• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGORGANISASIAN TENAGA ADMINISTRATIF PADA PERGURUAN TINGGI : StudiKasusdi Sekolah Tinggi Seni Rupa Dan Desain Indonesia [STISI] Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGORGANISASIAN TENAGA ADMINISTRATIF PADA PERGURUAN TINGGI : StudiKasusdi Sekolah Tinggi Seni Rupa Dan Desain Indonesia [STISI] Bandung."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGORGANISASIAN TENAGA ADMINISTRATIF PADA PERGURUAN TINGGI

(Studi Kasus di Sekolah Tinggi Seni Rupa Dan Desain Indonesia [STISI] Bandung)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

HERDIWANDANI NIM. 9796018

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN UNTUK MENGIKUTI UJIAN TAHAP II

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Achmad Sanusi. S.H

Pembimbing II

'-c

w

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Strategi Pengorganisasian Tenaga Administratif Pada Perguruan Tinggi (Studi Kasus di Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia [STISI] Bandung). Penelitian ini berupaya mengungkapkan salah satu aspek penting dalam administrasi pendidikan, yakni pengorganisasian sumber

daya manusia khususnya tenaga administratif, yang menjadi salah satu faktor

penentu untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan pada

tataran perguruan tinggi swasta.

Latar belakang permasalahan penelitian ini adalah permasalahan pada upaya peningkatan kualitas perguruan tinggi yang pada prakteknya tidaklah mudah terutama PTS, bukan hanya berkenaan dengan masalah-masalah makro,

tetapi juga masalah-masalah mikro. Salah satu masalah mikro dalam usaha

meningkatkan kualitas perguruan tinggi ialah pembauran manajemen. Kualitas manajemen perguruan tinggi pada tingkat mikro akan menentukan dalam tercapainya kualitas produk perguruan tinggi.

Dalam kaitannya dengan pembauran manajemen pendidikan, terhadap DTS diperlukan upaya atau langkah strategis dalam manajemen pendidikannya. Selain diperlukan langkah-langkah strategis dalam pengelolalan pendidikan, upaya strategis diperlukan pula dalam pengelolaan sumber daya manusia.

Mengingat bahwa setiap sistem persekolahan, terlepas dari apa dan bagaimana ukuran, model, dan pola organisasinya, dalam praktek kegiatannya tetap memerlukan keterlibatan aktif fungsi seluruh personel termasuk tenaga administratif. Untuk itu proses manajemen personel perlu disesuaikan dengan perkembangan tuntutan zaman yang terus menerus mengalami perubahan. Sebagai

konsekuensinya, manajemen yang tepat dan strategik mengenai fungsionalisasi

personel mutlak diperlukan setiap organisasi dalam era kehidupan masyarakat modern.

Pengalaman menunjukkan bahwa kurang sempurnanya pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu lembaga pendidikan, (seperti : tiadanya perencanaan, tidak efektifnya pembagian fungsi, tugas dan wewenang, kurang

terorganisirnya kerjasama antar pegawai; gagalnya mengantisipasi kekurangan

dan kelebihan pegawai, kurangnya memfungsikan personel secara efektif, baik Laantitatif maupun kualitatif; gagalnya sinkronisasi kebutuhan organisasi dan

kebutuhan personel), menyebabkan proses organisasi tidak berjalan dengan baik yang pada gilirannya menggagalkan pencapaian tujuan organisasi secara optimal.

Dalam setiap sistem pendidikan pada perguruan tinggi, terdapat personil

yang tugasnya tidak langsung menangani proses pengajaran, tetapi mempunyai

kontribusi yang cukup besar terhadap kelancaran proses belajar. Personil tersebut

antara lain tenaga kerja di bidang pelayanan administrasi yang selanjutnya disebut

tenaga administratif.

Tujuan penelitian ini khususnya untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan strategi pengorganisasian tenaga administratif di STISI Bandung, yang kemudian dianalisis guna memperoleh suatu kesimpulan sehingga diperoleh maknanya dalam konteks administrasi pendidikan. Selain itu diharapkan pula dengan penelitian diperoleh gambaran yang obyektif berkenaan dengan peranan

(4)

tenaga administratif tersebut ditinjau dari struktur dan fungsinya serta kelayakan

kinerja berdasarkan standar normatifnya. Penelitian ini diharapkan pula dapat

memperoleh gambaran yang jelas tentang faktor-faktor yang melatar belakangi

atas terjadinya posisi tenaga administratif ditinjau dari kekuatan dan kelemahan,

serta peluang dan ancaman sehingga dapat mengidentifikasi alternatif

kemungkinan untuk memperbaiki sistem pengelolaan tenaga administratif.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan desknptif

analitis kualitatif, Untuk dapat memahami masalah yang diteliti dilakukan

eksplorasi dengan melakukan komunikasi yang intensif dengan sumber data

secara naturalistik. Instrumen penelitian utama adalah peneliti sendiri (human

instrument) dengan menggunakan teknik dan alat pengumpul data yang

diperlukan sesuai dengan sifat data yang dikumpulkan. Tahap penelitian terdin

atas tahap orientasi (overview), tahap eksplorasi terfokus (focused exploration),

dan tahap member check. Sumber data menggunakan sampel purposif, kemudian

yang diperoleh dihimpun dalam catatan lapangan (fieldnotes), Sedangkan

pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan cara content analysis melalui

unitisasi, kategorisasi dan deskripsi data dengan memperhatikan hubungan antara

unit dan ketegori data.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa kebijakan dan nilai sebagai

standar pengorganisian tenaga administratif sangat tergantung pada manajemen

strategi yang dilakukan lembaga. Saat ini manajemen strategi STISI Bandung baru

pada tahap pengembangan layanan administrasi berupa pengadaan tenaga

pengajar, penyediaan sarana, serta pelaksanaan pendidikan. Strategi di tingkat

organisasi STISI belum pada tahap pengembangan dan pelaksanaan strategi yang

seharusnya.

Kondisi demikian akhirnya mempengaruhi terhadap pengelolaan sumber

daya

manujia

khususnya

tenaga

administratif.

Tenaga

administratif

keberadaannya belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal tersebut terlihat

pada pengorganisasian atau pendayagunaan tenaga administratif tersebut.

Pengorganisasian tenaga administratif tidak memperhatikan hal-hal yang

strategis serta tidak pula memperhatikan aspek-aspek yang semestinya dilakukan.

Akibatnya kinerja serta kualitas layanan dianggap rendah. Konsekwensi dari

kondisi seperti itu adalah masih rendahnya kontribusi bantuan tenaga administratif

dan bagian-bagian administrasi terhadap pelaksanaan Tri Dharma Perguruan

Tinggi di STISI sebagai kegiatan pokok STISI dan sebagai upaya pencapaian visi,

misi dan tujuan yang telah dicanangkan.

Selanjutnya penelitian iri merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:

Perlu dilaksanakan perencanaan.strategis terhadap tenaga administratif tersebut

melalui analisis posisi tenaga administratif dan pengkajian yang sistematis pada

seluruh aspek dalam organisasi STISI. Perombakan secara total terhadap sistem

pengelolaan tenaga administratif dan perlu ketegasan untuk merubah sistem yang

selama ini berlaku. Jumlah pegawai diseimbangkan dengan beban kerja dan

penempatan harus sesuai dengan pendidikan dan keterampilan. Pembinaan dan

pengembangan diberikan seluas-luasnya terhadap tenaga adminstratif sama halnya

yang diberikan kepada tenaga edukatif.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iv

UCAPAN TERIMA KASIH vi

ABSTRAK viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pokok Permasalahan 9

C. Tujuan Penelitian 12

D. Manfaat Penelitian 12

E. Kerangka Pemikiran 13

BAB II STRATEGI PENGORGANISASIAN TENAGA

ADMINISTRATIF PADA PERGURUAN TINGGI

A. Peranan Tenaga Administratif Pada Perguruan Tinggi 19

B. Strategi Pengorganisasian Sumber Daya Manusia 24

1. Konsep Strategi 25

a. Model dan Komponen Manajemen Strategik... 26

b. Strategi Pendukung Sumber Daya 29

2. Pengorganisasian Sumber Daya Manusia 30 a. Aspek-Aspek Pengorganisasian 31

1). Pembagian Pekerjaan 32

2) Pel'mpahan Wewenang 34

3) Kesatuan Perintah 36

(6)

C. Kinerja Pelayanan Tenaga Administratif 39

1. Konsepsi Kinerja 39

2. Konsepsi Pelayanan 42

D. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia 43

E. Kajian Studi yang Relevan 45

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian 49

B. Sumber Data Penelitian 50

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 52

D. Langkah Langkah Penelitian 54

E. Prosedur Analisis Data 57

F. Validasi Temuan Penelitian 59

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Dasar dan Rujukan Strategi Pengorganisasian Tenaga

Administratif 64

1. Analisis Lingkungan dan Relevansi Visi Misi

dengan Strategy Pengorganisasian

Tenaga

Administratif 66

a. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal 66

1) Kekuatan dan Kelemahan 67

2) Peluang dan Ancaman 67

b. Penetapan Visi dan Misi 68

1) Pemahaman Mereviu Visi dan Misi 69 2) Relevansi Pengorganisasian Tenaga

Administratif dengan Visi, Misi STISI 70

3) Elaborasi Tujuan STISI terhadap

Pelaksanaan Kerja Tenaga Administratif .... 75 2. Kebijakan Pengelolaan Tenaga Administratif

STISI Bandung 78

a. Penyelenggaraan Pendidikan Sebagai Suatu

Badan Usaha 84

b. Strategi Pengembangan Penyelenggaraan

Pendidikan 86

(7)

c. Aspek Pengorganisasian Tenaga Administratif

STISI Bandung 90

1). Efektivitas Pemberian Tugas 90

2). Pemberian Kewenangan 93

3). Kejelasan Perintah 95

B. Kinerja dan Kualitas Layanan Tenaga Administratif 100

1 Kinerja Tenaga Administratif 101

2. Kualitas Pelayanan 104

C. Pemberdayaan Tenaga Administratif 119 1. Pembinaan dan Pemeliharaan Tenaga

Administratif 112

2. Pengembangan Kemapuan Profesional Tenaga

Administratif 116

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Strategi Pengorganisasian Tenaga Administratif dan Kontribusinya Terhadap Strategi Lembaga Penyelenggaraan Pendidikan di STISI Bandung .... 123

1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal 125 2. Penetapan Visi dan Misi serta Relevansinya

dengan Strategi Pengorganisasian Tenaga

Administratif 126

3. Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan dan

Pengelolaan SDM 129

B. Pengorgansisian Tenaga Administratif Sebagai Upaya

Meningkatkan Kinerja dan Kualitas Pelayanan 132 C. Pemberdayaan Tenaga Administratif 158

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 157

B. Rekomendasi 160

DAFTAR PUSTAKA 162

LAMPIRAN 165

(8)

DAFTAR TABEL

No Tabel

4.1

Jenjang Pendidikan Tenaga Administratif di STISI Bandung

81

4.2

Jumlah Tenaga Administratif yang Kurang Relevan dengan Bidang

Pendidikannya

92

4.3

Jumlah Komputer yang Digunakan

1°5

4.4

Jumlah Ruangan Belajar dan Kantor di STISI Bandung

106

4.5

Jumlah Pengguna Jasa Tenaga Administratif

107

4.6

Tanggapan Responden Atas Penilaian Pelaksanaan Tugas Tenaga

114

Administratif

4.7

Jumlah Tenaga Administratif yang Mengikuti Pendidikan Lanjutan

118

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perguruan tinggi swasta sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional,

pembinaannya terus ditingkatkan agar lebih berperan dan lebih bertanggung jawab

dalam upaya peningkatan kualitas serta perluasan dan pemerataan kesempatan

memperoleh pendidikan dengan tetap mengindahkan ciri khasnya, serta

memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menyoroti masalah kualitas perguruan tinggi tidaklah mudah terutama

Perguruan Tinggi Swasta. Masalahnya bukan hanya berkenaan dengan

masalah-masalah makro saja, tetapi juga masalah-masalah-masalah-masalah mikro perguruan tinggi.

Dinyatakan oleh Tilaar(1995: 539), bahwasalah satumasalah mikro dalam usaha

meningkatkan mutu perguruan tinggi ialah manajemen. Kualitas manejemen

perguruan tinggi pada tingkat mikro akan menentukan dalam tercapainya kualitas

produk perguruan tinggi.

Permasalahan yang cukup signifikan yang terdapat dalam permasalahan

mikro PTS umumnya pada pengelolaan pendidikan dan khususnya pada

(10)

sebagai lembaga pendidikan, terhadap PTS diperlukan pula upaya atau langkah

strategis dalam pengelolaan pendidikannya.

Selain diperlukannya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan pendidikan, upaya strategis diperlukan pula dalam pengelolaan sumber daya manusia. Mengingat bahwa setiap sistem persekolahan, terlepas dari apa dan

bagaimana ukuran, model, dan pola organisasinya, dalam praktek kegiatannya tetap memerlukan keterlibatan aktif fungsi seluruh personel. Untuk itu proses

manajemen personel perlu disesuaikan dengan perkembangan tuntutan zaman

yang terus menerus mengalami perubahan. Sebagai konsekuensinya, manajemen yang tepat dan strategik mengenai fungsionalisasi personel mutlak diperlukan suatu organisasi dalam era kehidupan masyarakat modern.

Tanpa pengelolaan personel yang tepat, terencana dan sistematik, suatu organisasi menjadi kurang mampu mengantisipasi masalah-masalah yang bakal datang yang pada gilirannya menjadi kurang mampu mencapai tujuan sesuai yang diharapkan.

Pengalaman menunjukkan bahwa kurangnya pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu lembaga pendidikan, seperti : tiadanya perencanaan, tidak efektifhya pembagian fungsi, tugas dan wewenang, kurang tereorganisirnya kerjasama antar pegawai; gagalnya mengantisipasi kekurangan dan kelebihan

pegawai, kurangnya memfungsikan personel secara efektif, baik kuantitatif maupun kualitatif; gagalnya sinkronisasi kebutuhan organisasi dan kebutuhan

personel, menyebabkan proses organisasi tidak berjalan dengan baik yang pada

(11)

Dalam kaitan itu, maka merupakan suatu keniscayaan bagi suatu

organisasi untuk senantiasa bersikap peka terhadap proses perubahan yang terjadi dan sekaligus melakukan perubahan-perubahan organisasional sesuai dengan tuntutan yang diperlukan. Kaitannya dengan manajemen sistem pendidikan, suatu pengelolaan sumber daya manusia merupakan proses teramat penting dan

determinatif. Berhasil tidaknya proses pendidikan sangat diwarnai bahkan ditentukan oleh 'memadai-tidaknya' manajemen sumber daya manusia yang

dilaksanakan.

Terdapat beberapa asumsi dasar yang melatari mengapa sumber daya manusia merupakan faktor strategis dan rasional yang menentukan tingkat

keberhasilan dalam sistem pendidikan, yakni bahwa:

(1) Manusia merupakan asset terpentingdalamorganisasi pendidikan; (2) Mutu personel menentukan keberhasilan tujuan organisasi;

(3) Unsur manusia merupakan variabel terkontrol paling besar dalam organisasi; (4) Sebagian besar persoalan organisasi berkaitan dengan masalah penampilan

manusia;

(5) Perhatian utama dari sistem sekolah adalah mengidentifikasi dan memanaj perilaku-perilaku proses agar mencapai tujuan yang ditetapkan.

Melihat pentingnya faktor 'sumber daya manusia' tersebut dalam konteks

manajemen sistem pendidikan, maka manajemen sumber daya manusia harus

benar-benar dilakukan secara 'baik'. Manajemen yang dilakukan tersebut antara

lain dimaksudkan untuk membuat keputusan (decision) tentang jumlah,

(12)

sebagainya. Dengan manajemen tersebut, maka proses pencapaian tujuan organisasi pendidikan dapat terlaksana dengan baik.

Manajemen sumber daya manusia perlu dilakukan pada setiap tingkatan sistem pendidikan, termasuk pada sebuah pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,

mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan dan/atau kesenian.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 1999, dikemukakan:

(1) Sekolah Tinggi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan profesional dan/atau program pendidikan akademik. (2) Persyaratan Sekolah Tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan

akademik diatur oleh Menteri.

Memperhatikan penyelenggaraannya pendidikan tinggi di Indonesia dapat diselenggarakan oleh pemerintah, atau oleh masyarakat/perorangan. Pada pasal 51 Undang-Undang nomor 2 dikemukakan bahwa pengelolaan satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dilakukan oleh badan/perorangan yang menyelenggarakan satuan pendidikan bersangkutan. Dengan demikian penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia baik Akademi, Sekolah Tinggi

dan Universitas dapat diselenggarakan oleh masyarakat, dalam hal ini yayasan

sebagai badan hukum pembinanya dan disebut PerguruanTinggi Swasta (PTS). Tenaga kerja profesional sangat dibutuhkan dalam pengelolaan PTS mulai

dari top management sampai dengan staf. Seperti halnya pada pelaksana akademik

maupun pelaksana administrasi yang merupakan sumber daya utama organisasi

(13)

karya, bakat, beativitas dan dorongan, yang pada akhiraya diharapkan dapat

meningkatkan kinerjaorganisasi.

Memperhatikan bahwa faktor manusia merupakan penggerak sumber daya

yang lain dalam meningkatkan kinerja, maka yang menjadi tantangan utama

dalam organisasi STISI adalah pengelolaan sumber daya manusia yang berkualitas

pada setiap bagian. Tantangan ini menuntut adanya perubahan sikap manajemen

terhadap tenaga kerja STISI dan seyogyanya SDM STISI Bandung, saat ini

dianggap sebagai investasi jangka panjang yang mutlak harus dilakukan.

Kepedulian terhadap pengembangan sumber daya manusia dalam

organisasi STISI didasari oleh kenyataan bahwa modal yang besar dan sumber

daya organisasi lainnya belum dapat menjamin perkembangan STISI. Investasi

STISI dalam sumber daya manusia hanya mungkin terjadi apabila secara individual sumber daya manusia itu memiliki kualifikasi kemampuan yang

relevan dengan tuntutan setiap bagian dalam organisasi STISI dan mau

mengembangkan

diri

secara

kreatif

selama

kebidupannya,

serta

mengaktualisasikan kemampuan tersebut dalamkegiatan produktif.

Dalam setiap sistem pendidikan pada perguruan tinggi, terdapat personil

yang tugasnya tidak langsung menangani proses pengajaran, tetapi mempunyai

kontribusi yang cukup besar terhadap kelancaran proses belajar. Personil tersebut

antara lain tenaga kerja di bidang pelayanan administrasi yang selanjutnya disebut

tenaga administratif.

Mengelola tenaga administratif oleh sistem sekolah sama pentingnya

(14)

satu-satunya pertimbangan dalam mengembangkan asumsi pengelolaan kerja, akan tetapi suatu hal sangat penting untuk dipertimbangkan ialah mengorganisir personil terhadap tugas-tugas yang telah ditentukan. Pengorganisasian tenaga adminstratif meliputi berbagai hal yang diusahakan secara sistematis dalam mendayagunakan kemampuan-kemampuan staf, waktu dan tenaga personil semaksimal mungkin.

Untuk mengorganisir tenaga administratif dalam mencapai tujuan yang

diharapkan ada dua hal yang menjadi perhatian pengelola yakni adanya

diferens'asi diantara para pelaksana administrasi. Perbedaan tersebut meliputi pendidikan, keahlian, kemampuan, keterampilan minat dan motivasi. Selain itu tugas-tugas dalam sistem persekolahan yang semakin lama sesuai dengan

perkembangam ilmu pengetahuan semakin berdeferensiasi sehingga

membutuhkan staf yang berdeferensi pula.

Oleh karena itu pendayagunaan dan pengalokasian tenaga adminstratif yang berbeda-beda menjadikan suatu potensi yang strategis untuk memperluas dan mendukung program pendidikan. dimana digunakan keterampilan, minat dan pengetahuan khusus yang dimiliki oleh para anggotanya secara efektif.

Mempelajari statuta dan tata kerja organisasi Sekolah Tinggi Seni Rupa

dan Desain Indonesia (STISI) Bandung yang ditetapkan dengan Surat Keputusan

Ketua STISI Nomor: 14/SK/STISI/X/95, secara umum struktur organisasi Sekolah

Tinggi SeniRupa dan Desain Indonesia telah mengacu pada Peraturan pemerintah

(15)

dikemukakan tentang organisasi sekolah tinggi pada pasal 59 yang mensyaratkan

adanya:

(1) UnsurPimpinan: Ketua dan Pembantu Ketua(Puket)

(2) Senat SekolahTinggi

(3) Unsur Pelaksana Akademik: jurusan, pusat penelitian dan pengabdian pada masyarakat, laboratorium/studio dan kelompok dosen.

(4) Unsur Pelaksana Administrasi: bagian. (5) Unsur Penunjang: Unit Pelaksana Teknis.

Memperhatiakn syarat tersebut, jelaslah bahwa unsur pelaksanan

administrasi merupakan unsur penting dalam sum peprguruan tinggi. Bagian

administrasi yang terdiri dari Bagian Administrasi Umum (BAU), Bagian

Administrasi Akademik (BAA) dan BagianAdministrasi Kemahasiswaan (BAK),

semuanya bertanggung jawab kepada unsur pimpinan, yang koordinasi hariannya

ditangani oleh Pebantu Ketua pada bidangnya masing-masing.

Berdasarkan observasi penulis pada STISI Bandung , dari kemungkinan

masalah-masalah yang timbul dalam mekanisme pelaksanaan tata kerja organisasi

STISI Bandung, diketahui secara umum pelaksanaan tata kerja organisasi STISI

diduga masih belum efektif. Karena pada umumnya individu-individu yang

menempati struktur organisasi STISI khususnya pada tenaga admistratif kurang memahami tanggung jawab dan wewenang, sehingga pelimpahan wewenang dan

tanggung jawab dalam struktur organisasi Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain

Indonesia tidak optimal. Masalah lain yang cukup signifikan adalah kualitas

pribadi tenaga administratif terhadap konsenus organisasi masih relatif rendah,

sehinggaketerlibatan dalam implementasi strategijuga masihkurang.

Kondisi demikian mengakibatkan kinerja pegawai yang berbentuk

(16)

diidentifikasi berdasarkan tingkat kepuasan

layanan pegawai-pegawai pada

Bagian Administrasi terhadap dosen, mahasiswa serta masyarakat yang cenderung

kurang puas terhadap bentuk layanan yang diberikan, maupun hasil kerja dari

para pegawai tersebut. Kinerja tenaga administratif rendah dapat dilihat pula dari

produk kerja yang tidak efisien dan efektif.

Selain itu permasalahan yang sangat signifikan dalam pembinaan sumber

daya manusia di STISI adalah perbedaan perlakuan terhadap tenaga edukatif dan

tenaga administratif. Selama ini tenaga administratif masih diperlakukan sebagai

tenaga perbantuan bukan merupakan bagian integral dan sama pentingnya dengan

tenaga edukatifdalam menyukseskan tujuan organisasi.

Memperhatikan masalah di atas, kegiatan manajemen sumber daya

manusia yang dianggap penting dan berkaitan dengan hasil observasi di atas

adalah penerapan fungsi pengorganisasian. Terry (Winardi, 1986 : 233)

mengatakan bahwa:

Pengorganisasian mempersatukan sumber-sumber daya pokok dengan cara

yang teratur dan mengatur orang-orang dalam pola yang demikian rupa,

hingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas guna mencapai

tujuan-tujuan yang ditetapkan. Pengorganisasian mempersatukan orang-orang pada

tugas yang saling berkaitan. Pengorganisasian adalah mengkhususkan suatu

kelompok orang-orang berbeda, mempertemukan macam-macam kepentingan

dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan kesemuanya ke suatu arah

tertentu.

Dengan demikian masalah pengorganisasian merupakan masalah

pencapaian sinergisme, berupa tindakan-tindakan simultan unit-unit individual

atau yang terpisah, yang bersama-sama menghasilkan suatu efek total lebih besar

dibandingkan dengan jumlah komponen-komponen individual. Adanya

(17)

dengan masalah tersebut perlu diantisipasi lebih lanjut. Karena tingkat kinerja

tenaga administratif STISI dapat memberikan kontribusinya terhadap kinerja

{performance) Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia dalam kualitas

lembaga.

Begitu dominannya faktor sumber daya manusia sehingga diperlukan

upaya peningkatan dan pengembangannya. Upaya tersebut salah satunya adalah

melalui langkah atau kegiatan-kegitan strategik sehingga dapat mengatasi

permasalahan strategik berkenaan dengan permasalahan sumber daya manusia

tersebut. Atas dasar hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian berkaitan dengan strategi pengorganisasian tenaga kerja khususnya

tenaga administratif pada salah satu PTS di Wilayah IV Jawa Barat, yaitu pada

Sekolah Tinggi Seni Rupa danDesain Indonesia (STISI) Bandung.

B. Pokok Masalah

Memperhatikan permasalahan ruang lingkup masalah di atas serta untuk

tidak meluasnya masalah sehubungan dengan adanya keterbatasan dari segi

waktu, dana dan kemampuan serta adanya keinginan agar penelitian dapat

dilaksanakan lebih mendalam, maka fokus penelitian ini pada strategi

pengorganisasian tenaga administratif STISI Bandung.

Strategi yang dimaksud dalam konteks penelitian ini adalah penetapan

sasaran dan tujuan jangka panjang STISI Bandung dan arah tindakan serta alokasi

(18)

10

cara-cara yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dipergunakan oleh STISI sebagai suatu organisasi untuk mencapaitujuan dan berbagai sasarannya.

Sedangkan pengorganisasian merupakan kegiatan mempersatukan sumber-sumber daya manusia (tenaga administratif) dengan cara yang teratur dan mengatur pegawai tersebut dalam pola yang demikian rupa, hingga mereka dapat

melaksanakan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.

Adapun yang dimaksud dengan tenaga administratif adalah unsur pelaksana administrasi yang berada dalam organisasi STISI Bandung yang bertugas pada kegiatan administrasi sebagai pendukung kegiatan pokok STISI

Bandung.

Berdasarkan definisi di atas, maka penelitian ini difokuskan pada cara-cara

yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dipergunakan oleh STISI Bandung dalam mempersatukan tenaga administratif dengan cara yang teratur dan mengatur pegawai tersebut dalam pola yang demikian rupa, hingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.

Oleh karena itu permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini

adalah: Bagaimana Strategi Pengorganisasian Tenaga Administratif di Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia (STISI) Bandung?.

(19)

11

1. Nilai-nilai apakah yang menjadi dasar dan rujukan dalam pelaksanaan strategi

pengorganisasian tenagaadministratif di STISIBandung?

a. Apakah pengorganisasian tenaga administratif dilaksanakan melalui analisis lingkungan internal maupun eksternal dan apakah telah relevan dengan visi dan misi serta tujuan STISI Bandung sebagai lembaga

pendidikan?

b. Apa yang menjadi kebijakan pimpinan Yayasan dan STISI dalam penyelenggaraan manajemen SDM tenaga administratif dan faktor-faktor apa yang menjadi prioritas utama dalam melakukan pengorganisasian tenaga administratif?

2. Apakah strategi pengorganisasian tenaga administratif yang telah dilaksanakan dapat meningkatkan kinerja pelayanan tenaga administratif terhadap fihak yang berkepentingan, berkenaan dengan tugas dan fungsi

Bagian Bagian Administrasi di STISI Bandung?

3. Apakah hasil pengorganisasian yang telah dilakukan dapat dijadikan sebagai acuan untuk pemberdayaan tenaga administratif di Bagian Adminstrasi STISI Bandung ?

a. Apakah pembinaan dan pengembangan tenaga administratif telah mendukung terhadap upaya-upaya peningkatan kinerja tenaga

administratif di STISI Bandung?

b. Apakah pemberdayaan tenaga administratif yang dilakukan telah

memenuhi harapan dan kebutuhan pribadi pegawai dan tuntutan profesi

(20)

12

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara khusus untuk memperoleh deskripsi tenteng

penerapan strategi pengorganisasian tenaga administratif pada Sekolah Tinggi

Seni Rupa dan Desain Indonesia, yang kemudian dianalisis guna memperoleh

suatu kesimpulan sehingga ditemukan maknanya dalam konteks administrasi

pendidikan.

Selain itu diharapkan diperoleh gambaran yang obyektif berkenaan dengan peranan tenaga administratif tersebut ditinjau dari struktur dan fungsinya serta kelayakan kinerja (prestasi dan perilaku) berdasarkan standar normatifhya, penelitian ini diharapkan pula dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang faktor-faktor yang melatar belakanginya atas terjadinya posisi tenaga administratif ditinjau dari kekuatan dan kelemahannya, serta peluang dan tantangan sehingga dapat mengidentifikasi alternatif kemungkinan untuk memperbaiki sistem pengelolaan (manajemen) tenaga administratif khususnya pelaksanaan pengorganisasian dan dapat direkomendasikan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

D. Manfaat Penelitian

Keberadaan STISI diharapkan dapat memberikan kontribusinya terhadap

pembangunan nasional dan membaiitu perluasan serta peningkatan mutu budaya

bangsa melalui kesenirupaan. Harapan tersebut tentunya perlu didukung oleh

pelaksanaan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan kualitas

(21)

13

Untuk itulah hasil penelitian ini diharapkan dapat:

1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam strategi pengelolaan Sekolah Tinggi

Seni Rupa dan Desain Indonesia, khususnya pengelolaan personil dari aspek

pengorganisasian.

2. Dijadikan sebagai informasi, bahan evaluasi terhadap pengelolaan SDM

khususnya pelaksanaan pengorganisasian yang dilaksanakan STISI Bandung,

sehinggadapat dilakukanlangkah perbaikan.

3. Memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan terhadap

pembinaan Perguruan Tinggi Swasta, khususnya pengelolaan sumber daya

manusia SekolahTinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia.

4. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu administrasi,

terutama bagi penelitian dalam bidang Administrrasi Pendidikan pada

lembaga pendidikan yang dikelola oleh swasta.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini adalah suatu model yang dijadikan acuan oleh

peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Penjelasan mengenai kerangka

pemikiran ini biasanya dalam bentuk narasi yang disampaikan oleh peneliti, dan

dalam bentuk gambar atau skema sebagai penjelas secara grafikal. Kerangka

pemikirian ini disusun berdasarkan fenomena yang diamati sebagaimana yang

telah dikemukakan dalam bagian terdahulu.

Penelitian ini mempersoalkan mengenai pelaksanaan support resource

[image:21.595.73.481.276.518.2]
(22)

14

pelaksanaan pengorganisasian tenaga administratif sebagai salah satu stake holder

yang terdapat di STISI Bandung.

Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia (STISI), pada saat ini

merupakan salah satu dari sejumlah kecil sekolah tinggi swasta di Bandung yang

mengkhususkan menyelenggarakan pendidikan seni rupa dan desain. STISI

Bandung, selama ini telah berupaya sesuai dengan potensi yang ada untuk

menyelenggarakan

pendidikan,

diantaranya

dengan

membina

dan

mengembangkan sistem pendidikan.

Dalam pengembangannya STISI tidak terlepas dari perundang-undangan

yang berlaku. Diantaranya berkenaan dengan struktur organisasi merujuk pada

pasal 59 Peraturan Pemerintah No. 60, Tahun 1999. Dalam peraturan tersebut

terdapat komponen yang bertugas melaksanakan kegiatan administrasi, yang

selanjutnya dalam penelitian ini disebut tenaga admistratif.

Tenaga administratif walaupun tidak berpengaruh langsung terhadap

proses pendidikan dan pembelajaran, akan tetapi sebagai salah satu bagian dari

perguruan tinggi dapat merupakan komponen di dalam organisasi yang

mempunyai kepentingan dan pengaruh terhadap organisasi atau dalam hal ini

terhadap STISI Bandung. Dengan demikian jelaslah bahwa tenaga administratif

merupakan salah satu sub sistem yang posisinya cukup strategis dalam sistem

pendidikan, sehingga pengelolaannya sama pentingnya dengan pengelolaan sub

sistem lainnya dalam organisasi STISI Bandung.

Pengelolaan sumber daya manusia pada dasarnya merupakan sub sistem

(23)

15

merupakan upaya pencapaian visi, misi dan tujuan STISI Bandung sebagai

lembaga pendidikan.

Visi, misi dan tujuan pendidikan yang jelas digunakan sebagai acuan

dalam mengantisipasi berbagai perubahan dan tantangan pendidikan di masa

depan. Untuk itu diperlukan suatu manajemen pengelolaan sistem pendidikan

yang tepat dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan tersebut, termasuk

pada kesiapan tenaga kependidikan dan non kependidikan, selain pada

pengembangan kurikulum, pengembangan layanan maupun terhadap sarana dan

prasarana serta pengembangan program.

Selain harus perpedoman pada visi dan misi organisasi, manajemen

sumber daya manusia tenaga administratif tidak terlepas dari kebijakan dan

keputusan yang diambil oleh pihak lembaga penyelenggara untuk menjalankan, di

lain pihak kebijakan lembaga atau dalam hal ini yayasan penyelenggara dan

pimpinan STISI didalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan tidak

dapat terlepas dari peraturan-peraturan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Pertimbangan lain yang harus diperhatikan adalah bahwa pelaksanaan

pengelolaan atau manajemen SDM merupakan sebuah sistem terdiri dari

subsistem-subsistem. Berbagai pendapat mengenai subsistem-subsistem tersebut,

diantaranya yang paling mendasar adalah perencanaan, pengorganisasian, dan

pengendalian.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa pengorganisasian merupakan

subsistem yang penting setelah perencanaan. Pengorganisasian sebagai langkah

(24)

hubungan-16

hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang hingga mereka bekerja sama

secara efisien dan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal

melaksanakan tugasguna mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan.

Pengorganisasian juga merupakan upaya memberikan kekuatan pada

tenaga administratif sebagai stake holder, sehingga melalui pengorganisasian ini

tenaga administratif memperoleh kejelasan tentang pekerjaan, dan kewenangan

serta tanggungjawab dalam organisasi.

Melalui pengorganisasian berarti pula memberikan kekuatan pada tenaga

administratif karena kewenangannya tersebut, serta dalam upaya meningkatkan

kualitas pribadi serta meningkatkan konsensus tenaga administratif yang tinggi

terhadap lembaga, menguasai dan mampu mengendalikan sumber daya strategik

lainnya, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sangat diperlukan oleh

lembaga, serta memiliki kemampuan untuk mengendalikan lingkungan seperti

keterampilan untuk memberikan pe^yanan terbaik.

Indikasi keberhasilan pelaksanaan pengorganisasian dapat dilihat

berdasarkan performance atau kinerja pegawai tersebut melalui

indikator-indikator kinerja tersebut yaitu efisiensi dan efektivitas kerja, produktivitas,

tingkat pertanggung jawaban atau akuntabilitas kerja pegawai.

Performance tenaga administratifdapat pula dilihat dari bagaimana tenaga

administratif tersebut memberikan pelayanan terhadap pihak terkait yaitu pihak

yayasan, dosen, mahasiswa serta masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya-upaya

peningkatan mutu lavanan tersebut sebagai upaya meningkatkan pelayanan yang

(25)

17

Sebagai salah satu stake holder pada organisasi STISI tenaga administratif

tentunya termotivasi untuk berpartisipasi dalam organisasi STISI karena mereka

mengharapkan inducement. Untuk itu diperlukan upaya meningkatkan kekuatan

dan oerformance tenaga administratif tersebut. Selain meningkatkan pendidikan,

pengetahuan, penting untuk dilaksanakan adalah upaya lembaga dalam

pelaksanaan pemberdayaan tenaga administratif melalui pembinaan dan

pemeliharaan guna meningkatkan konsensus serta produktivitas tenaga

administratif sebagai bagian dari proses menuju tujuan STISI Bandung.

Secara skematis kerangka pemikiran di atas divisualisasikan dalam gambar

(26)
[image:26.595.58.529.98.711.2]

GAMBAR 1.1.

SKEMA KERANGKA PEMIHRAN

STISI BANDUNG

I

VISI, MISI

I

PENINGKATAN KUALITAS DAN FUNGSI TENAGA ADMINISTRATE MELALUI

IMPLEMENTASI MANAJEMEN SDM ADMINISTRATE

ANALISIS INTERNAL

KEBIJAKAN

ANALISIS

EKSTERNAL

NILAI-NILAI

18

P E R E N C A N A A N PENGORGANI PENGENDALIAN

KUALITAS

LAYANAN

I

(27)
(28)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

\

^V\

, ^ ..,'

Rumusan masalah dan fokus penelitian yang telah dijelaskan pada Bab 1 menuntut peneliti untuk melakukan penelitian yang bersifat deskriptif-analisis

dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Melalui penelitian ini, peneliti mengharapkan dapat memperoleh gambaran utuh mengenai masalah yam* diteliti. Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pengumpulan dan pengolahan data tentang fenomena yang terjadi saat sekarang, tidak bermaksud menguji hipotesis dan hanya untuk mengetahui keadaan tiap-tiap

variabel secara lepas, tidak menghubungkan variabel satu dengan variabel lainnya.

Sedangkan sifat analitis dari penelitian ini merupakan kegiatan lanjutan dari

deskripsi gejala dan peristiwa. Analisis secara mendalam dilakukan berdasarkan

kejian teori, setelah didapat gambaran yang jelas ddan lengkap tentang aspek-aspek yang diteliti.

Untuk memperoleh data empirik sesuai dengan ruang lingkup masalah dan agar dapat diperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian maka dalam penelitian ini

akan digunakan metode kualitatif

Lexy J. Moleong (1996) menjelaskan mengenai pendekatan kualitatif, sebagai berikut:

(29)

50

Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan.

mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif.

menagadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada

usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses

dari pada hasil. membatasi studi ddengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan

hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah fihak: peneliti dan subyek penelitian

Dari definisi di atas, secara implisit tergambarkan mengenai karakteristik pendekatan kualitatif. Pertama menunjukkan bahwa penelitian kualitatif memiliki latar alamiah sebagai sumber data langsung serta peneliti menjadi instrumen utama

Karakteriksik kedua, mengimplikasikan bahwa data yang dikumpulkan

dalam penelitian kualitatif lebih cenderung dalam bentuk kata-kata dari pada

angka-angka sebagaimana dalam penelitian kuantitiatif.

Karakteristik ketiga menyatakan bahwa penelitian ini lebih menckankan

pada proses daripada hasil. Dalam penelitian ini data dan informasi yang

dikumpulkan lebih terfokus pada kegiatan yang dilak-ikan, bukan dari hasil semata.

Karakteristik keempat dan kelima menegaskan mengenai analisis yang

digunakan oleh peneliti kualitatif serta pemanaannya. Melalui analisis induktif

peneliti berupaya mengungkapkan makna dari keadaan yang diamatinya

Berdasarkan karakteristik penelitian kualitatif, menjadi jelaslah bahwa sebagai instrumen penelitian, peneliti menjadi pengumpul data utama dalam

penelitianini.

B. Sumber Data Penelitian

(30)

51

mencakup situasi dan kondisi objektif di lapangan, dalam hal ini pada pelaksanaan

pengorganisasian tenaga administratif Sekolah Tinggi Seni Rupa Dan Desain

Indonesia (STISI) Bandung.

Lofland (Moleong: 1990) menyatakan bahwa "sumber data yang utama

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata. Sedangkan tindakan dan dokumen

lainnya merupakan sumber data tambahan \

Selanjutnya mengenai sumber data atau populasi dalam peneltian kualitatif

mengacu pada empat tipe sumber data penelitian kualitatif, yaitu setting, peristiwa,

orang dan proses (Huberman, 1984). Untuk itu pemilihan sampel tidak ditentukan

sejak awal penelitian, pemilihan sampel dilakukan secara purposive dan mengacu

pada konsep sampel berlanjut untuk mencapai redundancy dengan berdasarkan

tujuan penelitian dan mampu memberikan ketuntasan informasi tentang strategi

pengorganisasian tenaga administratif STISI Bandung.

Sesuai dengan kerangka pemikiran dan fokus masalah yang diteliti dalam

penelitian ini yang menjadi sumber data penelitian meliputi: Unsur Pimpinan, Staf

Bagian Administrasi, Dosen Tetap dan Luar biasa serta Mahasiswa

Unsur

pimpinan beserta staf bagian administrasi diperlukan untuk memperoleh data

berkenaan dengan strategi pengorganisaian yang dilakukan sedangkan dosen dan

mahasiswa sebagi sumber data berkenaan dengan kinerja pelayanan yang dilakukan

oleh tenaga administratif pada mereka.

Penentuan sumber data dalam penelitian ini dilakukan sementara penelitian

berlangsung, dengan cara sebagai berikut: peneliti memilih unit sampel tertentu

(31)

52

selanjutnya berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, peneliti menetapkan

untit sampel atau sumber data berikutnya yang memungkinkan untuk dapat

memberikan data dan informasi yang lebih lengkap.

Nasution (1988), menielaskan bahwa penentuan unit sampel atau responden

dianggap telah memadai apabila telah sampai pada taraf 'redundancy' atau

kejenuhan. Artinya bahwa dengan menggunakan sumber data atau responden

selanjutnya, boleh dikatakan tidak akan ada lagi tambahan informasi dan data yang

berarti.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat diperlukan teknik pengumpulan data

vang sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif. Dalam hal ini teknik yang

digunakan untuk mengumpulkan data adalah studi dokumentasi,wawancara,dan

observasi. Ketiga teknik ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang saling

melengkapi dan saling menunjang.

Studi dokumentasi dilakukan untuk melacak berbagai informasi yang

berkaitan dengan pengelolaan dan kinerja tenaga administratif STISI. Adapun

dokumen-dokumen yang dikaji antara lain: kebijakan tentang pembinaan dan

pengembangan tenaga administratif, Rencana Induk Pengembangan, buku panduan

tentang penyelenggaraan STISI, dan pedoman kerja bidang bidang administrasi,

hasil kerja tertulis bidang bidang administrasi, serta laporan kegiatan.

Studi dokumentasi sangat penting sebagai produk nyata yang dapat

(32)

x->

terutama tenaga adminisratif, kinerja tenaga administratif STISI Bandung,

sekaligus dapat digunakan sebagai bahan trianggulasi dan member check terhadap

kebenaran dari keterangan responden.

Moleong (1996:112) mengutip pendapat Lofland dan Lofland yang

menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kaia

dan tmdakan. Kata-kata tersebut terungkap melalui serangkaian wawancara

yarn-telah dipersiapkan secara matang, baik berupa wawancara yang bersifat terbuka

maupun wawancara yang terstruktur.

Wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka ditujukan

untuk mendapatkan data atau informasi selengkap mungkin;sedangkan wawancara

terstruktur lebih ditujukan untuk menjaga agar wawancara dapat berlangsung tetap

pada konteks permasalahan penelitian dan untuk meyakinkan kebenaran data yang

bersifat spesifik. Wawancara yang lebih bersifat obrolan ini dilakukan

berulang-ulang kepada responden sampai jenuh, dalam pengertian telah menemukan pola

kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lntuk memperoleh data-data atau informasi mengenai tindakan-tindakan

yang mencerminkan kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diperlukan

observasi. atau pengamatan secara langsung maupun tidak langsung. Cara ini

dimaksudkan untuk mendapatkan data yang cermat,faktual dan kontekstual.Dalam

kaitan itu peneliti melakukan pengamatan tidak lansung dan sesekali melakukan

pengamatan langsung, misalnya ikut terlibat dalam kontrak penelitian,pengabdian

(33)

54

Untuk kelengkapan catatan lapangan (field notes) dan ketelitian data yang

diperoleh, maka peneliti melengkapi diri dengan buku catatan dan tape recorder^.

Peralatan-peralatan tersebut digunakan untuk "mencatat" informasi verbal maupun

nonverbal selengkap mungkin.

Sedangkan instrumen penelitian ini ialah peneliti itu sendiri (human

instrument), karena manusia mempunyai adaptabilitas yang tinggi serta responsif

terhadap situasi yang berubah-ubah yang terjadi selama penelitian berlangsung

Selain itu. sebagai manusia si peneliti memiliki kemampuan untuk menjelaskan

kepada responden tentang sesuatu yang kurang mereka fahami, juga memiliki

kemampuan untuk menggali sesuatu yang tidak direncanakan sebelumnya,tidak

diduga

atau

tidak

lazim

yang

dapat

memperdalam

makna

penelitian

(Nasution. 1990:55-56).

D. Langkah-langkah Penelitian

Dalam penelitian kualitatif terdapat banyak pendapat yang berkaitan dengan

langkah atau tahapan dalam pelaksanaan penelitian dan belum ada kesepakatan

yang tegas tentang hal itu. Namun demikian Nasution (1990) mengemukakan suatu

terminologi yang mampu merangkum berbagai gagasan yang saling berbeda tadi.

Tahapan-tahapan penelitian yang diajukan oleh Nasution tersebut adalah

sebagai berikut:

Tahap Qrientasi , yaitu berupa penelitian awal dengan tujuan untuk

memperoleh gambaran permasalahan yang lebih lengkap guna memantapkan fokus

(34)

55

penulis mengadakan studi penjajagan dengan melakukan serangkaian wawancara

yaim bersifat informal,observasi tidak langsung dan menyebarkan angket.

Wawancara secara informal dilakukan dengan sejumlah tenaga administratif

dosen yang mewakili tiap bagian serta dosen dari tiap juirusan jurusan, yaitu

Jurusan Desain dan Jurusan Seni Rupa Murni. Selain itu wawancara pun dilakukan

dengan beberapa unsur seperti Kasubag Kepegawaian, Kepala BAU, serta

mahasiswa dan masyarakat

yang terkait dengan kegiatan bidang bidang

administrasi STISI Bandung.

Selanjutnya pada Tahap Eksplorasi dilakukan penelitian yang sebenarnya

yakni pengumpulan data yang berkenaan dengan fokus dan tujuan penelitian.

Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara dengan para dosen ,

dan tenaga administratif serta mahasiswa yang telah ditentukan.

Untuk

memperkuat kebenaran data dari responden dilakukan serangkaian wawancara

dengan para nara sumber yang representatif yaitu Ketua STISI, Ketua Jurusan,

Pembantu Ketua I, serta Kepala-kepala Bagian Administrasi. Wawancara

dilakukan dengan mempergunakan pedoman agar pembicaraan dapat bei langsung

terarah, tetap pada konteks yang menjadi fokus penelitian. Selain itu untuk

melengkapi data yang sudah terkumpul sekaligus untuk mengecek atau

trianggulsai, peneliti juga melakukan observasi dan studi dokumentasi.

Setiap usai melakukan wawancara, peneliti membuat deskripsi hasil

wawancara berdasarkan tiap subtopik pertanyaan. Hal itu dilakukan untuk

mempermudah analisis data dan untuk menemukan pola jawaban yang diperoleh

(35)

56

lapangan yang ada dan meiangkum hal-hal yang penting secara lebih sistematis.

Selanjutnya menuliskan laporan secara deskriptif berdasarkan pandangan

responden (emic).

Berkaitan dengan deskripsi tersebut, penulis juga membuat catatan terpisah

yaitu berupa catatan refleksi yang mencoba melihat permasalahan dari sudut

pandang peneliti sendiri. Cara tersebut dapat mempermudah peneliti dalam

mempertajam gambaran mengenai fokus penelitian.

Tahap terakhir ialah Member Check. Dalam tahap ini dilakukan verifikasi

dengan mengecek validitas data.Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran

informasi-informasi yang telah dikumpulkan agar hasil penelitian dapat lebih

dipercaya.

Pengecekan informasi ini dilakukan setiap kali peneliti selesai melakukan

wawancara, yakni dengan mengkonfirmasikan catatan-catatan hasil wawancara.

Dalam wawancara itu juga sedapat mungkin ditarik kesimpulan bersama-sama

dengan responden. Hal itu dimaksudkan untuk mengurangi kesalahfahaman dalam

menafsirkan informasi yang telah disampaikan oleh responden.Selain itu, catatan

lapangan yang telah diketik juga dimintakan koreksi dari nara sumber yang

bersangkutan. Untuk lebih memantapkan lagi, dilakukan pula observasi dan studi

dokumentasi serta trianggulasi kepada responden maupun nara sumber lain yang

berkompeten. Pelaksanaan Member Check ini dilakukan sejalan dengan Tahap

(36)

57

E. Prosedur Analisis Data

Karakter analisis dalam penelitian kualitatif berlangsung secara induktif dan

terus menerus. dengan kata lain analisis data ini dilakukan dalam suatu proses yang

berarti pelaksanaannya sudah dilakukan semenjak pengumpulan data dan

dikerjakan

secara

lebih

intensif lagi

sesudah

meninggalkan

lapangan

(Moleong, 1996:104).

Sedangkan Nasution (1988) menyatakan bahwa persoalan yang dihadapi

oleh peneliti kualitatif dalam menganalsis data adalah tidak adanya prosedur yang

baku yang dapat dijadikan pedoman atau pola analisa data. Selanutnya la

berpendapat bahwa "Analisa data memeriukan daya kreatif serta kemampuan

intelektual yang tinggi. Lagipula tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk

mengadakan analisis, sehingga tiap peneliti harus mencari sendiri metode yang

dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya.

Berdasarkan keterangan di atas, maka prosedur pengolahan dan analisis

data meliputi kegiatan:

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan cara memilah data yang sudah disusun dalam

laporan lapangan, dengan menyusunnya kembali dalam bentuk uraian atau laporan

yang lebih terperinci. Selanjutnya laporan yang direduksi dirangkum dan dipilih

berdasarkan hal-hal pokok serta difokuskan pada hal-hal penting dan relevan

dengan fokus penelitian.

(37)

58

Data atau informasi yang diperoleh diidentifikasi satuan analisisnya dan

alternatif kategori yang mungkin untuk satuan analisis itu. Pada tahap ini proses

analisis dilakukan dengan cara mengorganisasi data dan membangun kategori.

Organisasi (unitisasi) data dilakukan dengan membuat kode berdasarkan

pertanyaan penelitian, membuat pengertian untuk memeriksa tulisan-tulisan,

melihat pada kode-kode utama untuk setiap pertanyaan penelitian.

Membangun Kategori muncul karena interaksi antara teori dan data

(Huberman, 1984). Kategori dilihat dari kemiripan unsur-unsur yang terkandung

dalam satu aspek atau unsur-unsur yang membedakan antara satu aspek dengan

lainnya. Kategori dalam studi ini dilihat berdasarkan tempat, pelaku dan proses.

Untuk memenuhi kriteria di atas, maka peneliti melakukan upaya-upaya

sebagai berikut'

a. Data mentah yang diperoleh melalui wawancara,observasi, maupun studi

dokumentasi direkapitulasi dalam laporan lapangan yang lengkap dan cermat;

b. Data mentah di atas disusun dalam hasil analisis dengan cara menyeleksi,

kemudian merangkum atau menyusunnya kembali dalam bentuk deskripsi yang

lebih sistematis;

c. Membuat hasil sintesa data berupa kesesuaian tema dengan tujuan

penelitian,penafsiran, dan kesimpulan;

d. Melaporkan seluruh proses penelitian sejak pra-survey dan penyusunan disain

(38)

59

Selain analisis data dengan tahapan di atas dilakukan prosedur yang disarankan oleh Nasution (1988:129-130) yaitu Reduksi Data, Display Data,

Kesimpulan dan Verifikasi.

Reduksi Data dilakukan dengan menelaah kembali seluruh catatan

lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara,pengamatan dan studi dokumentasi

dengan tujuan untuk menemukan hal-hal pokok atau penting yang berkenaan dengan fokus penelitian yakni kinerja tenaga edukatif STISI Bandung dan program

pengembangannya sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan

Selanjutnya hal-hal pokok tadi dirangkum dalam susunan yang lebih sistematis

sehingga dapat diketahui tema atau polanya dengan mudah.

Pekerjaan itu disebut sebagai Display Data. Dari pola yang tampak dalam

Display Data itu selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sehingga data yang

dikumpulkan menjadi memiliki makna tertentu.

Untuk memantapkan Kesimpulan maka dilakukan Verifikasi. Verifikasi ini dilakukan dengan Member Check maupun Trianggulasi. Oleh karena itu proses Verifikasi Kesimpulan ini berlangsung selama dan sesuadah data dikumpulkan.

F. Validasi Temuan Penelitian

Menurut Nasution (1988:114-124) tingkat kepercayaan hasil penelitian

kualitatif ditentukan oleh beberapa kriteria, yaitu: Kredibilitas, Transferabilitas,

Dependabilitas, dan Konfirmabilitas.

Untuk itu penelitian ini diusahakan dapat memenuhi kriteria-kriteria

(39)

60

1. Kredibilitas

Kredibilitas merupakan salah astu ukuran tentang kebenaran data yang

dikumpulkan. Kredibilitas dalam penelitian kualitatif menggambarkan kecocokan

konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau nara sumber. Untuk

mencapai hal tersebut dalam penelitian ini antara lain dilakukan hal-hal berikut ini:

a. Trianggulasi,

Trianggulasi

yakni

mengecek

kebenaran

data

dengan

cara

membandingkannya dengan data dari sumber lain. Hasil dari serangkaian

wawancara, pengamatan dan studi dokumentasi dari kinerja tenaga administratif

perlu dicek kebenarannya kepada nara sumber yang dianggap kompeten; dalam hal

ini adalah para pjjabat di lingkungan STISI Bandung.

Pengecekan data ini dapat dilakukan secara vertikal maupun horisontal.

Oleh karena pada waktu mencari data atau informasi dari seorang nara sumber,

sekaligus dilakukan pula pengecekan data atau informasi pada sumber lain.

Demikian dilakukan secara terus- menerus untuk menjaga tingkat obyektivitas dari

data yang diperoleh. Terkadang terdapat juga suatu pernyataan negatif atau

bertolak belakang dengan informasi yang didapat pada umumnya. Hal ini sangat

menarik sebagai suatu upaya verifikasi dalam pencarian kebenaran yang lebih dapat

dipercaya, yang sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam penelitian kualitatif.

b. Pembicaraan dengan Kolega (Peer Debriefins).

Dalam tahap ini peneliti membahas catatan-catatan lapangan dengaa

(40)

diragukan. Mereka semua tidak mempunyai kepentingan dengan penelitian yang

sedang dilakukan dengan demikian mereka bisa memberikan pandangan dan

sumbangan pemikiran bahkan memberikan pandangan-pandangan yang sangat

kritis terhadap catatan atau temuan lapangan bahkan sampai ke persoalan

metodologis. Hal tersebut sanga memperkaya wawasan peneliti,bahkan kririk dan

pertanyaan-pertanyaan yang cukup kritis yang mereka kemukakan sangat

menantang untuk dikaji lebih jauh dan sangat bermanfaat bagi tingkat kebenaran

penelitian ini.

c. Penggunaan bahan referensi,

Cara ini digunakan untuk mengamankan berbagai informasi yang diperoleh

di lapangan. Dalam kaitan ini penulis memanfaatkan tape recorder untuk merekam

hasil wawancara. Dengan cara tersebut peneliti dapat memperoleh gambaran yang

lengkap tentang informasi yang diberikan nara sumber sekaligus dapat memehami

konteks pembicaraannya sehingga kemungkinan terjadinya kekeliruan atau salah

penafsiran dapat diperkecil.

d. Melakukan Member Check,

Member check yaitu pada setiap akhir wawancara atau pembahasan suatu

topik diusahakan untuk menyimpulkan secara bersama-sama dengan nara

sumber,sehingga perbedaaan persepsi dalam suatu masalah dapat dihindarkan.

Selain itu dilakukan juga konfirmasi dengan nara sumber terhadap laporan hasil

(41)

sesungguhnya sangatlah sulit untuk mengukur tingkat dependabilitas dalam

penelitian kualitatif ini.

Agar

kebenaran

dan

obyektivitas

hasil

penelitian

dapat

dipertanggungjawabkan dapat dilakukan audit trail, yaitu melakukan pemeriksaan

ulang sekaligus dikonfirmasikan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkan

dapat dipercaya dan sesuai dengan situasi yang nyata serta apa adanya. Dalam hal

(42)
(43)

BAB VI , . ^.^

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

/ $&A *? J& ]

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pembahasan yang dikemukakan

pada Bab IV, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1 Strategi pengorganisasian dalam rangka pelaksanaan manajemen atau pengelolaan sumber daya manusia khususnya tenaga administratif di

perguruan tinggi termasuk STISI dapat dijadikan bahan kajian yang bermakna

bagi upaya mendayagunakan personel dalam mencapai tujuan lembaga.

2. Pengorganisasian tenaga administratif STISI Bandung telah dilaksanakan, tetapi belum menyeluruh dalam setiap aspek pengorganisasian. Tujuan

pengorganisasian belum tercapai. Dengan kata lain pengorganisasian tenaga

administratif belum efektif.

3. Ketidak efektifan pengorganisasian tenaga administratif tersebut apabila

ditinjau dari analisis lingkungan, penetapan visi dan kebijakan yang beriaku serta pemenuhan aspek pengorganisasian, kecenderungannya sebagai berikut: a. Strategi pengorganisasian tenaga administratif belum sepenuhnya berdasarkan analasis lingkungan internal dan eksternal. Strategi

pengorganisasian yang dilakukan mengenyampingkan aspek-aspek

kekuatan dan kelemahan tenaga administratif serta kondisi internal STISI

-

(44)

Bandung. Selain itu, belum pula memperhatikan peluang dan ancaman yang terjadi di luar organisasi. Pengorganisasian tenaga administratif belum terintegrasi dengan misi dan misi demikian pula elaborasi tujuan belum optimal dilaksakaan.

b. Nilai dan kebijakan yang menjadi dasar pengorganisasian tenaga

administratif, adalah kebijakan tentang struktur organisasi PTS, kebijakan strategis STISI dibidang pengembangan administrasi, pegembangan layanan dan manajemen SDM serta peraturan kepegawaian yang

mengadaptasi dari peraturan pembinaan PNS.

c. Kebijakan struktur organisasi PTS menyebabkan STISI kurang mampu mengembangkan strategi serta menentukan kebijakan sendiri (otonomi). Kebijakan pilihan pengembangan layanan dan pengembangan administrasi

dengan memprioritaskan pembinaan tenaga edukatif menyebabkan pembinaan terhadap tenaga administratif dikesampingkan.

d. Strategi pemberian tugas belum memperhatikan keserasian menyeluruh.

Keserasian tugas hanya diukur dengan pemenuhan tugas tanpa

mempertimbangkan pendidikan dan keahlian serta keterampilan.

e. Pemberian kewenangan dalam pelaksanaan tugas belum sepenuhnya sesuai dengan standar kerja yaiut urain kerja yang sudah digariskan untuk

tenaga administratif. Hal ini disebabkan berbagai kendala yaitu jumlah

personel yang kurang, pendidikan rendah dan keterampilan tidak merata.

f. Berkenaan dengan kesatuan perintah, pada bagian-bagian administrasi

(45)

59

pada bawahan berbenturan dari pimpinan langsung dengan pimpinan lembaga (Ketua dan PUKET).

4. Pengorganisasian untuk tenaga administratif kurang memperhatikan

akibatnya terhadap proses belajar mengajar. Tenaga administratif masih

dianggap sebagai unsur pelengkap bukan sebagai unsur yang sama pentingnya dengan tenaga edukatif Pengoiganisasian yang telah dilaksanakan relevansinya sangat kurang dengan visi, misi dan tujuan yang telah

dicanangkan.

5. Pengorganisasian yang telah dilaksanakan belum berpengaruh terhadap upaya meningkatkan kinerja tenaga administratif. Kinerja tenaga administratif masih sangat kurang dilihat dari efisisensi kerja, efektivitas kerja, produktivitas

kurang serta rendahnya inovasi pegawai.

6. Kinerja yang rendah ditandai dengan produk kerja yang kurang memadai serta pelayanan tenaga administratif masih kurang optimal. Pelayanan yang

diberikan dinilai kurang tepat waktu, reliability belum akurat, respon

pegawai kurang serta belum adanya emphaty untuk memberikan perhatian

atau pelayanan secara optimal.

7. Pengorganisasian tidak maksimal disebabkan kebijakan dan manajemen yang kurang jelas dan kurang tegas. Sarana pendukung yang tidak memadai serta kondisi personel yang kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

8. STISI telah berupaya untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pegawai

melalui kegiatan pemberdayaan. Pemberdayaan dilakukan melalui pembinaan

(46)

160

9. Pembihaan dan pemeliharaan pegawai khususnya tenaga administratif

dilakukan cukup baik. Tetapi para tenaga administratif menganggap gaji yang

diberikan sebagai kompensasi kerja masih sangat kurang.

10. Upaya pengembangan personel dianggap tidak adil dan tidak seimbang.

Tenaga administratif tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan bea siswa

untuk melanjutkan pendidikan, pendidikan kelerampihr? diserahkan pada diri masing-masing dan tidak adanya jaminan peningkatan jabatan bagi tenaga

administratif yang telah lulus menyelesaikan studinya.

-A

B. Rekomendasi

1. Pengelolan SDM hendaknya bersifat menyeluruh dan adil. Tenaga administratif walaupun dianggap sebagai pelengkap tetapi keberadaannya sangat menunjang terhadap proses pendidikan. Untuk itu, pengelolaannya harus dilakukan secara integral dan maksimal.Pengorganisasian tenaga administratif sebagai bagian dari sistem manajemen sumber daya manusia di STISI Bandung harus dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang beriaku.

2. Hendaknya dilakukan perencanaan strategis melalui analisis lingkungan dan

pengkajian yang sistematis pada seluruh aspek dalam organisasi STISI. Sistem

pengelolaan SDM khususnya tenaga administratif dirombak total, dan perlu

(47)

161

3. Jumlah pegawai diseimbangkan dengan beban kerja. Dan penempatan pegawai harus memperhatikan kesesuaian pendidikan keterampilan dengan

pekerjaannya.

4. Pembinaan bagi tenaga administratif sama pentingnya dengagn pembinaan pada tenaga edukatif. Sehingga sistem penggajian seharusnya dirubah dan disesuaikan dengan kondisi perekonomian dan standar gaji mutakhir.

(48)
(49)

DAFTAR PUSTAKA

\\ 1 f^sV, • ", %

A. Buku Buku

Abin Syamsudin (1986), Pemberdayaan Sistem Perencanaan dan Manajemen Berbasiskan Sekolah Menuju ke Arah Peningkatan Kinerja Pendidikan yang Diharapkan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap : FIP IKIP Bandung

Achmad Sanusi, (1987). Apa yang membuat IKIP Kita IKIP. Bandung: IKIP Bandung.

, (1998), Pendidikan Alternatif Bandung: GMP

,(1998), Kebijakan dan Keputusan Pendidikan, Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Agustinus S. Wahyudi, (1996), Manajemen Strategik, Jakarta : Binarupa Aksara Allen, Louis A., (1980), Management And Organization, New York Mc Graw-Hill

Book Company Inc.

Amitai Etzioni, (1980) A Comparative Analysis of Complex Organizations, New

York , Free Press.

Bain, David, (1982), The Productivity Prescription The Managers Guide to Improvement Productivity and Profits, New York : McGraw-Hill Book Company.

Bernardin, H. John and Russel, Joyce E.A., (1993), Human Resource

Management, New York : MCGraw-Hill, Inc.

BKS-PTIS Pusat, (1993), Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perguruan Tinggi di Indonesia, Jakarta, LM YAI.

Bowman, Cliff. (1993), Manajemen Strategik. Ganeca Exact. Bandung, 1993

Cartwright & A. Zander, (1978), Group Dynamics, Research and Theory, New

York : Harper Row.

Castetter,William B. (1996). The Human Resource Function in Educational Administration .EnglewoodCliff: Prentice-Hall.

Depdikbud. (1999).Laporan Tahunan Dirjen Dikti 7995/99,Jakarta: Ditjen Dikti.

(50)

162-\(l?

Djam'an Satori (1999), Paradigma Baru dalam Pengelolaan Pendidikan, Pidato

Pengukuhan Guru Besar Tetap, FIP IKIP Bandung Druker, Peter M. (1987). People and Performance. London: Heimahn.

Fitzsimmons, James A. Fitzsimmons, Mona J., (1994), Service Management

for Competitive, Advantage, Mc. Graw Hill Companies, Inc.

Flippo, Edwin B., (1984), Manajemen Personalia, alih bahasa Surabaya :

Erlangga.

Fortunate,Ray, Geneva Wadell. (1981). Personnel Administration in Higher Education. San Fransisco: Jossey - Bass Publisher.

Freeman Edward (1985), Manajemen Strategik ; Pendekatan Terhadap

Pihak-Pihak Berkepentingan, Jakarta : Pustaka Binawan Pressindo

Gerloff, Edwin A., .(1985), Organizational Theory and Design New York : MacGraw-Hill Book, Co.

Hadari Nawawi dan Hadari Martini, (1990), Administrasi Personil, Jakarta ; PT. Citra Aditya Bakti.

Hasibuan, Malayu, S.P, (1995), Manajemen Sumber Daya Manusia : Dasar dan Kunci Keberhasilan, Jakarta : Toko Gunung Agung.

Hersey, Paul. Dan Blanchard, Kenneth H. (1977), Management of Organizational

Behavior: Utilizing Human Resource, New Jersey : Prentice Hall.

Hoyle,Eric et al. (1980/ World Year Book ofEducation. London:Kogan Page. Kasim, Azhar, (1993), Pengukuran Efektivitas Dalam Organisasi, Jakarta :

P.A.U. Ilmu-Ilmu Sosial U.I., FEUI.

Koontz, Harold, Donnell Cynlo, Wichrich Heinz, (1995), Manajemen, Erlangga, Jakarta.

Kotler Philip, (1990), Manajemen Pemasaran, Jilid I, Jakarta : LP3ES.

Malayu, SP., Hasibuan, (1995), Manajemen Sumber Daya Manusia dan Kunci

Keberhasilan, Jakarta : PT. Gunung Agung.

Mali, Paul, Improving Total Productivity : MBO Strategis for Business, Governent

and Not For Profit Organization, John Willey and Sons, New

(51)

164

Mintzberg', Henry, the Structuring of Organizations, Prentice-Hall, New York,

1979.

Moenir, (1992), Manajemen Pelayanan Umum, Jakarta: Bumi Aksara Mohamad Nazir, (1988), Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Moleong,Lexy J, (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Muhamad Ali, (1994), Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung : Angkasa. Muhammad Fakry Gaffar. (1984). Tantangan dan Arah Baru Bagi Manajemen

LPTK. Bandung: IKIP Bandung.

Nowakowski,Jeri, et al. (1985). A Handbook Of Educational Variables. Boston: Kluwer- Nijhoff Publishing.

Oemar Hamalik. (1990). Sistem Internship Kependidikan Teori Dan Praktek.

Bandung: Mandar Maju.

Pugh, D.S, ed. (1980), Organization Theory New York : Penguin Books.

Putti, Joseph M., (1986), Understanding Productivity, Singapore: Federal

Publication.

Ramli, (1990), Sistem dan Prosedur, Bandung : Tarsito.

Salusu, J, (1996), Pengambilan Keputusan Startegik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, Jakarta, PT. Gramedia.

Sevilla, et.al, (1993), Pengantar Metode Penelitian, Jakarta, Universitas Indonesia. -Siagian P. Sondang, (1997), Filsafat Administrasi, Jakarta : Haji Masagung.

, (1995) Manajemen Strategik, Jakarta : Bumi Aksara

, (1994), Analisis serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi

Organisasi, Jakarta, CV. Haji Mas Agung.

Singarimbun, Masri dan Effendi Sofian, (1995), Metode Penelitian Survai, Jakarta

LP3ES.

Sri Agustinus Wahyudi, (1996), Manajemen Strategik ; Pengantar Proses Berpikir

(52)

165

Steers, Richard M., Lyman W. Porter. (1987). Motivation and Work Behavior. New York: McGraw-Hill Book Company.

• Stoner, Jones A.F.,(1996), Manajemen, Jakarta :PT Prenhallindo

Strauss,George, Leonard L. Stayles. (1980).Personnel: The Human Problems in

Management. New Delhi: Prentice-Hall of India.

, Sutarto, (1992), Dasar-Dasar Organsiasi, Yogyakarta : Gadjah Mada Unversity Press.

Sutrisno Hadi, (1996), Metode Research, Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM. Thomas, Alan J.(1971). The Productive School. Canada: Johm Wiley and

Sons,Inc.

. Timpe, A. Dale (ed.), (1990), The Art and Science of Business Management: Productivity, New York :Kend Publishing.

Wainai, Kiyoshi, Principles of Value Added Productivity Analysis: A Company

manual, National Productivity Board, Singapore, 1993.

Widjaja, A.W., (1988), Kelembagaan dan Organisasi , Jakarta, Bina Aksara.

B. Dokumen dan Perundang-undangan

_, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan tentang Perguruan Tinggi di Indonesia, 1999.

_, Buku I, Pedoman Otonomi Pengelolaan Perguruan Tinggi,

"PuskomUl, Jakarta, 1999.

_, Jilid I, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan tentang

Pendidikan Tinggi di Indonesia, Skretariat PP-BMPTSI, Jakarta, 1999.

_, Jilid II, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan tentang

Pendidikan Tinggi di Indonesia, Skretariat PP-BMPTSI, Jakarta, 1999.

_, Rencana Induk Pengembangan STISI, Bandung, 1995.

(53)

Gambar

gambarankepada
GAMBAR 1.1.SKEMA KERANGKA PEMIHRAN

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal kemampuan, praktikan sangat menyadari bahwa kemampuan diri praktikan masih belum maksimal, tetapi karena praktikan sudah berlatih untuk membuat rancangan program

Dengan demikian di kawasan wisata air terjun Sunggah potensial untuk dibangun unit pembangkit listrik mikrohidro (PLTMH) dalam memenuhi kebutuhan energi kawasan wisata

Pada dasarnya motor induksi arus putar terdiri dari suatu bagian yang tidak.. berputar (stator) dan bagian yang bergerak memutar

Dari identifikasi tersebut;masing- masing guru semple telah melakukan beberapa langkah, salah satunya seperti yang dilakukan oleh Guru Matematika dengan melakukan

Pengaruh Promosi Dan Minat Baca Terhadap Kunjungan Pemustaka Ke Perpustakaan SD SALMAN AL FARISI Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Analisis perancangan struktur bangunan terhadap pengaruh beban gempa secara statis, pada prinsipnya adalah menggantikan gaya-gaya horizontal yang bekerja pada struktur

Simpulan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu penerapan model Jigsawdapat keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar

Semakin besar tekanan yang diterima fluida cair maka kecepatan alirnya akan semakin kecil sehingga debit yang dihasilkan akan semakin kecil juga, sesuai dengan persamaan