STUDI KUALITATIF PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2012
TESIS
OLEH
BETSEBA BR SEBAYANG 107032188/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
STUDI KUALITATIF PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2012
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
BETSEBA BR SEBAYANG 107032188/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : STUDI KUALITATIF PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2012
Nama Mahasiswa : Betseba Br Sebayang Nomor Induk Mahasiswa : 107032188
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Fikarwin Zuska)
Ketua Anggota
(dr. Yusniwarti Yusad, M.Si)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 9 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Fikarwin Zuska
Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si
PERNYATAAN
STUDI KUALITATIF PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2012
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2012
ABSTRAK
Darussalam merupakan salah satu wilayah kerja Kecamatan Medan Petisah. Peneliti memiliki lokasi tersebut menjadi daerah penelitian karena lokasi tersebut memudahkan peneliti untuk menggali informasi dari para pelaku seks pranikah yang memang berdomisili di daerah tersebut. Masa-masa awal berpacaran pasti sangat indah. Adapun dilakukan untuk membuat pasangan atau pacar kita senang dan ceria tanpa tahu hal sebenarnya terjadi. Masalah terbesar remaja adalah seksualitas. Mulai dari masalah pacaran, perilaku seks, body image dan mitos-mitos seks.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku seksual remaja berpacaran dan masa-masa pelaku melakukan hubungan seksual dengan metode wawancara mendalam dan observasi partisipan. Adapun informan dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari 4 pasang remaja mudah belia dengan kasus, latar belakang dan kisah kasih yang berbeda. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam dan observasi partisipan.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pacaran adalah pintu gerbang melakukan hubungan seksual. Kasih sayang yang menjadi salah satu faktor dalam berpacaran. Kasih sayang dan perlindungan yang didapatkan dari sang pacar dibayar dengan melakukan hubungan seksual. Pada kasus berpacaran ini, kebaikan dan perlindungan ditukar dengan vagina (hubungan seksual).
Diharapkan remaja dapat menjaga dirinya dari rayuan-rayuan dan sentuhan-sentuhan hangat untuk melakukan hubungan seksual, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan self control. Pendekatan eksternal terhadap pengusaha dan instansi terkait lainnya dalam mendirikan usaha (hotel, tempat-tempat rekreasi lainnya) agar dapat mempertimbangkan moral dan agama agar remaja tidak terjerumus ke hal-hal yang merusak masa depannya. Orangtua hendaknya lebih memberikan perhatian kepada putra dan putrinya dan terus-terusan mengawasinya.
ABSTRACT
Darussalam is one of the working areas of Puskesmas Medan Petisah. The researcher chose this area as her research location because it enabled her to dig information from those who have done premarital sexual intercourse living in that area. The early days of dating were very beautiful. Anything was done to make our partner happy without knowing what has really happened. Therefore, the biggest problem in the teenagers is sexuality commencing from the problems of dating, sexual behavior, body image and sexual myths.
The purpose of this qualitative study was to find out the sexual behavior of dating teenagers and the reasons why they did sexual intercourse. The respondents for this study were 4 (four) pairs of very young teenagers with different cases, background and love stories. The data for this study were obtained through observation, participant observation and in-depth interviews.
The result of this study showed that dating is the gate to have sexual intercourse. Affection is one of the factors in dating. Affection and protection obtained from their boy friend is paid by having sexual intercourse. In this case, kindness and protection is traded with vagina (having sexual intercourse).
The teenagers are expected to be able to protect themselves from the seduction and warm touches inviting to have sexual intercourse by increasing self-control. Doing external approach to the businessmen and other related agencies by asking them to consider morality and religion when establishing hotels or other kinds of recreational places that the teenagers can be prevented from doing something that will destroy their future. Parents must pay more attention and keep controlling their teenage children.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
berkat-Nya lah maka tesis ini bisa selesai tepat pada waktunya, adapun tesis ini
berjudul “Studi Kualitatif Perilaku Seksual Remaja di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2012”.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan
pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan
Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini, saya mendapat bantuan, dorongan, dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih
dan penghargaan kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H. M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan
pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
4. Dr. Fikarwin Zuska selaku ketua pembimbing I yang telah banyak memberi
waktu, pikiran, dalam membimbing dan mengarahkan saya selama penyusunan
dan pembuatan tesis ini tanpa ada rasa bosan, kesabaran ekstra tinggi,
pengertian serta ekspresi wajah yang menarik.
Aku Sayang Daddy so Much
.5. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
waktu dan pemikiran demi tesis ini.
6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku penguji I yang telah memberikan
meluangkan waktu dan pemikiran selama perbaikan tesis ini.
7. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku penguji II yang telah banyak
memberikan masukan dalam pembuatan tesis ini dengan penuh kebaikan dan
kesabaran.
8. Camat Medan Petisah yang telah memberikan izin kepada peneliti selama
mengadakan penelitian
9. Kepala Lingkungan Gg. Turi I Darussalam Kecamatan Medan Petisah
10. Orang tua tersayang Ayahanda T. Sebayang, BA dan Ibunda A. Silaban, STh
dan adik-adik saya dr. Michiko Fransiska Sebayang, Robby Asta Sebayang,
Melky Putra Nugraha Sebayang yang telah memberikan doa dan dukungan baik
dari segi moril maupun materil selama mengikuti pendidikan
11. Dalam penelitian saya ini dengan pertimbangan etika, nama, alamat dan
identitas pelaku saya samarkan untuk melindungi pelaku dari bermacam-macam
Saya menyadari bahwa penulisan ini mempunyai kekurangan. Untuk itu, saya
menerima kritik dan saran guna penyempurnaan tesis ini. Untuk semua saran dan
kritik yang disampaikan demi perbaikan tesis ini saya ucapkan terima kasih.
Akhirnya, saya mohon maaf yang setulusnya kepada semua pihak jika ditemui
kekurangan selama saya mengikuti pendidikan dan penelitian berlangsung. Semoga
Tuhan Yang Maha Kuasa yang membalas semua kebaikan yang diberikan kepada
saya dengan berlipat-lipat ganda. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2012 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Saya bernama Betseba Br. Sebayang, dilahirkan di Kabanjahe Kabupaten
Karo pada tanggal 21 September 1986, anak 1 dari 4 bersaudara, beragama Kristen
Protestan dengan alamat di Darussalam Gg. Turi 1 No. 2 Kecamatan Medan Petisah.
Saya menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri No. 040515
Tigajumpa Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo tahun 1992– 1998, tahun 1998–
2001 menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Barus
Jahe tahun 2001 – 2004 menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum
(SMU) Negeri 1 Berastagi, tahun 2004 – 2007 menamatkan pendidikan di Akademi
Kebidanan Politeknik Kesehatan Medan, tahun 2008-2010 menamatkan Pendidikan
di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Prima Medan, kemudian tahun
2010 mendaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
Tahun 2007 sampai dengan sekarang bekerja di Rumah Sakit Umum Vina Estetica
DAFTAR ISI
2.1.2 Perkembangan Seksualitas Remaja ... 13
2.2. Kehamilan ... 15
2.5 Alasan Remaja Melakukan Hubungan Seksual Pranikah ... 32
2.6. Cara-cara yang Biasa Dilakukan Remaja dalam Menyalurkan Dorongan Seksual Pranikah ... 34
2.7 Pacaran ... 35
2.8 Faktor-faktor yang Memengaruhi Remaja Pacaran Melakukan Hubungan Seksual Pranikah ... 40
2.8.1 Umur ... 41
2.8.2 Agama ... 42
2.8.3 Pengalaman Pacaran (Hubungan Afeksi) ... 42
2.8.5 Jenis Kelamin ... 44
5.2.b.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kontrol Diri ... 106
5.3.c Lingkungan Keluarga ... 106
5.4.d Adanya Kesempatan ... 112
5.5.e Kurangnya Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi ... 113
5.2 Pacaran dan Kesehatan Reproduksi ... 113
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 122
6.1 Kesimpulan ... 122
6.2 Saran ... 126
ABSTRAK
Darussalam merupakan salah satu wilayah kerja Kecamatan Medan Petisah. Peneliti memiliki lokasi tersebut menjadi daerah penelitian karena lokasi tersebut memudahkan peneliti untuk menggali informasi dari para pelaku seks pranikah yang memang berdomisili di daerah tersebut. Masa-masa awal berpacaran pasti sangat indah. Adapun dilakukan untuk membuat pasangan atau pacar kita senang dan ceria tanpa tahu hal sebenarnya terjadi. Masalah terbesar remaja adalah seksualitas. Mulai dari masalah pacaran, perilaku seks, body image dan mitos-mitos seks.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku seksual remaja berpacaran dan masa-masa pelaku melakukan hubungan seksual dengan metode wawancara mendalam dan observasi partisipan. Adapun informan dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari 4 pasang remaja mudah belia dengan kasus, latar belakang dan kisah kasih yang berbeda. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam dan observasi partisipan.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pacaran adalah pintu gerbang melakukan hubungan seksual. Kasih sayang yang menjadi salah satu faktor dalam berpacaran. Kasih sayang dan perlindungan yang didapatkan dari sang pacar dibayar dengan melakukan hubungan seksual. Pada kasus berpacaran ini, kebaikan dan perlindungan ditukar dengan vagina (hubungan seksual).
Diharapkan remaja dapat menjaga dirinya dari rayuan-rayuan dan sentuhan-sentuhan hangat untuk melakukan hubungan seksual, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan self control. Pendekatan eksternal terhadap pengusaha dan instansi terkait lainnya dalam mendirikan usaha (hotel, tempat-tempat rekreasi lainnya) agar dapat mempertimbangkan moral dan agama agar remaja tidak terjerumus ke hal-hal yang merusak masa depannya. Orangtua hendaknya lebih memberikan perhatian kepada putra dan putrinya dan terus-terusan mengawasinya.
ABSTRACT
Darussalam is one of the working areas of Puskesmas Medan Petisah. The researcher chose this area as her research location because it enabled her to dig information from those who have done premarital sexual intercourse living in that area. The early days of dating were very beautiful. Anything was done to make our partner happy without knowing what has really happened. Therefore, the biggest problem in the teenagers is sexuality commencing from the problems of dating, sexual behavior, body image and sexual myths.
The purpose of this qualitative study was to find out the sexual behavior of dating teenagers and the reasons why they did sexual intercourse. The respondents for this study were 4 (four) pairs of very young teenagers with different cases, background and love stories. The data for this study were obtained through observation, participant observation and in-depth interviews.
The result of this study showed that dating is the gate to have sexual intercourse. Affection is one of the factors in dating. Affection and protection obtained from their boy friend is paid by having sexual intercourse. In this case, kindness and protection is traded with vagina (having sexual intercourse).
The teenagers are expected to be able to protect themselves from the seduction and warm touches inviting to have sexual intercourse by increasing self-control. Doing external approach to the businessmen and other related agencies by asking them to consider morality and religion when establishing hotels or other kinds of recreational places that the teenagers can be prevented from doing something that will destroy their future. Parents must pay more attention and keep controlling their teenage children.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa-masa awal berpacaran pasti sangat indah. Apapun dilakukan untuk
membuat pasangan atau pacar kita senang dan ceria tanpa tahu hal sebenarnya terjadi.
Akan tetapi lain ceritanya jika dalam waktu yang sudah lama berpacaran apakah hal
yang indah-indah sering terjadi atau malah sebaliknya banyak terjadi pertengkaran
dan juga kesalahpahaman. Memang bagi sebagian dari orang-orang yang berpacaran
terlalu lama atau bahkan melebihi 5 sampai 10 tahun itu akan ada rasa bosan atau
malah sudah biasa saja, akan tetapi tidak sedikit yang masih mempertahankan
keharmonisan dan rasa kasih sayangnya tidak berubah dari awal, itu tergantung dari
pasangannya.
Fakta menunjukan sekitar 80% orang yang berpacaran itu tidak berlangsung
ke jenjang pernikahan apa lagi usia dari pasangan tersebut masih sama-sama muda
dan mungkin masih ingin mencari yang terbaik, memiliki komitmen yang dijalankan
seperti, “kita jalanin dulu aja yang sekarang” ungkapan itu sudah pasti sangat sering
terdengar. Tingkat kedewasaan dan juga rasa pengertian dan menghormati serta
kejujuran memang mutlak menjadi faktor kelanggengan dalam membina hubungan
disamping faktor lainnya (Rokan, 2007).
Masa remaja adalah masa dimana seseorang harus menghadapi
melepaskan diri dari ketergantungan sebagai anak, tapi di sisi lain belum berhasil
membuktikan kemampuan mandiri sebagai orang dewasa. Masalah perilaku seksual
paling sering terjadi pada kelompok usia remaja. Salah satu penyebab timbulnya
masalah ini adalah adanya perubahan organobiologik akibat pematangan organ-prgan
reproduksi (Christina, 2009).
Penelitian Sahabat Remaja (2011) memperlihatkan bahwa masalah terbesar
remaja adalah seksualitas. Mulai dari masalah pacaran, perilaku seks, body image,
dan mitos-mitos seks. Di masa remaja inilah ketika fungsi organ reproduksi dan
sistem hormon mulai bekerja, secara alamiah remaja menjadi sangat ingin tahu
tentang seks. Jarang sekali remaja melibatkan orang tua atau guru untuk
mendiskusikan masalah seksualitas yang lebih dalam. Disinilah pentingnya peran
orang tua bagi para remaja. Hal ini untuk membantu mengurangi kecemasan remaja
ketika menghadapi kematangan seksual serta sebagai penyalur pengetahuan seks bagi
mereka. Perilaku seksual remaja sekarang sangat mengkhawatirkan, karena dari gaya
berpacaran mereka yang terkadang sudah tidak mengindahkan norma-norma yang
berlaku. Karena melalui gaya berpacaran yang tidak sehat itu mereka menghalalkan
untuk berhubungan seks diluar nikah.
Ada kesan pada remaja, seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaan, yang
serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan. Berkembang pula opini seks
adalah sesuatu yang enak dan wajib dilakukan untuk menjaga kelanggengan dengan
sang pacar. Terlebih lagi ketika para remaja telah berada pada lingkungan pergaulan
remaja yang dijadikan sample penelitian tentang perilaku seks bebas, mengaku telah
melakukan hubungan seks tanpa nikah/seks bebas. (National Abortion Federation,
dalam
Prambang (SIB 2011) dalam rubrik Seks Bebas Remaja, memuat data data
sejumlah penelitian antara lain :
1. Kantor Berita Antara menulis, ”85 Persen Remaja 15 Tahun Berhubungan Seks”
2. Warta Kota (11/2/2010) memberi judul, ”Separo Siswa Cianjur Ngesek”.
3. Harian Republika terbitan 21 September 2011 menulis ”Hampir 50 persen remaja
perempuan Indonesia melakukan hubungan seks di luar nikah.”
4. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) melakukan survey
menyatakan pula bahwa sebanyak 85% remaja berusia 13-15 tahun mengaku
telah berhubungan seks dengan pacar mereka. Penelitian pada 2011 itu dilakukan
terhadap 2.488 responden di Tasikmalaya, Cirebon,Singkawang, Palembang, dan
Kupang.
5. Direktur Eksekutif PKBI, Inne Silviane, hubungan seks itu dilakukan dirumah
sendiri, rumah tempat mereka berlindung. Sebanyak 50% dari remaja itu
mengaku menonton media pornografi. Dari penelitian itu pula diketahui, 52 %
yang memahami bagaimana kehamilan bisa terjadi.
6. Penelitian lain dilakukan Annisa Foundation, diberitakan, 48% pelajar SMP dan
SMA di Cianjur telah melakukan hubungan seksual. Menurut pengakuan mereka,
hubungan seks itu dilakukan suka sama suka, dan bahkan ada yang berganti-ganti
2010 terhadap 412 responden, yang berasal dari 13 SMP dan SMA negeri serta
swasta.
7. Laila Sukmadewi, Direktur Eksekutif AF, mengatakan hubungan seks diluar
nikah itu umumnya dilakukan responden karena suka sama suka. Hanya sekitar 9
% dengan alasan ekonomi. ”Jadi, bukan alasan ekonomi. Yang lebih
memprihatinkan, sebanyak 90% menyatakan paham nilai-nilai agama, dan
mereka tahu itu dosa,” ujar Laila.
Ada beberapa alasan remaja ingin memiliki pacar. Berikut adalah yang dapat
kita simak : Mengikuti perkembangan zaman, sebagai teman kencan, untuk
membuktikan bahwa dia cantik/ganteng, agar dia tidak kesepian. Survei Komisi
Perlindungan Anak (KPA) dalam Kompas 2012 terhadap 4.500 remaja di 12 kota
besar mengungkap, 97% remaja pernah menonton atau mengakses pornografi, 93%
pernah berciuman bibir. Sedangkan 62,7% pernah berhubungan badan dan 21%
remaja telah melakukan aborsi. Data tersebut cukup menjadi alasan kuat bagi semua
pihak untuk mencemaskan masa depan putra-putri yang tengah beranjak dewasa ini.
Menurut data BKKBN dalam
2012, 60% remaja di Jabodetabek telah melakukan hubungan layaknya suami istri.
Selain di Jabodetabek, di wilayah lain seperti Surabaya mencapai 50%, di Medan
75% , Yogyakarta 80%, dan Bandung 90%. Data tersebut menunjukkan bahwa gaya
pacaran remaja sekarang sudah menyimpang jauh dari makna dan hakekat pacaran itu
sendiri. Berita bahwa pergaulan anak baru gede (ABG) zaman sekarang ini, demikian
anak-anak mereka. Bila kita sempat menyaksikan video mesum mereka yang ada di
youtube, mereka bukan hanya lihai berciuman, namun juga berhubungan seks di luar
nikah. Malah anak SMP pun diketahui sudah mahir melakukannya. Mereka
terjerumus dalam kehidupan seks yang bebas, yang berbahaya dan merugikan masa
depan mereka. Di rumah, sikap remaja tampak sangat baik dan penurut. Namun
ternyata di luar sana, siapa menduga bahwa mereka sudah terlalu jauh melangkah di
luar batas norma kesusilaan. Pacaran seperti suami-istri, kalau tidak ML (making
love) dianggap ketinggalan zaman. Seks dalam pacaran menjadi trend yang lazim
berlaku sekarang. Begitu mudahnya remaja mengakses pornografi, baik lewat DVD,
BBM, situs porno, serta game online, membuat terperangkap dalam candu seks.
Luther (2011), menulis bahwa melakukan seks pranikah menjadi fenomena
menggiurkan bagi gaya hidup remaja sekarang. Apalagi budaya permisif tampaknya
melegalkan perilaku seks pranikah. Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan
hubungan seks bebas semakin meningkat dari sekitar 20% pada tahun 2007-2011
menjadi 80%. Sekian banyak masalah seputar perilaku remaja yang dinilai
menyimpang tersebut, ada dua pertanyaan mendasar yang perlu segera dijawab, yaitu
apa penyebab perilaku seksual pranikah dan bagaimana cara mengatasinya.
Mardiya (2011) menyatakan bahwa masalah paling krusial yang berkaitan
dengan seksualitas remaja adalah masih banyaknya kasus kehamilan remaja yang
disebabkan karena kurang hati hatinya remaja selama menjalani masa pacaran.
Mereka umumnya melakukan pacaran secara tidak sehat. Artinya, masa pacaran tidak
pikir dan kepribadiannya. Tetapi justru digunakan untuk hal-hal yang berbau seks dan
membangkitkan birahi.
Pacaran bagi remaja sebenarnya merupakan hal yang lumrah, apalagi masa
remaja adalah masa di mana seseorang memiliki rasa ketertarikan yang kuat terhadap
lawan jenis. Sayangnya, gaya pacaran remaja di zaman sekarang telah mengarah pada
perilaku yang diluar batas, disinilah mulai muncul masa pacaran yang didalamnya
terkait perilaku seks untuk mengisi waktu senggang mereka, dan tidak menutup
kemungkinan untuk melakukan hubungan seks yang tidak semestinya mereka
lakukan.
Mulainya berbagai adegan yang mengarah pada urusan seksual ini tidak lepas
dari aktivitas pacaran dini. Banyak remaja Indonesia sudah melakukan pacaran kala
usia mereka 12 tahun. Usia ini adalah usia rata-rata remaja saat ini dalam melakukan
pacaran.
Menurut survey kesehatan reproduksi yang dilakukan BKKBN, usia tersebut
jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan 10 tahun lalu. Anak kelas enam SD
saat ini, sudah tidak segan lagi memadu kasih.Gawatnya lagi, perilaku tidak senonoh
dilakukan para remaja yang berpacaran ini kala mereka bertemu. Sekitar 92%
remaja yang berpacaran, saling berpegangan tangan. Ada 82% yang saling Seks bebas ini membuat angka penderita HIV/AIDS di kalangan remaja
meningkat tajam. Ada peningkatan 700 persen dari jumlah antara tahun 2004 hingga
2010, dari awalnya 154 kasus menjadi 1.119 kasus. Diperkirakan, penyebab utama
remaja mengenal pornografi adalah dari tv, internet, dan kebebasan berlebihan yang
berciuman. 63% remaja yang berpacaran, tidak malu untuk saling meraba
(petting)
Hubungan seksual merupakan tindakan hubungan badan antara laki-laki dan
perempuan. Kontak badan antara yang berlawanan jenis bisa menimbulkan gairah
seksual. Aktifitas seksual pada dasarnya adalah bagian dari naluri yang
pemenuhannya sangat dipengaruhi stimulus dari luar tubuh manusia dan alam
berfikirnya. Seksualitas seseorang atau individu dipengaruhi oleh banyak aspek
dalam kehidupan, termasuk didalamnya kenyamanan, imbalan, tekanan dari dalam
keluarga, self control, ekspresi emosi, perasaan.
bagian tubuh kekasih mereka yang seharusnya tabu untuk dilakukan. Ada
perbedaan gaya pacaran remaja sekarang dengan dulu. Remaja saat ini lebih permisif
untuk melakukan apa pun demi “cinta”. Semua aktivitas itu yang akhirnya
memengaruhi niat untuk melakukan seks lebih jauh.
Pada masa remaja alat kelamin sekunder telah matang, sehingga terjadi
perubahan fisik dan emosi. Hal ini termasuk kedalam teori perkembangan psikologi
yang alami terjadi pada setiap individu ketika beranjak menuju tingkat kedewasaan
maka tanda-tanda fisik seperti karakter seks pada usia remaja baik yang primer
maupun yang sekunder ikut berubah, begitu juga dengan tanda-tanda psikis yang ikut
berubah seperti berkembangnya rasa ingin tahu terutama yang berhubungan dengan
seks. Seksualitas pada masa remaja inilah yang sedang memuncak. Dan seringkali
tindakan yang dilakukan remaja tidak dapat dikendalikan (self control)
Muhammad (2010) menyatakan, bagi yang sudah ‘pintar’, mereka akan
mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, mereka menggunakan
kondom yang sekarang dijual bebas di pasaran. Orang tua perlu juga melakukan
pemeriksaan di kamar, tas dan dompet remajanya. Hal ini untuk memastikan bahwa
anak-anak kita tidak memiliki barang-barang terlarang seperti kondom, DVD porno
dan barang-barang lain yang tidak pernah kita berikan kepada mereka. Penjualan
kondom secara bebas, membuat siapapun, termasuk remaja dapat membelinya kapan
saja saat dibutuhkan. Tidak butuh batasan usia dan alasan yang tepat untuk membeli
kondom. Betapa berbahayanya kemudahan itu buat anak-anak remaja. Mereka
semakin leluasa melakukan seks secara bebas dengan pasangannya. Tidak lagi
ketakutan akan hamil, karena sudah dilindungi dengan aman oleh kondom yang
mereka dapatkan dengan mudahnya.
Nugraha (2011) mengatakan, remaja melakukan Making Love karena
pengetahuan reproduksinya kurang. Remaja hanya mengetahui jika kehamilan terjadi,
maka akan bisa langsung digugurkan. Remaja tidak tahu efek samping dari
pengguguran itu atau dia sudah pernah melakukan hubungan seks dengan yang nanti
tidak menjadi suaminya, dia akan menimbulkan suatu memory yang nanti akan
menganggu kehidupannya kemudian.
Penyebab seks pranikah di kalangan remaja lainnya adalah faktor lingkungan,
baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan. Lingkungan keluarga yang
dimaksud adalah cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang
orangtuanya. Apabila tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian dengan mencari
pacar atau nongkrong di jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak mendidik
mereka. Remaja masa kini yang mengaku dirinya anak gaul ditandai dengan duduk
santai di kafe, mondar-mandir di mal, berpakaian serba sempit dan ketat yang
memamerkan lekuk tubuh, dan mempertontonkan bagian tubuhnya yang seksi.
Akibatnya, remaja gaul inilah yang biasanya menjadi korban dari pergaulan bebas, di
antaranya terjebak dalam perilaku seks pranikah.
M
Dalam tulisan berseri kali ini, saya mencoba memulai dengan menelusuri
jejak-jejak remaja putri di Medan khususnya Darussalam, sekedar ilustrasi terhadap
fenomena seks yang membuat jantung para orangtua berdetak kencang. Siapa sangka
gadis belia yang tampak baik-baik, lugu, penurut dan sedikit pemalu ini justru
menyimpan rahasia intim yang dahsyat. Ini buktinya!
asa remaja adalah masa-masa yang paling indah nan menyenangkan. Penuh
keceriaan dalam keluguan dan kepolosan dalam transisi menuju dunia kedewasaan.
Sifat lugu dan polos yang alami para remaja ini mungkin dulu realitanya demikian.
Sebab, untuk ukuran saat ini sungguh tersimpan sesuatu yang membelalakan mata
ketika menyelami lebih dalam kehidupan remaja terutama di perkotaan. Orangtua
mana yang tidak bergidik saat mengetahui data tentang pergaulan seks anak muda
saat ini. Boleh dibilang remaja yang masih mengenakan seragam putih-biru sudah
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan penelitian
adalah:
1. Bagaimanakah gambaran perilaku seksual pada remaja yang berpacaran di
Kecamatan Medan Petisah?
2. Mengapa dan apa alasan pelaku melakukan hubungan seksual pranikah tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku seksual remaja
berpacaran dan alasan-alasan pelaku melakukan hubungan seksual dengan metode
wawancara mendalam dan observasi partisipan.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi mengenai
faktor-faktor pendorong yang menyebabkan remaja berpacaran melakukan hubungan
seksual pranikah. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
para orang tua agar dapat lebih memantau perilaku dan pergaulan anak
remajanya, serta bermanfaat bagi masyarakat agar dapat lebih memperhatikan
pergaulan para remaja saat ini sehingga membantu mencegah terjadinya
2. Manfaat Teoritis
Diharapkan mampu memberi kontribusi/manfaat dalam pengembangan dan
pengetahuan teoritik di bidang kesehatan reproduksi terutama tentang diluar
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata
bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh
menjadi dewasa”. Istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai
arti yang lebih luas, yaitu mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Pandangan tersebut diungkapkan oleh Piaget (121) yang dikutip oleh Hurlock (2003)
dengan mengatakan :
“Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak–anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang–orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang–kurangnya dalam masalah hak …. integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif. Kurang lebih berhubungan dengan masa puber ….. termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok …. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini”.
Sedangkan menurut WHO/Organisasi Kesehatan Dunia definisi remaja adalah :
“Individu yang sedang mengalami masa peralihan, yang dari segi kematangan biologis seksual sedang berangsur–angsur mempertunjukkan karakteristik seks yang sekunder sampai mencapai kematangn seks, yang dari segi perkembangan kejiwaan, jiwanya sedang berkembang dari sifat kekanak –kanakan menjadi dewasa, yang dari segi sosial–ekonomi ia adalah individu yang beralih dari ketergantungan menjadi relatif bebas”.
Batasan usia remaja adalah antara 10–19 tahun dan belum menikah. Namun,
10–24 tahun dengan asumsi bahwa mereka yang berusia 19 tahun belum menjamin
tercapai kematangan fisik, mental maupun sosial (Depkes RI, 2003).
Sedangkan pengertian remaja berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan/BKKBN No.KEP.03/MENEG.K/4/1997, adalah usia individu saat
mulai mengalami perkembangan fisik serta sosial, psikologis, yaitu bila umur 13
tahun sampai dengan 20 tahun yang belum pernah menikah. Selain itu, remaja juga
didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa anak–anak ke masa
dewasa yang mencakup aspek biologik, kognitif dan perubahan sosial
(Santrock, 2008).
2.1.2 Perkembangan Seksualitas Remaja Perkembangan seksualitas pada remaja meliputi :
a. Perubahan fisik
1) Perempuan
a) Ditandai dengan perkembangan payudara, bisa dimulai paling muda umur 8
tahun sampai akhir usia 10 tahun.
b) Meningkatnya kadar estrogen mempengaruhi genitalia, antara lain: uterus
membesar; vagina memanjang; mulai tumbuhnya rambut pubis dan aksila;
dan lubrikasi vagina baik spontan maupun akibat rangsangan.
c) Menarche sangat bervariasi, dapat terjadi pada usia 8 tahun dan tidak sampai
usia 16 tahun. Siklus menstruasi pada awalnya tidak teratur dan ovulasi
1) Laki-laki
a) Meningkatnya kadar testosteron ditandai dengan peningkatan ukuran penis,
testis, prostat, dan vesikula seminalis; tumbuhnya rambut pubis, wajah.
b) Walaupun mengalami orgasme, tetapi mereka tidak akan mengalami
ejakulasi, sebelum organ seksnya matang sekitar usia 12–14 tahun.
c) Ejakulasi terjadi pertama kali mungkin saat tidur (emisi nokturnal), dan
sering diinterpretasikan sebagai mimpi basah dan bagi sebagian anak hal
tersebut merupakan sesuatu yang sangat memalukan.
d) Oleh karena itu anak laki-laki harus mengetahui bahwa meski ejakulasi
pertama tidak menghasilkan sperma, akan tetapi mereka akan segera menjadi
subur.
b. Perubahan psikologis/emosi
a) Periode ini ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi pengharapan
masyarakat
b) Remaja dihadapkan pada pengambilan sebuah keputusan seksual, dengan
demikian mereka membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan
tubuh, hubungan dan aktivitas seksual, dan penyakit yang ditularkan melalui
aktivitas seksual.
c) Yang perlu diperhatikan terkadang pengetahuan yang didapatkan tidak
diintegrasikan dengan gaya hidupnya, hal ini menyebabkan mereka percaya
kalau penyakit kelamin maupun kehamilan tidak akan terjadi padanya,
d) Masa ini juga merupakan usia dalam mengidentifikasi orientasi seksual,
banyak dari mereka yang mengalami setidaknya satu pengalaman
homoseksual. Remaja mungkin takut jika pengalaman itu merupakan
gambaran seksualitas total mereka, walaupun sebenarnya anggapan ini tidak
benar karena banyak individu terus berorientasi heteroseksual secara ketat
setelah pengalaman demikian.
2.2Kehamilan 2.2.1 Definisi
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri
dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi
dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta,tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Pertemuan inti ovum dengan
inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zygot. Dengan
masuknya inti spermatozoa ke dalam sitoplasma membangkitkan kembali
pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “metafase”. Proses pemecahan dan
pematangan mengikuti bentuk anafase dan telofase sehingga menjadi “haploid”.
Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum
yang kini haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria
maupun wanita (Manuaba, 2006).
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita
melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat
sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan. Kehamilan merupakan
proses alami dan normal, masa ini merupakan salah satu fase dalam kehidupan wanita
pada masa reproduksi. Wanita akan mengalami sekali, dua kali, bahkan mungkin
berkali-kali hamil dalam kehidupannya dan setiap kehamilan mempunyai pengalaman
yang berbeda beda (Kasidu, 2008).
2.3 Perilaku Seksual
Cinta dan seks merupakan salah satu problem terbesar dari remaja di seluruh
dunia. Kehamilan remaja, pengguguran kandungan, terputusnya sekolah, perkawinan
usia muda, perceraian, penyakit kelamin, merupakan akibat buruk petualangan cinta
dan seks yang salah di saat remaja. Tidak jarang masa depan mereka yang penuh
harapan hancur berantakan karena masalah cinta dan seks.
Sarwono (2007), mengungkapkan bahwa perilaku seksual adalah segala
tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun
sesama jenis. Bentuk–bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari
perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Obyek
seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan
atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama
bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan
dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi,
marah dan agresi.
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat
kelamin atau hal–hal yang berhubungan dengan perkara–perkara hubungan intim
antara laki–laki dan perempuan.
Hubungan seks pranikah yang dilakukan pria dan wanita yang belum terikat
perkawinan, dimana nantinya mereka akan menikah satu sama lain atau masing
masing akan menikah dengan orang lain. Jadi tidak hanya terbatas pada orang yang
berpacaran saja. Hubungan seksual ini umumnya terjadi diantara mereka yang telah
meningkat remaja menuju dewasa. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat pada
saat seseorang memasuki masa remaja mulai timbul dorongan-dorongan seksual di
dalam dirinya. Apalagi pada masa ini minat mereka dalam membina hubungannya
terfokus pada lawan jenis.
Perilaku seksual pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh
sepasang insan yang belum menikah atau yang belum mereka terikat oleh tali
perkawinan. Perilaku seks yang dianggap melanggar norma bukanlah suatu hal yang
baru. Perilaku seksual pranikah adalah kegiatan seksual yang melibatkan dua orang
yang saling menyukai atau saling mencintai, yang dilakukan sebelum perkawinan.
Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh
tahap-tahap perilaku seksual yang paling ringan hingga tahap-tahap yang paling berat, yang
dilakukan sebelum pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama.
Sementara itu, akibat psikososial yang timbul karena perilaku seksual antara
lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba–tiba
berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Biasanya mendapat
mendapat tekanan dari masyarakat seperti dicela dan menolak keadaan tersebut.
Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko
kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi, hal tersebut disebabkan karena
rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang
hamil di luar nikah. Masalah ekonomi dalam hal ini juga akan membuat
permasalahan menjadi semakin rumit dan kompleks (Christina, 2009).
Fedyani (2008) mengutip pendapat Kinsey mengenai perilaku seksual yang
meliputi 4 tahap yaitu :
1. Bersentuhan, touching, mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan
2. Berciuman, kissing, mulai dari ciuman singkat hingga berciuman bibir dengan
mempermainkan lidah (deep kissing)
3. Bercumbu, petting, menyentuh bagian sensitif dari tubuh pasangan dan
mengarah pada pembangkitan gairah seks
4. Hubungan kelamin (Sex intercouse)
Perilaku–perilaku seksual tersebut merupakan perilaku seksual beresiko yang
Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan
hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :
a. Masturbasi atau onani, yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi
terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk
pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan
emosi
b. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan,
pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan–sentuhan seks yang pada
dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan
seksual
c. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang
pada dasarnya menunjukkan tidak berhasilnya seseorang dalam
mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke
kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.
Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada
remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus
dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut.
Masalah seks pada remaja seringkali mencemaskan para orangtua, juga pendidik,
pejabat pemerintah, para ahli, dan sebagainya. Berbagai risiko yang akan dialami
a) Dampak Fisik
Dampak fisik yang dapat dialami oleh remaja jika melakukan hubungan seks
sebelum menikah ialah remaja dapat terkena penyakit menular seksual (PMS) jika
dalam melakukan hubungan seks dengan berganti–ganti pasangan, kemudian dapat
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan sehingga pada akhirnya melakukan
tindakan aborsi, yang biasanya dilakukan secara tidak aman serta dapat
membahayakan keselamatan pada diri remaja tersebut.
b) Dampak Psikis
Dampak psikis yang dapat ditimbulkan jika remaja melakukan hubungan seks
pranikah ialah berupa rasa ketakutan, kecemasan, menyesal serta rasa bersalah karena
sudah melakukan perbuatan tersebut sebelum menikah. Selain itu juga, biasanya
mereka takut akan dampak yang ditimbulkan karena melakukan hubungan tersebut,
seperti misalnya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.
c) Dampak Sosial
Dampak sosial yang timbul karena melakukan hubungan seks pranikah
diantaranya ialah stigma buruk, pergunjingan serta pengucilan dari lingkungan
sekitar.
Cukup banyak kejadian dimana remaja putri mengalami kehamilan yang tidak
disengaja maupun yang disengaja. Kehamilan tidak disengaja terjadi karena remaja
laki-laki dan perempuan tidak mempersiapkan diri terhadap risiko kehamilan yang
mungkin terjadi akibat hubungan seksual mereka. Kehamilan yang tidak diinginkan
usaha aborsi dengan berbagai cara, biasanya dengan cara-cara tradisional
(jamu-jamuan) atau dengan meminum obat-obat peluntur dari toko obat atau apotik, atau
bahkan melakukan cara-cara khusus seperti makan nanas, dan minum sprite,
jongkok-jongkok setelah berhubungan seks dan sebagainya. Cara-cara tersebut juga digunakan
remaja putri sebagai upaya pencegahan kehamilan, yang kadang-kadang memang
tidak berhasil dan mengakibatkan kehamilan.
2.4 Penyakit Menular Seksual
Menurut Dianawati (2009), dengan semakin banyak mengetahui akibat yang
ditimbulkan dari perilaku seksual, para remaja diharapkan dapat menjaga dirinya dari
akibat-akibat tersebut. Selain itu, diharapkan akan muncul kesadaran bahwa apapun
yang dilakukan pasti akan menimbulkan dampak baik, negatif maupun positif,
tergantung dari perbuatan yang dilakukan. Membatasi diri terhadap pergaulan juga
sesuatu yang harus dipertimbangkan. Para remaja sebaiknya memegang teguh ajaran
agama dan norma yang sudah didapatkan dalam keluarga.
Salah satu akibat yang ditimbulkan dari perilaku seksual yang tidak sehat
adalah munculnya penyakit menular seksual (PMS). Penularan penyakit ini biasanya
terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang
yang sebelumnya telah terjangkiti salah satu jenis penyakit ini. Penyakit menular
seksual ini jelas berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-beda,
Untuk mengetahui lebih lanjut, di bawah ini akan dibahas beberapa jenis
penyakit menular seksual.
2.4.1 Gonorea
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini
adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain
itu, akan menyerang selaput lendir mulut kelamin, mata, anus, dan beberapa organ
tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini dinamakan gonococcus.
Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea)
adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih
mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh
lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran
kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan
gangguan reproduksi.
Pada perempuan, berjangkitnya penyakit ini akan terlihat setelah 5–20 hari
melakukan hubungan seksual. Tanda–tandanya tidak dapat terlihat, bahkan
perempuan tersebut tidak menyadari jika dirinya telah terjangkiti. Tiba–tiba dia akan
merasakan sakit di bawah bagian perut disertai demam. Kemudian dari vagina keluar
nanah. Jika penyakit ini belum sempat diobati dan dia mengalami kehamilan, bayi
yang ada dalam kandungannya dapat terancam kebutaan karena gonorea ini bisa
menjalar dan menyerang selaput lendir mata bayi. Selain itu penyakit ini juga dapat
Pada laki – laki, penyakit ini dapat terlihat setelah 3–7 hari melakukan
hubungan seksual. Gejala yang terlihat sebagai berikut :
a. Mengeluarkan nanah dan merasa sakit ketika kencing
b. Ujung kepala penis terlihat merah karena meradang
2.4.2 Sifilis
Sifilis dikenal juga dengan sebutan “raja singa”. Penyakit ini sangat
berbahaya. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan
barang-barang dari seseorang yang tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik).
Penyebab timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponema pallidum. Kuman
ini menyerang organ-organ penting tubuh lainnya, seperti selaput lendir, anus, bibir,
lidah dan mulut.
A. Tingkat I
a) Penularannya sudah terdeteksi sekitar 10-90 hari setelah melakukan
hubungan seksual
b) Gejala yang terlihat adalah adanya luka kecil bernanah disertai rasa sakit
yang amat sangat, selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
yang mengeras di sekitar luka, seperti di lipatan paha.
B. Tingkat II
a) Terjadi sekitar 40 hari setelah masuk pada tingkat I
b) Gejala yang terlihat adalah adanya luka-luka kecil berwarna merah di
Luka-luka ini timbul karena kuman telah menyebar melalui peredaran
darah
c) Gejala lainnya adalah keluhan sakit tenggorokan, pusing, lesu, nyeri otot,
terjadi kerontokan rambut, dan kulit kepala terasa gatal.
C. Tingkat III
a) Terjadi setelah 10-15 tahun kemudian
b) Gejalanya antara lain ditemukannya benjolan pada bagian tubuh yang
terserang, pada akhirnya benjolan tersebut melunak dan pecah sehingga
mengeluarkan cairan. Bagian tubuh yang terserang akan mengalami
kerusakan. Jika kuman mulai menyerang otak, orang yang terserang akan
mengalami gangguan kejiwaan atau gila. Jika yang diserang bagian
sumsum tulang belakang atau hati, niscaya orang tersebut akan mengalami
kelumpuhan, kemunduran kerja jantung, dan kerusakan jaringan susunan
syaraf, serta masih banyak lagi kerusakan-kerusakan lainnya. Begitu
seterusnya, karena kuman-kuman tadi dapat menyerang bagian tubuh
manapun tanpa memandang siapapun orangnya. Risiko yang paling fatal
adalah penyakit ini bisa mengakibatkan kematian.
c) Perempuan yang hamil bisa saja terserang penyakit ini, sehingga bayi
yang akan lahir mengalami kelumpuhan fisik dan mental, itupun jika
mereka dapat bertahan hidup. Biasanya, bayi-bayi ini akan meninggal
dalam kandungan jika kuman menyerang uterus. Kalaupun bisa lahir,
2.4.3 Herpes
Virus herpes terbagi atas 2 macam, yaitu herpes 1 dan herpes 2. Perbedaan
diantara keduanya adalah ke bagian mana virus tersebut menyerang. Herpes 1
menyerang dan menginfeksi bagian mulut dan bibir, sedangkan herpes 2 atau disebut
genital herpes menyerang dan menginfeksi bagian organ seksual (penis dan vagina).
Virus ini mengakibatkan munculnya luka-luka di permukaan kulit. Karenanya, gejala
yang terlihat pada penderita adalah adanya lepuhan pada kulit penis atau vagina yang
jika pecah mengeluarkan cairan bening dan terasa pedih. Setelah itu, luka ini ini
secara perlahan-lahan akan meninggalkan bekas luka. Jika tidak digaruk dan seiring
dengan berjalannya waktu, luka ini dapat sembuh dalam waktu 5-10 hari dari
kemunculannya.
Penularannya dimulai ketika luka-luka sudah terlihat. Luka-luka itu sendiri
mungkin terjadi selama 1-2 hari sebelum kelihatan, mungkin juga terjadi saat
penderita mulai merasakan pedih pada bagian yang akan terserang. Herpes cepat
sekali penularannya, yaitu melalui hubungan langsung antara bagian tubuh penderita
yang terkena infeksi dengan selaput lendir, termasuk kulit yang terluka, pada bagian
tubuh orang lain. Tentu saja penularan lainnya yang banyak terjadi adalah melalui
hubungan seksual. Herpes dapat juga ditularkan selama masa kehamilan dan
kelahiran. Mengingat risiko yang mungkin terjadi pada bayi dalam kandungan, para
2.4.4 Klamidia
Gejala yang yang banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah
keluarnya cairan dari vagina yang berwarna kuning, disertai rasa panas seperti
terbakar ketika kencing. Karena organisme dapat menetap selama bertahun-tahun
dalam tubuh seseorang, ia juga akan merusak organ reproduksi penderita dengan atau
tanpa merasakan gejala apapun.
Sesuai dengan laporan dari Institute Kinsey pada tahun 2010, kini penyakit ini
menjadi infeksi bakteri yang paling banyak ditularkan melalui hubungan seksual di
Amerika (Dianawati, 2009). Masih menurut laporan tersebut, diperkirakan paling
sedikit ada 4 juta kasus setiap tahunnya yang melibatkan orang Amerika.
2.4.5 Chancroid
Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan
menyebabkan luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar ke
daerah pubis dan kelamin. Luka ini menyerang melalui 2 cara, sebagai berikut :
a. Cara 1
Luka ini akan berlubang di dalam kulit. Pada laki-laki, menyerang melalui
penis menuju ke saluran kencing, selanjutnya air kencing tidak akan dapat terkendali.
b. Cara 2
Luka akan menyebar ke permukaan kulit menutupi bagian perut, pinngang,
2.4.6 Granuloma Inguinale
Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian
yang terserang biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan
berubah membentuk jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tak sedap.
Selanjutnya akan terjadi pembesaran yang bersifat permanen atau terlihat sesekali
pada penis, klitoris dan kantung pelir. Kemudian, jika penderita mempunyai daya
tahan, sebagian bawah tubuhnya mengalami pembengkakan. Penderita bisa
kehilangan berat badan, kemudian meninggal dunia.
Penyakit ini tidak memperlihatkan gejala-gejala awal, sehingga penderita
tidak mengetahui bahwa dirinya telah tertular. Hal ini mengakibatkan si penderita
menunda pengobatannya. Memasuki masa 3 bulan, barulah terlihat adanya infeksi
yang sangat berbahaya dan dapat ditularkan kepada orang lain.
2.4.7 AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;atau
infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan
lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat
HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV
dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air
susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun
oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan
tubuh tersebut.
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat
infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh
unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati
pada penderita AIDS. HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam,
berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa
lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien
AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah
geografis tempat hidup pasien.
2.4.8 Trichomonas Infection
Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang menyerang vagina perempuan
dan menyebabkan terjadinya infeksi dengan mengeluarkan cairan busa disertai
adanya hubungan seksual. Biasanya penyakit ini bersifat menipu, artinya sebagian
perempuan tidak merasakan gejala-gejala adanya penyakit yang menyerang dirinya
tersebut, bahkan tidak mengetahuinya sama sekali.
2.4.9 Veneral Warts
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang alat kelamin seseorang.
Pada laki-laki, virus ini menyerang kepala penis. Pada perempuan, virus ini biasanya
menyerang bibir vagina dan daerah sekitar anus (perineum). Virus-virus ini
menyerupai kutil, cara pengobatannya harus ke dokter. Tindakan selanjutnya yang
biasa dilakukan adalah dengan mengangkatnya melalui pembedahan atau
menggunakan laser.
Hadi (2008), menyampaikan bahwa adapun faktor–faktor yang dianggap
berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, meliputi :
1. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja ialah
meliputi pengaruh yang berasal dari dalam diri sendiri kemudian bagaimana
seseorang mengekspresikan perasaan, keinginan, dan pendapat mengenai berbagai
macam masalah. Selain itu, menentukan pilihan ataupun mengambil keputusan bukan
merupakan hal yang mudah. Dalam memutuskan sesuatu, seseorang harus memiliki
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seksual remaja contohnya ialah
kemampuan orang tua mendidik seorang anak akan mempengaruhi pemahaman anak
tersebut mengenai suatu hal, terutama masalah seks. Kemudian peranan agama dalam
hal ini juga sangat penting, yaitu dapat memberikan pengajaran mengenai mana yang
baik dan mana yang buruk. Pemahaman terhadap apa yang diajarkan agama akan
mempengaruhi perilaku remaja.
Remaja memiliki kecenderungan menghabiskan waktu bersama teman
sebayanya sehingga tingkah laku dan nilai–nilai yang mereka pegang banyak
dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan. Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi
perilaku seksual remaja ialah teknologi informasi yang semakin berkembang
memudahkan remaja untuk mengakses informasi (khususnya mengenai seksual)
setiap saat.
Sarwono (2007) berpendapat bahwa perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh
hal- hal sebagai berikut :
a) Perubahan–perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja.
Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran
dalam bentuk tingkah laku tertentu.
b) Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan
usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang–undang
semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan
(pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain–lain)
c) Norma–norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk
melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak
dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal–hal
tersebut.
d) Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran
informasi dan rangsangan melalui media massa yang dengan teknologi yang
canggih (cth: VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain–lain)
menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu
dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa,
karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual
secara lengkap dari orangtuanya
e) Orangtuanya sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya
yang masih mentabukan pembicaraan seks dengan anak, menjadikan mereka
tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak
dalam masalah ini.
f) Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam
masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita,
sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria.
Penelitian tentang perilaku seksual juga pernah dilaksanakan di luar negeri
kemudian mengkategorikan perilaku seks menjadi petting (saling
menggesek-gesekkan alat kelamin), sexual intercourse (hubungan seksual), dan oral-genital sex
(seks oral-genital). Dari penelitian itu juga didapatkan bahwa petting merupakan
perilaku seksual yang paling banyak dapat diterima oleh subjek, kemudian hubungan
seksual dan seks oral.
2.5Alasan Remaja Melakukan Hubungan Seksual Pranikah
Menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan hubungan seksual di luar
nikah ini terbagi dalam beberapa faktor, yaitu :1. Tekanan yang datang dari teman
pergaulannya; 2. Adanya tekanan dari pacarnya; 3. Adanya kebutuhan badaniah; 4.
Rasa penasaran; 5. Pelampiasan Diri (Dianawati, 2009).
Dianawati (2009) selanjutnya menyatakan alasan seorang remaja melakukan
hubungan seksual sebelum menikah adalah 1. Membuktikan bahwa mereka saling
mencintai; 2. Takut hubungan akan berakhir; 3. Rasa ingin tahu tentang seks; 4.
Kepercayaan bahwa setiap orang atau banyak orang melakukan hubungan seksual; 5.
Hubungan seksual itu menyenangkan; 6. Sama-sama suka (dengan pacar atau pekerja
seks komersial);7. Pacar mengatakan bahwa hal itu tidak akan apa-apa.
Berdasarkan alasan yang sudah diuraikan di atas Dianawati (2009)
menyimpulkan secara umum bahwa alasan mengapa individu mau menuruti
keinginan pacarnya untuk berhubungan seksual, antara lain sebagai bukti cinta dan
sangat mencintai pacar, agar menjadi miliknya sepenuhnya, dorongan seks, ingin
terpengaruh budaya atau gaya hidup bebas, terlanjur sayang dengan pacar, dan tidak
sadar sepenuhnya. Bersenggama atau melakukan hubungan seksual untuk pertama
kalinya, lanjut Dianawati (2009) tidak selalu diawali dengan permintaan lisan tetapi
dengan stimulasi atau rangsangan langsung yang merupakan bagian dari perilaku
seksual terhadap pasangan. Pasangan yang awalnya menolak pada akhirnya bersedia
dan menjadi mau melakukannya karena berada dalam keadaan terangsang. Pada
masa pacaran terdapat berbagai perilaku yang ditampilkan oleh para remaja untuk
menunjukkan rasa cinta masing-masing, baik dalam tingkah laku yang sangat banyak
berkorban dalam hal apapun untuk memenuhi keinginan pasangan mereka dalam
perkataan maupun tindakan, termasuk di dalamnya melakukan aktivitas seksual.
Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan insting
alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon. Remaja yang
sedang dalam tahap perkembangan, pertumbuhan dan perkembangan merupakan
proses yang saling terkait, berkesinambungan dan berlangsung secara bertahap;
dimana perubahan-perubahan di dalam diri remaja akan diintegrasikan sedemikian
rupa, sehingga remaja tersebut dapat berespons dengan baik dalam menghadapi
rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Yang paling menonjol dalam tumbuh
kembang remaja adalah perubahan fisik, alat reproduksi, kognitif, dan psikososial.
Pematangan fungsi seksual pada wanita ditandai dengan datangnya
menstruasi, penimbunan lemak yang membuat buah dada membesar dan sebagainya.
Kondisi remaja akibat perkembangan seksual tersebut telah mendorong remaja untuk
remaja bila faktor lingkungan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) kurang mau
memahami dan mengerti keadaan seksual yang dihadapi remaja, ia akan menjadi
manusia yang bersikap tertutup terhadap masalah seksual dan kemungkinan akan
melakukan tindakan penyimpangan seksual.
Perubahan fisik dan psikologis remaja disebabkan oleh adanya perubahan
hormonal. Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang dikontrol oleh susunan
saraf pusat, khususnya di hipotalamus. Beberapa jenis hormon pertumbuhan (growth
hormone), hormon gonadotropik, estrogen, progesteron, serta testosterone. Oleh
karena itu dalam hubungan seks bukan hanya alat kelamin dan daerah erogen (mudah
terangsang), yang ikut berperan tetapi juga psikologis dan emosi. Hubungan seksual
yang dianggap normal adalah hubungan hetereksual dikaitkan dengan norma, agama,
kebudayaan, dan pengetahuan manusia yang harmonis dibarengi dengan rasa cinta.
2.6Cara-cara yang Biasa Dilakukan Remaja dalam Menyalurkan Dorongan Seksual Pranikah
Cara-cara yang biasa dilakukan remaja dalam menyalurkan dorongan seksual
pranikah yaitu : bergaul dengan lawan jenis, berdandan agar menarik perhatian lawan
jenis, berkhayal atau berfantasi tentang seksual, mengobrol tentang seks, menonton
film pornografi, melakukan hubungan seks non penitrasi (berpegangan tangan,
berpelukan, berciuman pipi/bibir), cara-cara tersebut ada yang sehat dan ada juga
2.7 Pacaran
Pacaran atau dating adalah interaksi heteroseksual yang didasari rasa cinta,
kasih dan sayang serta saling memberi dan melengkapi pasangannya. Budaya pacaran
sudah menjadi kecenderungan pergaulan remaja yang juga mendominasi perilaku
seksual remaja saat ini. Pacaran dianggap sebagai jati diri pergaulan dan identitas
kedewasaan, meskipun pada kenyataannya banyak aktivitas yang menjurus pada
perilaku seks tidak aman. Pacaran biasanya terjadi di awal pubertas. Perubahan
hormon dan fisik membuat seseorang mulai tertarik pada lawan jenis. Proses sayang
–sayangan dua manusia lawan jenis tersebut merupakan proses mengenal dan
memahami lawan jenisnya dan belajar membina hubungan dengan lawan jenis
sebagai persiapan sebelum menikah untuk menghindari ketidakcocokan dan
permasalahan pada saat sudah menikah. Masing–masing pasangan berusaha
mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, serta reaksi–reaksi terhadap berbagai
masalah maupun peristiwa (Narendra, 2008).
Pacaran merupakan kenangan yang sangat mengesankan bagi remaja pada
kehidupannya yang mendatang. Dalam masyarakat kita, pacaran memberikan
kesempatan bagi remaja untuk meningkatkan kemampuan sosial dan interpersonal
mereka. Pacaran juga mempersiapkan remaja untuk memilih pasangan hidup. Pada
beberapa remaja pacaran juga dimanfaatkan untuk melakukan percobaan aktivitas
seksual. Pacaran merupakan kelanjutan dari perkenalan dan diteruskan dengan
hubungan individu terhadap lawan jenis. Jadi di dalam pacaran ini laki-laki dan
belakang watak, sifat, pendidikan, dan lain-lainnya. Pacaran ini melebihi hubungan
sekadar teman, atau teman dekat, namun ini adalah teman paling dekat
(Saumiman, 2005).
Pacaran juga seringkali dianggap sebagai pintu masuk hubungan yang lebih
dalam lagi, yaitu melakukan berbagai aktivitas perilaku seksual seperti touching,
kissing, necking, petting hingga sexual intercourse sebagai wujud kedekatan antara
dua orang yang sedang jatuh cinta. Susan Sprecher dan Kathlen McKiney dalam buku
Sexuality (2010) menjelaskan tahap-tahap dalam pacaran :
1. First Seeing (Pandangan Pertama)
Sebelum terjadinya suatu hubungan di antara dua orang, pada awalnya
masing-masing saling menyadari keberadaannya. Kesadaran ini mungkin terjadi
beberapa detik, hari, minggu maupun bulan sebelum interaksi secara tatap muka pada
pertama kali. Dua orang mungkin saling menyadari dalam waktu yang bersamaan,
tetapi dapat juga hanya satu pihak yang menyadari.
Murstein (2010), menyatakan situasi dimana kesadaran pertama kali terjadi
mungkin dapat mempengaruhi bagaimana keberlanjutan suatu hubungan ke tahap
first meeting dengan cepat dan mudah, membedakan antara tempat terbuka dan
tertutup sebagai kondisi dimana suatu hubungan dimulai. Tempat yang tertutup
ditandai dengan kehadiran sedikit orang dimana semuanya memiliki kemungkinan
untuk berinteraksi.
Pada tempat yang tertutup, kesadaran dan interaksi di antara anggota terjamin,
contoh adalah tempat umum seperti mall, bar. Kesadaran pertama bisa saja terjadi
pada tempat terbuka, tetapi pertemuan dengan bertatap muka mungkin tidak terjadi
sampai beberapa waktu kemudian. Hal tersebut dikarenakan tempat yang terbuka
tidak memiliki interaksi yang terstruktur di antara semua anggota, dimana orang perlu
untuk merencanakan bagaimana mereka akan bertemu seseorang yang mereka
perhatikan.
1. First Meeting (Pertemuan Pertama)
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian Berger tentang awal suatu
hubungan, orang menggunakan tiga cara untuk bertemu orang lain dalam tempat yang
terbuka. Cara pertama adalah memperkenalkan diri mereka, yang diawali dengan
observasi, saling berpandangan atau memperhatikan apa adanya. Cara kedua adalah
dengan memberikan isyarat non verbal, dan menunggu orang lain untuk
memperkenalkan diri.
2. First Dating (Kencan Pertama)
Banyak hal yang dapat menghalangi kencan pertama, seperti malu, cemas akan
penolakan, dan norma peran seks tradisional yang menyatakan bahwa perempuan
tidak layak untuk memulai suatu hubungan. Tetapi untuk sebagian orang, keinginan
yang kuat untuk memulai suatu hubungan dapat mengatasi penghalang yang mereka
hadapi. Baik laki-laki maupun perempuan berperan dalam terjadinya kencan pertama,
walaupun dalam cara yang berbeda. Namun laki-laki tetap mendominasi sampai pada