• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi faktor internal dan eksternal

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

2) Biaya Variabel

5.6 Strategi Pengembangan

5.6.1 Identifikasi faktor internal dan eksternal

Identifikasi faktor-faktor SWOT (Strengths, Weakness, Oppurtunitiess dan Threats). Usaha perikanan jaring insang hanyut dianalisis strategi untuk mendapatkan arahan dalam pengembangan jaring insang hanyut di Teluk Banten. Kekuatan pada usaha perikanan jaring insang hanyut di Teluk Banten yaitu : 1) Pengalaman nelayan jaring insang hanyut dalam kegiatan penangkapan ikan

Umumnya nelayan jaring insang hanyut telah melaut sejak usia remaja. Hal ini mengakibatkan banyaknya pengalaman dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Nelayan jaring insang hanyut terampil dalam melakukan operasi penangkapan, pendugaan lokasi penangkapan hingga perbaikan alat tangkap.

2) Kerjasama yang baik dalam kegiatan penangkapan ikan

Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap jaring insang hanyut berjumlah 3-4 orang yang terdiri atas juru mudi dan abk. Kerjasama yang baik terbentuk antar nelayan karena telah adanya pembagian kerja yang jelas dan semangat kerja yang tinggi serta adanya hubungan kekerabatan yang erat.

3) Tingginya tingkat daya beli masyarakat

Daya beli masyarakat Kota Serang yang cukup tinggi. Hal ini dapat terlihat dengan adanya pasar ikan yang berdekatan dengan PPN Karangantu. Pasar ikan menjadi pusat distribusi ikan bagi masyarakat kota serang. Hasil tangkapan tidak hanya terdapat di pasar ikan, namun juga terdapat di industri rumahan oleh masyarakat sekitar. Biasanya masyarakat membeli ikan kemudian dikeringkan untuk dijadikan ikan asin atau dipindang kemudian dijual.

4) Usaha jaring insang hanyut menguntungkan untuk dijalankan

Berdasarkan analisis finansial, usaha penangkapan jaring insang hanyut layak atau menguntungkan untuk dijalankan dan dikembangkan. Oleh sebab itu, banyak nelayan yang melakukan usaha penangkapan menggunakan alat tangkap jaring insang hanyut. Alat tangkap ini mudah diperoleh dan mudah diperbaiki jika rusak.

Kelemahan pada usaha perikanan jaring insang hanyut di Teluk Banten yaitu : 1) Rendahnya tingkat teknologi penangkapan

Kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan masih tradisional. Hal ini terlihat dari jenis kapal yang digunakan. Nelayan tidak melakukan proses penangkapan dengan fishing ground yang letaknya terlalu jauh dari fishing base

dikarenakan kapal yang memiliki ukuran GT (Gross Tonase) yang kecil dan belum menggunakan teknologi penentuan fishing ground dengan GPS.

2) Tingkat pendidikan nelayan masih rendah

Kualitas sumberdaya nelayan jaring insang hanyut masih tergolong rendah. Hal ini terlihat jelas dari tingkat pendidikan nelayan jaring insang hanyut yang hanya menyelesaikan sekolah pada tingkat SD-SMP. Rendahnya pendidikan menyebabkan nelayan jaring insang hanyut masih menggunakan alat tangkap yang tradisional sehingga hasil tangkapan yang diperoleh memiliki perbedaan yang belum maksimal dalam kualitas dan kuantitas hasil tangkapan. Pengetahuan nelayan kurang terhadap penggunaan alat tangkap yang lebih modern dan cara pengolahan yang baik. Hal ini agar menghasilkan jenis hasil tangkapan dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang optimal.

3) Harga hasil tangkapan yang tidak dapat bersaing

Hasil tangkapan jaring insang hanyut didaratkan di atas kapal, di TPI atau di sekitar teluk Banten. Daerah pendaratan hasil tangkapan yang berdekatan dan sebagian nelayan tidak mendaratkan di PPN Karangantu karena TPI tidak dapat berjalan sebagaimana fungsinya. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya harga hasil tangkapan yang tidak dapat bersaing.

4) Keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha

Nelayan jaring insang hanyut membutuhkan modal lebih untuk meningkatkan kapasitas produksi atau dalam menjalankan kegiatan produksi. Hal

ini mengakibatkan nelayan jaring insang hanyut memiliki hubungan yang cukup erat dengan tengkulak. Nelayan jaring insang hanyut umumnya meminjam uang kepada tengkulak untuk biaya perbekalan melaut atau peralatan melaut. Penjualan terhadap hasil tangkapan yang diperoleh tidak seluruhnya diterima karena dibagi dengan tengkulak atau menggunakan sistem bagi hasil. Harga jual hasil tangkapan ikan ke tengkulak lebih kecil daripada harga ikan yang dijual oleh tengkulak ke pasar atau industri rumahan.

Peluang pada usaha perikanan jaring insang hanyut di Teluk Banten yaitu : 1) Nelayan jaring insang hanyutrajin melaut

Nelayan jaring insang hanyut mengoperasikan alat tangkap pada musim paceklik, musim sedang dan musim puncak. Nelayan jaring insang hanyut rutin melakukan kegiatan penangkapan karena usaha penangkapan sudah ditekuni sejak lama dan menjadi pekerjaan tetap bagi nelayan. Nelayan menggantungkan hidupnya pada kegiatan penangkapan.

2) Hubungan kekeluargaan yang erat antara pemilik kapal dan ABK

Pemilik kapal menerapkan sistem kekeluargaan terhadap anak buah kapal. Pemilik kapal menganggap setiap anak buah kapal seperti saudara sendiri. Hal ini menjadikan pemilik kapal dan anak buah kapal kompak dan semangat dalam mencari ikan. Dalam kegiatan penangkapan ikan telah adanya pembagian kerja yang jelas untuk setiap nelayan di atas kapal. Hal menjadikan efisiensi dan efektivitas dalam menangkap ikan.

3) Tingginya permintaan pasar luar daerah

Tingginya permintaan pasar terhadap hasil tangkapan jaring insang hanyut. Hal ini dapat terlihat dari kebutuhan bahan baku ikan segar untuk langsung dikonsumsi atau olahan yang cukup tinggi. Ikan olahan biasanya didistribusikan ke luar daerah yang digunakan sebagai bahan baku pabrik. Ikan olahan sangat sesuai untuk dipasarkan ke tempat-tempat yang jauh dari lokasi penangkapan. Hal ini mengakibatkan adanya alternatif dalam mempertahankan kualitas dari hasil tangkapan. Umumnya ikan diolah menjadi ikan asin, ikan pindang, tepung ikan dan lain-lain.

4) Tingginya kesempatan kerja pada usaha jaring insang hanyut

Tingginya peluang usaha jaring insang hanyut terlihat dari hasil tangkapan yang menguntungan. Peluang usaha jaring insang hanyut dapat berjalan dengan baik apabila ada kesinambungan dari hulu hingga hilir proses perikanan jaring insang hanyut ini.

Ancaman pada usaha perikanan jaring insang hanyut di Teluk Banten yaitu : 1) Cuaca buruk

Cuaca buruk yang tidak menentu merupakan salah satu penghambat dalam usaha penangkapan jaring insang hanyut. Umumnya nelayan tidak dapat melaut jika cuaca buruk. Hal ini mengakibatkan nelayan tidak mendapatkan penghasilan dan nelayan memilih untuk bekerja di darat. Musim penangkapan yang mengalami perubahan misalnya pergeseran musim puncak ikan menjadi musim paceklik.

2) Persaingan dengan nelayan pendatang

Nelayan jaring insang hanyut umumnya berasal dari nelayan lokal dan nelayan pendatang. Umumnya nelayan pendatang berasal dari Indramayu, Cirebon, Makassar dan lain sebagainya. Perkembangan jumlah nelayan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan tingginya tingkat persaingan di antara nelayan. Nelayan pendatang lebih mendominasi dibandingkan dengan nelayan lokal. Umumnya nelayan pendatang lebih dapat bersaing dalam usaha penangkapan.

3) Penurunan hasil tangkapan

Kegiatan penangkapan berlebih atau terus menerus tanpa upaya pelestarian dapat mengakibatkan adanya overfishing atau mengalami penurunan jumlah ikan. Persaingan antar nelayan yang cukup tinggi juga mengakibatkan penurunan hasil tangkapan karena banyaknya jumlah nelayan yang melaut.

4) Meningkatnya harga kebutuhan melaut

Kebutuhan melaut seperti konsumsi, air tawar, es, solar dan sebagainya. Harga kebutuhan melaut yang tinggi merupakan salah satu penghambat dalam pengembangan usaha jaring insang hanyut. Usaha jaring insang hanyut dapat mengalami penurunan keuntungan bahkan kerugian jika adanya peningkatan harga kebutuhan melaut.

Dokumen terkait