• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Lingkungan Wisata Tirta (Khusus Selam).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Lingkungan Wisata Tirta (Khusus Selam)."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Karya Tulis

Oleh :

Pararya Suryadipura

Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

(2)

K A T A P E N G A N T A R

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)

dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup(UPL) untuk kegiatan Jasa Wisata Tirta

dari PT. Hiro Chan yang kantornya berada di Perum. Taman Jimbaran No. A10/1 Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.

Dokumen ini diperlukan sebagai persyaratan dalam memenuhi peraturan perijinan kegiatan penyedia jasa pariwisata dan juga dalam melaksanakan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, dinyatakan bahwa kegiatan

yang tidak wajib AMDAL perlu menyusun UKL dan UPL dalam rangka mencegah dan mengantisipasi terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan sebagai perwujudan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dokumen ini disusun berdasarkan pedoman teknis penyusunan UKL dan UPL sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum UKL-UPL, disamping itu dokumen ini

juga merupakan pegangan bagi pemrakarsa dalam melakukan upaya pengelolaan dan juga menjadi pegangan bagi instansi teknis terkait didalam melakukan pemantauan lingkungan atas kegiatan pembangunan dan operasional kegiatan Jasa Wisata Tirta dari PT. Hiro Chan

Kami berharap semoga dokumen UKL-UPL ini dapat memenuhi harapan dan persyaratan sebagaimana dimaksud sehingga tujuan pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat terwujud serta dapat menjadi pedoman pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iv

vi BAB I PENDAHULUAN I-1

1.1. Latar Belakang I-1

1.2. Tujuan dan Kegunaan UKL-UPL I-4

1.3 Peraturan Perundangan I-4

BAB II DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN II-1

2.1. Gambaran Umum Rencana Kegiatan II-2

2.1.1. Tanah/Gedung/Lokasi II-2

2.1.2. Rencana Penggunaan Lahan dan Luas Area Bangunan II-3

2.1.3. Fasilitas dan Utilitas II-3

2.2. Tahapan Rencana Kegiatan II-4

2.2.1. Tahap Prakonstruksi II-4

2.2.2. Tahap Konstruksi II-7

2.2.3. Tahap Operasional II-5

BAB III KOMPONEN LINGKUNGAN

III-1

3.1. Geofisik Kimia III-1

3.1.1. Iklim Mikro III-1

3.1.2. Geologi III-3

3.1.3. Hidrologi III-3

3.3. Flora dan Fauna III-5

3.3.1. Flora dan Fauna darat III-5

3.3.2. Flora dan Fauna Laut III-6

3.4. Sosial Ekonomi dan Budaya III-10

BAB IV. DAMPAK YANG AKAN TERJADI IV-1

4.1. Tahap Prakonstruksi IV-1

4.1.1. Penetapan Batas Lahan IV-1

4.2. Tahap Konstruksi IV-2

4.2.1. PenerimaanTenaga Kerja dan Peluang Berusaha IV-2 4.2.2. Mobilisasi Alat dan Material IV-2 4.2.3. Penyiapan Lahan (Land Clearing) IV-3

4.2.4. Konstruksi Fisik Bangunan IV-3

4.3. Tahap Operasional IV-4

4.3.1. Peluang Kerja dan Kesempatan Berusaha IV-4 4.3.2. Penanganan Limbah Cair dan Sampah IV-4 4.3.3. Adanya Pencemaran Lingkungan Perairan IV-5 4.3.3. Dampak Kesehatan dan Keselamatan Kerja IV-5

4.3.4. Keamanan dan Ketertiban IV-6

BAB V UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN V-1

5.1. Tahap Prakonstruksi V-1

5.1.1. Penetapan Batas Lahan V-1

5.2. Tahap Konstruksi V-2

5.2.1. PenerimaanTenaga Kerja dan Peluang Berusaha V-2 5.2.2. Mobilisasi Alat dan Material V-3

5.2.3. Konstruksi Fisik Bangunan V-4

5.2.4. Konstruksi Fasilitas dan Utilitas V-5

(4)

5.3.1. Peluang Kerja dan Kesempatan Berusaha V-6 5.3.2. Penanganan Limbah Cair dan Sampah V-7 5.3.3. Adanya Pencemaran Lingkungan Perairan V-9 5.3.4. Dampak Kesehatan dan Keselamatan Kerja V-10

5.3.5. Keamanan dan Ketertiban V-11

Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan V-13

BAB VI UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN VI-1

6.1. Tahap Prakonstruksi VI-1

6.1.1. Penetapan Batas Lahan VI-1

6.2. Tahap Konstruksi VI-2

6.2.1. PenerimaanTenaga Kerja dan Peluang Berusaha VI-2 6.2.2. Mobilisasi Alat dan Material VI-3

6.2.3. Konstruksi Fisik Bangunan VI-3

6.2.4. Konstruksi Fasilitas dan Utilitas VI-4

6.3. Tahap Operasional VI-5

6.3.1. Peluang Kerja dan Kesempatan Berusaha VI-5 6.3.2. Penanganan Limbah Cair dan Sampah VI-6 6.3.3. Adanya Pencemaran Lingkungan Perairan VI-6 6.3.4. Dampak Kesehatan dan Keselamatan Kerja VI-7

6.3.5. Keamanan dan Ketertiban VI-8

Matrik Upaya Pemantauan Lingkungan VI-9

BAB VII PELAPORAN VII-1

7.1. Instansi yang Dilapori VII-1

(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan pariwisata di Kabupaten Badung, khususnya di Kecamatan Kuta membawa berbagai konsekuensi tersendiri. Kuta yang merupakan kawasan wisata yang telah mempunyai nama di tingkat internasional sehingga pembangunan sarana dan prasarana penunjang pariwisata sangat berkembang.

Sejalan dengan meningkatnya kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah di Bali, maka peranan sektor pariwisata dapat menjadi tulang punggung dan penopang pemasukan devisa nasional, mampu menjadi salah satu sektor unggulan yang akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional disamping sektor perdagangan ekspor. Indikasi bahwa pariwisata dapat menjadi tulang punggung perekonomian dapat dilihat dari semakin meningkatnya investasi baik oleh investor dalam negeri (PMDN) maupun investor luar negeri (PMA). Namun sebagian besar alokasi investasi dilakukan pada sektor penyediaan sarana pariwisata seperti : hotel, restaurant, bar, shoping-mall dan sebagainya.

Salah satu daya tarik wisata di Bali adalah wisata bahari, hal ini disebabkan di Bali mempunyai banyak lokasi-lokasi wisata selam dengan pemandangan gugusan terumbu karang (coral reef) yang mempesona seperti Nusda Penida, Nusa Lembongan, Plau Menjangan, Tulamben dan sepanjang Pantai Bali Utara. Salah satu investor luar negeri (PMA yang berasal dari Jepang saat ini juga tertarik menanamkan modalnya dalam bidang pariwisata khususnya bidang jasa wisata tirta (selam)yang bernaung dibawah PT. HIRO CHAN

Pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk mengelola sumber daya secara bijaksana, oleh karena itu setiap usaha atau kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup perlu dikaji agar dapat diambil langkah-langkah pengendalian sedini mungkin terhadap dampak yang akan timbul.

Di Bali yang masyarakatnya dominan beragama Hindu, hal-hal yang berkaitan

dengan pembangunan berwawasan lingkungan selalu berpedoman pada falsafah “TRI

HITA KARANA” yang menggambarkan dan menjabarkan hubungan timbal balik manusia

baik antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan alam sekitarnya dan manusia dengan manusianya itu sendiri. Oleh karena itu maka tatanan masyarakat di Bali pada umumnya telah mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap pelestarian lingkungan, baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya.

(6)

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), telah menetapkan bahwa rencana kegiatan atau usaha yang tidak mempunyai dampak penting atau secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya, diwajibkan untuk melakukan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL). UKL dan UPL ini juga diatur melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup. Kegiatan ini perlu dilengkapi dengan UKL dan UPL dalam rangka mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan serta upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengelola dan memantau kemungkinan dampak yang terjadi.

Melalui pengkajian UKL-UPL ini akan dapat diprakirakan jenis dampak yang akan terjadi dan selanjutnya dicarikan jalan pemecahannya sedini mungkin dan dampak positifnya dapat dikembangkan seluas-luasnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

1.2 Tujuan dan Kegunaan UKL-UPL

Tujuan UKL-UPL :

1. Memberikan informasi mengenai usaha atau kegiatan yang dilaksanakan yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

2. Memperkirakan dampak yang mungkin terjadi dan mengupayakan pengelolaannya sehingga pencemaran dan perusakan lingkungan dapat diantisipasi sedini mungkin. 3. Melaksanakan pemantauan terhadap dampak yang mungkin terjadi secara kontinyu

sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan penyempurnaan UKL dan UPL ini.

Kegunaan UKL-UPL :

1. Membantu pihak pengambil keputusan dan instansi terkait dalam mempertimbangkan proses perijinan.

2. Merupakan pedoman bagi pemrakarsa dalam pelaksanaan kegiatannya.

3. Untuk mencegah terjadinya tuduhan oleh pihak lain tentang adanya pencemaran dan perusakan lingkungan yang tidak dilakukan atau tidak dikelola oleh pemrakarsa.

1.3. Peraturan Perundang-undangan

Peraturan- peraturan yang mendasari penyusunan UKL-UPL ini adalah :

1. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya

2. Undang undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan

(7)

5. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL.

7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum UKL-UPL

8. Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 3 tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Bali

9. Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4 tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup

10.Keputusan Gubernur Propinsi Bali No. 515 Tahun 2000 tentang Baku Mutu Lingkungan. 11.Keputusan Bupati Badung No. 1016 tahun 2003 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang

wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) di Kabupaten Badung

(8)

BAB II

DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN

Usaha Wisata tirta (selam) khusus selam dari PT. Hiro Chan direncanakan mulai pada tahun 2006 ini (sekitar Juni-Juli). Berdasarkan hal itu maka penyusunan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan akan menguraikan kegiatan-kegiatan pada tahap prakonstruksi dan operasional saja, mengingat gedung operasionalnya telah ada.

2. 1. Gambaran Umum Rencana Kegiatan

PT. Hiro Chan merupakan perseroan yang didirikan dengan status PMA dan bergerak dibidang jasa wisata tirta (selam)khusus penyelaman (diving). Adapun data-data umum perusahaan adalah sebagai berikut :

Data Umum

1. Nama Perusahaan : PT. HIRO CHAN

Alamat Lengkap : Taman Jimbaran Blok A-10/01, Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan,

Kabupaten Badung Telepon/Fax : 0361-7421928

E-mail : -

2. Penanggung Jawab

N a m a : NERIAI HIROYASU Jabatan : Direktur

Alamat Lengkap : Taman Jimbaran Blok A-10/01, Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan,

Kabupaten Badung Telepon/Fax : 0361-7421928

E-mail : -

3. Bidang Usaha

Jenis Usaha : Wisata tirta (selam)khusus Selam Nama proyek : Wisata tirta (selam)PT. HIRO CHAN

Alamat Lengkap : Taman Jimbaran Blok A-10/01, Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan,

Kabupaten Badung

2.1.1. Tanah GedungLokasi

(9)

Lokasi kegiatan wisata tirta khusus selam dari PT. Hiro Chan tersebar di seluruh wilayah Provinsi Bali seperti Pantai Sanur (Denpasar), Sepanjang Pantai Benoa, Nusa Dua , Sawangan, Kutuh, Ungasan (Badung), Pulau Nusa Lembongan dan Nusa Penida (Klungkung), Pantai Tulamben, Kubu, Tianyar (Karangasem), sepanjang pantai Buleleng dan Pulau Menjangan (Buleleng) Kawasan Taman Nasional Bali Barat (Buleleng-Jembrana)

Lokasi Kantor

Lokasi pusat rencana kegiatan terletak Taman Jimbaran Blok A-10/01, Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Lokasi ini berada pada lahan datar dengan batas-batas lokasi kegiatan sebagai berikut:

Sebelah Utara : Nengah Brata Sebelah Timur : Satria

Sebelah Selatan :Jalan

Sebelah Barat : Lahan (tidak diketahui pemiliknya, surat pernyataan terlampir)

a. Luas Areal bangunan

Lokasi kegiatan Usaha Wisata tirta (selam)PT. Hiro Chan pada Perumahan Taman Jimbaran menempati luas areal lahan keseluruhan 250 m2. Fisik gedung berlantai dua dengan luas 152 m2.

b. Status Hak Tanah

Status tanah yang diusahakan oleh PT. Hiro Chan ini adalah sewa dari Indira Bakti dan penyewanya adalah NERIAI HIROYASU. Surat Perjanjian Sewa Menyewa telah dibuat oleh kedua belah pihak dan dibubuhi meterai.

(10)

2.4. Jenis Perijinan yang dimiliki

No Jenis Perijinan Dikeluarkan Oleh

Nomor Keterangan

1 Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing

Badan Koordinasi Penanaman Modal RI

815/I/PMA/2004 Tgl. 12-11-2004

2 Surat Persetujuan Perluasan

Penanaman Modal Asing

Badan Koordinasi Penanaman Modal RI

339/II/PMA/2005 Tgl. 21-11-2005

3 PT. HIRO CHAN Notaris I Nyoman Gede Mudita, SH

24/2004

Tgl. 24-11-2004

4 Pernyataan

Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham PT. Hiro Chan

Notaris Eddy Nyoman

Winarta, SH

8/2005

Tgl. 7-11-2005

5 Surat Keterangan Terdaftar

Kantor DJP Bali, NTB, NTT

946/WPJ.17/Kp.0103/2004

6 Tanda Daftar Perusahaan

Kantor Perindag Kab. Badung

220816303408 Tgl. 18-1-2005 7 Surat Ijin Tempat

Usaha

Bupati badung 48/2005 Tgl. 3 -2-2005

2.5. Kesesuaian Lokasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 3 tahun 2005 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Propinsi Bali, maka lokasi kegiatan kantor untuk usaha wisata tirta khusus

selam di Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan

diperuntukkan kawasan akomodasi wisata. Disamping itu lokasi penyelaman

yang tersebar di wilayah Provinsi Bali juga telah sesuai peruntukannya untuk wisata tirta.

(11)

2.7. Rencana Produktivitas/Aktivitas Usaha

Usaha Wisata tirta (selam)ini akan melakukan kegiatan wisata tirta (selam) berupa penyelaman. Penyelaman dilakukan di lokasi selam (dive site) yang ada di wilayah Provinsi Bali seperti : Pulau Menjangan, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pantai Tulamben, Pantai di sepanjang Bali Utara (Buleleng), Sanur dan sekitarnya serta tempat-tempat lainnya yang masih ada di Wilayah Bali. PT. Hiro Chan ini memiliki 3 (tiga) orang operator selam (dive master) yang didukung oleh sarana dan prasarana kelengkapan penyelaman sebagai berikut :

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Sertificat Dive Master (Dive Guide) 3 buah

2 BCD (Jacket) 20 set

3 Regulator 20 set

4 Wet Suite 20 buah

5 Masker 20 buah

6 Snorkel 20 buah

7 Fin 20 buah

8 Tabung 20 buah

9 Kompressor 1 buah

a. Sumber Energi Listrik

Sumber tenaga listrik yang dipergunakan untuk operasional kantor adalah bersumber dari PLN dengan daya 2.300 watt.

b. Pemakaian Air

Dalam tahap operasional, memanfaatkan air yang bersumber dari jaringan pipa PDAM. Jumlah air yang dibutuhkan nantinya adalah rata-rata 2 m3 dalam sehari. c. Pengelolaan Sampah, Limbah Padat dan Cair

Pengelolaan limbah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengelolaan limbah padat dan pengelolaan limbah cair dengan perincian sebagai berikut :

a. limbah padat yang dihasilkan hanyalah berasal dari kegiatan kantor dan diangkut setiap hari oleh penyedia jasa angkutan sampah yang ada di lingkungan perumahan tersebut

(12)

Pengelolaan limbah cair yang berasal dari kamar mandi dan WC dibuatkan penampungan berupa septic tank, dan apabila penuh akan disedot oleh mobil jasa kuras WC.

2.8. Pola Usaha : Penanaman Modal Asing

2.9. Penyerapan Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini sekitar 10 orang, baik yang bekerja di kantor, sopir maupun operator selam. Tenaga kerja yang terserap dalam pekerjaan ini lebih mengutamakan tenaga kerja lokal, dan sekitar Kabupaten Badung dengan kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan.

2.10. Modal

Modal yang diinvestasikan untuk kegiatan usaha ini adalah merupakan modal dasar perseroan yaitu sebesar Rp. 906.500,000,- (sembilan ratus enam juta lima ratus ribu rupiah)

2.11. Rencana Pembangunan

Tahapan pembangunan dan Operasional Usaha Wisata tirta (selam) PT. Hiro Chan di Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung dibagi dalam 3 tahap kegiatan yaitu :

a.

Tahap Prakonstruksi

b.

Tahap Konstruksi

c.

Tahap Operasional.

Adapun jenis kegiatan yang akan dilakukan pada masing-masing tahapan kegiatan adalah sebagai berikut.

A. Tahap Prakonstruksi

1. Pengurusan ijin.

Aturan perijinan untuk pembangunan ini berupa Ijin Usaha Wisata tirta (selam) (Selam)

(13)

Untuk kegiatan PT. Hiro Chan pada tahap konstruksi tidak ada kegiatan berhubung bangunan fisik yang digunakan untuk pusat opersional kegiatan wisata tirta khusus selam ini telah ada bangunan. Bangunan ini didapatlkan melalui sewa (akte sewa menyewa terlampir)

C. Tahap Operasional

Setelah selesai pengurusan perijinan maka kegiatan yang dilakukan pemrakarsa adalah :

1. Penerimaan karyawan 2. Persiapan Penyelaman 3. Kegiatan Kantor

4. Pemberdayaan Masyarakat sekitar lokasi penyelaman 5. Persaingan Usaha Wisata Tirta (Selam)

6. Kegiatan dan Perilaku Penyelaman 7. Kegiatan Pasca Penyelaman

8. Upaya Konservasi dari Pengusaha Wisata tirta (selam)

(14)

BAB III

KOMPONEN LINGKUNGAN

Dalam hubungannya dengan usaha pelestarian lingkungan dan upaya meminimalkan dampak negatif dan mengoptimalkan dampak posistif dari kegiatan Wisata Tirta PT. Hiro Chan, makia dipandang perlu mengemukakkan kondisi awal atau rona lingkungan sekitar tapak proyek dan kondisi dive site yang ada . Berikut ini adalah uraian rona lingkungan yang ada disekitar Taman Jimbaran, Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran dan kondisi terumbu karang yang ada pada dive site-dive site yang sering didatangi.

3.1 Kondisi Lingkungan Alam Sekitar Lokasi

1. Tipe iklim.

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson daerah ini termasuk beriklim antara D dengan bulan basah 7 bulan, bulan kering 5 bulan.

2. Suhu dan kelembaban udara

Suhu udara pada lokasi dan sekitarnya rata-rata 26 0C, suhu maksimum 31,8 0C, Suhu udara minimum 24,0 0C. Dengan kelembaban udara 77 % -80 % (Stasiun Klimatologi Ngurah Rai, Tuban, 2001).

3. Curah hujan

Curah hujan pada wilayah ini rata-rata 1936 mm, dengan hari hujan sekitar 130 hari. Bulan terbasah adalah Januari (414 mm) dengan bulan basah 5 bulan (Nopember-Maret). Sedangkan bulan terkering jatuh pada Agustus dengan bulah kering 7 bulan (April-Oktober) (Stasiun Klimatologi Ngurah Rai, Tuban, 2001).

4. Arah dan Kecepatan angin.

Kecepatan angin berkisar antara 3 – 6 knots. Pada musin hujan, arah angin datang dari Barat Laut atau Selatan, musim kemarau arah angin datang dari Tenggara atau Selatan. (Stasiun Klimatologi Ngurah Rai, Tuban, 2001)

5. Topografi

Topografi daerah kegiatan ini yang termasuk wilayah Jimbaran berupa topografi daratan alluvial, sehingga mempunyai kemiringan antara 0-3 % dan sebagian kecil dengan kemiringan sampai 8 %, kemiringan lereng makro didominasi ke arah barat dan selatan. Elevasi atau ketinggian permukaan lahan berkisar antara 8 – 12 m dpl.

(15)

Kondis air tanah dapat diketahui melalui pembahasan yang berkaitan dengan jenis dan penyebaran aqifer, aliran air tanah, imbuhan air (recharge), intrusi air laut dan

pengambilan air tanah. Secara geologi dapat diketahui bahwa daerah Jimbaran dan sekitarnya dibentuk oleh beberapa kelompok batuan (formasi) yang masing-masing kelompok merupakan bagian sistem dan aqifer yang membentuk daerah ini. Formasi yang dominan adalah formasi Palasari dengan ciri aqifer yang relatif tebal. Formasi ini dibentuk oleh batu pasir, konglomerat dan setempat batu gamping. Hasil pemboran di Denpasar dansekitarnya banyak dijumpai formasi tersebut dan banyak dikembangkan untuk keperluan penyediaan air bersih (P2AT Bali, 1993).

7. Flora dan Fauna

Hasil pengamatan lapangan tipe vegetasi di sekitar rencana lokasi kegiatan merupakan dataran rendah. Jenis tumbuhan atau tanaman yang ada di sekitar lokasi kegiatan sangat jarang karena sudah padat dengan bangunan, yang ada hanya berupa tanaman hias maupun perindang jalan seperti palem, angsana, cemara kipas, bambu pagar, mangga, waru, jepun, kembang kertas, gamal dan lainnya serta tidak ditemukan adanya tanaman langka atau yang dilindungi undang-undang. Untuk Fauna yang ada adalah berbagai jenis burung, reptil, dan sebagainya.

Kondisi terumbu karang di Bali scara umum menurut Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali (2003) adalah sebagai berikut :

o Kota Denpasar, luas terumbu karangnya adalah 205 ha, dengan 9 titik

pengamatan ( 6 titik ada di Pulau Serangan) didapatkan bahwa kondisi karangnya buruk sampai baik dengan luas penutupan berkisar antara 27,9 % sampai 65,8 %.

o Kabupaten Badung, luas terumbu karangnya adalah 1,066 ha, dengan 7 titik

pengamatan didapatkan bahwa kondisi karangnya sebagian besar (5 lokasi) tergolong baik 55,7-65,1% dan hanya 2 lokasi yang kondisinya buruk (40,6-49,9%)

o Kabupaten Klungkung, terumbu karang yang ada seluruhnya terdapat di

Kepulauan Nusa Penida dengan luas 1.263 ha. Kondisi terumbu karang di Kecamatan Nusa Penida umumnya dalam status sedang sampai baik dengan luas penutupan karang berkisar antara 27,9 – 64,4 %.

o Kabupaten Karangasem, sebaran terumbu karang di Kabupaten Karangasem

dapat ditemukan pada kawasan pantai Tianyar, Tulamben, Jemeluk, Gili Selang, Gili Biaha, Gili Batutiga, Gili Tepekong, Candi dasa dan Padangbai dengan luas 538 ha. Adapun kondisi karangnya pada tahun 2000 tergolong buruk dengan luas penutupan 6,9 – 14,4 %.

o Kabupaten Buleleng, terumbu karang di Kabupaten Buleleng menyebar

(16)

karangnya adalah umumnya berada dalam status buruk sampai sedang. Penutupan karang hidup rata-rata adalah 10,5 – 48,1 % dan penutupan karang terbaik terdapat di sekitar Pulau Menjangan yaitu 31,4-64,8 %

8. Ekonomi, Sosial dan Budaya

Penduduk Kelurahan Jimbaran secara umum memeluk Agama Hindu. Dalam pelaksanaan keagamaan bagi masyarakat di desa ini ditunjang dengan sarana peribadatan.

Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang ada di Kelurahan Jimbaran merupakan motor penggerak perekonomian. Pada pusat-pusat ini telah tersebur dan beroperasi beberapa kelembagaan perekonomian seperti bank, koperasi simpan pinjam, toko, warung, pasar umum, restauran dan sebagainya dan secara terperinci adalah : pasar umum 1 buah, kelompok pertokoan 15 buah, koperasi simpan pinjam 14 buah, bank pemerintah 1 buah, bank swasta 2 buah.

Warisan sosial budaya yang dapat kita saksikan sampai sekarang ini adalah berupa pura (tempat ibadah bagi umat Hindu), warisan lain berupa seni arsitektur Bali yang sampai kini menjadi cerminan budaya masyarakat Bali yang tertuang dalam setiap pembangunan hotel maupun bangunan lainnya harus bernuansa seni arsitektur Bali. Selain itu, kegiatan upacara adat dan agama yang khas dengan segala keunikannya yang mencerminkan konsep upacara panca yadnya. Khusus untuk Kelurahan

(17)

BAB IV

DAMPAK-DAMPAK YANG AKAN TERJADI

Bab ini merupakan penjelasan mengenai identifikasi dan prakiraan dampak yang akan terjadi akibat adanya rencana kegiatan usaha Wisata tirta (selam) PT. Hiro Chan di Lingkungan Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Kajian identifikasi dan prakiraan dampak dilakukan dengan menelaah hubungan sebab akibat atau interaksi antara komponen kegiatan yang potensial menimbulkan dampak dengan komponen lingkungan yang berpeluang terkena dampak.

Mengingat usaha ini hanya mengurus perijinan dan pengoperasian usaha wisata tirta, maka yang akan dibahas dalam hal ini adalah hanya tahap Prakonstruksi dan ahap Operasional. Berikut ini adalah uraian secara rinci dari prakiraan dampak yang akan terjadi untuk masing-masing tahap kegiatan Usaha Wisata tirta (selam) PT. Hiro Chan.

4.1. Tahap Prakonstruksi

4.1.1. Pengurusan ijin. a. Sumber Dampak

Pengurusan perijinan merupakan salah satu syarat legalitas yang harus dipenuhi dalam rencana Usaha Wisata tirta (selam)PT. Hiro Chan ini

b. Jenis Dampak

Terjadinya keresahan pihak pemerintah dan masyarakat setempat sehingga menimbulkan protes dan keberatan dalam bentuk penghentian kegiatan fisik maupun pembatalan perijinan

c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak

Sifat dampak adalah negatif dan penting oleh karena itu harus ada kesepakatan antara pihak pemerintah baik (dinas maupun adat) setempat dengan pihak pemrakarsa dalam mengurus perijinan yang diperlukan. Perijinan harus sudah disetujui sebelum operasional kegiatan ini dimulai. Tolok ukur dampak berupa protes dan gugatan maupun keresahan pihak pemerintah.

4.2. Tahap Operasional

4.2.1. Persiapan Penyelaman a. Sumber Dampak

Adanya ketidak mengertian calon penyelam terhadap prosedur penyelaman, dan belum mengetahui kondisi wilayah tempat penyelaman

(18)

Hal tersebut akan menimbulkan bahaya bagi wisatawan apabila nantinya melakukan penyelaman

c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak

Sifat dampak adalah negatif dan cukup penting, dengan tolok ukurnya adalah adanya kecelakaan dalam penyelaman, kerusakan fisik terumbu karang, pengambilan hewan atau tumbuhan di laut

4.2.2. Kegiatan Kantor a. Sumber Dampak

Adanya kegiatan kantor, pengisian tabung dari kompresor, pencucian tabung dan akan menghasilkan sejumlah limbah cair dan sampah, keluar masuknya armada pengangkut wisatawan yang akan menyelam.

b. Jenis Dampak

Adapun jenis dampak yang timbul dari kegiatan tersebut adalah adanya sejumlah limbah dan sampah, kebisingan, peningkatan volume lalu lintas

c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak

Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya limbah dan sampah yang tidak tertampung, suara bising, gangguan lalu lintas

4.2.3. Pemberdayaan Masyarakat sekitar lokasi penyelaman a. Sumber Dampak

Sumber dampaknya adalah adanya kegiatan penyelaman yang mengasilkan sejumlah keuntungan bagi perusahaan yang bergerak pada usaha wisata selam yang berkantor jauh dari lokasi penyelaman tersebut.

b. Jenis Dampak

Jenis dampak adalah adanya kecemburuan sosial masyarakat disekitar wilayah tempat penyelaman (dive site) yang bisa mengakibatkan kerusakan fisik sarana dan prasarana penyelaman.

c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak

Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya gangguan terhadap para wisatawan yang akan menyelam oleh masyarakat sekitar lokasi penyelaman

4.2.4. Persaingan Usaha Wisata Tirta a. Sumber Dampak

(19)

b. Jenis Dampak

Adanya silang sengketa antara prusahaan satu dengan yang lainnya, disamping itu juga adanya persepsi masyarakat yang ada di lokasi penyelaman karena adanya pemberian kontribusi dan atau pemanfaatan yang berbeda

c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak

Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya gangguan fisik maupun non fisik terhadap usaha wisata tirta (selam)yang ada.

4.3.5. Kegiatan dan Prilaku Penyelaman a. Sumber Dampak

Sumber dampaknya adalah adanya pelanggaran terhadap usaha-usaha konservasi plasma nutfah yang ada di lokasi penyelaman seperti pengambilan biota laut yang dijumpai, pemberian pakan pada ikan-ikan dengan tujuan agar ikan mendekat, menjejakkan kaki pada terumbu karang, pemberian racun/bius untuk menangkap ikan atau biota lainnya, penjangkaran perahu dan sebagainya

b. Jenis Dampak

Jenis dampak yang ditimbulkannya adalah adanya kerusakan area wisata selam khususnya terumbu karang, adanya perubahan prilaku biota terutama jenis-jenis ikan, adanya penurunan keanekaragaman jenis biota laut.

c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak

Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya frekuensi terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap keberadaan dan kelestarian biota yang ada di lokasi penyelaman

4.3.6. Kegiatan Pasca Penyelaman a. Sumber Dampak

Usai penyelaman maka para penyelam akan melakukan pembersihan diri dan peralatan selam yang digunakan.

b. Jenis dampak

Jenis dampak yang terjadi adalah adanya sejumlah limbah dan atau sampah akibat pencucian peralatan dan pembersihan diri para penyelam.

c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak

Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukur adalah adanya limbah dan sampah yang berceceran disekitar lokasi penyelaman

4.3.7. Upaya Konservasi dari Pengusaha Wisata tirta (selam) a. Sumber Dampak

(20)

disengaja maupun tidak sengaja, termasuk membuang sampah sembarangan di darat maupun di perairan

b. Jenis dampak

Jenis dampak yang terjadi adalah adanya penurunan kualitas lingkungan seperti kerusakan terumbu karang, adanya sampah yang berceceran baik di perairan maupun di darat

c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak

(21)

BAB V

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Berbagai kemungkinan dampak negatif maupun positif yang timbul akibat kegiatan pembangunan dan operasional USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN ini berdasarkan hasil kajian prakiraan dampak yang akan terjadi seperti yang telah diuraikan pada Bab. IV., selanjutnya diikuti dengan beberapa upaya pengelolaan yang dapat dan perlu dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang akan terjadi, dengan uraian sebagai berikut :

5.1. Tahap Prakonstruksi

5.1.1. Pengurusan ijin. d. Sumber Dampak

Pengurusan perijinan merupakan salah satu syarat legalitas yang harus dipenuhi dalam rencana Usaha Wisata tirta (selam)PT. Hiro Chan ini.

e. Jenis Dampak

Terjadinya keresahan pihak pemerintah dan masyarakat setempat sehingga menimbulkan protes dan keberatan dalam bentuk penghentian kegiatan fisik maupun pembatalan perijinan

f. Sifat dan Tolok Ukur Dampak

Sifat dampak adalah negatif dan penting oleh karena itu harus ada kesepakatan antara pihak pemerintah baik (dinas maupun adat) setempat dengan pihak pemrakarsa dalam mengurus perijinan yang diperlukan. Perijinan harus sudah disetujui sebelum operasional kegiatan ini dimulai. Tolok ukur dampak berupa protes dan gugatan maupun keresahan pihak pemerintah.

g. Upaya Pengelolaan Lingkungan  Upaya Penglolaan

Untuk mencegah terjadinya lamanya atau terhambatnya pengurusan perijinan pada berbagai instansi atau lembaga, maka upaya yang dilakukan adalah dengan mengikuti proses dan aturan yang berlaku secara cermat

 Waktu Pelaksanaan

Pengelolaan ini dilakukan pada saat mengurus aspek legalitas perijinan  Pelaksana Pengelolaan

(22)

5.2. Tahap Operasional

5.2.1. Persiapan Penyelaman d. Sumber Dampak

Adanya ketidak mengertian calon penyelam terhadap prosedur penyelaman, dan belum mengetahui kondisi wilayah tempat penyelaman

b. Jenis Dampak

Hal tersebut akan menimbulkan bahaya bagi wisatawan apabila nantinya melakukan penyelaman

c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak

Sifat dampak adalah negatif dan cukup penting, dengan tolok ukurnya adalah adanya kecelakaan dalam penyelaman, kerusakan fisik terumbu karang, pengambilan hewan atau tumbuhan di laut

d. Upaya Pengelolaan Lingkungan  Upaya Pengelolaan

 Dalam pendaftaran untuk kegiatan penyelaman dipersyaratkan agar wisatawan telah bisa berenang dan bias menyelam. Disamping itu juga harus mengecek kesehatan wisatawan

 Para dive master harus selalu memberikan pengarahan kepada para wisatawan yang akan menyelam tentang karakteristik tempat menyelam, cara pemasangan peralatan selam, peraturan penyelaman dan upaya menangani keadaan yang berbahaya di dalam laut, dan upaya konservasi biota laut

 Melakukan pengecekan terhadap peralatan selam seperti kapasitas dan isi tabung, regulator, selang dan sebagainya

 Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan saat dan atau setiap akan mengantar wisatawan untuk menyelam

 Pelaksana Pengelolaan

Pelaksananya adalah pihak Manajemen atau dive master USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN

5.2.2. Kegiatan Kantor d. Sumber Dampak

Adanya kegiatan kantor, pengisian tabung dari kompresor, pencucian tabung dan akan menghasilkan sejumlah limbah cair dan sampah, keluar masuknya armada pengangkut wisatawan yang akan menyelam.

e. Jenis Dampak

Adapun jenis dampak yang timbul dari kegiatan tersebut adalah adanya sejumlah limbah dan sampah, kebisingan, peningkatan volume lalu lintas

(23)

Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya limbah dan sampah yang tidak tertampung, suara bising, gangguan lalu lintas

g. Upaya Pengelolaan Lingkungan  Upaya Pengelolaan

 Limbah MCK dan pencucian tabung ditampung dalam septic-tank, apabila penuh maka akan dilakukan pengurasan dengan memanfaatkan jasa kuras septic-tank yang ada, sedangkan sampah yang ada akan diangkut setiap hari oleh petugas jasa angkutan sampah

 Untuk menghindari kebisingan dalam pengisian tabung, maka kegiatan dilakukan dalam ruangan khusus yang kedap suara dan tidak dilakukan pada malam hari

 Pangaturan lalu lintas dan parkir diatur oleh Waker/SATPAM yang ada  Waktu Pengelolaan

Pengelolaan dilakukan setiap hari selama masa operasional  Pelaksanaan Pengelolaan

Pelaksana pengelolaan ini adalah pihak Manajemen PT. Hiro Chan

5.2.3. Pemberdayaan Masyarakat sekitar lokasi penyelaman d. Sumber Dampak

Sumber dampaknya adalah adanya kegiatan penyelaman yang mengasilkan sejumlah keuntungan bagi perusahaan yang bergerak pada usaha wisata selam yang berkantor jauh dari lokasi penyelaman tersebut.

e. Jenis Dampak

Jenis dampak adalah adanya kecemburuan sosial masyarakat disekitar wilayah tempat penyelaman (dive site) yang bisa mengakibatkan kerusakan fisik sarana dan prasarana penyelaman.

f. Sifat dan Tolok Ukur Dampak

Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya gangguan terhadap para wisatawan yang akan menyelam oleh masyarakat sekitar lokasi penyelaman d. Upaya Pengelolaan Lingkungan

 Upaya Pengelolaan

 Perusahaan memberikan kontribusi kepada wilayah tempat penyelaman tersebut secara periodik

 Memanfaatkan tenaga masyarakat lokal untuk mengangkut tabung dan peralatan selam ke dan dari perahu

 Memanfaatkan perahu masyarakat untuk mengangkut wisatawan untuk menyelam

(24)

 Memberikan pengarahan (sosialisasi) pada para nelayan di lokasi penyelaman tentang arti penting konservasi kawasan terumbu karang secara periodik.  Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan saat dan atau setiap melakukan kegiatan penyelaman  Pelaksana Pengelolaan

Pelaksananya adalah pihak Manajemen atau dive master atau pemandu yang menyertai wisatawan dari USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN

5.3.4. Persaingan Usaha Wisata Tirta a. Sumber Dampak

Adanya persaingan bisnis yang tidak sehat baik dalam promosi kepada wisarawan maupun pelaksanaan penyelaman seperti memberikan paket paket program diluar ketentuan yang berlaku.

e. Jenis Dampak

Adanya silang sengketa antara perusahaan satu dengan yang lainnya, disamping itu juga adanya persepsi masyarakat yang ada di lokasi penyelaman karena adanya pemberian kontribusi dan atau pemanfaatan yang berbeda

f. Sifat dan Tolok Ukur Dampak

Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya gangguan fisik maupun non fisik terhadap usaha wisata tirta (selam)yang ada.

d. Upaya Pengelolaan Lingkungan  Upaya Pengelolaan

 Semua pengusaha yang bergerak dalam usaha wisata tirta (selam)diwajibkan menjadi anggota GAHAWISRI, termasuk PT. HIRO CHAN

 Mengikuti Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga GAHAWISRI sebagai induk organisasinya

 Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan pembinaan dilakukan secara periodik, setiap enam bulan misalnya  Pelaksana Pengelolaan

Pelaksananya adalah pihak Manajemen dari USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN dan penngusaha lainnya yang sejenis

5.3.5. Kegiatan dan Prilaku Penyelaman d. Sumber Dampak

(25)

e. Jenis Dampak

Jenis dampak yang ditimbulkannya adalah adanya kerusakan area wisata selam/terumbu karang, adanya perubahan prilaku biota terutama jenis-jenis ikan, adanya penurunan keanekaragaman jenis biota laut.

f. Sifat dan Tolok Ukur Dampak

Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya frekuensi terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap keberadaan dan kelestarian biota yang ada di lokasi penyelaman

e. Upaya Pengelolaan Lingkungan  Upaya Pengelolaan

 Mengumumkan dan atau mengingatkan pada para wisatawan yang akan menyelam agar selalu melakukan hal-hal yang diperbolehkan dan mentaati peraturan yang berlaku

 Dilarang menjejakkan kaki pada karang dan memberikan makanan kepada biota yang dijumpai (ikan, misalnya) karena bias menyebabkan perubahan prilaku.  Ikut menjaga dan memelihara lokasi penyelaman dengan tidak membuang

sampah, tidak mengambil biota, tidak menginjak terumbu karang

 Laporkan atau catat bila menemukan jenis-jenis biota yang baru atau yang langka  Pihak perusahaan selam agar menyediakan informasi atau buku-buku yang berisi

jenis - jenis ikan yang ada di laut

 Dalam melakukan penyelaman harus selalu berpasangan minimal dua orang (buddy)

 Untuk menghindari kerusakan terumbu karang karena penjangkaran perahu maka kegiatan penjangkaran dilakukan dengan memasang mooring bouy (jangkar terapung)

 Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan saat dan atau setiap ada kegiatan wisatawan yang menyelam  Pelaksana Pengelolaan

Pelaksananya adalah pihak Manajemen atau pemandu selam (dive master) dari USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN

5.3.6. Kegiatan Pasca Penyelaman a. Sumber Dampak

Usai penyelaman maka para penyelam akan melakukan pembersihan diri dan peralatan selam yang digunakan.

b. Jenis dampak

Jenis dampak yang terjadi adalah adanya sejumlah limbah dan atau sampah akibat pencucian peralatan dan pembersihan diri para penyelam.

c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak

(26)

d. Upaya Pengelolaan Lingkungan

 Upaya Pengelolaan

 Mencuci peralatan selam pada tempat yang telah disediakan

 Membuat septic tank penampung limbah WC sesuai persyaratan pembentukannya, dan juga membuat septic tank untuk limbah pencucian peralatan selam dan limbah kamar mandi

 Membuat bak-bak penampungan sampah

 Apabila sarana tersebut diatas tidak ada maka pengelola wisata tirta (selam)mengusulkan pada induk persatuannya yaitu GAHAWISRI untuk mengusahakan pembangunan tempat pencucian peralatan selam dan kamar mandi dan WC

 Pengelolaan Kamar mandi, WC dan tempat pencucian kepada desa setempat  Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan saat dan atau setiap ada kegiatan wisatawan yang menyelam  Pelaksana Pengelolaan

Pelaksananya adalah pihak Manajemen USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN dan perusahaan yang sejenis dibawah koordinasi GAHAWISRI

5.3.7.

Upaya Konservasi dari Pengusaha Wisata tirta (selam)

a. Sumber Dampak

Kegiatan penyelaman yang telah dilakukan akan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan tempat penyelaman khususnya terumbu karang baik itu disengaja maupun tidak sengaja, termasuk membuang sampah sembarangan di darat maupun di perairan

b. Jenis dampak

Jenis dampak yang terjadi adalah adanya penurunan kualitas lingkungan seperti kerusakan terumbu karang, adanya sampah yang berceceran baik di perairan maupun di darat

c. Sifat dan Tolok Ukur Dampat

Sifat dampak adalah negatif dengan tolok ukurnya adalah adanya terumbu karang yang rusak, volume sampah

d. Upaya Pengelolaan Lingkungan

 Upaya Pengelolaan

 Perusahaan menyisihkan dana untuk upaya konservasi yang dikelola melalui induk organisasinya (GAHAWISRI)

 Melakukan monitoring terumbu karang (reef check) secara bersama-sama yang melibatkan berbagai komponen instansi, masyarakat, mahasiswa, maupun LSM  Melakukan kegiatan konservasi seperti upaya restorasi/transplantasi karang pada

area yang rusak secara bersama-sama melalui induk organisasinya (GAHAWISRI)  Melakukan upaya pembersihan sampah di perairan tempat menyelam secara

(27)

masyarakat setempat dan LSM-LSM yang peduli lingkungan dilakukan secara periodik

 Melaporkan dan atau mencatat bila menemukan jenis-jenis biota yang baru atau yang langka kepada pihak BAPEDALDA Propinsi atau instansi terkait lainnya secara periodik

 Pemasangan rambu-rambu pada lokasi penyelaman dan melakukan upaya pemasangan mooring bouy bersama-sama melalui induk organisasi (GAHAWISRI)  Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan saat tertentu secara periodik yang dikoordinasi oleh instansi terkait baik pemerintah maupun swasta

 Pelaksana Pengelolaan

Pelaksananya adalah pihak Manajemen dari USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN

(28)

MATRIK UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) USAHA WISATA TIRTA

(SELAM) PT. HIRO CHAN LINGKUNGAN PERARUDAN, KELURAHAN JIMBARAN,

KECAMATAN KUTA SELATAN

No Dampak Upaya Pengelolaan Lingkungan

Sumber Jenis Indikator Upaya Pelaksana Waktu

Tahap Prakonstruksi

Pengurusan perijinan 1 Pengurusan

ijin mrp syarat legalitas yg harus dipenuhi dlm rencana Usaha Wisata tirta (selam) PT. Hiro Chan ini.

Adanya hamba-tan dalam penguru san per-ijinan Kelanca ran proses pengurus an perijinan oleh pemra karsa

Untuk mencegah lama nya/ terhambatnya pengurusan perijinan pd berbagai instansi atau lembaga, maka upaya yang dilakukan adalah dgn mengikuti proses & aturan yg berlaku secara cermat Pemra karsa/ Manaje- men USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN Sekali saat mengurus aspek legalitas perijinan Tahap Operasional

1 Persiapan Penyelaman

Adanya ketidak mengertian calon penyelam terhadap prosedur penyelaman, dan belum mengetahui kondisi wilayah tempat penyelaman Hal tersebut akan menim- bulkan bahaya bagi wisata wan apabila nantinya melaku kan penyelam an adanya kecelaka an dalam penyela man, kerusakan fisik terumbu karang, pengambil an hewan atau tumbuhan di laut

 Dalam pendaftaran utk kegiatan penyela- man dipersyaratkan agar wisatawan telah bisa berenang dan bisa menyelam Disamping itu juga hrs mengecek kesehatan wisatawan

 Para dive master harus selalu memberi kan pengarahan kpd para wisatawan yg akan menyelam ttg karakteristik tempat menyelam, cara pema-sangan peralatan selam, peraturan pe-nyelaman dan upaya menangani keadaan yg berbahaya di dalam laut, upaya konser- vasi biota laut

 Melakukan pengece- kan thd peralatan selam spt kapasitas dan isi tabung, regulator, selang dsb.

(29)

Lanjutan Matrik…………

No Dampak Upaya Pengelolaan Lingkungan

Sumber Jenis Indikator Upaya Pelaksana Waktu

2 Pemberdayaan Masyarakat sekitar lokasi penyelaman

adanya kegiatan pe nyelaman yg meng hasilkan se jumlah ke- untungan bagi perusa haan yang berkantor jauh dari lokasi penyela man tersebut. adanya ke cemburuan sosial masya rakat diseki- tar wilayah tempat penye laman (dive site). Adanya gangguan terhadap para wisatawan yang akan menyelam oleh masyarakat sekitar lokasi penyelaman

 Perusahaan memberikan kon tribusi kepada wilayah tem-pat penyelaman tersebut secara periodik

 Memanfaatkan tenaga masyarakat lokal utk meng-angkut tabung dan peralatan selam ke dan dari perahu

 Memanfaatkan perahu ma-syarakat untuk mengangkut wisatawan untuk menyelam

 Memanfaatkan potensi wila-yah tempat menyelam sepertri untuk makan dan minum, membeli souvenir

 Memberikan pengarahan (sosialisasi) pada para nelayan di lokasi

penyelaman tentang arti penting konservasi kawasan terumbu karang secara periodik. Manaje men/dive master atau pemandu yang menyer tai wisa tawan dari USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN Dilakukan saat dan atau setiap melaku kan kegiatan penyela man

3 Persaingan Usaha Wisata Tirta

Adanya persaingan bisnis yg tidak sehat baik dalam promosi kpd wisata- wan mau-pun pelak-sanaan pe-nyelaman spt mem-berikan paket paket program diluar ketentuan yang berlaku. Adanya silang sengketa antara perusahaan satu dengan yang lainnya, disamping itu juga adanya persepsi masyarakat yang ada di lokasi penyelaman karena adanya pemberian kontribusi dan atau pemanfaatan yang berbeda adanya gangguan fisik maupun non fisik terhadap usaha wisata tirta (selam) yang ada.

 Semua pengusaha yang bergerak dalam usaha wisata tirta (selam)

diwajibkan menjadi anggota GAHA-WISRI, termasuk PT. HIRO CHAN

 Mengikuti Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga GAHAWISRI

sebagai induk organisasinya

(30)

Lanjutan Matrik …………..

No Dampak Upaya Pengelolaan Lingkungan

Sumber Jenis Indikator Upaya Pelaksana Waktu

Tahap Operasional

4 Kegiatan dan Prilaku Penyelaman

adanya pelang garan thd usaha konser-vasi plasma nutfah yg ada di lokasi pe-nyelaman spt pengambilan biota laut yg di jumpai, pem- berian pakan pd ikan-ikan dgn tuju-an agar ikan mendekat, menjejakkan kaki pd terum bu karang, pemberian racun/bius utk menangkap ikan atau biota lainnya, me-nyelam sendiri-sendiri dsb adanya kerusakan area wisata selam, adanya perubahan prilaku biota terutama jenis-jenis ikan, adanya penurunan keaneka ragaman jenis biota laut. frekuensi terjadi-nya pelang garan-pelang garan thd keberada an dan kelestari an biota yg ada di lokasi penyelam an

 Mengingatkan para wisata-wan yg akan menyelam agar selalu melakukan hal-hal yg diperbolehkan & mentaati peraturan yg ada

 Dilarang menjejakkan kaki pd karang dan memberikan makanan kpd biota (ikan) krn dpt menyebabkan peru bahan prilaku.

 Ikut menjaga& memelihara lokasi penyelaman dgn tdk membuang sampah, tdk mengambil biota, tdk menginjak terumbu karang

 Laporkan atau catat bila menemukan jenis biota yg baru atau yang langka

 Menyediakan informasi atau buku yg berisi jenis ikan yang ada di laut

 Kegiatan penyelaman hrs selalu berpasangan minimal dua orang (buddy)

 Utk menghindari kerusakan terumbu karang maka kegiatan penjangkaran dilakukan dgn memasang

mooring bouy Manaje men atau pemandu selam (dive master) dari USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN saat dan atau setiap ada kegiatan wisata wan yang menye lam

5 Kegiatan Pasca Penyelaman

Usai penyela-man maka para penyelam akan melaku-kan pembersih an diri dan peralatan selam yang digunakan adanya sejumlah limbah dan atau sampah akibat pencucian peralatan dan pembersi han diri para penyelam. limbah dan sampah yg ber-ceceran disekitar lokasi penyela man

 Mencuci peralatan selam pd tempat yg telah disediakan

 Membuat septic tank penam pung limbah WC sesuai peruntukannya, & juga mem-buat septic tank utk limbah pencucian perala tan selam & limbah KM

 Membuat bak-bak penam- pungan sampah

 Apabila sarana tsb diatas tdk ada maka pengelola wisata selam mengusulkan GAHA WISRI utk mengusahakan pembangunan tempat tsb diatas

(31)

Lanjutan Matrik ...

No Dampak Upaya Pengelolaan Lingkungan

Sumber Jenis Indikator Upaya Pelaksana Waktu

Tahap Operasional

6 Upaya Konservasi dari Pengusaha Wisata tirta (selam)

Kegiatan pe-nyelaman yg telah dilaku-kan dapat me nyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan tempat penyelaman khususnya terumbu karang baik itu disengaja maupun tidak sengaja, ter-masuk membu ang sampah sembarangan di darat mau-pun di per-airan adanya penurunan kualitas lingkungan seperti kerusakan terumbu karang, adanya sampah yang berceceran baik di perairan maupun di darat tolok ukurnya adalah adanya terumbu karang yang rusak, volume sampah

 Perusahaan menyisihkan dana utk upaya konservasi yg dikelola melalui induk organisasinya

(GAHAWISRI)

 Melakukan monitoring te-rumbu karang (reef check) secara bersama-sama yang melibatkan berbagai kompo nen instansi, masyarakat, mahasiswa, maupun LSM

 Melakukan kegiatan konser vasi seperti upaya resto-rasi, transplantasi karang pd area yg rusak scr ber-sama-sama melalui induk organisasinya(GAHAWISRI)

 Melakukan upaya pember-sihan sampah di perairan tempat menyelam secara bersama-sama melalui induk organisasinya (GAHAWISRI) yang juga melibatkan masyarakat setempat dan LSM-LSM yang peduli lingkungan dilakukan secara periodik

 Melaporkan dan atau mencatat bila menemukan jenis-jenis biota yang baru atau yang langka kepada pihak BAPEDALDA Propinsi atau instansi terkait lainnya secara periodik

(32)

BAB VI

UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Dalam rangka mengefektifkan pengelolaan lingkungan akibat kegiatan kegiatan pembangunan dan operasional USAHA WISATA TIRTA (SELAM)PT. HIRO CHAN ini seperti yang telah dikaji dalam upaya pengelolaan lingkungan pada Bab V., maka perlu diikuti dengan pemantauan lingkungan secara intensif. Hal ini dilakukan disamping itu memantau kegiatan pengelolaan juga dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian kegiatan yang dilakukan tersebut.

Sesuai dengan kajian upaya pengelolaan lingkungan, maka upaya pemantauan lingkungan akan dilakukan baik pada tahap prakonstruksi, konstruksi maupun tahap operasi. Uraian upaya pemantauan lingkungan meliputi : (a) jenis dampak yang akan dipantau, (c) tolok ukur dampak, (c) lokasi pematauan, (d) waktu pemantauan, (e)

cara/metode pemantauan dan (f) Instansi Pengawas dan Pemantau. Adapun uraian secara terperinci mengenai upaya pemantauan lingkungan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

6.1. Tahap Prakonstruksi

6.1.1. Pengurusan ijin.

h. Jenis Dampak

Terjadinya keresahan pihak pemerintah dan masyarakat setempat sehingga menimbulkan protes dan keberatan dalam bentuk penghentian kegiatan fisik maupun pembatalan perijinan

i. Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur dampak berupa protes dan gugatan maupun keresahan pihak masyarakat, aparat keluran dan pemerintah.

j. Cara Pemantauan

Pemantauan dilakukan dengan cara melihat langsung kelengkapan yang ada di Kantor PT Hiro Chan

k. Lokasi Pemantauan

Lokasi pemantauan adalah pada Kantor PT. Hiro Chan

l. Waktu Pemantauan

(33)

m. Instansi Pengawas dan Pemantau

Pemantauanya adalah Lurah Jimbaran, BPN Kab. Badung, Diparda Provinsi Bali dan Kabupaten Badung, serta Gahawisri

6.2. Tahap Operasional

6.2.1. Persiapan Penyelaman a. Jenis Dampak

Tidak melakukan persiapan penyelaman akan menimbulkan bahaya bagi wisatawan apabila nantinya melakukan penyelaman

b. Tolok Ukur Dampak

Tolok ukurnya adalah adanya kecelakaan dalam penyelaman, kerusakan fisik terumbu karang, pengambilan hewan atau tumbuhan di laut

c. Cara Pemantauan

Pemantauan dilakukan saat pemandu selam membawa wisatawan yang akan melakukan penyelaman

d. Lokasi Pemantauan

Lokasi tempat pemantauan adalah pada lokasi tujuan penyelaman e. Waktu Pemantauan

Pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali atau kalau ada laporan dari masyarakat f. Instansi Pengawas dan Pemantau

Kegiatan in dipantau oleh Bapedal Provinsi Bali, Gahawisri, Diparda Propinsi dan Diparda Kabupaten/Kota tempat lokasi penyelaman tersebut berada

6.2.2. Kegiatan Kantor

h. Jenis Dampak

Adapun jenis dampak yang timbul dari kegiatan tersebut adalah adanya sejumlah limbah dan sampah, kebisingan, peningkatan volume lalu lintas

i. Tolok Ukur Dampak

Tolok ukurnya adalah adanya limbah dan sampah yang tidak tertampung, suara bising, gangguan lalu lintas

j. Cara Pemantauan

Pemantauan dilakukan dengan melihat langsung di kantor operasional PT. Hiro Chan d. Lokasi Pemantauan

(34)

e. Waktu Pemantauan

Pemantauan dilakukan secara periodik setiap enam bulan sekali atau kalau ada keluhan dari masyarakat

f. Instansi Pengawas dan Pemantau

Pemantaunya adalah Bapedal Kabupaten Badung, Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, Polsek Kuta Selatan, Dinas Pergubungan Kabupaten Badung, Camat Kuta Selatan dan Kelurahan Jimbaran.

6.2.3. Pemberdayaan Masyarakat sekitar lokasi penyelaman

g. Jenis Dampak

Jenis dampak adalah adanya kecemburuan sosial masyarakat disekitar wilayah tempat penyelaman (dive site) yang bisa mengakibatkan kerusakan fisik sarana dan prasarana penyelaman.

h. Tolok Ukur Dampak

Tolok ukurnya adalah adanya gangguan terhadap para wisatawan yang akan menyelam oleh masyarakat sekitar lokasi penyelaman

c. Cara Pemantauan

Pemantauan dilakukan dengan wawancara langsung dengan masyarakat sekitar lokasi penyelaman (dive site) dan Manajemen PT. Hiro Chan

d. Lokasi Pemantauan

Pemantauan dilakukan pada masyarakat yang ada di lokasi pennyelaman dan Kantor PT. Hiro Chan

e.

Waktu Pemantauan

Waktu pemantauan adalah setiap enam bulan sekali atau kalau ada

laporan/keluhan dari komponen masyarakat

f.

Instansi Pengawas dan Pemantau

Pemantaunya adalah Bapedal Provinsi dan Kabupaten/Kota (Dinas LH,

DKPLH), Kepala Desa, Camat setempat

6.3.4. Persaingan Usaha Wisata Tirta

g. Jenis Dampak

Adanya silang sengketa antara perusahaan satu dengan yang lainnya, disamping itu juga adanya persepsi masyarakat yang ada di lokasi penyelaman karena adanya pemberian kontribusi dan atau pemanfaatan yang berbeda

(35)

Tolok ukurnya adalah adanya gangguan fisik maupun non fisik terhadap usaha wisata tirta (selam)yang ada.

c. Cara Pemantauan

Pemantauan dilakukan dengan wawancara langsung dengan masyarakat sekitar lokasi penyelaman (dive site) dan Manajemen PT. Hiro Chan

d. Lokasi Pemantauan

Pemantauan dilakukan pada masyarakat yang ada di lokasi pennyelaman dan Kantor PT. Hiro Chan

e. Waktu Pemantauan

Waktu pemantauan adalah setiap enam buloan sekali atau kalau ada laporan/keluhan dari komponen masyarakat

f. Instansi Pengawas dan Pemantau

Pemantaunya adalah Diparda Prov.,Kabupaten/ Kota, Gahawisri, Kepala Desa, Camat setempat

6.3.5. Kegiatan dan Prilaku Penyelaman

g. Jenis Dampak

Jenis dampak yang ditimbulkannya adalah adanya kerusakan area wisata selam/terumbu karang, adanya perubahan prilaku biota terutama jenis-jenis ikan, adanya penurunan keanekaragaman jenis biota laut.

h. Tolok Ukur Dampak

Tolok ukurnya frekuensi terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap keberadaan dan kelestarian biota yang ada di lokasi penyelaman

c. Cara Pemantauan

Pemantauan dilakukan dengan cara melihat dengan melakukan penyelaman langsung pada lokasi penyelaman yang ada

d. Lokasi Pemantauan

Pemantauan dilakukan pada lokasi/obyek wisata selam setempat

e. Waktu Pemantauan

Dilakukan setiap enam bulan sekali atau kalau ada keluhan atau laporan dari komponen masyarakat

f. Instansi Pengawas dan Pemantau

Bapedalda Provinsi, Kabupaten atau Kota tempat melakukan penyelaman, Gahawisri, Diparda Provinsi, Kabupaten/Kota, BKSDA Provinsi Bali , Pol Air Polda Bali, Dinas Perhubungan Prov/Kab/Kota

(36)

6.3.6. Kegiatan Pasca Penyelaman a. Jenis dampak

Jenis dampak yang terjadi adalah adanya sejumlah limbah dan atau sampah akibat pencucian peralatan dan pembersihan diri para penyelam.

b. Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur adalah adanya limbah dan sampah yang berceceran disekitar lokasi penyelaman

c. Cara Pemantauan

Pemantauan dilakukan dengan melihat langsung dilokasi penyelaman, wawancara dengan masyarakat sekitarnya

d. Lokasi Pemantauan

Lokasi pemantauan adalah pada tempat-tempat penyelaman yang ada e. Waktu Pemantauan

Pemantauan dilakukan secara periodik setiap enam bulan sekali atau kalau ada laporan/keluhan dari komponen masyarakat

f. Instansi Pengawas dan Pemantau

Instansi yang memantau adalah Lurah/Kepala Desa setempat, Bapedalda Provinsi Bali/Kabupaten/Dinas LH/DKPLH di masing-masing lokasi.

6.3.7. Upaya Konservasi dari Pengusaha Wisata tirta (selam) a. Jenis dampak

Jenis dampak yang terjadi adalah adanya penurunan kualitas lingkungan seperti kerusakan terumbu karang, adanya sampah yang berceceran baik di perairan maupun di darat

b. Tolok Ukur Dampat

Tolok ukurnya adalah adanya terumbu karang yang rusak, berkurangnya keragaman jenis yang ada ,volume sampah

c. Cara Pemantauan

Pemantauan dilakukan dengan mengamati langsung kondisi di laut (melalui penyelaman) dan di darat dengan mengkuantifikasi dan mengkualifikasi keadaan yang ada.

d. Lokasi Pemantauan

Lokasi pemantauan adalah pada tempat-tempat penyelaman yang ada e. Waktu Pemantauan

Pemantauan dilakukan secara periodik setiap enam bulan sekali atau kalau ada laporan/keluhan dari komponen masyarakat

(37)
(38)

MATRIK UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL)

USAHA WISATA TIRTA (SELAM) PT. HIRO CHAN CHAN LINGKUNGAN

PERARUDAN, KELURAHAN JIMBARAN, KECAMATAN KUTA SELATAN

No Dampak Upaya Pemantauan Lingkungan

Sumber Jenis Tolok Ukur Cara Lokasi Waktu Instansi

Penga was

Tahap Prakonstruksi 1 Penguru

san Perijinan keresahan pihak pemerintah dan masyarakat se-tempat shg menimbulkan protes dan keberatan protes dan gugatan maupun keresahan pihak masyarakat, aparat keluran dan pemerintah. melihat langsung kelengkapan yang ada di Kantor PT Hiro Chan Kantor PT. Hiro Chan sekali saat pengurus anperijin an Lurah Jimbaran, BPN Kab. Badung, Diparda Prov. Bali & Kab. Badung serta Gahawisri Tahap Operasional 1 Persiapan

penyelam an Tidak melaku- kan persiapan penyelaman akan menimbul kan bahaya bagi wisatawan apabila nantinya melakukan penyelaman adanya kece- lakaan dlm penyelaman, kerusakan fisik terumbu karang, pengam bilan hewan/ tumbuhan di laut dilakukan saat peman- du selam membawa wisatawan yg akan melaku-kan penyela-man pada lokasi tujuan penyelam an setiap enam bulan sekali atau kalau ada laporan dari masyara kat Bapedal Prov. Bali, Gahawisri ,Diparda Prov. & Diparda Kab/Kota tempat penyela man

2 Kegiatan kantor

adanya se- jumlah limbah & sampah, kebisi ngan, peningka- tan volume lalu lintas

adanya limbah & sampah yang tdk tertampung, suara bising, gangguan lalu lintas melihat lang-sung di kantor operasional PT. Hiro Chan

(39)

Lanjutan Matrik ………

No Dampak Upaya Pemantauan Lingkungan

Sumber Jenis Tolok Ukur Cara Lokasi Waktu Instansi

Penga was

Tahap Operasional

3 Pemberda yaan masyara kat sekitar lokasi penyela man adanya kecem buruan sosial masyarakat disekitar wilayah tempat penyelaman (dive site).

adanya ganggu- an terhadap para wisatawan yang akan menyelam oleh masyarakat sekitar lokasi penyelaman wawancara langsung dengan masyarakat sekitar lokasi penyelaman (dive site) dan Manaje-men PT. Hiro Chan Dilaku kan pada masyara kat yg ada di lokasi penyela man & Kantor PT. Hiro Chan setiap enam bulan sekali atau kalau ada laporan dari masyara kat Bapedalda Provinsi & Kab/Kota (Dinas LH, DKPLH), Kepala Desa, Camat setempat

4 Persaing an Usaha Wisata Tirta Adanya silang sengketa antara per-usahaan satu dg yg lainnya, disamping itu juga adanya persepsi masyarakat yg ada di lokasi penyelaman karena adanya pemberian kontribusi &/ pemanfaatan yang berbeda

adanya gang guan fisik mau-pun non fisik terhadap usaha wisata tirta (selam)yang ada. wawancara langsung dg masyarakat sekitar lokasi penyelaman (dive site) dan Manaje- men PT. Hiro Chan pada masya rakat yg ada di lokasi pennye laman & Kantor PT. Hiro Chan setiap enam bulan sekali/ kalau ada laporan/ke luhan dari komponen masya rakat Diparda Prov.,Kabu paten/ Kota, Gahawisri, Kepala Desa, Camat setempat

5 Prilaku Penyelam an adanya kerusakan area wisata selam, adanya perubahan prilaku biota terutama jenis-jenis ikan, adanya penurunan keanekaragam an jenis biota laut. frekuensi terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap keberadaan dan kelestarian biota yang ada di lokasi penyelaman melihat dengan melakukan penyelaman langsung pada lokasi penyelaman yang ada

(40)

Lanjutan Matrik ………

No Dampak Upaya Pemantauan Lingkungan

Sumber Jenis Tolok Ukur Cara Lokasi Waktu Instansi

Penga was

Tahap Operasional

6 Kegiatan Pasca Penyelam an

adanya sejum lah limbah dan atau sampah akibat pencu-cian peralatan dan pember-sihan diri para penyelam. adanya limbah dan sampah yang berceceran disekitar lokasi penyelaman melihat langsung dilokasi penyelaman ,wawancara dengan masyarakat sekitarnya Pada tempat-tempat penyelam an yang ada secara periodik setiap enam bulan sekali atau kalau ada laporan/ keluhan dari kompo nen masya- rakat Lurah/ Kades setempat, Bapedalda Provinsi Bali/Kabupa ten/Dinas LH/ DKPLH di masing-masing lokasi.

(41)

BAB VII

PELAPORAN

Hasil pelaksanaan Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dilaporkan kepada instansi-instansi terkait sebagai berikut :

7.1.

Instansi yang dilapori

a

Bapedal Provinsi Bali

b

Bapedal atau Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

c

Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Kota dan Kabupaten se Bali

d

Dinas Perhubungan Provinsi Bali, Kab/Kota se Bali

e

Dinas Perikanan Provinsi Bali, Kab/Kota se Bali

f

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Bali

g

Dinas Kesehatan kabupaten Badung

h

Kepolisian Perairan Polda Bali

i

Kecamatan di lokasi penyelaman (dive site)

j

Posek Kuta Selatan

k

Kelurahan/ Kepala Desa di lokasi penyelaman (dive site)

7.2. Materi Laporan

Materi laporan yang dimaksud adalah laporan mengenai pemantauan

lingkungan yang berisikan hal-hal sebagai berikut :

a.

Pelaksanaan pemantauan lingkungan

b.

Waktu dan frekuensi pemantauan

c.

Metode dan peralatan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pemantauan

d.

Hasil analisis atau kajian seperti : sanitasi lingkungan, kualitas air limbah,

gangguan lalu lintas, gangguan kamtibmas, keresahan masyarakat dan

kesehatan dan keselamatan kerja

(42)

Pelaporan terhadap kegiatan pemantauan lingkungan dilaksanakan mulai tahap

konstruksi, selama masa opersional cottage. Waktu pelaporan dilakukan setiap 6

(43)

DAFTAR PUSTAKA

12.Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

13.Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan

14.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman

Umum UKL-UPL

15.Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No. KM.95/UM.001/MPT-94

tentang Pedoman Teknis Penyusunan UKL-UPL bidang usaha Penyediaan Akomodasi

dan Usaha Penyediaan Makan dan Minum

16.Keputusan Gubernur Propinsi Bali No. 515 Tahun 2000 tentang Baku Mutu Lingkungan

17.Keputusan Bupati Badung No. 1018 tahun 2003 tentang Mekanisme Pelaksanaan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan

(UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dalam perizinan di Kabupaten Badung.

18.Fandeli, C. 2000. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip dasar dan

Pemapanannya dalam pembangunan. Edisi-2. Penerbit Liberty. Yogyakarta

19.vanSteenis, C.G.G.J. 1997. Flora untuk sekolah di Indonesia. Cetakan ke-7. PT. Pradnya

Paramita. Jakarta.

20.Peraturan daerah Provinsi Bali No. 3 tahun 2005 tentang RTRW Provinsi Bali

21.Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4 tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup

22.Bapedal Daerah Provinsi Bali, 2003. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali Tahun 2003

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa jenis indikator kinerja yang digunakan dalam pelaksanaan pengukuran kinerja kegiatan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Palembang tahun 2019

Tahapan pengembangan LKPD yaitu: menganalisa kebutuhan dan karakteristik siswa, persiapan desain awal produk dengan mengumpulkan materi dan gambar-gambar yang disajikan

Temuan ini tidak mendukung hipotesis dalam penelitian ini yang melihat bahwa atribut sumber pada kategori sumber dari orang lain justru orang lain lebih rentan terhadap tipuan

lainnya. ✔ Hal ini karena shalat merupakan ibadah yang sangat fundamental, yang bahkan dikatakan dalam sebuah riwayat bahwa yang membedakan antara seseorang itu mu'min atau

Faktor dari dimensi kapal seperti panjang kapal, lebar kapal, dan sarat (draft) kapal yang akan beroperasi pada dermaga memberi pengaruh pada perencanaan

Dengan latar belakang diatas, maka penulis merasa perlu untuk meneliti apakah ada hubungan antar jarak kandang ternak babi dan pengolahan limbah atau kotoran

pre-cooler ) dan chilling time yang diinginkan 16 jam, maka kompresor yang akan beroperasi sebanyak 2 buah selama 16 jam, sedangkan bila beban pendinginan

EMF kembali mencapai maksimum jika kecepatan angker dinamo maksimum. Arus yang disedot dari catu daya menurun saat motor makin cepat, karena EMF kembali yang