• Tidak ada hasil yang ditemukan

Progres Kegiatan Pengembangan Kapasitas (CB, Pelatihan, Media Dev, Database Manajemen)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Progres Kegiatan Pengembangan Kapasitas (CB, Pelatihan, Media Dev, Database Manajemen)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Progres Kegiatan Pengembangan Kapasitas

(CB, Pelatihan, Media Dev, Database Manajemen)

A. Pendahuluan

Pengembangan Kapasitas dalam P2KP, dimaknai sebagai peningkatan dan penguatan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku individu/kelompok sasaran, konsultan dan pengelola program dalam melaksanakan keseluruhan intervensi untuk mencapai tujuan transformasi sosial yang diharapkan. Pada akhirnya para pelaku memahami, mempunyai kemampuan dan motivasi dalam mendorong proses perubahan secara partsipatif dan berkelanjutan. Diharapkan proses ini mampu menggerakkan :

• Pengorganisasian penanggulangan kemiskinan melalui siklus pada tingkat kelurahan/desa dan kota/kab yang berkelanjutan.

• Pelembagaan dan penyebarluasan sikap perilaku yang sesuai dengan nilai – nilai kemanusiaan.

Berdasarkan sasaran yang hendak dicapai tersebut di atas , ada tiga kapasitas yang hendak didorong dalam proses belajar, yaitu mengerti, mau dan mampu.

Mengerti. Pelaku harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai :

a. memahami filosofi, visi – misi, prinsip dan nilai P2KP

b. tahapan program dan metode serta pendekatan yang harus dilakukan dalam setiap tahapan kegiatan.

c. Konsep pemberdayaan yang dipakai dan dikembangkan dalam P2KP d. Pendekatan pembangunan dalam P2KP

e. Tahapan dan metodologi intervensi yang dilaksanakan oleh P2KP

Mau (motivasi). Dalam menjalankan perannya, setiap pelaku harus mempunyai

keyakinan dan motivasi bahwa mereka bagian dari pemecahan masalah sehingga keterlibatan pelaku dapat membantu mempercepat proses perubahan dan penanggulangan kemiskinan, sebagai bagian dari tanggungjawab sosial sebagai manusia . Selain motivasi di atas para pelaku juga harus meyakini bahwa pendekatan pemberdayaan yang dilakukan dalam P2KP merupakan alternatif pemecahan masalah kemiskinan.

Mampu. Setiap pelaku harus mempunyai kemampuan dalam melaksanakan

perannya sebagai pendamping proses pembelajaran di masyarakat yaitu :

a. mampu mengidentifikasi permasalahan kemiskinan , menyusun perencanaan, memfasilitasi proses penyadaran kritis, melakukan monitoring dan evaluasi sesuai dengan tahapan program berdasarkan pada nilai dan prinsip P2KP . b. mampu memfasilitasi proses penyadaran kritis masyarakat dan pihak dalam

penanggulangan kemiskinan.

c. Khusus untuk Pemerintah diharapkan mampu melahirkan strategi dan kebijakan operasional penanggulangan kemiskinan yang tepatguna.

B. Tujuan Khusus Pengembangan Kapasitas

Tujuan khusus peningkatan kapasitas yang dikembangkan oleh P2KP dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

(2)

Pengetahuan Sikap/Perilaku Keterampilan

y

Konsep Dasar P2KP

y

Konsep

Pemberdayaan

y

Isu – isu kemiskinan

y

Model – model pendekatan pembangunan

y

Pengetahuan khusus (MK, Infra)

y

Mekanisme perencanaan pembangunan

y

Kebijakan – kebijakan yang berkaitan dengan Nangkis

y

Konsep PAPG

y

Konsep ND

y

Tahapan siklus untuk masing – masing tahapan intervensi

y

Strategi komunikasi dan pemasaran sosial y Kemitraan

y

Pemberdaya

y

Motivasi sebagai agen perubahan

y

Sensitivitas terhadap permasalahan kemiskinan

y

Terbuka

y

Bertanggungjawab

y

Fasilitasi

y

Advokasi

y

Komunikasi

y

Nertworking

y

Mediasi

y

Teknis (pembukuan, teknik dll)

y

Kerjasama dan kemitraan

C. Proses Pembelajaran Pengembangan Kapasitas

Pengembangan konsep dan metodologi implementasi yang dikembangkan pada tahap awal oleh pihak program ditransformasikan melalui intervensi pada kegiatan siklus baik di tingkat kelurahan/desa maupun siklus pada tingkat kota/kab dengan tujuan terjadinya perubahan sosial untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Proses intervensi dilaksanakan melalui pendampingan yang dilakukan oleh konsultan pada setiap tingkatan. Guna memaksimalkan proses pendampingan, perlu peningkatan kapasitas kepada pihak konsultan dengan melalui pelatihan, lokakarya dan diskusi – diskusi reflektif. Pihak konsultan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kapasitas kelompok sasaran yang mereka dampingi dengan melalui pelatihan, lokakarya, diskusi refleksi, komunikasi informasi, dan fasilitasi pelaksanaan siklus. Pada tahap ini aliran komunikasi bergerak dari pihak program ke kelompok sasaran.

Dalam perjalanan pelaksanaan proses belajar melalui siklus – siklus yang dilaksanakan, baik di tingkat kelurahan/desa maupun pada tingkat kota/kab menghasilkan gagasan – gagasan yang berupa produk pengetahuan baru untuk penanggulangan kemiskinan. Produk pengetahuan baru tersebut, diharapkan

(3)

menjadi bagian dari isu pembelajaran bagi berbagai pihak baik itu di tingkat kelurahan/desa, kota/kab maupun pusat. Proses belajar ini bisa dilakukan melalui kegiatan lokakarya refleksi, diskusi refleksi, advokasi, public relation, kunjungan lapangan dan sebagainya. Hasil pembelajaran yang dihasilkan dikumpulkan dan dikaji melalui kegiatan monev dan research dan menjadi masukkan bagi pengembangan gagasan – gagasan baru yang dilakukan oleh pihak program. Aliran komunikasi tidak lagi hanya dari pihak program kepada kelompok sasaran, akan tetapi antar kelompok sasaran dan kepada pihak luar . Masyarakat dan

stakeholder kota/kab menjadi sumber belajar bagi pihak lainnya .

Secara umum proses pengembangan kapasitas yang dilakukan dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini :

Gasasan awal Perubahan Sosial Siklus Kelurahan Siklus Kota Produk Pengetahuan Baru Stakeholder Nasional Stakeholder Kota BKM UP Relawan Lurah Pelatihan Lokakarya

Komunikasi informasi (PR & Advocady)

Pelatihan Lokakarya Diskusi refleksi (KBIK)

Pelatihan Lokakarya Diskusi refleksi (KBK) Komunikasi informasi (KIE) Fasilitasi pelaksanaan siklus Pelatihan

Lokakarya Diskusi refleksi (KBP)

Komunikasi informasi (advocacy & KIE) Studi lapangan

Fasilitasi pelaksanaan siklus

Lokakarya refleksi Diskusi refleksi (KBP & KBK) Komunikasi informasi (Advocacy & PR ) Kunjungan lapangan Gasasan baru P2KP MONEV & RESEARCH Konsultan Konsultan Produk Pengetahuan Baru Lokakarya Diskusi refleksi (KBN) Komunikasi informasi (Advocacy & PR) Kunjungan lapangan Konsultan Pelatihan Lokakarya Diskusi refleksi (KBIK) Pelatihan

Lokakarya Diskusi refleksi (KBIK)

D. Strategi Umum

Untuk menerjemahkan konsep pengembangan kapasitas tersebut, maka ditetapkanlah Strategi umum yang dikembangkan dalam peningkatan kapasitas terdiri dari :

• Strategi 1 : Pengelolaan produk pengetahuan secara berkelanjutan • Strategi 2 : Pengembangan jaringan komunikasi dan informasi

• Strategi 3 : Pelatihan sebagai stimulan pengembangan kapasitas • Strategi 4 : Pengembangan komunitas belajar

(4)

• Strategi 5 : Mendorong Pemda dalam pelembagaan pelatihan

E. Rencana umum Kegiatan Pengembangan Kapasitas

Jika diklasifikasikan berdasarkan level kegiatannya, maka kegiatan

pengembangan kapasitas dapat digolongkan ke dalam:

1. Level kegiatan Pusat

2. Level Kegiatan OC (Regional)

3. Level kegiatan Provinsi

4. Level Kegiatan Kota/Kabupaten

Lebih lengkap Rencana Kegiatan Pengembangan Kapasitas akan

disampaikan dalam lampiran.

F. Rencana Kegiatan Pengembangan Kapasitas Tahun 2009

Rencana Kegiatan Pengembangan Kapasitas PNPM MP Tahun 2009, adalah

seluruh Rencana kegiatan untuk menerjemahkan strategi yang sudah

disusun dalam kerangka waktu Tahun Anggaran 2009. Untuk mempermudah

pembahasan, maka Rencana Kegiatan Tahun Anggaran 2009

diklasifikasikan berdasarkan level kegiatan dari mulai tingkat pusat sampai

dengan masyarakat.

F.1 Rencana Kegiatan Tingkat Pusat

1. Agenda kegiatan Rutin

Berikut adalah Rencana kegiatan di tingkat pusat yang terkait dengan Kegiatan Pengembangan Kapasitas, beberapa terkait langsung dengan kegiatan CB yang lain bekerjasama dengan USK yang lain.

Rencana

No Jenis Pelatihan Kegiatan CB Durasi Mulai Selesai

1 Pelatihan NMC 3 15-May 17-May

2 Konsolidasi Internal Pelatihan OC 2 19-May 20-May 3 EGM Manajemen Keuangan 5 4-Aug 8-Aug

4 EGM Infrastruktur 5 4-Aug 8-Aug

5 EGM Asmandat Senior 3 4-Aug 8-Aug

6 EGM Program Director 3 4-Aug 8-Aug

7 EGM TL 3 4-Aug 8-Aug

8 ToT pemandu (utk peldas 3 + BKM,madya 1,utama 1) Konsolidasi tingkat Cluster (Medan, DIY dan Banten)

4 4-Aug 7-Aug

9 Konsolidasi Pelatihan Dasar 3 dan BKM 4 4-Aug 7-Aug 10 Konsolidasi internal (KMP) EGM dan Pelatihan

Korkot 1

2 24-Jul 24-Jul 11 EGM - Monev (4 kali) (3hr) 5 4-Aug 8-Aug 12 Pelatihan Khusus TA Infra (3hr) 5 4-Aug 8-Aug 13 Pelatihan Pinjaman Bergulir (TA MK/RF Propinsi) 2 15-Jun-09 30-Jun-09

(5)

14 Expert Group Meeting CB & Trainers (OC 6,7, & 8) & OC Existing

5 18-Aug 19-Aug

15 ToT Pemandu Baru 8 24-Sep 31-Sep

16 Workshop penulisan produk pengetahuan 3 15-Sep 18-Sep

2. Agenda Tambahan

Dalam perkembangannya ada beberapa aktifitas yang tidak diprediksi

merupakan kegiatan yang diagendakan Tahun 2009, antara lain sebagai

berikut:

1. Penyusunan strategi operasional CB

2. Review Modul akibat perubahan pedoman PNPM MP 2009:

i. Review Modul BKM

ii. Review Modul PJM

iii. Review Modul Tinjauan Partisipatif

iv. Penyusunan Modul RWT

3. Penyusunan mekanisme pengelolaan pelatihan masyarakat

4. Pelaksanaan ToT Pemandu Penguatan dan baru untuk Pemda

5. Penyusunan mekanisme Penulisan produk pengetahuan baru

F.2 Rencana Kegiatan Tingkat KMW/Provinsi

Untuk kegiatan pengembangan kapasitas tingkat provinsi berikut adalah

rencana kegiatannya:

Rencana

No Jenis Pelatihan Kegiatan CB Durasi Mulai Selesai

1 Pelatihan OC (OC 6,7& 8) 5 28-Jul-09 31-Jul-09 2 Pelatihan OC (OC 1,2,3,4, 5 & 9) 5 08-Sep-09 12-Sep-09 3 Pelatihan Korkot 1 (OC 6, 7 & 8) 8 15-Agust-09 22-Agust-09 4 Pelatihan Korkot 1 ((OC 1,2,3,4, 5,8 & 9) 8 14-Sep-09 21-Sep-09 5 ToT Pelatihan Dasar 2 Faskel dan Asisten Kota 4 21-Jul-09 24-Jul-09 6 ToT Pelatihan Madya 1 4 08-Agust-09 11-Agust-09 7 ToT Pelatihan Utama 1 2 11-Agust-09 12-Agust-09 8 ToT Pelatdas 1 Pemda 2 11-Agust-09 12-Agust-09 8 Pelatihan dasar 2 faskel 10 27-Jul-09 05-Agust-09 9 Pelatihan Madya 1 faskel 10 11-Agust-09 20-Agust-09 10 Pelatihan utama 1 faskel 4 21-Agust-09 24-Agust-09

11 Pelatdas Pemda 4 01-Sep-09 04-Sep-09

F.3 Rencana Kegiatan Tingkat Masyarakat

Untuk rencana kegiatan masyarakat pada prinsipnya dilaksanakan langsung oleh masyarakat dengan fasilitasi fasilitator dikendalikan langsung oleh Korkot dan TA CB/Pelatihan KMW. Dan secara nasional dikoordinasikan oleh KMP.

Pada tahun 2009 ini (Pada tahun 2010 dan seterusnya kategori ini menyesuaikan)

(6)

kategori siklus tahunan berdasarkan urutan PNPM-Mandiri Perkotaan yang masuk ke desa/kelurahan tersebut, yaitu :

1. Siklus 1 : dimana tahun pertama PNPM mulai diperkenalkan di suatu

kelurahan. Dalam konteks tahun 2009, maka desa/kelurahan yang dimaksud adalah desa/kelurahan yang masuk PNPM pada tahun anggaran 2009

2. Siklus 2 : dimana tahun kedua PNPM bekerja di kelurahan yang sama. Dalam konteks tahun 2009, maka desa/kelurahan yang dimaksud adalah desa/kelurahan yang masuk PNPM pada tahun anggaran 2008

3. Siklus 3 : dimana tahun ketiga PNPM bekerja di kelurahan yang sama. Dalam konteks tahun 2009, maka desa/kelurahan yang dimaksud adalah desa/kelurahan yang masuk PNPM pada tahun anggaran 2007 dan tahun-tahun sebelumnya.

Untuk kegiatan pengembangan kapasitas, maka kegiatan yang dominan adalah

kegiatan pelatihan masyarakat yang didanai oleh dana fixed cost. Terdapat

Rp

71,516,990,000 yang di anggarkan untuk membiayai seluruh kegiatan

pelatihan masyarakat tersebut.

Ada 232.213 kegiatan pelatihan masyarakat yang harus dikendalikan,

dengan rincian sebagai berikut:

Jml kegiatan pelatihan NO TAHUNANSIKLUS INTERVENSITAHUN

JENIS PELATIHAN YANG DIBERIKAN Jml kelurahan Sisa 2008 yg tdk teralokasi Kegiatan 2009 Total jml

kegiatan/kel kegiatanTotal jml

1 Siklus 1 2009 Dasar 2051 0 13 13 24.940

2 Siklus 2 2008 Madya (ex lokasi dasar 2008)

2.581 11 16 27 57.228

3 Siklus 3 ≤2007 Utama (ex lokasi madya & utama 2008)

4.323 9 19 28 150.045

11.039 232.213

Pada kurun waktu 2009 maka direncakan sampai dengan Juni 2009 adalah

untuk menyelesaikan kegiatan pelatihan sisa 2008, sedangkan untuk agenda

pelatihan masyarakat tahun anggaran 2009 dilaksanakan mulai awal Bulan

Juli 2009 dengan rincian waktu sebagaimana terlampir.

G. Progres Kegiatan Pengembangan Kapasitas 2009

(7)

Secara umum dapat dikatakan progres kegiatan pengembangan kapasitas

pada tahun 2009 belum sesuai dengan yang diharapkan, ada delay sekitar 2

bulan dari yang direncanakan. Tetapi hal ini tidak semata-mata diakibatkan

oleh kesalahan manajerial akan tetapi juga akibat molornya mobilisasi KMW

baru dan juga banyak kendala-kendala yang terkait dengan support

kegiatan maupun kebijakan yang menjadikan kegiatan pengembangan

kapasitas dapat berjalan dengan baik. Khususnya untuk kegiatan pelatihan

masyarakat, masih banyak agenda yang belum terealisasi sedangkan dana

pelatihan fixed cost sudah cair 82%.

G.2. Progres Pelatihan Tingkat Pusat

Dari 16 rencana kegiatan di tingkat pusat, 10 kegiatan berjalan sesuai

rencana, proogresnya mencapai 63%. Secara prinsip capaian kegiatan ini

cukup memenuhi kebutuhan substansi di lapangan khususnya yang terkait

dengan siklus-siklus pendampingan yang utama. Analisis terhadap ini akan

disampaikan di subbab lain.

RENCANA

NO JENIS KEGIATAN Durasi

Mulai Selesai Rencana Realisasi %

1 Pelatihan NMC 3 15-May-09 17-May-09 15-May-09 17-May-09 100% 2 Konsolidasi Internal Pelatihan OC 2 19-May-09 20-May-09 27-Aug-09 28-Aug-09 100% 3 EGM Manajemen Keuangan 5 4-Aug-09 8-Aug-09 3-Aug-09 5-Aug-09 100% 4 EGM Infrastruktur 5 4-Aug-09 8-Aug-09 3-Aug-09 5-Aug-09 100% 5 EGM Asmandat Senior 3 4-Aug-09 8-Aug-09 22-May-09 4-Aug-09 100% 6 EGM Program Director 3 4-Aug-09 8-Aug-09 24-Mar-09 25-Mar-09 100% 7 EGM TL 3 4-Aug-09 8-Aug-09 24-Mar-09 25-Mar-09 100% 8 ToT pemandu (utk peldas 3 +

BKM,madya 1,utama 1) Konsolidasi tingkat Cluster (Medan, DIY dan Banten)

4 4-Aug-09 7-Aug-09 11-Sep-09 15-Sep-09

100% 9 Konsolidasi Pelatihan Dasar 3 dan BKM 4 4-Aug-09 7-Aug-09 08-Sep-09 10-Sep-09 100% 10 Konsolidasi internal (KMP) EGM dan

Pelatihan Korkot 1 2 24-Jul-09 24-Jul-09 16-Des-09 17-Des-09 100% 11 EGM - Monev (4 kali) (3hr) 5 4-Aug-09 8-Aug-09 0% 12 Pelatihan Khusus TA Infra (3hr) 5 4-Aug-09 8-Aug-09 0% 13 Pelatihan Pinjaman Bergulir (TA MK/RF

Propinsi) 2 15-Jun-09 30-Jun-09 0% 14 Expert Group Meeting CB & Trainers

(OC 6,7, & 8) & OC Existing

5 18-Aug-09 19-Aug-09

0%

15 ToT Pemandu Baru 8 24-Sep-09 31-Sep-09 0% 16 Workshop penulisan produk

pengetahuan 3 15-Sep-09 18-Sep-09 0%

16 10 63%

G.3. Progres Pelatihan Tingkat KMW/Provinsi

Untuk kegiatan Pelatihan di tingkat KMW atau provinsi progresnya sudah

mencapai 82,92%, pada umumnya kegiatan yang belum dilakukan terkait

(8)

dengan rumusan materi yang belum tuntas pembahasannya dan

dikonsolidasikan di tingkat pusat. Analisis lebih dalam tentang hal ini akan

disampaikan di bab lain.

NASIONAL NO SASARAN PELATIHAN/COACHING JENIS

RENC. REAL. % KET

1 2 3

II TINGKAT KMW/PEMDA

a Sosialisasi

b Training of Trainer

1 TOT Pelatihan Dasar 2 Faskel & Askot 40 4 0% tdk dilakukan 2 TOT Pelatihan Dasar 3 Faskel & Askot 40 36 90%

3 TOT Madya Faskel 1 40 36 90% 4 TOT Madya Faskel 2 40 0 0% 5 TOT Paket Utama Faskel 40 36 90%

6 TOT Pelatihan Dasar 1 Pemda 40 0 0% tdk dilakukan 7 TOT Coaching KBP 1,2,3 40 0 0%

8 TOT Coaching KBP 4,5 40 0 0% 9

TOT Pelatihan Korkot 1 (

korkot+askot mandiri ) 40 0 0% 10 TOT Pelatihan Korkot 2 ( korkot+askot mandiri ) 39 0 0%

c Personil OC

1

Pelatihan OC ( sesuai

mobilisasi OC ) 19 13 68% Baru OC 6,7,8 2 Coaching Khusus Pinjaman Bergulir 40 34 85%

3 Pelatihan 1 ( korkot+askot mandiri) 40 0 0% Belum tot 4 Pelatihan 2 ( korkot+askot mandiri) 40 0 0% Belum tot

c Lokasi Baru & Lama

a Level Kecamatan

1

Pelatihan Aparat Desa/Lurah ( untuk lokasi baru & lama

yang belum melakukan ) 10916 10916 100% 2

Pelatihan untuk Forum BKM (

1 aparat lurah, BKM, 1 kec ) 257 1 0% Belum tot

b Fasilitator & Askot Khusus

1 Coaching Khusus Faskel & Askot Ekonomi 40 36 90% 2 Coaching Khusus Faskel & Askot Infrastuktur 40 34 85% 3 Pelatihan Asmandat Kota 38 8 21%

B Lokasi Lama

a Pemda

(9)

NASIONAL NO SASARAN PELATIHAN/COACHING JENIS

RENC. REAL.

% KET

1 Coaching KBP 1 226 2 1% Belum tot 3 Coaching KBP 2 235 0 0% 5 Coaching KBP 3 235 0 0% 7 Coaching KBP 4 235 0 0% 9 Coaching KBP 5 235 0 0% 10 Coaching Database Nangkis Kota 235 0 0%

c Fasilitator & Askot Madya

1 Pelatihan Madya 1 40 36 90%

yang belum KMW lampung krn tdk dibiayai manajemen,serta OC 6 PNPM belum mengajukan KAK 2 Pelatihan Madya 2 39 2 5%

d

Fasilitator & Askot

Utama

1 Pelatihan Utama 1 40 36 90%

yang belum KMW lampung krn tdk dibiayai manajemen,serta OC 6 PNPM belum mengajukan KAK 2

Pelatihan Utama 2 ( open

menu ) 39 2 5%

C Lokasi Baru

a Pemda

a.2 Pelatihan

1 Pelatihan Dasar Pemda 25 3 12% Belum tot

2 Coaching KBP 1 25 0 0%

4 Coaching KBP 2 25 0 0%

6 Coaching KBP 3 25 0 0%

8 Coaching KBP 4 25 0 0%

10 Coaching KBP 5 25 0 0% 11 Coaching Database Nangkis Kota 25 0 0%

b Fasilitator & Askot Dasar

1 Pelatihan Dasar 1 Fasilitator & Askorkot 40 37 93%

2 Pelatihan Dasar 2 Fasilitator & Askorkot 40 37 93%

yang belum KMW lampung krn tdk dibiayai manajemen,serta OC 6 PNPM sedang melakukan krn sebelumnya ada kendala budget

3 Pelatihan Dasar 3 Fasilitator & Askorkot 40 37 93%

yang belum KMW lampung krn tdk dibiayai manajemen,serta OC 6 PNPM belum mengajukan KAK

13.683

11.334 82,92%

G.4. Progres Pelaksanaan Pelatihan masyarakat dengan stimulan dana fixed

cost.

(10)

Progres pencairan fixed cost sampai dengan akhir tahun anggaran 2009

mencapai 82.1% atau sebesar Rp 58,680,311,000 dari alokasi fixed cost

pelatihan sebesar Rp 71,516,990,000 (sesuai kebutuhan pelatihan).

Besarnya fixed cost pelatihan yang tidak terserap sampai akhir tahun 2009

adalah sebesar Rp 12,836,680,000 (18%) yang disebabkan oleh berbagai

macam faktor. Progres pencairan fixed cost terendah terjadi di Papua 0%

disebabkan kekurangan DIPA Tahun 2009, seluruh dana DIPA diproyeksikan

untuk memenuhi kebutuhan pembayaran gaji Korkot,askot dan faskel serta

BOP faskel.

No Kode Lokasi Rencana alokasi Realisasi % Pencairan % Kegiatan

1 493342 NAD 2.267.300 733.945 32,4% 5,4% 2 493351 SUMATERA UTARA 2.201.935 2.201.935 100,0% 31,0% 3 493367 SUMATERA BARAT 2.280.000 2.280.000 100,0% 4,8% 4 493373 RIAU 780.180 763.050 97,8% 15,2% 5 493382 KEPULAUAN RIAU 697.840 286.275 41,0% 16,7% 6 493398 JAMBI 513.610 513.610 100,0% 9,0% 7 493424 BENGKULU 970.580 970.580 100,0% 30,2% 8 493482 SUMATERA SELATAN 2.506.205 1.543.280 61,6% 5,9% 9 493418 BANGKA BELITUNG 589.790 581.574 98,6% 13,8% 10 493430 LAMPUNG 540.165 242.087 44,8% 1,2% 11 493552 BANTEN 2.382.090 2.382.090 100,0% 58,5% 12 493543 DKI JAKARTA 1.504.665 1.504.665 100,0% 34,1% 13 493568 JAWA BARAT 10.436.885 10.417.850 99,8% 25,1% 14 493574 JAWA TENGAH 17.537.575 11.161.120 63,6% 34,4% 15 493580 DI. YOGYAKARTA 1.433.540 1.433.540 100,0% 68,8% 16 493599 JAWA TIMUR 10.682.280 9.748.220 91,3% 5,5% 17 493600 KALIMANTAN BARAT 463.955 231.150 49,8% 22,2% 18 493625 KALIMANTAN TENGAH 267.360 267.360 100,0% 49,6% 19 493619 KALIMANTAN SELATAN 1.384.680 1.384.680 100,0% 10,3% 20 493631 KALIMANTAN TIMUR 1.262.100 1.063.680 84,3% 39,6% 21 493775 SULAWESI UTARA 2.411.830 959.165 39,8% 8,5% 22 493781 GORONTALO 303.860 303.860 100,0% 11,3% 23 493790 SULAWESI TENGAH 322.310 322.310 100,0% 22,6% 24 493801 SULAWESI SELATAN 2.193.305 2.193.305 100,0% 13,4% 25 452800 SULAWESI BARAT 134.590 134.590 100,0% 47,8% 26 493810 SULAWESI TENGGARA 811.275 480.175 59,2% 11,2% 27 493826 BALI 967.850 967.850 100,0% 30,0% 28 493832 NUSA TENGGARA BARAT 868.875 868.875 100,0% 27,2% 29 493841 NUSA TENGGARA TIMUR 1.126.195 1.126.195 100,0% 62,7% 30 493857 MALUKU 574.955 574.955 100,0% 23,4% 31 493863 MALUKU UTARA 805.470 805.470 100,0% 18,2% 32 493872 PAPUA 2.755 - 0,0% 0,0% 33 493888 IRIANJAYA BARAT 290.985 232.870 80,0% 0,0% NASIONAL 71.516.990 58.680.311 82,1% 23,8%

Sebagaimana disebutkan di muka bahwa ada sekitar 232.213 banyaknya

kegiatan pelatihan masyarakat yang diagendakan di tahun 2009 yang

tersebar di 11.039 kelurahan. Sampai dengan akhir tahun 2009, kegiatan

pelatihan yang telah selesai dilaksanakan (LPJ telah diterima) baru

(11)

mencapai 23,8% dengan 338.935 peserta yang dilatih yang terdiri dari

BKM,Relawan,UP-UP diseluruh lokasi Dasar,madya dan utama. Adapun

rinciannya adalah sebagaimana yang dijelaskan pada tabel berikut ini :

Progres Pelatihan Masyarakat Per Level Pelatihan

Tahun 2009

No

Level Pelatihan

Jumlah Kel

Progres

Pelatihan

peserta

Jumlah

pelatihan

1 Pelatihan

Dasar

2,051

36,63%

100.247

2 Pelatihan

Madya

2,581

20,51%

84.547

3 Pelatihan

Utama

6,407

20,2%

154.141

Total

11,039

23,8%

338.935

Sumber : Data diolah, 2009

G.5 Kegiatan Pengembangan Modul

Modul sebagai salah satu support terhadap keberhasilan suatu even pelatihan perlu selalu dikembangkan. Untuk di tahun 2009 banyak yang sudah dikembangkan berdasarkan pedoman pelaksanaan 2009 dan kebutuhan lapangan baik terhadap Modul Dasar, Modul Madya dan Modul Utama, juga modul yang berhubungan dengan Pembukuan, Pinjaman Bergulir, dan Infrastruktur.

Modul atau Pedoman yang telah mengalami revisi pengembangan adalah :

NO Modul / Pedoman Kondisi Awal Kondisi Sekarang

1 Modul Dasar

1.

Pemetaan Swadaya

2.

Pembangunan LKM

3.

PJM Pronangkis Pedoman Pemetaan Swadaya, Pembanguan LKM dan PJM Pronangkis berserta Modulnya

2 Modul Madya Modul Review Partisipatif

1.

Pedoman Tinjauan

Paritisipatif dan Modulnya

2.

Pedoman, Petunjuk

Operasional Baku (POB) dan Modul baru

tentang Rapat Warga Tahuan (RWT)

3 Modul Utama Modul Monev Partisipatif

(tidak digunakan lagi)

1.

Pedoman Tinjauan Paritisipatif dan Modulnya

(12)

NO Modul / Pedoman Kondisi Awal Kondisi Sekarang

Operasional Baku (POB) dan Modul baru

tentang Rapat Warga Tahuan (RWT)

4 Pedoman / Modul

Ekonomi

Pedoman Pembukuan Terdapat Pemecahan

menjadi :

a.

Pedoman Pembukuan Sekretaris

b.

Pedoman Pembukuan UPK 5 Pedoman Pinjaman

Bergulir Revisi Pedoman Pinjaman bergulir

Ekonomi Rumah Tangga

6 Infrastruktur Pedoman Infrastruktur Pedoman Infrastruktur (3

buku) Pedoman Baik dan Buruk (baru)

Kegiatan pengembangan pedoman dan modul akan terus dilakukan disesuaikan dengan perkembangan isu – isu yang muncul dan pengetahuan

G.6 Kegiatan Knowledge Management

Pelaksanaan kegiatan komunitas belajar diberbagai tingkat masih

menggunakan sistem yang telah ada, seperti yang dilakukan sebelumnya.

Secara umum capaian kegiatan informal ini masih belum optimal

diperhatikan dan dikelola oleh para pelaku disemua tingkat. Beberapa

aspek yang menjadi penyebab masalah ini antara lain: masih menjadi

kegiatan yang bersifat pilihan, sistem pelaksanaan dan pengendalian masih

lemah, pemahaman dari para pelaku.

Progres pelaksanaan KBIK, KBP, dan KBK secara nasional menunjukkan trend

yang semakin lemah. Bahkan dari temuan dibeberapa kegiatan

pemantauan menunjukkan bahwa cukup banyak lokasi yang tidak

menunjukkan progres kegiatan sama sekali. Pelaksanaan pengembangan

kapasitas masih sangat bertumpu pada pelaksanaan kegiatan formal seperti

pelatihan dan sosialisasi.

KBK masih perlu untuk diperjelas posisi dan konsepnya: kapan dibentuk,

bentuknya bagaimana, siapa pelakunya, hubungannya aktifitasnya dengan

pelaksanaan siklus, dls. KBP perlu mengoptimalkan fasilitasi untuk

pengelolaan kegiatannya, pelaksanaan coaching KBP yang dibiaya oleh

program harus dianggap sebagai stimulan semata, sehingga bukan

merupakan kegiatan satu-satunya. Pelaksanaan KBIK perlu dikelola dengan

(13)

pelaksanaan yang rutin, terlaporkan tema-temanya, ada dokumen hasilnya,

dan sekaligus bisa menjadi sumber untuk penulisan best practice dan produk

pengetahuan baru.

Pengelolaan best practice juga masih menggunakan sistem yang telah

ada, seperti yang dilakukan sebelumnya. Best practice dibuat oleh para

pelaku yang berminat dan hasilnya dikirimkan ke USK KMP. Karena

pengendalian masih berbasis USK maka beberapa mengunakan

pengendalian masing-masing, ada yang mewajibkan dan ada yang belum

mengelolanya secara optimal. Produk best practice beberapa USK masih

update progresnya, dan ditayangkan di web program.

Produktifitas best practice perlu ditingkatkan dan dioptimalkan antara lain

dengan melibatkan peran pelaku yang lebih luas. Keberadaanya bisa

optimal bila menjadi bagian dari tugas pelaku untuk menginformasikan hasil

karya dan kerjanya kepada publik yang lebih luas. Mulai tingkat Tenaga Ahli

sampai dengan Tim Fasilitator mempunyai kewajiban rutin untuk

memproduksi best practice atau produk pengetahuan baru lainnya.

Pengelolaan kegiatan best practice atau produk pengetahuan baru

memerlukan sistem yang bisa mengatasi kelemahan yang selama ini.

Demikian pula dari aspek pengendalian oleh pelaku membutuhkan

penataan peran fungsi disemua tingkatan, sehingga pelaksanaan tahun

2010 sudah bisa lebih baik, produktif dan optimal.

G.7 Kegiatan Pengembangan Media & Progress Distribusinya

Pengembangan media yang dilakukan pada tahun 2009, sangat banyak mengalami perubahan, sejalan dengan proses pendampingan di lapangan dan kesiapan DIPA. Jenis media yang dicetak terdiri dari Lot 1 (berupa modul, pedoman), Lot 2 (booklet, leaflet), Lot 3 (Spanduk dan Umbul-Umbul) dan Lot 4 (VCD), sumber yang mendanai untuk penyediaan material printing adalah :

1. APBN

2. Loan WB (ICB (29 Milyard), dan NCB (2,5 Milyard)), dan Khusus untuk mencetak Banner

(14)

JUMLAH PERUNTUKAN JUMLAH RUPIAH JUMLAH PERUNTUKAN JUMLAH RUPIAH

Januari sd Desember Media Sosialisasi 15,579,090,782 - Media Training 13,813,090,236 - Juli sd Agustus Media Sosialisasi 2,730,304,181 - Media Training 8,218,278,082 - Juli sd Agustus Media Sosialisasi 532383 1,199,495,802 0 0

Media Training 305844 2,568,978,737 0 0

September sd Desember Media Sosialisasi 158,321 418,942,233,49 158,321 418,942,233,49 Media Training 110,861 1,100,262,963 110,861 1,100,262,963 3

Loan WB

Khusus Lot 3 tahun 2008 Banner and Penance 302,708 3,606,817,500 302,708 3,606,817,500 4

Loan WB

khusus Lot 4 tahun 2008 Shofing List 8,074 480,000,000 8,074 480,000,000 5 APBN Agustus sd September

Pedoman Pelaksanaan PNPM 2009 17,025 302,430,398 17,025 302,430,398 TOTAL 2,420,488 596,98949,598,748,681 5,489,510,861 PROSENTASE 25% perhitungan untuk wilayah IDB dan WB 985,272 - RENCANA REALISASI KETERANGAN TABEL DINAMIKA RENCANA PRINTING MATERIAL TAHUN 2009

Loan WB ICB (29 M) Loan WB NCB (2,5 M) 1 2 NO SUMBER

DANA PERIODE MEDIA

Sampai pada bulan desember 2009 yang dapat dicetak adalah yang

bersumber dari APBN dan Loan WB (NCB dan Khusus Banner), sehingga kalo

kita lihat dari peruntukan yang sudah berikan support adalah 25 %. Hal ini

terjadi karena dari proses revisi DIPA yang begitu lama yang memiliki

dampak pada support material printing yang sangat minim sekali.

G.8 Pembenahan Sistem Informasi Capacity Building

Salah satu kendala terbesar upaya pengendalian Pengembangan Kapasitas adalah belum adanya SIM CB. Dalam kurun waktu pelaksanaan P2KP dan kemudian dilanjutkan menjadi PNPM Mandiri Perkotaan, penanganan progres pelatihan, distribusi media printing, evaluasi materi, evaluasi pemandu dan data kegiatan Capacity Building lainnya masih ditangani secara manual.

Untuk melakukan proses pemantauan, evaluasi, pembinaan dan perencanaan dibutuhkan pengetahuan yang bersumber dari informasi yang memadai, sehingga dibutuhkan proses manajemen data yang memadai pula.

Pada akhir tahun 2009 tim CB berupaya untuk memperbaiki pola manajemen data CB dengan membangun aplikasi database bernama SIPEKA (Sistem Informasi Pengembangan Kapasitas). Sistem ini akan terus dikembangkan secara bertahap untuk menjawab segala kebutuhan data dan informasi kegiatan CB. Agar data SIPEKA dapat terintegrasi ke dalam data SIM, maka tim SIM KMP akan berupaya untuk mengembangkan fitur distribusi data dengan mengadopsi system database terdistribusi (distributed database management system).

Aplikasi SIPEKA diharapkan dapat terimplementasi mulai awal tahun 2010 dengan 3 misi utama, yaitu :

1. Mengupgrade system pendataan manual menjadi terstruktur

2. meningkatkan kualitas data dan informasi CB untuk mendukung kegiatan managerial CB (proses pemantauan, evaluasi, pembinaan dan perencanaan)

3. mempercepat proses distribusi informasi kegiatan CB secara realtime ke web

G.9 Kegiatan Pengendalian Pengembangan Kapasitas

(15)

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk menjaga kualitas

pengembangan kapasitas, maka Tim Pengembangan Kapasitas melakukan

pengendalian dengan cara sebagai berikut:

1. Kunjungan lapangan; yaitu kegiatan pemantauan langsung di lapangan yang pada Tahun 2009 umumnya dilakukan bersamaan dengan agenda Uji petik umum

2. Teleconference; Dilakukan pada saat pelatihan baru dilakukan melalui sambungan langsung telpon kepada penyelenggara pelatihan maupun peserta yang dilatih.

3. Pengendalian data dan informasi; Khususnya progres pelatihan tingkat OC sampai dengan tingkat masyarakat yang di update secara manual tiap 2 minggu sekali.

4. Pengendalian TOR Pelatihan; Adalah salah satu upaya preventif pengendalian pelatihan melalui persetujuan rencana kegiatan pelatihan yang diusulkan oleh KMW khususnya untuk pelatihan-pelatihan di tingkat KMW/Provinsi

5. Pengendalian Distribusi Material printing; Untuk memastikan material printing sampai kepada pelaku yang terlibat langsung di lapangan

Untuk kunjungan lapangan tim CB setidaknya ada 19 perjalanan Dinas yang sudah dilakukan baik secara langsung atau tidak langsung dengan kepentingan kegiatan CB, untuk memastikan kualitas pelaksanaan kegiatan di lapangan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

No. Lokasi Tujuan Agenda Kegiatan Waktu Personil

1. KMW Propinsi Jatim,

Kota Batu, Jatim Kunjungan Memandu ToT pelatdas 24 - 26 Feb 2009

2. KMW 5, Kota Manado,

Sulut Kunjungan Monitoring pelatdas 12 - 18 Mar 2009

3. KMW Jateng, Kota

Semarang Kunjungan PElatdas 1 faskel baru lokasi lama 28 - 30 April 2009

4. KMW Prop Jatim, kota

Mojokerto-Malang Kunjungan Mojokerto-Malang Fixed cost pelatihan 11-14 juni 2009

5. KMW 8 Sulawesi, Kota

Manado, Sulut Serah terima KMW 5 kepada OC 8 PNPM MP dan uji petik siklus

09-14 Agst 2009

6. KMW 9 Riau, Kota

Pekanbaru Pelatihan Teknis P2KP dan uji petik siklus

19-20 Agustus 2009

7. KMW 4 Sumut, Kota

Medan ToT Pelatihan Pelatihan Dasar 3 + BKM,Madya 1 & Utama 1 11-16 September 2009

8. Pemda Bali Kunjungan Memandu TOT

pemda Bali 20 - 23 Oktober 2009

9. KMW 7, Prop NTB,

kota Mataram kunjungan uji petik RK,Review dan Pelatihan Utama 14-18 Des 09

Dikdik Herdiana

10. KMW Propinsi Jatim,

(16)

No. Lokasi Tujuan Agenda Kegiatan Waktu Personil

11. KMW Prop DIY, Kota

Yogyakarta dan Kab Bantul

Ujik petik RKM dan BLM 18-21 Maret 2009

12. KMW Prop Banten DKI

Jakarta, Kota Rangkasbitung

Memandu Kosolidasi Pemandu nasional Peldas, Madya dan Utama

11-16 September 2009

13. KMW 5 Sumut, Kota

Medan Monitoring Pelatihan Utama bagi Fasilitator 20-23 September 2009

14 KMW 6 Jatim, Kota

Surabaya, Jatim Monitoring Peldas 3 Fasilitator 7-10 Nopember 2009

15 KMW 8 Sulawesi, Kota

Makassar dan Kab Maros

Ujik petik BLM 21-24 Desember

2009

16. KMW 6 Jatim, Kota

Malang, Jatim Uji Petik untuk di lokasi Baru dan Lama Baru 2009. 8- 9 Agustus 2009

17. Pemda Kepulauan

riau, Batam Kunjungan Memandu TOT pemda Bali 13 - 16 Oktober 2009

18. KMW 8 Sulawesi, Kota

Manado, Sulut ToT Penguatan Pemandu Pemda 2009 20-23 Oktober 2009

19. KMW9 Papua, Kota

Jayapura Uji Petik BLM dan Review Partisipatif 2009. 14-18 Desember 2009

Boyke Nugraha

G.10 Pembenahan Managemen CB

Penatakelolaan dan konsolidasi tim CB dilakukan secara intens sejak

November 2010, sejak mulai bergabungnya manager CB yang baru.

Beberapa hal yang telah dicapai selama kurun waktu tersebut adalah;

ƒ

Redefinisi tupoksi USK-USK CB ke dalam struktur organisasi kerja CB

ƒ

Reorientasi strategi CB yang bukan hanya berbasis pelatihan, yang

coba diterjemahkan dalam KAK 2010. Pada akhir tahun ini tengah

difinalisasikan, karena masih mengakomodir berbagai masukan

terutama dari WB dan SNVT.

ƒ

Capaian-capaian lain berbentuk PROSES, dengan memfasilitasi

kegiatan RENSTRA bagi KMP untuk menjawab kebutuhan akan acuan

kerja yang lebih jelas bagi CB dan integrasi USK lainnya di tahun 2010.

Penataan pada aspek ini akan mempermudah CB dalam

pengembangan mekanisme kerja yang lebih terstruktur. Hingga akhir

tahun ini Renstra masih dalam persiapan dan akan dilakukan pada

awal Januari. Begitu pun dengan persiapan fasilitasi kegiatan

penyusunan Action Plan untuk sinergi KMP MP-Advance, yang

menghasilkan produk action plan integrasi yang masih akan difolllow

up di 2010.

ƒ

Pada akhir tahun 2009, dilakukan jajak persepsi bagi seluruh personil

KMP dengan tujuan untuk Mendeskripsikan profil persepsi, refleksi dan

(17)

opini personil KMP atas Program dan kondisi organisasi KMP, dengan

indikator kunci; PNPM dan Implementasinya Secara Umum, Peta

Kondisi Saat Ini, Aspek-aspek Optimalisasi yang diperlukan, Faktor

Penghambat, Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dan Langkah Ke

Depan. Lokasi penelitian ini dilakukan di KMP dengan total sampling

seluruh personel KMP. Dengan kesimpulan sebagai berikut;

1) Muatan PNPM dan issu menunjukkan trend sebagai spirit personel,

namun adanya peta kebutuhan untuk menyamakan persepsi

tentang visi, misi, tujuan dan strategi.

2) Trend nilai idealisme yang cukup tinggi

3) Adanya trend perbedaan fokus dan strategi , dianggap sebagai

fungsi managemen yang tidak berjalan selain diindikasikan sebagai

faktor sebab in-efisiensi.

4) Adanya trend bahwa situasi kerja, kerjasama, pola hubungan dan

kinerja personil merupakan aspek-aspek yang menuntut perhatian

untuk pengembangan organisasi KMP.

5) Trend indikasi situasi hadap perubahan disikapi pasif, pesimis,

kurang semangat. Selain muncul indikasi ketidakpedulian terhadap

perbaikan kinerja—di lain sisi sangat kuat adanya keyakinan bahwa

faktor penentu keberhasilan adalah komitmen dan motivasi.

6) Komitmen dan motivasi dianggap faktor utama keberhasilan.

7) Kepemimpinan faktor kunci lainnya, muncul trend kepemimpinan

harapan adalah yang tegas dan siap mengambil resiko.

8) Pemantapan program, strategi dan mekanisme/prosedur kerja,

trend perbaikan yang diharapkan

9) Adanya trend tuntutan kebijakan dan praktek managemen

mengenai sistem imbalan atas prestasi, penugasan sesuai kapasitas

& wewenang, perhatian & bimbingan, sarana peralatan kerja.

10) Adanya trend kesiapan mendukung untuk berinisiatif, kreatif,

profesional

11) Perlunya standard mutu, indikator, monitoring, evaluasi muncul

sebagai trend pembenahan untuk implementasi program

Kesimpulan berdasarkan data-data jajak persepsi di atas, menjadi

indikasi untuk pengembangan organisasi KMP, yang juga seharusnya

menjadi target pekerjaan CB di 2010 bersama managemen KMP.

(18)

H. Analisis Permasalahan

Sebagaimana disebutkan dimuka, kegiatan Pengembangan Kapasitas dari

sisi waktu mengalami keterlambatan yang cukup signifikan. Setidaknya ada

dua sebab besar yang mengakibatkan keterlambatan itu terjadi yang

pertama dikarenakan Manajemen Proyek yang belum tertata dengan baik

yang juga menjadi salah satu faktor dominan keterlambatan pelaksanaan

siklus di lapangan, yang berikut soal perumusan beberapa konsepsi

pendukung pelaksanaan di lapangan.

H.1 Masalah Manajemen Proyek

Yang dimaksud dengan manajemen proyek dalam hal ini, adalah

Pengelolaan proyek dari mulai perencanaan, implementasi dan

pengendalian, serta evaluasi yang berkontribusi besar terhadap

pengendalian kualitas pelaksanaan CB di lapangan. Beberapa

permasalahan yang muncul antara lain:

1. Mekanisme kerja dan managemen kerja yang belum sistemik, acuan di TK KMP belum tertata sehingga berimbas pada managemen pengendalian CB sebagai sub sistem di dalamnya, kendala ini dirasakan terutama dari fokus kerja dan orientasi untuk integrasi. Pembenahan yang dilakukan pun akhirnya bersifat parsial, sehingga tidak optimal dalam akselerasi program.

2. Adanya beberapa keterlambatan kegiatan di tingkat pusat, yang tertata secara konsep dalam bentuk berjenjang, yang mengakibatkan keterlambatan kegiatan di tingkat daerah.

3. Proses perencanaan kegiatan yang belum cukup terintegrasi, Misalnya budgeting Fixed cost dihitung terlebih dahulu sementara Rencana kegiatan belum tersusun sempurna, Hal ini juga ditambah dengan pada saat terjadi Revisi DIPA Fixed cost tim CB tidak ada yang terlibat, Akibatnya banyak kegiatan yang sebenarnya tidak direncanakan muncul.

4. Proses mobilisasi OC PNPM terlambat sehingga mengakibatkan perpanjangan kontrak berulang-ulang yang berakibat kepada perbedaan pola pengendalian antara OC eksisting dan PNPM serta kurangnya kesinambungan data dan juga pengendalian lapangan

5. Keterlambatan keluarnya Surat yang terkait dengan kebijakan alokasi Fixed cost training.

6. Di sisi lain belum cukup clearnya target output dan indikator keberhasilan program, menyebabkan tidak tegasnya arahan atau fokus kegiatan pengembangan kapasitas

7. Pada awal Tahun 2009 belum cukup clearnya target penyerapan DIPA BLM di seluruh pelaku, sehingga dikemudian hari mengakibatkan percepatan pencairan BLM sampai 2-3 kali BLM dalam satu tahun dan sangat singkat (kurang lebih 3 bulan) yang mekanisme dan prosedurnya menabrak konsep

(19)

yang tertuang dalam Pedoman PNPM Mandiri Perkotaan 2009, akibatnya agak cenderung mengabaikan kegiatan pengembangan kapasitas.

8. Salah satu yang berkontribusi cukup besar dalam hal manajemen personil CB KMP, yaitu pengunduran diri Koordinator CB disaat belum selesai menerjemahkan strategi operasional CB yang menjadi tugas KMP.

9. Dari sisi Sistem Informasi, Sampai dengan akhir Tahun 2009 kegiatan pengendalian CB dilakukan secara manual, tidak didukung oleh Sistem Informasi Manajemen CB, akibatnya informasi yang diberikan tidak cukup dapat menggambarkan progres dan data yang sangat banyak.

10. Keterlambatan Proses Pencetakan dan distribusi material printing di tingkat pusat, akibat karena ketersediaan DIPA, perencanaan tender proyek, perubahan modul,dll.

H.2 Masalah Perumusan Konsep

PNPM Perkotaan di satu sisi sangat dinamis dalam mengantisipasi perubahan akan tetapi disisi target-target proyek sangat fixed dan kaku sehingga tidak jarang hal ini mengakibatkan keterlambatan-keterlambatan di sisi yang lain. Berikut adalah beberapa faktor yang berkontribusi besar terhadap keterlambatan maupun capaian kegiatan pengembangan Kapasitas:

1. Tidak pernah diprediksikan terjadinya perubahan Pedoman PNPM MP 2009, dan baru di launching pada Bulan Agustus 2009. Sehingga berakibat kepada perubahan modul dan kemudian pada gilirannya kegiatan pelaksanaan pelatihan misalnya mundur karena harus menunggu review modul terkait.

2. Yang terkait dengan pendampingan tingkat Kota/kab. Bahwa sampai dengan saat ini PNPM MP belum memiliki Pedoman teknis Pendampingan Tingkat Kota/Kab. yang berakibat kepada berbeda-bedanya cara pendampingan tingkat kota sehingga kualitas pendampingan tingkat kota belum dapat dilihat dengan baik. Sedang dirumuskan pula indikator tingkat kemandirian Pemda terkait program PNPM.

3. Belum cukup clearnya strategi operasional Peningkatan Kapasitas KMP dikarenakan belum cukup clearnya target capaian KMP secara keseluruhan.

H.3 Keterlambatan pencairan dana fixed cost Pelatihan Masyarakat

Selain dari beberapa faktro tersebut diatas, faktor-faktor lain yang

mengakibatkan keterlambatan pencairan dana fixed cost masyarakat

adalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar pada awal Tahun 2009, masih menyelesaikan sisa-sisa

kegiatan pelatihan pada tahun 2009

2. Perubahan komposisi faskel, perubahan SK tim, perubahan spesimen

tanda tangan fixed cost

(20)

4. Adanya keterlambatan pengajuan beberapa berkas pencairan dana

dari faskel/korkot

5.

Adanya kebijakan sebagian daerah yang menganggarkan dana

pelatihan sesuai dengan sisa dana operasional fixed cost untuk gaji,

biaya operasional, dan kegiatan pilot.

Progres Pelatihan Masyarakat dan Pemanfaatan Fixed Cost

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% NA D SU M AT ERA UT AR A SU MATERA B AR AT RI AU KE PULA UAN RIAU JAMBI BE NG KU LU SU MAT ERA S ELATAN BA NGK A B ELITUNG LAMP UNG BA NTEN DKI JAK AR TA JA W A B AR AT JA WA TEN G AH D I. Y OGY AK AR TA JA W A TI MUR KA LI M ANT AN BA RA T KA LI M ANT AN T ENG AH KAL IM ANT AN SE LA TA N KA LI M ANT AN T IM U R SU LA WE SI UT AR A GORO NT AL O SU LA W ES I TEN G AH SUL AWE SI SE LA TA N SUL AWE SI BA RA T SULAW ESI T ENGGA RA BALI NU SA T ENGGA RA B AR AT N USA TENG GARA TIMUR MALU KU M AL U KU UT AR A PA PU A IR IA NJ AY A BA RA T NA SI O N AL %DanaCair %Keg.Pelatihan

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa :

1. Progres pencairan dan pemanfaatan fixed cost untuk pelaksanaan

kegiatan pelatihan masyarakat yang relatif banyak dan cepat terjadi di

provinsi Yogyakarta, NTT, Banten dan Kalimantan Tengah

2. Progres pencairan fixed cost paling sedikit terjadi di provinsi Papua (0%)

karena alokasi fixed cost habis dipakai untuk membayar gaji dan biaya

operasional, sehingga tidak ada lagi fixed cost yang dapat digunakan

untuk mensupport kegiatan pelatihan

3. Progres pelaksanaan kegiatan pelatihan masyarakat paling lambat terjadi

di provinsi Irjabar dan Lampung. Keterlambatan pelaksanaan pelatihan di

Irjabar (Papua Barat) terjadi akibat tidak tersedianya dana yang

dialokasikan untuk pelatihan sampai dengan bulan Desember dan dana

pelatihan baru teralokasikan setelah terbit revisi DIPA PBL pada akhir bulan

Desember 2009. Keterlambatan pelaksanaan kegiatan pelatihan di

(21)

Lampung disebabkan karena faktor pergantian personil tenaga ahli

bidang pelatihan yang terlalu sering.

H.4. Substansi Program

Pengendalian substansi program, secara kuantitatif masih belum mencukupi

untuk dianalisa secara mendalam pada periode tahun ini. Namun

data-data kualitatif berdasarkan berbagai laporan, pertemuan dan konsolidasi

serta uji petik diperoleh hal-hal penting sebagai berikut;

ƒ Tidak optimalnya penghayatan atas visi dan misi PNPM di kalangan pelaku

ƒ Ketidakseimbangan target kerja, pencairan dan berlapisnya mekanisme dan

intensitas pertemuan yang dilakukan mengakibatkan lunturnya membangun substansi program untuk transformasi dan pemberdayaan

ƒ Tidak dibekalinya faskel dengan kapasitas untuk mengelola substansi

program, agaknya menjadi faktor yang sangat memungkinkan terjadinya deviasi implementasi program secara substantif.

ƒ Kurangnya kemampuan personil untuk menterjemahkan transformasi sosial

dalam ranah praktis, di sisi lain tidak optimalnya transfer substansi dan pedoman-pedoman pendukung yang ada.

ƒ Keterlambatan distribusi berbagai pedoman kerja, mengakibatkan adanya

disorientasi pada beberapa aspek capaian substansi

ƒ Tidak dimilikinya pedoman untuk pengendalian substansi program, sehingga

sulit mengangkat aspek-aspek substansi yang dicapai atau tidak dicapai secara objektif

J. Rekomendasi

Agar Pelaksanaan CB di Tahun 2010 dapat berlangsung lebih baik dari Tahun

2009, maka direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:

Acuan Kerja

1. Adanya follow up nyata terkait dengan upaya pengembangan Kerangka Acuan Kerja 2010 yang tengah dirumuskan.

2. Perlu adanya pembahasan lebih lanjut tentang target dan indikator keberhasilan pencapaian program oleh seluruh pihak.

3. Agar disusun Strategi operasional Peningkatan Kapasitas yang terintegrasi dengan Kerangka Acuan Kegiatan KMP pada tahun 2010, disertai pembahasan perubahan alokasi anggaran

(22)

4. Pemberian ruang desentralisasi dengan pengaturan mekanisme yang dinamis untuk dapat mengakomodir aspirasi, inisiatif dan kebutuhan lokal menjadi agenda penting untuk diimplementasikan dalam pelaksanaan program 2010 5. Perlunya review kontrak terkait alokasi anggaran yang dapat mensupport KAK

2010

Optimalisasi Pelatihan

6. Untuk meningkatkan efektifitas pelaksanan pelatihan, maka perlu segera dilakukan review terhadap desain pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan yang lebih sederhana.

7. Untuk Pelatihan tingkat masyarakat, mendorong pencairan dana fixed cost langsung ke masyarakat melalui BKM dan akan disusun mekanisme tersendiri. 8. Terkait dengan pengelolaan data dan informasi CB:

a. Setiap jenis pelatihan yang akan dilaksanakan harus selalu mengacu pada sumber dana DIPA

b. Pelatihan 2009 yang menggunakan anggaran DIPA tahun 2009 akan tetap didata sebagai pelaksanaan pelatihan tahun anggaran 2009 (walaupun pelatihan tersebut dilaksanakan di tahun 2010)

c. Pelatihan 2009 yang menggunakan anggran DIPA tahun 2010 akan didata bersamaan dengan pelaksanaan pelatihan tahun anggaran 2010. Seluruh data tersebut akan dimasukkan dalam aplikasi SIPEKA (Sistem Informasi Pengembangan Kapasitas) yang sedang dibangun tim CB sehingga progres di lapangan akan terdata dengan lebih sistemik.

Pendampingan Siklus Kota

9. Mendorong dan mengembangkan pedoman teknis Pendampingan tingkat Kota/Kabupaten sebagai bagian untuk meningkatkan kualitas pendampingan tingkat kota/kabupaten

Pengendalian

10. Menyelenggarakan Supportive Supervition untuk supervisi intervensi

Pengembangan Kapasitas 2010.

11. Mekanisme pengendalian yang lebih terintegrasi di tingkat KMP

Tatakelola Faskel

12. Perlunya satu kebijakan dan pedoman tata kelola faskel menyangkut recruitmen, pelatihan tugas, tim building, kinerja dan penempatan faskel sehingga dapat mengantisipasi persoalan yang ada di tahun ini.

(23)

13. Integrasi dan pemantapan kembali proses-proses pengembangan kapasitas melalui e learning dan web site sebagai media alternatif untuk berkomunikasi dan pengembangan kapasitas pengelolaan dan pengendalian program.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi tenaga kesehatan dokter, Ikatan Dokter Indonesia yang mendapat amanah untuk menyusun standar profesi bagi seluruh anggotanya, dimulai dari standar etik (Kode Etik

Anggota-anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir percaya bahwa, pada permulaan zaman Kerajaan Seribu Tahun, Yesus Kristus Tuhan akan muncul dalam

Luas Lahan, Frekuensi Panen, Jumlah Produksi, Jumlah Biaya Produksi, Jumlah Tenaga Kerja, Jumlah Penerimaan dan Tingkat Pendapatan Usahatani Cabai Merah dengan Sistem

menahan angin yang melewati kendaraan dan membuatnya ban kendaraan akan melekat dengan tanah atau menahan gaya udara yang ditimbulkan pada saat kecepatan tinggi, spoiler depan ini

usahatani cabai merah dengan sistem pengelolaan biasa di daerah penelitian. 2) Untuk mengidentifikasi luas lahan, frekuensi panen, jumlah produksi, jumlah. biaya produksi,

Di tahun1686 Thomas Savery membikin paten sebuah mesin uap yang digunakan untukmemompa air, dan di tahun 1712, seorang Inggris Thomas Newcomen, membikinpula paten barang serupa

Oleh karena itu petani harus jeli dalam sistem mengelola usahatani cabai merah, karena sistem pengelolaan sangat mempengaruhi hasil produksi dan pendapatan petani.Penelitian

Pendekatan korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara tiga variabel yaitu variabel bebas efikasi diri (self efficacy) dan (motivasi) yang mempengaruhi dan diberi simbol X1