• Tidak ada hasil yang ditemukan

Development Analysis on Gillnet Fisheries in Karangantu Waters, Serang District - Banten Province

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Development Analysis on Gillnet Fisheries in Karangantu Waters, Serang District - Banten Province"

Copied!
246
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

GILLNET

DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU

KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN

M O H A M A D

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

“ D an tiada (antara) dua laut, yang lain tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. D an dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging

yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya,

dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya

kamu dapat mencari karuniaN ya (keuntungan) dan supaya kamu dapat bersyukur

“.

(Q. S. Fathir [35] : 12).

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul :

“ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN GILLNET DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU, KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN”

merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2006

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur pada tanggal 08 Juni 1968, sebagai anak kedua dari sembilan bersaudara dari pasangan Alwi Hamid dan Su’ud Husein. Pendidikan dasar hingga sekolah menengah atas ditempuh di daerah kelahiran. Gelar Sarjana Teknologi Pertanian diraih pada tahun 1991 di Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Seusai menempuh pendidikan S-1 penulis bekerja di PT. Limaheksa Perkasa, Jakarta hingga tahun 1996. Setelah itu penulis bekerja di PT. Abawaen Pwerkasa, Jakarta hingga tahun 2002. Pada tahun akhir 2002 penulis bekerja di PT. Trabaut Indonesia, Jakarta dan selanjutnya pada tahun 2005 penulis berwiraswasta di bidang agribisnis hingga saat ini. Tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana (SPs-IPB) pada Program Studi Teknologi Kelautan (TKL), Sub Program Studi Perencanaan dan Pembangunan Kelautan dan Perikanan (PPKP) dengan biaya sendiri.

(5)

ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

GILLNET

DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU

KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN

M O H A M A D

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

MOHAMAD. 2006. Development Analysis on Gillnet Fisheries in Karangantu Waters, Serang District - Banten Province. Under Supervision : Mulyono S.

Baskoro and Daniel R. Monintja.

ABSTRACT

Research on gillnet fisheries in Karangantu waters of Serang District has been conducted from November 2005 to April 2006. This research was aimed to : 1) Identifying factors influencing the gillnet productivity, 2) Analysing economic performance of the gillnet fisheries and 3) Formulating alternative policies on gillnet fisheries development in the area. Data collecting was carried out trought purposive sampling of respondents, interviewing by using prepared questionnares, with using descriptive and survey method. Cobb-Douglas ( Soekartawi, 1999) method was used

to determine the factors influencing the gillnet productivity. SWOT analysis ( Mulyono, 1996) and Analytical Hierarchy Process, AHP ( Saaty, 1993) were used

for the formulation of the policies.

(7)

MOHAMAD. 2006. Analisis Pengembangan Perikanan Gillnet di Perairan Pantai Karangantu Kabupaten Serang – Provinsi Banten. Dibimbing oleh :

Mulyono S. Baskoro dan Daniel R. Monintja.

ABSTRAK

Penelitian tentang perikanan gillnet di Perairan Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten telah dilakukan pada Bulan November 2005 hingga Bulan April 2006. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menentukan faktor-faktor yang nempengaruhi pengembangan perikanan gillnet di lokasi penelitian, 2) Menganalisis kinerja ekonomi perikanan gillnet saat ini dan 3) Merumuskan alternatif kebijakan pengembangan perikanan gillnet selanjutnya. Pengumpulan data dilakukan secara purposive sampling dengan pengisian kuesioner dan wawancara, dengan menggunakan metode deskriptif dan survei. Jenis data yang digunakan terdiri dari dari data primer dan sekunder. Penentuan faktor produksi gillnet yang berpengaruh dianalisis dengan menggunakan metode Cobb-Douglas (Soekartawi, 1999), sedangkan untuk perumusan kebijakan digunakan analisis SWOT (Mulyono, 1996) dan Analytical Hierarchy Process , AHP (Saaty, 1993).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari tujuh faktor yang mempengaruhi produksi perikanan gillnet, yang paling berpengaruh adalah ukuran luas jaring dengan model Cobb-Douglas : Y = 0.31-0.041X1+0.783X2+0.0173X3- 0.453X4+0.057X5+0.83X6-0.472X7. Perikanan gillnet di Perairan Karangantu termasuk usaha perikanan tangkap yang dominan digunakan dan menguntungkan (selisih diatas BEP sebesar Rp.4.244.500,-/tahun dan volume produksinya diatas 1.164 kg/tahun), nilai net B/C adalah 1.54, NPV dan IRR masing- masing Rp.54.736.293,- dan 74.49%. Tingkat pendapatannya nelayan gillnet melebihi tingkat upah minimum regional Kabupaten Serang (2005). Direkomendasikan strategi pengembangan perikanan gillnet di lokasi penelitian sebagai berikut : 1) Pengendalian dan pembatasan jumlah unit alat tangkap dan upaya penangkapannya (effort), 2) Pembagian dan pengawasan daerah penangkapan ikan (DPI) sesuai dengan jenis alat tangkap yang digunakan dan peningkatan faktor keamanan, 3) Peningkatan keterampilan nelayan gillnet, permodalan dan pemasaran serta 4) Peningkatan ukuran kapal dan alat tangkap gillnet. Pengadaan data statistik yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan.

(8)

ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

GILLNET

DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU

KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN

M O H A M A D

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

@ Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak Cipta Dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruh dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopi, mikro film

(10)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Pengembangan Perikanan Gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang - Provinsi Banten.

Nama Mahasiswa : Mohamad Nomor Pokok : C551040274 Program Studi : Teknologi Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing :

Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M. Sc. Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana, Teknologi Kelautan,

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M. Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A, Notodiputro, MS .

(11)

ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

GILLNET

DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU

KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN

M O H A M A D

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

“ D an tiada (antara) dua laut, yang lain tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. D an dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging

yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya,

dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya

kamu dapat mencari karuniaN ya (keuntungan) dan supaya kamu dapat bersyukur

“.

(Q. S. Fathir [35] : 12).

(13)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul :

“ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN GILLNET DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU, KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN”

merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2006

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur pada tanggal 08 Juni 1968, sebagai anak kedua dari sembilan bersaudara dari pasangan Alwi Hamid dan Su’ud Husein. Pendidikan dasar hingga sekolah menengah atas ditempuh di daerah kelahiran. Gelar Sarjana Teknologi Pertanian diraih pada tahun 1991 di Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Seusai menempuh pendidikan S-1 penulis bekerja di PT. Limaheksa Perkasa, Jakarta hingga tahun 1996. Setelah itu penulis bekerja di PT. Abawaen Pwerkasa, Jakarta hingga tahun 2002. Pada tahun akhir 2002 penulis bekerja di PT. Trabaut Indonesia, Jakarta dan selanjutnya pada tahun 2005 penulis berwiraswasta di bidang agribisnis hingga saat ini. Tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana (SPs-IPB) pada Program Studi Teknologi Kelautan (TKL), Sub Program Studi Perencanaan dan Pembangunan Kelautan dan Perikanan (PPKP) dengan biaya sendiri.

(15)

ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

GILLNET

DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU

KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN

M O H A M A D

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

MOHAMAD. 2006. Development Analysis on Gillnet Fisheries in Karangantu Waters, Serang District - Banten Province. Under Supervision : Mulyono S.

Baskoro and Daniel R. Monintja.

ABSTRACT

Research on gillnet fisheries in Karangantu waters of Serang District has been conducted from November 2005 to April 2006. This research was aimed to : 1) Identifying factors influencing the gillnet productivity, 2) Analysing economic performance of the gillnet fisheries and 3) Formulating alternative policies on gillnet fisheries development in the area. Data collecting was carried out trought purposive sampling of respondents, interviewing by using prepared questionnares, with using descriptive and survey method. Cobb-Douglas ( Soekartawi, 1999) method was used

to determine the factors influencing the gillnet productivity. SWOT analysis ( Mulyono, 1996) and Analytical Hierarchy Process, AHP ( Saaty, 1993) were used

for the formulation of the policies.

(17)

MOHAMAD. 2006. Analisis Pengembangan Perikanan Gillnet di Perairan Pantai Karangantu Kabupaten Serang – Provinsi Banten. Dibimbing oleh :

Mulyono S. Baskoro dan Daniel R. Monintja.

ABSTRAK

Penelitian tentang perikanan gillnet di Perairan Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten telah dilakukan pada Bulan November 2005 hingga Bulan April 2006. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menentukan faktor-faktor yang nempengaruhi pengembangan perikanan gillnet di lokasi penelitian, 2) Menganalisis kinerja ekonomi perikanan gillnet saat ini dan 3) Merumuskan alternatif kebijakan pengembangan perikanan gillnet selanjutnya. Pengumpulan data dilakukan secara purposive sampling dengan pengisian kuesioner dan wawancara, dengan menggunakan metode deskriptif dan survei. Jenis data yang digunakan terdiri dari dari data primer dan sekunder. Penentuan faktor produksi gillnet yang berpengaruh dianalisis dengan menggunakan metode Cobb-Douglas (Soekartawi, 1999), sedangkan untuk perumusan kebijakan digunakan analisis SWOT (Mulyono, 1996) dan Analytical Hierarchy Process , AHP (Saaty, 1993).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari tujuh faktor yang mempengaruhi produksi perikanan gillnet, yang paling berpengaruh adalah ukuran luas jaring dengan model Cobb-Douglas : Y = 0.31-0.041X1+0.783X2+0.0173X3- 0.453X4+0.057X5+0.83X6-0.472X7. Perikanan gillnet di Perairan Karangantu termasuk usaha perikanan tangkap yang dominan digunakan dan menguntungkan (selisih diatas BEP sebesar Rp.4.244.500,-/tahun dan volume produksinya diatas 1.164 kg/tahun), nilai net B/C adalah 1.54, NPV dan IRR masing- masing Rp.54.736.293,- dan 74.49%. Tingkat pendapatannya nelayan gillnet melebihi tingkat upah minimum regional Kabupaten Serang (2005). Direkomendasikan strategi pengembangan perikanan gillnet di lokasi penelitian sebagai berikut : 1) Pengendalian dan pembatasan jumlah unit alat tangkap dan upaya penangkapannya (effort), 2) Pembagian dan pengawasan daerah penangkapan ikan (DPI) sesuai dengan jenis alat tangkap yang digunakan dan peningkatan faktor keamanan, 3) Peningkatan keterampilan nelayan gillnet, permodalan dan pemasaran serta 4) Peningkatan ukuran kapal dan alat tangkap gillnet. Pengadaan data statistik yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan.

(18)

ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

GILLNET

DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU

KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN

M O H A M A D

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(19)

@ Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak Cipta Dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruh dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopi, mikro film

(20)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Pengembangan Perikanan Gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang - Provinsi Banten.

Nama Mahasiswa : Mohamad Nomor Pokok : C551040274 Program Studi : Teknologi Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing :

Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M. Sc. Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana, Teknologi Kelautan,

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M. Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A, Notodiputro, MS .

(21)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga usulan rencana penelitian ini dapat diseleseikan dengan baik dan tepat waktu.

Laporan hasil penelitian (tesis) ini merupakan tugas yang disyaratkan untuk mendapatkan gelar Magister Sains (M.Si) yang berjudul “Analisis Pengembangan Perikanan Gillnet di Perairan Karangantu, Kabupaten Serang - Provinsi Banten”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing yaitu Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, MSc. (ketua) dan Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja (anggota). Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan MSc. selaku Ketua Program Studi, Dr. Sulaeman Martasuganda, MSc. Selaku dosen penguji, dosen-dosen dan rekan-rekan mahasiswa Program Studi Teknologi Kelautan (TKL) SPs IPB serta semua pihak atas bantuan moril dan materil sehingga tesis ini dapat dirampungkan.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan tesis ini selanjutnya. Semoga bermanfaat dan berhasil. Terima kasih.

Bogor, September 2006

Penulis

(22)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i PRAKATA... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masala h... 3 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 4 1.4 Ruang Lingkup Penelitian... 4 1.5 Kerangka Pemikiran ... 5 1.6 Hipotesis ... 5

(23)

Halaman 3.4.5 Analisis pemasaran... 30 3.4.6 Analisis ekonomi dan finansial... 30 3.4.7 Analisis komponen penunjang perikanan gillnet... 31 3.4.8 Analisis kebijakan dan kelembagaan (pengembangan)... 31

(24)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Diagram matriks SWOT dan kemungkinan strategi yang sesuai... 22 2. Rekapitulasi data yang dicantumkan dalam penelitian... 29

3. Jumlah armada penangkapan ikan gillnet di Perairan Karangantu Serang,

Tahun 1999-2004... 39 4. Jumlah nelayan dan alat tangkap gillnet Karangantu, Tahun1999-2004... 40 5. Jenis-jenis nama jaring gillnet (data terbanyak) yang digunakan

di Karangantu ... 41 6. Perincian jumlah nelayan di Karangantu Serang, Tahun 1999-2004... 45 7. Volume dan nilai produksi hasil tangkapan gillnet di

Karangantu, Tahun 1999-2004... 46 8. Hasil tangkapan per unit upaya penangkapan gillnet di PPP Karangantu,

Tahun 2000-2005... 54 9. Jumlah trip menurut jumlah dan jenis armada penangkapan

di PPP Karangantu, Tahun 2000-2004... 56

10.Volume produksi dan jenis olahan perikanan gillnet di Pelabuhan

Perikanan Pantai Karangantu, Tahun 2000-2004... 56 11.Jenis ikan yang dominan tertangkap dengan alat tangkap gillnet,

di Perairan Karangantu... 56 12.Daftar peraturan perikanan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah

(25)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangka pemikiran... 5

2. Posisi perikanan gillnet pada berbagai kondisi... 20 3. Skema analisis pengembangan perikanan gillnet dengan metode AHP... 32 4. Gillnet multifillament yang digunakan di Karangantu... 44 5. Gillnet monofillament yang digunakan di Karangantu... 44 6. Perkembangan unit perikanan gillnet di Karangantu... 49 7. Kecenderungan perkembangan unit perikanan gillnet

di Karangantu dan persamaan regresinya... 49 8. Perkembangan produksi hasil tangkapan, harga dan nilai produksi

Hasil Tangkapan Perikanan Gillnet di Karangantu... 50 9. Kecenderungan perkembangan produksi hasil hangkapan,

harga dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan Perikanan Gillnet

di Karangantu dan Persamaan Regresinya……….. 51 10. Perkembangan jumlah upaya tangkapan (effort),

produktivitas (CPUE) dan nilai produtivitas (CPUE)

perikanan gillnet Karangantu... 52 11. Kecenderungan perkembangan jumlah upaya

tangkapan (effort), produktivitas (CPUE) dan nilai produtivitas (CPUE) perikanan gillnet

di Karangantu dan persamaan regresinya………... 52 12. Hubungan antara produktivitas (CPUE) dengan upaya

tangkapannya (effort) perikanan gillnet di Karangantu... 54 13. Hubungan antara hasil tangkapan (produksi/ catch)

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Peta daerah Kabupaten Serang, Provinsi Banten... 87 2. Peta daerah penangkapan ikan (DPI) Karangantu, Serang... 88 3. Dokumentasi kapal/perahu perikanan Karangantu... 89 4. Dokumentasi alat tangkap gillnet Karangantu... 89 5. Dokumentasi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu...90 6. Dokumentasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangantu... 90 7. Hasil pengolahan data (statistik dengan minitab)... 91 8. Perhitungan analisis ekonomi dan finansial... 93 9. Analisis pengembangan kebijakan dengan metode SWOT.... 96 10. Argumen nilai skala banding berpasangan antar saran-

saran implikasi pengembangan perikanan gillnet

di Perairan Karangantu... 97 11. Perhitungan penentuan bobot pada penilaian

(27)

17 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia terdiri dari 17.000 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, yang berarti Indonesia mempunyai daerah continental shelf yang luas sehingga mempunyai peluang yang besar untuk menggali dan mengembangkan sumberdaya perikanan laut terutama perikanan pantai. Besar potensi sumberdaya ikan di perairan Indonesia diperkirakan 6,4 juta ton/tahun (Dahuri, 2002).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan menyatakan bahwa dalam pengelolaan sumberdaya ikan, pemerintah menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai jumlah dan jenis ikan yang boleh ditangkap, oleh karena itu setiap wilayah perairan yang dimanfaatkan untuk usaha penangkapan ikan perlu diketahui jumlah potensi dan tingkat pemanfaatannya, jumlah perikanan tangkapnya dan upaya-upaya penangkapannya (Dahuri, 2002).

(28)

dan berwawasan lingkungan (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, 2004).

Jaring insang (gillnet) adalah ala t tangkap ikan yang terbuat dari jaring satu lapis yang berbentuk persegi panjang, agar dapat terentang pada tepi atas lembaran jaring diberi pelampung, sedangkan ditepi bawah diberi pemberat. Ada beberapa gillnet yaitu gillnet dasar, permukaan, hanyut dan gillnet lingkar. Di Perairan Karangantu gillnet yang banyak digunakan adalah jenis gillnet dasar.

Kabupaten Serang merupakan salah satu daerah yang terletak di Provinsi Banten yang memiliki potensi perikanan cukup besar. Berdasarkan data statistik Dinas Perikanan Kabupaten Serang tahun 1999, produksi perikanan Kabupaten Serang sebesar 22.143,6 ton yang berasal dari penangkapan di laut sebesar 9.469 ton, penangkapan di perairan umum sebesar 878,0 ton dan budidaya di tambak sebesar 11.151,8 ton, kola m sebesar 433,8 ton serta sawah sebesar 210,0 ton (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, 2004).

Perikanan pantai di Perairan Karangantu, Kabupaten Serang umumnya tergolong nelayan kecil, menggunakan kapal/perahu perikanan kecil, berinvestasi kecil serta berpendidikan rendah dan kebanyakan menggunakan alat tangkap gillnet dan perkembangannya pada waktu yang lalu menunjukkan perkembangan yang cukup baik, selektif serta cukup menguntungkan (Dinas Perikanan dan Kalautan Kabupaten Serang, 2004).

Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang (2004) umumnya permasalahan yang dihadapi oleh nelayan gillnet di Perairan Karangantu adalah upaya penangkapan yang besar, tetapi produksi hasil tangkapannya semakin menurun, kondisi dan jenis gillnet yang digunakan beragam serta daerah penangkapan ikan yang semakin terbatas dengan semakin bertambahnya alat tangkap yang digunakan.

(29)

saja akan memberikan peluang yang lebih besar bagi daerah untuk mengelola dan memanfaatkan potensi kelautan yang dimiliki. Namun disisi lain juga menciptakan kemungkinan eksploitasi sumberdaya hanya untuk memacu pendapatan daerah tanpa memperhatikan aspek lain. Dengan demikaian Pemerintah Daerah Serang dihadapkan pada tantangan sekaligus peluang untuk memanfaatkan wilayahnya secara optimal dan berkelanjutan sehingga menjadikan daerah yang maju, makmur dan berkeadilan khususnya dibidang perikanan dan kelautannya.

Keberhasilan pengembangan perikanan tangkap tidak hanya ditentukan tiga sub-sistem utamanya, yakni : 1) Produksi, 2) Penanganan hasil dan pengolahan, serta 3) Pemasaran, tetapi juga oleh sub -sistem penunjangnya yang meliputi prasarana dan sarana, finansial (keuangan), sumberdaya manusia dan IPTEK, kebijakan serta hukum dan kelembagaan.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun permasalahan-permasalahan yang dikemukakan disini mengacu kepada beberapa penelitian sebelumnya pada daerah Kabupaten Serang dan daerah lainnya dan juga berdasarkan kepada pengamatan awal di tempat penelitian.

Penelitian mengenai unit penangkapan gillnet dan prospek pengembangannya di Indramayu mendapatkan hasil bahwa dari 5 unit alat tangkap yang umum digunakan di daerah ini maka gillnet merupakan alat tangkap yang paling dominan digunakan dengan upaya penangkapan yang dilakukan nelayan gillnet saat ini yaitu sebesar 11.209,1 trip/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa dengan jumlah alat tangkap gillnet yang ada masih dapat melakukan operasi penangkapan ikan. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha, perikanan gillnet di Indramayu layak secara finansial untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari nilai NPV, net B/C dan IRR yang diperoleh semuanya memenuhi kriteria kelayakan, dengan NPV = 0, net B/C= 1 dan IRR = tingkat suku bunga (Novela, 2004).

(30)

tangkap gillnet (terdiri dari empat jenis gillnet: gillnet gilnet, gillnet silir, gillnet rampus dan gillnet ciker, perbedaan tersebut terletak pada mesh perimeter dan ukuran luas jaring gillnet, ukuran mesin (PK), ukuran kapal (GT), jumlah ABK nelayan, jumlah biaya operasi per trip dan konsumsi BBM) daerah operasi penangkapan ikan, menurunnya produksi hasil tangkapan dan tidak berfungsinya KUD di daerah tersebut, serta pemasaran hasil produksi yang terbatas. Belum dimanfaatkannnya fasilitas tempat pelelengan ikan dan pelabuhan perikanan dan faktor keamanan di perairan yang belum memadai serta semakin terbatasnya daerah penangkapan ikan (DPI). Di Karangantu, Kabupaten Serang digunakan 4 (empat ) jenis jaring gillnet yaitu gilnet, silir, rampus dan ciler. Perbedaan tersebut terketak pada ukuran luas dan mesh perimeter jaring, ukuran mesin dan besar kapal, jumlah konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dalam hal perbedaannya terletak pada jarak daerah penangkapannya, jumlah nelayan (ABK), serta biaya per operasi /trip, perbedaan tersebut dapat berpengaruh pada jumlah produksinya (Suganda, 2003).

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

(1) Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas perikanan gillnet di Perairan Karangantu, Kabupaten Serang - Provinsi Banten.

(2) Menganalisis kinerja ekonomi perikanan gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang – Provinsi Banten saat ini.

(3) Merumuskan alternatif kebijakan pengembangan perikanan gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang – Provinsi Banten.

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Serang dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan perikanan gillnet, khususnya di Perairan Pantai Karangantu.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

(31)

unit penangkapan dan hasil tangkapan secara keseluruhan yang akan diterapkan dalam pengembangan perikanan gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang – Provinsi Banten.

1.5 Kerangka Pemikiran

[image:31.596.118.513.284.613.2]

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini didasari pada potensi sumberdaya perikanan yang ada di perairan pantai Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten diperlihatkan seperti pada Gambar 1, sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka pemikiran.

1.6 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah : Perikanan gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang - Provinsi Banten masih dapat dikembangkan.

Kondisi Perikanan gillnet

Faktor-faktor yang berpengaruh pada produksi perikanan gillnet Permasalahan :

• Upaya penangkapan besar, produksi menurun

• Kondisi, jenis dan ukuran Kapal dan alat tangkap gillnet serta jumlah ABK nelayan yang beragam • Daerah Penangkapan yang

semakin terbatas.

Faktor internal

Faktor eksternal

Metode SWOT dan AHP

• Unit Perikanan gillnet • Produktivitas gillnet

• Penanganan dan Pengolahan • Ekonomi dan Finansial • Pemasaran

• Kebijakan dan Kelembagaan yang ada (Pengembangan). Faktor-faktor yang paling berpengaruh

pada produksi perikanan gillnet Fungsi produksi Cobb-Douglas

Analisis

(32)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Perairan dan Perikanan di Tempat Penelitian

Perairan Karangantu terletak di Pantai Utara Jawa Barat, cakupan wilayah dibatasi 5?49’45” LS sampai dengan 6?02’00” LS dan 106?03’20” BT sampai dengan 106?16’00”BT. Kedalaman perairan antara 2 sampai dengan 13 meter, tetapi dibagian mulut teluk dapat mencapai 20 meter. Dasar perairan pasir berlumpur terutama dibagian dekat pantai yang landai. Di perairan ini mengalir beberapa sungai yaitu Sungai Wadas, Domas, Soge, Kemayungan, Baros, Banten dan Sungai Pelabuhan, terutama sungai pelabuhan telah lama tersumbat yang menyebabkan pendangkalan semakin tinggi di bagian muaranya. Di peraiaran juga banyak ditemukan padang lamun yang tumbuh pada perairan yang dangkal dengan dasar berpasir (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, 2004).

Dalam Undang-Undang No. 31 tahun 2004 mengenai perikanan, definisi dari perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan, sedangkan yang dimaksud dengan usaha perikanan adalah semua usaha perorangan/badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial. Adapun penangkapan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat/cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal atau memuat, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkan.

2.2 Potensi Sumberdaya Perikanan (SdP) dan Tingkat Pemanfaatan

(33)

potensi lestari, sedangkan potensi lestari adalah 50% dari potensi biomassa ikan yang ada pada suatu perairan (Dahuri, 2002).

Potensi sumberdaya perikanan dalam suatu wilayah perairan perlu diketahui untuk optimalisasi pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya. Jika sumberdaya yang dieksploitasi melebihi dari potensi lestarinya maka dikhawatirkan akan terjadi penurunan biomassa yang dapat mengakibatkan hilangnya sumberdaya tersebut. Setiap bentuk pamanfaatan yang bersifat eksploitatif terhadap sumberdaya hayati ikan akan mempengaruhi sistem keseimbangan dari suatu ekosistem. Pemanfaatan yang hanya menekankan pada kepentingan ekonomis saja dapat menyebabkan pergeseran keseimbangan dari tipe “K” (ekosistem yang aliran energi dan siklus materinya seimbang dan efisien) ke tipe “r” (ekosistem yang aliran energi dan siklus materinya seimbang dan boros), sehingga produktivitas dan daya dukungnya berkurang (Tuwo, 2001).

Penentuan potensi lestari (MSY) dan upaya optimum hanya dapat dilakukan jika parameter b pada persamaan Z = a + bX bernilai negatif, yang artinya penambahan effort akan menyebabkan penurunan produktivitas (CPUE). Jika diperoleh slope b bernilai positif maka tidak dapat ditentukan besarnya pendugaan stok maupun effort optimum, tetapi dapat disimpulkan bahwa jumlah effort masih dapat ditingkatkan untuk memperbesar produksi hasil tangkapan (Sparre and Venema, 1992).

2.3 Daerah Penangkapan Ikan (DPI)

(34)

mengetahui daerah penangkapan ikan maka nelayan tidak pergi mencari ikan (berburu) dengan tidak pasti tapi mengambil ikan (Gunarso, 1996 yang diacu dalam Sasmita, 1997). Nelayan di tempat penelitian dalam penentuan daerah penangkapan ikan biasanya hanya mengandalkan pengetahuan tradisional (sederhana) dan berpedoman pada faktor- faktor alam secara turun-menurun, yaitu seperti adanya burung-burung yang terbang diatas perairan atau riak di air yang menandakan adanya ikan di kolom perairan laut serta tingkah laku ikan yang sudah diketahui yaitu dimana ikan memijah dan dimana ikan biasa berkelompok mencari makan, untuk ikan- ikan pelagis kecil dan sedang banyak terdapat di Selat Sunda dan di sekitar bagian luar Teluk Banten.

2.4 Intensitas dan Musim Penangkapan Ikan

Intensitas penangkapan ikan oleh nelayan sangat dipengaruhi oleh keadaan musim angin. Pada saat bertiup angin barat (musim barat), angin dan gelombang belum begitu besar sehingga masih ada nelayan yang melaut. Hal ini

terjadi pada bulan September hingga Desember. Sedangkan pada saat angin bertiup dari arah timur (musim timur) yang terjadi pada bulan April sampai

Agustus, hasil tangkapan oleh nelayan meningkat. Musim timur ini oleh nelayan setempat biasa disebut sebagai musim ikan. Angin Utara terjadi antara

bulan Januari hingga bulan Maret dan dikenal dengan musim utara. Nelayan setempat biasa menyebut musim utara ini dengan musim paceklik karena hasil

tangkapan rata-rata sedikit bahkan tidak jarang pulang dengan tanpa membawa hasil tangkapan serta pada musim ini disertai angin dan gelombang

tinggi yang dapat membahayakan nelayan. Waktu penangkapan ikan dilakukan setiap hari dan sepanjang waktu dari pagi hingga malam hari, kecuali Hari Jum’at dilakukan hanya dimalam hari (Syamsuddin, 1995).

2.5 Perikanan Gillnet

(35)

2.5.1 Kapal perikanan

Kapal perikanan gillnet yang digunakan untuk usaha penangkapan di lokasi penelitian umumnya adalah perahu motor tempel yang berukuran kecil dengan panjang 6 hingga 8 meter, lebar 1,5 sampai 2 meter dan memiliki kedalaman 0,6 hingga 1,2 meter, sedangkan kapal motor (in board) mulai digunakan sebaga i pengganti kapal motor tempel karena alasan keselamatan (bersenggolan) dan keamanan. Alat penggerak yang digunakan berkekuatan rata-rata berkisar antara 8-20 PK dari berbagai merek mesin, tetapi yang paling umum digunakan adalah merek Dongfeng. Armada penangkapan ikan umumnya hanya berukuran 2 hingga 4 GT (Gross Tonnage) (Suganda, 2003).

2.5.2 Nelayan

Nelayan adalah masyarakat yang bermata pencaharian sehari- hari mengeksploitasi sumberdaya hayati laut seperti ikan/binatang lair lain/tumbuhan air. Berdasarkan pemilikan alat tangkap yang digunakan untuk usaha penagkapan, nelayan dapat dibagi menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh, nelayan pemilik adalah nelayan yang memiliki unit penangkapan ikan yang biasa disebut juragan, sedangkan nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja menangkap ikan dengan menggunakan alat penangkapan ikan yang bukan miliknya sendiri, sedangkan nelayan penuh adalah nelayan yang menggantungkan hidupnya hanya dari kegiatan penangkapan ikan, adapun nelayan sambilan didefinisikan sebagai nelayan yang hanya sebagian hidupnya saja bermata pencaharian menjadi nelayan tetapi di lain waktu beralih profesi. Nelayan di Karangantu, umumnya nelayan buruh, satu alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan pemilik biasanya terdiri dari 2-3 orang nelayan buruh. Umumnya nelayan perikanan gillnet melakukan pendaratan ikannya di Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu. Adapun jenis ikan yang dominan tertangkap dengan alat tangkap gillnet adalah ikan kembung, tongkol, layang, tembang, peperek, selar dan ekor kuning (Suganda, 2003).

(36)

Jaring Insang satu lembar atau disebut juga dengan gillnet adalah jaring yang konstruksinya terdiri dari satu lapis jaring yang berbentuk empat persegi panjang, jumlah mata jaring ke arah horisontal dan ke arah vertikal disesuaikan dengan ikan yang akan dijadikan target tangkapan, daerah penangkapan, metode pengoperasian dan kebiasaan nelayan yang mengoperasikannya. Pengoperasian dari jenis jaring ini, ada yang dioperasikan di permukaan, kolom dan dasar perairan dengan cara diset menetap atau dihanyutkan. Pada bagian atasnya tali ris dilengkapi dengan pelampung dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan pemberat, sehingga dengan adanya dua gaya yang berlainan memungkinkan jaring insang dapat dipasang dalam keadaan tegak menghadang biota laut. Metode pengoperasian gillnet biasanya dilakukan secara pasif meskipun ada juga yang dilakukan secara semi aktif dan aktif. Untuk yang aktif biasanya dilakukan pada malam hari baik itu dioperasikan dengan memakai atau tanpa alat bantu cahaya (Martasuganda, 2005).

Ikan yang tertangkap pada mata jaring (mesh size) jaring insang, adalah ikan yang keliling bagian belakang penutup insangnya (operculum girth) lebih kecil, dan keliling badan maksimalnya (maximum body girth) lebih besar dari keliling mata jaring (mesh perimeter) dan kemungkinan jaring susah terlihat, adanya study action, imitation action, dalam keadaan panik mengikuti pergerakan alat tangkap dan kemungkinan faktor lainnya. Karena adanya pengaruh internal dan eksternal dari ikan pengarug konstruksi jaring, pengaruh kondisis perairan ikan yang seharusnya bisa tertangkap menjadi menghindari jaring atau tidak tertangkap (Martasuganda, 2005).

Menurut Novela (2004) perikana n gillnet di Perairan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat menunjukkan paling efektif, efisisen dan selektif daripada alat tangkap yang lain sehingga cocok untuk perikanan berinvestasi kecil serta memliki keuntungan Rp. 252.259,-/hari, nilai BEP mencapai Rp.10.641.500,-.

(37)

dan pengembangan lingkungan hidup dengan cara mengikuti, melaksanakan undang dan peraturan nasional maupun peraturan internasional yang berlaku. Sedangkan untuk pengawasan sepenuhnya harus dilakukan oleh pemerintah dan pihak terkait secara teratur dan apabila perlu merevisi undang-undang dan peratutan yang sedang berjalan atau membuat peraturan dan perundangan baru agar usaha penangkapan bisa dipertanggung jawabkan.

Untuk terselenggaranya usaha penangkapan yang berwawasan lingkungan berjalan secara berkesinambungan, sebaiknya pemerintah atau pihak pembuat kebijakan dalam usaha perikanan memberlakukan aturan-aturan : 1) mengadakan penutupan daerah penangkapan yang tercemar sampai

daerah penagkapan terbebas dari pencemaran, 2) mengadakan penutupan daerah penangkapan pada waktu suatu jenis ikan, hewan air atau biota perairan yang dilindungi mengadakan reproduksi, 3) memberlakukan batasan

waktu penangkapan sampai potensi yang ada dapat pulih kembali, dan 4) mengadakan restocking dengan cara membudidayakan atau penangkaran

(Martasuganda, 2005).

Pengembangan teknologi penangkapan yang berwawasan lingkungan merupakan upaya untuk mewujudkan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkesinambungan, yaitu pemanfaatan yang memperhatikan kelestarian sumberdaya sehingga menjamin kelestarian pemanfaatannya. Dengan tingkat pemanfaatan lebih dikembangkan dengan pro ses pengkajian terhadap berbagai

jenis alat tangkap yang ada. Salah satu cara penentuan ukuran mata jaring merupakan salah satu langkah utama untuk memperoleh jenis hasil tangkapan

yang optimal sekaligus menjaga kelestarian sumberdaya perikanan. Alat tangkap gillnet mempunyai keunggulan selektivitas kemampuannya untuk menangkap ikan ukuran tertentu yang berkaitan erat dengan ukuran mata jaring tertentu. Tertangkapnya ikan oleh gillnet ditentukan oleh “body-girth” atau ukuran lingkar penampang ikan dan mesh perimeter atau ukuran keliling dalam mata jaring, karena ukuran “body-girth” berbanding lurus dengan ukuran panjang ikan, selektivitas alat tangkap gillnet dapat ditentukan dengan mengamati struktur panjang ikan yang tertangkap. Beberapa faktor teknis yang menentukan selektivitas gillnet antara lain kelenturan dan kemuluran benang jaring, dan rancang bangun gillnet. Beberapa faktor biologis yang menentukan selektivitas gillnet antara lain morfologi ikan, tingkat alat reproduksi yang berkaitan dengan musim dan tingkah laku ikan ( Sparre and Venema, 1992).

(38)

ikan yang tidak diinginkan merupakan salah satu strategi yang dipakai untuk mengurangi by catch. Strategi pengurangan jumlah by catch dari alat tangkap yang terbuat dari jaring, seperti gillnet, adalah dengan penggunaan mata jaring yang ukuran kelilingnya lebih besar dari girth maksimum ikan. Pengkajian selektivitas alat tangkap gillnet dilakukan dengan mengamati ciri-ciri hasil tangkapan, yaitu jenis dan ukuran ikan/udang, pembuatan kurva selektivitas yang menunjukkan peluang tertangkapnya berbagai ukuran ikan/udang spesies-spesies tertentu. Perhitungan peluang ini didasarkan pada komposisi ukuran panjang ikan yang tertangkap oleh ukuran mata jaring sesuai dengan metode Sparre and Venema, 1992.

Selektivitas alat tangkap menentukan keseragaman hasil tangkapan, semakin seragam hasil tangkapan berarti semakin selektif alat tangkap tersebut. Gillnet mempunyai selektivitas yang lebih baik, yaitu ukuran ikan yang tetangkap lebih seragam. Oleh karena itu, ukuran ikan yang tertangkap dapat diperoleh. Kajian selektivitas suatu alat tangkap harus didasarkan pada proses tertangkapnya ikan, secara umum kurva selektivitas dibuat berdasarkan komposisi ukuran ikan yang tertangkap gilled dan wedged, dimana tubuh ikan bergerak maju menerobos sebuah mata jaring sehingga ikan terjerat pada bagian pangkal tutup insang atau terjerat pada bagian lingkaran tubuh yang lebih kecil dari lingkaran tubuh maksimum. Proporsi jumlah ikan tertangkap secara entangled dan snagged mempengaruhi total selektivitas jaring terhadap ukuran ikan yang tertangkap. Tersangkutnya ikan dimata jaring akibat morfologi tertentu bagian kepala didepan mata (misalnya bentuk moncong dan susunan gigi-gerigi pada ikan cendro, ikan layur dan ikan alu-alu). Memperoleh kisaran ukuran ikan yang tertangkap, demikian juga proporsi ikan yang terjerat oleh lebih dari dua mata jaring akibat kekuatan ikan dalam upayanya melepaskan diri dari jeratan jaring.

(39)

kecil. Terutama di negara berkembang seperti Indonesia, persoalan by catch untuk perikanan gillnet adalah rendah (Novela, 2004).

Kecenderungan perubahan jumlah kapal perikanan, nelayan dan alat tangkap gillnet yang digunakan, proyeksi trend (kecenderungan) dengan persamaan regresi Y = a + bX, dengan menggunakan program komputer (MS. Exel). Dengan melihat nilai slope b dapat ditentukan perkiraan arah perkembangannya pada masa yang akan datang dan berapa besarnya perkembangan tersebut (Syamsuddin, 1995).

2.6 Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dan output, yang ditandai jumlah output maksimal yang dapat diproduksi dengan suatu set kombinasi input tertentu. Fungsi produksi memberikan output maksimum dalam pengertian fisik dari tiap-tiap tingkat input dalam pengertian fisik (Soekartawi,1990).

Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Input atau faktor produksi sering pula disebut dengan “korban produksi”, karena faktor produksi tersebut ”dikorbankan” untuk menghasilkan produksi. Analisis fungsi produksi sering dilakukan oleh peneliti, karena untuk mendapatkan informasi bagaimana sumberdaya yang terbatas seperti perairan, lahan, tenaga kerja dan modal dapat dikelola dengan baik agar produksi maksimum dapat diperoleh (Soekartawi,1990). Secara matematis hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai hubungan X dan Y sebagai berikut :

Y = f (X1,X2,X3,X4,………Xn)

Berdasarkan persamaan di atas maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya produksi sangat tergantung dari peranan X1 sampai dengan Xn dan faktor lainnya yang tidak

terdapat dalam persamaan di atas (Soekartawi, 1990).

Model adalah ”gambaran” dari tujuan yang ingin dicapai. Bentuk atau model fungsi produksi yang sering digunakan oleh para peneliti adalah model fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 1990), dengan asumsi bahwa data tersebar normal dan faktor produksi yang digunakan mewakili variabel-variabel yang mempunyai hasil produksi. Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan yang melibatkan dua variabel, dimana variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut

(40)

antara X dan Y biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X, dengan demikian kaidah-kaidah pada garis

regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Secara matematik fungsi Cobb-Douglas dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990) :

u bn n b b e X X aX

Y = 11 2 2... Dengan

Y = Variabel yang dijelaskan (hasil produksi) X = Variabel yang menjelaskan (jumlah faktor produksi atau input) a,b = Besaran yang akan diduga

e = Logaritma natural, e = 2,718 u/U = Kesalahan (distribusi term)

Persamaan diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan. Bentuk logaritma dari persamaan tersebut adalah :

e U X b X b X b a Y

Log =log + 1log 1+ 2log 2+... nlog n + log Model Cobb-Douglas mempunyai kelebihan dari fungsi produksi yang lain karena pangkat dari fungsi menunjukkan besarnya elastisitas produksi.

Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 1990), yaitu

(1) Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

(2) Dalam suatu produksi, perlu asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non neutral difference in the respectivete chnologies), artinya juga fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan, dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari suatu model maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

(3) Tiap variabel X adalah perfect competitions.

(4) Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan, u/U.

(41)

Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, seperti fungsi kuadratik dan fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah ditransfer ke dalam bentuk linear.

Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menentukan besaran elastisitas.

Besaran elastisitas tersebut juga menunjukkan tingkat returns to scale. Jika koefisien regresi yang akan diuji adalah b1 dan b2, maka :

(1) Decreasing return to scale, jika (b1 + b2) < 1, dalam keadaan demikian dapat

diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.

(2) Constant return to scale, jika (b1 + b2) = 1, dalam keadaan demikian

penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

(3) Increasing return to scale, jika (b1 + b2) > 1, dalam keadaan demikian dapat

diartikan bahwa penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

Model fungsi produksi Cobb-Douglas didasari oleh asumsi bahwa jumlah elastisitas sama dengan satu ( ? bi = 1) mengikuti kaidah constant return to scale.

Seorang pengusaha (produsen) yang melakukan suatu kegiatan usaha pada umumnya melakukan suatu tinjauan terhadap kegiatan usaha yang dilaksanakan. Cara yang biasa dilakukan adalah dengan menganalisis berapa biaya yang dikeluarkan untuk melakukan usaha dan keuntungan maksimum yang akan diperoleh dan juga melakukan pendugaan terhadap fungsi produksi dari kegiatan usaha tersebut. Faktor-faktor produksi ini ada yang dapat dikendalikan ada juga yang tidak dapat dikendalikan seperti kondisi perairan, suhu dan faktor-faktor lainnya.

(42)

faktor input yang dimiliki secara optimal dan menjaga ketersediaan faktor-faktor input tersebut.

Penelitian yang dilakasanakan ini, menganalisis mengenai faktor- faktor input yang berpengaruh terhadap produksi perikanan gillnet dan usaha mengoptimalkan penggunaan faktor- faktor produksi dalam suatu usaha perikanan. Faktor- faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi perikanan gillnet adalah ukuran mesin, ukuran kapal, jumlah nelayan, meshperimeter dan ukuran luas jaring, biaya operasi. Harga dari masing- masing faktor produksi setiap saat dapat mengalami perubahan sehingga nelayan gillnet berusaha mengubah alokasi faktor produksinya menjadi lebih optimal.

Analisis optimalisasi produksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas untuk memperoleh alokasi faktor produksi yang optimal, sehingga tercapai keuntungan yang maksimum. Skema

kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

2.7 Pena nganan dan Pengolahan

Penanganan dan pengolahan hasil perikanan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu hasil tangkapan. Mutu adalah suatu yang mencirikan tingkat dimana suatu produk mampu memenuhi keinginan atau harapan konsumen. Konsep mutu lebih berkaitan dengan evaluasi subyektif dari konsumen, yaitu bahwa konsumen yang menilai sejauh mana tingkat mutu suatu produk yang dikonsumsi (Gasperzs, 1992).

Analisis penanganan dan pengolahan dilakukan untuk mengetahui kondisi atau mutu hasil tangkapan dengan cara pengamatan secara fisik langsung. Penanganan dan pengolahan hasil perikanan di tempat penelitian masih dilakukan secara sederhana dan masih belum ditangani secara baik dan benar (Syamsuddin, 1995).

2.8 Pemasaran

(43)

kebutuhan, keinginan pasar dan efisien daripada para pesaing, secara umum pemasaran adalah suatu kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan barang dan jasa. Hasil tangkapan di Karangantu umumnya dipasarkan secara tradisional dan kadang-kadang tidak melalui pelelangan dan dipasarkan untuk pasar lokal kecuali beberapa komiditi seperti udang dan rajungan dipasarkan ke Jakarta (Suganda, 2003).

2.9 Ekonomi dan Finansial

Berdasarkan konsep ekonomi suatu usaha dikatakan mempunyai keuntungan (profit) apabila penerimaan total lebih besar daripada biaya total. Analisa finansial dalam kerangka evaluasi proyek lebih bersifat analisis tentang arus dana. Sebagai alat untuk mempelajari arus dana, dikenal dua jenis perkiraan yaitu : 1) perhitungan rugi- laba dan 2) neraca. Untuk mengetahui keuntungan usaha dapat dipergunakan analisis break event point (BEP), net B/C, NPV dan IRR. BEP menggambarkan pada volume dan nilai berapa harus diperoleh untuk mencapai titik impas usaha, artinya suatu usaha tidak untung dan tidak rugi, net B/C adalah perbandingan jumlah penerimaan dan jumlah biaya (net B/C >=1, usaha dikatakan layak), NPV (Net Present Value) adalah perbedaan nilai sekarang dari manfaat dan biaya (usaha dikatakan layak, jika NPV >= 0) dan IRR (Internal Rate Return) adalah suatu tingkat pengembalian modal yang digunakan dan merupakan nilai tingkat biaya (IRR<= tingkat bunga (discount rate,i) maka usaha tersebut dikatakan layak (Pramudya, 2001) : penjualan nilai tetap tidak iabel biaya tetap Biaya rupiah BEP var [ 1 ) ( − = penjualan volume tetap tidak iabel biaya penjualan unit tetap Biaya volume BEP var [ ) ( − =

(44)

t i t biaya t Penerimaan NPV )^ 1 ( + −

=

t : tahun ke

; 1 ) ' ' ' ( ) ' '' ( ' ' = − − + = c b PV PV NPV NPV i i NPV i IRR

2.10 Komponen Penunjang Perikanan Gillnet

Komponen penunjang perikanan gillnet dan masalahnya terdiri dari tempat pelelangan ikan (TPI), perusahaan perikanan, lembaga keuangan, koperasi unit desa (KUD), Pemerintah daerah Kabupaten (Pemda) Serang, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang serta kebijakan perikanan tangkap Kabupaten Serang.

2.11 Pengembangan Perikanan Gillnet

Menurut Kesteven (1973). pengembangan usaha perikanan haruslah ditinjau secara bio-technico-socio-economic-approach, oleh karena itu ada empat aspek yang harus dipenuhi oleh suatu jenis alat tangkap ikan untuk dapat dikembangkan, yaitu : 1) Bila ditinjau dari segi biologi, alat tangkap tidak merusak atau mengganggu kelestarian sumberdaya, 2) Secara teknis alat tangkap yang digunakan efektif untuk dioperasikan, 3) Dari segi sosial dapat diterima oleh masyarakat nelayan dan 4) Secara ekonomi usaha tersebut bersifat menguntungkan. Menurut Monintja (2000), perlu adanya pertimbangan dalam pemilihan suatu teknologi yang tepat untuk diterapkan di dalam pengembangan perikanan. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan teknologi, dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu 1) Teknologi penangkapan ikan berwawasan lingkungan, 2) Teknologi penangkapan ikan yang secara teknis, ekonomis, mutu dan pemasarannnya menguntungkan, serta 3) Kegiatan penangkapan ikan yang optimal dan berkelanjutan.

(45)

pengembangannya dengan cara : 1) Memperluas daerah operasi penangkapan dengan meningkatkan kemampuan kapal yang dioperasikan (modernisasi), 2) Mengatur daerah dan atau musim penangkapan sesuai dengan alat tangkapnya, 3) Mentransmigrasikan nelayan, 4) Pembatasan dan pengendalian jumlah alat tangkapnya, 5) Diversivikasi dan mengkonversi usaha penangkapan ke budidaya laut. Sedangkan untuk daerah lepas pantai pantai, pengembangannya dengan cara : 1) Penambahan unit penangkapan ikan, 2) Modernisasi alat dan kapal penangkapan ikan, 3) Mendatangkan transmigrasi, 4) Perluasan daerah operasi penangkapan ikan dan 5) Penanaman modal.

2.11 Analisis SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities Threats)

Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan atau pembangkit strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 1998 yang diacu dalam Marimin, 2004). Analisis SWOT mempertimbangkan faktor internal (Internal Factor Evaluation/IFE) yaitu strengths dan weaknesses serta faktor eksternal (External Factor Evaluation/EFE) yaitu opportunities dan threats yang dihadapi dunia usaha, sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi pengembangan (Marimin, 2004).

(46)

Kuadran III Kuadran I

(mendukung stategi turn-around) (mendukung strategi agresif)

Kuadran IV Kuadran II

[image:46.596.110.496.111.364.2]

(mendukung strategi defensif) (mendukung strategi diversifikasi)

Gambar 2. Posisi perikanan gillnet pada berbagai kondisi.

Dengan mengetahui posisi perikanan gillnet pada kuadran yang tepat maka perusahaan dapat mengambil keputusan dengan lebih tepat, yaitu :

(1) Jika posisi periakanan gillnet berada pada kuadran I, maka menandakan bahwa situasi ini sangat menguntungkan, perikanan gillnet tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan untuk perusahaan yang berada pada posisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

(2) Perikanan gillnet yang berada pada kuadran II berarti perusahaan menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan internal. Strategi yang harus dilakukan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

(3) Perikanan gillnet yang berada pada kuadran III menunjukkan bahwa perikanan gillnet mempunyai peluang yang sangat besar, tetapi dilain pihak memiliki kelemahan internal. Fokus yang harus diambil oleh perikanan gillnet adalah meminimalkan masalah- masalah internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Berbagai Peluang

Berbagai Ancaman

(47)

(4) Posisi perikanan gillnet pada kuadran IV menunjukkan bahwa perikanan gillnet menghadapi situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana selain perikanan gillnet menghadapi berbagai ancaman juga menghadapi kelemahan internal.

Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai berikut : (1) Tahapan pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal. (2) Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal-eksternal (matriks SWOT). (3) Tahapan pengambilan keputusan.

Tahap pengambilan data ini digunakan untuk mengetahui faktor- faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan dan ancaman bagi perusahaan dapat dilakukan dengan wawancara terhadap ahli perusahaan yang bersangkutan ataupun analisis secara kuantitatif misalkan neraca, laba-rugi dan lain- lain. Setelah mengetahui berbagai faktor dalam perusahaan maka tahap selanjutnya adalah membuat matriks SWOT.

Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Dari matriks ini akan terbentuk 4 (empat) kemungkinan alternatif strategi. Tabel 1 adalah diagram matriks SWOT dan kemungkinan strategi yang sesuai.

Tabel 1. Diagram matriks SWOT dan kemungkinan strategi yang sesuai IFE/EFE Strengths (S) Weaknesses (W) Opportunities

(O)

Strategi SO

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Digunakan jika perusahaan berada pada posisi kuadran I.

Srtategi WO

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Digunakan jika perusahaan berada pada kuadran III.

Threats (T) Strategi ST

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Digunakan jika perusahaan berada pada kuadran II.

Strategi WT

Menciptakan strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

(48)

Tahap evaluasi data internal dan eksternal perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan wawancara, kuesioner maupun pengambilan data kuantitatif perusahaan secara langsung. Tahap pembuatan

matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut :

(1) Pada kolom 1 dilakukan penyusunan terhadap semua faktor-faktor yang dimiliki oleh perusahaan dengan menjadu dua bagian yaitu faktor internal dan eksternal

(2) Pemberian bobot faktor kolom dua mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting).

(3) Pada kolom 3 diisi perhitungan rating terhadap faktor-faktor tersebut berdasarkan pengaruhnya terhadap perusahaan yang bersangkutan. Rentang nilai rating 1 berarti kurang berpengaruh sampai 5 berarti sangat berpengaruh. (4) Kolom 4 diisi dengan cara mengalikan bobot pada kolom 2 dengan kolom 3.

(5) Penjumlahan total skor pembobotan untuk masing- masing faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan eksternal (peluang-ancaman). Untuk memperoleh strategi yang tepat bagi perusahaan yang bersangkutan maka nilai tersebut diletakkan pada kuadran yang sesuai untuk kemudian dilakukan pembuatan matriks SWOT yang akan menjelaskan aternatif strategi ya ng dilakukan. Setelah matriks IFE dan EFE terbentuk kemudian dibuat matriks SWOT yang menjelaskan berbagai alternatif yang mungkin untuk strategi perusahaan.

Tahap selanjutnya adalah pengambian keputusan. Dalam tahap ini perlu merujuk kembali matriks IFE dan EFE yang menghasilkan posisi perusahaan

saat ini, sehingga dapat diketahui kombinasi strategi yang paling tepat (Marimin, 2004).

2.13 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Anaiytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk pengambilan keputusan atau pemilihan alternatif kebijakan. AHP merupakan suatu teori umum tentang pengukuran. AHP digunakan untuk menemukan skala rasio baik perbandingan pasangan yang diskrit maupun kontinyu (Mulyono, 1996).

(49)

bagian komponennya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi pertimbangan numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variebel dan mensistensis berbagai pertimbangan untuk menetapkan variebel yang memiliki prioritas relatif yang lebih tinggi. Kekuatan AHP terletak pada struktur hirarki yang memungkinkan dimasukkannya semua faktor penting dan mengaturnya sampai ke tingkat alternatif, setiap masalah dapat dirumuskan sebagai masalah keputusan berbentuk hirarki, kadang-kadang dengan ketergantungan untuk menunjukkan bahwa beberapa elemen bergantung pada yang lain dan pada saat yang sama elemen yang lain bergantung padanya. Elemen pada setiap tingkat digunakan sebagai sifat bersama untuk membandingkan elemen-elemen yang berada setingkat dibawahnya.

(50)

3 METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian lapang dan pangambilan data dilakukan selama enam bulan, yaitu pada Bulan November 2005 sampai April 2006 di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu, Kabupaten Serang - Provinsi Banten.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan satuan kasusnya adalah analisis pengembangan perikanan gillnet di Perairan Karangantu-Banten. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer meliputi pengukuran dimensi kapal, lokasi daerah penangkapan dan metode operasi penangkapan diperoleh melalui wawancara terhadap 17 responden nelayan perikanan gillnet yang beroperasi di perairan pantai Karangantu (1 responden jenis gillnet gilnet, gillnet silir 5 responden, gillnet rampus 6 responden dan gillnet ciker 5 responden) dengan menggunakan kuesioner. Sampling method terhadap nelayan dilakukan secara purposive sampling untuk mendapatkan informasi yang jelas sesuai dengan kemampuan komunikasi dan pengalaman kerja dari nelayan gillnet yang ditentukan. Data sekunder meliputi volume dan nilai produksi perikanan di PPP Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten selama enam tahun yaitu dari tahun 1999 sampai tahun 2004, jumlah nelayan dan jumlah kapal perikanan gillnet serta keadaan umum di Perairan Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten diperoleh dari PPP Karangantu, serta Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang. Selanjutnya data PERDA tentang perikanan pada era globalisasi dan desentralisasi, data pendapatan dan kondisi sosial, jumlah nelayan pada perikanan gillnet.

3.3 Jenis dan Sumber Data

(51)

Data sekunder berupa data mengenai keadaan umum daerah penelitian yang diperoleh dari instansi yang berhubungan, seperti dinas perikanan kabupaten dan Kantor Kepala Desa Karangantu. juga diperoleh dari studi pustaka. Banyaknya responden diambil secara purposive sampling yaitu penilaian tidak secara acak dan dengan pertimbangan bahwa responden mampu berkomunikasi dengan baik dalam pengisian kuesioner.

Data primer diantaranya meliputi data tentang kapal perikanan, alat tangkap, potensi dan upaya tangkapan (produktivitas penangkapan), biaya operasi penangkapan, daerah penangkapan, waktu dan musim penangkapan. Jenis dan responden yang diwawancarai jumlah kapal/perahu perikanan gillnet sebanyak 17 buah (terdiri dari 1 buah kapal dengan jaring gil lnet gilnet, 5 buah kapal gillnet silir, 6 buah gillnet rampus dan 5 buah gillnet ciker) meliputi 10 orang nelayan pemilik, 15 orang nelayan buruh, 5 orang bakul ikan, 3 orang pengolah ikan, 1 orang pengelola TPI, 1 orang pengurus KUD, 3 orang pegawai Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang.

Data sekunder yang dikumpulkan diantaranya meliputi volume dan nilai produksi perikanan di PPP Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten selama enam tahun yaitu dari tahun 1999 sampai tahun 2004, jumlah nelaya n dan jumlah kapal perikanan gillnet serta keadaan umum di perairan Karangantu, Kabupaten Serang - Provinsi Banten. Data sekunder juga diperoleh dari berbagai instansi dan kelembagaan yang berhubungan dengan masalah yang dikaji.

3.4 Metode Analasis Data

Dalam tahap ini dicari secara selektif pelaku dan kebutuhannya yang terlibat dalam pengembangan perikanan tangkap Perairan Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten. Untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan para pelaku tersebut dilakukan dengan pengamatan secara langsung di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kararangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten dan dengan mengadakan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Pelaku yang terkait dalam sistem perikanan tangkap di PPP Karangantu adalah nelayan, bakul, konsumen, TPI, KUD Mina serta Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang. Data yang dibutuhkan dalam metode ini adalah data tahunan selama 6 (enam) tahun terakhir yaitu mulai data tahun 1999 hingga tahun 2004. Data-data yang diperoleh, dianalisis dengan cara tabulasi data dan deskriptif yang meliputi :

(52)

- Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas - Analisis produktivitas gillnet

- Analisis penanganan dan pengolahan - Analisis pemasaran

- Analisis ekonomi dan finansial (evaluasi kinerja ekonomi saat ini) - Analisis komponen penunjang perikanan gillnet

- Analisis kebijakan dan kelembagaan (pengembangan)

3.4.1 Analisis perikanan gillnet

Kecenderungan perubahan jumlah kapal perikanan, nelayan dan alat tangkap gillnet yang digunakan dan upaya penangkapannya dianalisis dengan metode proyeksi trend (kecenderungan) dengan persamaan regresi Y = a + bX, dengan menggunakan program komputer (MS. Exel). Dengan melihat nilai slope b dapat ditentukan perkiraan arah perkembangannya pada masa yang akan datang dan berapa besarnya perkembangan tersebut (Syamsuddin, 1995). Selanjutnya dilakukan analisis dengan Metode Grafik (persamaan regresi) untuk menentukan dua faktor yang paling berpengaruh yaitu dengan memilih Squar-R (faktor ketepatan data) terbesar.

3.4.2 Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menduga besarnya produksi perikanan gillnet. Pendugaan dilakukan terhadap faktor- faktor produksi yaitu : ukuran mesin, ukuran kapal, jumlah nela yan, ukuran luas dan mesh perimeter jaring dan biaya oprasi. Model pendugaan dari persamaan fungsi produksi adalah sebagai berikut :

u bn n b

b

e X X

aX

Y 2 2... 1

1 =

Keterangan :

Y = Produksi perikanan gillnet (kg) X1 = Mesh perimeter jaring (inci)

X2 = Ukuran luas jaring (meter persegi)

(53)

X4 = Ukuran kapal (GT)

X5 = Jumlah Nelayan (orang)

X6 = Konsumsi BBM (liter)

X7 = Biaya operasi penangkapan (rupiah/trip)

a,b = Besaran yang akan diduga e = Logaritma natural, e = 2,718 u/U = Kesalahan (distribusi term)

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut di atas, maka fungsi Cobb-Douglas ditulis dalam bentuk linear dan diolah dengan menggunakan Regresi Berganda. Persamaan linear dari fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :

LogY=loga+b1log X1+b2log X2+...bnlog Xn +Uloge

(54)

Tabel 2. Rekapitalisasi data yang dicantumkan dalam penelitian

No. Tujuan Analisis Data yang di Analisis Jumlah Data Sifat Data

1. Mengetahui pola pengelolaan perikanan tangkap.

Peraturan daerah tentang perikanan diera globalisasi dan desentralisasi.

Dinas Perikanan dan Kelautan.

Sekunde.r

2. Potensi dan produktivitas.

Skala usaha dan team penangkapan Ikan.

Daerah penangkapan ikan. Perekonomian nelayan dan pemasaran.

Potensi dan produksi hasil tangkapan. Jumlah, ukuran alat tangkap gillnet dan armada tangkap.

Pendapatan dan kondisi sosial dan jumlah nelayan.

Dinas Perikanan dan Kelautan.

PPP. TPI. Nelayan. KUD Mina.

Primer dan Sekunder.

3. Rencana jangka pendek dan jangka panjang dalam pengembanga n perikanan tangkap.

• Upaya dalam rangka pelestarian sumberdaya perikanan

• Upaya untuk menigkatkan pendapatan dan syarat hidup nelayan dan daerah

• Upaya pengembangan perikanan tangkapgillnet.

• PEMDA

• Dinas Perikanan dan Kelautan.

Sekunder.

(55)

3.4.3 Analisis produktivitas gillnet

Analisis produktivitas gillnet digunakan untuk mengetahui produktivitas dari unit penangkapan gillnet yang digunakan, terkait dengan potensi sumberdaya perikanan yang ada di wilayah perairan tersebut. Penilaian produktivitas gillnet dilakukan dengan penilaian hasil tangkapan gillnet per upaya penangkapan. Data yang diperlukan berupa data hasil tangkapan (catch) gillnet dan upaya penangkapan (effort) (Syamsuddin, 1995).

3.4.4 Analisis penanganan dan pengolahan

Analisis penanganan dan pengolahan di tempat penelitianan dilakukan pengamatan secara langsung proses penanganan dan pengolahan hasil perikanan.

3.4.5 Analisis pemasaran

Analisis pemasaran dilakukan untuk melihat pasar dan peluang pemasaran dan hasil tangkapan yang didaratkan. Analisis pemasaran dapat dijelaskan secara deskriptif, dengan mengamati dan melakukan wawancara terhadap pedagang pengumpul pada saat pelelangan ikan. Kriteria yang digunakan adalah sesuai dengan permintaan pasar, dimana alat penangkapan ikan gillnet menguntungkan secara teknis dan ekonomis apabila alat tangkap gillnet tersebut mampu manghasilkan hasil tangkapan yang sesuai dengan keinginan masyarakat sebagai konsumen (bernilai ekonomis tinggi). Kriteria yang sesuai dengan permintaan pasar ini dinilai dari harga dan jumlah hasil tangkapan yang dihasilkan dari alat tangkap gillnet yang digunakan.

3.4.6 Analisis ekonomi dan finansial

Analisis aspek ekonomi dan finansial dilakukan untuk mengetahui nilai ekonomi dan finansial dari keg

Gambar

Gambar 1.  Kerangka pemikiran.
Gambar  2. Posisi perikanan gillnet pada berbagai kondisi.
Gambar 3.  Skema analisis pengembangan perikanan gillnet dengan metode AHP.
Gambar  4.   Gillnet multifillament yang digunakan di Karangantu (Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, 2005)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, this study aims to estimate the changes (prior to infrastructure development and the latest condition) of above ground carbon reserves stored in

Dengan mengacu penelitian oleh Claessens, berikut ini adalah hasil regresi dari variabel earnings management terhadap variabel family control khusus pada sampel yang

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana peneliti lebih tertarik mengeksplor proses komunikasi yang terjadi pada upaya penggagas dan developer

Dari hasil uji coba diperoleh bahwa efek potensial media pembelajaran menggunakan macromedia flash terhadap pemahaman konsep siswa berada dalam kategori

Gambar 4 menunjukkan kadar air bahan yang mengalami penurunan seiring dengan semakin lamanya proses pengeringan berlangsung dan semakin besarnya kecepatan aliran udara

Terdapat galur yang menunjukkan kenampakan agronomi yang lebih baik pada masing-masing parameter pengamatan antara lain G8 pada parameter pengamatan umur berbunga,

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur Nomor 26 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Zakat, Infak dan Shadaqahpada Badan Amil Zakat dan

Dari 12 Orang yang diberikan kuisioner didapat hasil yaitu status pendidikan masyarakat nelayan Desa Sepempang, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 14. Ini membuktikan bagi