• Tidak ada hasil yang ditemukan

Feasibility Analysis and Development of a Drift Gillnet Fisheries in Banten Bay

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Feasibility Analysis and Development of a Drift Gillnet Fisheries in Banten Bay"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

BANTEN

TRI UTAMI KURNIASIH

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Analisis Kelayakan dan Pengembangan Usaha Perikanan Jaring Insang Hanyut di Teluk Banten adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

(3)

Pengembangan Usaha Perikanan Jaring Insang Hanyut di Teluk Banten. Dibimbing oleh EKO SRI WIYONO dan BUDY WIRYAWAN.

Usaha penangkapan jaring insang hanyut di Teluk Banten memiliki spesifikasi tertentu yaitu dalam hal konstruksi alat dan pengoperasiannya. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis teknis, analisis financial, analisis sensitivitas, analisis pasar, analisis sosial dan strategi pengembangan usaha. Analisis teknis untuk mengetahui konstruksi alat tangkap, kapal yang digunakan, jumlah nelayan dan tugasnya di atas kapal, metode pengoperasiannya, perolehan hasil tangkapan, musim penangkapan dan daerah penangkapan ikan. Analisis finansial terdiri atas analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Analisis usaha terdiri atas analisis pendapatan usaha, Revenue-Cost Ratio (R/C), analisis waktu balik modal (Payback Period) dan Return on Investment (ROI). Analisis kriteria investasi terdiri atas Net Present Value (NPV), analisis Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). Analisis pasar digunakan untuk mengetahui mengetahui saluran pemasaran dan margin pemasaran. Analisis sosial untuk mengetahui kehidupan sosial nelayan. Strategi pengembangan usaha yang terdiri atas identifikasi faktor-faktor SWOT, matriks IFE dan EFE, diagram analisis SWOT, matriks SWOT dan perumusan strategi utama. Hasil analisis teknis menunjukkan pelampung tambahan pada tali pelampung mempengaruhi metode pengoperasian jaring insang hanyut. Nelayan yang mengoperasikan jaring insang hanyut berjumlah tiga hingga empat orang. Hasil tangkapan jaring insang hanyut disalurkan melalui empat saluran pemasaran dengan margin pemasaran yang diperoleh berbeda-beda. Analisis usaha penangkapan jaring insang hanyut memperoleh keuntungan sebesar Rp 99.857.300,00; nilai Revenue-Cost Ratio

sebesar 1,15; nilai Payback Period sebesar 3,13 tahun dan Return on Investment (ROI) sebesar 32%. Analisis kriteria investasi usaha penangkapan jaring insang hanyut memperoleh nilai Net Present Value sebesar 52.439.759,95, nilai Net B/C

sebesar 2,22, nilai Internal Rate of Return sebesar 42,90%. Usaha penangkapan jaring insang hanyut di Teluk Banten dapat dikatakan layak karena nilai NPV>0,

Net B/C>1 dan IRR lebih tinggi dari tingkat suku bunga. Usaha penangkapan jaring insang hanyut sangat sensitif terhadap penurunan hasil tangkapan. Terdapat tiga strategi utama dalam pengembangan jaring insang hanyut di Teluk Banten.

(4)

TRI UTAMI KURNIASIH, C44070052. Feasibility Analysis and Development of a Drift Gillnet Fisheries in Banten Bay. Supervised by EKO SRI WIYONO and BUDY WIRYAWAN.

The Business of drift gillnet fisheries in Banten Bay iscertain specifications about construction tools and operation. Therefore need to do technical analysis, financial analysis, sensitivity analysis, market analysis, social analysis and business development strategy. Technical analysis is used to determine fishing gear construction, ships is used, number and classification job of fishermen, method of operation, fish of catch, season and fishing ground. Financial analysis consist of business analysis and investment analysis. Business analysis consist of revenue analysis, Revenue Cost Ratio (R/C), analysis of time behind capital (Payback Period) and Return on Investment (ROI). Analysis of investment criteria consist of Net Present Value (NPV), analysis of Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) and Internal Rate of Return (IRR). Market analysis is used to determine marketing channel and marketing margin. Social analysis is used to determine the social life of fishermen. Business development strategy consist of identification SWOT factors, IFE and EFE matrix, SWOT diagrams, SWOT analysis, SWOT matrix and the main formulation strategies. Technical analysis shows method of operation affected additional buoy on the rope. The fishermen are operating total of three to four people. The catch of drift gillnet channeled through four marketing channel with the margin marketing obtained differently. Result of revenue drift gillnet Rp 99.857.300,00; Revenue-Cost Ratio 1,15; Payback Period 3,13 years and Return on Investment (ROI) 32%. The result of investment criteria analysis drift gillnet consist of Net Present Value 52.439.759,95, Net B/C 2,22 and Internal Rate of Return 42,90%. The drift gillnet fisheries in Banten Bay to be feasible because NPV value>0, Net B/C>1 and IRR higher than discount rates. The business of drift gillnet fisheries is very sensitive to catch decreased. There are three main strategy in the development of drift gillnet in Banten Bay.

(5)

© Hak cipta IPB, Tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan tersebut hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(6)

PERIKANAN JARING INSANG HANYUT

DI TELUK

BANTEN

TRI UTAMI KURNIASIH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Nama : Tri Utami Kurniasih

NRP : C44070052

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Dr.Eko Sri Wiyono, S.Pi M.Si. Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP. 19691106 1997021001 NIP. 19621223 19870301001

Diketahui

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP. 19621223 19870301001

(8)

Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan di PPN Karangantu, Teluk Banten pada bulan September 2011 ini adalah Analisis Kelayakan dan Pengembangan Usaha Perikanan Jaring Insang Hanyut di PPN Karangantu, Teluk Banten. Penelitian ini diharapkan dapat mewujudkan perikanan tangkap yang efektif dan efisien.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1) Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi., M.Si. dan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. sebagai Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini;

2) Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu, Bapak Amirullah Sjahir,

Bapak Syafi’i Pasaribu, beserta staf yang lainnya yang telah membantu selama

penelitian;

3) Dr.Ir. Mohammad Imron, M.Si. sebagai Ketua Komisi Pendidikan dan Dr. Nimmi Zulbainarni S.Pi., M.Si sebagai dosen penguji pada sidang skripsi yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi;

4) PT. Angkasapura II yang telah memberikan beasiswa untuk penelitian;

5) Kedua orangtua, Bapak Mochamad Minin dan Ibu Dedeh yang setiap saat mendoakan dan memberikan yang terbaik. Keempat adikku, M. Farhan. D, Sustika. R, Siti Millah. H dan A. M Ramdhoni, teman bertengkar dan pemberi semangat;

6) Baginda, Daya, Dede, Eneng, Hana, Khaerul, Mukhlis, Nooke, Rohanah, Sudi, Wume dan seluruh kawan seperjuangan di PSP 44;

7) Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi pembaca.

(9)

Penulis dilahirkan di Kota Depok pada tanggal 11 September 1989. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Moch.Minin dan Ibu Mahani (Almh).

Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMA Yadika 7 Bogor. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007 dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi Selain mengikuti perkuliahan mayor, penulis juga mengikuti perkuliahan supporting course. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Kewirausahaan FKMC periode 2008-2009 (Forum Keluarga Muslim Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan), anggota Departemen Kesekretariatan HIMAFARIN (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan) periode 2008-2009. Prestasi yang pernah diraih yaitu mendapatkan modal usaha dari Program Mahasiswa Wirausaha yang diselenggarakan oleh DPKHA (Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni).

(10)
(11)
(12)
(13)

1 Matriks evaluasi faktor internal ... 22

2 Matriks evaluasi faktor eksternal ... 22

3 Matriks IFAS dan EFAS ... 24

4 Jumlah penduduk berdasarkan kepadatan, jenis kelamin, dan rasio jenis kelamin per kecamatan di Kota Serang ... 28

5 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan di PPN Karangantu tahun 2006-2010 ... 29

6 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Karangantu tahun 2006- 2010 ... 30

7 Frekuensi kedatangan kapal yang mendarat di PPN Karangantu tahun 2006-2010 ... 31

8 Jenis alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun 2010 ... 31

9 Komposisi dan keadaan fasilitas di PPN Karangantu ... 34

10 Pola musim penangkapan unit penangkapan jaring insang hanyut ... 40

11 Produksi unit penangkapan jaring insang hanyut ... 41

12 Komponen biaya investasi unit penangkapan jaring insang hanyut . 42

13 Komponen biaya variabel unit penangkapan jaring insang hanyut .. 43

14 Komponen biaya tetap unit penangkapan jaring insang hanyut ... 44

15 Komponen penerimaan unit penangkapan jaring insang hanyut ... 45

16 Komponen pendapatan usaha unit penangkapan jaring insang hanyut ... 46

17 Komponen kriteria investasi unit penangkapan jaring insang hanyut ... 47

18 Perbandingan nilai kriteria investasi akibat kenaikan harga solar 85,30% ... 48

19 Perbandingan nilai kriteria investasi akibat penurunan harga hasil tangkapan 21,20% ... 49

20 Margin pemasaran ikan kembung, tongkol dan golok-golok ... 51

21 Matriks IFE strategi internal usaha jaring insang hanyut ... 56

22 Matriks EFE strategi eksternal usaha jaring insang hanyut ... 57

23 Matriks SWOT pengembangan jaring insang hanyut ... 59

(14)

Halaman

1 Alat tangkap jaring insang hanyut ... 10

2 Diagram analisis SWOT ... 23

3 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan di PPN Karangantu, Banten tahun 2006-2010 ... 29

4 Pemasaran hasil tangkapan di PPN Karangantu 2006-2010 ... 33

5 Komposisi hasil tangkapan ikan di PPN Karangantu ... 33

6 Alat tangkap jaring insang hanyut di PPN Karangantu ... 38

7 Konstruksi kapal jaring insang hanyut di PPN Karangantu ... 39

8 Rantai pemasaran hasil tangkapan ... 50

(15)

1 Peta lokasi penelitian ... 72

2 Perhitungan produktivitas ... 73

3 Perhitungan analisis usaha jaring insang hanyut ... 75

4 Perhitungan cashflow usaha perikanan jaring insang hanyut ... 76

5 Perhitungan cashflow usaha perikanan jaring insang hanyut ketika kenaikan solar 85,30% ... 77

6 Perhitungan cashflow usaha perikanan jaring insang hanyut ketika penurunan hasil tangkapan 21,20% ... 78

7 Strategi internal dan eksternal matriks SWOT ... 79

(16)

1.1 Latar Belakang

Provinsi Banten memiliki garis pantai sepanjang 517,42 km terbentang di bagian paling barat Pulau Jawa. Luas wilayah Provinsi Banten sebesar 9.018,64 km³ yang terdiri atas empat kabupaten dan tiga kota. Provinsi Banten memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang besar. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang terletak di Kecamatan Kasemen dan berjarak 15 km terhadap Kota Serang. PPN Karangantu memenuhi kebutuhan ikan ke berbagai wilayah di Kota Serang. Sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai nelayan (PPN Karangantu 2010).

Perkembangan nilai produksi yang dihasilkan oleh PPN Karangantu pada tahun 2006 hingga 2010 mengalami peningkatan. Nilai produksi yang dihasilkan oleh PPN Karangantu sebesar Rp 10.005.884.000,00 pada tahun 2006 dan mencapai sebesar Rp 31.389.959.940,00 pada tahun 2010. Alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di PPN Karangantu yaitu alat tangkap jaring insang hanyut. Perkembangan usaha jaring insang sangat pesat namun masih merupakan usaha penangkapan dengan skala kecil (PPN Karangantu 2010).

(17)

1.2 Perumusan Masalah

Jaring insang hanyut merupakan alat tangkap yang memiliki kontribusi cukup besar dalam volume produksi di PPN Karangantu, Teluk Banten. Peningkatan pada volume produksi alat tangkap jaring insang hanyut mengakibatkan meningkatnya volume produksi di PPN Karangantu, Teluk Banten. Kegiatan penangkapan dengan alat tangkap jaring insang hanyut masih sederhana. Pendapatan yang didapatkan nelayan jaring insang hanyut tidak dapat diperkirakan hasilnya. Hal ini menyebabkan nelayan harus dapat mengatur pengeluaran dan penerimaan dengan baik agar tidak merugi.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis melakukan penelitian tentang penilaian dalam unit penangkapan jaring insang hanyut di Teluk Banten. Penulis berharap dapat menganalisis kegiatan perikanan jaring insang hanyut di perairan tersebut dan menentukan alternatif pengembangannya.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1) Mengetahui aspek teknis, aspek finansial, aspek sensitivitas, aspek pemasaran dan aspek sosial.

2) Menentukan alternatif strategi pengembangan kegiatan usaha unit penangkapan jaring insang hanyut.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1) Bagi penulis sebagai bahan penyelesaian tugas akhir dalam penyelesaian studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, serta sebagai pengetahuan tentang analisis unit penangkapan ikan;

2) Bagi nelayan jaring insang hanyut sebagai informasi tentang analisis kegiatan perikanan jaring insang hanyut yang dilakukannya;

(18)

4) Pihak-pihak lain yang membutuhkan informasi tentang analisis kegiatan perikanan jaring insang hanyut dan prospek pengembangan unit penangkapan jaring insang hanyut di Teluk Banten.

1.5 Kerangka Pendekatan Studi

Kontribusi unit penangkapan jaring insang hanyut dalam volume produksi di PPN Karangantu, Teluk Banten terus meningkat hingga tahun 2010. Daerah pengoperasian alat tangkap ini adalah perairan Teluk dan sekitarnya. Pengkajian kegiatan penangkapan ikan dengan alat tangkap jaring insang hanyut memerlukan informasi tentang konstruksi, jumlah hasil tangkapan, tingkat penerimaan dan pengeluaran serta kelayakan usaha. Aspek yang menjadi kajian dari penelitian ini adalah teknis, finansial, sensitivitas, pemasaran, sosial dan SWOT.

(19)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang suatu kegiatan investasi yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat atau tidak. Studi kelayakan bisnis sering disebut juga feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan untuk menerima atau menolak suatu rencana bisnis yang direncanakan dan menghentikan atau mempertahankan bisnis yang sudah/sedang terlaksana. Pihak-pihak yang memerlukan studi kelayakan bisnis yaitu investor, kreditor/bank, analis, masyarakat dan pemerintah (Nurmalina et al 2010). Persyaratan studi kelayakan bisnis untuk mencapai sasaran dari berbagai pihak yaitu sebagai berikut :

1) Studi harus dilakukan dengan teliti dan penuh kehati-hatian;

2) Studi harus dilakukan dengan dukungan data yang lengkap dan akurat; 3) Studi harus dilakukan dengan kejujuran;

4) Studi harus dilakukan dengan objektif;

5) Studi harus dilakukan dengan adil, tidak memihak kepentingan tertentu; 6) Studi harus dapat diuji ulang jika diperlukan.

2.2 Perikanan Tangkap

Perikanan menurut UU No. 45 tahun 2009 adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan hingga pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan mengawetkan.

Pelaksanaan kegiatan di bidang penangkapan ikan dihadapkan pada beberapa karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh sistem eksploitasi sumberdaya pertanian lainnya. Beberapa karakteristik khusus tersebut antara lain : 1) Sumberdaya pada umumnya tidak terlihat (invisible);

(20)

3) Eksploitasi sumberdaya melibatkan resiko yang besar (high risk); 4) Produk sangat mudah rusak (highly perishable).

Karakteristik-karakteristik tersebut yang menyebabkan sulitnya proses pemanfaatan sumberdaya perikanan dibandingkan dengan sumberdaya lainnya (Monintja 1989). Komponen utama dari perikanan tangkap adalah unit penangkapan atau aspek teknis, yang terdiri atas : 1) perahu/kapal; 2) alat tangkap; 3) tenaga kerja/nelayan yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lainnya. Aspek-aspek yang mempengaruhi usaha perikanan terdiri atas aspek teknis, aspek finansial, aspek sensitivitas, aspek pemasaran dan aspek sosial.

2.2.1 Aspek teknis

Aspek teknis merupakan aspek yang berhubungan dengan pengoperasian unit penangkapan ikan yang terkait dengan proses produksi, karakteristik produksi, sistem produksi, sistem usaha dan lokasi dari unit produksi. Aspek teknis dapat dilihat dari faktor teknis pengoperasian unit penangkapan ikan yang meliputi kapal, alat tangkap, nelayan dan metode pengoperasian secara deskriptif (Wahyudi 2004).

2.2.2 Aspek finansial

Aspek finansial merupakan suatu analisis terhadap biaya dan manfaat pada suatu usaha yang dilihat dari sudut badan atau orang-orang yang menanam modalnya atau yang berkepentingan langsung dalam usaha tersebut. Analisis ini mengenai hasil untuk modal saham (equity capital) yang ditanam dalam proyek berupa hasil yang diterima oleh badan-badan atau orang-orang yang berkepentingan dalam pembangunan proyek. Hasil finansial sering disebut sebagai private returns (Kadariah et al 1999).

Pada kajian kelayakan usaha, aliran kas (Cashflow) menjadi bagian terpenting yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen, investor, stakeholder

(21)

Dalam mempertimbangkan suatu investasi proyek, perlu diketahui 3 jenis arus kas, yaitu:

1) Arus kas keluar awal (initial cash flow), yaitu pengeluaran-pengeluaran kas awal yang dilakukan sehubungan dengan investasi;

2) Arus kas operasional (operational cash flow), yaitu penerimaan-penerimaan kas yang diperoleh setelah suatu investasi beroperasi. Selain penerimaan-penerimaan kas, juga terdapat pengeluaran-pengeluaran kas yang terjadi setelah suatu investasi beroperasi;

3) Terminal arus kas (terminal cash flow), yaitu penerimaan-penerimaan yang diperoleh dari nilai sisa (salvage value) suatu investasi/pengembalian modal kerja (working capital).

Kriteria investasi atau investement criteria yaitu Indeks-indeks untuk mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik atau tidaknya suatu usaha yang dijalankan. Kriteria investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). NPV merupakan selisih antara nilai sekarang (present value) dari keuntungan (benefit)

dan nilai sekarang dari biaya. IRR adalah nilai tingkat bunga i (discount rate)

yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Net B/C merupakan perbandingan antara total nilai sekarang dari keuntungan bersih pada tahun yang memiliki keuntungan bersih negatif (Kadariah et al 1999).

2.2.3 Aspek sensitivitas

Aspek sensitivitas merupakan suatu analisis untuk mengetahui dampak dari suatu keadaan yang berubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis sensitivitas diantaranya (Nurmalina et al 2010) :

(22)

2) Perubahan harga yang terjadi akan mempengaruhi terhadap tingkat harga umum, misalnya penurunan harga hasil produksi;

3) Mundurnya waktu implementasi;

4) Ketidaktepatan dan perkiraan hasil (produksi) bila cara produksi baru yang dipakai sebagai ukuran atu informasi terutama berdasarkan pada hasil penelitian.

2.2.4 Aspek pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial yang dilakukan individu dan kelompok untuk mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas menukar produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler dan Keller 2007). Analisis pemasaran digunakan untuk mengetahui pasar dan peluang pemasaran dari pendaratan hasil tangkapan. Analisis pemasaran dilakukan pada jalur pemasaran komoditas, margin pemasaran dan perkembangan harga produk (Hanafiah 1986).

2.2.5 Aspek sosial

Aspek sosial digunakan untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat terkait dengan kegiatan perikanan jaring insang hanyut yang dilakukan oleh nelayan PPN Karangantu, Teluk Banten. Analisis ini mengamati keadaan sosial masyarakat nelayan yang meliputi kesejahteraan, tingkat pendidikan dan respon nelayan terhadap teknologi baru serta kegiatan yang nelayan lakukan saat tidak ada modal melaut atau musim paceklik (Renofati 2008).

2.3 Jaring Insang Hanyut

2.3.1 Definisi dan klasifikasi alat tangkap jaring insang hanyut

(23)

terbuat dari jaring, berbentuk persegi empat dengan ukuran mata jaring yang sama dan dioperasikan dengan cara dihanyutkan (Diniah 2008). Jaring insang hanyut merupakan jaring insang yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan, baik itu dihanyutkan di permukaan perairan, kolom perairan atau dasar perairan.

Jaring insang diklasifikasikan menjadi 2 yaitu berdasarkan metode pengoperasian dan konstruksi. Klasifikasi berdasarkan metode pengoperasian terdiri atas 5 jenis :

(1) Jaring insang menetap (set gillnet);

(2) Jaring insang hanyut (jaring insang hanyut); (3) Jaring insang lingkar (encirclig gillnet);

(4) Jaring insang giring (frightening gillnet/drive gillnet); (5) Jaring insang sapu (rowed gillnet).

Klasifikasi berdasarkan konstruksi dibedakan menjadi jumlah lembar dan pemasangan tali ris pada badan jaring.

1) Klasifikasi berdasarkan jumlah lembar badan jaring terdiri atas 3 jenis yaitu :

(1) Jaring insang satu lembar (gillnet);

(2) Jaring insang dua lembar (semi trammel net/double gillnet); (3) Jaring insang tiga lembar (trammel net).

2) Klasifikasi berdasarkan pemasangan tali ris terdiri atas 4 jenis yaitu :

(1) Pemasangan tali ris atas dan tali ris bawah disambungkan langsung dengan badan jaring;

(2) Pemasangan tali ris atas disambungkan langsung dengan badan jaring sedangkan tali ris bawah disambungkan dengan badan jaring melalui tali penggantung (hanging twine);

(3) Pemasangan tali ris atas disambungkan dengan badan jaring melalui tali penggantung (hanging twine), sedangkan tali ris bawah disambungkan langsung dengan badan jaring;

(24)

Menurut Sainsbury (1971) Bahan dan bagian jaring insang terdiri atas badan jaring, tali ris atas, tali ris bawah, pelampung, pemberat dan tali selambar.

(1) Badan jaring

Badan jaring merupakan susunan mata jaring yang memiliki ukuran yang sama. Umumnya badan jaring terbuat dari bahan sintesis antara lain : nylon, amilon dan sebagainya. Bahan sintesis memiliki kekuatan putus yang cukup tinggi, sehingga menyulitkan ikan yang terjerat untuk melepaskan diri. Warna benang menyesuaikan dengan perairan. Hal ini untuk mengaburkan penglihatan ikan terhadap jaring insang hanyut seperti transparan, coklat dan biru. Pemakaian benang yang lebih lembut akan meningkatkan daya tangkap jaring.

(2) Tali ris atas

Tali ris atas terbagi menjadi 2, yaitu tali pelampung untuk menggantungkan pelampung dan tali jaring untuk menggantungkan jaring bagian atas. Tali ris atas menggunakan bahan nylon polyethylene multifilament. Arah pilinan kedua tali ini harus berbeda agar tali ris atas tidak terbelit pada saat pengoperasian jaring.

(3) Pelampung

Pelampung biasanya terbuat dari berbagai bahan antara lain : sterofoam, plastik, karet dan sebagainya. Jumlah pelampung yang digunakan tergantung pada panjang jaring. Pelampung berguna untuk kesempurnaan rentangan bentuk jaring selama operasi. Jumlah, bentuk dan jenis bahan pelampung berkaitan dengan daya apung. Pelampung yang digunakan sejenis atau seragam dan mempunyai tahanan yang cukup terhadap air agar daya apung sempurna.

(4) Tali ris bawah

Tali ris bawah berjumlah 2 buah yaitu tali untuk menggantungkan pemberat dan jaring bagian bawah. Arah pilinan harus berlawanan untuk menghindari jaring terbelit sewaktu pengoperasian. Arah pilinan tali ris bawah adalah S dan Z.

(5) Tali selambar

Tali selambar dipasang pada kedua ujung alat tangkap jaring. Salah satu ujung tali selambar diikatkan ke perahu di saat pengoperasian. Panjang tali selambar tergantung pada panjang jaring dan ukuran kapal.

(25)

bawah, jangkar dan tali jangkar. Pelampung tanda terbuat dari bahan poly vinil clorida dan berfungsi sebagai penanda letak alat tangkap. Pelampung biasanya terbuat dari karet sendal jepit dan berfungsi menjaga agar alat tetap mengapung. Pemberat terbuat dari timah dan berfungsi agar alat tetap terbentang. Jangkar tebuat dari logam atau timah. Pemasangan jaring yang baik adalah tegak lurus atau memotong miring terhadap arah arus. Alat tangkap jaring insang hanyut (Gambar 1).

Sumber: Subani dan Barus 1989

Gambar 1 Alat tangkap jaring insang hanyut

2.3.2 Kapal

Jaring insang menggunakan kapal atau perahu dengan metode static gear. Umumnya kapal jaring insang dioperasikan pada berbagai jenis ukuran alat tangkap. Penggunaan kapal jaring insang hanyut menggunakan penggerak kapal motor tempel (outboard engine) atau mesin yang dapat dipasang dan dilepaskan secara cepat. Namun adapula yang menggunakan tenaga penggerak di dalam (inboard engine) (Ayodhyoa 1981).

2.3.3 Nelayan

(26)

2.3.4 Metode pengoperasian

Menurut Miranti (2007) metode pengoperasian alat tangkap jaring insang secara umum terdiri atas beberapa yaitu:

(1) Persiapan yang dilakukan nelayan meliputi pemeriksaaan alat tangkap, kondisi mesin, bahan bakar kapal, perbekalan, es dan tempat untuk menyimpan hasil tangkapan;

(2) Pencarian daerah penangkapan ikan (DPI), berdasarkan pengalaman melaut nelayan yaitu dengan mengamati kondisi perairan seperti banyaknya gelembung-gelembung udara, warna perairan serta adanya burung-burung di atas perairan yang mengindikasikan adanya schooling ikan;

(3) Pengoperasian alat tangkap yang terdiri atas penurunan jangkar, tali pemberat, jaring, tali ris atas, dan tali pelampung (setting), perendaman jaring (soaking), pengangkatan jangkar, tali ris atas, tali pemberat dan jaring

(hauling);

(4) Tahap penanganan hasil tangkapan adalah pelepasan ikan hasil tangkapan dan jaring untuk kemudian disimpan pada suatu wadah.

Menurut Hadian (2005), pengoperasian jaring insang hanyut biasanya dilakukan pada malam hari. Pada saat nelayan tiba, kecepatan kapal atau perahu dikurangi dan nelayan bersiap untuk melakukan setting. Setting dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, badan jaring kemudian jangkar. Setting membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Pada saat setting, arah perahu berlawanan dengan arus dan berada dalam keadaan stabil serta kecepatan rendah. Setelah seluruh jaring diturunkan ke dalam air, mesin perahu dimatikan dan jaring dibiarkan hanyut terbawa arus selama kurang lebih 4 jam. Jaring insang hanyut kemudian dinaikkan ke atas perahu. Hauling dilakukan dari sebelah kiri perahu atau kapal, satu orang menarik jaring pada tali ris atas, dua orang menarik jaring pada bagian bawah dan memisahkan hasil tangkapan serta satu orang bertugas dalam mengurus pelampung.

2.3.5 Daerah pengoperasian

(27)

2.3.6Hasil tangkapan

Jenis-jenis hasil tangkapan jaring insang hanyut yaitu ikan-ikan pelagis kecil antara lain : kembung (Rastrelliger spp.), selar bentong (Selaroides crumenopthalmus), japuh (Sardinella spp.), lemuru (Sardinella sirm), golok-golok (Chirocentrus dorab), tenggiri (Scomberomerous spp.), tongkol (Auxis thazard)

dan lain-lain (Direktorat Jendral Perikanan 1994).

2.4 Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap

Pengembangan usaha perikanan tangkap dapat terlaksana melalui kebijakan dan program yang berdasarkan pada pendekatan sistem usaha perikanan tangkap. Kebijakan yang dapat ditempuh untuk merealisasikan tujuan industri perikanan tangkap, yaitu : 1) Optimalisasi tingkat penangkapan ikan sesuai potensi lestari; 2) Penanganan dan pengolahan hasil penangkapan ikan; 3) Transportasi dan pemasaran hasil tangkapan ikan; 4) Pengembangan sarana prasarana; 5) Sistem usaha kemitraan usaha perikanan secara terpadu. Strategi yang digunakan dalam pengembangan sumberdaya perikanan adalah analisis SWOT. Hal ini dikarenakan memiliki kelebihan yaitu : sederhana, fleksibel, menyeluruh, menyatukan dan berkolaborasi. Analisis ini untuk mengetahui keterkaitan antara faktor internal dengan faktor eksternal sehingga dapat menghasilkan alternatif strategis (Rangkuti 2005).

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini berdasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), dan meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis berkaitan dengan pengembangan nilai, tujuan, strategis dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus dapat menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada pada saat ini (Rangkuti 2005).

(28)
(29)

3 METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Teluk Banten pada hari Senin 19 September 2011 hingga Selasa 19 Oktober 2011.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Satuan kasus yang digunakan yaitu unit penangkapan jaring insang hanyut yang memiliki home base di teluk Banten. Studi kasus terkait tentang suatu subjek penelitian yang berkenaan dengan tahap spesifik atau khusus dari keseluruhan personalitas. Unit penelitian memiliki lingkup yang kecil atau terbatas. Tujuan dalam menggunakan metode ini adalah untuk memperoleh gambaran secara lengkap dan mendalam tentang suatu objek.

3.3 Pengumpulan Data

3.3.1 Data primer

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapang mengenai seluruh kegiatan unit penangkapan jaring insang hanyut. Selain itu, data primer juga hasil wawancara terhadap responden. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain :

1) Aspek Teknis

(1) Konstruksi dan metode pengoperasian unit penangkapan jaring insang hanyut;

(2) Ukuran dan jumlah kapal jaring insang hanyut; (3) Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh; (4) Lokasi pengoperasian jaring insang hanyut; (5) Musim penangkapan jaring insang hanyut. 2) Aspek Pemasaran

(30)

3) Aspek Sosial

(1) Kehidupan nelayan dan ada atau tidaknya konflik antar nelayan.

(2) Kegiatan nelayan saat tidak adanya uang untuk kegiatan melaut dan cuaca buruk.

4) Aspek Finansial

(1) Banyaknya hasil tangkapan yang diperoleh unit penangkapan jaring insang hanyut (per trip, per minggu, per bulan, per tahun dan per musim);

(2) Pembiayaan yang terdiri atas biaya investasi, biaya operasional selama kegiatan berlangsung dan biaya tetap;

(3) Pendapatan nelayan per hari, per minggu, per bulan, per tahun; (4) Harga jual hasil tangkapan per kilogram, per ton.

5) Aspek strategi Pengembangan

(1) Data eksternal (pasar, kompetitor, kebijakan pemerintah dan sebagainya).

(2) Data internal (keuangan, SDM, operasional, pemasaran dan sebagainya).

3.3.2 Data sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :

1) Keragaan unit penangkapan jaring insang hanyut yang beroperasi di Perairan Karangantu, Teluk Banten selama 5 tahun terakhir periode 2006-2010.

2) Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis dan keadaan perikanan tangkap secara umum di PPN Karangantu.

Data tersebut diperoleh dari statistik perikanan PPN Karangantu, statistik perikanan Kabupaten Serang dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Serang.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Analisis aspek teknis

(31)

1) Kapal; 2) Alat tangkap; 3) Nelayan;

4) Metode pengoperasian.

Analisis teknis untuk mengetahui secara teknis alat tangkap jaring insang hanyut efektif atau tidak pada saat dioperasikan berdasarkan konstruksi, daerah penangkapan ikan, metode penangkapan ikan dan musim penangkapan ikan. Produktivitas merupakan suatu pengukuran untuk mengetahui efisiensi teknik dan suatu proses produksi yang merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan input yang digunakan. Pengukuran produktivitas dapat dihitung sebagai berikut (Hanafiah 1986) :

Berdasarkan rumus diatas produktivitas input produksi dapat dihitung dengan rumus :

1) Produktivitas alat tangkap = �

� �

2) Produktivitas trip = �

� �

3) Produktivitas nelayan = �

� � �

4) Produktivitas biaya investasi = �

� � � � � �

5)

Produktivitas biaya operasional = �

� � � � �

3.4.2 Analisis aspek finansial

1) Analisis usaha

Analisis usaha merupakan pemeriksaan keuangan pada suatu usaha selama usaha itu telah berjalan. Analisis usaha untuk mengetahui tingkat keuntungan atau keberhasilan dari usaha perikanan yang telah dijalankan selama ini. Analisis ini meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio), analisis waktu balik modal (Payback Period) dan analisis

(32)

(1) Analisis pendapatan usaha (Π)

Analisis ini bertujuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis ini dapat juga digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan atau jumlah nominal yang diperoleh dari selisih antara biaya pemasukan dengan biaya pengeluaran pada suatu kegiatan. (Umar 2003). Rumus π yang digunakan adalah :

� =�� − �

Keterangan :

Π ∶ Keuntungan

TR : Total Pemasukan (Total Revenue) TC : Total Pengeluaran (Total Cost)

Kriteria :

 Jika total penerimaan > total biaya, usaha untung atau layak untuk dilanjutkan.

 Jika total penerimaan < total biaya, usaha rugi atau tidak layak untuk lanjut.

 Jika total penerimaan = total biaya, usaha tidak untung dan tidak rugi (impas).

(2) Analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue cost ratio)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu menguntungkan atau tidak (Nurmalina et al 2010). Rumus R/C yang digunakan adalah :

� = � � � �

� � �

Keterangan :

R : Penerimaan (Revenue)

C : Pengeluaran (Cost)

Kriteria :

 Jika R/C > 1 maka kegiatan usaha tersebut dikatakan untung sehingga layak

untuk dilanjutkan.

 Jika R/C = 1 maka kegiatan usaha tersebut dapat dikatakan tidak untung dan

tidak rugi sehingga berada dalam kondisi impas.

(33)

(3) Analisis waktu balik modal (Payback period)

Payback period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Payback period dapat juga diartikan sebagai ratio antara initial cash investment dengan cash inflownya yang hasilnya merupakan satuan waktu, selanjutnya nilai rasio dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima (Nurmalina et al 2010). Rumus yang digunakan adalah :

� � � = �

Keterangan :

I : Jumlaah modal investasi yang dibutuhkan (Rupiah)

Ab : Keuntungan bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya (Rupiah/ tahun)

Kriteria :

Jika payback period lebih pendek waktunya dari maximum payback period maka usaha tersebut dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan.

(4) Analisis Return on Investement (ROI)

Analisis Return on investment (ROI) adalah kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan. Perhitungan terhadap ROI dilakukan untuk mengetahui besarnya perolehan keuntungan dibandingkan dengan besar investasi yang ditanamkan (Nurmalina et al 2010). Rumus yang digunakan adalah :

���= �� �

� � � × 100%

2) Analisis kriteria investasi

Cash flow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya. Kriteria investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)dan Internal Rate of Return (IRR).

(1) Net Present Value (NPV)

(34)

antara nilai sekarang (present value) dari keuntungan (benefit) dan nilai sekarang dari biaya, dinyatakan dalam rumus (Nurmalina et al 2010) :

�= =1 −

 Jika NPV > 1 maka usaha dikatakan untung dan layak untuk dilanjutkan

 Jika NPV = 1 maka usaha dikatakan tidak untung dan tidak rugi

 Jika NPV < 1 maka usaha dikatakan rugi dan tidak layak untuk dilanjutkan

(2) Net benefit Cost Ratio(Net B/C)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek. Net B/C merupakan suatu perbandingan yang pengambilannya terdiri atas present value

total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dan benefit bersih itu bersifat positif sedangkan penyebutnya terdiri atas present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun saat Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar dari benefit kotor, dinyatakan dalam rumus (Nurmalina et al 2010) :

Net B/C =

Bt : Manfaat yang diperoleh pada tahun ke-t (Rupiah) Ct : Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rupiah) t : Periode wktu (t = 1,2,3,...,n tahun)

n : Umur proyek (Tahun)

(35)

Kriteria :

 Jika Net B/C > 1 maka usaha dikatakan untung dan layak untuk dilanjutkan

 Jika Net B/C = 1 maka usaha dikatakan tidak untung dan tidak rugi

 Jika Net B/C < 1 maka usaha dikatakan rugi dan tidak layak untuk dilanjutkan

(3) Internal Rate of Return (IRR)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan. Internal Rate of Return merupakan nilai

discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol, dinyatakan dalam rumus (Nurmalina et al 2010) :

���= �+ �

( � − �′)× (�′ − �)

Keterangan :

IRR : Internal Rate of Return

i : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif

i’ : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV : NPV pada suku bunga i’

NPV’: NPV pada suku bunga i”

Kriteria :

 nilai IRR lebih besar atau sama dengan tingkat discount rate yang berlaku,

artinya usaha layak untuk dijalankan karena pada kondisi tersebut nilai NPV lebih besar atau sama dengan nol.

 nilai IRR lebih kecil dari tingkat discount rate yang berlaku, artinya usaha

tidak layak dijalankan karena ada alternatif pengguna lain yang lebih menguntungkan.

3.4.3 Analisis sensitivitas

(36)

3.4.4 Analisis aspek pemasaran

Analisis aspek pemasaran digunakan untuk mengetahui pasar dan peluang pasar dari hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu, Banten. Penilaian pada aspek pemasaran untuk mengetahui harga pasar, rantai pemasarannya dan proses distribusinya. Analisis pemasaran merupakan hasil wawancara kepada pihak-pihak terkait yang dijelaskan secara deskriptif. Perhitungan margin pemasaran diperoleh berdasarkan persamaan berikut (Sobari dan Febrianto 2010):

�= � − �−1

Keterangan

Mi : Margin pada pedagang perantara ke-i ikan hasil tangkapan (Rp/Kg)

Hi : Harga penjualan perantara ke-i ikan hasil tangkapan (Rp/Kg)

Hi−1 : Harga pembelian pedagang perantara ke-i hasil tangkapan (Rp/Kg)

3.4.5 Analisis aspek sosial

Analisis aspek sosial digunakan untuk mengkaji keadaan sosial nelayan jaring insang hanyut di PPN Karangantu, Teluk Banten. Analisis ini meliputi gambaran kondisi nelayan, ada tidaknya konflik antar nelayan dan tingkat kesejahteraan nelayan.

3.5 Analisis SWOT

Analisis yang digunakan untuk menentukan strategi pengembangan perikanan tangkap adalah analisis strengths, weaknesses, opportunities, and

threats (SWOT). Analisis ini menggambarkan tentang faktor - faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal terdiri atas peluang (opportunities) dan ancaman (threats).

(37)

Tabel 1 Matriks evaluasi faktor internal

Tahap skor pembobotan berkisar dari terendah 1,0 sampai yang tertinggi 4,0 dengan rata-rata skor 2,5. Total skor pembobotan di bawah 2,5 menunjukan faktor internal organisasai lemah, sedangkan jika di atas 2,5 mengidentifikasikan faktor internal organisasi yang kuat (David 2003).

Tabel 2 Matriks evaluasi faktor eksternal

Faktor strategis

eksnternal Bobot Rating Skor

(38)

ada dan meminimalisasi potensi yang kurang baik dari ancaman eksternal (David 2003).

Analisis SWOT lebih menekankan untuk memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (oppurtunities) serta meminimalkan kelemahan (weakness)

dan ancaman (threats). Diagram analisis SWOT (Gambar 2).

PELUANG

Kuadran 3 Kuadran 1

Mendukung strategi turn around Mendukung strategi agresif

KEKUATAN INTERNAL KELEMAHAN INTERNAL

Kuadran 4 Kuadran 2

Mendukung strategi defensif Mendukung strategi diversifikasi

ANCAMAN

Gambar 2 Diagram analisis SWOT

Keterangan :

1) Kuadran 1 merupakan situasi menguntungkan, saat perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan pada situasi ini adalah kebijakan pertumbuhan; 2) Kuadran 2 merupakan situasi meskipun ada ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk pasar);

3) Kuadran 3 merupakan situasi perusahaan mempunyai peluang dalam me- laksanakan kebijakan, tetapi dari pihak internal masih terdapat kelemahan yang harus dikurangi;

4) Kuadran 4 merupakan situasi tidak menguntungkan karena dalam menentukan dan melaksanakan suatu program terdapat berbagai kelemahan yang berasal dari pihak internal dan pihak eksternal.

(39)

dihadapi dapat sesuai dengan kekuatan dan kelemahan yang ada. Matriks IFAS dan EFAS (Tabel 3).

Tabel 3 Matriks IFAS dan EFAS

Sumber : Rangkuti 2005

IFAS : Internal Strategic Factors Analysis Summary

EFAS : Eksternal Strategic Factors Analysis Summary

Menurut (Rangkuti 2005) Strategi yang dihasilkan dalam matriks SWOT mempunyai empat kemungkinan, yaitu :

1) Strategi SO : Strategi ini memanfaatkan seluruh kekuatan (S) untuk merebut dan memanfaatkan peluang (O) sebesar-besarnya;

2) Strategi ST : Strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki (S) untuk mengatasi ancaman (T);

3) Strategi WO : Strategi ini bertujuan untuk memanfaatkan peluang (O) untuk meminimalkan kelemahan (W) yang ada;

4) Strategi WT : Strategi yang diambil untuk meminimalkan kelemahan (W) yang ada serta menghindari ancaman (T) yang ada.

(40)

3.6 Batasan Penelitian

Batasan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini antara lain : 1) Wilayah penelitian adalah di Perairan Karangantu, Teluk Banten;

2) Alat tangkap yang menjadi kajian penelitian adalah jaring insang hanyut yang terdapat di PPN Karangantu, Banten;

3) Aspek yang menjadi bahan kajian meliputi aspek teknik, aspek finansial, sensitivitas, aspek pemasaran, aspek sosial dan strategi pengembangan; 4) Aspek teknik meliputi deskripsi unit penangkapan jaring insang hanyut,

metode pengoperasian, pendugaan produktivitas alat tangkap dan sebagainya;

5) Analisis finansial meliputi analisis usaha dan analisis kriteria investasi; 6) Analisis usaha merupakan analisis yang dilakukan berkaitan dengan analisis

pendapatan usaha, revenue-cost ratio, payback period, dan return on investment;

7) Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang digunakan untuk operasi penangkapan ikan dengan jaring insang hanyut selama satu tahun;

8) Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi atau hasil tangkapan unit penangkapan jaring insang hanyut dengan harga hasil tangkapan per kilogram;

9) Biaya total adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel;

10) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah pengeluarannya tidak bergantung pada volume produksi. Biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan dan biaya perawatan unit penangkapan jaring insang hanyut;

11) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah pengeluarannya bergantung kepada volume produksi. Biaya variabel terdiri atas biaya bahan bakar solar, oli, perbekalan, SIUP dan upah ABK;

12) Revenue-cost ratio adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu tahun;

(41)

14) Return on investment adalah besarnya keuntungan yang diperoleh dari hasil perbandingan dengan investasi yang ditanamkan yang dinyatakan dalam presentase (%);

15) Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada tahap persiapan produksi yang dinyatakan dalam satuan rupiah;

16) Analisis finansial yang dilakukan meliputi NPV, Net B/C dan IRR;

17) Net present value adalah proyeksi penerimaan laba bersih yang akan diterima untuk usaha yang akan dilakukan di masa yang akan datang jika dinilai pada saat sekarang pada tingkat suku bunga tertentu, dinyatakan dengan NPV = 0;

18) Net Benefit/Cost adalah perbandingan dari jumlah kini (total present value) dari keuntungan bersih (net benefit) bernilai positif dengan keuntungan bersih (net benefit) bernilai negatif dinyatakan Net B/C > 1;

19) Internal rate of return adalah tingkat suku bunga dari unit usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV sama dengan nol, dinyatakan IRR > tingkat suku bunganya;

20) Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan pada dasar-dasar perhitungan biaya terhadap usaha; 21) Aspek pemasaran meliputi deskripsi pola distribusi dan margin pemasaran

hasil tangkapan;

22) Aspek sosial meliputi kehidupan sosial nelayan;

23) Strategi pengembangan adalah rencana pengembangan secara bertahap dan teratur dari kondisi riil saat ini ke sasaran yang diinginkan.

24) Faktor internal adalah kekuatan keunggulan yang dimiliki oleh unit usaha penangkapan jaring insang hanyut serta kelemahan yang merupakan keterbatasan atau kekurangan unit usaha penangkapan jaring insang hanyut yang mempengaruhi kinerja;

(42)

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang

4.1.1 Letak geografis

Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis

terletak antara 5º99’-6º22’ LS dan 106º07’-106º25’ BT. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara ke selatan adalah sekitar 21,7 km dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur adalah sekitar 20 km. Batas-batas wilayah Kota Serang adalah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa;

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tangerang;

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Cilegon dan Selat Sunda;

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang.

Kota Serang terbagi ke dalam enam kecamatan yaitu Kecamatan Curug, Walantaka, Cipocok Jaya, Serang, Taktakan dan Kasemen. Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu terletak di Kecamatan Kasemen dengan posisi geografis

06º02’ LS-106º09’ BT dan terdiri atas sepuluh desa serta memiliki luas wilayah mencapai 39 km². Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu memiliki batas-batas wilayah sebelah utara berbatas-batasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Desa Padak Gundul, sebelah barat berbatasan dengan Desa Margasayulu dan sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kasunyatan

4.1.2 Luas wilayah dan topografi

(43)

ukuran tertinggi dalam sebulan 94 mm dan rata-rata hujan 14 hari hujan serta tersebar pada seluruh wilayah kecuali kecamatan Ciomas.

4.1.3 Penduduk

Jumlah Penduduk Kota Serang pada tahun 2009 adalah 497.910 jiwa terdiri atas 256.136 laki-laki dan 241.774 perempuan. Rasio jenis kelamin di Kota Serang sebesar 106 pada setiap 100 orang perempuan terdapat 106 orang laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Kota Serang selama periode (2000-2009) mencapai 1866,65 jiwa per kilometer persegi yang sebagian besar penduduknya mendiami perkotaan.

Jumlah penduduk pada Kecamatan Kasemen adalah 76.241 jiwa, terdiri atas 39.697 laki-laki dan 36.544 perempuan dengan sex ratio sebesar 109, artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 109 orang laki-laki pada akhir Desember 2009. Penduduk di Kecamatan Kasemen sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, nelayan dan sebagainya. Jumlah penduduk dan jenis kelamin (Tabel 4).

Tabel 4 Jumlah penduduk berdasarkan kepadatan penduduk, jenis kelamin dan rasio jenis kelamin per kecamatan di Kota Serang pada tahun 2009

(44)

4.2 Keadaan Umum PPN Karangantu

4.2.1 Volume dan nilai produksi

Volume produksi yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu sebesar 2.507 ton dengan nilai Rp 31.389.959.940,00 pada tahun 2010 mengalami peningkatan jika dibandingkan volume produksi sebesar 2.313 ton dengan nilai Rp 24.335.898.012,00 pada tahun 2009. Hal ini berarti mengalami peningkatan volume sebesar 8,39% dan kenaikan nilai produksi sebesar 28,99%. Rata-rata harga ikan mengalami kenaikan yaitu Rp 10.521/kg pada tahun 2009 menjadi Rp 12.521/kg pada tahun 2010. Perkembangan volume dan nilai produksi (Tabel 5 dan Gambar 3).

Tabel 5 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu Tahun 2006-2010

No Tahun Volume Produksi (ton) Nilai Produksi (Rp 1000,00)

1 2006 1.984 10.005.884

Sumber : PPN Karangantu tahun 2011

(45)

4.2.2 Masyarakat perikanan

Masyarakat perikanan yang melakukan usaha perikanan di lingkungan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu diantaranya nelayan, pemilik kapal, penjual ikan dan sebagainya. Adapun nelayan yang melakukan aktivitas dalam kurun waktu lima tahun terakhir (Tabel 6).

Tabel 6 Jumlah nelayan yang melakukan aktivitas di Pelabuhan Perikanan Karangantu tahun 2006-2010

No Tahun Jumlah Nelayan (Orang)

1 2006 973

2 2007 1.195

3 2008 1.505

4 2009 1.614

5 2010 1.822

Kenaikan Rata-rata (%) 17,22

Sumber : PPN Karangantu tahun 2011

Jumlah nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu mengalami kenaikan pada tahun 2006 hingga 2010. Secara umum rata-rata kenaikan jumlah nelayan 17,22% dari tahun 2006 hingga 2010. Jumlah nelayan yang memanfaatkan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu sebanyak 1.822 orang pada tahun 2010.

4.2.3 Armada penangkapan ikan

(46)

Tabel 7 Frekuensi kedatangan kapal yang mendarat di Pelabuhan Perikanan

Jumlah/Total 10.973 11.730 12.071 12.898 13.580

Kapal motor

Sumber : PPN Karangantu tahun 2011

4.2.4 Alat penangkapan ikan

Penggunaan suatu jenis alat tangkap sangat berpengaruh terhadap jenis ikan hasil tangkapan. Hal ini sangat berkaitan dengan tingkah laku ikan. Alat tangkap tersebut umumnya masih bersifat tradisional dan merupakan usaha penangkapan dengan skala kecil dan one day fishing. Adapun jenis alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu Tahun 2010 (Tabel 8).

Tabel 8 Jenis alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu tahun 2010

No Jenis Alat Tangkap Jumlah

1 Gillnet 64 Unit

(47)

4.2.5 Daerah penangkapan ikan

Daerah penangkapan ikan bagi nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu adalah Laut Jawa, Selat sunda, dan Perairan di Sekitar Teluk banten seperti Pulau Panjang, Pulau Pamujan Kecil, Pulau Dua, dan Pulau Tunda. Lamanya operasi penangkapan berkisar 1-7 hari di Laut, sehingga tidak memerlukan perbekalan yang banyak. Sumberdaya perikanan yang tertangkap di perairan Karangantu antara lain ikan teri dan udang jerbung, sedangkan ikan kurisi, tongkol, lemuru, layang, tembang, kembung, dan selar banyak terdapat di Selat Sunda dan di sekitar bagian luar Teluk Banten.

4.2.6 Musim penangkapan ikan

Musim ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu terjadi pada bulan mei karena pada bulan tersebut terjadi kenaikan produksi bila dibandingkan dengan bulan lainnya, tetapi musim ikan terkadang mengalami pergeseran. Produksi ikan akan lebih banyak ketika terdapat nelayan yang datang dari luar daerah untuk mendaratkan hasil tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu, seperti nelayan dari Lampung, Kronjo, Labuan dan lain-lain.

4.2.7 Pengolahan dan pemasaran ikan

Produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu merupakan ikan basah (diawetkan dengan es), kemudian didistribusikan sebagai berikut :

1) Diolah menjadi ikan asin oleh masyarakat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu kemudian dipasarkan ke daerah Jawa Barat;

2) Dijual dalam bentuk segar ke berbagai daerah;

(48)

oleh pedagang besar antar kota yang menjual hasil tangkapannya kepada pedagang pengecer. Pedagang pengecer kemudian menjual hasil tangkapannya kepada konsumen secara langsung maupun perusahaan pengolahan ikan. Proses Pemasaran hasil tangkapan PPN Karangantu yang tertera pada Gambar 4.

Gambar 4 Saluran pemasaran hasil tangkapan di PPN Karangantu Banten

4.2.8 Jenis ikan tangkapan

Jenis ikan yang didaratkan di PPN Karangantu, Teluk Banten terdiri atas ikan pepetek, kuniran, kembung, cumi-cumi dan lain-lain. Komposisi hasil tangkapan yang tertera pada Gambar 5.

(49)

4.2.9 Keadaan fasilitas

Fasilitas di PPN Karangantu terbagi menjadi fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. Fasilitas pokok merupakan fasilitas dasar yang diperlukan dalam kegiatan perikanan tangkap di suatu pelabuhan. Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang berfungsi untuk meningkatkan nilai guna dari fasilitas pokok, sehingga dapat menunjang aktivitas di Pelabuhan. Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku untuk mendapatkan kenyamanan melakukan aktivitas di Pelabuhan. Keadaan fasilitas di PPN Karangantu umumnya dalam kondisi layak untuk digunakan. Komposisi dan keadaan fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Teluk Banten (Tabel 9).

Tabel 9 Komposisi dan keadaan fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

Fasilitas Volume Satuan Keterangan

(1) Fasilitas Pelindung

Tempat Pengepakan Ikan 283,92 m² Baik

(5) Fasilitas Navigasi

Telepon/internet 2 Buah Baik

(50)

Fasilitas Volume Satuan Keterangan

Genset 3 225 KVA Baik

(9) Fasilitas Pemeliharaan

Bengkel 150 m² Baik

(10) Fasilitas Perkantoran

Kantor 1 125 m² Baik

Kantor 2 250 m² Baik

Kantor Pengawasan 18 m² Baik

(11) Fasilitas Transportasi

Kendaraan roda 4 2 Unit Baik

Kendaraan roda 2 8 Unit Baik

(12) Fasilitas Penunjang

Balai Pertemuan Nelayan 125 m² Baik

Mess Operator 8 Unit Baik

Pos Jaga 12 m² Baik

Mess Nelayan 1 Unit Baik

Tempat Peribadatan 20 m² Baik

Kamar Mandi Umum 36 m² Baik

Kios/Toko 4 m² Baik

Kios IPTEK 16 m² Baik

WC Umum 18 m² Baik

Garasi 25 m² Baik

Papan Nama PPN Karangantu 1 Unit Baik

CCTV 1 Unit Baik

(51)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Aspek Teknik

5.1.1 Deskripsi unit penangkapan ikan

Unit penangkapan ikan merupakan suatu komponen yang mendukung keberhasilan operasi penangkapan ikan. Unit penangkapan ikan terdiri atas alat penangkapan ikan, perahu dan nelayan. Mayoritas alat tangkap yang digunakan di PPN Karangantu, Teluk Banten adalah jaring insang hanyut. Unit penangkapan jaring insang hanyut akan dideskripsikan sebagai berikut :

1) Alat tangkap

Jaring insang hanyut merupakan alat tangkap jaring insang satu lapis yang dengan cara dihanyutkan. Pada umumnya, jaring insang hanyut yang dioperasikan di PPN Karangantu, Teluk Banten terdiri atas:

(1) Badan jaring

Badan jaring pada jaring insang hanyut terbuat dari bahan PA monofilament

dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang sama yaitu 3 inchi. Ukuran panjang badan jaring satu piece adalah 36 meter dengan tinggi 6 meter. (2) Tali ris

Tali ris pada jaring insang hanyut dibagi menjadi tali ris atas dan tali ris bawah. Kedua fungsi tali ris tersebut adalah untuk merentangkan badan jaring. Tali ris atas diikat dengan tali pelampung di bagian atas dan tali ris bawah diikat dengan tali pemberat di bagian bawah. Bahan tali ris atas yang digunakan adalah PE multifilament dengan ukuran diameter 5 mm. Bahan tali ris bawah yang digunakan adalah PE multifilament dengan ukuran diameter 3 mm.

(3) Pelampung dan tali pelampung

(52)

(4) Pemberat dan tali pemberat

Pemberat pada jaring insang hanyut terbuat dari bahan timah berbentuk

elips dengan ukuran diameter 0,5 cm dan panjang 1,5 cm. Jumlah pemberat yang digunakan pada satu piece jaring adalah 200 pemberat. Bobot keseluruhan pemberat dalam satu piece jaring adalah 3,5 kg dengan jarak antar pemberat 22 cm. Tali pemberat berbahan dasar PE multifilament

dengan ukuran diameter 3 mm. (5) Pelampung tanda dan tali selambar

Pelampung tanda yang digunakan oleh nelayan jaring insang hanyut terbuat dari sterofoam yang di bagian tengahnya ditancapkan batang bambu dan pada bagian atas atau ujung bambu terdapat bendera. Tali selambar tanda terbuat dari bahan dasar PE multifilament yang berdiameter 5 mm. Panjang tali pelampung tanda adalah 50 m.

(6) Pemberat tambahan

Pemberat tambahan pada jaring insang hanyut di PPN Karangantu menggunakan batu yang memiliki bobot 1,5 kg. Pemberat batu tersebut terikat pada tali pelampung tanda. Pemberat tambahan tersebut berfungsi untuk mempermudah pada saat penurunan jaring sehingga jaring dapat terentang sempurna.

(7) Pelampung besar

(53)

Keterangan:

1. Badan jaring: PA monofilament, ◊ 3 inchi, panjang 1 piece = 36 m, ∑ piece = 20, tinggi = 6 m

2. Tali ris atas: PE multifilament, panjang = 42 m, ᴓ = 5 mm 3. Tali pelampung: PE multifilament, panjang = 42 m, ᴓ = 5 mm 4. Tali pemberat: PE multifilament, panjang = 42 m, ᴓ = 3 mm 5. Tali ris bawah: PE multifilament, panjang = 42 m, ᴓ = 3 mm

6. Pelampung: karet sandal, ∑ 1 piece = 70 buah, jarak antar pelampung = 48 cm 7. Pelampung besar tambahan : plastik, panjang = 25 cm, dimeter = 15 cm 8. Pemberat: timah, ∑ 1 piece = 200 buah, bobot 1 piece = 3,5 kg

9. Tali selambar: PE multifilament, panjang = 50 m, ᴓ = 5 mm 10.Pelampung tanda: sterofoam, bambu, bendera

11.Pemberat tambahan/jangkar: batu, bobot = 1,5 kg

Sumber: Diolah dari data primer tahun 2011

Gambar 6 Alat tangkap jaring insang hanyut di PPN Karangantu, Teluk Banten

2) Kapal

Jenis kapal jaring insang hanyut yang umum digunakan oleh nelayan di PPN Karangantu, Teluk Banten adalah kapal motor tempel yang bersifat outboard

dengan jenis mesin dongfeng berkekuatan 16 PK. Kapal yang digunakan berbahan dasar kayu dengan ukuran panjang (LOA) 9 m, lebar (b) 2,5 m, dalam (D) 1 m dan draft (d) 0,35 m. Bahan bakar yang digunakan adalah solar. Pengecekan kapal dan mesin kapal dilakukan setiap melakukan kegiatan penangkapan. Perawatan temporal pada kapal dilakukan secara rutin setiap satu minggu sedangkan docking

untuk perawatan dan perbaikan secara keseluruhan dilakukan setiap tahun.

7

1

2 3

5 4

6

11

9 10

(54)

Perawatan pada mesin kapal dilakukan secara rutin setelah melakukan kegiatan penangkapan. Kapal yang digunakan dalam usaha penangkapan jaring insang hanyut yang (Gambar 7)

.

Sumber: Data primer tahun 2011

Gambar 7 Konstruksi Kapal jaring insang hanyut tampak samping

3) Nelayan

Nelayan jaring insang hanyut termasuk ke dalam golongan nelayan penuh. Mayoritas penduduk lokal merupakan nelayan jaring insang hanyut di PPN Karangantu, Teluk Banten. Perkampungan nelayan jaring insang hanyut berada tidak jauh dari dermaga PPN Karangantu. Jumlah nelayan jaring insang hanyut dalam kegiatan penangkapan ikan adalah 3-4 orang nelayan. Pembagian tugas nelayan saat melakukan kegiatan penangkapan yaitu satu orang sebagai nahkoda kapal yang mengemudikan kapal, satu atau dua orang menurunkan (setting) dan menarik (hauling) jaring, serta satu orang melepaskan ikan.

4) Operasi penangkapan ikan

Pengoperasian jaring insang hanyut dilakukan secara One day fishing di PPN Karangantu, Teluk Banten. Pengoperasian jaring insang hanyut pada pukul 03.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB. Tahap pengoperasian jaring insang hanyut meliputi tahap persiapan, tahap penurunan jaring (setting), tahap penghanyutan jaring (drifting), dan tahap penarikan jaring (hauling). Tahap persiapan meliputi pengecekan kapal dan mesin kapal, penyediaan perbekalan melaut yang terdiri

9 m

(55)

atas bahan bakar solar, es, air bersih dan konsumsi. Tahap penurunan jaring (setting) dimulai dari penurunan pelampung tanda, tali selambar, pemberat, badan jaring, pelampung hingga penururunan pelampung tanda. Proses setting

membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Tahap penghanyutan jaring (drifting) yaitu membiarkan jaring dalam posisi terhanyut di perairan. Proses drifting berlangsung selama 60 menit. Tahap penarikan jaring (hauling) dimulai dari penarikan pelampung tanda terakhir, pelampung diikuti badan jaring dan pemberat. Proses

hauling berlangsung selama 60 – 90 menit, dengan pelepasan ikan hasil tangkapan dari jaring.

5) Musim dan daerah penangkapan

Musim penangkapan jaring insang hanyut terbagi menjadi musim puncak, musim sedang dan musim paceklik. Musim puncak merupakan musim pada saat jumlah ikan hasil tangkapan melimpah atau musim banyak ikan. Musim puncak pada usaha penangkapan jaring insang hanyut umumnya terjadi pada bulan Mei hingga Agustus. Musim sedang merupakan musim pada saat jumlah ikan hasil tangkapan tidak melimpah dan tidak pula menurun. Musim sedang umumnya terjadi pada bulan September hingga Januari. Musim paceklik merupakan musim pada saat jumlah ikan hasil tangkapan berkurang dibandingkan dengan musim lainnya dan terjadi pada bulan Februari hingga April. Jenis ikan hasil tangkapan jaring insang hanyut di PPN Karangantu adalah ikan kembung, tongkol, golok-golok dan sebagainya. Pola musim penangkapan dapat dilihat pada Tabel 10

Tabel 10 Pola musim penangkapan jaring insang hanyut

Bulan 1

Sumber : Diolah dari data primer tahun 2011

Keterangan :

= Musim Puncak = Musim Sedang = Musim Paceklik

Gambar

Tabel 3 Matriks IFAS dan EFAS
Tabel 4   Jumlah penduduk berdasarkan kepadatan penduduk, jenis kelamin dan
Tabel 7 Frekuensi kedatangan kapal yang mendarat di Pelabuhan Perikanan    Nusantara Karangantu tahun 2006-2010
Tabel 9  Komposisi dan keadaan fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, dapat digambarkan secara rinci bahwa distribusi intensitas cahaya matahari serta DIN, DIP, dan DSi di perairan pantai, tengah dan luar

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, dapat digambarkan secara rinci bahwa distribusi intensitas cahaya matahari serta DIN, DIP, dan DSi di perairan pantai, tengah dan luar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan anjungan dan zona terlarang dapat menjadi kawasan konservasi sumber daya ikan, namun memunculkan persepsi negatif dari nelayan

perikanan. Strategi ini didasarkan adanya ancaman pengawasan perikanan dengan maraknya kapal perikanan asing dari Filipina yang mencuri ikan di sekitar Laut Maluku

"The sustainable development strategy of marine tourism in Banda District of Central Maluku Regency based on economic valuation.", IOP Conference Series: Earth and Environmental

- Literature review - Observation - Field Survey Data Analysis of Natural Tourist Attractions ANTA Priority Analysis of Tourist Attractions Natural and environmental