• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SARI KACANG KEDELAI SEBAGAI BAHAN PENGENCER SEMEN ANJING KINTAMANI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN SARI KACANG KEDELAI SEBAGAI BAHAN PENGENCER SEMEN ANJING KINTAMANI."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

THESIS

PENGEMBANGAN SARI KACANG KEDELAI SEBAGAI

BAHAN PENGENCER SEMEN ANJING KINTAMANI

I MADE YOGA WINDU PRADANA

NIM 1492361006

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

ii

PENGEMBANGAN SARI KACANG KEDELAI SEBAGAI

BAHAN PENGENCER SEMEN ANJING KINTAMANI

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Kedokteran Hewan

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I MADE YOGA WINDU PRADANA

NIM 1492361006

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

Lembaran Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 18 April 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. drh I Ketut Puja, M.Kes Dr. drh Wayan Bebas,M.Kes NIP. 19621231 198903 1 315 NIP. 19621231 198903 1 021

Mengetahui

Ketua Program Magister Direktur

Kedokteran Hewan Program Pascasarjana

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Universitas Udayana

(4)

iv

Tesis ini Telah Diuji Pada

Tanggal 18 April 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, 1506/UN.14.4/HK/2016,

Tanggal 12 April 2016

Ketua : Prof.Dr.drh. I Ketut Puja, M.Kes

Anggota :

1. Dr. drh. Wayan Bebas,M.Kes

2. Dr.drh.Tjok Gde Oka Pemayun,MS

3. Dr. drh. I Ketut Suatha, M.Si

(5)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : I Made Yoga Windu Pradana

NIM : 1492361006

Program Studi : Kedokteran Hewan

Judul Tesis : Pengembangan Sari Kacang Kedelai Sebagai Bahan Pengencer Semen Anjing Kintamani

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 1 April 2016

Yang membuat pernyataan,

(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bontang pada tanggal 27 Desember 1990,merupakan anak ke

dua dari pasangan I Nyoman Kembar Bagiarta, S.Ag dan Ni Ketut Rusni (Alm).

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Yayasan Pupuk Kaltim

Bontang (2000-2005) melanjutkan ke SD Yayasan Pupuk Kaltim Bontang, SMP

Yayasan Pupuk Kaltim Bontang, dan SMA Yayasan Pupuk Kaltim Bontang. Penulis

pernah menjabat sebagai ketua muda-mudi hindu Kota Bontang pada tahun

2008-2009. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Udayana. Penulis juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa

(BEM) dan Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Udayana, serta memperoleh gelar profesi Dokter Hewan pada tahun

2015.

Penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Magister

pada Program Magister Kedokteran Hewan, Program Pascasarjana Universitas

Udayana tahun 2014. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan

penelitian tentang Pengembangan Sari Kacang Kedelai Sebagai Bahan Pengencer

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini pertama-tama perkenankan penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat berkah dan karunia-Nya, tesis ini dapat terselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga yang telah memotivasi penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih juga kepada Prof. Dr. drh. I Ketut Puja M.Kes. selaku pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat , bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti Program Magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. drh. Wayan Bebas, M.Kes. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan terima kasih ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, sp.PD-KEMD, Direktut Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) serta Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Hewan Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. drh. I Ketut Puja M.Kes. atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada para penguji tesis yaitu Dr. drh. Tjok Gde Pemayun, M.S., Dr. drh. I Ketut Suatha, M.Si., dan Dr. drh Hapsari Mahatmi, M.P yang telah memberikan saran, masukan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Ucapan terma kasih juga diberikan kepada dosen yang telah membimbing penulis di dalam mengikuti pendidikan Program Magister pada program Studi Ilmu Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya juga kepada teman-teman yaitu Manik, Galih Diparayoga, Edi Susanta, Windhu Mahardia, Nana Destriana, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian penulisan tesis ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Mahas Esa selalu melimpahkan anugrah-Nya kepada bapak/ibu semua serta kepada penulis

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN SARI KACANG KEDELAI SEBAGAI BAHAN PENGENCER SEMEN ANJING KINTAMANI

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi viabilitas dan integritas DNA pada semen anjing dengan bahan pengencer sitrat-glukosa- kuning telur dan tris-sitrat-glukosa-sari kacang kedelai. Semen dikoleksi dilakukan dengan cara manual dari anjing kintamani yang sehat. Semen secara subjektif dan pemeriksaan mikroskopik guna menentukan viabilitas untuk dibuat pengencer. Semen yang hanya memiliki rata-rata motilitas 60% atau lebih yang digunakan dalam penelitian ini. Sampel semen dicampurkan ke dalam tris-sitrat-glukosa-sari kacang kedelai dan sitrat-glukosa-kuning telur dengan dua perbedaan tingkat pengenceran yaitu 1:2, 1:3. Dua pengencer di evaluasi motilitas, persentase hidup dan integritas DNA dalam waktu 0 jam, 3 jam dan 6 jam dengan penyimpanan suhu dingin 5oC. Data dianalisis dengan menggunakan Data was analyzed by multivariate analysis of variance (MANOVA). Hasil yang diperoleh menunjukkan terdapat perbedaan sangat nyata (p<0,01) terhadap motilitas, persentase hidup dan integritas DNA spermatozoa anjing kintamani antara pengencer sitrat-glukosa-kuning telur dan tris-sitrat-glukosa-sari kacang kedelai . Hasil juga menunjukkan persentase hidup dan integritas DNA sperma dengan rasio pengencer 1:2 berpengaruh nyata (p<0,01) dan waktu penyimpanan juga berpengaruh nyata (p<0,01) dari rasio pengencer sperma 1:3. Viabiltas dan integritas berpengaruh nyata (p<0,01) dengan waktu penyimpanan suhu 5oC. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengencer tris sitrat glukosa sari kacang kedelai mampu mempertahankan motilitas, viabilitas dan integritas DNA spermatozoa anjing kintamani pada suhu 5oC. Penelitian kedepannya dapat diinduksikan untuk mengevaluasi kemampuan fertilisasi spermatozoa dengan pengencer ini..

(9)

ABSTRACT

SOYA BEAN DEVELOMPMENT AS INGREDIENT OF KINTAMANI DOG SEMEN DILUTTER

The objective of this study was to evaluate the viability and integrity of canine semen extended in Egg yolk Glucose-Citrate and Tris-citrate-Glucose- soyabean. Semen was collected by Manual manipulation from an apparently healthy Kintamani dog stud. The semen was subjected to gross and microscopic examination to determine its viability for made extenders. Only semen with motility rate of 60% or higher was used in this study. Semen samples were extended in Tris-citrate-Glucose-soyabean and Egg yolk Glucose-Citrate at two different levels of sperm to extenders solutions of 1:2, 1:3. Two extenders were evaluated motility, percentage life and DNA integrity at 0 hour, 3 hours, and 6 hours on cold storage 5oC. Data was analyzed by multivariate analysis of variance (MANOVA). The results from the study showed a high significant difference (p<0.01) in sperm Motility, percentage of live and DNA integrity between Egg yolk Glucose-Citrate and Tris-citrate-Glucose- soyabean. The result also showed that sperm percentage of live and DNA integrity of semen in the ratio diluent 1:2 differed significanly (p<0.01) from of semen in the ratio diluent 1:3. The sperm viability and integrity were significanly (p<0,01) following the time of storage at 5°C. This study indicated that Tris-citrate-Glucose- soyabean extenders was sufficien to protect on the maintainance of motility, viability and DNA integrity of kintamani dog spermatozoa during storage at 5 oC. Further research should be conducted to evaluate the fertility capacity of spermatozoa with these extenders.

(10)

x

RINGKASAN

Anjing kintamani merupakan anjing ras Indonesia yang berasal dari Desa Sukawana Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Bali. Para pecinta anjing mulai mengembangbiakan anjing ras ini. Namun cara pengembangbiakannya masih dilakukan dengan cara konvensional yaitu dengan cara mendatangkan pejantan. Cara seperti itu dapat membawa dampak dan berbagai permasalahan yang timbul karena transportasi hewan hidup dalam jarak yang jauh berisiko menimbulkan stres dan juga kurang praktis. Cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan cara inseminasi buatan (IB). Salah satu hal terpenting dalam inseminasi buatan adalah bahan pengencer yang digunakan.

Bahan pengencer semen yang sering digunakan dalam inseminasi buatan adalah kuning telur karena kuning telur mengandung lesitin yang dapat melindungi spermatozoa dari cekaman dingin. Namun penggunaan bahan kuning telur dalam pengencer dapat menularkan bibit penyakit. Beberapa negara melarang eksport maupun import semen anjing yang menggunakan bahan campuran kuning telur. Oleh sebab itu digunakan bahan lesitin nabati yang diperoleh dari sari kacang kedelai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan sari kecang kedelai sebagai bahan campuran pengencer semen anjing kintamani.

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBARAN PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

2.2 Alat Reproduksi Anjing Jantan ... 6

2.2.1 Testis ... 6

2.2.2 Epididimis ... 7

2.2.3 Duktus Deferent ... 8

(13)

2.2.5 Urethra ... 10

2.2.6 Penis ... 11

2.3 Spermatogenesis dan Spermatozoa ... 11

2.4 DNA Spermatozoa ... 13

2.5 Semen Cair ... 15

2.6 Penampungan Semen ... 16

2.7 Bahan Pengencer Semen ... 17

2.7.1 Pengencer Sari Kacang Kedelai ... 18

2.7.2 Pengencer Kuning Telur ... 19

BAB III Kerangka Berpikir, Konsep, dan Hipotesis Penelitian ... 20

3.1 Kerangka Berpikir... 20

4.6 Definisi Operasional Variabel ... 25

4.7 Bahan Penelitian ... 25

4.9.3 Pembuatan Pengencer Sitrat Kuning Telur-Glukosa ... 27

4.9.4 Pengencer Semen ... 28

(14)

xiv

4.9.5.1 Motilitas ... 28

4.9.5.2 Jumlah Persentase Hidup ... 28

4.9.5.3 Integritas DNA ... 29

4.10 Analisis Data ... 29

BAB V Hasil Penelitian ... 30

5.1 Pengaruh Jenis Pengencer Terhadap Persentase Motilitas Spermatozoa ... 30

5.2 Pengaruh Jenis Pengencer Terhadap Persentase Hidup Spermatozoa ... 31

5.3 Pengaruh Jenis Pengencer Terhadap Integritas DNA Spermatozoa ... 33

BAB VI Pembahasan ... 36

6.1 Pengaruh Jenis Pengencer Terhadap Persentase Motilitas Spermatozoa Anjing Kintamani ... 36

6.2 Pengaruh Jenis Pengencer Terhadap Persentase Hidup Spermatozoa Anjing Kintamani ... 37

6.3 Pengaruh Jenis Pengencer Terhadap Integritas DNA Spermatozoa Anjing Kintamani ... 38

BAB VII Simpulan dan Saran ... 40

7.1 Simpulan ... 40

7.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(15)

DAFTAR TABEL

4.1 Tabel Rancangan Penelitian ... 23

5.1 Rata-rata motilitas hidup spermatozoa anjing kintamani pada jenis

dan tingkat pengenceran dan lama waktu berbeda pada suhu 5oC... 31

5.2 Rata-rata persentase hidup spermatozoa anjing kintamani pada jenis

dan tingkat pengenceran dan lama waktu berbeda pada suhu 5oC ... 31

5.3 Rata-rata integritas DNA spermatozoa anjing kintamani pada jenis

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 22

5.1 Spermatozoa mati dan hidup dengan pewarnaan eosin nigrosin ... 32

5.2 DNA Spermatozoa yang mulai terdenaturasi dan normal dengan

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Anjing kintamani merupakan salah satu ras anjing asli Indonesia. Anjing

ras Anjing Kintamani adalah sebutan kelompok anjing lokal jenis pegunungan

yang hidup di sekitar Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli,

Bali (Gunawan, 2013). Anjing ras ini sering dikaitkan dengan hasil persilangan

anjing chow chow dengan anjing lokal yang ada di Bali. Namun, hasil penelitian

menyebutkan bahwa anjing Kintamani berasal dari anjing lokal bali yang

mengalami kehilangan keragaman genetik ( Puja et al., 2005).

Para pecinta anjing mulai mengembangbiakan anjing kintamani. Namun

pengembangbiakannya, para pecinta anjing kintamani masih menggunakan cara

perkawinan alami menggunakan pejantan. Para pecinta anjing sering

mendatangkan pejantan dari tempat yang jauh untuk mendapatkan pejantan yang

unggul. Cara konvensional ini membawa dampak dan berbagai permasalahan

yang timbul karena transportasi hewan hidup dalam jarak yang jauh berisiko

menimbulkan stres pada pejantan itu disamping penggunaan ini kurang praktis

(Gunawan, 2013).

Solusi untuk hal tersebut yaitu dengan cara inseminasi buatan (IB).

Inseminasi buatan pada anjing telah dipraktikkan secara rutin di banyak negara

(18)

2

penggunaan semen impor (Junaidi, 2006). Keberhasilan IB pada anjing telah

banyak dilaporkan baik yang menggunakan semen segar, dingin (Tsutsui et al.,

2003) maupun semen beku (Hayashi et al., 2013). Penggunaan semen dingin,

biasanya sudah melalui proses pengenceran. Penggunaan pengencer pada semen

dingin dimaksud untuk menambah volume semen, mempertahankan motilitas dan

viabilitas spermatozoa (Wiyanti et al., 2013)

Telah banyak pengencer dingin pada semen anjing dievaluasi, tampaknya

kuning telur tris merupakan pengencer paling baik pada penyimpanan dingin

semen anjing (Stro”m Holst et al, 2000). Kuning telur paling umum digunakan

sebagai campuran pengencer semen anjing untuk memproteksi spermatozoa dari

cekaman dingin. Tetapi adanya wabah avian influenza, lalulintas semen dingin

dan beku yang mengandung kuning telur mengalami kesulitan. Bahan kuning

telur berasal dari produk unggas. Bahan pengencer yang menggunakan kuning

telur ditemukan bakteri salmonella sebanyak 67,09 CFU/cm (Froning, 1998) Jika

bahan ini tercampur agen penyakit dapat menularkan bibit penyakit sehingga

mempengaruhi kualitas spermatozoa (Ariantie et al., 2014).

Beberapa negara telah melarang ekspor maupun import semen anjing yang

mengandung kuning telur (Abe et al., 2008). Karena itu, perlu dikembangkan

pengencer semen anjing tanpa kuning telur. Sebagai alternatif, tampaknya sari

kacang kedelai cocok digunakan sebagai pengencer, Sari kacang kedelai

mengandung lesitin nabati yang fungsinya sama dengan kuning telur yaitu

melindungi membran plasma spermatozoa (Aires et al., 2003) dan melindung

(19)

3

Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui kemampuan pengencer campuran sari kacang kedelai dengan rasio

pengencer berbeda sebagai medium untuk pengenceran semen anjing Kintamani

dalam mempertahankan viabilitasnya

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah pengaruh Tris-Sitrat-Glukosa-Sari kacang kedelai dan

tingkat pengenceran terhadap viabilitas spermatozoa anjing Kintamani.

1.2.2 Bagaimanakah pengaruh Tris-Sitrat-Glukosa-Sari Kacang Kedelai dan

tingkat pengenceran terhadap Integritas DNA spermatozoa anjing Kintamani.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Melihat formulasi pengencer dalam upaya mempertahankan kualitas semen anjing

kintamani selama penyimpanan

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengaruh Tris-Sitrat-Glukosa-Sari Kacang Kedelai dan tingkat

pengenceran terhadap viabilitas spermatozoa anjing Kintamani.

2. Mengetahui pengaruh Tris-Sitrat-Glukosa-Sari Kacang Kedelai dan tingkat

(20)

4

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dihasilkan pengencer semen

alternatif yang murah dan efektif bagi pecinta anjing anjing kintamani serta

memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat

(21)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Anjing Kintamani

Anjing Kintamani Bali, adalah plasma nutfah Indonesia, yang sangat

berpotensi dikembangkan untuk tujuan komersial. Habitat aslinya di daerah

sekitar desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Bangli. Anjing Kintamani Bali

yang dahulu dikenal dengan sebutan anjing Gembrong (bulu panjang dan lebat)

Karena keistimewaanya, anjing Kintamani Bali digunakan sebagai maskot fauna

Kabupaten Bangli, Bali. Suatu penghargaan yang tinggi dari Pemerintah Bangli

untuk anjing Kintamani. Hal ini dapat dimaklumi mengingat anjing Kintamani

Bali merupakan satu – satunya anjing kuno (ancient dog) yang ada di Bali

terutama di Kintamani. Ada anggapan bahwa anjing Kintamani berasal dari

persilangan anjing Chow-Chow dengan anjing lokal yang ada di Bali. Namun,

hasil penelitian menyebutkan bahwa anjing Kintamani berasal dari anjing lokal

bali yang mengalami kehilangan keragaman genetik ( Puja et al., 2005). Anjing

Kintamani Bali merupakan satu – satunya anjing asli Indonesia yang mempunyai

penampilan yang menarik yang telah ditetapkan sebagai anjing ras pertama

Indonesia oleh PERKIN (Perkumpulan Kinologi Indonesia) pada tahun 2006.

Anjing Kintamani berpenampilan indah dengan ukuran kecil sampai

ukuran sedang . Ukuran tinggi anjing Kintamani jantan rata – rata 51,25 cm

dengan berat badan rata – rata 15,90 kg. Ukuran tinggi anjing betina rata – rata

(22)

6

panjang terutama pada daerah punduk, ekor dan kaki belakang bagian belakang.

Warna bulu anjing Kintamani adalah putih, hitam, coklat atau campuran. Telinga

berdiri tegak dan berbentuk segitiga. Ukuran kepala anjing Kintamani sangat

proporsional dengan ukuran tubuhnya dengan dahi lebar tanpa kerutan. Badan

lurus dan kuat. Bulu ekor tebal dan berbetuk bulan sabit (Puja, 2007a).

2.2 Alat reproduksi Anjing Jantan

Sistem reproduksi jantan terdiri dari : (1) Testis yang dikelilingi tunika

vaginalis dan selubung testis, (2) epididimis, (3) Duktus deferens, (4) kelenjar

prostat, (5) urethra dan (6) penis yang dilindungi oleh preputium (Dellmann dan

Brown, 1992; Junaidi, 2006)

2.2.1 Testis

Testis merupakan organ reproduksi yang utama pada hewan jantan. Testis

mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai penghasil spermatozoa dan hormon

sex jantan (Androgen). Spermatozoa dihasilkan oleh testis melalui serangkaian

pembelahan sel spermatogonia pada tubulus semeniferus menjadi spermatozoa

(Evans, 1993)

Setiap hewan mamalia domestik memiliki sepasang testis yang berbentuk

bulat atau lonjong dan terletak di dalam skrotum. Testis anjing memiliki ukuran

yang bervariasi tergantung dari ukuran tubuh anjing, ada korelasi yang positif

diantara berat badan dan berat testikuler, volume testikuler, berat total epididimal

dan total lebar skrotal pada anjing jantan normal. Sehingga pengukuran berat

(23)

7

Ukuran testis anjing berkisar antara panjang, lebar dan tebal adalah 3x2x1.5 cm

(Junaidi , 2006).

Testis dibungkus oleh jaringan yang bersifat serosa yang disebut dengan

tunika vaginalis. Tunika vaginalis memiliki lapis yang terdiri atas mesotel dan

jaringan ikat yang melekat pada tunika albugenia. Tunika albugenia merupakan

lapisan pembungkus testis paling luar yang merupakan suatu membrana putih dan

disusun oleh jaringan ikat elastis (Puja, 2007b).

Parenkim testis terdiri atas tubulus semeniferus, dan dikelilingi oleh

jaringan interstitial yang mengandung sel leydig, pembuluh darah, limfe dan

jaringan saraf. Sel leydig menghasilkan hormon testoteron, progesteron, dan

kemungkinan hormon estrogen (Puja, 2007b). Sel Leydig berbentuk polihedral

dan tidak teratur berinti bulat dibagian tengah dengan kromatin yang tersebar di

luar membran inti (Peter et al., 2001).

2.2.2 Epididimis

Epididimis mamalia merupakan alat kelamin aksesori dinamik, tergantung

pada androgen testikularis untuk menjaga status deferensiasi epitel. Terdiri dari

sejumlah (8-25) duktus eferentis dan duktus epididimis yang panjang berliku liku.

Secara makroskopis epididimis terdiri dari kepala (caput), badan (corpus), dan

ekor (cauda) muncul secara medial dan berlokasi di permukaan dorsolateral testis

dan terbungkus oleh tunika albugenia yang terdiri dari jaringan ikat padat tidak

teratur, dibalut oleh selaput visceral (Dellman dan Brown, 1992; Junaidi, 2006).

Lebih lanjut Junaedi (2006) menyatakan kepala epididimis berada pada

(24)

8

epididimis berada pada dorsomedial sepanjang testikel dan berlanjut dengan ekor

epididimis yang berada pada caudal ekstremitas dari testis, corda spermatikus

keluar dari ekor epididimis pada aspek caudomedial dari testis dan memperluas ke

medial testis sampai pada saluran inguinal ke cincin inguinal. Ligamentum dari

ekor epididimis melekat ke testis dan epididimis ke tunika vaginalis.

Duktuli eferentes merupakan penghubung rete testis dengan duktus

epididimis. Epitel duktuli eferentes berbentuk epitel sebaris yang mengandung

silia. Sel yang bersilia itu membantu pergerakan spermatozoa ke duktus

epididimis. Duktuli eferentes dan bagian awal dari duktus epididimis mengandung

kepala epididimis (Evans, 1993).

Lebih lanjut Evans (1993) menyatakan duktus epididimis sangat berkelok

kelok dan mengulir. Panjang duktus epididimis sangat bervariasi tergantung pada

spesies hewan. Bagian badan epididimis merupakan bagian yang paling sempit

diantara kepala dan ekor epididimis. Duktus epididimis dibalut oleh epitel banyak

lapis, dikelilingi oleh jaringan ikat longgar dan otot polos dengan susunan

melingkar. Dua tipe sel terdapat pada epitel, yaitu sel utama berbentuk silinder

dan sel basal berbentuk poligonal

2.2.3 Duktus Deferent

Duktus deferens merupakan kelanjutan dari duktus epididimis yang setelah

membuat lengkung tajam pada ujung ekor, kemudian berlanjut lurus membentuk

duktus deferens dengan ciri histologinya. Bagian awal duktus deferens terdapat

dalam funikulus spermatikus. Dalam rongga perut, berlanjut membentuk lipatan

(25)

9

ampula (pada kuda, ruminansia, anjing). Pada anjing dan kambing, kelenjar

dikelilingi oleh jaringan ikat periglanduler tanpa sel otot polos (Dellmann dan

Brown,1992).

2.2.4 Kelenjar – Kelenjar Aksesoris

Kelenjar aksesori pada hewan jantan terdiri atas kelenjar ampula,

vesikularis, kelenjar prostat dan kelenjar bulbouretralis. Kelenjar aksesoris

kelamin tersebut berperan sebagai organ penghasil plasma semen (Hafez, 2000).

Sekreta kelenjar aksesori menghasilkan volume terbesar (60-90%) dari volume

total plasma semen. Plasma semen yang disekresikan ke lumen uretra merupakan

medium yang sesuai bagi spermatozoa ketika diejakulasi menuju organ reproduksi

betina (Aughey dan Frye, 2001). Motilitas dan aktivitas metabolik spermatozoa

dapat berlangsung dengan adanya sekreta kelenjar aksesori yang bercampur

dengan sekreta yang berasal dari testis dan ductus epididimis (Pineda, 2003).

Keberadaan setiap kelenjar aksesori kelamin pada beberapa hewan

bervariasi. Domba memiliki keempat kelenjar (ampula, kelenjar vesikularis,

kelenjar prostat yang berbentuk pars diseminata, dan kelenjar bulbouretralis),

sedangkan anjing hanya memiliki kelenjar prostat berbentuk korpus (Colville dan

Bassert, 2002).Kelenjar prostat tidak dilaporkan keberadaanya pada rusa pampas

(Ungerfeld et al, 2008), sedangkan rusa timor memiliki kelenjar prostat berbentuk

korpus tetapi tidak dijumpai adanya kelenjar bulbouretralis (Nalley, 2006). Selain

terdapat variasi keberadaan kelenjar aksesori, morfologi dan histologi kelenjar

aksesori kelamin juga bervariasi pada mamalia jantan (Chugtai et al, 2005;

(26)

10

oleh septum fibrosa medial. Kelenjar ini terletak di bagian tengah pelvis atau 1 cm

di belakang leher kantung kencing, berbentuk globular dan simetris. Ukuran

kelenjar ini bervariasi dengan volume kira kira 6-15 ml dan berat 1,7-14,5 gram

(Puja, 2007b).

Prostat memegang peranan penting terhadap volume dari ejakulat anjing.

Cairan prostat berwarna bening, cairan ini dieksresikan pada fraksi pertama dan

terakhir dari ejakulat. Sekresi cairan ini mengandung laktat, kholesterol, enzim

dan sedikit gula. Cairan ini secara konstan disekresikan ke dalam duktus

sekretorius prostatik (Junaidi, 2006). Menurut Puja (2007b) cairan prostat dapat

menetralisasi plasma semen dan membuatnya asam dengan akumulasi

karbondioksida dan asam laktat, serta untuk merangsang gerak spermatozoa

ejakulat.

2.2.5 Urethra

Urethra merupakan saluran yang berfungsi untuk menyalurkan urine dan

semen. Urethra anjing dibagi menjadi segmen prostat, membranosa dan

spongiosa. Segmen prostat menjulur dari kandung kemih ke pinggir caudal

kelenjar prostat. Segmen membranosa berawal dari daerah pinggir kaudal kelenjar

prostat dan berakhir di urethra yang memasuki bulbus glandis.

Seluruh mukosa urethra membentuk lipatan memanjang yang memipih

dan lenyap selama berlangsung proses ereksi dan urinasi. Pada anjing jantan,

duktus deferent bermuara pada urethra. Sel mukosa urethra dibalut oleh epitel

pipih peralihan. Perototan urethra terdiri dari lapisan otot polos di daerah kantung

(27)

11

2.2.6 Penis

Penis merupakan organ untuk kopulasi pada anjing jantan. Penis anjing

diklasifikasikan antara tipe vaskuler dan tipe fibroelastik. Tipe vaskuler banyak

ditemukan pada penis kuda jantan. Pada tipe vaskuler banyak ditemukan adanya

pembuluh darah pada korpus cavernosa. Tetapi pada tipe fibroelastis mengandung

sedikit pembuluh darah dan banyak jaringan ikat (Evans, 1993).

Penis anjing terdiri dari tiga bagian utama yaitu radix, corpus, dan gland

penis. Pada akhir proksimal dari ekor penis terdapat dua badan erektil kavernosa

vaskularis, korpora kavernosa diletakkan oleh jaringan konektif yang tebal ke sisi

kiri dan kanan dari arkus ischiadikus diantara tuberositas ischialis (Johnston et al,

2001).

2.3 Spermatogenesis dan spermatozoa.

Spermatogenesis terjadi didalam tubulus seminiferus testis. Proses ini

mulai saat hewan mencapai puncak pubertas dan terus berlanjut selama umur

reproduktif hewan. Pada anjing waktu yang diperlukan dalam proses

spermatogenesis diperkirakan 61 hari. Pada umur 4 bulan anjing sudah mengalami

proses spermatogenesis, tetapi spermatozoanya tidak nampak pada ejakulat

sampai umur 10-12 bulan (Allen, 1992).

Spermatogenesis dimulai dari proses diferensiasi sel-sel germinal pre

mordial menjadi spermatogonium. Spermatogonium ini mempunyai jumlah

kromosom diploid (2n). Spermatogonia ini menempati membran basal atau bagian

terluar dari tubulus seminiferus. Spermatogonia ini akan mendapatkan nutrisi dari

(28)

12

bermitosis berkali-kali mebentuk spermatosit primer. Spermatosit primer

mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis.

Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder

(Hewitt,1997)

Proses pembentukan spermatosit sekunder, dimulai saat spermatosit

primer menjauhi dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak, dan terjadilah

meiosis pertama membentuk dua spermatosit sekunder yang masing-masing

memiliki kromososm haploid (n). Proses meiosis pertama ini langsung diikuti

dengan pembelahan meiosis kedua yang membentuk empat spermatid

masing-masing dengan kromosom haploid. Akhirnya spermatid akan bertransformasi

membentuk spermatozoa. Proses spermatogenesis ini terjadi pada suhu normal

tetapi lebih rendah dari pada suhu tubuh, dan proses ini juga dipengaruhi oleh sel

sertoli (Hewitt, 1997).

Spermatozoa secara struktural terdiri dari kepala sperma yang

mengandung nukleus dan akrosom, middle piece yang mengandung mitokondria

untuk metabolisme spermatozoon, dan ekor sperma (Junaidi, 2006). Akrosomal

yang terbentuk dari badan golgi dan mengandung enzim hyaluronidase yang

berfungsi untuk melisiskan cumulus ooforus dan zona pelucida dari ovum. Pada

bagian ini juga terdapat inti sperma yang menyimpan sejumlah kode/informasi

genetik yang akan diwariskan kepada keturunannya. Bagian ekor merupakan alat

gerak sperma menuju ovum (Puja, 2007b).

Volume ejakulat dapat bervariasi sesuai dengan tingkat kedewasaan dan

(29)

13

semen. Untuk memperkirakan konsentrasi spermatozoa di dalam ejakulat,

digunakan alat penghitung sel darah merah (haemocytometer). Prinsip kerja alat

ini sama dengan penghitungan sel darah merah. Rata-rata konsentrasi spermatozoa

dari berbagai ras adalah 125 x 106 spermatozoa/ml dengan kisaran 4 – 540 x 106

spermatozoa/ ml (Puja, 2007b), sedangkan menurut Junaidi (2006) jumlah total

spermatozoa anjing normal antara 300 x 106– 2 x 109.

2.4DNA Spermatozoa

Kerusakan spermatozoa dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya

faktor hormonal, faktor umur, infeksi, tingginya kadar reactive oxygen species

(ROS), pemaparan zat kimia/pemaparan racun, rokok, obat-obatan, hipertermia

testis, apoptosis dan kekurangan protamin saat spermatogenesis (Purwaningsih

dan Siswanto, 2011) kerusakan spermatozoa jika melebihi 30-40% akan

menyebabkan infertilisasi dan tidak disarankan untuk dijadikan semen beku

(Evenson et al, 1999; Spano et al, 2000).

Protamin adalah suatu protein utama di dalam inti spermatozoa yang

mengikat DNA (Aulanni’am et al, 2011). Pada manusia dan tikus terdapat dua

jenis protamin P1 dan protamin P2 (Corzett et al, 2002), dan pada sapi hanya satu

tipe yaitu protamin P1 (Beletti et al, 2005). Protamin berperan penting untuk

pembentukan kromatin yang diperlukan pada fungsi normal spermatozoa.

Ekspresi abnormal protamin menyebabkan terjadinya penurunan jumlah

spermatozoa, motilitas, morfologi, dan peningkatan kerusakan kromatin

spermatozoa (Mangual et al, 2003), penurunan viabilitas dan meningkatnya

(30)

14

spermiogenesis sekitar 85% inti spermatozoa histon akan diganti oleh protamin

(Aulanni’am et al, 2011).

Keseluruhan genom spermatozoa terdapat di dalam pilinan DNA dengan

panjang rata-rata 27 kilobite. Pilinan DNA ini berikatan dengan elemen struktural

inti yang disebut matriks inti. Beberapa faktor yang menyebabkan terganggunya

proses spermatogenesis seperti stress lingkungan, mutasi gen, dan abnormalitas

kromosom berpotensi merusak struktural kromatin yang berhubungan dengan

kejadian infertilisasi. Abnormalitas kromatin inti dapat juga disebabkan oleh

radikal bebas (Lewis dan Aitken, 2005). Atau akibat apoptosis. Salah satu agen

oksidasi adalah reactive oxygen species (ROS) yang dalam kadar tinggi dapat

bersifat toksik terhadap spermatozoa (Saleh et al, 2002). Seperti halnya agen

oksidasi yang lain (hidrogen piroksida, superoksidasi dan radikal bebas), ROS

sangat reaktif. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki satu atau

lebih elektron bebas yang tidak berpasangan (Warren et al, 1987)

Kantor (1995) menyatakan bahwa kerusakan DNA dapat diartikan sebagai

semua bentuk perubahan polimer DNA. Secara alamiah DNA terus menerus

terpapar pada lingkungan fisik dan kimia yang sangat bervariasi dan berpotensi

mengubah struktur alamiah DNA tersebut. Perubahan ini dapat memengaruhi

proses replikasi dan traskripsi DNA yang mengarah pada kerusakan DNA.

Konsekuensi biologisnya dapat mengubah kejadian mutasi atau kematian sel

bahkan kanker, kemunduran mental dan terkait pertumbuhan dan perkembangan.

Lebih lanjut dikatakan bahwa kerusakan modifikasi struktur DNA diinduksi oleh

(31)

15

kerusakan yang lain adalah terputusnya struktur polimer DNA. Pemanasan yang

melebihi 37oC menyebabkan terputusnya ikatan glikosida yang menghubungkan

antara basa nitrogen dan struktur gula fosfat sehingga basa nitrogen akan hilang.

Pemeriksaan kerusakan DNA spermatozoa telah banyak dilakukan dengan

berbagai metode analisis antara lain Sperm Chromatin Structure Assay (SCSA)

(Evenson et al, 2002), Acridine Orange Test (AO) (Tejada et al, 1984) Terminal

Deoxynucleotidyl Transferase Nick and Labelling (TUNEL) (Gorcyza et al,

1993), Toluidine Blue (TB) Test (Erenpreisa et al, 2003), Comet Assay (Fraser dan

Strzezek, 2004), dan Kit Halomax® (Langdon, 2012).

2.5Semen Cair

Semen cair adalah semen segar yang telah ditambahkan suatu bahan

pengencer yang dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa lebih lama dari

pada ketahanan aslinya (Junaidi 2006). Preservasi semen cair umumnya

dilakukan pada suhu 3 – 5oC. Menurut Mc. Kinnon (1999), setiap penurunan

suhu 10oC akan menurunkan metabolisme spermatozoa sampai 50%.

Terhambatnya metabolisme spermatozoa, maka akan dapat mempertahankan

viabilitas beberapa hari sampai saat digunakan untuk IB. Selama penyimpanan,

spermatozoa harus ditambahkan media berupa bahan pengencer yang harus

mengandung sumber energi, buffer atau larutan penyangga, komponen isotonis

dan pelindung terhadap kejutan dingin (cold shock) yang terjadi selama

(32)

16

Semen yang diperoleh dari pejantan harus diencerkan dengan pengencer

tertentu agar dapat didistribusikan ke beberapa betina dalam rangkaian program

IB. Selain untuk memperbanyak volume, pengencer tersebut harus memenuhi

beberapa kriteria yaitu, 1) mengandung sumber energi untuk kelangsungan hidup

spermatozoa antara lain : fruktosa, glukosa, dan laktosa. 2) mengandung anti

kejutan dingin (cold shock) antara lain : lipoprotein dan lesitin. 3) mempunyai

kemampuan sebagai larutan penyangga antara lain : sitrat, Tris, dan phosphate.

4) memiliki keseimbangan elektrolit. 5) mengandung antibiotika yang

melindungi semen dari kontaminasi mikroba (Herdis et al. 2003).

2.6 Penampungan Semen

Penampungan semen menurut Konrad (2007) adalah sebagai berikut:

mula-mula penis digenggam dan preputium ditarik ke belakang di belakang

bulbus glandis. Setelah itu, ibu jari dan keempat jari menggenggam penis dengan

pijatan yang cukup dibelakang bulbus glandis sehingga menghasilkan ereksi

penuh. Biasanya ereksi diikuti secara spontan dan dengan tetap memberikan

rangsangan pada preputium. Hal ini memang diperlukan pada beberapa anjing,

demikian halnya dengan stimulasi pada daerah perineal ataupun pada gland penis.

Karena ejakulasi berfraksi, pemisahan koleksi dari setiap fraksi dapat dilakukan

dengan mengganti tabung koleksi. Sesudah fraksi kedua, maka penampung semen

harus dihentikan untuk menghindari sekresi dari glandula prostat atau fraksi

ketiga yang jernih dan transparan

Metode lain yang sering digunakan dengan vagina buatan. Vagina buatan

(33)

17

karet. Ukuran dan bentuknya disesuaikan dengan jenis hewan yang akan diambil

semennya. Pada anjing biasanya digunakan tipe harrop. Vagina buatan sebaiknya

diberi pelumas sebelum digunakan, biasanya dengan vaselin. Apabila penis telah

nampak ereksi masukkan penis ke vagina buatan. Dengan adanya rangsangan

pijatan oleh vagina buatan anjing dapat mengalami ejakulasi. Semen yang keluar

ditampung dengan tabung gelas (Puja, 2007b).

Produksi semen sangat berkaitan dengan berat testis, sedangkan berat

testis berkolerasi dengan berat badan. Dengan demikian berat badan berkolerasi

dengan produksi semen. Karena itu produksi semen harian akan lebih banyak

pada anjing ras besar jika dibandingkan dengan anjing ras kecil. Disamping

ukuran tubuh, umur dapat pula mempengaruhi ukuran testis dan mempengaruhi

produksi semen (Puja, 2007b).

2.7 Bahan Pengencer Semen

Salah satu media pengencer yang umum digunakan adalah Tris. Tris

memiliki toksisitas rendah dan sistem penyanggah yang baik dengan

mempertahankan pH, tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit (Affandhy et

al. 1999). Sebagai pengencer semen cair, Tris sering dicampur dengan karbohidrat

yang berfungsi sebagai sumber energi bagi spermatozoa. Beberapa penelitian

buffer spermatozoa yang dilakukan oleh Baran et al. (2004) menggunakan

campuran Tris dengan fruktosa, sedangkan Axnér et al. (2004) menggunakan

campuran Tris dengan glukosa serta Tris dengan laktosa yang dilakukan oleh

(34)

18

2.7.1 Pengencer Sari Kacang Kedelai

Menurut Aboagla dan Terada (2004), anti cold shock perlu ditambahkan

dalam bahan pengencer agar dapat melindungi spermatozoa pada saat perubahan

suhu dari suhu ruang (28oC) pada saat pengolahan ke suhu ekulibrasi (5oC). Anti

cold shock yang umum ditambahkan adalah kuning telur ataupun kacang kedelai

yang dapat melindungi membran spermatozoa pada saat pendinginan atau

pembekuan. Khasiat utama kuning telur ataupun kacang kedelai adalah

kandungan lesitin (phosphatidylcholine) yang bersifat membran coating untuk

tetap mempertahankan konfigurasi normal phospholipid bilayer yang merupakan

susunan utama membran spermatozoa. Kedelai memiliki kecenderungan

terkontaminasi bakterial lebih kecil daripada kuning telur. Lesitin dari kacang

kedelai merupakan pilihan yang tepat sebagai sumber lesitin bahan pengencer

semen dimasa yang akan datang (Aires et al., 2003). Kacang kedelai juga mampu

menekan stres oksidatif (Ogbuewu et al., 2010). Kacang kedelai yang belum

maupun yang sudah mengalami penyulingan memiliki kandungan phospholipid

antara lain phosphatidylcholine 17.50% dan 23.00%, phosphatidylethanolamine

15.00% dan 20.00%, glikolipid 13-16%, phospholipid lainnya 14-18% dan

trigliserida 2-4% (Shurtleff dan Aoyagi 2004).

Lesitin kacang kedelai memiliki bahan-bahan yang mirip dengan lesitin

pada kuning telur yang digunakan untuk perlindungan terhadap cold shock pada

saat kriopreservasi (Thun et al. 2002; Aires et al. 2003 ). Meskipun lesitin dari

(35)

19

dari kuning telur masih banyak digunakan untuk pembekuan semen (Aires et al.,

2003).

2.7.2 Pengencer Kuning telur

Kuning telur merupakan komponen yang paling umum digunakan pada

bahan pengencer untuk kriopreservasi karena terbukti memiliki efek yang

menguntungkan sebagai pelindung dari membran plasma dan akrosom terhadap

cold shock (Amirat et al. 2004). Kandungan phospholipid, kolesterol dan

low-density lipoprotein pada kuning telur berfungsi melindungi spermatozoa dari

kejutan dingin selama proses pembekuan.

Kuning telur mempunyai sifat sebagai penyangga tekanan osmotik

sehingga spermatozoa lebih toleran terhadap lingkungan yang hipotonik atau

hipertonik (Khalifa dan El-Saidy, 2006). Komposisi phospholipid kuning telur

menurut Juneja et al. (1994) terdiri atas phosphatidylcholine (lesitin) 80.8%,

phosphatidylethanolamine 11.7%, lysophosphatidylcholine 1.9%, sphingomyelin

1.9%, serta lemak netral (nonpolar) dan bahan lain 3.7%. Menurut Dong et al.

(2006), komposisi phospholipid kuning telur terdiri atas 77% phosphatidylcholine

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1) Kepala sekolah lebih

Jadi peneliti dapat menyimpulkan penyebab terjadinya pergaulan bebas remaja muslim di desa Sena ini adalah diakibatkan mayoritas pendidikan orang tua di desa Sena memang

terhadap belajar, bisa timbul dari tindakan atau kegiatan yang dirangsang oleh keinginannya dalam memenuhi rasa ingin tahu seseorang terhadap kegiatan

Dengan menggunakan analisis tersebut, hasil penelitian menunjukan bahwa industri paper pulp berpengaruh dalam mendukung perkembangan wilayah terbukti dari struktur ekonomi yang

[r]

Semakin tinggi tingkat upah yang ditawarkan dalam pasar kerja, maka semakin banyak orang yang tertarik masuk ke pasar tenaga kerja, namun sebaliknya apa bila

Dari tujuh kelompok pengeluaran dalam perhitungan inflasi periode 2009 ± 2014 menunjukkan bahwa ada empat kelompok yang rata-rata laju inflasinya lebih tinggi di Kota

SAVI kepanjangan dari Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang baik dalam