i
DISERTASI
KOMODIFIKASI SENI PERTUNJUKAN BARONG
DI BANJAR DENJALAN-BATUR DESA BATUBULAN
GIANYAR BALI
I WAYAN SUBRATA
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
2012
ii
KOMODIFIKASI SENI PERTUNJUKAN BARONG
DI BANJAR DENJALAN-BATUR DESA BATUBULAN
GIANYAR BALI
Desertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor di Program Doktor, Program Studi Kajian Budaya
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I WAYAN SUBRATA NIM 0990371006
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA 2012
iii
Lembar Pengesahan
DISERTASI INI TELAH DISETUJUI DALAM UJIAN TERTUTUP (TAHAP I)
TANGGAL 29 JUNI 2012
Promotor,
Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. NIP 195202181980031002
Kopromotor I, Kopromotor II,
Prof. Dr. I Made Suastika, S.U. Prof. Dr. I Nengah Duija, M.Si. NIP 195701131980031001 NIP 1967123120011211003
Mengetahui,
Ketua Program Doktor (S3) Direktur Program Pascasarjana Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana
Universitas Udayana
Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U. Prof. Dr.dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP 194807201978031001 NIP 195902151985102001
iv
Desertasi ini Telah Diujikan pada Ujian Disertasi Tahap I (Ujian Tertutup) Program Doktor Kajian Budaya
Program Pascasarjana Universitas Udayana Tanggal 29 Juni 2012
Berdasarkan Surat Keputusan Rektor
Universitas Udayana Nomor : 0949/UN.14.4/HK/2012 Tanggal 18 Juni 2012
Ketua: Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. Anggota:
1. Prof. Dr. I Made Suastika, S.U. 2. Prof. Dr. I Nengah Duija, M.Si. 3. Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U. 4. Prof. Dr. Wayan Cika, M.S.
5. Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U. 6. Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S. 7. Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A.
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : I Wayan Subrata
NIM : 0990371006
Jurusan/ Program Studi : Kajian Budaya
Fakultas/ Program : Pascasarjana Universitas Udayana
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi/tesis/disertasi* ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bebas dari peniruan terhadap karya orang lain. kutipan pendapat dan tulisan orang lain yang dirujuk sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat di buktikan bahwa dalam skripsi/tesis/disertasi* ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
.
Denpasar, 4 Juni 2012
I Wayan Subrata * Coret yang tidak perlu
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Atas Asung Kerta Wara Nugraha Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan yang Mahaesa, akhirnya penulis berhasil menyusun disertasi ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar doktor di Program Studi Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Hasil penelitian penulis diwujudkan ke dalam bentuk disertasi dengan judul “Komodifikasi Seni Pertunjukan Barong di Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan Gianyar Bali”.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya disertasi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A., selaku promotor, di tengah kesibukannya yang begitu padat selalu dapat menyempatkan diri dan menyediakan waktu untuk berdiskusi, membimbing dan mengarahkan penulis tanpa mengenal lelah hingga terwujudnya disertasi ini; Prof. Dr. I Made Suastika, S.U., selaku kopromotor I, dengan sepenuh hati telah meluangkan waktu untuk berdiskusi, membimbing dan mengarahkan penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung serta selalu memberi arahan dan koreksi yang cermat untuk lebih “menghaluskan” disertasi ini hingga terwujud seperti sekarang; dan Prof. Dr. I Nengah Duija, M.Si., selaku kopromotor II, yang telah mendorong, mengingatkan, membimbing, dan mengarahkan penulis sehingga desertasi ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Ucapan terima kasih yang setulusnya disampaikan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. I Made Bakta, Sp.P.D.(KHOM), atas kesempatan
vii
dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Doktor di Universitas Udayana. Ucapan yang sama ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K.), serta Asisten Direktur I, Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., dan Asisten Direktur II, Dr. I Ketut Susrusa, M.S., atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa program doktor di Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Wayan Cika, M.S., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Selanjutnya, ucapan terima kasih yang tulus disampaikan kepada Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U., selaku Ketua Program Studi Doktor Kajian Budaya atas segala arahan, bantuan, dan motivasi yang diberikan kepada penulis sehingga penulis termotivasi untuk segera menyelesaikan disertasi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Putu Sukardja, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Doktor Kajian Budaya atas kesediaannya memberikan arahan kepada penulis.
Para penguji yang telah banyak memberikan pertimbangan, kritik, penyempurnaan, dan masukan agar dapat diteruskan ke proses lebih lanjut. Beliau itu adalah Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.; Prof. Dr. I Made Suastika, S.U.; Prof. Dr. I Nengah Duija, M.Si.; Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U.; Prof. Dr. Wayan Cika, M.S.; Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U.; Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S.; Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A.
viii
Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada seluruh staf pengajar di Program Kajian Budaya Universitas Udayana. Demikian pula ucapan disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. I Nyoman Sucipta. M.P., selaku Koordinator Kopertis Wilayah VIII Bali, NTB, dan NTT, yang telah memberikan izin belajar dan dorongannya. Terima kasih yang tulus disampaikan kepada Prof. Dr. Ida Bagus Gde Yudha Triguna, M.S., selaku Rektor Universitas Hindu Indonesia yang telah memberikan fasilitas dan berbagai bantuan lainnya.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh Staf Administrasi Akademik di Program Studi S3 Kajian Budaya yaitu Bapak I Wayan Sukaryawan, S.T.; Ibu Ni Wayan Ariyati, S.E.; Ibu Dra. Ni Luh Witari; Ibu Cok Istri Putra Murniati, S.E.; Bapak I Ketut Budiarsa; Bapak I Made Kurniawan Gria, S.E.; Ibu A.A.A. Indrawati; Bapak I Nyoman Candera; Bapak I Putu Hendrawan; dan Bapak I Gusti Putu Taman atas segala fasilitas yang diberikan dalam berbagai urusan administrasi dan akademik. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada para informan di Desa Batubulan Gianyar, yakni I Nyoman Yudha; I Dewa Made Oka Mertha, A.Ma.Pd.; I Wayan Roda; Drs. I Gusti Ngurah Nara Kesuma; Jero Mangku Guru Made Wita; Gde Sukarda; I Wayan Jebeg; I Made Toya Mastika; Ni Made Sudiati; Putu Ekayani; Drs. I Gusti Ngurah Yoga; dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan informasi selama penulis melakukan penelitian.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman angkatan 2009 yang telah memberikan masukan dalam memahami dinamika kajian budaya melalui diskusi-diskusi. Pada akhirnya penulis menyadari benar bahwa
ix
kesempurnaan masih sangat jauh untuk dicapai, terutama dalam tulisan disertasi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
x ABSTRAK
Komodifikasi seni pertunjukan Barong Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan Gianyar merupakan salah satu daya tarik wisata yang sengaja digagas, diproduksi, dan didistribusikan kepada biro perjalanan atau agen perjalanan yang dikonsumsi oleh wisatawan macanegara dan Nusantara. Tari barong semula merupakan tari sakral, kemudian diprofankan yang bertujuan mendapatkan keuntungan.
Penelitian ini mengangkat beberapa masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut ini. Bagaimana bentuk komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan dalam hubungannya dengan pemanfaatan budaya sebagai daya tarik wisata? Bagaimanakah proses komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan dalam hubungannya dengan pemanfaatan budaya sebagai daya tarik wisata? Apa dampak dan makna komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan bagi
pemaksan barong dan masyarakat ? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui,
memahami, dan menjelaskan bentuk, proses terjadinya, dan dampak serta makna komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan.
Teori yang digunakan untuk menganalisis masalah di atas adalah teori Komodifikasi, teori Hegemoni, dan teori Dekonstruksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kajian budaya dan metode kualitatif. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian adalah data kualitatif yang diperoleh dari dua sumber yaitu sumber primer dan sekunder. Data lapangan diperoleh melalui informan kunci yang dipilih secara purposif, dalam hal ini peneliti bertindak sebagai instrumen utama, dibantu pedoman wawancara, kamera-foto, dan alat-alat tulis. Pengumpulan data lapangan menggunakan teknik pengamatan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif dan interpretatif.
Hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, bentuk komodifikasi seni pertunjukan barong, tampak dalam produksi, distribusi, dan konsumsi. Komodifikasi seni pertunjukan Barong diproduksi di tempat pertunjukan, yakni stage Pura Pererepan dan stage Pura Puseh ketika wisatawan datang mengonsumsi. Produksi menyangkut komposisi tari, cerita, karawitan, lokasi pertunjukan, dan upacara. Semua hal ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ke dua, ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya komodifikasi seni pertunjukan barong, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal ialah akibat masuknya industri pariwisata yang berkembang di Bali. Faktor internal ialah proses pengemasan seni pertunjukan barong lakon Calon Arang menjadi Kunti Seraya. Adanya ideologi pasar di balik komodifikasi seni pertunjukan barong yakni ideologi barong bebali (seni pertunjukan untuk upacara agama) menjadi seni balih-balihan (seni pertunjukan yang bersifat komersial). Ke tiga, dampaknya yakni dampak ekonomi dan dampak pelestarian budaya. Dalam hal ini maknanya beragam, yakni
xi
beragam dari aspek kesejahteran lahir dan batin, aspek simbolik agama dan politik pencitraan untuk dapat lebih menarik wisatawan, serta makna solidaritas.
Temuan baru penelitian ini adalah sebagai berikut (1) Hasil penelitian ini menemukan bahwa cerita Kunti Sraya adalah cerita yang diambil dari cerita pewayangan tentang ruwatan yang dikemas oleh seniman I Ketut Kredek, Iwayan Geria, dan Cokorda Oka. (2) Adanya politik pencintraan seolah-olah seni pertunjukan Barong seperti aslinya tetapi tidak asli (simulakra). (3) Pada setiap pementasan komodifikasi seni pertunjukan barong terjadi interaksi antara pemaksan barong dengan turis asing, yang menyebabkan terjadinya dialog budaya. Sebaliknya, Komodifikasi Seni Pertunjukan Barong Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan berperan sebagai pelestari budaya.
Kata kunci : komodifikasi, seni pertunjukan barong, daya tarik wisata, politik pencitraan, Calon Arang, Kunti Sraya.
xii ABSTRACT
Since Bali started to declare itself as the world’s tourism destination, foreign culture has always been interacting with Balinese culture. Culture and the beauty of nature are becoming image of Bali’s tourism. Art performance comodification of Barong in Banjar Denjalan-Batur of Batubulan village of Gianyar Regency is one of many tourism objects which was created, produced, and distributed to travel agents which consumed by foreign and domestic tourists. Barong dance is a sacred dance which later is becoming a profane dance which aimed to obtain benefits.
This research formulated following problems, they are: (1) How is the form of comodification of Barong performance in Banjar Denjalan-Batur, Batubulan village in its relation with the use of culture as tourism object? (2) How is the process of comodification of Barong performance in its relation to the use of culture as a tourism object? (3) What is the influence and meaning of comodification of Barong performance in Banjar Denjalan-Batur of Batu Bulan village for Barong pemaksan and society? The purpose of this research is to find out, comprehend and elucidate form, process, influence as well as the meaning of Barong performance comodification in Banjar Denjalan-Batur, of Batu Bulan village.
The theory applied is eclitic; it is a critical thinking which refers to comodification theory, hegemony and also deconstruction theory. This research uses cultural discourse approach and qualitative method. The data used for this research is qualitative data which is obtained from prime and secondary data. The data was also obtained from the informants who were chosen purposively. The researcher acts as prime instrument, assisted by interview guidance, camera, and stationeries. The technique of collecting data was done through observation, in depth interview and also documentation. The data analysis was done by descriptive qualitative technique and also interpretive technique.
The result of this research can be elucidated as follows. Firstly the form of comodification of Barong performance can be seen through its production, distribution and consumption. The production is in the stage of Pura Pererepan and stage of Pura Puseh. Production includes dance composition, the story, karawitan, performance location, ceremony and all of these are inseparable unity. Secondly, there are two factors which influence the comodification of Barong performance; they are external and internal factors. The external factor concerns with globalization where development of tourism is avoidable. The internal factor is the packaging process of the Barong art performance; taking the story of Calong Arang into Kunti
Sraya. There is market ideology behind the comodification of Barong performance,
which is the Barong Bebali ideology (art performance for religious ceremony) becoming the art of Balih-balihan (the commercial art performance). (3) Thirdly, the influence can be seen economically, as well as in cultural preservation. The meaning of comodification are various, such as the meaning of prosperity, religious symbolic
xiii
meaning, political meaning to be able to attract more tourist and also as solidarity meaning.
New finding of this research are: (1) the result of this research found that “Kunti Sraya” story is a story taken from the puppet story about the purification which was created by I Ketut Kredek, I Wayan Geria and Cokorda Oka. (2) The political image was created to make the Barong performance similar to the real one (simulacra), however it is not. (3) In every performance there is interaction between
pemaksan Barong and foreign tourist which resulting in cultural exchange. In the
contrary, \the art comodification of Barong performance in Banjar Denjalan-Batur of Batu Bulan village takes its role as cultural preservation
Keywords: comodification, Barong art performance, tourism attraction, political imaging, calon arang, kunti sraya.
xiv RINGKASAN
Komodifikasi Seni Pertujukan Barong di Banjar Denjalan-Batur sengaja diproduksi melalui suatu proses sehingga menjadi komoditas. Tjuannya adalah untuk dipasarkan kepada wisatawan yang berwisata ke Bali. Berkaitan dengan hal itu, masyarakat seperti ini akan menghasilkan industri kebudayaan, yakni satu bentuk kebudayaan yang ditujukan untuk massa dan diproduksi berdasarkan mekanisme kekuasaan sang produser seperti dalam hal penentuan bentuk, gaya, dan maknanya. Dalam hal ini komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur dapat memberikan kontribusi bagi pemaksan barong, baik sebagai individu maupun kolektif, termasuk banjar dan semua pihak.
Berdasarkan latar belakang di atas, dibuat rumusan masalah bentuk pertanyaan berikut ini. (1) Bagaimanakah bentuk komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan Bali dalam hubungannya dengan pemanfaatan budaya sebagai daya tarik wisata ? (2) Bagaimanakah proses komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan Gianyar dalam hubungannya dengan pemanfaatan budaya sebagai daya tarik wisata ? (3) Apakah dampak dan makna komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan Gianyar Bali bagi pemaksan barong dan masyarakat ?
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji, memahami dan mendekonstruksi ideologi yang tersembunyi di balik komodifikasi seni pertunjukan barong sebagai alat untuk mencari keuntungan. Selain tujuan umum, penelitian ini juga mempunyai tujuan khusus, yakni sebagai berikut. (1) Untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan bentuk komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan dengan memanfaatkan budaya sebagai daya tarik wisata. (2) Untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan penyebab terjadinya komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan dengan memanfaatkan budaya sebagai daya tarik wisata. (3) Untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan seberapa jauh dampak dan
xv
makna komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan.
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan keilmuan yang holistik-integratif sesuai dengan kajian budaya. Selanjutnya secara praktis manfaat penelitian ini sebagai berikut. (1) Data dan informasi yang diperoleh melalui suatu proses penelitian bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya kajian budaya. (2) Hasil penelitian ini merupakan informasi mengenai komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan. (3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat agar tidak terjebak dalam pandangan bahwa komodifikasi seni pertunjukan barong ini sama dengan aslinya (sakral).
Teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian ini adalah teori Komodifikasi, teori Hegemoni, dan teori Dekonstruksi. Secara metodologi penelitian ini dirancang menggunakan pendekatan kajian budaya dengan metode kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan jika diperlukan digunakan data kuantitatif yang diperoleh dari dua sumber, yaitu data primer dan data sekunder. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai instrumen utama yang dibantu pedoman wawancara, kamera-foto, dan alat-alat tulis. Kemudian, dalam hal pengumpulan data digunakan teknik observasi, teknik wawancara mendalam, dan dokumentasi. Selanjutnya, data dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dan interpretatif.
Hasil penelitian ini dapat dijelaskan menjadi tiga bagian. Pertama, bentuk komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan dapat dipahami dari rangkaian kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Dalam hal ini produk-produk yang diproduksi sebagai satu rangkai produksi, seperti komposisi tari, lakon atau cerita, tabuh (karawitan) stage (tempat pertunjukan) dan upacara (ritual). Setiap hari hal ini dikondisikan dan siap untuk menerima kedatangan wisatawan yang mengonsumsi kesenian barong. Wisatawan yang mengonsumsi komodifikasi seni pertunjukan barong mayoritas wisatawan asing (internasional) dalam hal ini hasil penelitian menunjukkan bahwa wisatawan yang mengonsumsi kesenian barong tidak hanya wisatawan asing yang baru datang
xvi
sekali di Bali untuk berwisata serta menonton komodifikasi seni pertunjukan, tetapi lebih dari sekali, mereka datang ke Bali untuk mengonsumsi seni pertunjukan barong Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan.
Ke dua, ada dua faktor penyebab terjadinya komodifikasi seni pertunjukan
barong, yakni (1) faktor eksternal dan (2) faktor internal. Faktor eksternal adalah globalisasi dan pariwisata yang masuk ke Bali memerlukan fasilitas prasarana dan sarana pendukung pariwisata agar wisatawan betah tinggal dan bercerita tentang Bali yang memiliki keunikan. Pesatnya perkembangan pariwisata di daerah Bali disertai kesadaran untuk menyuguhkan fotensi seni yang dimiliki sebagai budaya yang kreatif dalam upaya merebut peluang mendatangkan penghasilan, seperti yang dilakukan Pemaksan barong Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan Gianyar. Selanjutnya, faktor internal yang menjadikan komodifikasi seni pertunjukan barong adalah (1) proses pengemasan seni pertunjukan barong lakon
Calon Arang menjadi Kunti Sraya; (2) ideologi pasar di balik komodifikasi seni
pertunjukan barong dari bebali menjadi balih-balihan; dan (3) seni pertunjukan barong simulakra sebagai sebuah kreativitas produktivitas. Di samping itu, peluang dalam bidang pariwisata sangat menjanjikan apalagi didukung dengan potensi yang ada sehingga menambah semangat untuk berkreativitas. Pengemasan tari barong dari yang sakral menjadi profan, tetapi yang aslinya masih tetap seperti semula. Barong yang profan dipentaskan setiap hari untuk konsumsi wisatawan. Selain itu adanya ideologi pasar yang melandasi komodifikasi seni pertunjukan barong sebagai pemenuhan hasrat bagi pemiliknya. Ideologi pasar mengutamakan talenta komodifikasi dan selera konsumen. Seni pertunjukan barong simulakra merupakan sebuah kreativitas produktivitas yang mirip dengan aslinya, tetapi tidak asli (simulakra). Seniman yang tergabung dalam komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur bergerak cepat, adaptif menanggapi kepentingan pasar global.
Lebih lanjut hasil penelitian ini menemukan dampak dan makna. Dampak yang dapat diungkapkan di sini yakni dampak ekonomi yaitu sebagai suatu penghasilan dari komodifikasi seni pertunjukan barong. Di samping itu ternyata seni pertunjukan barong berdampak pada pelestarian budaya. Adapun maknanya
xvii
adalah makna kesejahteraan baik batiniah maupun material. Makna simbolik dan politik pencitraan dalam hal ini simbol adalah segala sesuatu yang membawa dan menyampaikan suatu ide kepada orang lain. Dalam hal ini, agama membuat orang merasakan sesuatu, di samping ingin melakukan sesuatu. Makna solidaritas tercermin dalam tindakan kebersamaan dalam bentuk tolong menolong dan tenggang rasa. Dengan demikian ternyata Seni Pertunjukan Barong dapat melestarikan budaya Bali, terutama kesenian barong.
Temuan baru penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Pertama, hasil penelitian ini menemukan bahwa cerita Kunti Sraya yang digunakan sebagai Seni Pertunjukn Barong untuk wisatawan adalah cerita yang di ambil dari cerita pewayangan tentang ruwatan yang dikemas oleh para seniman bernama I Ketut Kredek, I Wayan Geria dan Cokorda Oka sebagai Seni Pertunjukan Barong untuk kepentingan wisatawan yang berwisata di Bali baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Kedua, hasil penelitian ini menemukan adanya politik pencintraan. Hal ini dapat disimak serta diperhatikan secara langsung dalam praktek kesenian tersebut memang kelihatan seperti Seni Pertunjukan yang sakral tetapi tidak sakral (profan). Kesakralan terihat dari penggunaan atribut-atribut atau simbol-simbol dan arsitektur Bali yang ada pada bangunan pura. Simbol-simbol menjadi bagian dari daya tarik wisata yang disukai wisatawan sebagai suatu konsumsi yang dinikmati secara langsung baik secara individu maupun kelompok.
Ketiga, setiap pertunjukan barong terjadi interaksi antara pemaksan barong dengan turis asing menyebabkan terjadinya dialog budaya, Sebaliknya komodifikasi seni pertunjukan barong Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan berperan sebagai pelestari budaya.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. Bentuk komodifikasi seni pertunjukan barong di Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan dikemas sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan wisatawan. Proses pengemasan dilakukan dengan mengemas hal yang sakral menjadi hal yang profan, dari lakon Calon Arang menjadi Kunti Sraya. Di samping itu, didukung oleh ideologi pasar yakni ideologi barong dari bebali menjadi balih-balihan. maka seni pertunjukan barong dapat dikatakan sebagai sebuah simulakra. Seni pertunjukan barong memiliki dampak dan makna yakni dampak ekonomi dan
xviii
pelestarian budaya. Selanjutnya, memiliki makna kesejahteraan, makna simbolik agama dan politik pencitraan, serta makna solidaritas.
Berdasarkan simpulan yang telah disebutkan di atas, maka beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. (1) Para peneliti dianjurkan untuk menelaah seni pertunjukan barong secara kritis karena dibalik itu ada kepentingan dan kekuasaan. (2) Para pemaksan barong diharapkan terus berbenah diri karena persaingan semakin ketat agar kualitas yang dimiliki tetap diakui oleh biro perjalanan baik melalui pramuwisata (guide) maupun wisatawan yang telah lebih dari sekali mengonsumsi. (3) Pihak Pemerintah Daerah Gianyar dan Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Pariwisata agar memperhatikan, memberikan pembinaan, serta mengambil tindakan berupa pemberian sanksi kepada pengelola komodifikasi seni pertunjukan barong yang melanggar ketentuan harga tiket sehingga tidak terjadi “perang tarif” terhadap harga yang telah disepakati karena hal ini dapat menurunkan kualitas seni dan citra Bali sebagai daerah seni.
xix GLOSARIUM
adharma : melalaikan moral dan kewajiban-kewajiban yang
diperintahkan oleh agama, hukum alam, adat kebiasaan
bale kulkul : bangunan untuk menggantungkan kentongan di pura atau
di bale banjar
barong : binatang mitologi sebagai lambang kebenaran melawan
kekuatan yang merusak
barong ket : merupakan perpaduan antara singa, macan, sapi atau
boma
Bhatara Siwa : bhatara yang memberikan keberuntungan (kerahayuan), baik hati, ramah, suka memaafkan, menyenangkan, memberikan banyak harapan, tenang, dan
membahagiakan; bagian dari Trimurti (Brahma, Wisnu,
Siwa)
calonarang : nama janda dari Dirah, tokoh cerita sejarah waktu zaman Erlangga memerintah di Kediri pada abad ke-XI yang menyebabkan penduduk banyak mati akibat ilmu sihirnya karena anaknya tidak mendapat jodoh; Erlangga kemudian meminta bantuan kepada Mpu Bharadah untuk
membunuhnya dengan mantra yang sakti
dekonstruksi : sebuah kecenderungan hipersemiotika, berupa gerakan melepaskan diri dari determinasi (dari penjara)
logosentrisme, transendensi, metafisika, dan teologi dengan membentangkan sebuah ruang bagi kreativitas, dinamisitas, dan produktivitas tafsiran; dekontruksi hanya dimungkinkan ketika sebuah struktur telah mengalami degradasi, keusangan, atau krisis (dalam waktu), (Piliang, 2003: 246-247)
Dewi Durga : Dewi yang dipuja pada ajaran sakta. Jagat Dhatri (ibu dari alam semesta). Dewi Pelebur, pembunuh raksasa Sumba, Dewi Kali, Dewi yang bertempur dengan Rakta, Wija. Dewi Candi, sakti Bhatara Siwa
ista dewata : dewa yang dipuja
juru bapang : orang yang menarikan barong bagian depan dan belakang
kahyangan tiga : tiga kayangan yang berada di tiap-tiap desa, yaitu pura desa, puseh dan dalem
xx
ketakson : mendapatkan kekuatan gaib
klian : pemimpin banjar
komodifikasi : sebuah proses menjadikan sesuatu yang sebelumnya bukan komoditas sehingga kini menjadi komoditas
kunti seraya : Dewi Kunti mohon bantuan Dewa untuk memenuhi
cita-citanya
metaksu : mempunyai kekuatan gaib, mempunyai daya tarik
ngayah : suatu ungkapan rasa sosial
nglawang : menari ke depan rumah-rumah penduduk
ngurek : menancapkan keris di dada
niskala : alam gaib
paradigma : cara pandang tentang sesuatu yang di dalamnya mengandung sejumlah asumsi tertentu, teori
tertentu,_metode tertentu model tertentu, serta solusi tertentu
pemaksan : warga yang berkewajiban terhadap aspek sosial religius tertentu
penyungsung : warga yang berkewajiban terhadap tempat suci
perbekel : kepala desa
patapakan : stana Dewa-Dewi
posmodernisme : gerakan kebudayaan pada umumnya, yang dicirikan oleh penentangan terhadap totalitarianism dan universalisme, serta kecenderungan ke arah keanekaragaman, ke arah melimpah ruah dan tumpang tindihnya berbagai citraan serta gaya sehingga menimbulkan fragmentasi,
kontradiksi, dan pendangkalan makna kebudayaan postrukturalisme : gerakan filsafat yang merupakan reaksi terhadap
struktiralisme yang membongkar setiap klaim akan oposisi pasangan, hierarki, dan validitas kebenaran universal, sebaliknya menjunjung tinggi permainan bebas tanda serta ketidakstabilan makna dan kategorisasi intelektual
seni balih-balihan : kesenian yang berfungsi untuk pertunjukan atau tontonan
seni bebali : kesenian yang bersifat sakral dan hanya bisa digunakan sebagai hiburan
xxi
seni wali : kesenian yang bersifat sakral dan hanya dipertunjukkan pada saat upacara-upacara keagamaan
simulakra : orang tidak lagi dapat membedakan mana yang asli dan
mana yang palsu dan jejak keasliannya sangat sulit untuk dilacak, asli tetapi tidak asli (Ritzer, 2009 : 161-162)
sekala : alam nyata
tapini : tukang banten
togog : patung (dari batu padas atau kayu)
xxii DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM……….. i
PRASYARAT GELAR………. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PROMOTOR/KOPROMOTOR………. iii
DAFTAR NAMA PANITIA PENGUJI ………. iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ……… v
UCAPAN TERIMA KASIH………. vi
ABSTRAK……… x
ABSTRACT……….. xii
RINGKASAN………... xiv
GLOSARIUM………... xix
DAFTAR ISI………. xxii
DAFTAR TABEL………. xxvii
DAFTAR GAMBAR………. xxviii
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang Masalah………. 1
1.2 Rumusan Masalah………... 15
1.3 Tujuan Penelitian……… 15
1.3.1 Tujuan Umum……… 15
1.3.2 Tujuan Khusus………... 16
xxiii
1..4.1 Manfaat Teoretis……… 17
1.4.2 Manfaat Praktis……….. 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN………... 19
2.1 Kajian Pustaka………... 19
2.2 Konsep………... 28
2.2.1 Komodifikasi Seni Pertunjukan Barong………... 28
2.2.2 Banjar Denjalan-Batur Desa Batubulan………... 34
2.2.3 Globalisasi………... 36 2.2.4 Budaya Tradisional………. 38 2.3 Landasan Teori………. 39 2.3.1 Teori Komodifikasi………. 39 2.3.2 Teori Hegemoni……….. 41 2.3.3 Teori Dekonstruksi………. 44 2.4 Model Penelitian……….. 47
BAB III METODE PENELITIAN……….. 52
3.1 Rancangan Penelitian………. 52
3.2 Lokasi Penelitian……….... 53
3.3 Jenis dan Sumber Data………... 54
3.4 Penentuan Informan………... 55
3.5 Instrumen Penelitian………... 56
3.6 Teknik Pengumpulan Data……….. ….. 57
xxiv
3.8 Teknik Penyajian Hasil Penelitian………. 61
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN ASAL USUL SENI PERTUNJUKAN BARONG……… 63
4.1 Desa Batubulan………. 63
4.1.1 Lokasi dan Keadaan Alam………... 63
4.1.2 Keadaan Penduduk………... 71
4.1.3 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian……….. 74
4.1.4 Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan………. 77
4.1.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama………. 80
4.1.6 Sistem Kesenian………... 85
4.1.7 Sejarah Desa Batubulan………... 91
4.2 Asal Usul Seni Pertunjukan Barong di Banjar Denjalan-Batur……... 96
4.2.1 Banjar Denjalan-Batur Sebagai Pemaksan Barong………. 96
4.2.2 Seni Pertunjukan Barong Untuk Turis………. 102
BAB V BENTUK KOMODIFIKASI SENI PERTUNJUKAN BARONG……. 123
5.1 Produksi Seni Pertunjukan Barong……… 123
5.1.1 Komposisi Tari………. 124
5.1.2 Lakon (Cerita)……….. 135
5.1.3 Tabuh (Karawitan)……… 140
5.1.4 Lokasi Pertunjukan………... 144
5.1.5 Ritual……… 147
5.2 Distribusi Seni Pertunjukan Barong……….. 161
xxv
5.2.2 Komunikasi Lisan………. 169
5.2.3 Media Massa Cetak……….. 172
5.3 Konsumsi Seni Pertunjukan Barong……….. 175
5.3.1 Wisatawan Mancanegara……….. 178
5.3.2 Wisatawan Domestik……… 183
5.3.3 Tanggapan Konsumen……….. 186
BAB VI PROSES KOMODIFIKASI SENI PERTUNJUKAN BARONG……. 192
6.1 Faktor Eksternal………. 193
6.1.1 Globalisasi………. 193
6.1.2 Perkembangan Pariwisata………. 200
6.2 Faktor Internal……… 211
6.2.1 Proses Komodifikasi Seni Pertunjukan Barong Lakon Calon Arang Menjadi Kunti Sraya……… 211
6.2.2 Ideologi Pasar di Balik Komodifikasi Seni Pertunjukan Barong………... 222
6.2.3 Seni Pertunjukan Barong Simulakra Sebuah Kreativitas Produktivitas……….. 230
BAB VII DAMPAK DAN MAKNA KOMODIFIKASI SENI PERTUJUKAN BARONG BANJAR DENJALAN-BATUR DESA BATUBULAN BAGI PEMAKSAN BARONG DAN MASAYARAKAT……… 238
7.1 Dampak Komodifikasi Seni Pertunjukan Barong……….. 238
7.1.1 Dampak Ekonomi……….. 239
xxvi
7.1.3 Dampak Materialistis ………. 272
7.2 Makna Komodifikasi Seni Pertunjukan Barong Bagi Pemaksan Barong dan Masyarakat………. 274
7.2.1 Makna Kesejahteraan………. 275
7.2.2 Makna Simbolik Agama dan Politik Pencitraan……… 280
7.2.3 Makna Solidaritas……….. 289
Temuan Baru Penelitian……….. 305
Refleksi……….. 306
BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN……….. 311
8.1 Simpulan……….. 311
8.2 Saran………. 314
DAFTAR PUSTAKA………. 315 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xxvii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ……….. 72
Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian………... 75
Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan……….. 78
Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Menurut Agama……….. 81
Tabel 4.5 Kesenian Menurut Jenisnya……… 90
Tabel 5.1 Rekapitulasi Wisatawan Mancanegara Mengonsumsi Seni Pertujukan Barong di Banjar Denjalan-Batur pada Bulan dan Tahun 2007-2011……… 180
Tabel 5.2 Rekapitulasi Wisatawan Domestik Mengonsumsi Seni Pertujukan Barong di Banjar Denjalan-Batur pada Bulan dan Tahun 2007-20011……… 184
xxviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Penelitian………. 48
Gambar 4.1 Peta Pulau Bali dan Lokasi Penelitian………. 67
Gambar 4.2 Kantor Kepala Desa Batubulan………... 70
Gambar 4.3 Peta Desa Batubulan……….... 76
Gambar 4.4 Bale Banjar Denjalan………... 100
Gambar 4.5 Bale Banjar Batur………. 101
Gambar 4.6 Pura Puseh Desa Batubulan……… 113
Gambar 4.7 Struktur Organisasi Pemaksan Barong………... 117
Gambar 4.8 Tari Barong dalam Ceritra Kunti Seraya………... 120
Gambar 5.1 Komposisi Tari Barong dalam Candi………. 129
Gambar 5.2 Dewi Kunti Bersama Sahadewa………. 131
Gambar 5.3 Rangda Bertemu Sahadewa……… 132
Gambar 5.4 Tari Rangda dan Tari Keris………... 132
Gambar 5.5 Penabuh Memakai Pakaian Adat Bali Klasik (Udeng Dedara Lepek, Saput Kuub Makembang Waru)…………. 143
Gambar 5.6 Stage Pura Pererapan Banjar Denjalan-Batur, Desa Batubulan…... 145
Gambar 5.7 Stage Pura Puseh Desa Batubulan………... 147
Gambar 5.8 Jero Mangku Barong I Made Wita………... 156
Gambar 5.9 Wisatawan Mancanegara yang Mengonsumsi ……… 182
Gambar 7.1 Toko Seni (Art Shop) Yuliani………. 243
Gambar 7.2 Koperasi Mertha Nadi………. 245
Gambar 7.3 I Wayan Rateng Anggota Pemaksan Barong……….. 248
xxix
Gambar 7.5 Ni Made Sudiati Paling Kanan dan Putu Ekayani
Nomor Dua dari Kiri Diapit Wisatawan Mancanegara……… 253 Gambar 7.6 I Gde Sukarda (Photografer)……… 254 Gambar 7.7 Ibu Ni Wayan Mariani sedang Membuka Barang Dagangan…….. 255