• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis

3.3 Pengumpulan Data .1 Data primer

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapang mengenai seluruh kegiatan unit penangkapan jaring insang hanyut. Selain itu, data primer juga hasil wawancara terhadap responden. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain :

1) Aspek Teknis

(1) Konstruksi dan metode pengoperasian unit penangkapan jaring insang hanyut;

(2) Ukuran dan jumlah kapal jaring insang hanyut; (3) Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh; (4) Lokasi pengoperasian jaring insang hanyut; (5) Musim penangkapan jaring insang hanyut. 2) Aspek Pemasaran

(1) Harga Beli dan Harga Jual. (2) Jalur distribusi hasil tangkapan.

3) Aspek Sosial

(1) Kehidupan nelayan dan ada atau tidaknya konflik antar nelayan.

(2) Kegiatan nelayan saat tidak adanya uang untuk kegiatan melaut dan cuaca buruk.

4) Aspek Finansial

(1) Banyaknya hasil tangkapan yang diperoleh unit penangkapan jaring insang hanyut (per trip, per minggu, per bulan, per tahun dan per musim);

(2) Pembiayaan yang terdiri atas biaya investasi, biaya operasional selama kegiatan berlangsung dan biaya tetap;

(3) Pendapatan nelayan per hari, per minggu, per bulan, per tahun; (4) Harga jual hasil tangkapan per kilogram, per ton.

5) Aspek strategi Pengembangan

(1) Data eksternal (pasar, kompetitor, kebijakan pemerintah dan sebagainya).

(2) Data internal (keuangan, SDM, operasional, pemasaran dan sebagainya).

3.3.2 Data sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :

1) Keragaan unit penangkapan jaring insang hanyut yang beroperasi di Perairan Karangantu, Teluk Banten selama 5 tahun terakhir periode 2006-2010.

2) Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis dan keadaan perikanan tangkap secara umum di PPN Karangantu.

Data tersebut diperoleh dari statistik perikanan PPN Karangantu, statistik perikanan Kabupaten Serang dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Serang.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Analisis aspek teknis

Analisis teknis digunakan untuk mengkaji faktor yang berhubungan dengan keragaan teknis unit penangkapan ikan di PPN Karangantu, Teluk Banten dan kegiatan operasi penangkapan ikan. Analisis ini meliputi gambaran :

1) Kapal; 2) Alat tangkap; 3) Nelayan;

4) Metode pengoperasian.

Analisis teknis untuk mengetahui secara teknis alat tangkap jaring insang hanyut efektif atau tidak pada saat dioperasikan berdasarkan konstruksi, daerah penangkapan ikan, metode penangkapan ikan dan musim penangkapan ikan. Produktivitas merupakan suatu pengukuran untuk mengetahui efisiensi teknik dan suatu proses produksi yang merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan input yang digunakan. Pengukuran produktivitas dapat dihitung sebagai berikut (Hanafiah 1986) :

Berdasarkan rumus diatas produktivitas input produksi dapat dihitung dengan rumus :

1) Produktivitas alat tangkap =

2) Produktivitas trip = 3) Produktivitas nelayan = � �

4) Produktivitas biaya investasi =

� � � �

5)

Produktivitas biaya operasional =

� �

3.4.2 Analisis aspek finansial

1) Analisis usaha

Analisis usaha merupakan pemeriksaan keuangan pada suatu usaha selama usaha itu telah berjalan. Analisis usaha untuk mengetahui tingkat keuntungan atau keberhasilan dari usaha perikanan yang telah dijalankan selama ini. Analisis ini meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio), analisis waktu balik modal (Payback Period) dan analisis

(1) Analisis pendapatan usaha (Π)

Analisis ini bertujuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis ini dapat juga digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan atau jumlah nominal yang diperoleh dari selisih antara biaya pemasukan dengan biaya pengeluaran pada suatu kegiatan. (Umar 2003). Rumus π yang digunakan adalah :

� =�� − �

Keterangan :

Π ∶ Keuntungan

TR : Total Pemasukan (Total Revenue) TC : Total Pengeluaran (Total Cost)

Kriteria :

 Jika total penerimaan > total biaya, usaha untung atau layak untuk dilanjutkan.

 Jika total penerimaan < total biaya, usaha rugi atau tidak layak untuk lanjut.

 Jika total penerimaan = total biaya, usaha tidak untung dan tidak rugi (impas). (2) Analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue cost ratio)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu menguntungkan atau tidak (Nurmalina et al 2010). Rumus R/C yang digunakan adalah :

� = � � � � � � � Keterangan : R : Penerimaan (Revenue) C : Pengeluaran (Cost) Kriteria :

 Jika R/C > 1 maka kegiatan usaha tersebut dikatakan untung sehingga layak untuk dilanjutkan.

 Jika R/C = 1 maka kegiatan usaha tersebut dapat dikatakan tidak untung dan tidak rugi sehingga berada dalam kondisi impas.

 Jika R/C < 1 maka kegiatan usaha tersebut dikatakan rugi sehingga tidak layak untuk dilanjutkan.

(3) Analisis waktu balik modal (Payback period)

Payback period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Payback period dapat juga diartikan sebagai ratio antara initial cash investment dengan cash inflownya yang hasilnya merupakan satuan waktu, selanjutnya nilai rasio dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima (Nurmalina et al 2010). Rumus yang digunakan adalah :

� � � = �

Keterangan :

I : Jumlaah modal investasi yang dibutuhkan (Rupiah)

Ab : Keuntungan bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya (Rupiah/ tahun)

Kriteria :

Jika payback period lebih pendek waktunya dari maximum payback period maka usaha tersebut dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan.

(4) Analisis Return on Investement (ROI)

Analisis Return on investment (ROI) adalah kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan. Perhitungan terhadap ROI dilakukan untuk mengetahui besarnya perolehan keuntungan dibandingkan dengan besar investasi yang ditanamkan (Nurmalina et al 2010). Rumus yang digunakan adalah :

���= �� �

� � � × 100%

2) Analisis kriteria investasi

Cash flow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya. Kriteria investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)dan Internal Rate of Return (IRR).

(1) Net Present Value (NPV)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. Net Present Value (NPV) merupakan selisih

antara nilai sekarang (present value) dari keuntungan (benefit) dan nilai sekarang dari biaya, dinyatakan dalam rumus (Nurmalina et al 2010) :

�= =1

(1 +�)

Keterangan :

NPV : Net Present Value

Bt : Manfaat dari suatu proyek pada tahun ke-t Ct : Biaya dari suatu proyek pada tahun ke-t kotor i : Tingkat suku bunga

n : Tahun kegiatan proyek (t = 1,2,3,..., n tahun)

Kriteria :

 Jika NPV > 1 maka usaha dikatakan untung dan layak untuk dilanjutkan

 Jika NPV = 1 maka usaha dikatakan tidak untung dan tidak rugi

 Jika NPV < 1 maka usaha dikatakan rugi dan tidak layak untuk dilanjutkan (2) Net benefit Cost Ratio(Net B/C)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek. Net B/C merupakan suatu perbandingan yang pengambilannya terdiri atas present value

total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dan benefit bersih itu bersifat positif sedangkan penyebutnya terdiri atas present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun saat Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar dari benefit kotor, dinyatakan dalam rumus (Nurmalina et al 2010) :

Net B/C = =1 (1+�) =1 (1=�)

[ − >0] [ − <0] Keterangan :

Bt : Manfaat yang diperoleh pada tahun ke-t (Rupiah) Ct : Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rupiah) t : Periode wktu (t = 1,2,3,...,n tahun)

n : Umur proyek (Tahun)

Kriteria :

 Jika Net B/C > 1 maka usaha dikatakan untung dan layak untuk dilanjutkan

 Jika Net B/C = 1 maka usaha dikatakan tidak untung dan tidak rugi

 Jika Net B/C < 1 maka usaha dikatakan rugi dan tidak layak untuk dilanjutkan (3) Internal Rate of Return (IRR)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan. Internal Rate of Return merupakan nilai

discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol, dinyatakan dalam rumus (Nurmalina et al 2010) :

���= �+ �

( � − �′)× (�′ − �)

Keterangan :

IRR : Internal Rate of Return

i : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif

i’ : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV : NPV pada suku bunga i’

NPV’: NPV pada suku bunga i”

Kriteria :

 nilai IRR lebih besar atau sama dengan tingkat discount rate yang berlaku, artinya usaha layak untuk dijalankan karena pada kondisi tersebut nilai NPV lebih besar atau sama dengan nol.

 nilai IRR lebih kecil dari tingkat discount rate yang berlaku, artinya usaha tidak layak dijalankan karena ada alternatif pengguna lain yang lebih menguntungkan.

3.4.3 Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan melihat apa yang akan terjadi terhadap usaha jika ada perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya. Metode yang digunakan dalam analisis sensitivitas adalah switching value. Perubahan yang mempengaruhi usaha diantaranya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan penurunan jumlah ikan hasil tangkapan. Kegiatan penangkapan ikan membutuhkan bahan bakar yang tidak sedikit dan tergantung terhadap hasil tangkapan.

3.4.4 Analisis aspek pemasaran

Analisis aspek pemasaran digunakan untuk mengetahui pasar dan peluang pasar dari hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu, Banten. Penilaian pada aspek pemasaran untuk mengetahui harga pasar, rantai pemasarannya dan proses distribusinya. Analisis pemasaran merupakan hasil wawancara kepada pihak-pihak terkait yang dijelaskan secara deskriptif. Perhitungan margin pemasaran diperoleh berdasarkan persamaan berikut (Sobari dan Febrianto 2010):

�= � − �−1 Keterangan

Mi : Margin pada pedagang perantara ke-i ikan hasil tangkapan (Rp/Kg)

Hi : Harga penjualan perantara ke-i ikan hasil tangkapan (Rp/Kg)

Hi1 : Harga pembelian pedagang perantara ke-i hasil tangkapan (Rp/Kg)

3.4.5 Analisis aspek sosial

Analisis aspek sosial digunakan untuk mengkaji keadaan sosial nelayan jaring insang hanyut di PPN Karangantu, Teluk Banten. Analisis ini meliputi gambaran kondisi nelayan, ada tidaknya konflik antar nelayan dan tingkat kesejahteraan nelayan.

3.5 Analisis SWOT

Analisis yang digunakan untuk menentukan strategi pengembangan perikanan tangkap adalah analisis strengths, weaknesses, opportunities, and

threats (SWOT). Analisis ini menggambarkan tentang faktor - faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal terdiri atas peluang (opportunities) dan ancaman (threats).

Analisis faktor internal dapat dilakukan dengan menggunakan matriks IFE, sedangkan analisis faktor eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan matriks EFE. Tahap pertama penyusunan matriks IFE dan matriks EFE adalah mendaftarkan kekuatan dan kelemahan pada matriks IFE dan peluang serta ancaman pada matriks EFE (Rangkuti 2005). Matriks IFE dan EFE (Tabel 1 dan Tabel 2).

Tabel 1 Matriks evaluasi faktor internal

Faktor strategis

internal Bobot Rating Skor

Kekuatan : 1 2 3 ... Kelemahan : 1 2 3 ... Total Sumber : David, 2003

Tahap skor pembobotan berkisar dari terendah 1,0 sampai yang tertinggi 4,0 dengan rata-rata skor 2,5. Total skor pembobotan di bawah 2,5 menunjukan faktor internal organisasai lemah, sedangkan jika di atas 2,5 mengidentifikasikan faktor internal organisasi yang kuat (David 2003).

Tabel 2 Matriks evaluasi faktor eksternal

Faktor strategis

eksnternal Bobot Rating Skor

Peluang : 1 2 3 … Ancaman : 1 2 3 … Total Sumber : David, 2003

Total skor pembobotan tertinggi untuk sebuah organisasi adalah 4,0 dan terendah adalah 1,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor pembobotan 4,0 mengidentifikasikan bahwa organisasi mampu merespon peluang dan ancaman. Strategi perusahaan sangat efektif dalam mengambil manfaat dari peluang yang

ada dan meminimalisasi potensi yang kurang baik dari ancaman eksternal (David 2003).

Analisis SWOT lebih menekankan untuk memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (oppurtunities) serta meminimalkan kelemahan (weakness)

dan ancaman (threats). Diagram analisis SWOT (Gambar 2).

PELUANG

Kuadran 3 Kuadran 1

Mendukung strategi turn around Mendukung strategi agresif

KEKUATAN INTERNAL KELEMAHAN INTERNAL

Kuadran 4 Kuadran 2

Mendukung strategi defensif Mendukung strategi diversifikasi

ANCAMAN

Gambar 2 Diagram analisis SWOT

Keterangan :

1) Kuadran 1 merupakan situasi menguntungkan, saat perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan pada situasi ini adalah kebijakan pertumbuhan; 2) Kuadran 2 merupakan situasi meskipun ada ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk pasar);

3) Kuadran 3 merupakan situasi perusahaan mempunyai peluang dalam me- laksanakan kebijakan, tetapi dari pihak internal masih terdapat kelemahan yang harus dikurangi;

4) Kuadran 4 merupakan situasi tidak menguntungkan karena dalam menentukan dan melaksanakan suatu program terdapat berbagai kelemahan yang berasal dari pihak internal dan pihak eksternal.

Keterkaitan faktor internal dan eksternal dapat digambarkan dalam bentuk matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan peluang dan ancaman eksternal yang

dihadapi dapat sesuai dengan kekuatan dan kelemahan yang ada. Matriks IFAS dan EFAS (Tabel 3).

Tabel 3 Matriks IFAS dan EFAS

Sumber : Rangkuti 2005

IFAS : Internal Strategic Factors Analysis Summary

EFAS : Eksternal Strategic Factors Analysis Summary

Menurut (Rangkuti 2005) Strategi yang dihasilkan dalam matriks SWOT mempunyai empat kemungkinan, yaitu :

1) Strategi SO : Strategi ini memanfaatkan seluruh kekuatan (S) untuk merebut dan memanfaatkan peluang (O) sebesar-besarnya;

2) Strategi ST : Strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki (S) untuk mengatasi ancaman (T);

3) Strategi WO : Strategi ini bertujuan untuk memanfaatkan peluang (O) untuk meminimalkan kelemahan (W) yang ada;

4) Strategi WT : Strategi yang diambil untuk meminimalkan kelemahan (W) yang ada serta menghindari ancaman (T) yang ada.

IFAS

EFAS

STRENGTHS (S)

Menentukan faktor- faktor kekuatan internal

WEAKNESS (W)

Menentukan faktor- faktor kekuatan internal

OPPURTUNITIES (O)

Menentukan faktor- faktor kekuatan internal

STRATEGI SO Strategi yang meng-gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO Strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang THREATS (T) Menentukan faktor- faktor kekuatan internal

STRATEGI ST Strategi yang meng-gunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT Strategi meminimalkan kelemahan untuk

3.6 Batasan Penelitian

Batasan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini antara lain : 1) Wilayah penelitian adalah di Perairan Karangantu, Teluk Banten;

2) Alat tangkap yang menjadi kajian penelitian adalah jaring insang hanyut yang terdapat di PPN Karangantu, Banten;

3) Aspek yang menjadi bahan kajian meliputi aspek teknik, aspek finansial, sensitivitas, aspek pemasaran, aspek sosial dan strategi pengembangan; 4) Aspek teknik meliputi deskripsi unit penangkapan jaring insang hanyut,

metode pengoperasian, pendugaan produktivitas alat tangkap dan sebagainya;

5) Analisis finansial meliputi analisis usaha dan analisis kriteria investasi; 6) Analisis usaha merupakan analisis yang dilakukan berkaitan dengan analisis

pendapatan usaha, revenue-cost ratio, payback period, dan return on investment;

7) Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang digunakan untuk operasi penangkapan ikan dengan jaring insang hanyut selama satu tahun;

8) Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi atau hasil tangkapan unit penangkapan jaring insang hanyut dengan harga hasil tangkapan per kilogram;

9) Biaya total adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel;

10) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah pengeluarannya tidak bergantung pada volume produksi. Biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan dan biaya perawatan unit penangkapan jaring insang hanyut;

11) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah pengeluarannya bergantung kepada volume produksi. Biaya variabel terdiri atas biaya bahan bakar solar, oli, perbekalan, SIUP dan upah ABK;

12) Revenue-cost ratio adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu tahun;

13) Payback period adalah waktu yang dibutuhkan untuk menutup kembali investasi yang dinyatakan dalam satu tahun;

14) Return on investment adalah besarnya keuntungan yang diperoleh dari hasil perbandingan dengan investasi yang ditanamkan yang dinyatakan dalam presentase (%);

15) Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada tahap persiapan produksi yang dinyatakan dalam satuan rupiah;

16) Analisis finansial yang dilakukan meliputi NPV, Net B/C dan IRR;

17) Net present value adalah proyeksi penerimaan laba bersih yang akan diterima untuk usaha yang akan dilakukan di masa yang akan datang jika dinilai pada saat sekarang pada tingkat suku bunga tertentu, dinyatakan dengan NPV = 0;

18) Net Benefit/Cost adalah perbandingan dari jumlah kini (total present value) dari keuntungan bersih (net benefit) bernilai positif dengan keuntungan bersih (net benefit) bernilai negatif dinyatakan Net B/C > 1;

19) Internal rate of return adalah tingkat suku bunga dari unit usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV sama dengan nol, dinyatakan IRR > tingkat suku bunganya;

20) Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan pada dasar-dasar perhitungan biaya terhadap usaha; 21) Aspek pemasaran meliputi deskripsi pola distribusi dan margin pemasaran

hasil tangkapan;

22) Aspek sosial meliputi kehidupan sosial nelayan;

23) Strategi pengembangan adalah rencana pengembangan secara bertahap dan teratur dari kondisi riil saat ini ke sasaran yang diinginkan.

24) Faktor internal adalah kekuatan keunggulan yang dimiliki oleh unit usaha penangkapan jaring insang hanyut serta kelemahan yang merupakan keterbatasan atau kekurangan unit usaha penangkapan jaring insang hanyut yang mempengaruhi kinerja;

25) Faktor eksternal adalah peluang kesempatan yang dimiliki unit usaha penangkapan jaring insang hanyut untuk dimanfaatkan dan ancaman yang merupakan hambatan yang berasal dari luar unit usaha penangkapan jaring insang hanyut;

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang

4.1.1 Letak geografis

Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis

terletak antara 5º99’-6º22’ LS dan 106º07’-106º25’ BT. Jarak terpanjang menurut

garis lurus dari utara ke selatan adalah sekitar 21,7 km dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur adalah sekitar 20 km. Batas-batas wilayah Kota Serang adalah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa;

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tangerang;

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Cilegon dan Selat Sunda;

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang.

Kota Serang terbagi ke dalam enam kecamatan yaitu Kecamatan Curug, Walantaka, Cipocok Jaya, Serang, Taktakan dan Kasemen. Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu terletak di Kecamatan Kasemen dengan posisi geografis

06º02’ LS-106º09’ BT dan terdiri atas sepuluh desa serta memiliki luas wilayah mencapai 39 km². Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu memiliki batas-batas wilayah sebelah utara berbatas-batasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Desa Padak Gundul, sebelah barat berbatasan dengan Desa Margasayulu dan sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kasunyatan

4.1.2 Luas wilayah dan topografi

Luas wilayah Kota Serang secara administratif 173.409 ha terbagi menjadi 28 kecamatan dan 308 desa. Secara topografi wilayah Kota Serang berada dalam kisaran ketinggian antara 0-1,7778 m dpl dan pada umumnya tergolong topografi lahan dataran dan bergelombang. Ketinggian 0 m dpl membentang dari Kecamatan Taktakan, Tirtayasa, Cinangka di Pantai Barat Selat Sunda. Ketinggian 1,778 m dpl terdapat di Puncak Gunung Karang yang terletak di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pandeglang. Pada Umumnya wilayah Kota Serang berada pada Ketinggian kurang dari 500 m dpl dan beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi dan hari hujan umumnya dengan

ukuran tertinggi dalam sebulan 94 mm dan rata-rata hujan 14 hari hujan serta tersebar pada seluruh wilayah kecuali kecamatan Ciomas.

4.1.3 Penduduk

Jumlah Penduduk Kota Serang pada tahun 2009 adalah 497.910 jiwa terdiri atas 256.136 laki-laki dan 241.774 perempuan. Rasio jenis kelamin di Kota Serang sebesar 106 pada setiap 100 orang perempuan terdapat 106 orang laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Kota Serang selama periode (2000-2009) mencapai 1866,65 jiwa per kilometer persegi yang sebagian besar penduduknya mendiami perkotaan.

Jumlah penduduk pada Kecamatan Kasemen adalah 76.241 jiwa, terdiri atas 39.697 laki-laki dan 36.544 perempuan dengan sex ratio sebesar 109, artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 109 orang laki-laki pada akhir Desember 2009. Penduduk di Kecamatan Kasemen sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, nelayan dan sebagainya. Jumlah penduduk dan jenis kelamin (Tabel 4).

Tabel 4 Jumlah penduduk berdasarkan kepadatan penduduk, jenis kelamin dan rasio jenis kelamin per kecamatan di Kota Serang pada tahun 2009

No Kepadatan penduduk (Jiwa/km²) Penduduk (Jiwa) Sex Ratio Kecamatan

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Curug 828,53 21.294 19.801 41.095 107,54 2 Walantaka 1335,58 32.933 31.816 64.749 103,51 3 Cipocok Jaya 2165,44 35.136 33.162 68.298 105,95 4 Serang 6957,3 92.152 87.903 180.055 104,83 5 Taktakan 1409,19 34.924 32.548 67.472 107,3 6 Kasemen 1203,3 39.697 36.544 76.241 108,63 1886,65 256.136 241.774 497.910 105,94

4.2 Keadaan Umum PPN Karangantu 4.2.1 Volume dan nilai produksi

Volume produksi yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu sebesar 2.507 ton dengan nilai Rp 31.389.959.940,00 pada tahun 2010 mengalami peningkatan jika dibandingkan volume produksi sebesar 2.313 ton dengan nilai Rp 24.335.898.012,00 pada tahun 2009. Hal ini berarti mengalami peningkatan volume sebesar 8,39% dan kenaikan nilai produksi sebesar 28,99%. Rata-rata harga ikan mengalami kenaikan yaitu Rp 10.521/kg pada tahun 2009 menjadi Rp 12.521/kg pada tahun 2010. Perkembangan volume dan nilai produksi (Tabel 5 dan Gambar 3).

Tabel 5 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu Tahun 2006-2010

No Tahun Volume Produksi (ton) Nilai Produksi (Rp 1000,00)

1 2006 1.984 10.005.884 2 2007 2.219 13.505.133 3 2008 2.354 17.379.734 4 2009 2.313 24.335.898 5 2010 2.507 31.389.960 R (%) 6,14 33,17

Sumber : PPN Karangantu tahun 2011

Gambar 3 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu tahun 2006-2010

0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 2006 2007 2008 2009 2010 Jum la h Produksi (ton) Nilai (Rp Juta)

4.2.2 Masyarakat perikanan

Masyarakat perikanan yang melakukan usaha perikanan di lingkungan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu diantaranya nelayan, pemilik kapal, penjual ikan dan sebagainya. Adapun nelayan yang melakukan aktivitas dalam kurun waktu lima tahun terakhir (Tabel 6).

Tabel 6 Jumlah nelayan yang melakukan aktivitas di Pelabuhan Perikanan Karangantu tahun 2006-2010

No Tahun Jumlah Nelayan (Orang)

1 2006 973 2 2007 1.195 3 2008 1.505 4 2009 1.614 5 2010 1.822 Kenaikan Rata-rata (%) 17,22

Sumber : PPN Karangantu tahun 2011

Jumlah nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu mengalami kenaikan pada tahun 2006 hingga 2010. Secara umum rata-rata kenaikan jumlah nelayan 17,22% dari tahun 2006 hingga 2010. Jumlah nelayan yang memanfaatkan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu sebanyak 1.822 orang pada tahun 2010.

4.2.3 Armada penangkapan ikan

Jumlah kapal yang masuk dan berlabuh di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu mengalami peningkatan yaitu sebanyak 24.633 kali pada tahun 2010 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak 23.289 kali atau naik 5,77%. Kenaikan frekuensi kedatangan kapal ini diduga dampak dari terpusatnya pendaratan ikan di Pelabuhan Perikanan. Adapun kapal yang berkunjung ke Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu tidak seluruhnya berasal dari Karangantu tetapi juga berasal dari daerah lain antara lain : Lampung, Labuan, Cilincing, Indramayu serta daerah lainnya. Kapal-kapal yang masuk tersebut terdiri atas kapal-kapal perikanan dan non perikanan. Kapal-kapal non perikanan umumnya hanya melakukan kegiatan perbaikan/docking kapal dan pengisian perbekalan. Frekuensi kedatangan kapal yang mendarat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu (Tabel 7).

Tabel 7 Frekuensi kedatangan kapal yang mendarat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu tahun 2006-2010

Kategori kapal 2006 2007 2008 2009 2010

Kapal tanpa motor

Jumlah/Total

Kapal motor tempel

Jumlah/Total 10.973 11.730 12.071 12.898 13.580 Kapal motor < 5 GT 4.483 5.127 5.835 6.664 7.036 5-10 GT 1.671 2.013 2.612 3.626 3.949 10-20 GT 96 25 20-30 GT 4 30 30-50 GT 1 9 50-100 GT 378 385 305 4 Jumlah/Total 6.532 7.525 8.752 10.391 11.053

Sumber : PPN Karangantu tahun 2011

4.2.4 Alat penangkapan ikan

Penggunaan suatu jenis alat tangkap sangat berpengaruh terhadap jenis ikan hasil tangkapan. Hal ini sangat berkaitan dengan tingkah laku ikan. Alat tangkap

Dokumen terkait