• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN MESIN PEMISAH SERAT DARI BIJI KAPUK (Ceiba pentandra (L.) Gaertn).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RANCANG BANGUN MESIN PEMISAH SERAT DARI BIJI KAPUK (Ceiba pentandra (L.) Gaertn)."

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN MESIN PEMISAH SERAT DARI BIJI KAPUK

(

Ceiba pentandra

(L.) Gaertn)

Oleh :

MH. FADHLAN

0911112074

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

(2)

i ABSTRAK

MH. FADHLAN. Rancang Bangun Mesin Pemisah Serat dari Biji Kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn). Dibimbing oleh SANDRA dan SANTOSA

Pemisahan serat dari biji kapuk sangat penting dilakukan agar serat kapuk yang dihasilkan bernilai jual tinggi dan bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Saat ini pemisahan serat yang dilakukan petani masih menggunakan bilah bambu yang tergolong tradisional dan merepotkan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang mesin pemisah serat dari biji kapuk terbaru yang dapat bekerja lebih efektif dan efisien dari proses pemisahan serat dari biji kapuk sebelumnya. Mesin yang dibuat menggunakan sepasang roller beralur yang berfungsi sebagai separator utama dan kipas penyapu sebagai pembersih dan pendorong serat kapuk agar keluar pada corong pengeluaran. Tenaga dari mesin berasal dari motor listrik yang ditransmisikan menggunakan sabuk dan puli Mesin ini mampu menghasilkan serat kapuk bersih sebanyak 1,52 kg/jam dari 4 kg kapuk utuh per perlakuan. Mesin pemisah serat dari biji kapuk ini sangat mudah dalam pengoperasiannya, tidak membutuhkan tempat yang luas untuk pengoperasian, tidak membutuhkan waktu yang lama dalam memisahkan serat kapuk, serta kualitas serat yang dihasilkan sangat bagus. Ada beberapa kekurangan yang harus dianalisa agar mesin dapat bekerja dengan maksimal seperti kebisingan yang ditimbulkan mesin, kebersihan serat kapuk yang dihasilkan, material komponen yang ideal, dan tenaga penggerak yang lebih proporsional.

(3)

1

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Permasalahan lingkungan hidup akhir – akhir ini telah merubah cara pandang masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Masyarakat lebih cendrung

untuk “Go Green” dengan memanfaatkan segala sesuatu yang berasal dari alam,

salah satunya dengan penggunaan serat alam yang berasal dari tanaman kapuk

untuk bahan baku kebutuhan sandang dan papan.

Saat ini penggunaan bahan sintetis yang berasal dari zat kimia seperti

dacron, latex, dan busa dirasakan tidak ekonomis dan tidak ramah lingkungan,

sementara serat kapuk merupakan bahan alam ramah lingkungan yang dapat

diperbarui, mudah didapatkan, lebih ringan, tahan lama dan sangat ekonomis, hal

tersebut yang menyebabkan serat kapuk lebih diminati oleh masyarakat.

Serat kapuk merupakan serat alam yang berasal dari tanaman kapuk

(Ceiba pentandra (L.) Gaertn), berasal dari bagian selatan Amerika Utara,

Amerika Tengah, dan Karibia, di Indonesia tanaman ini juga dikenal dengan nama

kapuk randu, kapas Jawa atau kapuk Jawa (Setiadi, 1983). Serat kapuk memiliki

sifat densitas sangat rendah, mempunyai sifat yang fleksibel mudah diurai,

mempunyai sifat konduktivitas panas yang rendah, dapat meredam suara, dan

dapat meredam gaya bentur (Subowo, 2008). Hal tersebut menjadikan kapuk

banyak digunakan untuk bahan dasar perabot, bantal, hiasan dinding, pakaian

pelindung, penahan panas dan suara, dan lain – lain.

Tanaman kapuk di beberapa tempat di Indonesia telah diusahakan secara

intensif. Tanaman kapuk di Indonesia dikembangkan oleh rakyat, perkebunan

swasta dan perkebunan pemerintah (BUMN). Areal seluruhnya saat ini mencapai

250.500 ha dengan produksi serat mencapai 84.700 kg.Menurut hasil pengamatan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia, Indonesia termasuk

pengekspor kapuk terbesar di dunia dengan jumlah mencapai 28.400 ton serat atau

85% kebutuhan serat kapuk dunia. (Sarifudin et al., 2013).

Serat kapuk akan memiliki nilai yang tinggi dan bisa digunakan untuk

berbagai keperluan setelah dipisahkan serat dari bijinya. Saat ini proses

pemisahan yang dilakukan oleh petani masih tergolong tradisional, yaitu

(4)

2

bambu. Proses pemisahan secara trdisional ini masih banyak memiliki

kekurangan, di antaranya :

a. Proses pemisahan serat membutuhkan banyak tenaga, sehingga berdampak

pada banyaknya biaya yang dikeluarkan.

b. Proses panen bergantung pada cahaya matahari.

c. Membutuhkan tempat yang luas jika memproduksi dalam skala besar.

d. Kemungkinan kehilangan hasil yang banyak, karena serat kapuk bisa saja

diterbangkan angin sewaktu penjemuran.

e. Dalam waktu yang lama memungkinkan pekerja terkena penyakit pernapasan

yang dinamakan byssonosis, yaitu suatu penyakit paru yang terjadi pada

pekerja tekstil kapas dan penyedia serat rami dan rami halus akibat inhalasi

debu tekstil (Harjono dkk., 1996).

f. Membutuhkan waktu yang lama.

Menyikapi permasalahan diatas maka perlu dilakukan sebuah terobosan

untuk pemisahan serat dari biji kapuk, dengan membuat alat mekanis yang

diharapkan menjadi solusi dari permasalahan ini dengan melakukan penelitian

“Rancang Bangun Mesin Pemisah Serat dari Biji Kapuk (Ceiba pentandra

(L.) Gaertn)”.

I.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan rancang bangun mesin pemisah

serat dari biji kapuk terbaru yang dapat memudahkan proses pemisahan serat

kapuk sebelumnya.

I.3 Manfaat

1. Terciptanya sebuah mesin pengolahan kapuk yang dapat berkerja dengan

lebih efektif dan efisien.

2. Potensi perindustrian dan pengolahan kapuk dapat dimaksimalkan.

3. Diharapkan mesin pemisah serat dari biji kapuk ini dapat berdayaguna

Referensi

Dokumen terkait

dengan menggunakan kuisioner dan dianalisis melalu analisis deskriptif dengan metode pengkategorian penilaian berdasarkan rerata skor. Berdasarkan hasil analisis data

Hasil yang didapat antara lain Sekitar 75% daerah penelitian didominasi oleh daerah dengan variasi percepatan gravitasi tinggi dan selebihnya merupakan daerah dengan

Se, miksi puhun vain potentiaalista, johtuu siitä, että Demin Facebook-ryhmä ei ole mielestäni tällä hetkellä kanava, jossa lukijat voisivat aidosti vaikuttaa lehden sisältöön

perkarangan yang.. Masyarakat dengan kesadaran kolektif menjadikan pemanfaatan pekarangan sbg. acuan dlm pening- katan taraf hidup melaksanakan pemanfaatan pekarangan

Responden dengan persepsi kerentanan kategori baik namun tidak berniat menggunakan kondom secara konsisten saat melakukan hubungan seks (33.8%), hal ini disebabkan karena mereka

kasus penderita malaria di sebagian Kabupaten Kulon Progo yang masih cukup tinggi hingga saat ini, maka perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat kerawanan penyakit malaria

1) Optimasi yang dilakukan, yaitu berupa arrangement alat, pekerjaan prefabrikasi, desain form traveler, job mix beton, dan construction sequence engineering dapat mempersingkat

Meningkatnya jumlah mahasiswa yang telah memiliki pemahaman bahwa gaya dorong F dan gaya FBA hanya bekerja pada balok A pada konsep hukum III Newton disebabkan karena