• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

226 PENDAHULUAN

Pendidikan itu merupakan kebutuhan

manusia selama manusia hidup. Tanpa

adanya pendidikan, maka dalam

menjalani kehidupan ini manusia tidak

akan dapat berkembang dan bahkan akan

terbelakang. Dengan demikian

pen-didikan itu harus betul-betul diarahkan

untuk menghasilkan manusia yang

berkualitas yang mampu bersaing,

memiliki budi pekerti yang luhur dan

moral yang baik. Pendidikan yang

terencana, terarah dan

berkesinambung-an dapat membberkesinambung-antu peserta didik untuk

mengembangkan kemampuannya secara

optimal, baik aspek kognitif, aspek

afektif, maupun aspek psikomotorik.

Dalam mencapai tujuan pendidikan,

perlu diupayakan suatu sistem

pendidik-an ypendidik-ang mampu membentuk kepribadipendidik-an

dan keterampilan peserta didik yang

unggul, yakni manusia yang kreatif, PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

DALAM PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN

SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN

Eko Triyanto 1

Sri Anitah 2

Nunuk Suryani2

1 Mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNS

2 Dosen Pembimbing I Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNS

2 Dosen Pembimbing II Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNS

ABSTRACT

The study aims to describe: Efforts to improve the quality of the learning process; Utilization of media in the learning process; principal's leadership role in the use of media to enhance the quality of the learning process; Obstacles faced and solutions. Qualitative descriptive research. Data was collected by in-depth interviews (in-depth-Interviewing), observation, literature study. The validity of the data with continuous observation and data triangulation technique is triangulation of sources and triangulation techniques. Data analysis was performed three stages include: data reduction, data presentation and conclusion or verification. Results: Efforts to improve the quality of the learning process is to draw up a school development program that supports the creation of effective learning; advantageous learning media in the learning process so that objectives can be achieved; Constraints faced by the principal is the human factor that has a sense of emotional stability, in addition to that financial factors are also an obstacle to equip and maintain school infrastructure conditions in order to stay well. Solution: give a gift (reward) for those who did well and punishment (punishment) to those who are not doing a good job, other than BOS funds are also looking for other grants to cover the financial shortfall the school.

Keywords: Leadership, Headmaster,Learning media

(2)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

227 cakap terampil, jujur, dapat dipercaya,

bertanggung jawab dan memiliki

solidaritas sosial yang tinggi.

Tujuan pendidikan nasional bangsa

Indonesia merupakan implementasi dari

empat pilar pendidikan yang

di-canangkan UNESCO. Empat pilar ini

merupakan visi pendidikan dimasa

sekarang dan masa depan yang perlu

dikembangkan oleh lembaga pendidikan

formal dimanapun. Keempat pilar

tersebut yaitu: (1) learning to know

(belajar untuk mengetahui), (2) learning

to do (belajar untuk melakukan sesuatu),

(3) learning to be (belajar untuk menjadi

seseorang) dan (4) learning to live

together (belajar untuk menjalani

kehidupan bersama).

Dalam rangka merealisasikan “learning to know”, guru berfungsi

sebagai fasilitator. Learning to do (belajar

untuk melakukan sesuatu) akan bisa

berjalan jika sekolah memfasilitasi

siswanya untuk mengaktualisasikan

keterampilan yang dimilikinya serta

bakat dan minatnya. Learning to be

(belajar untuk menjadi seseorang erat

hubungannya dengan bakat dan minat,

perkembangan fikik dan kejiwaan,

tipologi pribadi anak serta kondisi

lingkungannya. Learning to live together

(belajar untuk menjalani kehidupan

bersama). Penerapan keempat pilar ini

dirasakan makin penting dalam era

globalisasi sekarang ini. Keempat pilar

tersebut juga merupakan salah satu

dasar pengembangan kurikulum, yaitu

sebagai prinsip penyelenggaraan

pem-belajaran yang merupakan implementasi

kurikulum.

UUD 1945 (versi Amendemen), Pasal

31 ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan

satu sistem pendidikan nasional, yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan

serta ahlak mulia dalam rangka

men-cerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

dengan undang-undang." Pada pasal 31

ayat 5 menyebutkan, "Pemerintah

me-majukan ilmu pengetahuan dan teknologi

dengan menunjang tinggi nilai-nilai

agama dan persatuan bangsa untuk

kemajuan peradaban serta kesejahteraan

umat manusia." Jabaran di dalam UUD

1945 tentang pendidikan dituangkan

dalam Undang-Undang No. 20, Tahun

2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab".

Bila dibandingkan dengan

undang-undang pendidikan sebelumnya, yaitu

Undang-Undang No. 2 Tahun 1989, ada

kemiripan kecuali berbeda dalam

pengungkapan. Pada pasal 4 ditulis,

(3)

men-http://jurnal.pasca.uns.ac.id

228 cerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan berbudi-pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan

jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri serta rasa

tanggung-jawab kemasyarakatan dan kebangsaan."

Pada Pasal 15, Undang-undang yang

sama, tertulis, "Pendidikan menengah

di-selenggarakan untuk melanjutkan dan

meluaskan pendidikan dasar serta

menyiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan mengadakan hubungan

timbal balik dengan lingkungan sosial,

budaya dan alam sekitar serta dapat

mengembangkan kemampuan lebih

lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan

tinggi."

Bila dipelajari, di atas kertas tujuan

pendidikan nasional masih sesuai dengan

substansi Pancasila, yaitu menjadikan

manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan yang Maha Esa.

Sebagaimana dikemukakan oleh Nurkolis

setidaknya ada empat alasan kenapa

diperlukan figur pemimpin, yaitu: 1)

banyak orang memerlukan figur

pemimpin, 2) dalam beberapa situasi

seorang pemimpin perlu tampil mewakili

kelompoknya, 3) sebagai tempat

pengambil alihan resiko bila terjadi

tekanan terhadap kelompoknya, dan 4)

sebagai tempat untuk meletakkan

kekuasaan.

Pemimpin memiliki peranan yang

dominan dalam sebuah organisasi.

Peranan yang dominan tersebut dapat

mempengaruhi moral kepuasan kerja

keamanan, kualitas kehidupan kerja dan

terutama tingkat prestasi suatu

organisasi. Sebagaimana dikatakan Hani

Handoko bahwa pemimpin juga

memainkan peranan kritis dalam

membantu kelompok organisasi, atau

masyarakat untuk mencapai tujuan

mereka. Bagaimanapun juga kemampuan

dan ketrampilan kepemimpinan dalam

pengarahan adalah faktor penting

efektifitas manajer. Bila organisasi dapat

mengidentifikasikan kualitas yang

berhubungan dengan kemampuan

mengidentifikasikan perilaku dan

teknik-teknik kepemimpinan efektif.

Ke-pemimpinan dalam bahasa inggris

disebut leadership berarti, being a leader

power of leading atau the qualities of

leader. Secara bahasa, makna

kepemimpinan itu adalah kekuatan atau

kualitas seseorang pemimpin dalam

mengarahkan apa yang dipimpinnya

untuk mencapai tujuan. Seperti halnya

manajemen, kepemimpinan atau

leadership telah didefinisikan oleh

banyak para ahli antaranya adalah Stoner

mengemukakan bahwa kepemimpinan

manajerial dapat didefinisikan sebagai

suatu proses mengarahkan pemberian

pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari

sekelompok anggota yang selain

(4)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

229 Kepemimpinan adalah bagian

penting manjemen, tetapi tidak sama

dengan manajemen. Kepemimpinan

merupakan kemampuan yang dipunyai

seseorang untuk mempengaruhi orang

lain agar bekerja mencapai tujuan dan

sasaran. Manajemen mencakup

ke-pemimpinan, tetapi juga mencakup

fungsi-fungsi lainnya seperti

perencana-an, pengorganisasian , pengawasan dan

evaluasi.

Kepemimpinan atau leadership dalam

pengertian umum menunjukkan suatu

proses kegiatan dalam hal memimpin,

membimbing, mengontrol perilaku,

perasaan serta tingkah laku terhadap

orang lain yang ada dibawah

pe-ngawasannya. Disinilah peranan

ke-pemimpinan berpengaruh besar dalam

pembentukan perilaku bawahan. menurut

Handoko kepemimpinan merupakan

kemampuan seseorang untuk

mem-pengaruhi orang lain agar mencapai

tujuan dan sasaran.

Kepemimpinan dalam dunia

pendidikan berkaitan dengan masalah

kepala sekolah dalam meningkatkan

kesempatan untuk mengadakan

per-temuan secara efektif dengan para guru

dalam situasi yang kondusif. Dalam hal

ini, perilaku kepala sekolah harus dapat

mendorong kinerja para guru dengan

menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan

penuh pertimbangan terhadap para guru,

baik sebagai individu dan sebagai

kelompok.

Kepemimpinan yang baik tentunya

sangat berdampak pada tercapai tidaknya

tujuan organisasi karena pemimpin

memiliki pengaruh terhadap kinerja yang

dipimpinnya. Kemampuan untuk

mem-pengaruhi suatu kelompok untuk

mencapai tujuan merupakan bagian dari

kepemimpinan. Konsep kepemimpinan

erat sekali hubungannya dengan konsep

kekuasaan. Dengan kekuasaan pemimpin

memperoleh alat untuk mempengaruhi

perilaku para pengikutnya. Terdapat

beberapa sumber dan bentuk kekuasaan,

yaitu kekuasaan paksaan, legitimasi,

keahlian, penghargaan, referensi,

informasi dan hubungan.

Media berasal dari bahasa Latin dan

merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harfiah berarti

perantara atau pengantar. Jadi dapat

dipahami bahwa media adalah perantara

atau pengantar dari pengirim ke

penerima pesan. Media adalah perantara

atau pengantar pesan dari pengirim ke

penerima pesan (Sadiman, 2002: 6).

Secara umum media pembelajaran

dalam pendidikan disebut media, yaitu

berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat

me-rangsangnya untuk berpikir, menurut

Gagne (dalam Sadiman, 2002: 6).

Sedangkan menurut Briggs (1977) media

adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang

siswa untuk belajar. Jadi, media

merupakan segala sesuatu yang dapat

(5)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

230 pengirim dan penerima sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, minat dan

perhatian sedemikian rupa sehingga

proses belajar terjadi.

MenurutLatuheru(http://forum.upi.e

du/), menyatakan bahwa media

pem-belajaran adalah bahan, alat atau teknik

yang digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar dengan maksud agar proses

interaksi komunikasi edukasi antara guru

dan siswa dapat berlangsung secara tepat

guna dan berdayaguna.

Brown (1973) mengungkapkan bahwa

media pembelajaran yang digunakan

dalam kegiatan pembelajaran dapat

mempengaruhi terhadap efektivitas

pembelajaran. Pada mulanya, media

pembelajaran hanya berfungsi sebagai

alat bantu guru untuk mengajar yang

digunakan adalah alat bantu visual.

Sekitar pertengahan abad Ke– 20 usaha

pemanfaatan visual dilengkapi dengan

digunakannya alat audio, sehingga

lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam

bidang pendidikan, saat ini penggunaan

alat bantu atau media pembelajaran

menjadi semakin luas dan interaktif,

seperti adanya komputer dan internet.

Media pembelajaran merupakan alat

yang berfungsi sebagai perantara atau

penyampai isi berupa informasi

pengetahuan berupa visual dan verbal

untuk keperluan pembelajaran. Media

pembelajaran secara umum adalah alat

bantu proses belajar mengajar. Segala

sesuatu yang dapat dipergunakan untuk

merangsang pikiran, perasaan, perhatian

dan kemampuan atau ketrampilan

siswanya sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar. Batasan ini

cukup luas dan mendalam mencakup

pengertian sumber, lingkungan, manusia

dan metode yang dimanfaatkan untuk

tujuan pembelajaran/ pelatihan.

Sedang-kan menurut Briggs (1977) media

pem-belajaran adalah sarana fisik untuk

menyampaikan isi/ materi pembelajaran

seperti: buku, film, video dan sebagainya.

Kemudian menurut National Education

Associaton (1969) mengungkapkan

bahwa media pembelajaran adalah sarana

komunikasi dalam bentuk cetak maupun

pandang-dengar, termasuk teknologi

perangkat keras.

Oleh karena proses pembelajaran

merupakan proses komunikasi dan

berlangsung dalam suatu sistem, maka

media pembelajaran menempati posisi

yang cukup penting sebagai salah satu

komponen sistem pembelajaran. Tanpa

media, komunikasi tidak akan terjadi dan

proses pembelajaran sebagai proses

komunikasi juga tidak akan bisa

berlangsung secara optimal. Media

pembelajaran adalah komponen integral

dari sistem pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran terdapat

beberapa komponen-komponen

pem-belajaran diantaranya: pendidik, peserta

didik, metode, media yang tersedia,

sarana, materi yang akan diajarkan, dan

(6)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

231 komponen tersebut kemudian dibangun

dengan cara sistematik dan sistematis,

hal tersebut menjadikan hubungan erat

antara kegiatan belajar mengajar

sehingga terjadi suatu kondisi yang

saling berkaitan, saling interaksi, saling

mempengaruhi.

Berdasarkan uraian di atas maka

penulis tertarik untuk melakukan

pe-nelitian denga judul: Peran

Kepemimpin-an Kepala Sekolah dalam PemKepemimpin-anfaatKepemimpin-an

Media Pembelajaran sebagai Upaya

Peningkatan Proses Pembelajaran.

METODE

Jenis dari penelitian ini adalah penelitian

kualitatif deskriptif. Dalam penelitian

kualitatif, pengumpulan data dilakukan

dengan wawancara mendalam (

in-deep-interview), pengamatan dan studi

kepustakaan. Teknik cuplikannya

meng-gunakan purposive sampling. Teknik

analisis data dalam penelitian ini

menggunakan teknik analisis dengan

langkah-langkah: Reduksi data (Data

reduction), Penyajian data (Data display),

dan Penarikan kesimpulan dan verifikasi

(Conclution drawing/ verifying). Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan

teknik validasi data triangulasi

(triangulation) sumber dan teknik..

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil temuan dilapangan diketahui

bahwa sebagai upaya peningkatan

kualitas pembelajaran, sekolah membuat

program pengembangan sekolah yang

mengacu pada hal tersebut. Sekolah

memandang bahwa proses pembelajaran

merupakan suatu hal yang penting dalam

kegiatan belajar mengajar disekolah.

Karena keberhasilan dari pembelajaran

itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai

faktor, antara lain kesiapan sekolah

dalam mengembangkan kurikulum yang

berlaku, menyediakan berbagai fasilitas

atau perlengkapan sekolah sebagai

sumber/ media pembelajaran, kesiapan

kepala sekolah, guru dan karyawan lain

dalam proses pembelajaran. Untuk

memantau pelaksanaan dan

perkembang-an program-program yperkembang-ang telah disusun

guna meningkatkan kualitas

pembelajar-an tersebut, maka diadakpembelajar-an pertemupembelajar-an

antara kepala sekolah, guru dan

karyawan-karyawan yang terkait.

Per-temuan tersebut diagendakan setiap

akhir bulan di akhir minggu setelah

pelajaran usai. Dengan diagendakan

pertemuan intern setiap akhir bulan

tersebut, kepala sekolah juga berharap

agar guru-guru dan karyawan

memberi-kan masumemberi-kan-masumemberi-kan demi kemajuan

sekolah dan pertemuan itu juga sebagai

upaya kepala sekolah untuk lebih

mempererat kerjasama dengan guru-guru

dan karyawan sekolah.

Menurut Oemar Hamalik (2003:57),

Pembelajaran adalah suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusia, material, fasilitas, perlengkapan

dan prosedur yang saling mempengaruhi

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(7)

pem-http://jurnal.pasca.uns.ac.id

232 belajaran terdiri dari siswa, guru dan

tenaga lainnya, misalnya tenaga

laboratorium. Material meliputi

buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi,

slide dan film, audio dan video tape.

Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari

ruang kelas, perlengkapan audio visual,

juga komputer. Prosedur meliputi jadwal

dan metode penyampaian informasi,

praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

Sekolah ini juga memandang bahwa cara/

metode dan media pembelajaran

merupakan hal yang penting dalam

proses pembelajaran. Hal ini juga sejalan

dengan pendapat Azhar Arsyad (2003:15)

yang menegaskan dalam suatu proses

belajar mengajar terdapat dua unsur

yang amat penting, yaitu metode

mengajar dan media pembelajaran.

Kedua aspek ini saling berkaitan.

Pemilihan salah satu metode mengajar

tertentu akan mempengeruhi jenis media

pembelajaran yang sesuai, meskipun

masih ada berbagai aspek lain yang harus

diperhatikan dalam memilih media,

antara lain tujuan pembelajaran, jenis

tugas dan respon yang diharapkan siswa

kuasai setelah pembelajaran berlangsung,

konteks pembelajaran termasuk

karakteristik siswa.

Pembelajaran sebagai suatu cara

untuk dapat merangsang, memelihara

dan meningkatkan terciptanya proses

berpikir dari setiap individu yang belajar.

Di dalam kata pembelajaran ditekankan

pada kegiatan belajar siswa, melalui

usaha-usaha yang terencana dalam

sumber-sumber belajar agar terjadi

proses belajar. Pada hakikatnya proses

pembelajaran merupakan proses

komunikasi yaitu proses penyampaian

pesan dari sumber pesan melalui

saluran/ media tertentu kepada penerima

pesan (siswa). Pesan yang disampaikan

berupa bahan pembelajaran yang ada

dalam kurikulum. Sumber pesan dapat

guru, siswa, orang lain atau penulis buku

dan salurannya adalah media

pem-belajaran. Dengan kata lain,

pembelajar-an adalah merupakan upaya yang

dilakukan oleh guru agar terjadi proses

belajar pada diri siswa. Ciri utama dari

pembelajaran adalah adanya interaksi

antara siswa dengan lingkungan

belajar-nya, baik dengan guru, teman-temanbelajar-nya,

media pembelajaran dan sumber-sumber

belajar lainnya. Pembelajaran sebagai

proses yang dibangun oleh pendidik/

guru, dimaksudkan untuk

mengembang-kan kreativitas berpikir peserta didik/

siswa dan meningkatkan kemampuan

mengoordinasikan pengetahuan baru

sebagai upaya untuk meningkatkan

penguasaan terhadap materi

pembelajar-an.

Menurut Maharani (2003:7), kegiatan

belajar mengajar di mana di dalamnya

terjadi interaksi antara berbagai

komponen pengajaran yang dapat

dikelompokkan ke dalam tiga kategori

utama, yaitu: Guru, Materi pelajaran dan

Siswa.

Interaksi antara ketiga komponen

(8)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

233 prasarana, seperti metode, media, dan

tempat belajar, sehingga tercipta situasi

pembelajaran yang memungkinkan

tercapainya tujuan yang telah

direncana-kan sebelumnya. Pembelajaran adalah

suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusia, material, fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Manusia terlibat dalam

sistem pembelajaran terdiri dari siswa,

guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga

laboratorium. Material meliputi

buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi,

slide dan film, audio dan video tape.

Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari

ruang kelas, perlengkapan audio visual,

juga komputer. Prosedur meliputi jadwal

dan metode penyampaian informasi,

praktik, belajar, ujian dan sebagainya

(Oemar Hamalik, 2003:57). Proses belajar

mengajar pada intinya tertumpu pada

bagaimana guru memberi kemungkinan

bagi siswa agar terjadi proses belajar

yang efektif atau dapat mencapai hasil

yang sesuai dengan tujuan (Maharani,

2003: 7).

Di dalam proses pembelajaran,

metode dan media merupakan alat bantu

mengajar guru. Metode mengajar

merupakan cara yang digunakan oleh

seorang guru dalam melakukan interaksi

dengan siswa agar informasi/bahan bisa

sampai kepada siswa dan tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Sementara

itu, media pembelajaran sebagai alat

bantu dalam mengajar. Media

pembelajaran merupakan alat bantu

mengajar yang berfungsi untuk

memperjelas materi yang diajarkan oleh

guru pada saat guru melaksanakan

proses pembelajaran; alat untuk

mengangkat atau menimbulkan

per-soalan untuk dikaji lebih lanjut dan

dipecahkan oleh siswa dalam proses

pembelajaran; dan sebagai sumber

belajar, maksudnya media berisikan

bahan-bahan yang harus dipelajari oleh

para siswa. Keberhasilan guru untuk

menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif untuk proses pembelajaran

dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

satunya adalah tingkat pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki oleh guru

dalam memberdayakan media

pem-belajaran. Semakin tinggi pengetahuan

dan keterampilan guru dalam

memberdayakan media, maka akan

semakin tinggi pula kemungkinan guru

untuk memanfaatkan media dalam

proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran yang

dilaksanakan di SMP Pancasila, dirancang

sebaik mungkin agar siswa merasa

tertarik dan senang dalam menerima

materi yang diajarkan oleh guru dengan

harapan agar siswa dapat menyerap

informasi sebanyak-banyaknya. Guru

juga membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang baik dan

semaksimal mungkin memilih dan

menyiapkan media pembelajaran sesuai

(9)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

234 langkah tersebut diharapkan agar

pembelajaran menjadi lebih efektif.

Kepala sekolah sebagai pimpinan

pendidikan di sekolah, mempunyai

peranan penting dalam peningkatan

kualitas proses pembelajaran di sekolah

yang dipimpinnya. Kepala sekolah yang

merupakan pimpinan tunggal di sekolah,

mempunyai tanggung jawab untuk

mengajar dan mempengaruhi semua

pihak yang terlibat dalam kegiatan

pendidikan di sekolah untuk mau bekerja

sama dalam mencapai tujuan sekolah.

Kepala sekolah dituntut untuk mampu

memimpin sekaligus mengorganisir dan

mengelola pelaksanaan program belajar

mengajar yang diselenggarakan di

sekolah yang dipimpinnya. Dalam hal ini,

kepala sekolah harus dapat mewujudkan

proses pembelajaran yang efektif dan

efisien sehingga tercapai produktivitas

belajar yang pada akhirnya dapat

meningkatkan kualitas proses

pembelajaran.

Menurut Drs. Daryanto (2011: 50)

Kepala sekolah menciptakan model

peningkatan mutu pembelajaran dengan

mengidentifikasi kebutuhan, kekuatan,

kelemahan peluang yang dimiliki sekolah,

serta menyusun perencanaan dengan

warga sekolah yang memperdayakan

sumberdaya menuju visi, misi, nilai

sekolah, serta secara terus menerus

mengadakan kajian-kajian bagi setiap

kinerja yang telah dihasilkan untuk terus

mengupayakan peningkatan mutu secara

berkelanjutan. Nilai yang dikembangkan

dalam kepemimpinan sekolah berbasis

pada nilai-nilai yang universal, yaitu :

damai (piece), hormat (respect),

kerjasama (cooperation), bebas

(freedom), bahagia (happiness), jujur

(honesty), rendah hati (humility), cinta

(love), tanggung jawab (responsibility),

sederhana (simplicity), toleran (tolerance)

dan kesatuan (unity). Menurut Oemar

Hamalik (1986: 21), hubungan

komunikasi interaksi itu akan berjalan

dengan lancar dan tercapainya hasil yang

maksimal, apabila menggunakan alat

bantu yang disebut media komunikasi.

Penggunaan media dalam proses

pembelajaran, sangat membantu guru

dalam menyampaikan materi dan

mempermudah siswa dalam menerima

materi yang disampaikan oleh guru.

Kepala sekolah SMP Pancasila telah

berperan aktif dalam memajukan proses

pembelajaran agar pembelajaran di

sekolah dapat berjalan secara efektif dan

efisien dengan berbagai cara, diantaranya

mendorong guru untuk meningkatkan

pengetahuan dan profesionalisme dalam

mengajar, mendorong guru untuk

memberdayakan penggunaan media

dalam proses pembelajaran, mendorong

guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan

baik yang diadakan oleh dinas terkait

maupun pihak lain, melengkapi sarana

dan prasarana pembelajaran serta

mengadakan pertemuan rutin sebagai

media untuk sharing antara guru-guru

(10)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

235 Menurut Drs. Daryanto (2011: 18),

pemimpin mempunyai tanggung jawab

baik secara fisik maupun spiritual

terhadap keberhasilan aktifitas kerja dari

yang dipimpinnya, sehingga menjadi

pemimpin itu tidak mudah dan tidak

akan setiap orang mempunyai kesamaan

di dalam menjalankan kepemimpinannya.

Seringkali kepala sekolah menghadapi

masalah komunikasi dengan

bawahan-nya, diantaranya adalah masalah sosio

psikologis, termasuk: kecemasan,

menutup diri, masalah kesempurnaan,

memahami hening, berurusan dengan

lawan bicara yang menuntut, lawan

bicara yang tidak dapat diandalkan, hasil

yang lambat dan hilang kendali atas diri

(Drs. Daryanto, 2011: 113).

Menurut H. E Mulyasa (2006:56),

se-bagai pemimpin sekolah, kepala sekolah

harus sadar bahwa keberhasilannya

bergantung pada orang lain, seperti guru

dan tenaga kependidikan. Oleh karena

itu, karakteristik pribadi kepala sekolah

memainkan peran penting dan

merupa-kan bagian dalam keberhasilan atau

kegagalannya. Kualifikasi pribadi

me-liputi banyak faktor, misalnya: kestabilan

emosi, rasa humor, inisiatif, kematangan

berpikir, memiliki intelegensi yang baik,

mempunyai kapasitas fisik untuk

melaksanakan tugas, menyenangkan

suara bagus, latar belakang budaya yang

baik, antusias, mempunyai kepedulian

terhadap orang lain dan loyal. Kepala

sekolah sebagai seorang pemimpin harus

mampu mempengaruhi bawahannya

untuk bekerja sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan. Akan tetapi, yang

nama-nya manusia selalu dikendalikan dan

ditentukan oleh kondisi fisik yang

dimilikinya dan juga faktor psikis, seperti

pandangan hidup, harapan, keinginan,

harga diri, tingkat kepuasan dan lain

sebagainya. Sikap malas dan kurangnya

rasa tanggung jawab dalam menjalankan

tugas-tugas yang dibebankan kepadanya

juga menjadi kendala kepala sekolah

dalam melakukan upaya untuk

meningkatkan kualitas proses

pembelajaran.

Dalam mengatasi

kemungkinan-kemungkinan di atas, maka kepala

sekolah SMP Pancasila mempunyai

langkah-langkah agar

bawahan-bawahannya tetap menjalankan tugasnya

dengan baik, yaitu dengan memberikan

hadiah (reward) bagi mereke yang

menjalankan tugasnya dengan baik, dan

memberikan hukuman (punishment)

kepada mereka yang melanggar aturan

dan kurang disiplin dalam menjalankan

tugas-tugas yang dibebankan. Kepala

sekolah juga mengadakan refreshing bagi

guru dan karyawan setiap akhir tahun

pelajaran, untuk menghilangkan rasa

jenuh para bawahannya. Dengan langkah

tersebut dinilai berhasil oleh kepala

sekolah sebagai upaya meminimalisir

kendala-kendala yang dihadapi guna

tercapainya tujuan peningkatan kualitas

proses pembelajaran yang telah menjadi

(11)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

236 Faktor ini juga menjadi hambatan

tersendiri bagi kepala sekolah dalam

menjaga dan melengkapi kekurangan

sarana dan prasarana pembelajaran.

Karena dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, maka sarana

dan prasarana penunjang juga harus

dilengkapi agar pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar dan sesuai

dengan kurikulum yang berlaku.

Menurut kepala sekolah, dengan

mengajukan permohonan bantuan yang

dikirimkan pada instansi-instansi

pe-merintahan terkait, diharapkan mampu

menutup kekurangan anggaran sekolah.

Hal ini agar dalam mengupayakan

pe-ningkatan kualitas pendidikan di

sekolah-nya dapat berjalan secara maksimal

sesuai dengan tujuan yang telah

ditetap-kan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka

peneliti dapat menyimpulkan beberapa

hal sebagai berikut:

1. Sebagai upaya peningkatan kualitas

proses pembelajaran, di SMP Pancasila

Purwodadi telah disusun

program-program pengembangan sekolah yang

dapat mendukung terciptanya

kegiatan pembelajaran yang lebih

efektif dan efisien.

2. Pemanfaatan media pembelajaran

mempunyai dampak yang positif

dalam mendukung pembelajaran. Para

guru dan siswa menyadari bahwa

pemanfaatan media dalam proses

pembelajaran sangat membantu

untuk memperjelas materi

pem-belajaran sehingga tujuan

pembelajar-an dapat tercapai dan proses

pembelajaran menjadi lebih efektif,

siswa juga lebih merasa senang

karena pembelajaran yang dilakukan

guru tidak monoton dan membuat

siswa menjadi lebih aktif dalam

menerima pelajaran.

3. Kepala sekolah juga melakukan

upaya-upaya agar tercipta suasana

kondusif yang mendukung

tercipta-nya pembelajaran yang efektif dan

efisien, yaitu dengan memberikan

arahan-arahan kepada para guru dan

karyawan agar bekerja sesuai dengan

tuntutan dan tujuan yang telah

ditetapkan. Juga berupaya untuk

meningkatkan kemampuan dan

profesionalisme guru dengan

mem-berkan keleluasaan untuk menempuh

pendidikan lanjutan, mengikuti

diklat/ penataran-penataran, baik

yang diadakan oleh Dinas Pendidikan

atau pihak lain.

4. Kendala yang dihadapi kepala sekolah

dalam pemanfaatan media pem

belajaran sebagai upaya meningkat

kan kualitas proses pembelajaran

adalah faktor manusia yang

mempunyai rasa emosional yang labil,

sehingga kadang guru malas untuk

membuat media, dan melaksanakan

tugas-tugas lain sebagai guru. Untuk

mengatasi hal tersebut kepala sekolah

(12)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

237 yang menjalankan tugas dengan baik

dan hukuman (punishment) bagi yang

melanggar dan lepas tanggung jawab.

Selain itu masalah keuangan juga

menjadi kendala dalam menjaga dan

melengkapi sarana prasarana sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional: Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tanggal 17 April 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah.

Barbara B. Seel and Rita C, Richey. 1994. Instructional Technology The Definition and Domains of The Field. Washington DC: Association for Educational Communications and Technology.

Costa, Vincent. P. 2000. Panduan Pelatihan untuk Pengembangan Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Cranton, Patricia. 1989. Planning Instruction for Adult Learners. Toronto: Wall & Emeson, etc.

Daryanto, 2011. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Dede Rosyada, 2004.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 2007. Calon SMP Standar Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Effendy, Onong Uchjana. 1977. Kepemimpinan dan Komunikasi. Jakarta: Gunung Agung.

Fred C. Lunenburg & Allan C. Ornstein, Education Administration: Concepts and Practices (California: Wadsworth, Inc).

Gordon, T. & Bruch, N. 1997. Teacher Effectiveness for Training: Des

Moines, Lowa: wm. C. Brown Company Publisher.

Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif (Yogjakarta: Gajah Mada University Press, 1995),

Hasibun dan Mujiono. 1988. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.

Hisyam Zaini, et al. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.

Hoy, Charles, Colin Bayne-Jardine, & Margaret Wood. 2000. Improving Quality in Education. London: Falmer Press.

Kusnandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Moh. Uzer Usman, 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Nana Sudjana, 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Oemar, Hamalik, 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV. Mandar Manju. 2003. Peraturan Menteri Nomor 162 Tahun 2003 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah.

Rahman (at all). 2006. Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint.

(13)

http://jurnal.pasca.uns.ac.id

238 Aditama.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada.

Soekarto Indarafachrudi. 2006. Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kepandidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2006. Penelitian Kualitatif-Naturalistik dalam Pendidikan. Yogyakarta: Usaha Keluarga.

Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Sutopo, HB. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan

Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004. Ke-pemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan Permasalahan-nya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2002. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

William Glasser. 1993. The Quality School Teacher. New York: Harper Parenial.

Winkel, W. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi media interaktif berbasis komputer dapat menjadi alat bantu pada proses belajar mengajar yang mampu memberikan beberapa keuntungan, yaitu media interaktif

Alat peraga permainan kartu digunakan untuk membina keterampilan siswa setelah konsep diberikan oleh guru. Alat peraga permainan kartu ada beberapa macam diantaranya mengacu

Menurut Supriadi (1998) profesionalisme guru dapat terbentuk dari beberapa hal diantaranya adanya pembinaan dari organisasi tempatnya bekerja, meningkatkan kualitas

Untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari guru kepada siswa, biasanya guru menggunakan alat bantu mengajar ( teaching aids ) berupa gambar, model, atau alat-alat

Berdasarkan hasil wawancara dengan para guru pengajar fisika, dapat disimpulkan bahwa media yang digunakan dalam proses belajar mengajar selama ini dirasa masih kurang membantu

Pendapat yang demikian mengartikan bahwa media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar, yakni menunjang penggunaan metode mengajar yang dipergunakan guru. Melalui

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar yang digunakan sebagai suatu alat

Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari