• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kualitatif Perilaku Seksual Remaja Di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Kualitatif Perilaku Seksual Remaja Di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2012"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KUALITATIF PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2012

TESIS

OLEH

BETSEBA BR SEBAYANG 107032188/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STUDI KUALITATIF PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2012

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

BETSEBA BR SEBAYANG 107032188/IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : STUDI KUALITATIF PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2012

Nama Mahasiswa : Betseba Br Sebayang Nomor Induk Mahasiswa : 107032188

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Fikarwin Zuska)

Ketua Anggota

(dr. Yusniwarti Yusad, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 9 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Fikarwin Zuska

Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si

(5)

PERNYATAAN

STUDI KUALITATIF PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2012

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2012

(6)

ABSTRAK

Darussalam merupakan salah satu wilayah kerja Kecamatan Medan Petisah. Peneliti memiliki lokasi tersebut menjadi daerah penelitian karena lokasi tersebut memudahkan peneliti untuk menggali informasi dari para pelaku seks pranikah yang memang berdomisili di daerah tersebut. Masa-masa awal berpacaran pasti sangat indah. Adapun dilakukan untuk membuat pasangan atau pacar kita senang dan ceria tanpa tahu hal sebenarnya terjadi. Masalah terbesar remaja adalah seksualitas. Mulai dari masalah pacaran, perilaku seks, body image dan mitos-mitos seks.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku seksual remaja berpacaran dan masa-masa pelaku melakukan hubungan seksual dengan metode wawancara mendalam dan observasi partisipan. Adapun informan dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari 4 pasang remaja mudah belia dengan kasus, latar belakang dan kisah kasih yang berbeda. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam dan observasi partisipan.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pacaran adalah pintu gerbang melakukan hubungan seksual. Kasih sayang yang menjadi salah satu faktor dalam berpacaran. Kasih sayang dan perlindungan yang didapatkan dari sang pacar dibayar dengan melakukan hubungan seksual. Pada kasus berpacaran ini, kebaikan dan perlindungan ditukar dengan vagina (hubungan seksual).

Diharapkan remaja dapat menjaga dirinya dari rayuan-rayuan dan sentuhan-sentuhan hangat untuk melakukan hubungan seksual, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan self control. Pendekatan eksternal terhadap pengusaha dan instansi terkait lainnya dalam mendirikan usaha (hotel, tempat-tempat rekreasi lainnya) agar dapat mempertimbangkan moral dan agama agar remaja tidak terjerumus ke hal-hal yang merusak masa depannya. Orangtua hendaknya lebih memberikan perhatian kepada putra dan putrinya dan terus-terusan mengawasinya.

(7)

ABSTRACT

Darussalam is one of the working areas of Puskesmas Medan Petisah. The researcher chose this area as her research location because it enabled her to dig information from those who have done premarital sexual intercourse living in that area. The early days of dating were very beautiful. Anything was done to make our partner happy without knowing what has really happened. Therefore, the biggest problem in the teenagers is sexuality commencing from the problems of dating, sexual behavior, body image and sexual myths.

The purpose of this qualitative study was to find out the sexual behavior of dating teenagers and the reasons why they did sexual intercourse. The respondents for this study were 4 (four) pairs of very young teenagers with different cases, background and love stories. The data for this study were obtained through observation, participant observation and in-depth interviews.

The result of this study showed that dating is the gate to have sexual intercourse. Affection is one of the factors in dating. Affection and protection obtained from their boy friend is paid by having sexual intercourse. In this case, kindness and protection is traded with vagina (having sexual intercourse).

The teenagers are expected to be able to protect themselves from the seduction and warm touches inviting to have sexual intercourse by increasing self-control. Doing external approach to the businessmen and other related agencies by asking them to consider morality and religion when establishing hotels or other kinds of recreational places that the teenagers can be prevented from doing something that will destroy their future. Parents must pay more attention and keep controlling their teenage children.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas

berkat-Nya lah maka tesis ini bisa selesai tepat pada waktunya, adapun tesis ini

berjudul “Studi Kualitatif Perilaku Seksual Remaja di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2012”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan

Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, saya mendapat bantuan, dorongan, dan bimbingan

dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih

dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H. M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan

pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(9)

4. Dr. Fikarwin Zuska selaku ketua pembimbing I yang telah banyak memberi

waktu, pikiran, dalam membimbing dan mengarahkan saya selama penyusunan

dan pembuatan tesis ini tanpa ada rasa bosan, kesabaran ekstra tinggi,

pengertian serta ekspresi wajah yang menarik.

Aku Sayang Daddy so Much

.

5. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan

waktu dan pemikiran demi tesis ini.

6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku penguji I yang telah memberikan

meluangkan waktu dan pemikiran selama perbaikan tesis ini.

7. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku penguji II yang telah banyak

memberikan masukan dalam pembuatan tesis ini dengan penuh kebaikan dan

kesabaran.

8. Camat Medan Petisah yang telah memberikan izin kepada peneliti selama

mengadakan penelitian

9. Kepala Lingkungan Gg. Turi I Darussalam Kecamatan Medan Petisah

10. Orang tua tersayang Ayahanda T. Sebayang, BA dan Ibunda A. Silaban, STh

dan adik-adik saya dr. Michiko Fransiska Sebayang, Robby Asta Sebayang,

Melky Putra Nugraha Sebayang yang telah memberikan doa dan dukungan baik

dari segi moril maupun materil selama mengikuti pendidikan

11. Dalam penelitian saya ini dengan pertimbangan etika, nama, alamat dan

identitas pelaku saya samarkan untuk melindungi pelaku dari bermacam-macam

(10)

Saya menyadari bahwa penulisan ini mempunyai kekurangan. Untuk itu, saya

menerima kritik dan saran guna penyempurnaan tesis ini. Untuk semua saran dan

kritik yang disampaikan demi perbaikan tesis ini saya ucapkan terima kasih.

Akhirnya, saya mohon maaf yang setulusnya kepada semua pihak jika ditemui

kekurangan selama saya mengikuti pendidikan dan penelitian berlangsung. Semoga

Tuhan Yang Maha Kuasa yang membalas semua kebaikan yang diberikan kepada

saya dengan berlipat-lipat ganda. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2012 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Saya bernama Betseba Br. Sebayang, dilahirkan di Kabanjahe Kabupaten

Karo pada tanggal 21 September 1986, anak 1 dari 4 bersaudara, beragama Kristen

Protestan dengan alamat di Darussalam Gg. Turi 1 No. 2 Kecamatan Medan Petisah.

Saya menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri No. 040515

Tigajumpa Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo tahun 1992– 1998, tahun 1998–

2001 menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Barus

Jahe tahun 2001 – 2004 menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum

(SMU) Negeri 1 Berastagi, tahun 2004 – 2007 menamatkan pendidikan di Akademi

Kebidanan Politeknik Kesehatan Medan, tahun 2008-2010 menamatkan Pendidikan

di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Prima Medan, kemudian tahun

2010 mendaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

Tahun 2007 sampai dengan sekarang bekerja di Rumah Sakit Umum Vina Estetica

(12)

DAFTAR ISI

2.1.2 Perkembangan Seksualitas Remaja ... 13

2.2. Kehamilan ... 15

2.5 Alasan Remaja Melakukan Hubungan Seksual Pranikah ... 32

2.6. Cara-cara yang Biasa Dilakukan Remaja dalam Menyalurkan Dorongan Seksual Pranikah ... 34

2.7 Pacaran ... 35

2.8 Faktor-faktor yang Memengaruhi Remaja Pacaran Melakukan Hubungan Seksual Pranikah ... 40

2.8.1 Umur ... 41

2.8.2 Agama ... 42

2.8.3 Pengalaman Pacaran (Hubungan Afeksi) ... 42

(13)

2.8.5 Jenis Kelamin ... 44

5.2.b.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kontrol Diri ... 106

5.3.c Lingkungan Keluarga ... 106

5.4.d Adanya Kesempatan ... 112

5.5.e Kurangnya Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi ... 113

5.2 Pacaran dan Kesehatan Reproduksi ... 113

(14)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

6.1 Kesimpulan ... 122

6.2 Saran ... 126

(15)

ABSTRAK

Darussalam merupakan salah satu wilayah kerja Kecamatan Medan Petisah. Peneliti memiliki lokasi tersebut menjadi daerah penelitian karena lokasi tersebut memudahkan peneliti untuk menggali informasi dari para pelaku seks pranikah yang memang berdomisili di daerah tersebut. Masa-masa awal berpacaran pasti sangat indah. Adapun dilakukan untuk membuat pasangan atau pacar kita senang dan ceria tanpa tahu hal sebenarnya terjadi. Masalah terbesar remaja adalah seksualitas. Mulai dari masalah pacaran, perilaku seks, body image dan mitos-mitos seks.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku seksual remaja berpacaran dan masa-masa pelaku melakukan hubungan seksual dengan metode wawancara mendalam dan observasi partisipan. Adapun informan dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari 4 pasang remaja mudah belia dengan kasus, latar belakang dan kisah kasih yang berbeda. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam dan observasi partisipan.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pacaran adalah pintu gerbang melakukan hubungan seksual. Kasih sayang yang menjadi salah satu faktor dalam berpacaran. Kasih sayang dan perlindungan yang didapatkan dari sang pacar dibayar dengan melakukan hubungan seksual. Pada kasus berpacaran ini, kebaikan dan perlindungan ditukar dengan vagina (hubungan seksual).

Diharapkan remaja dapat menjaga dirinya dari rayuan-rayuan dan sentuhan-sentuhan hangat untuk melakukan hubungan seksual, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan self control. Pendekatan eksternal terhadap pengusaha dan instansi terkait lainnya dalam mendirikan usaha (hotel, tempat-tempat rekreasi lainnya) agar dapat mempertimbangkan moral dan agama agar remaja tidak terjerumus ke hal-hal yang merusak masa depannya. Orangtua hendaknya lebih memberikan perhatian kepada putra dan putrinya dan terus-terusan mengawasinya.

(16)

ABSTRACT

Darussalam is one of the working areas of Puskesmas Medan Petisah. The researcher chose this area as her research location because it enabled her to dig information from those who have done premarital sexual intercourse living in that area. The early days of dating were very beautiful. Anything was done to make our partner happy without knowing what has really happened. Therefore, the biggest problem in the teenagers is sexuality commencing from the problems of dating, sexual behavior, body image and sexual myths.

The purpose of this qualitative study was to find out the sexual behavior of dating teenagers and the reasons why they did sexual intercourse. The respondents for this study were 4 (four) pairs of very young teenagers with different cases, background and love stories. The data for this study were obtained through observation, participant observation and in-depth interviews.

The result of this study showed that dating is the gate to have sexual intercourse. Affection is one of the factors in dating. Affection and protection obtained from their boy friend is paid by having sexual intercourse. In this case, kindness and protection is traded with vagina (having sexual intercourse).

The teenagers are expected to be able to protect themselves from the seduction and warm touches inviting to have sexual intercourse by increasing self-control. Doing external approach to the businessmen and other related agencies by asking them to consider morality and religion when establishing hotels or other kinds of recreational places that the teenagers can be prevented from doing something that will destroy their future. Parents must pay more attention and keep controlling their teenage children.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa-masa awal berpacaran pasti sangat indah. Apapun dilakukan untuk

membuat pasangan atau pacar kita senang dan ceria tanpa tahu hal sebenarnya terjadi.

Akan tetapi lain ceritanya jika dalam waktu yang sudah lama berpacaran apakah hal

yang indah-indah sering terjadi atau malah sebaliknya banyak terjadi pertengkaran

dan juga kesalahpahaman. Memang bagi sebagian dari orang-orang yang berpacaran

terlalu lama atau bahkan melebihi 5 sampai 10 tahun itu akan ada rasa bosan atau

malah sudah biasa saja, akan tetapi tidak sedikit yang masih mempertahankan

keharmonisan dan rasa kasih sayangnya tidak berubah dari awal, itu tergantung dari

pasangannya.

Fakta menunjukan sekitar 80% orang yang berpacaran itu tidak berlangsung

ke jenjang pernikahan apa lagi usia dari pasangan tersebut masih sama-sama muda

dan mungkin masih ingin mencari yang terbaik, memiliki komitmen yang dijalankan

seperti, “kita jalanin dulu aja yang sekarang” ungkapan itu sudah pasti sangat sering

terdengar. Tingkat kedewasaan dan juga rasa pengertian dan menghormati serta

kejujuran memang mutlak menjadi faktor kelanggengan dalam membina hubungan

disamping faktor lainnya (Rokan, 2007).

Masa remaja adalah masa dimana seseorang harus menghadapi

(18)

melepaskan diri dari ketergantungan sebagai anak, tapi di sisi lain belum berhasil

membuktikan kemampuan mandiri sebagai orang dewasa. Masalah perilaku seksual

paling sering terjadi pada kelompok usia remaja. Salah satu penyebab timbulnya

masalah ini adalah adanya perubahan organobiologik akibat pematangan organ-prgan

reproduksi (Christina, 2009).

Penelitian Sahabat Remaja (2011) memperlihatkan bahwa masalah terbesar

remaja adalah seksualitas. Mulai dari masalah pacaran, perilaku seks, body image,

dan mitos-mitos seks. Di masa remaja inilah ketika fungsi organ reproduksi dan

sistem hormon mulai bekerja, secara alamiah remaja menjadi sangat ingin tahu

tentang seks. Jarang sekali remaja melibatkan orang tua atau guru untuk

mendiskusikan masalah seksualitas yang lebih dalam. Disinilah pentingnya peran

orang tua bagi para remaja. Hal ini untuk membantu mengurangi kecemasan remaja

ketika menghadapi kematangan seksual serta sebagai penyalur pengetahuan seks bagi

mereka. Perilaku seksual remaja sekarang sangat mengkhawatirkan, karena dari gaya

berpacaran mereka yang terkadang sudah tidak mengindahkan norma-norma yang

berlaku. Karena melalui gaya berpacaran yang tidak sehat itu mereka menghalalkan

untuk berhubungan seks diluar nikah.

Ada kesan pada remaja, seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaan, yang

serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan. Berkembang pula opini seks

adalah sesuatu yang enak dan wajib dilakukan untuk menjaga kelanggengan dengan

sang pacar. Terlebih lagi ketika para remaja telah berada pada lingkungan pergaulan

(19)

remaja yang dijadikan sample penelitian tentang perilaku seks bebas, mengaku telah

melakukan hubungan seks tanpa nikah/seks bebas. (National Abortion Federation,

dalam

Prambang (SIB 2011) dalam rubrik Seks Bebas Remaja, memuat data data

sejumlah penelitian antara lain :

1. Kantor Berita Antara menulis, ”85 Persen Remaja 15 Tahun Berhubungan Seks”

2. Warta Kota (11/2/2010) memberi judul, ”Separo Siswa Cianjur Ngesek”.

3. Harian Republika terbitan 21 September 2011 menulis ”Hampir 50 persen remaja

perempuan Indonesia melakukan hubungan seks di luar nikah.”

4. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) melakukan survey

menyatakan pula bahwa sebanyak 85% remaja berusia 13-15 tahun mengaku

telah berhubungan seks dengan pacar mereka. Penelitian pada 2011 itu dilakukan

terhadap 2.488 responden di Tasikmalaya, Cirebon,Singkawang, Palembang, dan

Kupang.

5. Direktur Eksekutif PKBI, Inne Silviane, hubungan seks itu dilakukan dirumah

sendiri, rumah tempat mereka berlindung. Sebanyak 50% dari remaja itu

mengaku menonton media pornografi. Dari penelitian itu pula diketahui, 52 %

yang memahami bagaimana kehamilan bisa terjadi.

6. Penelitian lain dilakukan Annisa Foundation, diberitakan, 48% pelajar SMP dan

SMA di Cianjur telah melakukan hubungan seksual. Menurut pengakuan mereka,

hubungan seks itu dilakukan suka sama suka, dan bahkan ada yang berganti-ganti

(20)

2010 terhadap 412 responden, yang berasal dari 13 SMP dan SMA negeri serta

swasta.

7. Laila Sukmadewi, Direktur Eksekutif AF, mengatakan hubungan seks diluar

nikah itu umumnya dilakukan responden karena suka sama suka. Hanya sekitar 9

% dengan alasan ekonomi. ”Jadi, bukan alasan ekonomi. Yang lebih

memprihatinkan, sebanyak 90% menyatakan paham nilai-nilai agama, dan

mereka tahu itu dosa,” ujar Laila.

Ada beberapa alasan remaja ingin memiliki pacar. Berikut adalah yang dapat

kita simak : Mengikuti perkembangan zaman, sebagai teman kencan, untuk

membuktikan bahwa dia cantik/ganteng, agar dia tidak kesepian. Survei Komisi

Perlindungan Anak (KPA) dalam Kompas 2012 terhadap 4.500 remaja di 12 kota

besar mengungkap, 97% remaja pernah menonton atau mengakses pornografi, 93%

pernah berciuman bibir. Sedangkan 62,7% pernah berhubungan badan dan 21%

remaja telah melakukan aborsi. Data tersebut cukup menjadi alasan kuat bagi semua

pihak untuk mencemaskan masa depan putra-putri yang tengah beranjak dewasa ini.

Menurut data BKKBN dalam

2012, 60% remaja di Jabodetabek telah melakukan hubungan layaknya suami istri.

Selain di Jabodetabek, di wilayah lain seperti Surabaya mencapai 50%, di Medan

75% , Yogyakarta 80%, dan Bandung 90%. Data tersebut menunjukkan bahwa gaya

pacaran remaja sekarang sudah menyimpang jauh dari makna dan hakekat pacaran itu

sendiri. Berita bahwa pergaulan anak baru gede (ABG) zaman sekarang ini, demikian

(21)

anak-anak mereka. Bila kita sempat menyaksikan video mesum mereka yang ada di

youtube, mereka bukan hanya lihai berciuman, namun juga berhubungan seks di luar

nikah. Malah anak SMP pun diketahui sudah mahir melakukannya. Mereka

terjerumus dalam kehidupan seks yang bebas, yang berbahaya dan merugikan masa

depan mereka. Di rumah, sikap remaja tampak sangat baik dan penurut. Namun

ternyata di luar sana, siapa menduga bahwa mereka sudah terlalu jauh melangkah di

luar batas norma kesusilaan. Pacaran seperti suami-istri, kalau tidak ML (making

love) dianggap ketinggalan zaman. Seks dalam pacaran menjadi trend yang lazim

berlaku sekarang. Begitu mudahnya remaja mengakses pornografi, baik lewat DVD,

BBM, situs porno, serta game online, membuat terperangkap dalam candu seks.

Luther (2011), menulis bahwa melakukan seks pranikah menjadi fenomena

menggiurkan bagi gaya hidup remaja sekarang. Apalagi budaya permisif tampaknya

melegalkan perilaku seks pranikah. Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan

hubungan seks bebas semakin meningkat dari sekitar 20% pada tahun 2007-2011

menjadi 80%. Sekian banyak masalah seputar perilaku remaja yang dinilai

menyimpang tersebut, ada dua pertanyaan mendasar yang perlu segera dijawab, yaitu

apa penyebab perilaku seksual pranikah dan bagaimana cara mengatasinya.

Mardiya (2011) menyatakan bahwa masalah paling krusial yang berkaitan

dengan seksualitas remaja adalah masih banyaknya kasus kehamilan remaja yang

disebabkan karena kurang hati hatinya remaja selama menjalani masa pacaran.

Mereka umumnya melakukan pacaran secara tidak sehat. Artinya, masa pacaran tidak

(22)

pikir dan kepribadiannya. Tetapi justru digunakan untuk hal-hal yang berbau seks dan

membangkitkan birahi.

Pacaran bagi remaja sebenarnya merupakan hal yang lumrah, apalagi masa

remaja adalah masa di mana seseorang memiliki rasa ketertarikan yang kuat terhadap

lawan jenis. Sayangnya, gaya pacaran remaja di zaman sekarang telah mengarah pada

perilaku yang diluar batas, disinilah mulai muncul masa pacaran yang didalamnya

terkait perilaku seks untuk mengisi waktu senggang mereka, dan tidak menutup

kemungkinan untuk melakukan hubungan seks yang tidak semestinya mereka

lakukan.

Mulainya berbagai adegan yang mengarah pada urusan seksual ini tidak lepas

dari aktivitas pacaran dini. Banyak remaja Indonesia sudah melakukan pacaran kala

usia mereka 12 tahun. Usia ini adalah usia rata-rata remaja saat ini dalam melakukan

pacaran.

Menurut survey kesehatan reproduksi yang dilakukan BKKBN, usia tersebut

jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan 10 tahun lalu. Anak kelas enam SD

saat ini, sudah tidak segan lagi memadu kasih.Gawatnya lagi, perilaku tidak senonoh

dilakukan para remaja yang berpacaran ini kala mereka bertemu. Sekitar 92%

remaja yang berpacaran, saling berpegangan tangan. Ada 82% yang saling Seks bebas ini membuat angka penderita HIV/AIDS di kalangan remaja

meningkat tajam. Ada peningkatan 700 persen dari jumlah antara tahun 2004 hingga

2010, dari awalnya 154 kasus menjadi 1.119 kasus. Diperkirakan, penyebab utama

remaja mengenal pornografi adalah dari tv, internet, dan kebebasan berlebihan yang

(23)

berciuman. 63% remaja yang berpacaran, tidak malu untuk saling meraba

(petting)

Hubungan seksual merupakan tindakan hubungan badan antara laki-laki dan

perempuan. Kontak badan antara yang berlawanan jenis bisa menimbulkan gairah

seksual. Aktifitas seksual pada dasarnya adalah bagian dari naluri yang

pemenuhannya sangat dipengaruhi stimulus dari luar tubuh manusia dan alam

berfikirnya. Seksualitas seseorang atau individu dipengaruhi oleh banyak aspek

dalam kehidupan, termasuk didalamnya kenyamanan, imbalan, tekanan dari dalam

keluarga, self control, ekspresi emosi, perasaan.

bagian tubuh kekasih mereka yang seharusnya tabu untuk dilakukan. Ada

perbedaan gaya pacaran remaja sekarang dengan dulu. Remaja saat ini lebih permisif

untuk melakukan apa pun demi “cinta”. Semua aktivitas itu yang akhirnya

memengaruhi niat untuk melakukan seks lebih jauh.

Pada masa remaja alat kelamin sekunder telah matang, sehingga terjadi

perubahan fisik dan emosi. Hal ini termasuk kedalam teori perkembangan psikologi

yang alami terjadi pada setiap individu ketika beranjak menuju tingkat kedewasaan

maka tanda-tanda fisik seperti karakter seks pada usia remaja baik yang primer

maupun yang sekunder ikut berubah, begitu juga dengan tanda-tanda psikis yang ikut

berubah seperti berkembangnya rasa ingin tahu terutama yang berhubungan dengan

seks. Seksualitas pada masa remaja inilah yang sedang memuncak. Dan seringkali

tindakan yang dilakukan remaja tidak dapat dikendalikan (self control)

(24)

Muhammad (2010) menyatakan, bagi yang sudah ‘pintar’, mereka akan

mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, mereka menggunakan

kondom yang sekarang dijual bebas di pasaran. Orang tua perlu juga melakukan

pemeriksaan di kamar, tas dan dompet remajanya. Hal ini untuk memastikan bahwa

anak-anak kita tidak memiliki barang-barang terlarang seperti kondom, DVD porno

dan barang-barang lain yang tidak pernah kita berikan kepada mereka. Penjualan

kondom secara bebas, membuat siapapun, termasuk remaja dapat membelinya kapan

saja saat dibutuhkan. Tidak butuh batasan usia dan alasan yang tepat untuk membeli

kondom. Betapa berbahayanya kemudahan itu buat anak-anak remaja. Mereka

semakin leluasa melakukan seks secara bebas dengan pasangannya. Tidak lagi

ketakutan akan hamil, karena sudah dilindungi dengan aman oleh kondom yang

mereka dapatkan dengan mudahnya.

Nugraha (2011) mengatakan, remaja melakukan Making Love karena

pengetahuan reproduksinya kurang. Remaja hanya mengetahui jika kehamilan terjadi,

maka akan bisa langsung digugurkan. Remaja tidak tahu efek samping dari

pengguguran itu atau dia sudah pernah melakukan hubungan seks dengan yang nanti

tidak menjadi suaminya, dia akan menimbulkan suatu memory yang nanti akan

menganggu kehidupannya kemudian.

Penyebab seks pranikah di kalangan remaja lainnya adalah faktor lingkungan,

baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan. Lingkungan keluarga yang

dimaksud adalah cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang

(25)

orangtuanya. Apabila tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian dengan mencari

pacar atau nongkrong di jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak mendidik

mereka. Remaja masa kini yang mengaku dirinya anak gaul ditandai dengan duduk

santai di kafe, mondar-mandir di mal, berpakaian serba sempit dan ketat yang

memamerkan lekuk tubuh, dan mempertontonkan bagian tubuhnya yang seksi.

Akibatnya, remaja gaul inilah yang biasanya menjadi korban dari pergaulan bebas, di

antaranya terjebak dalam perilaku seks pranikah.

M

Dalam tulisan berseri kali ini, saya mencoba memulai dengan menelusuri

jejak-jejak remaja putri di Medan khususnya Darussalam, sekedar ilustrasi terhadap

fenomena seks yang membuat jantung para orangtua berdetak kencang. Siapa sangka

gadis belia yang tampak baik-baik, lugu, penurut dan sedikit pemalu ini justru

menyimpan rahasia intim yang dahsyat. Ini buktinya!

asa remaja adalah masa-masa yang paling indah nan menyenangkan. Penuh

keceriaan dalam keluguan dan kepolosan dalam transisi menuju dunia kedewasaan.

Sifat lugu dan polos yang alami para remaja ini mungkin dulu realitanya demikian.

Sebab, untuk ukuran saat ini sungguh tersimpan sesuatu yang membelalakan mata

ketika menyelami lebih dalam kehidupan remaja terutama di perkotaan. Orangtua

mana yang tidak bergidik saat mengetahui data tentang pergaulan seks anak muda

saat ini. Boleh dibilang remaja yang masih mengenakan seragam putih-biru sudah

(26)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan penelitian

adalah:

1. Bagaimanakah gambaran perilaku seksual pada remaja yang berpacaran di

Kecamatan Medan Petisah?

2. Mengapa dan apa alasan pelaku melakukan hubungan seksual pranikah tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku seksual remaja

berpacaran dan alasan-alasan pelaku melakukan hubungan seksual dengan metode

wawancara mendalam dan observasi partisipan.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi mengenai

faktor-faktor pendorong yang menyebabkan remaja berpacaran melakukan hubungan

seksual pranikah. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

para orang tua agar dapat lebih memantau perilaku dan pergaulan anak

remajanya, serta bermanfaat bagi masyarakat agar dapat lebih memperhatikan

pergaulan para remaja saat ini sehingga membantu mencegah terjadinya

(27)

2. Manfaat Teoritis

Diharapkan mampu memberi kontribusi/manfaat dalam pengembangan dan

pengetahuan teoritik di bidang kesehatan reproduksi terutama tentang diluar

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh

menjadi dewasa”. Istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai

arti yang lebih luas, yaitu mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.

Pandangan tersebut diungkapkan oleh Piaget (121) yang dikutip oleh Hurlock (2003)

dengan mengatakan :

“Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak–anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang–orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang–kurangnya dalam masalah hak …. integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif. Kurang lebih berhubungan dengan masa puber ….. termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok …. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini”.

Sedangkan menurut WHO/Organisasi Kesehatan Dunia definisi remaja adalah :

“Individu yang sedang mengalami masa peralihan, yang dari segi kematangan biologis seksual sedang berangsur–angsur mempertunjukkan karakteristik seks yang sekunder sampai mencapai kematangn seks, yang dari segi perkembangan kejiwaan, jiwanya sedang berkembang dari sifat kekanak –kanakan menjadi dewasa, yang dari segi sosial–ekonomi ia adalah individu yang beralih dari ketergantungan menjadi relatif bebas”.

Batasan usia remaja adalah antara 10–19 tahun dan belum menikah. Namun,

(29)

10–24 tahun dengan asumsi bahwa mereka yang berusia 19 tahun belum menjamin

tercapai kematangan fisik, mental maupun sosial (Depkes RI, 2003).

Sedangkan pengertian remaja berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara

Kependudukan/BKKBN No.KEP.03/MENEG.K/4/1997, adalah usia individu saat

mulai mengalami perkembangan fisik serta sosial, psikologis, yaitu bila umur 13

tahun sampai dengan 20 tahun yang belum pernah menikah. Selain itu, remaja juga

didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa anak–anak ke masa

dewasa yang mencakup aspek biologik, kognitif dan perubahan sosial

(Santrock, 2008).

2.1.2 Perkembangan Seksualitas Remaja Perkembangan seksualitas pada remaja meliputi :

a. Perubahan fisik

1) Perempuan

a) Ditandai dengan perkembangan payudara, bisa dimulai paling muda umur 8

tahun sampai akhir usia 10 tahun.

b) Meningkatnya kadar estrogen mempengaruhi genitalia, antara lain: uterus

membesar; vagina memanjang; mulai tumbuhnya rambut pubis dan aksila;

dan lubrikasi vagina baik spontan maupun akibat rangsangan.

c) Menarche sangat bervariasi, dapat terjadi pada usia 8 tahun dan tidak sampai

usia 16 tahun. Siklus menstruasi pada awalnya tidak teratur dan ovulasi

(30)

1) Laki-laki

a) Meningkatnya kadar testosteron ditandai dengan peningkatan ukuran penis,

testis, prostat, dan vesikula seminalis; tumbuhnya rambut pubis, wajah.

b) Walaupun mengalami orgasme, tetapi mereka tidak akan mengalami

ejakulasi, sebelum organ seksnya matang sekitar usia 12–14 tahun.

c) Ejakulasi terjadi pertama kali mungkin saat tidur (emisi nokturnal), dan

sering diinterpretasikan sebagai mimpi basah dan bagi sebagian anak hal

tersebut merupakan sesuatu yang sangat memalukan.

d) Oleh karena itu anak laki-laki harus mengetahui bahwa meski ejakulasi

pertama tidak menghasilkan sperma, akan tetapi mereka akan segera menjadi

subur.

b. Perubahan psikologis/emosi

a) Periode ini ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi pengharapan

masyarakat

b) Remaja dihadapkan pada pengambilan sebuah keputusan seksual, dengan

demikian mereka membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan

tubuh, hubungan dan aktivitas seksual, dan penyakit yang ditularkan melalui

aktivitas seksual.

c) Yang perlu diperhatikan terkadang pengetahuan yang didapatkan tidak

diintegrasikan dengan gaya hidupnya, hal ini menyebabkan mereka percaya

kalau penyakit kelamin maupun kehamilan tidak akan terjadi padanya,

(31)

d) Masa ini juga merupakan usia dalam mengidentifikasi orientasi seksual,

banyak dari mereka yang mengalami setidaknya satu pengalaman

homoseksual. Remaja mungkin takut jika pengalaman itu merupakan

gambaran seksualitas total mereka, walaupun sebenarnya anggapan ini tidak

benar karena banyak individu terus berorientasi heteroseksual secara ketat

setelah pengalaman demikian.

2.2Kehamilan 2.2.1 Definisi

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri

dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi

dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

plasenta,tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Pertemuan inti ovum dengan

inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zygot. Dengan

masuknya inti spermatozoa ke dalam sitoplasma membangkitkan kembali

pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “metafase”. Proses pemecahan dan

pematangan mengikuti bentuk anafase dan telofase sehingga menjadi “haploid”.

Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum

yang kini haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria

maupun wanita (Manuaba, 2006).

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita

(32)

melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat

sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan. Kehamilan merupakan

proses alami dan normal, masa ini merupakan salah satu fase dalam kehidupan wanita

pada masa reproduksi. Wanita akan mengalami sekali, dua kali, bahkan mungkin

berkali-kali hamil dalam kehidupannya dan setiap kehamilan mempunyai pengalaman

yang berbeda beda (Kasidu, 2008).

2.3 Perilaku Seksual

Cinta dan seks merupakan salah satu problem terbesar dari remaja di seluruh

dunia. Kehamilan remaja, pengguguran kandungan, terputusnya sekolah, perkawinan

usia muda, perceraian, penyakit kelamin, merupakan akibat buruk petualangan cinta

dan seks yang salah di saat remaja. Tidak jarang masa depan mereka yang penuh

harapan hancur berantakan karena masalah cinta dan seks.

Sarwono (2007), mengungkapkan bahwa perilaku seksual adalah segala

tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun

sesama jenis. Bentuk–bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari

perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Obyek

seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan

atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama

bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan

(33)

dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi,

marah dan agresi.

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

kelamin atau hal–hal yang berhubungan dengan perkara–perkara hubungan intim

antara laki–laki dan perempuan.

Hubungan seks pranikah yang dilakukan pria dan wanita yang belum terikat

perkawinan, dimana nantinya mereka akan menikah satu sama lain atau masing

masing akan menikah dengan orang lain. Jadi tidak hanya terbatas pada orang yang

berpacaran saja. Hubungan seksual ini umumnya terjadi diantara mereka yang telah

meningkat remaja menuju dewasa. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat pada

saat seseorang memasuki masa remaja mulai timbul dorongan-dorongan seksual di

dalam dirinya. Apalagi pada masa ini minat mereka dalam membina hubungannya

terfokus pada lawan jenis.

Perilaku seksual pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh

sepasang insan yang belum menikah atau yang belum mereka terikat oleh tali

perkawinan. Perilaku seks yang dianggap melanggar norma bukanlah suatu hal yang

baru. Perilaku seksual pranikah adalah kegiatan seksual yang melibatkan dua orang

yang saling menyukai atau saling mencintai, yang dilakukan sebelum perkawinan.

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh

(34)

tahap-tahap perilaku seksual yang paling ringan hingga tahap-tahap yang paling berat, yang

dilakukan sebelum pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama.

Sementara itu, akibat psikososial yang timbul karena perilaku seksual antara

lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba–tiba

berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Biasanya mendapat

mendapat tekanan dari masyarakat seperti dicela dan menolak keadaan tersebut.

Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko

kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi, hal tersebut disebabkan karena

rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang

hamil di luar nikah. Masalah ekonomi dalam hal ini juga akan membuat

permasalahan menjadi semakin rumit dan kompleks (Christina, 2009).

Fedyani (2008) mengutip pendapat Kinsey mengenai perilaku seksual yang

meliputi 4 tahap yaitu :

1. Bersentuhan, touching, mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan

2. Berciuman, kissing, mulai dari ciuman singkat hingga berciuman bibir dengan

mempermainkan lidah (deep kissing)

3. Bercumbu, petting, menyentuh bagian sensitif dari tubuh pasangan dan

mengarah pada pembangkitan gairah seks

4. Hubungan kelamin (Sex intercouse)

Perilaku–perilaku seksual tersebut merupakan perilaku seksual beresiko yang

(35)

Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan

hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :

a. Masturbasi atau onani, yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi

terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk

pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan

emosi

b. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan,

pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan–sentuhan seks yang pada

dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan

seksual

c. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang

pada dasarnya menunjukkan tidak berhasilnya seseorang dalam

mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke

kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada

remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus

dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut.

Masalah seks pada remaja seringkali mencemaskan para orangtua, juga pendidik,

pejabat pemerintah, para ahli, dan sebagainya. Berbagai risiko yang akan dialami

(36)

a) Dampak Fisik

Dampak fisik yang dapat dialami oleh remaja jika melakukan hubungan seks

sebelum menikah ialah remaja dapat terkena penyakit menular seksual (PMS) jika

dalam melakukan hubungan seks dengan berganti–ganti pasangan, kemudian dapat

mengalami kehamilan yang tidak diinginkan sehingga pada akhirnya melakukan

tindakan aborsi, yang biasanya dilakukan secara tidak aman serta dapat

membahayakan keselamatan pada diri remaja tersebut.

b) Dampak Psikis

Dampak psikis yang dapat ditimbulkan jika remaja melakukan hubungan seks

pranikah ialah berupa rasa ketakutan, kecemasan, menyesal serta rasa bersalah karena

sudah melakukan perbuatan tersebut sebelum menikah. Selain itu juga, biasanya

mereka takut akan dampak yang ditimbulkan karena melakukan hubungan tersebut,

seperti misalnya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.

c) Dampak Sosial

Dampak sosial yang timbul karena melakukan hubungan seks pranikah

diantaranya ialah stigma buruk, pergunjingan serta pengucilan dari lingkungan

sekitar.

Cukup banyak kejadian dimana remaja putri mengalami kehamilan yang tidak

disengaja maupun yang disengaja. Kehamilan tidak disengaja terjadi karena remaja

laki-laki dan perempuan tidak mempersiapkan diri terhadap risiko kehamilan yang

mungkin terjadi akibat hubungan seksual mereka. Kehamilan yang tidak diinginkan

(37)

usaha aborsi dengan berbagai cara, biasanya dengan cara-cara tradisional

(jamu-jamuan) atau dengan meminum obat-obat peluntur dari toko obat atau apotik, atau

bahkan melakukan cara-cara khusus seperti makan nanas, dan minum sprite,

jongkok-jongkok setelah berhubungan seks dan sebagainya. Cara-cara tersebut juga digunakan

remaja putri sebagai upaya pencegahan kehamilan, yang kadang-kadang memang

tidak berhasil dan mengakibatkan kehamilan.

2.4 Penyakit Menular Seksual

Menurut Dianawati (2009), dengan semakin banyak mengetahui akibat yang

ditimbulkan dari perilaku seksual, para remaja diharapkan dapat menjaga dirinya dari

akibat-akibat tersebut. Selain itu, diharapkan akan muncul kesadaran bahwa apapun

yang dilakukan pasti akan menimbulkan dampak baik, negatif maupun positif,

tergantung dari perbuatan yang dilakukan. Membatasi diri terhadap pergaulan juga

sesuatu yang harus dipertimbangkan. Para remaja sebaiknya memegang teguh ajaran

agama dan norma yang sudah didapatkan dalam keluarga.

Salah satu akibat yang ditimbulkan dari perilaku seksual yang tidak sehat

adalah munculnya penyakit menular seksual (PMS). Penularan penyakit ini biasanya

terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan

berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang

yang sebelumnya telah terjangkiti salah satu jenis penyakit ini. Penyakit menular

seksual ini jelas berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-beda,

(38)

Untuk mengetahui lebih lanjut, di bawah ini akan dibahas beberapa jenis

penyakit menular seksual.

2.4.1 Gonorea

Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini

adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain

itu, akan menyerang selaput lendir mulut kelamin, mata, anus, dan beberapa organ

tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini dinamakan gonococcus.

Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea)

adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang

menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih

mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh

lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran

kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan

gangguan reproduksi.

Pada perempuan, berjangkitnya penyakit ini akan terlihat setelah 5–20 hari

melakukan hubungan seksual. Tanda–tandanya tidak dapat terlihat, bahkan

perempuan tersebut tidak menyadari jika dirinya telah terjangkiti. Tiba–tiba dia akan

merasakan sakit di bawah bagian perut disertai demam. Kemudian dari vagina keluar

nanah. Jika penyakit ini belum sempat diobati dan dia mengalami kehamilan, bayi

yang ada dalam kandungannya dapat terancam kebutaan karena gonorea ini bisa

menjalar dan menyerang selaput lendir mata bayi. Selain itu penyakit ini juga dapat

(39)

Pada laki – laki, penyakit ini dapat terlihat setelah 3–7 hari melakukan

hubungan seksual. Gejala yang terlihat sebagai berikut :

a. Mengeluarkan nanah dan merasa sakit ketika kencing

b. Ujung kepala penis terlihat merah karena meradang

2.4.2 Sifilis

Sifilis dikenal juga dengan sebutan “raja singa”. Penyakit ini sangat

berbahaya. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan

barang-barang dari seseorang yang tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik).

Penyebab timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponema pallidum. Kuman

ini menyerang organ-organ penting tubuh lainnya, seperti selaput lendir, anus, bibir,

lidah dan mulut.

A. Tingkat I

a) Penularannya sudah terdeteksi sekitar 10-90 hari setelah melakukan

hubungan seksual

b) Gejala yang terlihat adalah adanya luka kecil bernanah disertai rasa sakit

yang amat sangat, selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening

yang mengeras di sekitar luka, seperti di lipatan paha.

B. Tingkat II

a) Terjadi sekitar 40 hari setelah masuk pada tingkat I

b) Gejala yang terlihat adalah adanya luka-luka kecil berwarna merah di

(40)

Luka-luka ini timbul karena kuman telah menyebar melalui peredaran

darah

c) Gejala lainnya adalah keluhan sakit tenggorokan, pusing, lesu, nyeri otot,

terjadi kerontokan rambut, dan kulit kepala terasa gatal.

C. Tingkat III

a) Terjadi setelah 10-15 tahun kemudian

b) Gejalanya antara lain ditemukannya benjolan pada bagian tubuh yang

terserang, pada akhirnya benjolan tersebut melunak dan pecah sehingga

mengeluarkan cairan. Bagian tubuh yang terserang akan mengalami

kerusakan. Jika kuman mulai menyerang otak, orang yang terserang akan

mengalami gangguan kejiwaan atau gila. Jika yang diserang bagian

sumsum tulang belakang atau hati, niscaya orang tersebut akan mengalami

kelumpuhan, kemunduran kerja jantung, dan kerusakan jaringan susunan

syaraf, serta masih banyak lagi kerusakan-kerusakan lainnya. Begitu

seterusnya, karena kuman-kuman tadi dapat menyerang bagian tubuh

manapun tanpa memandang siapapun orangnya. Risiko yang paling fatal

adalah penyakit ini bisa mengakibatkan kematian.

c) Perempuan yang hamil bisa saja terserang penyakit ini, sehingga bayi

yang akan lahir mengalami kelumpuhan fisik dan mental, itupun jika

mereka dapat bertahan hidup. Biasanya, bayi-bayi ini akan meninggal

dalam kandungan jika kuman menyerang uterus. Kalaupun bisa lahir,

(41)

2.4.3 Herpes

Virus herpes terbagi atas 2 macam, yaitu herpes 1 dan herpes 2. Perbedaan

diantara keduanya adalah ke bagian mana virus tersebut menyerang. Herpes 1

menyerang dan menginfeksi bagian mulut dan bibir, sedangkan herpes 2 atau disebut

genital herpes menyerang dan menginfeksi bagian organ seksual (penis dan vagina).

Virus ini mengakibatkan munculnya luka-luka di permukaan kulit. Karenanya, gejala

yang terlihat pada penderita adalah adanya lepuhan pada kulit penis atau vagina yang

jika pecah mengeluarkan cairan bening dan terasa pedih. Setelah itu, luka ini ini

secara perlahan-lahan akan meninggalkan bekas luka. Jika tidak digaruk dan seiring

dengan berjalannya waktu, luka ini dapat sembuh dalam waktu 5-10 hari dari

kemunculannya.

Penularannya dimulai ketika luka-luka sudah terlihat. Luka-luka itu sendiri

mungkin terjadi selama 1-2 hari sebelum kelihatan, mungkin juga terjadi saat

penderita mulai merasakan pedih pada bagian yang akan terserang. Herpes cepat

sekali penularannya, yaitu melalui hubungan langsung antara bagian tubuh penderita

yang terkena infeksi dengan selaput lendir, termasuk kulit yang terluka, pada bagian

tubuh orang lain. Tentu saja penularan lainnya yang banyak terjadi adalah melalui

hubungan seksual. Herpes dapat juga ditularkan selama masa kehamilan dan

kelahiran. Mengingat risiko yang mungkin terjadi pada bayi dalam kandungan, para

(42)

2.4.4 Klamidia

Gejala yang yang banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah

keluarnya cairan dari vagina yang berwarna kuning, disertai rasa panas seperti

terbakar ketika kencing. Karena organisme dapat menetap selama bertahun-tahun

dalam tubuh seseorang, ia juga akan merusak organ reproduksi penderita dengan atau

tanpa merasakan gejala apapun.

Sesuai dengan laporan dari Institute Kinsey pada tahun 2010, kini penyakit ini

menjadi infeksi bakteri yang paling banyak ditularkan melalui hubungan seksual di

Amerika (Dianawati, 2009). Masih menurut laporan tersebut, diperkirakan paling

sedikit ada 4 juta kasus setiap tahunnya yang melibatkan orang Amerika.

2.4.5 Chancroid

Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan

menyebabkan luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar ke

daerah pubis dan kelamin. Luka ini menyerang melalui 2 cara, sebagai berikut :

a. Cara 1

Luka ini akan berlubang di dalam kulit. Pada laki-laki, menyerang melalui

penis menuju ke saluran kencing, selanjutnya air kencing tidak akan dapat terkendali.

b. Cara 2

Luka akan menyebar ke permukaan kulit menutupi bagian perut, pinngang,

(43)

2.4.6 Granuloma Inguinale

Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian

yang terserang biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan

berubah membentuk jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tak sedap.

Selanjutnya akan terjadi pembesaran yang bersifat permanen atau terlihat sesekali

pada penis, klitoris dan kantung pelir. Kemudian, jika penderita mempunyai daya

tahan, sebagian bawah tubuhnya mengalami pembengkakan. Penderita bisa

kehilangan berat badan, kemudian meninggal dunia.

Penyakit ini tidak memperlihatkan gejala-gejala awal, sehingga penderita

tidak mengetahui bahwa dirinya telah tertular. Hal ini mengakibatkan si penderita

menunda pengobatannya. Memasuki masa 3 bulan, barulah terlihat adanya infeksi

yang sangat berbahaya dan dapat ditularkan kepada orang lain.

2.4.7 AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency

Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul

karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;atau

infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan

lain-lain).

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat

HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang

terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah

(44)

perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV

dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara

lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang

mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air

susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun

oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama

kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan

tubuh tersebut.

Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang

memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat

infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh

unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati

pada penderita AIDS. HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh.

Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam,

berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa

lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien

AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah

geografis tempat hidup pasien.

2.4.8 Trichomonas Infection

Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang menyerang vagina perempuan

dan menyebabkan terjadinya infeksi dengan mengeluarkan cairan busa disertai

(45)

adanya hubungan seksual. Biasanya penyakit ini bersifat menipu, artinya sebagian

perempuan tidak merasakan gejala-gejala adanya penyakit yang menyerang dirinya

tersebut, bahkan tidak mengetahuinya sama sekali.

2.4.9 Veneral Warts

Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang alat kelamin seseorang.

Pada laki-laki, virus ini menyerang kepala penis. Pada perempuan, virus ini biasanya

menyerang bibir vagina dan daerah sekitar anus (perineum). Virus-virus ini

menyerupai kutil, cara pengobatannya harus ke dokter. Tindakan selanjutnya yang

biasa dilakukan adalah dengan mengangkatnya melalui pembedahan atau

menggunakan laser.

Hadi (2008), menyampaikan bahwa adapun faktor–faktor yang dianggap

berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, meliputi :

1. Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja ialah

meliputi pengaruh yang berasal dari dalam diri sendiri kemudian bagaimana

seseorang mengekspresikan perasaan, keinginan, dan pendapat mengenai berbagai

macam masalah. Selain itu, menentukan pilihan ataupun mengambil keputusan bukan

merupakan hal yang mudah. Dalam memutuskan sesuatu, seseorang harus memiliki

(46)

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seksual remaja contohnya ialah

kemampuan orang tua mendidik seorang anak akan mempengaruhi pemahaman anak

tersebut mengenai suatu hal, terutama masalah seks. Kemudian peranan agama dalam

hal ini juga sangat penting, yaitu dapat memberikan pengajaran mengenai mana yang

baik dan mana yang buruk. Pemahaman terhadap apa yang diajarkan agama akan

mempengaruhi perilaku remaja.

Remaja memiliki kecenderungan menghabiskan waktu bersama teman

sebayanya sehingga tingkah laku dan nilai–nilai yang mereka pegang banyak

dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan. Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi

perilaku seksual remaja ialah teknologi informasi yang semakin berkembang

memudahkan remaja untuk mengakses informasi (khususnya mengenai seksual)

setiap saat.

Sarwono (2007) berpendapat bahwa perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh

hal- hal sebagai berikut :

a) Perubahan–perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja.

Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran

dalam bentuk tingkah laku tertentu.

b) Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan

usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang–undang

(47)

semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan

(pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain–lain)

c) Norma–norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk

melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak

dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal–hal

tersebut.

d) Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran

informasi dan rangsangan melalui media massa yang dengan teknologi yang

canggih (cth: VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain–lain)

menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu

dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa,

karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual

secara lengkap dari orangtuanya

e) Orangtuanya sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya

yang masih mentabukan pembicaraan seks dengan anak, menjadikan mereka

tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak

dalam masalah ini.

f) Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam

masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita,

sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria.

Penelitian tentang perilaku seksual juga pernah dilaksanakan di luar negeri

(48)

kemudian mengkategorikan perilaku seks menjadi petting (saling

menggesek-gesekkan alat kelamin), sexual intercourse (hubungan seksual), dan oral-genital sex

(seks oral-genital). Dari penelitian itu juga didapatkan bahwa petting merupakan

perilaku seksual yang paling banyak dapat diterima oleh subjek, kemudian hubungan

seksual dan seks oral.

2.5Alasan Remaja Melakukan Hubungan Seksual Pranikah

Menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan hubungan seksual di luar

nikah ini terbagi dalam beberapa faktor, yaitu :1. Tekanan yang datang dari teman

pergaulannya; 2. Adanya tekanan dari pacarnya; 3. Adanya kebutuhan badaniah; 4.

Rasa penasaran; 5. Pelampiasan Diri (Dianawati, 2009).

Dianawati (2009) selanjutnya menyatakan alasan seorang remaja melakukan

hubungan seksual sebelum menikah adalah 1. Membuktikan bahwa mereka saling

mencintai; 2. Takut hubungan akan berakhir; 3. Rasa ingin tahu tentang seks; 4.

Kepercayaan bahwa setiap orang atau banyak orang melakukan hubungan seksual; 5.

Hubungan seksual itu menyenangkan; 6. Sama-sama suka (dengan pacar atau pekerja

seks komersial);7. Pacar mengatakan bahwa hal itu tidak akan apa-apa.

Berdasarkan alasan yang sudah diuraikan di atas Dianawati (2009)

menyimpulkan secara umum bahwa alasan mengapa individu mau menuruti

keinginan pacarnya untuk berhubungan seksual, antara lain sebagai bukti cinta dan

sangat mencintai pacar, agar menjadi miliknya sepenuhnya, dorongan seks, ingin

(49)

terpengaruh budaya atau gaya hidup bebas, terlanjur sayang dengan pacar, dan tidak

sadar sepenuhnya. Bersenggama atau melakukan hubungan seksual untuk pertama

kalinya, lanjut Dianawati (2009) tidak selalu diawali dengan permintaan lisan tetapi

dengan stimulasi atau rangsangan langsung yang merupakan bagian dari perilaku

seksual terhadap pasangan. Pasangan yang awalnya menolak pada akhirnya bersedia

dan menjadi mau melakukannya karena berada dalam keadaan terangsang. Pada

masa pacaran terdapat berbagai perilaku yang ditampilkan oleh para remaja untuk

menunjukkan rasa cinta masing-masing, baik dalam tingkah laku yang sangat banyak

berkorban dalam hal apapun untuk memenuhi keinginan pasangan mereka dalam

perkataan maupun tindakan, termasuk di dalamnya melakukan aktivitas seksual.

Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan insting

alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon. Remaja yang

sedang dalam tahap perkembangan, pertumbuhan dan perkembangan merupakan

proses yang saling terkait, berkesinambungan dan berlangsung secara bertahap;

dimana perubahan-perubahan di dalam diri remaja akan diintegrasikan sedemikian

rupa, sehingga remaja tersebut dapat berespons dengan baik dalam menghadapi

rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Yang paling menonjol dalam tumbuh

kembang remaja adalah perubahan fisik, alat reproduksi, kognitif, dan psikososial.

Pematangan fungsi seksual pada wanita ditandai dengan datangnya

menstruasi, penimbunan lemak yang membuat buah dada membesar dan sebagainya.

Kondisi remaja akibat perkembangan seksual tersebut telah mendorong remaja untuk

(50)

remaja bila faktor lingkungan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) kurang mau

memahami dan mengerti keadaan seksual yang dihadapi remaja, ia akan menjadi

manusia yang bersikap tertutup terhadap masalah seksual dan kemungkinan akan

melakukan tindakan penyimpangan seksual.

Perubahan fisik dan psikologis remaja disebabkan oleh adanya perubahan

hormonal. Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang dikontrol oleh susunan

saraf pusat, khususnya di hipotalamus. Beberapa jenis hormon pertumbuhan (growth

hormone), hormon gonadotropik, estrogen, progesteron, serta testosterone. Oleh

karena itu dalam hubungan seks bukan hanya alat kelamin dan daerah erogen (mudah

terangsang), yang ikut berperan tetapi juga psikologis dan emosi. Hubungan seksual

yang dianggap normal adalah hubungan hetereksual dikaitkan dengan norma, agama,

kebudayaan, dan pengetahuan manusia yang harmonis dibarengi dengan rasa cinta.

2.6Cara-cara yang Biasa Dilakukan Remaja dalam Menyalurkan Dorongan Seksual Pranikah

Cara-cara yang biasa dilakukan remaja dalam menyalurkan dorongan seksual

pranikah yaitu : bergaul dengan lawan jenis, berdandan agar menarik perhatian lawan

jenis, berkhayal atau berfantasi tentang seksual, mengobrol tentang seks, menonton

film pornografi, melakukan hubungan seks non penitrasi (berpegangan tangan,

berpelukan, berciuman pipi/bibir), cara-cara tersebut ada yang sehat dan ada juga

(51)

2.7 Pacaran

Pacaran atau dating adalah interaksi heteroseksual yang didasari rasa cinta,

kasih dan sayang serta saling memberi dan melengkapi pasangannya. Budaya pacaran

sudah menjadi kecenderungan pergaulan remaja yang juga mendominasi perilaku

seksual remaja saat ini. Pacaran dianggap sebagai jati diri pergaulan dan identitas

kedewasaan, meskipun pada kenyataannya banyak aktivitas yang menjurus pada

perilaku seks tidak aman. Pacaran biasanya terjadi di awal pubertas. Perubahan

hormon dan fisik membuat seseorang mulai tertarik pada lawan jenis. Proses sayang

–sayangan dua manusia lawan jenis tersebut merupakan proses mengenal dan

memahami lawan jenisnya dan belajar membina hubungan dengan lawan jenis

sebagai persiapan sebelum menikah untuk menghindari ketidakcocokan dan

permasalahan pada saat sudah menikah. Masing–masing pasangan berusaha

mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, serta reaksi–reaksi terhadap berbagai

masalah maupun peristiwa (Narendra, 2008).

Pacaran merupakan kenangan yang sangat mengesankan bagi remaja pada

kehidupannya yang mendatang. Dalam masyarakat kita, pacaran memberikan

kesempatan bagi remaja untuk meningkatkan kemampuan sosial dan interpersonal

mereka. Pacaran juga mempersiapkan remaja untuk memilih pasangan hidup. Pada

beberapa remaja pacaran juga dimanfaatkan untuk melakukan percobaan aktivitas

seksual. Pacaran merupakan kelanjutan dari perkenalan dan diteruskan dengan

hubungan individu terhadap lawan jenis. Jadi di dalam pacaran ini laki-laki dan

(52)

belakang watak, sifat, pendidikan, dan lain-lainnya. Pacaran ini melebihi hubungan

sekadar teman, atau teman dekat, namun ini adalah teman paling dekat

(Saumiman, 2005).

Pacaran juga seringkali dianggap sebagai pintu masuk hubungan yang lebih

dalam lagi, yaitu melakukan berbagai aktivitas perilaku seksual seperti touching,

kissing, necking, petting hingga sexual intercourse sebagai wujud kedekatan antara

dua orang yang sedang jatuh cinta. Susan Sprecher dan Kathlen McKiney dalam buku

Sexuality (2010) menjelaskan tahap-tahap dalam pacaran :

1. First Seeing (Pandangan Pertama)

Sebelum terjadinya suatu hubungan di antara dua orang, pada awalnya

masing-masing saling menyadari keberadaannya. Kesadaran ini mungkin terjadi

beberapa detik, hari, minggu maupun bulan sebelum interaksi secara tatap muka pada

pertama kali. Dua orang mungkin saling menyadari dalam waktu yang bersamaan,

tetapi dapat juga hanya satu pihak yang menyadari.

Murstein (2010), menyatakan situasi dimana kesadaran pertama kali terjadi

mungkin dapat mempengaruhi bagaimana keberlanjutan suatu hubungan ke tahap

first meeting dengan cepat dan mudah, membedakan antara tempat terbuka dan

tertutup sebagai kondisi dimana suatu hubungan dimulai. Tempat yang tertutup

ditandai dengan kehadiran sedikit orang dimana semuanya memiliki kemungkinan

untuk berinteraksi.

Pada tempat yang tertutup, kesadaran dan interaksi di antara anggota terjamin,

(53)

contoh adalah tempat umum seperti mall, bar. Kesadaran pertama bisa saja terjadi

pada tempat terbuka, tetapi pertemuan dengan bertatap muka mungkin tidak terjadi

sampai beberapa waktu kemudian. Hal tersebut dikarenakan tempat yang terbuka

tidak memiliki interaksi yang terstruktur di antara semua anggota, dimana orang perlu

untuk merencanakan bagaimana mereka akan bertemu seseorang yang mereka

perhatikan.

1. First Meeting (Pertemuan Pertama)

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian Berger tentang awal suatu

hubungan, orang menggunakan tiga cara untuk bertemu orang lain dalam tempat yang

terbuka. Cara pertama adalah memperkenalkan diri mereka, yang diawali dengan

observasi, saling berpandangan atau memperhatikan apa adanya. Cara kedua adalah

dengan memberikan isyarat non verbal, dan menunggu orang lain untuk

memperkenalkan diri.

2. First Dating (Kencan Pertama)

Banyak hal yang dapat menghalangi kencan pertama, seperti malu, cemas akan

penolakan, dan norma peran seks tradisional yang menyatakan bahwa perempuan

tidak layak untuk memulai suatu hubungan. Tetapi untuk sebagian orang, keinginan

yang kuat untuk memulai suatu hubungan dapat mengatasi penghalang yang mereka

hadapi. Baik laki-laki maupun perempuan berperan dalam terjadinya kencan pertama,

walaupun dalam cara yang berbeda. Namun laki-laki tetap mendominasi sampai pada

Referensi

Dokumen terkait

The new research group on the four-dimensional research and communication of urban history (Urban History 4D) aims to investigate and develop methods and technologies to

Pemilik Merek terdaftar yang telah memberikan Lisensi kepada pihak lain sebagaimana dimaksud dalam.. Pasal 43 ayat (1) tetap dapat menggunakan sendiri atau memberikan Lisensi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat tes diagnostik two-tier multiple choice yang dapat mendeteksi miskonsepsi siswa SMA pada materi

(1) Terus menurunnya kondisi hutan di Indonesia; (2) Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS); (3) Habitat ekosistem pesisir dan laut semakin rusak; (4) Citra

PENETAPAN KAWASAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI SUMATERA BARAT. Kawasan

[r]

Tidak terdapat penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen pengadaan paket pekerjaan Pemeliharaan Ranmor Roda 2 Polres Tabanan TA. Demikian Berita Acara

Tujuan dibuatnya aplikasi ini diharapkan dapat menarik minat anak â anak untuk belajar mengenali manfaat Buah dan Sayuran sejak dini, memudahkan anak â anak