• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan Gillnet

antara X dan Y biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X , dengan demikian kaidah-kaidah pada garis

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.15 Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan Gillnet

Analisis kebijakan pengembangan dilakukan untuk menentukan alternatif kebijakan pengembangan yang sesuai untuk pengembangan perikanan gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten.

Strategi pengembangan didasarkan pada pertimbangan faktor- faktor yang terkait dalam kegiatan perikanan tangkap. Beradasarkan analisis terhadap faktor yang

telah dilakukan sebelumnya terlihat bahwa dari masing- masing faktor terdapat potensi untuk dikembangkan dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.

Untuk penentuan kebijakan pengembangan digunakan metode SWOT, sedangkan penentuan prioritas pengembangannya dengan metode analytical hierarchy process (AHP). Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode SWOT adalah evaluasi IFE dan EFE, daigram matriks SWOT dan penga mbilan keputusan. Langkah- langkah yang dilakukan dalam analisis AHP adalah penyusunan hirarki, penentuan prioritas dan konsistensi logis secara perbandingan berpasangan.

Gambar 15. Diagram alir pengembangan perikanan gillnet di Perairan Karangantu.

Sumberdaya Perikanan Gillnet

Analisis Produktivitas Analisis Ekonomi Analisis Penanganan dan Pengolahan Analisis Pemasaran Analisis Kebijakan dan Kelembagaan Lokal, luar & Ekspor Ikan Segar& Asin Finansial Pendapat an dan Biaya BEP Kebijakan dan Kelembagaan Produktivitas Gillnet

Pembangkitan Strategi Pengembangan Perikanan Gillnet dengan metode SWOT

Prioritas Strategi Pengembangan Perikanan Gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang – Provinsi

Banten

Analisis dengan Metode AHP Analisis dengan Metode SWOT

Sebagai faktor yang menjadi kriteria pertimbangan untuk penentuan alternatif adalah aspek-aspek yang telah dianalisis sebelumnya yaitu mencakup aspek produktivitas sehubungan dengan potensi sdp dan tingkat pemanfaatannya, ekonomi, mutu dan pemasaran. Penentuan kriteria (pembangkitan strategi) ini berdasarkan pustaka Kesteven (1973), bahwa pengembangan usaha perikanan haruslah ditinjau serta bio-technico-socio-economic-approach.

Pembangkitan strategi pengembangan perikanan gillnet di Perairan Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten dengan menggunakan metode SWOT (terlihat pada Lampiran 9) dengan evaluasi IFE dan EFE dihasilkan posisi perikanan gillnet masuk ke posisi kuadran I (situasi sangat menguntungkan) yaitu perikanan gillnet memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada, dengan nilai skor (4,06 ; 1,35) dengan strategi yang diterapkan adalah mendukung kebijakan pengembangan yang agresif. Dengan matriks SWOT (dengan strategi SO, WO, ST dan WT) dihasilkan empat strategi pengembangan perikanan gillnet yaitu :

A. Peningkatan keterampilan nelayan gillnet, permodalan dan pemasaran

B. Pembatasan dan pengendalian jumlah alat tangkap yang digunakan serta upaya penangkapannya (effort)

C. Pengaturan daerah penangkapan ikan (DPI) sesuai dengan alat tangkap yang digunakan dan peningkatan faktor keamanan

D. Mengganti kapal dan alat tangkap gillnet dengan kemampuan lebih baik dan besar serta pengadaan data statistik yang akurat dan valid.

Dalam Lampiran 10, pelaku sistem dimasukkan dalam pertimbangan karena pelaku merupakan orang yang berperan penting dalam pengembangan perikanan tangkap di suatu wilayah. Berdasarkan lampiran 11 dengan menggunakan metode AHP dapat dilihat bahwa pelaku yang sangat berpengaruh dalam perikanan tangkap di PPP Karangantu, Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dengan nilai sebesar 0,49, dinas perikanan dengan nilai sebesar 0,23, pengolah ikan dengan nilai 0, 13, pedagang dengan nilai 0,10 dan nelayan dengan nilai 0,05 menempati urutan berikutnya.

Kriteria yang berperan penting dalam pengembangan perikanan gillnet adalah aspek ekonomi dengan nilai sebesar 0,45. Diharapkan pengembangan dari aspek ekonomi dapat memacu pengembangan perikanan gillnet secara keseluruhan. Aspek pemasaran dengan nilai sebesar 0,20, mutu dengan nilai sebesar 0,19, teknik dengan nilai 0,11 dan pemasaran dengan nilai 0,05.

Bila ditinjau dari aspek ekonomi, maka dapat diketahui bahwa keuntungan dengan nilai 0,22 mendominasi diantara subkriteria lainnya. Diikuti dengan pendapatan nelayan sebesar 0,10, pendapatan daerah sebesar 0,09, biaya operasional sebesar 0,05 dan biaya investasi sebesar 0,03. Berarti titik fokus pengembangan dari aspek ekonomi adalah dengan memperhatikan lebih lanjut keuntungan dari usaha perikanan.

Ditinjau dari aspek pemasaran diketahui bahwa pemasaran lokal menempati urutan pertama dengan nilai 0,06, diikuti dengan pemasaran luar daerah sebesar 0,02. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Karangantu kebanyakan dipasarkan untuk kebutuhan di daerah sekitar PPP, walaupun ada yang dipasarkan ke beberapa daerah di luar Karangantu seperti Serang, Cilegon, Tangerang, Bogor dan Jakarta.

Dari aspek penanganan dan pengolahan (mutu) diketahui bahwa ikan segar menempati prioritas utama dengan nilai 0,17 dan ikan olahan menempati urutan berikutnya dengan nilai 0,03. Dari sini dapat diketahui bahwa hasil tangkapan yang di daratkan di PPP Karangantu sebagian besar dipasarkan dalam bentuk segar. Dari aspek teknik diketahui bahwa stok sumberdaya ikan menempati urutan pertama dengan nilai serbesar 0,10 dan diikuti jumlah ikan dengan nilai sebesar 0,03.

Pada Lampiran 11 dan 12 terlihat bahwa keempat alternatif kebijakan diatas memiliki nilai yang beragam yaitu alternatif kebijakan pembatasan jumlah alat tangkap dan upaya penangkapannya (effort) menghasilkan nilai 0,42 dan nilai 0,40 untuk pengendalian dan pengaturan dan pengawasan daerah penangkapan ikan (DPI) yang sesuai dengan alat tangkap yang digunakan dan peningkatan faktor keamanan. Adapun peningkatan keterampilan nelayan, permodalan dan sistem pemasaran memiliki nilai 0,11 sedangkan strategi pengembangan mengganti kapal dan alat tangkap gillnet serta pengadaan data statistik yang akurat dan valid menduduki peringkat terakhir dengan nilai 0,07.

Pemenuhan kebutuhan nelayan secara tidak langsung berdampak kepada pemenuhan kebutuhan pelaku lainnya, misalnya peningkatan penguasaan teknologi penangkapan ikan diharapkan mampu meningkatkan produksi. Dengan meningkatnya produksi maka bakul akan memperoleh ikan begitu pula halnya dengan konsumen yang akan terpenuhi kebutuhannya yaitu tersediannya produk yang kontinyu. Bagi dinas perikanan dengan meningkatnya produksi yang dihasilkan oleh nelayan juga akan memenuhi kebutuhannya yaitu produksi ikan dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Hasil analisis potensi sdp dan tingkat pemanfaatannya, menunjukkan hubungan antara jumlah produksi hasil tangkapan dengan upaya penangkapan (produktivitas/CPUE) di Perairan Karangantu mengalami penurunan. Penurunan produktivitas alat tangkap di Perairan Karangantu disebabkan selama ini nelayan hanya mengoperasikan alat tangkap gillnet pada jarak sekitar 2-4 mil dari pantai dan melakukan upaya penangkapan yang besar (diatas upaya penangkapan optimumnya).

Unit penangkapan gillnet yang ada di Perairan Karangantu dalam penggunaannya tergolong dalam unit penangkapan yang hemat biaya dan energi. Pasokan bahan bakar untuk keperluan mengoperasikan alat tangkap dapat dipenuhi dari SPDN Mina Bahari di sekitar PPP Karangantu.

Fluktuasi produksi di PPP Karangantu sangat dipengaruhi oleh musim, karena nelayan melakukan kegiatan penangkapan ikan tergantung pada cuaca dan musim. Bila cuaca dan musim tidak memungkinkan untuk melaut maka nelayan lebuh memilih untuk tidak melaut, karena pada musim dingin dan angin barat ombak dan gelombang laut cukup besar sehingga akan menyulitkan nelayan itu sendiri. Produksi yang dihasilkan nelayan di PPP Karangantu tergolong cukup tinggi karena masih dalam skala yang kecil.

Nelayan sekitar di Perairan Pantai Karangantu yang memilki modal sendiri dapat melakukan investasi untuk memiliki kapal, mesin dan alat tangkap sendiri. Sedangkan bagi nelayan yang kurang mampu dapat meminjam modal dari KUD atau pihak lain.

Kontribusi PPP dan TPI Karangantu terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Serang tidak begitu besar. Upaya pengembangan perikanan tangkap di

Perairan Karangantu diharapkan mampu meningkatkan atau memperbesar kontribusi PPP dan TPI Karangantu terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Serang.

Penanganan hasil tangkapan yang dilakukan baik diatas kapal maupun pada saat pelelangan ikan di TPI merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan, mengingat penanganan yang dilakukan belum benar. Penanganan yang baik dan benar akan mempengaruhi mutu hasil tangkapan. Selama ini nelayan di PPP Karangantu masih sangat kurang memperhatikan penanganan yang dilakukan terhadap hasil tangkapan.

Pengolahan ikan di PPP Karangantu salah satu usaha ekonomi yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengola han ikan yang ada di PPP Karangantu mengolah ikan yang tidak laku dijual pada saat musim banyak ikan dan yang kualitasnya kurang baik, ikan diolah menjadi ikan asin. Pengolahan ikan yang ada di PPP Karangantu merupakan usaha sampingan untuk menghindarkan rusaknya mutu hasil tangkapan.

Pengolahan ikan di PPP Karangantu menghadapi berbagai permasalahan diantaranya adalah kontinuitas ketersediaan bahan baku industri, pengetahuan para pengolah tradisional masih relatif rendah baik pengetahuan dalam pengembanga n usaha, sanitasi, higienis dan keterbatasan permodalan terutama dalam upaya peningkatan skala usaha.

Pemasaran merupakan faktor yang penting dalam bidang perikanan karena sifat dari hasil perikanan yang mudah rusak, sehingga proses pemasaran harus dilakukan secara cepat dan cermat agar mutu ikan tetap baik. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Karangantu sebagian besar dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan lokal. Walaupun ada juga yang dipasarkan ke luar daerah dan ke luar negeri (ekspor). Pemasaran lokal tentunya sangat baik dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat setempat akan ikan karena hasil tangkapan akan cepat sampai ke tangan konsumen. Pemasaran ke luar daerah dan ekspor juga memberikan keuntungan yang cukup besar baik bagi nelayan maupun bagi pendapatan daerah setempat. Bagi nelayan pemasaran ke luar daerah dan ekspor menguntungkan karena pedagang pengumpul akan membeli ikan dalam jumlah yag besar untuk dibawa atau dikirimkan ke luar daerah seperti Bogor dan Jakarta.

Berdasarkan analisis dengan menggunakan analisis AHP (Lampiran 10-12) diketahui bahwa kegiatan pengembangan perikanan gillnet di Perairan Pantai Karangantu dimulai dari Pemerintah Daerah Kabupaten Serang sebagai penentu utama dalam pengambilan keputusan atau penentu strategi kebijakan pengembangan. Alternatif pengendalian dan pembatasan jumlah alat tangkap serta upaya penangkapannya (effort) merupakan prioritas yang cukup penting dalam strategi pengembangan perikanan gillnet di Perairan Pantai Karangantu yang perlu ditindaklanjuti. Alternatif kebijakan tersebut harus dibarengi dengan memperhatikan kriteria potensi sumberdaya perikanan (sdp), tingkat pemanfataan dan upaya penangkapanan yang optimum.

Pengaturan daerah penangkapan ikan (dpi) dan peningkatan faktor keamanan perlu dilakukan segera, terutama faktor kemanan di perairan saat ini sudah sangat mengkhawatirkan.

Peningkatan keterampilan nelayan, terutama penentuan daerah penangkapan ikan sangat penting dilakukan, sehingga nelayan tidak lagi berburu ikan tapi memngambil ikan. Adapun faktor permodalan dan sistem pemasaran perlu ditindaklanjuti, sehingga kriditur liar (rentenir) dan langgan tidak seenaknya mempermainkan harga ikan, salah satu cara adalah dengan pengaktifan sistem lelang di TPI.

Modernisasi dapat dilakukan dengan cara memperbaiki ukuran kapal yang dimiliki, alat tangkap gillnet, dan juga dapat memperbesar kekuatan mesin kapal. Tujuan dari dilakukannya modernisasi adalah agar nantinya nelayan dapat keluar dari daerah operasi penangkapan yang selama ini mereka la kukan menuju ke daerah operasi yang lebih jauh. Alternatif kebijakan modernisasi diharapkan dapat meningkatkan produktivitas gillnet di Perairan Pantai Karangantu yang menunjukkan penurunan. Dengan adanya alternatif kebijakan modernisasi juga diharapkan mampu mendatangkan investor- investor untuk menanamkan modalnya di sekitar Perairan Pantai Karangantu guna mendukung upaya pengembangan perikanan gillnet di wilayah tersebut.

Dokumen terkait