: Kluwer- Nijhoff Publishing.
Oemar Hamalik. (1990). Sistem Internship Kependidikan Teori Dan Praktek.
Bandung: Mandar Maju.
Pugh, D.S, ed. (1980), Organization Theory New York : Penguin Books.
Putti, Joseph M., (1986), Understanding Productivity, Singapore: Federal
Publication.
Ramli, (1990), Sistem dan Prosedur, Bandung : Tarsito.
Salusu, J, (1996), Pengambilan Keputusan Startegik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, Jakarta, PT. Gramedia.
Sevilla, et.al, (1993), Pengantar Metode Penelitian, Jakarta, Universitas Indonesia. -Siagian P. Sondang, (1997), Filsafat Administrasi, Jakarta : Haji Masagung.
, (1995) Manajemen Strategik, Jakarta : Bumi Aksara
, (1994), Analisis serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi
Organisasi, Jakarta, CV. Haji Mas Agung.
Singarimbun, Masri dan Effendi Sofian, (1995), Metode Penelitian Survai, Jakarta
LP3ES.
Sri Agustinus Wahyudi, (1996), Manajemen Strategik ; Pengantar Proses Berpikir
165
Steers, Richard M., Lyman W. Porter. (1987). Motivation and Work Behavior. New York: McGraw-Hill Book Company.
• Stoner, Jones A.F.,(1996), Manajemen, Jakarta :PT Prenhallindo
Strauss,George, Leonard L. Stayles. (1980).Personnel: The Human Problems in
Management. New Delhi: Prentice-Hall of India.
, Sutarto, (1992), Dasar-Dasar Organsiasi, Yogyakarta : Gadjah Mada Unversity Press.
Sutrisno Hadi, (1996), Metode Research, Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM. Thomas, Alan J.(1971). The Productive School. Canada: Johm Wiley and
Sons,Inc.
. Timpe, A. Dale (ed.), (1990), The Art and Science of Business Management: Productivity, New York :Kend Publishing.
Wainai, Kiyoshi, Principles of Value Added Productivity Analysis: A Company
manual, National Productivity Board, Singapore, 1993.
Widjaja, A.W., (1988), Kelembagaan dan Organisasi , Jakarta, Bina Aksara.
B. Dokumen dan Perundang-undangan
_, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan tentang Perguruan Tinggi di Indonesia, 1999.
_, Buku I, Pedoman Otonomi Pengelolaan Perguruan Tinggi,
"PuskomUl, Jakarta, 1999.
_, Jilid I, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan tentang
Pendidikan Tinggi di Indonesia, Skretariat PP-BMPTSI, Jakarta, 1999.
_, Jilid II, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan tentang
Pendidikan Tinggi di Indonesia, Skretariat PP-BMPTSI, Jakarta, 1999.
_, Rencana Induk Pengembangan STISI, Bandung, 1995.