LIKUIDITAS SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN PADA AUDIT REPORT LAG
SKRIPSI
Oleh :
NI LUH NYOMAN ADI KUSUMA DEWI NIM : 1215351041
PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
i
LIKUIDITAS SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN PADA AUDIT REPORT LAG
SKRIPSI
Oleh :
NI LUH NYOMAN ADI KUSUMA DEWI NIM : 1215351041
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji
pada tanggal 3 Maret 2016 :
Tim Penguji : Tanda tangan
1. Ketua : Dr. Drs. I D.G. Dharma Suputra, SE., M.Si., Ak
2. Sekretaris : I Dewa Nyoman Wiratmaja, SE., MM., Ak
3. Anggota : Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing
Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak I Dewa Nym. Wiratmaja, SE., MM., Ak NIP. 19650323 199103 1 004
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,
di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Likuiditas Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Audit Report Lag” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana.
2. Prof. Dr. Mi Nyoman Kerti Yasa, SE., MS., selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Dr. A. A. G. P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak, dan Dr. I Dewa Nyoman Badera,
SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Drs. I Ketut Suardika Nata, M.Si., selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
5. I Gede Supartha Wisadha, SE., M.Si., Ak, selaku Pembimbing Akademik atas
bimbingan selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana.
6. I Dewa Nyoman Wiratmaja, SE., MM., Ak, selaku Dosen Pembimbing atas
v
7. Dr. Drs. I Dewa Gde Dharma Suputra, SE., M.Si., Ak, selaku Dosen Pembahas
dan Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak, selaku Dosen Penguji atas
masukan yang diberikan untuk skripsi ini.
8. Kedua orang tua tercinta Bapak I Wayan Gede Adi Suputra, SH, dan Ibu Ni
Made Sukawati, kakak Ni Luh Putu Adi Widia Santhi, SE, serta semua keluarga
atas dukungan, motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat seperjuangan Lia Muliani, Julia Drupadi, Devi Setya, Milla Rosa, Iin
Indahsary, Ina Wijayanthi, Yulia Hartanti, Tari Sugiantari, Ganitri Putri, Indah
Sadewi, Ayu Krisna, Cok Indraswari, Gek Yuni, Karina Pravita yang telah
memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung
jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi pihak yang berkepentingan.
Denpasar, Maret 2016
vi
Judul : Likuiditas Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Audit Report Lag
Nama : Ni Luh Nyoman Adi Kusuma Dewi NIM : 1215351041
ABSTRAK
Audit report lag yang dipahami sebagai rentan waktu penyelesaian audit dari tanggal tutup tahun buku perusahaan sampai dengan tanggal pelaporan auditor merupakan informasi penting bagi pengguna laporan keuangan dan mencerminkan kualitas informasi yang terkandung didalamnya. Audit report lag yang panjang mengindikasikan semakin lama waktu yang yang dibutuhkan auditor dalam menyelesaikan pemeriksaannya. Penundaan atau keterlambatan penyampain informasi dalam laporan keuangan maupun laporan auditor independen ke publik akan menyebabkan informasi yang dihasilkan kehilangan relevansinya serta menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Untuk itu penelitian yang menguji penyebab terjadinya audit report lag penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kemampuan likuiditas dalam memoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag.
Penelitian ini menggunakan data pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dengan 63 perusahaan dan pengamatan sebanyak 189 sampel penelitian yang diperoleh dari www.idx.co.id. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda dan uji moderasi menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA).
Hasil Penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Hal ini membuktikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin pendek audit report lagnya. Sedangkan likuiditas mampu memoderasi pengaruh negatif ukuran perusahaan pada audit report lag, dimana pengaruh yang diberikan memperlemah pengaruh negatif ukuran perusahaan pada audit report lag.
vii DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ... 8
1.5 Sistematika Penulisan ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 11
2.1.1 Agency Theory ... 11
2.1.2 Laporan Keuangan ... 13
2.1.3 Audit Report Lag ... 16
2.1.4 Ukuran Perusahaan... 18
2.1.5 Likuiditas ... 20
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 22
2.3 Hipotesis Penelitian ... 28
2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag ... 28
2.3.2 Kemampuan Likuiditas Memoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag ... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 30
3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 31
3.3 Objek Penelitian ... 31
3.4 Identifikasi Variabel ... 31
3.5 Definisi Operasional Variabel ... 32
3.6 Jenis Data ... 34
3.7 Sumber Data ... 34
3.8 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 35
viii
3.10 Teknik Analisis Data ... 37
3.10.1 Uji Asumsi Klasik ... 37
3.10.2 Uji Hipotesis (Uji T) ... 39
3.10.3 Uji Kesesuaian Model (Uji F) ... 39
3.10.4 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 39
3.10.5 Uji Regresi Linear Berganda ... 40
3.10.6 Moderated Regression Analysis (MRA) ... 41
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Diskripsi Sampel dan Variabel Penelitian ... 42
4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 42
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 43
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 45
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 45
4.2.2.2 Uji Autokorelasi ... 46
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 47
4.2.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 48
4.2.4 Uji Kesesuaian Model (Uji F) ... 49
4.2.5 Uji Regresi Linear Berganda ... 50
4.2.6 Moderated Regression Analysis (MRA) ... 51
4.2.7 Uji Hipotesis (Uji T) ... 53
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 53
4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag .... 53
4.3.2 Kemampuan Likuiditas Memoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag ... 57
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 59
5.2 Saran ... 59
DAFTAR RUJUKAN ... 61
ix
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya ... 25
4.1 Penentuan Jumlah Sampel... 42
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 43
4.3 Hasil Uji Normalitas ... 46
4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 46
4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 48
4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 49
4.7 Hasil Uji Kesesuaian Model (Uji F)... 50
4.8 Hasil Regresi Linear Berganda ... 51
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1. Daftar Perusahaan Sampel ... 66
2. Tabulasi Data ... 68
3. Analisis Statistik Deskriptif ... 73
4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 74
5. Hasil Regresi Linear Berganda ... 77
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan yang go public menunjukan
semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia. Berbagai faktor dapat
mempengaruhi aktivitas investasi dalam pasar modal dan salah satu diantaranya
adalah informasi yang masuk ke pasar modal tersebut. Laporan keuangan
merupakan salah satu sumber informasi yang kerap kali digunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan. Laporan keuangan merupakan
proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi
pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Banyak pihak yang
berkepentingan dengan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan baik itu
pihak internal maupun eksternal perusahaan.
Suatu laporan keuangan harus memiliki empat karakteristik kualitatif yaitu
dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan (Kerangaka Dasar
Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan pada Standar Akuntansi Keuangan, IAI,
2004). Menurut PSAK No. 1 tahun 2012, laporan keuangan terdiri atas: laporan
posisi keuangan, laporan laba komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, catatan atas laporan keuangan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI.
2009) laporan keuangan mempunyai tujuan untuk memberikan informasi tentang
posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagaian
2
ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009 : 2), banyak sekali pihak yang
menggunakan laporan keuangan untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan, atau menjual investasi mereka. Bagi pihak manajemen laporan
keuangan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana
kegiatan perusahaan di periode yang akan datang. Bagi pihak pemerintah laporan
keuangan digunakan untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan
pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan lainnya.
Laporan keuangan akan mempengaruhi keputusan investor dalam mengambil
keputusan karena laporan keuangan menyediakan informasi mengenai posisi
keuangan suatu perusahaan.
Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public
diharuskan untuk menyusun laporan keuangan setiap periodenya. Menurut Lianto
dan Kusuma (2010), Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mewajibkan
setiap perusahaan yang go public untuk menyampaikan laporan keuangan yang
disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan
publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Adapun
pemeriksaan laporan keuangan oleh auditor independen dilakukan untuk menilai
kewajaran penyajian atas laporan keuangan. Tujuan audit adalah untuk memberikan
opini tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang didasarkan pada
standar pelaporan yang berterima umum. Hasil audit atas perusahaan publik
3
Adanya tanggung jawab yang besar memicu auditor bekerja lebih profesional.
Salah satu kriteria profesionalisme dari auditor adalah ketepatan waktu
penyampaian laporan auditnya. Ketepatan waktu perusahaan dalam
mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada
BAPEPAM juga tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan
pekerjaan auditnya. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan
keuangan itu sendiri. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam
pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya
(Subekti dan Widiyanti, 2004).
Berkaitan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, Bursa Efek
Indonesia mewajibkan perusahaan-perusahaan yang terdaftar untuk menyerahkan
laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik dalam waktu
selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan
keuangan tahunan. Hal tersebut berdasarkan Peraturan BAPEPAM Nomor
KEP-346/BL/2011 tentang kewajiban Penyampaian laporan keuangan berkala emiten
dan perusahaan publik. Menurut undang-undang N0.8 tahun 1995 dan peraturan
BAPEPAM Nomor XK2, menjelaskan jika perusahaan tidak tepat waktu dalam
menyampaikan laporan keuangan maka akan dikenakan sanksi administratif sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Meski sudah diterpakan aturan dan sanksi tersebut,
namun masih ada beberapa perusahaan yang melanggar peraturan tersebut. Hal ini
sebagian besar disebabkan oleh lamanya waktu penyelesaian audit (Estrini, 2013).
Penundaan atau keterlambatan penyampain informasi dalam laporan keuangan
4
dari pelaku pasar modal. Bonson Ponte et al (2008) menyatakan bahwa investor
membutuhkan informasi yang reliabel dan tepat waktu untuk pengambilan
keputusan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012) menyatakan bahwa informasi
mungkin relevan tetapi jika tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi
tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan keuangan auditan
menjadi prasyarat utama bagi peningkatan harga saham suatu perusahaan. Menurut
Bambers et al. (1993) bahwa semakin panjang dalam publikasi laporan keuangan
maka akan mengurangi relevansi dan keandalan dari informasi yang ada pada
laporan keuangan. Informasi yang ditampilkan tidak tepat waktu akan mengurangi
atau bahkan menghilangkan kemampuannya sebagai alat bantu prediksi bagi
pemakainya. Seisih waktu antara tanggal tutup tahun buku dengan tanggal
pelaporan auditor dalam laporan keuangan auditan menunjukan lamanya waktu
penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu ini didalam
auditing disebut audit report lag.
Audit report lag adalah jangka waktu antara tanggal tahun buku perusahaan
berakhir sampai dengan tanggal laporan audit (Anastasia, 2007). Menurut Iskandar
dan Trisnawati (2010) lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh
auditor dilihat dari perbedaan waktu tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini
audit dalam laporan keuangan tersebut disebut audit report lag. Hashim dan
Rahman (2011) mendefinisikan audit report lag yang berlebihan membahayakan
kualitas pelaporan keuangan dengan tidak memberikan informasi yang tepat waktu
5
disimpulkan bahwa ketepatan waktu dalam penyajian laporan keuangan merupakan
suatu konsekuensi yang harus dipenuhi dalam publikasi laporan keuangan.
Faktor yang mempengaruhi audit report lag sangat banyak, salah satunya
adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahan menunjukan besar kecilnya suatu
perusahaan. Suatu perusahaan dapat dikatakan besar atau kecil dilihat dari beberapa
sudut pandang seperti total nilai aset, total penjualan, jumlah tenaga kerja, dan
sebagainya. Sesuai keputusan ketua BAPEPAM Nomor: Kep-11/PM/1997
menjelaskan bahwa perusahaan menengah dan kecil adalah badan hukum yang
memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih dari seratus miliar rupiah,
sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang memiliki jumlah kekayaan
(total assets) lebih dari seratus miliar. Perusahaan yang berskala besar biasanya
menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan yang berskala
kecil.
Menurut Febrianty (2011), perusahaan yang memiliki aset yang besar memiliki
lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi
yang lebih canggih, maka hal itu memungkinkan perusahaan untuk melaporkan
laporan keuangan auditnya lebih cepat. Selain itu perusahaan berskala besar juga
memiliki sumberdaya untuk membayar audit fees yang lebih tinggi sehingga dapat
menekan auditor untuk melaksanakan pekerjaanya lebih awal dan menyelesaikan
auditnya tepat waktu bila dibandingkan dengan perusahaan kecil. Penelitian yang
telah dilakukan oleh Modugu (2012), Christian dan Yulius (2013) menunjukan
bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap audit report lag.
6
Kusuma (2010), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh
negatif terhadap audit report lag.
Faktor lain yang mempengaruhi audit report lag adalah likuiditas. Likuiditas
adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang
harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih (Munawir, 1995). William, et al. (2008) menyatakan
salah satu perhatian utama para investor dan kreditur selain profitabilitas
perusahaan adalah likuiditas. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang
tinggi cenderung memiliki kondisi keuangan yang baik karena dapat segera
mencairkan aset yang tersedia untuk melunasi hutang (kewajiban) ketika jatuh
tempo. Berdasarkan pandangan ini, perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi
cenderung tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan. Menurut
Owusu-Ansah (2000), perusahaan yang memiliki hasil gemilang (good news) akan
melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan perusahaan yang mengalami kerugian
(bad news).
Likuiditas dapat diukur menggunakan current ratio dimana rasio ini
menunjukan sejauh mana kewajiban lancar dapat dipenuhi dengan aset lancar
sehingga rasio ini yang paling lazim digunakan (Rosaria, 2007). Selain itu likuiditas
juga dapat dihitung menggunakan quick ratio. Quick ratio adalah perbandingan
antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar (Brigham and
Daves, 2004).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Almilia dan Setiady (2006), menunjukan
7
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi cenderung lebih tepat
waktu dalam menyampaikan laporan keuangan dibandingkan dengan perusahaan
yang memiliki tingkat likuiditas rendah. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fadoli (2014), yang menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap
audit report lag perusahaan.
Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait audit report lag, namun
variabel-variabel yang diteliti berbeda-beda satu dengan lainnya. Berdasarkan
penelitian terdahulu yang di uraikan diatas terdapat ketidakkonsistenan hasil.
Terdapat perbedaan hasil penelitian antara beberapa peneliti dengan variabel yang
sama. Ketidak konsistenan ini menyebabkan ketertarikan penulis untuk meneliti
lebih lanjut mengenai ukuran perusahan serta pengaruhnya terhadap audit report
lag. Bedanya, dalam penelitian ini penulis menggunakan likuiditas sebagai variabel
pemoderasi yang dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh ukuran
perusahaan terhadap audit repot lag.
Penelitian ini menguji variabel likuiditas dan ukuran perusahaan karena
likuiditas dan ukuran perusahaan merupakan faktor yang berasal dari perusahan
yang pertama akan mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan. Penelitian
ini mengambil sampel pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2012-2014. Penulis mengambil sampel pada perusahaan manufaktur karena
perusahaan manufaktur jumlahnya banyak di Indonesia dan memiliki kompleksitas
dalam informasi laporan keuangan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka
permasalahan dalam penelitian ini mengenai “Likuiditas Sebagai Pemoderasi
8 1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian teori pada latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada audit report lag?
2) Apakah likuiditas mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada audit
report lag?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah :
1) Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag.
2) Untuk menguji kemampuan likuiditas dalam memoderasi pengaruh ukuran
perusahaan pada audit report lag.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kegunaan sebagai berikut :
1) Kegunaan Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan dan wawasan yang berupa bukti empiris bagi para akademisi
mengenai pengetahuan dibidang audit, khususnya likuiditas sebagai
9 2) Kegunaan Praktis
Penelitiaan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pimpinan
perusahaan dalam rangka menjaga meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan agar bermanfaat bagi para penggunanya serta sebagai bahan evaluasi
bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan kinerja, kualitas dan
kompetensi auditor dalam melakukan proses audit laporan keuangan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun berurutan secara
sistematis, sehingga antara sub bab dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan
yang sistematis. Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan diuraikan secara
ringkas meliputi 5 (lima) bab sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2 Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini memuat uraian sistematis tentang teori dan konsep yang berkaitan
dengan pembahasan masalah yaitu, teori keagenan, laporan keuangan,
likuiditas, ukuran perusahaan dan audit report lag. Selain itu, akan dibahas
hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini serta
10 Bab 3 Metode Penelitian
Bab ini menguraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup
wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi
operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode
penentuan sampel, serta teknik analisis data.
Bab 4 Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan mengenai deskripsi sampel dan variabel penelitian,
hasil penelitian serta pada bab ini juga berisi tentang interpretasi dari hasil
penelitian yang memberikan jawaban atas permasalahan dari penelitian ini.
Bab 5 Simpulan dan Saran
Bab ini akan menguraikan kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian dan
saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan serta saran kepada peneliti selanjutnya yang ingin
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori agensi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara pihak agen
(manajemen) dengan principal (pemegang saham). Principal merupakan pihak
yang memberikan amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama
principal, sementara agen adalah pihak yang diberi mandat. Menurut Jensen dan
Meckling (1976) teori keagenan merupakan hubungan manajer dan pemilik yang
mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Dalam hal ini pihak principal sebagai pemilik akan memberikan informasi kepada
pihak agen sebagai manajer untuk melakukan pengolahan informasi. Hasil
pengolahan informasi dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bagi pihak
principal.
Teori agensi tidak selalu menghasilkan hasil yang baik dimana principal
memiliki keyakinan bahwa agen tidak selalu melakukan yang terbaik untuk
kepentingan principal. Teori keagenan berpendapat bahwa entitas merupakan urat
nadi dari hubungan-hubungan keagenan dan mencoba untuk memahami perilaku
organisasi dengan menguji bagaimana pihak-pihak yang terkait dengan hubungan
keagenan tersebut memaksimumkan utilitas melalui sebuah kerjasama (Astika,
2010:64). Inti dari teori keagenan adalah pendesainan sebuah kontrak yang sesuai
untuk menyelaraskan kepentingan agen dan principal dalam hal terjadi konflik
12
Masalah keagenan yang timbul dapat dikurangi dan diatasi dengan biaya
keagenan yang ditanggung baik agen maupun principal. Tingkat biaya agensi
tergantung pada peraturan perundang-undangan dalam penyusunan kontrak.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) biaya keagenan dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Monitoring cost
Monitoring cost yaitu biaya yang harus dikeluarkan pemilik perusahaan atau
pemegang saham dalam upaya untuk mengawasi prilaku manajemen.
2) Bonding cost
Bonding cost adalah biaya yang ditanggung untuk menempatkan dan mematuhi
mekanisme yang menjamin bahwa manajemen akan bertindak untuk
kepentingan pemegang saham.
3) Residual cost
Residual cost adalah nilai kerugian yang dialami oleh pemilik perusahaan atau
pemegang saham akibat dari keputusan manajemen yang menyimpang dari
keputusan yang telah ditetapkan.
Menurut Eisenhardt (1989) menyebutkan ada tiga asumsi sifat manusia terkait
keagenan yaitu, yang pertama manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri,
yang kedua manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi pada masa
yang akan datang, dan yang terakhir manusia selalu menghindari resiko. Informasi
laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu dapat mempengaruhi permintaan
akan audit laporan keuangan. Hubungan teori keagenan sangat erat dengan
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Ketepatan waktu menunjukan
13
informasi tersebut tidak disampaikan tepat waktu mengakibatkan nilai dari
informasi menjadi berkurang. Berkurangnya nilai informasi yang disampaikan
kepada prinsipal menimbulkan asimetris informasi (Dewi, 2014).
Asimetris informasi merupakan salah satu elemen teori keagenan, dalam hal
ini pihak agen lebih banyak mengetahui informasi internal perusahaan secara detail
dibandingkan pihak prinsipal yang hanya mengetahui informasi perusahaan secara
eksternal melalui hasil kinerja yang dibuat oleh manajemen. Oleh karena itu, hal ini
memerlukan ketepatan waktu mengurangi adanya asimetris infomasi antara pihak
agen atau manajemen dengan pihak principal atau pemegang saham, sehingga
laporan keuangan dapat disampaikan secara transparan kepada principal. Principal
dalam penelitian ini adalah perusahaan, sedangkan yang berperan sebagai agen
adalah auditor. Perusahaan menggunakan jasa auditor independen untuk mengaudit
laporan keuangan mereka. Perusahaan berharap agar auditor menyelesaikan laporan
keuangan tepat waktu, sehingga informasi dalam laporan keuangan menjadi
berkualitas.
2.1.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari siklus akhir akuntansi sekaligus
bagian dari pelaporan keuangan (Sunaningsih, 2014). Laporan keuangan bertujuan
untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan suatu keputusan (Harahap, 2010:70). Selain itu
14
oleh manajemen atas sumberdaya yang telah dipercayakan kepadanya. Laporan
keuangan harus memiliki informasi yang lengkap dan jelas serta dapat
menggambarkan secara tepat kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil
operasi perusahaan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari laporan perubahan
posisi keuangan (neraca), laporan laba/rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, serta catatan atas laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan menurut PSAK (2009) adalah untuk menyediakan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
perusahaan yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dalam membuat
keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang baik harus memenuhi karakteristik
kualitatif laporan keuangan sebagai berikut.
1) Dapat dipahami
Kualitas informasi dalam laporan keuangan terlihat dari kemudahan untuk
dipahami oleh para pengguna yang diasumsikan memiliki pengetahuan
memadai mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, dan kemauan
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2) Relevan
Informasi dalam laporan keuangan dikatakan relevan ketika dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna. Informasi yang relevan harus
dapat membantu pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi laba
sekarang maupun laba masa datang (predictive value), serta memperbaiki
15
tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan
kesempatan atau untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (timeliness).
3) Keandalan
Informasi dikatakan andal (reliable) jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan salah saji yang material, serta dapat diandalkan pengguna
sebagai penyajian yang jujur dan wajar (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4) Dapat dibandingkan
Identifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan pada laporan keuangan
perusahaan antar periode hendaknya dapat diperbandingkan oleh pengguna.
Selain itu pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan antar
perusahaan pada setiap periode untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Implikasinya, pengguna
mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
susunan laporan keuangan, perubahan kebijakan, serta pengaruhnya. Ketaatan
pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi
yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian karakteristik daya
banding.
Terkait penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
yang baik dan berkualitas adalah laporan yang memiliki informasi ynag dapat
dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan mempunyai daya banding. Salah satu
kendala dari informasi yang relevan dan dapat diandalkan adalah tepat waktu
16
yang memerlukan informasi tersedia untuk pengguna laporan keuangan secepat
mungkin (Banimahd et al,2012), jika terdapat penundaan, maka informasi yang
dihasilkan akan kehilangan relevansi dan reliabilitasnya.
2.1.3 Audit Report Lag
Audit report lag merupakan aspek penting dalam menjaga relevansi dari
informasi yang dibutuhkan para pengguna laporan keuangan. Tujuan laporan
keuangan menurut IAI (2009) adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Untuk menjaga tingkat relevansi dari laporan keuangan, maka laporan keuangan
harus disampaikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan. Baridwan (2000) menyatakan bahwa tepat waktu diartikan sebagai
informasi yang harus sampai sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya
keputusan-keputusan tersebut.
Menurut Dyer dan McHugh (1975) , audit report lag adalah interval terbuka
pada jumlah hari dari akhir tahun sampai tercatat sebagai tanggal signature opini
dalam laporan keuangan. Menurut Anastasia (2007) audit report lag adalah jangka
waktu penyelesaian audit antara tanggal tahun buku perusahaan berakhir sampai
dengan tanggal laporan audit. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan
17
penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Semakin panjang suatu audit report
lag, maka akan memberikan dampak yang buruk bagi perusahaan.
Terdapat 3 komponen audit report lag menurut Knechel dan Payne (2001)
yaitu :
1) Sceduling lag merupakan selisih waktu antara akhir tahun fiskal perusahaan
atau tanggal neraca dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor.
2) Fieldwork lag merupakan selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan
dan saat penyelesaiannya.
3) Reporting lag merupakan selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan
lapangan dengan tanggal laporan auditor.
Audit report lag termasuk dalam karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi
dalam laporan keuangan yaitu sifat relevan. Laporan keuangan dianggap tidak
relevan saat laporan keuangan tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi
keputusan yang diambil, yaitu memiliki ketepatan waktu (Kieso, 2010:57). Audit
report lag sangat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
perusahaan yang telah diaudit. Semakin panjang audit report lag, berarti
perusahaan akan semakin terlambat untuk menyampaikan laporan keuangan kepada
publik yang menunjukan semakin lamanya auditor menyelesaikan pekerjaan audit.
Menurut Halim (2000) audit report lag berkaitan dengan rentang waktu
penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang dihitung sejak
tanggal tutup buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai dengan tanggal yang
tertera pada laporan auditor independen. Ketentuan waktu penyampaian laporan
18
menjelaskan tentang penyampaian laporan keuangan perusahaan dan laporan
keuangan tahunan yang harus disertai pendapat auditor independennya, harus
disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya akhir bulan ketiga (90 hari)
setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan.
Dyer dan McHugh (1975), menjelaskan tiga kriteria keterlambatan pelaporan
keuangan antara lain:
1) Preliminary lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.
2) Auditor’s report lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
3) Total lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
2.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi audit
report lag. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan.
Besar kecilnya perusahaan dapat diukur berdasarkan total nilai aset, total penjualan,
market velue, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya (Bangun,dkk. 2012). Semakin
besar aset perusahaan maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak
penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar market velue
maka semakin dikenal masyarakat luas.
Perusahaan yang lebih dikenal oleh publik memiliki tuntutan dalam hal
19
laporan keuangan juga semakin dibutuhkan. Menurut Lianto dan Kusuma (2010)
perusahaan berskala besar cenderung melaporkan laporan keuangan lebih cepat
dibanding perusahaan kecil karena perusahaan besar lebih diawasi oleh pemerintah,
investor, Bapepam, maka dari itu perusahaan besar lebih cepat melaporkan karena
adanya tekanan dari eksternal. Selain itu Fadio et al (2015) menyatakan bahwa
perusahaan yang lebih besar dianggap menyelesaikan audit mereka lebih awal
dibandingkan dengan perusahaan kecil karena mereka memiliki pengendalian yang
kuat.
Keputusan ketua Bapepam Nomor: Kep-11/PM/1997 menjelaskan bahwa
perusahaan menengah dan kecil adalah badan hukum yang memiliki jumlah
kekayaan (total assets) tidak lebih dari seratus miliar rupiah, sedangkan perusahaan
besar adalah badan hukum yang memiliki jumlah kekayaan (total assets) lebih dari
seratus miliar rupiah. Menurut Machfoedz (1994) dalam Yulia (2013) ukuran
perusahaan terbagi dalam tiga kategori, yaitu:
1) Perusahaan besar
Total aset yang besar dapat mencerminkan bahwa perusahaan tersebut
memiliki ukuran yang besar pula. Perusahaan yang dikategorikan besar
biasanya merupakan perusahaan yang telah go public di pasar modal dan
memiliki aset sekurang-kurangnya 200 miliar.
2) Perusahaan menengah
Perusahaan yang digolongkan dalam kategori ini jika memili aset diantara 2
20 3) Perusahaan kecil
Perusahaan kecil merupakan perusahaan yang memiliki aset kurang dari 2
miliar dan biasanya belum terdaftar di pasar modal.
Penelitian ini menggunakan total aset untuk mengukur besar kecilnya
perusahaan. Total aset yang dimaksud adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan
yang tercantum pada laporan keuangan pada akhir periode yang telah diaudit
(Widosari, 2012). Menurut Modugu et al. (2012) total aset mencerminkan seberapa
besar aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan serta mencerminkan ukuran dari
perusahaan. Total aset dipilih karena penilaian ukuran perusahaan dengan total aset
lebih stabil dibandingkan dengan market value dan total penjualan.
2.1.5 Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendek (Harahap, 2007:301). Weston dan Brigham (1993) mendefinisikan
likuiditas sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Likuiditas merupakan kemampuan
untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk memperoleh kas.
Menurut Listiana dan Susilo (2012), perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas
yang tinggi memiliki resiko yang lebih kecil terhadap kemungkinan terjadinya
gagal bayar atas hutang jangka pendek yang dimiliki perusahaan. Tingginya tingkat
likuiditas perusahaan menggambarkan kinerja perusahaan sangat baik sehingga
21
Likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu
aset yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga,
piutang, persediaan. Likuiditas merupakan salah satu faktor yang nantinya dapat
mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Perusahaan yang mempunyai
cukup kemampuan untuk membayar utang jangka pendek disebut sebagai
perusahaan yang likuid. Tingkat likuiditas yang tinggi pada sebuah perusahaan
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan baik, sedangkan tingkat likuiditas yang rendah menunjukkan
bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik
(Nasution, 2009). Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi
menunjukkan kabar baik (good news) bagi perusahaan, hal ini nantinya akan
mempengaruhi perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangannya dengan
tepat waktu karena akan membuat reaksi pasar menjadi positif terhadap perusahaan.
Likuiditas dalam penelitian ini diukur menggunakan rasio lancar perusahaan
(current ratio) (Harahap, 2007: 301). Rasio ini mengukur sampai seberapa jauh aset
lancar perusahaan mampu untuk melunasi kewajiban kewajiban jangka pendek
perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio ini maka dapat dikatan bahwa perusahaan
dapat melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu. Menurut Harahap
(2007:301), likuiditas dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :
� � � � =� � � �� ��� �� × � � � %
Current asset yang digunakan dalam menghitung rasio lancar perusahaan yang
seluruh asset lancar yang dimiliki perusahaan terdiri dari kas dan setara kas, piutang
22 2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian Hilmi dan Ali (2008), melakukan penelitian tentang pengaruh antara
profitabilitas, laverage, likuiditas, ukuran perusahaan, kepemilikan publik, reputasi
KAP dan opini auditor terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 879 perusahaan di BEI
manufaktur tahun 2004 sampai 2006. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel
laverage keuangan, ukuran perusahaan dan opini auditor tidak mempengaruhi
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, sedangkan variabel profitabilitas,
likuiditas, kepemilikan publik dan reputasi KAP mempengaruhi ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan. Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak
pada sampel dan periode pengamatan, serta likuiditas digunakan sebagai variabel
pemoderasi.
Abdul dan Fadlizawati (2014), melakukan penelitian tentang pengaruh firm
size, laverage, profitability, auditor’s comment pada audit report lag. Hasil dari
penelitian ini yaitu variabel firm size, laverage, profitability berpengaruh negatif
terhadap audit report lag, sedangkan variabel auditor’s comment berpengaruh
positif terhadap audit report lag. Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak
pada variabel yang digunakan, sampel dan tahun pengamatan.
Ariyani (2014), melakukan penelitian tentang pengaruh profitabilitas, ukuran
perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, reputasi KAP terhadap audit report
lag. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 162 perusahaan
manufaktur di BEI tahun 2010 sampai 2012. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel
23
sedangkan variabel kompleksitas operasi perusahaan dan reputasi KAP
berpengaruh terhadap audit report lag. Perbedaan dengan penelitian sekarang
terletak pada variabel yang digunakan, sampel dan tahun pengamatan.
Mahendra (2014), melakukan penelitian tentang pengaruh komisaris
independen, kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, dan ukuran
perusahaan terhadap ketepatanwaktu publikasi laporan keuangan tahunan. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 96 perusahaan perbankan di BEI tahun
2009 sampai 2012. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap ketepatanwaktu publikasi laporan keuangan tahunan,
sedangkan komisaris independen, kepemilikan institusional, profitabilitas,
likuiditas berpengaruh signifikan terhadap ketepatanwaktu publikasi laporan
keuangan tahunan. Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada sampel dan
periode pengamatan, serta likuiditas digunakan sebagai variabel pemoderasi.
Saleh (2004), melakukan penelitian tentang pengaruh rasio gearing,
profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, item-item luar biasa dan
ownership terhadap ketepatanwaktu penyampaian laporan keuangan. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 155 perusahaan manufaktur di BEI tahun
2000 sampai 2002. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel rasio gearing,
profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, item-item luar biasa dan
ownership tidak berpengaruh terhadap ketepatanwaktu penyampaian laporan
keuangan, sedangkan item-item luar biasa berpengaruh terhadap ketepatanwaktu
penyampaian laporan keuangan. Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak
24
Sulistyo (2010), melakukan penelitian tentang pengaruh profitabilitas,
likuiditas, laverage, ukuran perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan,
kepemilikan publik, reputasi KAP dan opini auditor terhadap ketepatanwaktu
publikasi laporan keuangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur di BEI tahun 2006 sampai 2008. Hasil dari penelitian ini
yaitu variabel likuiditas, laverage dan opini auditor tidak berpengaruh signifikan
terhadap ketepatanwaktu publikasi laporan keuangan, sedangkan profitabilitas,
ukuran perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, kepemilikan publik, reputasi
KAP berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatanwaktu penyampaian laporan
keuangan. Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada sampel dan periode
pengamatan, serta likuiditas digunakan sebagai variabel pemoderasi.
Ratna dan Ghozali (2013), melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran
perusahaan, solvabilitas, ukuran KAP, rapat komite terhadap audit report lag.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 252 perusahaan yang terdaftar
di BEI tahun 2010 sampai 2012. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel ukuran
perusahaan, ukuran KAP, rapat komite berpengaruh negatif terhadap audit report
lag, sedangkan solvabilitas berpengaruh positif terhadap audit report lag.
Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada variabel yang digunakan,
sampel dan tahun pengamatan.
Fadoli (2014), melakukan penelitian tentang pengaruh solvabilitas,
profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, jenis perusahaan dan
opini audit terhadap audit report lag. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
25
penelitian ini yaitu variabel profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, umur
perusahaan, jenis perusahaan dan opini audit tidak berpengaruh terhadap audit
report lag, sedangkan solvabilitas berpengaruh terhadap audit report lag.
Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada sampel dan periode
pengamatan, serta likuiditas digunakan sebagai variabel pemoderasi. Ringkasan
[image:38.595.114.513.283.716.2]penelitian terdahulu disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian terdahulu
No Peneliti (Tahun) Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Hilmi dan Ali
(2008)
Variabel Independen: profitabilitas, laverage, likuiditas, ukuran
perusahaan, kepemilikan publik, reputasi KAP dan opini auditor. Variabel Dependen: Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan. Variabel profitabilitas, likuiditas, kepemilikan publik dan reputasi KAP mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
Variabel laverage keuangan, ukuran perusahaan dan opini auditor tidak
mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
2 Abdul dan Fadlizawati (2014)
Variabel Independen: Firm Size, Laverage,
Profitability, Auditor’s
Comment
Variabel Dependen: Audit Report Lag
Variabel firm size, laverage, profitability berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Variabel auditor’s
comment berpengaruh
26
3 Ariyani (2014) Variabel Independen: profitabilitas, ukuran perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, reputasi KAP.
Variabel Dependen: Audit Report Lag.
Variabel profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit report lag.
Variabel kompleksitas operasi perusahaan dan reputasi KAP
berpengaruh terhadap audit report lag.
4 Mahendra (2014) Variabel Independen: komisaris independen, kepemilikan
institusional,
profitabilitas, likuiditas, dan ukuran perusahaan.
Variabel Dependen: ketepatanwaktu publikasi laporan keuangan tahunan. Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatanwaktu publikasi laporan keuangan tahunan. Variabel komisaris independen, kepemilikan institusional,
profitabilitas, likuiditas berpengaruh signifikan terhadap ketepatanwaktu publikasi laporan
keuangan tahunan.
5 Saleh (2004) Variabel Independen: rasio gearing,
profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, item-item luar biasa dan ownership.
Variabel Dependen: ketepatanwaktu penyampaian laporan keuangan.
Variabel rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, item-item luar biasa dan ownership tidak berpengaruh terhadap ketepatanwaktu penyampaian laporan keuangan.
27
6 Sulistyo (2010) Variabel Independen: profitabilitas, likuiditas, laverage, ukuran
perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, kepemilikan publik, reputasi KAP dan opini auditor.
Variabel Dependen: ketepatanwaktu penyampaian laporan keuangan.
Variabel likuiditas, laverage dan opini auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatanwaktu publikasi laporan keuangan. Variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, kepemilikan publik, reputasi KAP berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatanwaktu penyampaian laporan keuangan.
7 Ratna dan Ghozali (2013)
Variabel Independen: ukuran perusahaan, solvabilitas, ukuran KAP, rapat komite.
Variabel Dependen: Audit Report Lag.
Variabel ukuran
perusahaan, ukuran KAP, rapat komite berpengaruh negatif terhadap audit report lag.
Variabel solvabilitas berpengaruh positif terhadap audit report lag.
8 Fadoli (2014) Variabel Independen: solvabilitas,
profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, jenis
perusahaan dan opini audit.
Variabel Dependen: Audit Report Lag.
Variabel profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, jenis perusahaan dan opini audit tidak berpengaruh terhadap audit report lag.
Variabel solvabilitas berpengaruh terhadap audit report lag.
28 2.3 Hipotesis Penelitian
2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukan besar kecilnya
perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan Subekti dan Widiyanti (2004),
membuktikan bahwa total aset memiliki pengaruh yang besar terhadap audit report
lag. Auditor yang melaksanakan audit pada perusahaan dengan ukuran besar
cenderung lebih cepat dalam menyelesaikan proses auditnya. Hal tersebut
dikarenakan adanya internal control yang baik dan mendorong auditornya
menyelesaikan proses audit secara tepat waktu.
Menurut penelitian Dyer dan McHugh (1975), Almosa dan Alabbas (2007),
menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki insentif yang lebih besar untuk
mengurangi audit report lag maupun penundaan pelaporan karena diawasi secara
ketat oleh investor, serikat buruh, dan regulator, ini berakibat pada audit report lag
perusahaan besar akan cenderung lebih pendek selain itu perusahaan besar
cenderung lebih mampu dalam membayar audit fees lebih tinggi kepada auditor.
Penelitian yang dilakukan oleh Ponte et al (2005), Al Ajmi (2008), Nasution (2013),
dan Lestari (2014) juga memperoleh hasil bahwa ukuran perusahan berpengaruh
negatif terhadap audit report lag perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka
hipotesis yang didapat adalah :
29
2.3.2 Kemampuan Likuiditas Memoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag
Likuiditas dalam penelitian ini digunakan sebagai variabel pemoderasi.
Likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu aset
yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang,
persediaan. Likuiditas merupakan salah satu faktor yang nantinya dapat
mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Tingginya tingkat likuiditas
perusahaan menggambarkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik
sehingga pihak manajemen diduga cenderung lebih cepat dalam menyampaikan
laporan keuangan perusahaan.
Mahendara dan Putra (2014), Nasution (2013), menyatakan bahwa likuiditas
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit report lag perusahaan.
Perusahaan yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki tingkat likuiditas yang
tinggi mampu mempercepat proses audit laporan keuangan perusahaan. Hal ini
merupakan berita baik (good news) sehingga perusahaan dengan kondisi ini
cenderung tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangannya. Sebaliknya jika
perusahaan tersebut kecil dan memiliki tingkat likuiditas yang rendah maka proses
audit laporan keuangannya akan terhambat dan menghambat pula proses
penyampaian laporan keuangannya. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang
didapat adalah :