• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN PUSAT INFORMASI DALAM MENJALANKAN FUNGSI PIALANG INFORMASI STUDI KASUS PADA PUSAT INFORMASI KOMPAS DAN PUSAT DATA REPUBLIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEGIATAN PUSAT INFORMASI DALAM MENJALANKAN FUNGSI PIALANG INFORMASI STUDI KASUS PADA PUSAT INFORMASI KOMPAS DAN PUSAT DATA REPUBLIKA"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS PADA PUSAT INFORMASI KOMPAS DAN PUSAT DATA REPUBLIKA

Skripsi

diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai Gelar Sarjana Humaniora

oleh

QORYLLAH FITRI PERTIWI

NPM 0704130377

Program Studi Ilmu Perpustakaan

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

Depok, 25 Juli 2008 Penulis

QORYLLAH FITRI PERTIWI

(3)

KATA PENGATAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kegiatan Pusat Informasi dalam Menjalankan Fungsi Sebagai Pialang Informasi : studi kasus pada Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Humaniora Program Studi Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Keluarga Penulis, khususnya orang tua tercinta yang telah banyak memberi dukungan baik moril maupun materi. Terima kasih Bapak Ibu, atas semua doa-doanya. Adikku tersayang, Wira, yang selalu diganggu tidurnya buat bantu cetak skripsi, semangat ya buat kuliahnya.

2. Ibu Indira Irawati S.,M.A selaku pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang dengan sabar mengarahkan pemikiran penulis memfokuskan konsep dalam penelitian ini

3. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan FIB UI. Terimakasih atas ilmu yang telah diberikan selama ini.

4. Lumba-lumba ku yang selalu memberikan dukungan dan semangat, terima kasih untuk perhatian dan pengertiannya, alhamdulillah akhirnya selesai juga.

(4)

5. Teman-teman angkatan 2004 seperjuangan dina, wani, lala, rindy, pyu, mutri ceri, desu, nanda, vini, eka, defi, indah, puji, ashry, cintia, indira, deasy, sari, prabu, arif, arya, fauzi, ari, aji, muje, subhan.

6. Teman-teman keluarga besar Senat Mahasiswa FIB UI 2007-2008, HMPII DPD 1, Wisma Chu-Cho, terima kasih sudah memberikan pengalaman yang luar biasa.

7. Sahabat dan kerabat yang tak henti-hentinya menanyakan ‘kabar skripsi’ 8. Keluarga besar Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika yang telah

memberikan kesempatan bagi penulis, terutama Ibu Shinta (Manajer PIK) dan Bapak Gunadi (Kepala Divisi Pusat Data Republika) dan Bapak Ali (Kord. Bagian Pelayanan Pusat Data Republika) yang bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi informan dalam penelitian ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT. berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bekasi, 25 Juli 2008 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

ABSTRAK viii BAB I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 1. 2 Permasalahan 7 1. 3 Tujuan Penelitian 8 1. 4 Manfaat Penelitian 8 1. 5 Metode Penelitian 9 1. 6 Definisi Istilah 11

BAB II. TINJAUAN LITERATUR

2. 1 Definisi Pusat Informasi 13

2. 2 Tujuan Pendirian Pusat Informasi 15

2. 3 Fungsi dan Kegiatan Pusat Informasi 15

2. 4 Sejarah Pialang Informasi 18

2. 5 Definisi dan Kegiatan Pialang Informasi 19

2. 6 Pialang Informasi dan Nilai Informasi 22

2. 7 Produk / Jasa Informasi 23

2. 8 Jenis Produk / Jasa Informasi 26

2. 9 Harga dan Biaya Informasi beserta Strategi Penerapannya 27 2. 10 Tempat Layanan dan Saluran Distribusi Produk / Jasa Informasi 31

2. 11 Metode Promosi Produk / Jasa 34

(6)

BAB III. METODE PENELITIAN

3. 1 Jenis Penelitian 40

3. 2 Subjek dan Objek Penelitian 41

3. 3 Populasi dan Sampel Penelitian 42

3. 4 Prosedur Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 43

3. 5 Pengolahan dan Analisis Data 48

BAB IV. PROFIL TEMPAT PENELITIAN 4. 1 Profil Pusat Informasi Kompas (PIK)

4. 1. 1 Gambaran Umum 52

4. 1. 2 Struktur Organisasi 54

4. 1. 3 Koleksi 55

4. 1. 4 Sumber daya manusia Pusat Informasi Kompas 56

4. 1. 5 Pengguna 56

4. 1. 6 Lokasi dan Jam Buka 57

4. 2. Profil Pusat Data Republika

4. 2. 1 Gambaran Umum Pusat Data 58

4. 2. 2 Struktur Organisasi Pusat Data 60

4. 2. 3 Koleksi Pusat Data 61

4. 2. 4 Sumber daya manusia Pusat Data 63

4. 2. 5 Pengguna 64

4. 2. 6 Lokasi dan Jam Buka 64

BAB V. PEMBAHASAN

5. 1 Pemahaman Istilah Pemialangan Informasi berserta

Penerapannya di Kegiatan Pusat Informasi 65

5. 2 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Pemialangan Informasi

(7)

5.2.1 Prosedur Kegiatan Pemialangan Informasi

di Pusat Informasi Kompas 69

5. 2.2 Prosedur Kegiatan Pemialangan Informasi

di Pusat Data Republika 78

5.3 Produk Informasi 89

5. 4 Penetapan Tarif Produk Informasi 91

5. 5 Hambatan dalam Pelaksanaan Kegiatan Pemialangan Informasi 97

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN

6. 1 Simpulan 99

6. 2 Saran 102

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Koleksi Tercetak dan Database Pusat Data Republika 61

Tabel 2. Keterangan Label Buku 62

Tabel 3. Komposisi Staf Pelaksana Pusat Data Republika 64

Tabel 4. Produk Pusat Informasi Jurnalistik 90

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara

Lampiran 2. Verbatim Wawancara Pusat Informasi Kompas Lampiran 3. Verbatim Wawancara Pusat Data Republika

Lampiran Pusat Informasi Kompas

Lampiran 4. Informasi dan Tatacara Penggunaan PIKNet Lampiran 5. Alur Kerja Pengolahan Foto

Lampiran 6. Alur Kerja Pengolahan Kliping Elektronik Lampiran 7. Struktur Organisasi Pusat Informasi Kompas

Lampiran Pusat Data Republika

Lampiran 8. Penelusuran System Online melalui Web Base Pusat Data Lampiran 9. Proses Upload melalui Software WS_FTP95LEserver2000 Lampiran 10. Proses Upload melalui Pangkalan Data Admin

Lampiran 11. Proses Pengeditan Terakhir untuk Tampilan di Pangkalan Data Online Lampiran 12. Daftar Tokoh

Lampiran 13. Daftar Direktori Lampiran 14. Daftar E-Kliping

Lampiran 15. Flowchart Penelusuran Informasi Lampiran 16. Flowchart Pengolahan Artikel

(10)

ABSTRAK

QORYLLAH FITRI PERTIWI. Kegiatan Pusat Informasi dalam Menjalankan Fungsi Pialang Informasi : studi kasus pada Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika (Di bawah bimbingan Indira Irawati. MA.) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008.

Pusat informasi melakukan fungsi-fungsi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, temu kembali dan penyebaran baik dokumen maupun informasi (Weisman, 1972:6). Untuk pengguna ekternal, proses penyebaran informasi dapat dilakukan secara komersial. Fungsi pialang informasi adalah salah satu fungsi yang dijalankan oleh pusat informasi sebagai implementasi dari fungsi penyebaran informasi. Kegiatan pusat informasi dalam menjalankan fungsi pialang informasi dengan cara menyediakan informasi, mengelola dan mengemas sedemikian rupa untuk kemudian disebarluaskan dengan menerapkan tarif tertentu atas jasa atau informasi yang diberikannya. Fungsi pialang informasi ini berkembang di pusat informasi bidang jurnalistik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kegiatan pusat informasi bidang jurnalistik dalam menjalankan fungsi pusat informasi dilihat dari prosedur kegiatannya, produk/jasa informasi yang dihasilkan, penetapan harga sebagai imbalan jasa dan hambatan yang ditemui pada pelaksanaanya.

Penelitian ini bertempat di Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika. Informan penelitian ini berjumlah tiga orang yang dipilih berdasarkan kriteria mengetahui seluruh rangkaian kegiatan pemialangan informasi, terlibat dalam kegiatan pengadaan produk informasi, terlibat dalam kegiatan pengolahan produk informasi, pelayanan produk informasi, bersedia menjadi informan penelitian. Selanjutnya guna memperoleh data yang diperlukan tiga orang informan tersebut diwawancarai.

Hasil wawancara dikelompokkan berdasarkan pertanyaan yang diajukan serta dianalisis untuk melihat kecenderungan sikap sebagian besar informan terhadap pertanyaan yang diajukan. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika melakukan beberapa kegiatan-kegiatan (pengadaan, pengolahan, pelayanan) sebagai implementasi fungsi pialang informasi yang dijalankannya. Fungsi pialang informasi yang dijalankan menghasilkan beberapa produk/jasa informasi, dimana pada produk informasi ini ditetapkan tarif dalam proses penggunaanya. Selain itu, pusat informasi mengalami hambatan dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi dikarenakan ketergantungan pelaksanaan pialang informasi pada teknologi informasi.

Kata Kunci (Keyword): pialang informasi (information broker), pemialangan informasi (information brokering), pusat informasi (information center).

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpustakaan berkembang pesat dari waktu ke waktu serta disesuaikan dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi. Perkembangan tersebut juga membawa dampak kepada pengelompokkan perpustakaan berdasarkan pola-pola kehidupan, kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi tersebut. Istilah-istilah perpustakaan berkembang menjadi sangat luas namun cenderung mempunyai sebuah spesifikasi tertentu. Apabila dilihat dari perkembangan teknologi informasi, perpustakaan berkembang dari perpustakaan tradisional, semi-tradisional, elektronik, digital hingga perpustakaan virtual. Selain itu, perkembangan perpustakaan juga dapat dilihat dari perkembangan kebutuhan dan pengetahuan sehingga menyebabkan banyak bermunculan istilah seperti perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan anak-anak, perpustakaan sekolah, perpustakaan akademik (perguruan tinggi), perpustakaan perusahaan, dan lain sebagainya (Sulistyo-Basuki, 1991:65).

Namun berdasarkan sifat dan golongan besarnya, perpustakaan secara umum terbagi dalam sebuah bentuk perpustakaan khusus dan perpustakaan umum. Kemudian dari kedua perpustakaan tersebut berkembang istilah lain yang

(12)

disesuaikan dengan cara pengelolaan, pengguna, tujuan, teknologi yang digunakan, pengetahuan yang dikemas, serta tujuan perpustakaan didirikan.

Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang didirikan untuk mendukung visi dan misi lembaga-lembaga khusus dan berfungsi sebagai pusat informasi khusus terutama berhubungan dengan penelitian dan pengembangan. Biasanya perpustakaan ini berada di bawah badan, institusi, lembaga atau organisasi bisnis, industri, ilmiah, pemerintah, dan pendidikan misal perguruan tinggi, perusahaan, departemen, asosiasi profesi, instansi pemerintah dan lain sebagainya. Perpustakaan khusus biasanya juga mempunyai karakteristik khusus apabila dilihat dari fungsi, subyek yang ditangani, koleksi yang dikelola, pemakai yang dilayani, dan kedudukannya. Sehingga dari hal tersebut nantinya akan terlihat dengan jelas perbedaannya dengan perpustakaan-perpustakaan pada umumnya.

Salah satu jenis perpustakaan khusus adalah pusat informasi. Pusat informasi adalah salah satu lembaga informasi yang didirikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dari masyarakat yang meminta pelayanan aktif melalui permintaan langsung atas informasi. Pusat informasi biasanya didirikan oleh suatu organisasi dengan tujuan untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga induknya. Pusat informasi melakukan fungsi-fungsi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, temu kembali dan penyebaran baik dokumen maupun informasi (Weisman, 1972:6).

Dalam menjalankan fungsinya sebagai unit informasi yang menyebarkan informasi yang dimiliki oleh lembaga induknya, terdapat dua sasaran pengguna

(13)

yang pada umumnya dapat mengakses proses transfer informasi tersebut, yaitu staf lembaga itu sendiri dan masyarakat sekitar lembaga yang bersangkutan. Proses transfer informasi ini dapat dilakukan dengan cara profit maupun non-profit. Sebuah organisasi yang mempunyai unit pusat informasi dengan tujuan untuk menunjang kegiatan organisasinya terutama dalam hal pengambilan keputusan atau kebijakan, maka transfer informasi yang dilakukan adalah dengan cara non-profit, informasi disebarkan secara cuma-cuma ke staf organisasi yang memerlukannya. Sedangkan untuk organisasi yang mempunyai unit informasi dengan tujuan sebagai jembatan antara informasi yang diproduksi oleh organisasi tersebut dan publikasi atau penyebarluasan informasi kepada masyarakat pengguna jasa organisasi yang bersangkutan, maka transfer informasi dapat dilakukan dengan cara komersial dan bersifat profit, informasi disebarkan dengan adanya imbalan. Transfer informasi yang bersifat komersial sangat erat kaitannya dengan kegiatan pemialangan informasi, dimana informasi yang disediakan oleh sebuah unit informasi dikelola dan dikemas sedemikian rupa untuk kemudian disebarluaskan dengan menerapkan tarif tertentu atas jasa atau informasi yang diberikannya.

Di Indonesia, istilah pemialangan informasi sangat jarang digunakan. Masyarakat informasi di Indonesia lebih mengenal istilah jual beli informasi daripada pemialangan informasi. Namun pada dasarnya, kegiatan ini merupakan dua hal yang serupa dan banyak dijalankan oleh lembaga informasi di Indonesia. Pelaksanaan kegiatan pemialangan informasi di Indonesia dijalankan sebagai suatu kegiatan transaksi bisnis, dimana sebagian besar dari unit informasi yang

(14)

menjalankan kegiatan ini lebih memilih fokus pada subjek-subjek informasi yang mereka kuasai. Dan unit-unit informasi ini ahli mengenai kandungan informasi yang mereka jual dan kepada siapa mereka harus menjual informasi tersebut. Unit-unit informasi ini bahkan lebih memilih mendapatkan sedikit pengguna (client) besar yang dapat memberikan jasa lebih besar terhadap informasi yang mereka sediakan daripada mendapatkan banyak pengguna (client) kecil.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh penulis terhadap para pelaku informasi yang tergabung dalam suatu komunitas keanggotaan surat elektronik (milist), di Jakarta terdapat beberapa pusat informasi dari beberapa organisasi atau institusi yang bergerak dalam berbagai bidang, telah melakukan kegiatan pemialangan informasi, seperti lembaga bidang ekonomi, lembaga bidang hukum, lembaga bidang jurnalistik, lembaga konsultan, dan lain-lain. Namun, setelah dilakukan observasi awalan oleh penulis secara langsung, pusat informasi yang berada di bawah suatu organisasi jurnalistik yang mempunyai pergerakan kegiatan yang dinamis. Terdapat empat pusat informasi bidang jurnalistik yang di Jakarta, yaitu Pusat Informasi Kompas, Pusat Data Republika, Pusat Data dan Analisa Bisnis Indonesia, dan Pusat Data dan Analisa Tempo.

Pusat Informasi Kompas adalah sebuah unit kerja yang dimiliki oleh PT. Kompas Gramedia yang bertugas untuk menyajikan kumpulan berita yang pernah dimuat di surat kabar Kompas sejak pertama kali terbit sehingga dapat diakses oleh penggunanya. Pusat Data Republika adalah salah satu unit kerja di Penerbitan Republika yang dikelola oleh PT. Abdi Bangsa, Tbk. yang bertugas untuk melayani masyarakat dalam mengakses semua berita yang pernah

(15)

diterbitkan secara tercetak di Surat Kabar Republika dalam bentuk tercetak maupun elektronik. Pusat Data dan Analisa Bisnis Indonesia adalah sebuah unit kerja yang dimiliki oleh Harian Bisnis Indonesia yang merupakan sumber informasi unik di bidang penyediaan data dan informasi berbasis digital. Pusat Data dan Analisa Tempo adalah sebuah unit kerja di Surat Kabar Tempo yang berfungsi sebagai penyedia informasi yang diperoleh dari seluruh berita yang penah diterbitkan di Surat Kabar Tempo sehingga dapat diakses oleh pengguna informasinya.

Keempat pusat informasi bidang jurnalistik tersebut hampir mempunyai karakteristik yang sama, baik dalam hal layanan, jasa yang ditawarkan, dan kegiatan lainnya. Salah satu kesamaan karakteristik tersebut adalah unit informasi tersebut melakukan dua fungsi transfer informasi sekaligus. Keempat pusat informasi tidak hanya melakukan transfer informasi di kalangan internal lembaga jurnalistik yang digunakan sebagai pedoman atau acuan kegiatan dan pengambilan kebijakan maupun keputusan di organisasi yang bersangkutan, tetapi juga kegiatan pemialangan informasi yang melakukan transfer informasi di kalangan pengguna jasa eksternal lembaga dengan menerapkan tarif tertentu atas jasa atau informasi yang dibutuhkannya. Adapun produk dari hasil kegiatan pemialangan informasi tersebut antara lain kumpulan kliping terbitan, kumpulan peraturan perundang-undangan, produk kemas ulang informasi dalam buku, almanak, dan lain-lain. Produk tersebut tersedia dalam berbagai bentuk, seperti bentuk tercetak, CD, gambar, dan lain-lain. Produk tersebut dapat diakses oleh pengguna pusat informasi yang bersangkutan.

(16)

Pada penelitian ini, peneliti mencoba mendeskripsikan kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan oleh dua pusat informasi, yaitu Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika. Alasan mengapa hanya dua pusat informasi yang diteliti oleh peneliti adalah karena masalah perizinan penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti bermaksud membuat deskripsi perbandingan kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika, yang diharapkan dapat menggambarkan proses kegiatan pemialangan informasi secara umum di pusat informasi bidang jurnalistik.

Karakteristik unik yang dimiliki oleh Pusat Informasi Kompas terletak pada produk informasi yang dihasilkannya. Kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan oleh Pusat Informasi Kompas lebih diutamakan pada produk informasi dalam bentuk elektronik (softcopy dokumen). Hal ini memungkinkan pengguna jasa pemialangan informasi dapat mengakses produk informasi secara langsung di unit kerja Pusat Informasi Kompas ataupun secara online, kapan saja dan dimana saja melalui websites http://pik.kompas.co.id. Pada Pusat Data Republika, kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan lebih utamakan pada produk informasi dalam bentuk cetak dan elektronik. Namun berbeda dengan Pusat Informasi Kompas, kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan oleh Pusat Data Republika baru dapat diakses oleh pengguna secara offline. Offline adalah pengguna harus datang secara langsung ke Pusat Data Republika agar dapat mengakses produk informasi yang disediakan. Saat ini, Pusat Data Republika pun sedang mulai mengembangkan sistem akses produk informasi secara online

(17)

melalui fasilitas jaringan internet. Namun saat ini, proses tersebut masih dalam tahap pengembangan. Berdasarkan adanya keunikan dari dua contoh pusat informasi diatas, dalam hal pelaksanaan kegiatan pemialangan informasi, maka penelitian ini membahas tema mengenai kegiatan pusat informasi dalam menjalankan fungsi pialang informasi : studi kasus pada Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika..

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai seluruh rangkaian proses kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan oleh dua contoh pusat informasi bidang jurnalistik, yaitu Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika. Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman istilah pemialangan informasi yang diterapkan dalam kegiatan Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika?

2. Bagaimana prosedur kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan oleh Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika?

3. Apakah produk informasi yang dihasilkan dari kegiatan pemialangan informasi di Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika?

4. Bagaimana cara penetapan imbalan dalam bentuk tarif yang diberlakukan oleh Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika terhadap produk informasi yang dihasilkannya?

(18)

5. Apakah hambatan-hambatan yang ditemui pusat informasi dalam menjalankan kegiatan pemialangan informasi?

1. 3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pemahaman istilah pemialangan informasi yang diterapkan dalam kegiatan Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika.

2. Mengetahui prosedur pelaksanaan kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan oleh Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika.

3. Mengetahui produk informasi yang dihasilkan dari kegiatan pemialangan informasi di Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika.

4. Mengetahui cara penetapan imbalan dalam bentuk tarif yang diberlakukan oleh Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika terhadap produk informasi yang dihasilkannya.

5. Mengetahui hambatan yang ditemui Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika dalam menjalankan kegiatan pemialangan informasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu teoritis dan praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan dapat tercapai melalui penelitian ini adalah dapat menambah khasanah keilmuan dan kegiatan di bidang ilmu perpustakaan dan informasi, khususnya mengenai penererapan dan pengembangan konsep pemialangan informasi (information brokering) sehingga

(19)

dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan pemikiran untuk penelitian yang selanjutnya.

Manfaat praktis yang diharapkan dapat tercapai melalui penelitian ini adalah dapat dijadikan bahan evaluasi bagi Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika dalam menjalankan kegiatan pemialangan informasi. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada lembaga induk, untuk perbaikan dukungan dan pengembangan unit kerja pusat informasi tersebut.

1.5 Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dimulai dengan adanya suatu masalah yang biasanya spesifik dan diteliti secara khusus sebagai suatu kasus yang akan diangkat ke permukaan tanpa adanya maksud untuk generalisasi. Penelitian mengenai kegiatan pusat informasi sebagai pialang informasi menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diminati.

Subjek penelitian ini adalah pusat informasi bidang jurnalistik, yaitu Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Harian Republika. Objek penelitian ini adalah kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan oleh dua pusat informasi tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya faktor-faktor tertentu yang memberikan ciri khas

(20)

pada tingkah laku sosial yang kompleks dari Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika, memahami relasi antara kegiatan pemialangan informasi salah satu pusat informasi dan pusat informasi lainnya (yang mencakup satu sektor tertentu dari sektor kehidupan), memahami latar belakang mereka, memahami relasi dan pengaruh dari faktor-faktor lain sehingga terwujud sebagai satu kesatuan. Melalui studi kasus, kita dapat menemukan varietas faktor-faktor yang terdapat dalam satu unit sosial, memandangnya sebagai satu kesatuan yang terintegrasi dari unit sosial sehingga dapat memahami keunikan dan pola tingkah laku dalam hal kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan oleh pusat informasi (Kartono, 1990: 254-255).

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang terkait dengan konsep-konsep pusat informasi dan pemialangan informasi (information brokering), observasi dan wawancara. Instrumen penelitian berupa panduan wawancara. Wawancara akan dilakukan kepada staf karyawan Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika. Pemilihan informan berdasarkan purposive sampling. Peneliti akan membuat kriteria informan berdasarkan kebutuhan penelitian.

Dalam melakukan analisis data kualitatif terdapat suatu proses dengan beberapa tahap yang dilakukan yaitu: reduksi data, analisis, interpretasi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Data yang terkumpul akan dituangkan dalam bentuk narasi deskriptif.

(21)

1.6 Definisi Istilah

1. Pemialangan informasi (information brokering) adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang/organisasi yang mahir menelusur informasi baik secara manual maupun secara online kemudian memberikan nilai tambah pada informasi tersebut serta mengemasnya sedemikian rupa sehingga dapat berguna untuk penggunanya, dan karena itu orang/organisasi tersebut menetapkan tarif tertentu atas jasa dan informasi yang diberikannya.

2. Pialang informasi adalah istilah umum yang digunakan untuk seorang individu atau organisasi/instansi yang menjual berbagai macam jasa dan produk informasi

3. Pusat informasi adalah lembaga, bagian dari suatu pusat bibliografi, lembaga penelitian, atau, pusat dokumentasi yang memberikan pelayanan informasi mengenai buku atau subjek yang menjadi tugas dan tanggung jawab lembaga itu; staf di lembaga ini beragam, yang antara lain terdiri atas peneliti, pustakawan, ahli bibliografi dan spesialis subjek; dapat meliputi kegiatan perpustakaan khusus yang diperluas dengan kegiatan seperti penulisan teknis, tugas-tugas dengan bantuan mesin dan penelusuran informasi untuk pemakai..

4. Pusat informasi bidang jurnalistik adalah suatu unit kerja pada sebuah organisasi atau institusi bidang jurnalistik atau persuratkabaran yang bertugas menyediakan, mengolah, dan menyebarluaskan informasi mengenai beberapa subyek tertentu yang pernah diterbitkan dalam

(22)

harian atau surat kabar yang bersangkutan untuk kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi organisasi atau institusi yang bersangkutan maupun pengguna luar organisasi.

(23)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Pada bab ini, penulis akan memaparkan dan menjelaskan tentang teori, konsep, dan sudi kasus yang ditemukan dalam literatur untuk menjelaskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Tinjauan literatur ini berfungsi sebagai landasan teori yang nantinya akan digunakan dalam proses analisa data.

2. 1 Definisi Pusat Informasi

Definisi yang tepat mengenai pusat informasi sulit untuk dirumuskan, karena konsepnya terus berubah. Menurut Painter, Katz (2002:8), pusat informasi adalah sebuah unit kerja atau bagian dari pusat bibliografi, badan penelitian, atau pusat dokumentasi, yang memberikan infomasi mengenai buku-buku atau informasi mengenai suatu subjek yang berkaitan dengan pusat tersebut. Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki (1991:65), pusat informasi adalah suatu pusat yang bertugas memberikan informasi yang diolah dari sumber lain mengenai suatu bidang khusus.

Weisman (1972:16) secara tidak langsung mendefinisikan apakah pusat informasi. Weisman mengutip pendapat Leonard Cohan dan Kenneth terlebih dahulu menyatakan latar belakang bermunculannya pusat-pusat informasi, khususnya pusat-pusat informasi ilmiah. Menurut pengamatan Cohan dan Kenneth, kegiatan-kegiatan riset dan pengembangan ilmiah yang makin

(24)

meningkat telah menimbulkan kebutuhan akan layanan informasi yang terintegrasi dengan baik yang merupakan gabungan dari kegiatan-kegiatan: perpustakaan, paten, penerjemahan, penulisan laporan, kearsipan, pembuatan abstrak, penelusuran literatur, editorial, komunikasi, dan publikasi. Dari beberapa kegiatan yang dikemukakan oleh Cohan dan Kennth tersebut, Weisman berpendapat bahwa gabungan dari sebagian dan/atau keseluruhan dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat disebut dengan pusat informasi.

Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pusat informasi merupakan suatu lembaga yang memberikan layanan informasi mengenai suatu bidang subjek yang khusus dan rinci. Pusat informasi juga merupakan sentralisasi atau gabungan dua, tiga atau lebih dari beberapa kegiatan seperti perpustakaan, paten, penerjemahan, penulisan laporan, kearsipan, pembuatan abstrak, penelusuran literatur, editorial, komunikasi dan publikasi.

Penjelasan mengenai definisi pusat informasi yang dibahas dalam penelitian ini sangat penting, mengingat perpustakaan, bank data, clearing house, dan badan-badan lain yang bergerak dalam bidang informasi bisa juga disebut sebagai pusat informasi didasarkan pada fungsi yang mereka lakukan sebagai pusat informasi. Misalnya, perpustakaan sebagai pusat informasi; pusat informasi yang dimaksud dalam kalimat mengandung makna sumber informasi. Sedangkan pusat informasi yang dibahas dalam penelitian ini adalah pusat informasi sebagai sebuah lembaga atau badan.

(25)

2. 2 Tujuan Pendirian Pusat Informasi

Painter (dalam Katz, 2002:10) berpendapat bahwa pusat informasi dibuat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dari masyarakat yang meminta pelayanan aktif melalui permintaan langsung atas data atau informasi. Valls (1978:131) berpendapat bahwa tujuan pusat informasi adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi para pemakainya mengenai suatu subjek khusus. Menurut Sulistyo-Basuki (1992:159) pusat informasi bertujuan memberikan informasi kepada pemakainya dengan mempersiapkan jawaban atas pertanyaan yang masuk dan juga dapat bertindak selaku konsultan yang bekerja untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan menurut Cathy A. Porter, dkk. (1997:2) tujuan pusat informasi adalah membantu didalam transfer informasi dan perkembangan pengetahuan.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pusat informasi dibentuk dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakainya dalam bidang subjek khusus dengan menyediakan data dan informasi yang terseleksi selain dapat bertindak pula selaku konsultan yang bekerja untuk memecahkan masalah.

2.3 Fungsi dan Kegiatan Pusat Informasi

Ada sejumlah fungsi ataupun kegiatan yang umumnya dapat dilakukan oleh badan pemberi informasi, dan menurut penulis fungsi-fungsi tersebut pada dasarnya dapat dilakukan pula oleh pusat informasi. Menurut Ellis Mount dan Renee Massoud (1990:23 - 28) fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut :

(26)

1. Membantu atau menolong diri sendiri (self-help) yaitu pemakai dapat menemukan jawaban untuk memecahkan masalah pada dirinya sendiri melalui koleksi yang disediakan.

2. Dukungan (support) untuk pekerja pada badan pemberi jasa informasi yang sederhana sampai yang kompleks.

3. Pelayanan referral (referral) misalnya mengantarkan atau mengarahkan pemakai ke badan atau agen yang dapat membantu lebih jauh.

4. Nasehat (advice) bagi kebutuhan perorangan atau individu.

5. Bantuan praktis (practical help) misalnya dengan penulisan surat, pengisian formulir, pembicaraan melalui telepon.

6. Pemberian informasi (information giving) mulai dari informasi yang sederhana sampai yang kompleks.

7. Pembelaan (advocacy) untuk masalah keadilan terhadap apa yang menjadi hak klien dalam pengadilan.

8. Pendidikan masyarakat (community education).

9. Kegiatan masyarakat (community action) bisa terjadi dari analisa permintaan yang diterima bila permintaan itu jelas misalnya tidak adanya jasa atau pelayanan tertentu di masyarakat.

10. Perpanjangan jasa informasi (outreach) yaitu pemberian informasi untuk umum yang lebih luas misalnya seperti melalui surat kabar, artikel majalah, radio, televise atau iklan.

(27)

Tidak semua fungsi atau kegiatan di atas cocok untuk badan pemberi informasi atau untuk masyarakat yang akan dilayani. Ada beberapa pendapat yang menyatakan secara khusus mengenai fungsi dan kegiatan pusat informasi. Janet L. Ahrensfeld, Elin B. Christianson, dan David E. King (1981:12) menyatakan bahwa pusat informasi berfungsi memuaskan permintaan informasi yang selalu muncul dalam sebuah organisasi. Cathy A. Porter, dkk. (1997:18) menyatakan bahwa kegiatan pusat informasi adalah mendapatkan dan menyimpan lebih banyak informasi untuk jangka waktu yang lama daripada yang akan digunakan oleh organisasi dan kadang-kadang pusat informasi juga menyebarkannya untuk lingkungan luar.

Menurut Sulistyo-Basuki (1992:159) pusat informasi biasanya menyelenggarakan perpustakaan, arsip dan pusat dokumentasi untuk memberikan informasi kepada pemakai ataupun menyediakan jawaban atas pertanyaan yang masuk. Pusat informasi juga bertindak selaku konsultan yang bekerja untuk memecahkan masalah. Beberapa unit pusat informasi ada yang mengolah kembali dokumen primer dan sekunder serta ikhtisar data untuk memperoleh data yang lebih baik yang dapat segera digunakan. Inti dari pusat informasi menurut Sulistyo-Basuki adalah unit informasi yang berpusat pada jasa referens dan eksploitasi informasi.

Menurut Ellis Mount dan Renee Massoud (1990:33) ada 3 fungsi yang dilakukan oleh pusat informasi yaitu:

(28)

2. Penyimpanan dan temu kembali informasi 3. Produksi

Fungsi produksi yang dimaksud di atas adalah hasil olahan dokumen, baik dokumen primer atau sekunder yang berupa :

1. Laporan evaluasi (evaluation reports) 2. Laporan analisis (analysis reports)

3. Monograf/tinjauan perkembangan (state of the art studies)

4. Produk-produk lain berupa : bibliografi, daftar tambahan pustaka, layanan sirkulasi, dan layanan pertanyaan (answer service).

2. 4 Sejarah Pialang Informasi

Information brokering atau pemialangan informasi dimana didalamnya terdapat produksi informasi sebagai komoditi telah ada sejak lama. Sebuah artikel dalam buku Information Broker and Reference Services (1998) menyebutkan bahwa jual-beli informasi atau pemialangan informasi dapat ditelusuri melalui apa yang dilakukan oleh Budapest Telephone Newspaper tahun 1923. Pada saat itu mereka menawarkan jasa informasi melalui telepon. Kemudian, pada tahun 1948, sebuah perusahaan di Paris bernama S’il Vous Plait (SVP) juga menawarkan jasa informasi melalui telepon. SVP menjawab pertanyaan dari para pengusaha dan pelanggan lainnya dengan bayaran per-bulan. Pada tahun 1969 perusahaan ini memberikan lisensi kepada sebuah perusahaan di Amerika Serikat yang bernama The Information Clearinghouse, Inc., untuk menggunakan konsep bisnisnya, karena itu jasa yang diberikan disebut FIND/SVP (Goldstein, 1986; dalam Voigt, 1998:26).

(29)

Pada bulan Januari 1947, Research Information Service, yang merupakan perusahaan pertama di Amerika yang menambah bisnis ini, didirikan oleh John Crear di Chicago. Ia memulainya dengan modal awal $ 60.000 dan tujuannya pada waktu itu adalah untuk membuka akses pada sumber-sumber di perpustakaan untuk bisnis dan industri setempat. Pada awal Research Information Service (RIS) tidak memungut bayaran atas jasa yang diberikan (free-service), namun setahun kemudian, yaitu 1948, mereka mulai menetapkan tarif (charging fees) untuk usaha mereka (Hogan, 1979; dalam Voigt, 1998).

Transaksi pertama kali antar lembaga perpustakaan dan lembaga jasa informasi fee-based terjadi pada tahun 1981, ketika sebuah perpustakaan daerah di Wheeling, Illinois membayar perusahaan Information on Demand sebesar $ 6.000 untuk memberikan jawaban terhadap 200 pertanyaan referensi (Newlin, 1982; dalam Voigt, 1998). Kesepakatan ini sepertinya telah memunculkan pengakuan yang sangat berarti bagi dunia bisnis informasi. Ternyata perpustakaan sebagai penyedia sumber informasi free-service juga mau menggunakan jasa informasi fee-based. Walaupun bisnis ini memang sudah berkembang dengan baik sejak tahun 1960-an.

2. 5 Definisi dan Kegiatan Pialang Informasi

Secara harfiah, istilah “pialang” (broker) dalam Webster’s pocket dictionary diartikan sebagai “seorang agen yang membeli dan menjual dengan bayaran”, sedangkan “informasi” menurut Gordon B. Davis (dalam Widodo, 2004) adalah data yang diolah menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti dan

(30)

nilai bagi pihak yang menerima. Jika dalam sebuah organisasi baik yang bersifat profit maupun non-profit, maka informasi adalah sesuatu yang penting yang dapat mendukung kelangsungan hidup organisasi dan perkembangannya.

Pialang informasi dapat diartikan sebagai seseorang/organisasi yang mahir menelusur informasi baik secara manual maupun secara online kemudian memberikan nilai tambah padanya serta mengemasnya sedemikian rupa sehingga dapat berguna untuk penggunanya, dan karena itu ia menetapkan tarif tertentu atas jasa dan informasi yang diberikannya. Kata-kata “tarif” dan keuntungan, membuat garis perbedaan antara pialang informasi dan pusat informasi, terutama yang bekerja di lembaga/organisasi non-profit. Pusat informasi mengumpulkan dan menyusun bahan pustaka, menyediakan akses untuk pengguna, dan membantu menemukan informasi yang diinginkan pengguna. Pusat informasi berperan sebagai pendamping riset yang dilakukan oleh pengguna, membantu memilih indeks dan pangkalan data, dan hanya membantu pengguna untuk menggunakan sumber-sumber yang ada daripada ikut berperan langsung dalam riset sebenarnya. Sedangkan di sisi lain, pialang informasi berperan langsung dalam melakukan riset, membuat intepretasi dan mengevaluasinya. Pialang informasi memberikan layanan yang lebih luas daripada yang ditawarkan oleh pusat informasi pada umumnya. Dunia pialang informasi sangat berorientasi pada jasa, yaitu jasa informasi. Kegiatan penelusuran informasi ini dimulai dari mengumpulkan, menyeleksi, menganalisa, kemudian mengemasnya untuk didistribusikan pada penggunanya sesuai dengan permintaan mereka (Voigt, 1998).

(31)

Bermacam-macam institusi yang berlaku sebagai pialang informasi terus berkembang, akibatnya standar mengenai definisi pialang informasi ikut berubah. Kegiatan pemialangan bisa jadi merupakan kegiatan yang lebih luas atau lebih sempit cakupannya dari standar atau teori-teori yang sudah diungkapan sebelumnya. Jasa informasi yang ditawarkan saat ini dapat mencakup konsultasi informasi, layanan pusat informasi, outsourcing info, investigation information, dan lain-lain. Bahkan sekarang banyak berkembang institusi pialang informasi sebagai salah satu divisi dari perusahaan tempatnya bernaung.

Saat ini di Indonesia, istilah “pialang informasi” atau “pemialangan informasi” masih kurang familiar digunakan. Mereka yang menggeluti bidang usaha atau profesi ini lebih umum menggunakan istilah “pusat analisa informasi”, “pusat informasi”, “penyedia informasi”, “konsultan informasi” ataupun “pusat penelitian bisnis”. Istilah-istilah tersebut merujuk pada kegiatan pemialangan informasi. Wolff-Troine melaporkan bahwa di Eropa istilah “pialang informasi” kadang terbatas pada mereka yang menggunakan sumber informasi dari pangkalan data online saja (Raitt, 1992).

Pilihan cara dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan cenderung terbatas dalam pemialangan informasi. Berbagai cara digunakan, mulai dari mendatangi perpustakaan lokal, mencari database online komersial, hingga menggunakan orang yang ahli (professional) untuk memberikan informasi tertentu. Pialang informasi saat ini lebih mengkhususkan diri, tidak hanya dalam industri atau pasar, namun juga tipe jasa yang ditawarkan (Bates, 2002).

(32)

Institusi pialang informasi hadir dalam berbagai bentuk, misalnya yang merupakan perorangan maupun sekelompok orang yang ahli tergabung dalam satu institusi pialang informasi. Kebanyakan pialang informasi mengkhususkan jasa yang diberikan pada area atau jenis jasa tertentu. Jenis jasa yang ditawarkan tersebut misalnya (Bates, 2002):

1. Online research (pencarian online dengan menggunakan commercial online services dan internet)

2. Manual research (menggunakan perpustakaan dan sumber informasi lainnya)

3. Document delivery

4. Public records research (online maupun manual)

5. Telephone research (untuk mencari orang yang memiliki informasi yang dibutuhkan dan tidak tersedia di sumber-sumber yang dipublikasikan).

2. 6 Pialang Informasi dan Nilai Informasi

Informasi sulit diberi nilai atau harga karena potensinya sebagai public goods. Setiap informasi berpotensi menjadi milik umum karena kepemilikkannya dapat meluas, dan satu informasi dapat dimiliki oleh banyak orang sekaligus. Setiap orang dapat memberikan informasi tanpa kehilangan kepemilikkannya atas informasi tersebut (Pendit, 2006).

Kemudian ada juga persoalan dalam mengkuantifikasikan dan mengukur informasi yang ingin diperjualbelikan sebagai benda. Komoditisasi informasi dilakukan lewat kemasan atau format fisik media penyimpannya (mulai dari

(33)

bentuk buku, CD, program televisi, websites, dsb), dan orang membayar bentuk fisik atau siaran itu, tetapi sebenarnya nilai dan harga yang dikenakan tidak pernah benar-benar menyentuh isi informasi yang keluar dari kemasan-kemasan tersebut. Itu sebabnya, sulit untuk menetapkan standar bagi harga sebuah informasi, dan industri informasi selalu menghadapi persoalan dalam upaya memastikan harga sesungguhnya dari informai (Pendit, 2006).

Metode yang digunakan pada setiap kegiatan pemialangan informasi dalam menentukan nilai dari suatu informasi dapat berbeda-beda. Tidak ada standar yang sama dalam menentukan nilai sebuah informasi. Penentuan nilai informasi bisa saja dilakukan berdasarkan hitungan jam atau proyek; berdasarkan hitungan hari, bulan, atau bahkan tahun; berdasarkan jumlah penelusuran atau pertanyaan; berdasarkan paket atau produk jasa; dan sebagainya.

Konsep informasi sebagai komoditi sudah diterima oleh masyarakat luas, dan mereka dapat menerima bahwa sering kali mereka harus membayar untuk mendapatkan suatu informasi. Masyarakat yang membutuhkan informasi dengan cepat adalah mereka yang berada dalam situasi kompetitif dan karena itu mereka bersedia membayar untuk mendapatkan informasi (Voigt, 1998).

2. 7 Produk / Jasa Informasi

Informasi dalam konsep pemasaran jasa informasi, merupakan produk / jasa yang ditawarkan. Untuk dapat menyusun strategi pemilihan produk / jasa informasi, terlebih dahulu kita harus memahami karakteristik dari informasi itu

(34)

sendiri. Ashill dan Jobber (dalam Munshi, 2008) menyebutkan tujuh karakteristik informasi dalam desain pemasaran jasa informasi, yaitu:

1. Board scope information, menggambarkan cakupan informasi direpresentasikan dalam mendukung pengambilan keputusan, antara lain fitur, gaya bahasa, level kualitas, pengemasan, ukuran varian, dsb. Karekteristik dasar ini mencakup keuntungan yang bisa didapat oleh pelanggan dari produk / jasa informasi yang ditawarkan. Sebagai contoh, apakah pelanggan akan memilih informasi yang bersifat umum atau lebih spesifik tentang subjek tertentu, itu akan sangat bergantung pada kebutuhan informasi dalam mendukung keberhasilan usahanya.

2. Timely information, kecepatan penerimaan informasi. Kecepatan dalam mendapatkan informasi menjadi tuntutan utama, apalagi dengan berkembangnya teknologi informasi yang sangat mendukung kecepatan dalam transfer informasi dari belahan dunia manapun. Informasi yang lambat mungkin membuat informasi tersebut sudah tidak laku untuk dijual lagi.

3. Information currency, merujuk pada umur informasi yang tepat untuk pengambilan keputusan dan menggambarkan rentang waktu diantara hal yang terjadi dalam kegiatan yang direfleksikan oleh informasi tersebut. Kemudian current marketing information, menggambarkan pemasaran data yaitu laporan pada setiap kegiatan. Hal ini berarti perusahaan penyedia jasa informasi harus dapat menyediakan informasi yang

(35)

benar-benar sesuai dengan kebutuhan pelanggan pada saat itu. Produk / jasa informasi yang ditawarkan harus senantiasa memenuhi perkembangan kebutuhan informasi pelanggan.

4. Information aggregation, merujuk pada ringkasan dari tampilan informasi. Informasi harus disusun dalam suatu paket informasi yang dapat mempermudah pelanggan menggunakannya. Misalnya dengan dilengkapi indeks atau dengan menggunakan media non printed seperti CD ROM, dan sebagainya.

5. Information accuracy, merujuk pada luasnya output informasi yang cukup tepat untuk digunakan. Dan accurate information merujuk pada data yang tepat untuk digunakan. Keakuratan informasi adalah hal yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan, sehingga sumber informasi yang digunakan harus benar-benar dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan.

6. Personal information source, mencakup kontak langsung dengan individu (seperti percakapan tatap muka, percakapan telepon dan pertemuan).

7. Impersonal information source, menggambarkan sumber informasi yang ditulis secara ilmiah, seperti laporan penelitian pasar.

Ketujuh karekteristik tersebut harus diperhatikan pada saat perusahaan menciptakan, mengolah hingga mendistribusikan produk / jasa informasinya. Berkaitan dengan hal tersebut, para pemasar informasi / perusahaan penyedia jasa

(36)

harus nyata menghadirkan informasi dibarengi (Arnold, 2008) : kekonsistenan data, cara lain untuk mendapatkan data, editorial atau menggunakan standar yang professional untuk mengembangkan data, hak cipta dan kepemilikan data, akuransi data, biaya yang sebanding dengan cara lain untuk mendapatkan data, ketergantungan kinerja fitur mesin dan manusia dalam mengirimkan data, serta kepercayaan pada kemampuan untuk membandingkan produk kita dengan produk pesaing yang sejenis.

2. 8 Jenis Produk / Jasa Informasi

Produk dari jasa informasi dapat dikemas dalam bentuk tercetak ataupun terekam. Buku, jurnal, majalah, merupakan contoh paket informasi dalam bentuk tercetak, sedangkan dalam bentuk terekam bisa menggunakan media elektronik.

Sohwuchow (1995:124) merinci produk/jasa informasi dalam bentuk elektronik

sebagai berikut :

1. Media atau saluran informasi untuk penyebaran dan penyebarluasan informasi:

a. Pelayanan secara on-line : pelayanan database online, videoteks, waktu, yang nyata dan audio teks.

b. Produk informasi off-line : media magnetik, yaitu jenis magnetik dan disket, dan media optikal, yaitu CD-ROM dan CD-I.

2. Penggunaan informasi bagi profesional, kependidikan, pribadi, dan sebagainya.

(37)

3. Isi informasi, terdiri atas rujukan bibliografi, teks lengkap, data numerik, gambar, suara dan kombinasi diantar multimedia.

4. Fungsi umum dari pelayanan yang diberikan, meliputi informasi, transaksi (pertukaran), komunikasi, komputer dan hiburan.

5. Tingkat kesediaan pelayanan, apakah eksternal, internal atau pada kelompok pengguna terbatas.

2. 9 Harga dan Biaya Informasi beserta Strategi Penetapannya

Harga dalam arti luas dapat diungkapkan dengan berbagai istilah seperti iuran, tarif, bunga, premium, komisi, upah, gaji, honorarium, SPP, langganan, dan sebagainya. Harga mempunyai pengaruh langsung terhadap jumlah penjualan. Apabila pasar dapat menerima harga yang ditawarkan oleh lembaga kemungkinan besar jumlah permintaan terhadap produk/jasa akan meningkat yang berarti jumlah penjualan akan meningkat, tetapi apabila pasar tidak dapat menerima harga yang ditawarkan maka jumlah permintaan akan sedikit sehingga jumlah penjualan akan berkurang. Oleh karena itu, sebuah perusahaan jasa informasi perlu merumuskan strategi harga yang efektif. Adapun tujuan dari penetapan strategi harga antara lain (Kotler, 1997:261) :

1. Meningkatkan jumlah penjualan.

Peningkatan jumlah penjualan dapat tercapai apabila harga yang ditetapkan dapat diterima oleh pasar sehingga permintaan terhadap produk/jasa akan meningkat. Strategi yang dapat dilakukan oleh

(38)

perusahaan penyelenggara jasa informasi untuk mencapai ini antara lain dengan meningkatkan jumlah produksi seperti jumlah eksemplar jurnal/majalah, paket informasi yang dapat dijual ke berbagai institusi dan sebagainya. Dengan banyaknya jumlah produksi maka semakin besar kemungkinan lembaga menetapkan harga yang lebih rendah dan lebih kompetitif di pasaran.

2. Memaksimalkan keuntungan

Keuntungan yang maksimal dapat tercapai apabila lembaga menetapkan harga setinggi mungkin. Tetapi hal ini tentu saja sangat sulit dilakukan karena adanya mekanisme pasar yang mengontrol harga. Strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini antara lain dengan menunjukkan nilai tambah dari produk/jasa informasi yang ditawarkan. Dalam hal ini lembaga harus dapat meyakinkan pelanggan, bahwa biaya tinggi yang dikeluarkan pelanggan memang sebanding dengan nilai yang akan mereka dapatkan. Misalnya lembaga penyedia infomasi bisnis, harus dapat memberikan nilai tambah pada pelanggannya bahwa dengan pelanggan menggunakan produk/jasa informasi bisnis mereka, maka bisnis pelanggan akan lebih berkembang dan terhindar dari resiko kegagalan dalam berinvestasi.

3. Menjaga stabilitas harga.

Stabilitas harga akan berpengaruh terhadap kestabilan keuntungan lembaga. Biasanya sebuah perusahaan akan dapat menciptakan harga yang stabil apabila perusahaan tersebut menjadi market leader sehingga akan

(39)

menjadi barometer dalam penetapan harga bagi lembaga penyelenggara jasa informasi lainnya.

4. Mengikuti atau mencegah persaingan.

Persaingan selalu terjadi dalam dunia bisnis termasuk bisnis informasi, sehingga dalam menentukan harga, lembaga tidak hanya mengikuti pasar tetapi juga harus memperhitungkan besarnya biaya pokok produk / jasanya. Dengan demikian keuntungan akan tetap didapat demi menjaga keberlangsungan bisnisnya.

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menetapkan harga, yaitu pemasar (lembaga penyelenggara) jasa informasi, produk (jasa informasi yang dipasarkan), pelanggan (pembeli atau pengguna) jasa informasi dan pesaing (lembaga sejenis). Dengan memperhatikan keempat faktor ini, lembaga dapat menyusun strategi penetapan harga yang didasarkan pada kondisi lembaga yang bersangkutan. Ada beberapa strategi yang dapat dipilih oleh lembaga penyelenggara jasa informasi dalam menetapkan harga (Kotler, 1997:273), yaitu:

1. Berorientasi pada biaya

Penetapan harga didasarkan pada total biaya ditambah dengan persentase keuntungan yang ingin dicapai.

2. Berorientasi pada kompetitor

Penetapan harga disesuaikan dengan harga yang ditetapkan kompetitor, lembaga juga dapat menetapkan harga yang lebih rendah atau lebih tinggi dari harga yang ditetapkan kompetitor. Perbedaan harga harus

(40)

disesuaikan dengan kualitas produk/jasa dan parameter lainnya, antara yang dimiliki lembaga dengan kompetitor.

3. Berorientasi pada pelanggan

Lembaga terlebih dahulu melemparkan nilai yang spesifik untuk target pasar, kemudian lembaga dapat menyesuaikan nilai ini dengan persepsi pelanggan atau bahkan lebih rendah dari yang dipersepsi pelanggan. Nilai dari informasi sangat mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap harga.

Adapun elemen biaya pada lembaga penyelenggara jasa informasi yang mempengaruhi penentuan harga yang dikenakan pada pelayanan produk / jasa informasi, antara lain:

1. Fixed Cost

Merupakan biaya tetap yang dikeluarkan per periode tertentu. Dalam konteks pemasaran jasa informasi, biaya tetap ini mencakup biaya rutin yang harus dikeluarkan oleh lembaga penyelenggara jasa informasi, antara lain gaji karyawan, biaya peralatan termasuk pemeliharaannya seperti telepon, hardware, printer, fax, dsb, software, biaya transportasi dan komunikasi, biaya pengadaan informasi seperti biaya penelusuran dan download informasi, biaya CD-ROM, pemesanan dan buku, biaya penggunaan hak cipta/royalti, keberlanjutan pendidikan staf, biaya konsultan atau honor sub kontrak pekerjaan, pemasaran, promosi, iklan, premis (biaya investasi atau biaya sewa) : gedung dan peralatannya,

(41)

kebersihan dan pemeliharaan, eksterior gedung, dsb, utility (pemanas dan AC, listrik, air, dsb.), pajak, lisensi, keanggotaan, asuransi, dsb.

2. Variable Cost

Merupakan berbagai biaya untuk produksi. Dalam konteks pemasaran jasa informasi, variable cost ini mencakup :

a. Biaya penelitian untuk pengadaan informasi termasuk : biaya on-line/download, pembelian peta, video, manual, dan sebagainya, biaya untuk konsultan atau staf yag direkrut sesuai dengan kebutuhan.

b. Biaya pengolahan data

c. Biaya produksi pengemasan informasi, antara lain:

• Written report, seperti penulisan, editing, desktop publishing, reproduksi, dan penjilidan.

• Video training film, seperti scripting, storyboarding, shooting, rekaman suara, musik, editing, dan produksi. d. Biaya acara tertentu seperti seminar, resepsi, konferensi pers,

perayaan kelulusan, dan sebagainya. e. Biaya follow up pelayanan.

3. Relevant Cost

Merupakan alternatif biaya diantara fixed cost dan variable cost. Sebagai contoh apakah kita akan memproduksi dan memasarkan current content of marketing atau tidak. Apakah current content ini akan diproduksi atau tidak, ini memerlukan analisis biaya lebih lanjut.

(42)

2. 10 Tempat Layanan dan Saluran Distribusi Produk / Jasa Informasi

Tempat merupakan salah satu komponen penting bagi terselenggaranya pelayanan informasi. Di tempat inilah lembaga akan menempatkan seluruh sumber daya dalam melaksanakan seluruh aktivitas bisnisnya. Di tempat ini pula terjadi interaksi antara lembaga dengan pengguna. Oleh karena itu, lokasi bagi tempat yang strategis tidak dapat diabaikan. Mengenai seberapa besar pentingnya lokasi bagi sebuah lembaga sangat bergantung pada intensitas interaksi tersebut. Ada tiga jenis interaksi yang biasanya terjadi antara penyelenggara jasa dengan pelanggan (Noel, Robert, 2008), yaitu:

1. Pelanggan mendatangi penyedia informasi.

Pada jenis interaksi ini, keberadaan tempat layanan menjadi sangat penting. Tempat harus dapat menciptakan iklim ketenangan, kenyamanan, daya tarik dan konsentrasi bagi pengguna jasa. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan tempat, antara lain:

a. Lokasi, dimana gedung atau kantor pelayanan informasi berada harus memperhatikan kemudahan dan keterjangkauan bagi seluruh target pasar dan pesaing.

b. Ruangan : luas dan tata ruang, harus memperhatikan kenyamanan dan kemudahan dalam pelayanan jasa.

2. Penyedia jasa informasi mendatangi pengguna.

Pada jenis interaksi ini, keberadaan tempat menjadi kurang penting karena lembaga akan mendatangi tempat pengguna baik untuk menawarkan produk/jasa informasinya maupun keberlanjutan jasa

(43)

tersebut. Dalam hal ini, lembaga harus dapat menjaga hubungan baik dengan penggunanya.

3. Penyedia jasa informasi dan pelanggannya mengadakan interaksi jarak jauh seperti dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Apabila interaksi ini interaksi yang dipilih, maka keberadaan tempat menjadi yang tidak relevan, karena lembaga dan pengguna akan lebih banyak menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam berinteraksi baik melalui email, faks, telepon, dan sebagainya ataupun dengan menggunakan jasa-jasa pengantaran lainnya seperti layanan pos. Dalam hal ini lembaga harus dapat menyediakan infrastruktur yang dapat memperlancar proses komunikasi yang terjadi mulai dari penawaran, pemesanan, pengantaran produk/jasa, pembayaran dan penanganan pasca layanan secara elektronik. Produk/jasa informasi seperti paket-paket informasi yang ditawarkan pun mungkin akan lebih efektif apabila juga disediakan dalam bentuk elektronik.

Ada tiga partisipan yang berperan dalam penyampaian produk/jasa, yaitu penyedia jasa, perantara dan pengguna. Selain itu, terdapat beberapa pilihan saluran distribusi jasa (Noel, Robert, 2008), yaitu:

1. Saluran distribusi langsung digunakan, misalnya pada jasa konsultasi. 2. Agen/broker digunakan misalnya pada broker informasi (information

broker), agen penjualan, dsb.

(44)

4. Waralaba digunakan misalnya pada fast food, mobil, dry cleaning, dan sebagainya.

2. 11 Metode Promosi Produk / Jasa Informasi

Promosi pada dasarnya merupakan bentuk komunikasi pemasaran. Di dalam promosi kita berusaha untuk menginformasikan, mempersuasi dan mengingatkan pasar akan lembaga dan produk/jasa kita, sehingga target pasar akan dapat menerima, membeli dan loyal terhadap produk/jasa yang ditawarkan oleh lembaga. Dengan adanya promosi diharapkan akan dapat menjaga kesinambungan pelayanan jasa informasi. Ada beberapa metode yang digunakan untuk melaksanakan promosi (K. Jain, dkk., 1999:136 – 147), yaitu:

1. Direct marketing

Merupakan metode promosi yang bersifat interaktif dengan memanfaatkan media iklan untuk menimbulkan respon yang terstruktur dan transaksi di mana saja. Area direct marketing adalah pembuatan catalog, direct mail, mail order, direct response, direct selling, telemarketing, dan digital marketing.

2. Public relation

Merupakan upaya komunikasi menyeluruh dalam mempengaruhi persespsi, opini, keyakinan dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan yang bersangkutan, sehingga citra lembaga dapat dibangun dan dipelihara. Aktifitas public relation mencakup press kits, pidato, seminar, laporan tahunan, pemberian donasi, sponsorship, publikasi, hubungan

(45)

dengan pengguna, lobi, berita tentang kegiatan, orang dan produk, penulisan artikel yang menjadi sorotan publik di media.

3. Mass selling : periklanan dan publisitas.

Merupakan metode promosi yang menggunakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada massa/khalayak dalam satu waktu.

a. Periklanan

Merupakan bentuk komunikasi tidak langsung dengan menggunakan iklan dalam menginformasikan dan mempersuasikan pengguna agar membeli/menggunakan produk/jasa lembaga. Aktivitas periklanan mencakup iklan tercetak dan penyiaran, kemasan, brosur, booklet, poster, leaflet, direktori, display, point of purchase, audio visual serta logo dan lambang.

b. Publisitas

Merupakan metoda promosi dengan memanfaatkan nilai-nilai berita yang terkandung dalam suatu produk/jasa untuk membentuk citra/image dari produk/jasa yang bersangkutan.

4. Sales promotion

Merupakan bentuk persuasi langsung melalui berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk/jasa dengan segera dan meningkatkan jumlah penjualan

(46)

Merupakan metode promosi dengan cara komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pembeli.

6. Word to mouth

Metode ini sangat besat pengaruhnya terhadap pemasaran jasa. Di sini penjual dan pembeli dan pengguna potensial lainnya berbicara/berinteraksi langsung mengenai pengalaman dan harapannya dalam menerima jasa. Untuk memberikan referensi, metode ini dinilai paling efektif.

(47)

Kesimpulan Bacaan

Pusat informasi adalah salah satu lembaga informasi yang didirikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dari masyarakat yang meminta pelayanan aktif melalui permintaan langsung atas informasi. Pusat informasi biasanya didirikan oleh suatu organisasi dengan tujuan untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga induknya. Selain itu, pusat informasi juga dibentuk dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakainya dalam bidang subjek khusus dengan menyediakan data dan informasi yang terseleksi. Pusat informasi mengumpulkan dan menyusun bahan pustaka, menyediakan akses untuk pengguna, dan membantu menemukan informasi yang diinginkan pengguna. Pusat informasi melakukan fungsi-fungsi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, temu kembali dan penyebaran baik dokumen maupun informasi. Dalam proses penyebaran informasi, pusat informasi tidak hanya menyebarkan informasi kepada pengguna internal lembaga induknya saja, tetapi juga pengguna eksternal lembaga induk yang memerlukan informasi yang dihasilkan oleh sebuah pusat informasi.

Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pusat informasi dalam menjalankan fungsi penyebaran informasi adalah dengan melakukan pemialangan

(48)

informasi. Pemialangan informasi dapat diartikan sebagai seseorang atau organisasi yang mahir menelusur informasi baik secara manual maupun secara online kemudian memberikan nilai tambah padanya serta mengemasnya sedemikian rupa sehingga dapat berguna untuk kliennya, dan karena itu ia menetapkan tarif tertentu atas jasa dan informasi yang diberikannya. Jasa informasi yang ditawarkan dalam kegiatan pemialangan informasi dapat mencakup konsultasi informasi, layanan pusat informasi, outsourcing info, investigation information, dan lain-lain.

Dalam kegiatan pemialangan informasi, dapat terlihat bahwa sebuah informasi memiliki nilai komoditi/nilai jual. Hal ini dikarenakan setiap informasi yang dihasilkan dalam kegiatan pemialangan informasi mempunyai tarif masing-masing apabila pengguna ingin mengakses informasi tersebut. Metode yang digunakan pada setiap kegiatan pemialangan informasi dalam menentukan nilai dari suatu informasi dapat berbeda-beda. Tidak ada standar yang sama dalam menentukan nilai sebuah informasi. Penentuan nilai informasi bisa saja dilakukan berdasarkan hitungan jam atau proyek; berdasarkan hitungan hari, bulan, atau bahkan tahun; berdasarkan jumlah penelusuran atau pertanyaan; berdasarkan paket atau produk jasa; dan sebagainya.

Kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan oleh sebuah pusat informasi menghasilkan produk/jasa informasi yang dapat diakses oleh pengguna eksternal pusat informasi secara komersil. Untuk menghasilkan sebuah produk/jasa informasi, kegiatan pemialangan informasi melakukan proses pengadaan dan pengolahan informasi. Informasi yang tersedia dalam pusat

(49)

informasi yang bersangkutan dibuat dan diolah sedemikian rupa, sehingga dihasilkan sebuah informasi yang dapat diakses oleh pengguna eksternal pusat informasi. Kemudian setelah proses pengadaan dan pengolahan informasi selesai dilakukan, produk/jasa informasi yang dihasilkan disebarluaskan melalui proses pemasaran yang kemudian pengaksesan informasi difasilitasi melalui kegiatan pelayanan informasi. Terdapat beberapa jenis produk/jasa informasi yang dihasilkan. Jenis produk/jasa informasi ini digolongkan berdasarkan media penyebarluasan informasi, tujuan penggunaan informasi, isi informasi, fungsi umum dari pelayanan yang diberikan dan tingkat kesediaan pelayanan.

Pengaksesan produk/jasa informasi dalam kegiatan pemialangan informasi dilakukan secara komersil. Hal ini dikarenakan produk/jasa informasi yang dapat diakses oleh pengguna eksternal pusat informasi dikenakan tarif dengan harga tertentu. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menetapkan harga, yaitu pemasar (lembaga penyelenggara) jasa informasi, produk (jasa informasi yang dipasarkan), pelanggan (pembeli atau pengguna) jasa informasi dan pesaing (lembaga sejenis). Dengan memperhatikan keempat faktor ini, lembaga dapat menyusun strategi penetapan harga yang didasarkan pada kondisi lembaga yang bersangkutan.

Pemasaran produk/jasa informasi dilakukan melalui metode promosi. Metode promosi dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu direct marketing, public relation, mass selling, sales promotion, personal selling, dan word of mouth. Melalui metode promosi, pusat informasi berusaha untuk menginformasikan, mempersuasi dan mengingatkan pengguna akan produk/jasa

(50)

yang dihasilkan oleh pusat informasi, sehingga target pengguna akan dapat menerima, membeli dan loyal terhadap produk/jasa yang ditawarkan oleh pusat informasi. Dengan adanya promosi diharapkan akan dapat menjaga kesinambungan pelayanan jasa informasi.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam rangka mengkaji permasalahan penelitian mengenai kegiatan pusat informasi sebagai pialang informasi, maka dalam bab ini akan dijelaskan cara-cara yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Urutan penelitian diawali dengan penentuan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, penentuan sampel penelitian, prosedur penelitian dan tehnik pengumpulan data, serta pengolahan dan analisis data.

3. 1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif berbentuk studi kasus yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi adanya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam suatu masyarakat (Koentjoroningrat, 1993:29). Dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan mengenai kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan oleh Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika yang mempunyai peran sebagai unit pialang informasi.

Beberapa alasan peneliti menggunakan metode deskriptif karena peneliti ingin melihat realitas atau fenomena yang ada sebagai suatu yang utuh (holistik), kompleks, dinamis dan penuh makna (Sugiyono, 2005:1) di Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika. Dalam penelitian deskriptif ini peneliti tidak

(52)

akan melakukan pengujian hipotesa, tetapi lebih menggambarkan proses kegiatan pemialangan informasi di Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika, dan menghimpun data yang telah peneliti dapatkan di lapangan (Singarimbun, 1989:4) karena hasil suatu penelitian kualitatif hanya dapat berlaku pada situasi dan keadaan yang sesuai dengan situasi dan keadaan dimana penulisan yang serupa dilakukan. Penelitian ini merupakan suatu kajian mendalam mengenai peristiwa, lingkungan dan situasi yang memungkinkan untuk mengungkapkan dan memahami suatu hal (Sulistyo-Basuki, 2006:77) dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan oleh Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika yang mempunyai peran sebagai unit pialang informasi.

Studi kasus dalam penelitian ini sebagai suatu studi yang bersifat komprehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer (Bungin, 2003:20). Ciri khas dari studi kasus adalah tidak secara eksplisit mengendalikan atau memanipulasi variabel yang akan diteliti (Cavaye, 1996 dalam Pendit, 2003:255-256), tetapi meneliti fenomena dalam konteks yang sesungguhnya di suatu tempat dalam hal ini Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika.

3. 2 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber tempat kita memperoleh keterangan atau orang yang ingin kita ketahui. Sedangkan objek penelitian adalah informasi apa yang ingin kita ketahui dari orang tersebut. Subjek dari penelitian ini adalah Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika yang termasuk salah satu contoh

(53)

pusat informasi bidang jurnalistik yang melakukan kegiatan pemialangan informasi. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan oleh dua pusat informasi tersebut.

3. 3 Pemilihan Informan

Untuk dapat mendeskripsikan fenomena yang diteliti secara utuh maka terlebih dahulu harus diketahui populasi yang akan diteliti. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karateristik tertentu dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah staf pusat informasi yang berhubungan dengan kegiatan pemialangan informasi. Setelah menentukan populasi yang akan diteliti, maka ditentukan sampel penelitian. Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan teknik sampling bertujuan (purposive sampling). Teknik ini dipakai karena beberapa keuntungan yang dapat diperoleh, yaitu murah, cepat dan mudah, serta relevan dengan tujuan penelitiannya (Danim, 1997:26). Dengan pertimbangan di atas maka penulis menentukan beberapa kriteria dari sampel yang diambil, yaitu :

1. Staf yang mengetahui seluruh rangkaian kegiatan pemialangan informasi 2. Staf pusat informasi yang terlibat dalam kegiatan pengadaan produk

informasi

3. Staf pusat informasi yang terlibat dalam kegiatan pengolahan produk informasi

(54)

4. Staf pusat informasi yang terlibat dalam kegiatan pelayanan produk informasi

5. Bersedia menjadi informan penelitian.

Berdasarkan kriteria sampel penelitian, maka yang menjadi informan pada penelitian ini adalah :

1. Manajer Pusat Informasi Kompas 2. Kepala Bagian Pusat Data Republika

3. Koordinator Bagian Pelayanan Pusat Data Republika

3. 4 Prosedur Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Prosedur penelitian ini meliputi dua tahap yang terdiri atas tahap persiapan penelitian dan tahap pelaksanaan pengumpulan data.

a. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti mencari calon informan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan pada masing-masing subyek penelitian, yaitu Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika. Pada proses ini, peneliti melalui proses birokrasi perizinan penelitian yang berlaku di Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika. Setelah izin penelitian dari lembaga induk yang menaungi masing-masing pusat informasi didapat, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah meminta kesediaan staf unit kerja Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Setelah itu peneliti mulai menyusun panduan wawancara yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian.

(55)

Panduan wawancara ini disusun berdasarkan informasi-informasi yang ingin diketahui oleh peneliti yang mencakup profil masing-masing pusat informasi (berisi tentang latar belakang dan tujuan pendirian pusat informasi, struktur organisasi makro dan mikro masing-masing pusat informasi, serta fungsi yang dijalankan pusat informasi) dan kegiatan pemialangan informasi yang dilakukan oleh Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika. Menentukan tipe pertanyaan penelitian merupakan tahap yang sangat penting dalam setiap penelitian sehingga untuk tugas ini dituntut adanya ketelitian dalam menganalisa elemen-elemen informasi yang inging diketahui, kesabaran dan persediaan waktu yang cukup.

b. Tahap Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data penelitian, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian. Observasi dilakukan dengan cara ikut mengambil bagian dalam kehidupan informan yang akan diteliti dan diamati (Nawawi, 1990:40). Bentuk observasi dalam penelitian ini dilakukan secara terbuka, yaitu di dalam unit kerja Pusat Informasi Kompas dan Pusat Data Republika, yang mana kehadiran peneliti diketahui oleh staf masing-masing pusat informasi. Observasi dilakukan sebelum peneliti melakukan proses wawancara. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pendekatan

Gambar

Tabel 1. Koleksi Tercetak dan Database Pusat Data Republika  61
Tabel 1. Koleksi Tercetak dan Database Pusat Data Republika
Tabel 2. Keterangan Label Buku
Tabel 3. Komposisi Staf Pelaksana Pusat Data Republika
+4

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan analisis menggunakan korelasi product moment , didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara keterampilan matematika dengan kesalahan menyelesaikan

URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Program yang akan dilaksanakan untuk urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak antara lain :9. Program

SMP/MTs/ Sederajat; (5) online, artinya rangkaian proses PPDB sistem online mulai dari pendaftaran sampai dengan pengumuman hasil seleksi yang dikelola secara otomatis

Fatimah, (2014) menjelaskan bahwa perilaku off task merupakan perilaku memalingkan perhatian dari tugas yang seharusnya dikerjakan. Pada dasarnya tugas tersebut

Penulisan skripsi yang berjudul “Fungsi Media Massa Dalam Pembentukan Opini Masyarakat” ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan: harta yang dihibahkan, bantuan atau

menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi oleh perusahaan sehingga manajer operasional tidak harus rigid tetapi fleksibel dan mempertimbangkan berbagi perubahan yang

Oleh itu, bagi merealisasikan matlamat KSSR, guru perlu mengetahui strategi dan kaedah yang bersesuaian dengan isi pelajaran di samping mengambil kira tiga aspek penting iaitu