i
ANALISIS DESKRIPTIF SEBARAN KASUS RAWAT INAP
PASIEN BPJS GOLONGAN PBI DI BANGSAL OBSGYN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUNAN KALIJAGA DEMAK
TRIWULAN I TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Diploma (A.Md.RMIK) dari Program Studi DIII RMIK
Oleh :
SILMI DYNA ISNAYA
D22.2013.01312
PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
ii
HALAMAN HAK CIPTA
© 2016
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak
akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.(Qs. Al Luqman;27)
Alhamdulillahirobbil’alamin ..
Sujud syukurku kusembahkan KepadaMu Tuhan Yang Maha Agung nan
Maha Penyanyang, semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal
untukku meraih cita-cita besarku.
Kupersembahkan karya kecil ini untuk Bapak dan Ibu tersayang,
yang tak henti-hentinya memberiku semangat, doa, nasehat dan
pengorbanan yang tak mungkin tergantikan.
Untuk kakak dan adik makasih ya buat segala dukungan
dan doa.
Teman
– teman ku kelas 6.1 khususnya (Diyan, Hanak, Izza, Vita), dan
semuany yg gak bisa ku sebut semua, syukran banget atas
supportnya.sahabat-sahabat ku smua yang membuat hari-hari semasa
kuliah lebih berarti. Semoga tak ada lagi duka tapi suka dan bahagia juga
tawa dan canda. oh ya buat (Tian) juga temen yang banyak ide-ide saat di
jalan, temen makan, dan temen yg sering ajak pergi gk jelas penting
happy ...
Untuk Bu Kriswi sebagai pembingbing yang sangat baik hati,
terimakasih sudah sabar membimbingku, menyemangati, sampai akhir
perjuangan KTI ini.
viii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Silmi Dyna Isnaya
Tempat Tanggal Lahir : Semarang, 20 April 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Purwosari RT 01 RW 02 Sayung Kabupaten
Demak
Riwayat Pedidikan :
1. TK Purwosari tahun 2000 2. SDN 1 Purwosari tahun 2001 3. SMPN 1 Demak tahun 2007
4. SMAN 1 KarangTengah tahun 2009
5. Universitas Dian Nuswantoro Fakultas Kesehatan Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan tahun 2013
ix PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Analisa Sebaran Kasus Rawat Inap Pasien BPJS Golongan PBI Di
Bangsal Melati RSUD Sunan Kalijaga Demak Triwulan I Tahun 2016” ini. Karya
tulis ini merupakan syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Ttulis Ilmiah ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimaksih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini kepada :
1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
3. Arif Kurniadi, M.Kom selaku Ketua Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang dan Pembimbing Karya Tulis Ilmiah.
4. Kriswiharsi K.S,SKM,M.Kes selaku Pembimbing Akademik.
5. Dr. Deby Armaswati, Sp.M selaku Direktur RSUD Sunan Kalijaga Demak. 6. Nurkhayati, SH selaku Kepala Instalasi Rekam Medis RSUD Sunan Kalijaga
x
7. Seluruh Staf Karyawan dan Karyawati Bagian Rekam Medis di Rumah Sakit Sunan Kalijaga Demak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun diharapkan dari pembaca demi perbaikan menjadi masukan untuk peningkatan pelayanan di rumah sakit agar lebih baik.
Semarang, November 2016
xi
Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
Semarang 2016
ABSTRAK Silmi Dyna Isnaya
ANALISIS DESKRIPTIF SEBARAN KASUS RAWAT INAP PASIEN BPJS GOLONGAN PBI DI BANGSAL OBSGYN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUNAN KALIJAGA DEMAK TRIWULAN I TAHUN 2016
Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Hasil survey menunjukkan pada tahun 2016 triwulan pertama, bangsal Obsgyn adalah bangsal yang paling banyak pasiennya yaitu mencapai 746 pasien. 57,4 % pasien bangsal Obsgyn menggunakan cara pembayaran BPJS jenis PBI (Penerima Bantuan Iuran). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sebaran kasus rawat inap pasien BPJS golongan PBI di bangsal Obsgyn RSUD Sunan Kalijaga Demak.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampel penelitian ini adalah 81 pasien rawat inap dengan cara bayar BPJS jenis PBI (Penerima bantuan Iur) dengan kasus obsgyn di bangsal Obsgyn pada triwulan I tahun 2016. Metode pengumpulan data adalah observasi laporan rekapitulasi sensus harian pasien rawat inap triwulan I tahun 2016, index penyakit, dan dokumen rekam medis pasien serta wawancara dengan petugas indexing dan analising reporting.Analisa data secara deskriptif.
Rata-rata lama perawatan Pasien BPJS PBI dengan kasus obsgyn adalah 5 hari. Selama bulan Januari – Maret 2016, jumlah pasien kasus obsgyn sebanyak 746 pasien, jumlah pasien BPJS jenis PBI dibangsal Obsgyn sebanyak 428 pasien ( 57,4%). Terdapat 24,7% pasien BPJS PBI kasus obsgyn diagnosa utama Ketuban Pecah Dini. Terdapat 18,7% pasien BPJS PBI kasus obsgyn diagnosa sekunder lacerasi perinium dan oligohidramnion. Terdapat 37,2% Pasien BPJS PBI kasus obsgyn dengan jenis tindakan Sectio Cecarea Transperitoneal Profunda dan Medis Operasi Wanita.
Identifikasi dokumen rekam medis seharusnya disesuaikan dengan klasifikasi pasien BPJS atau umum, untuk kemudian dikelompokkan kedalam 10 besar diagnosa kasus pada laporan bulanan, tribulan, dan tahunan, Petugas medis harus memastikan penegakan diagnosa dengan sebaik-baiknya. Persiapan peralatan dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk pasien dengan kasus obsgyn ketuban pecah dini perlu ditingkatkan mengingat kasus tersebut cukup tinggi,
Kata kunci : Sebaran kasus, BPJS, Obsgyn. Kepuatakaan : 19 (1994-2015)
xii
Diploma Degree (D-3) of Medical Records and Health Information Faculty of Health, Dian Nuswantoro University Semarang
2016 ABSTRACT
Silmi Dyna Isnaya
Descriptive Analysis Distribution of BPJS Inpatient PBI group cases in Obsgyn Ward Sunan Kalijaga Regional Public Hospital Demak, 1st Quarter of 2016.
Hospital were health care facility that have most strategic role on improving public health status in Indonesia. Preliminary survey showed that Obsgyn ward have the highest number of patient on 1st quarter of 2016. There were 746 patients (54,4%) in Obsgyn ward used BPJS PBI group as payment methods. The purpose of this study was to determine the distribution of cases in BPJS PBI group inpatient in Obsgyn Ward Sunan Kalijaga Regional Public Hospital Demak.
This study used descriptive study. Sample of this study was 81 inpatient with BPJS PBI Group payment method to obsgyn cases on Melati ward in the 1st quarter of 2016. Data collection used observation on daily recapitulation of inpatient cencus, patient indexs, medical records and interviewed with indexing and analising reporting officers. Data were analized in descriptive.
The average length of stay BPJS PBI group patient with obsgyn cases were 5 days. On january-march 2016, the number of patient with obsgyn cases were 746 patients, the numer of BPJS PBI group patient in Melati ward were 428 patients (57,4%). %). There were 24,7% patients of BPJS PBI group with obsgyn cases have had primary diagnostic as Preterm premature rapture of membrane. There were 18,7% patients of BPJS PBI group with obsgyn cases have had Secodary diagnostic as perineal laceration and oligohidramnion (18,7%). There were 37% patients of BPJS PBI group with obsgyn cases have had primary treatment in sectio caesarea transperitoneal profunda and woman medical operation.
Medical records identification should be adjusted by classification of BPJS or general patients, for then grouped into 10 major cases diagnosis in the monthly, quarterly, and annual reports, medical officer should ensure the enforcement of the diagnosis as well as possible. Preparation of equipment and drugs needed for obsgyn case patients with premature rupture of membranes need to be improved considering the case is quite high.
Keyword : The distribution of cases, BPJS, Obgyn. Literature : 19 (1994-2015)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN HAK CIPTA ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN... vii
RIWAYAT HIDUP ... viii
PRAKATA ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR SINGKATAN ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Ruang Lingkup ... 4 F. Keaslian Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Rumah Sakit ... 10
B. Rekam Medis ... 12
C. Standar Pelayanan di Rumah sakit ... 14
D. Indikator Kinerja Rumah sakit ... 15
E. BPJS ... 16
F. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) ... 18
G. Sistem Informasi Rekam Medis ... 20
H. INA CBG’s ... 21
I. Instalasi Pemeriksaan Penunjang ... 23
J. LOS (Length Of Stay) ... 24
K. Gangguan Kehamilan ... 25
L. Kerangka Teori ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
A. Kerangka Konsep ... 30
B. Jenis dan Metode Penelitian ... 30
xiv
D. Definisi Operasional ... 31
E. Populasi dan Sampel ... 32
F. Instrumen Penelitian ... 33
G. Cara Pengumpulan Data ... 33
H. Pengolahan Data ... 33
I. Analisa Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 35
A. Gambaran Umum RSUD Sunan Kalijaga Demak ... 35
B. Struktur organisasi RSUD Sunan kalijaga Demak ... 42
C. Gambaran Khusus Instalasi Rekam Medis di RSUD Sunan Kalijaga Demak ... 43
D. Struktur Organisasi Unit Rekam Medis ... 44
E. Hasil Penelitian ... 45
BAB V PEMBAHASAN ... 50
A. Jumlah Pasien dengan Kasus obsgyn ... 50
B. Diagnosa Utama ... 50 C. Diagnosa Sekunder ... 52 D. Diagnosa Tindakan ... 53 E. Lama Dirawat ... 55 BAB VI PENUTUP ... 56 A. Kesimpulan ... 56 B. Saran ... 56
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori...29 Gambar 3.2 Kerangka Konsep...30 Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSUD Sunan Kalijaga Demak...42 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Unit Rekam Medis RSUD Sunan Kalijaga
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ... 5
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 31
Tabel 4.1 Sejarah RSUD Sunan Kalijaga Demak ... 36
Tabel 4.2 Jumlah Pasien BPJS PBI Bangsal Obsgyn Triwulan Pertama ... 45
Tabel 4.3 Diagnosa Utama Pasien Bangsal Obsgyn ... 45
Tabel 4.4 Jumlah Diagnosa Sekunder Yang Menyertai Pasien Obsgyn ... 47
Tabel 4.5 Sepuluh Diagnosa Sekunder Terbanyak Diderita Pasien Obsgyn ... 47
Tabel 4.6 Diagnosa Tindakan Terbanyak Diderita Pasien Obsgyn ... 48
Tabel 4.7 Distribusi Lama Dirawat (LOS) Pasien Kasus Obsgyn ... 49
Tabel 5.1 Diagnosa Utama ... 51
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pada Tabulasi Silang Antara Diagnosa Sekunder dengan Lama Dirawat Pada Pasien BPJS PBI Bangsal Melati Kasus Obsgyn... 53
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pada Tabulasi Silang Antara Tindakan dengan Lama Dirawat Pada Pasien BPJS PBI Bangsal Melati Kasus Obsgyn ... 54
xvii
DAFTAR SINGKATAN
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
PBI : Penerima Bantuan Iuran.
Non PBI : Bukan Penerima Bantuan Iuran. CPD : Chepalo Pelvic Disproportion
KPD : Ketuban Pecah Dini.
HT Betastorial : Hipertensi Betastorial.
SCTP-MOW : Sectio Cesarea Transperitoneal Profunda - Medis Operatif Wanita.
SCTP-IUD : Sectio Cesarea Transperitoneal Profunda – Intra Uterine Device.
xviii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Ijin Penelitian
2. Hasil Wawancara 3. Hasil Observasi
4. Rekapitulasi Sensus Harian Pasien Rawat Inap Triwulan I Tahun 2016 5. Rekapitulasi Sensus Harian Pasien Rawat Inap Bulan Januari Tahun
2016
6. Rekapitulasi Sensus Harian Pasien Rawat Inap Bulan Februari Tahun 2016
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.. Fasilitas tersebut semakin penting mengingat perkembangan epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografis, perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga mengubah struktur sosial ekonomi masyarakat. Rumah sakit dituntut dapat membangun sistem pelayanan yang lebih baik lagi dimana pelayanan dapat ditingkatkan dengan pengelolaan rekam medis terutama bagian pelaporan secara lebih cepat dan tepat sesuai ketetapan yang berlaku di rumah sakit tersebut.(1)
Data rekam medis yang dihasilkan dari pelayanan kesehatan pada pasien dapat dimanfaatkan untuk bermacam-macam kegiatan di rumah sakit, salah satunya yaitu untuk perhitungan statistik rumah sakit.(1)
Menurut UU RI No.16 tahun 1997, pasal 1 poin 1 statistik adalah data yang diperoleh dengan cara pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis serta sebagai sistem yang mengatur keterkaitan antar unsur dalam penyelenggaraan statistik.(2)
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), maka terbentuklah BPJS yang berlaku mulai Januari 2014 dan menjanjikan kesejahteraan kesehatan
2
bagi masyarakat Indonesia. BPJS merupakan lembaga baru yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia yang bersifat nirlaba berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).(3)
Pada hasil survey awal di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak terhadap data rekapitulasi pasien rawat inap pada triwulan pertama bulan januari- maret tahun 2016, jumlah pasien BPJS golongan PBI sebanyak 1828 pasien (36,3%), pasien BPJS golongan Non PBI sebanyak 1301 pasien (25,8%), dan jumlah kasus pasien rawat inap terbanyak untuk golongan PBI adalah pasien kasus obsgyn berjumlah 428 pasien (57,4%).
Dari data diatas jumlah kasus pasien BPJS PBI lebih banyak dibandingkan jumlah kasus pasien Non PBI yang berarti harus dibuatkannya laporan tentang kasus penyakit khusus pasien BPJS PBI. Selama ini, di RSUD Sunan Kalijaga Demak tidak pernah dilakukan analisis tentang sebaran kasus pasien BPJS dengan alasan terkendalanya waktu, dimana laporan dicampur antara pasien BPJS ataupun umum. Jadi jika ingin mengetahui jenis sebaran kasus pasien BPJS harus melihat dibuku bagian indeksing kemudian memilih satu persatu pasien sehingga membutuhkan waktu cukup lama. Hal tersebut menunjukkan permasalahan kurangnya pemanfaatan data rekam medis khususnya data morbiditas pasien. Padahal data morbiditas sangat penting artinya dalam pengambilan keputusan manajemen untuk pengelolaan rumah sakit. Oleh karena itulah peneliti tertarik untuk mendeskripsikan “sebaran kasus pasien rawat inap golongan PBI yang
dirawat dibangsal Obsgyn yang merawat pasien dengan kasus obsgyn”, mengingat kasus obsgyn adalah kasus terbanyak yang dijumpai pada triwulan pertama tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Adanya kasus pasien PBI yang yang rawat inap di RSUD Sunan Kalijaga Demak maka memunculkan sebaran kasus. Bagaimana sebaran kasus penyakit rawat inap pasien BPJS golongan PBI di bangsal Obsgyn RSUD Sunan Kalijaga Demak ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui sebaran kasus rawat inap pasien BPJS golongan PBI di bangsal Obsgyn RSUD Sunan Kalijaga Demak.
2. Tujuan Khusus
a. Menghitung jumlah pasien rawat inap dengan cara pembayaran BPJS jenis PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang dirawat di bangsal Obsgyn.
b. Mengidentifikasi diagnosa utama pasien rawat inap BPJS golongan PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang dirawat di bangsal Obsgyn.
c. Mengidentifikasi diagnosa sekunder pasien rawat inap BPJS golongan PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang dirawat di bangsal Obsgyn.
d. Mengidentifikasi jenis tindakan pasien rawat inap BPJS golongan PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang dirawat di bangsal Obsgyn
4
e. Menghitung rerata lama hari dirawatnya seorang pasien BPJS golongan PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang dirawat di bangsal Obsgyn.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan rumah sakit dalam menentukan suatu kebijakan pengelolaan rumah sakit.
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan referensi di perpustakaan dan informasi tentang pengembangan ilmu statistik rumah sakit dan dijadikan bahan pertimbangan penelitian selanjutnya dengan topik statistik.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan pengalaman dan pengetahuan dalam penerapan ilmu rekam medis khususnya di bidang statistik rumah sakit.
E. Ruang Lingkup
1. Lingkup keilmuan
Lingkup penelitian ini meliputi lingkup ilmu rekam medis dan informasi kesehatan.
2. Lingkup materi
Lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik rumah sakit.
3. Lingkup lokasi
Penelitian ini dilakukan di RSUD Sunan Kalijaga Demak khususnya pada instalasi rekam medis bagian indeksing.
4. Lingkup metode
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi dan wawancara.
5. Lingkup objek
Objek yang diamati yaitu indeks penyakit pasien BPJS golongan PBI, dokumen rekam medis, dan rekapitulasi sensus harian rawat inap tahun 2015.
6. Lingkup waktu
Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei 2016.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
NO Peneliti Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Clara Rahayuningtyas 2015 Analisis Lama Perawatan Dan Epidemiologi Kasus Hernia Inguinalis Pasien BPJS DiRSUD Tugurejo Semarang Tahun 2014 Metode Observasi Dari 71 pasien hernia inguinalis tahun 2014 terdapat 67,61% yang tidak sesuai (>3hari), dan 32,39% yang sesuai (<3hari). Jenis
6 kelamin yang paling sering terjadi ada pada jenis kelamin laki-laki yaitu 97,18% dan pada rentang umur 45-64 tahun (30,99%). Diagnosa utama yang paling sering terjadi adalah hernia inguinalis scrotalis sinistra (69,01%), diagnosa sekunder adalah hipertensi (14,01%), diagnosa komplikasi adalah incarcerate dan permagna (8,45%). Dimana level1 sebanyak 33,08%, level 2 sebanyak 29,58%, level 3 sebanyak 36,63%. 2 Dian Aristika 2014 Deskripsi
Karakteristik Penderita, Lama Dirawat (LOS) Dan Epidemiologi Penyakit Metode Observasi Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil dimana jumlah penderita DM pada triwulan I
Diabetes Mellitus Pada Pasien JKN Di RSUD Tugurejo Semarang Triwulan I Tahun 2014. terbanyak pada bulan Februari sebesar 44,83%, yang terbanyak diderita oleh pasien dengan jenis kelamin pria dengan prosentase sebesar 51,73%, yang terdapat pada kelompok umur 51-60 tahun yaitu sebesar 34,48%. Tipe DM yang paling sering diderita tipe II dengan komplikasi terbanyak adalah Ulcer of lower limb, not elswhere classified. LOS yang sering terjadi 8 hari, LOS yang tidak sesuai dengan LOS INA-CBG’s pada saverity level I (47,62%). 3 Essi Mazidah 2014 Tinjauan
Deskriptif Karakteristik Penderita, LOS,Dan Epidemiologi Penyakit Pada Metode Observasi Hasil penelitian didapatkan bahwa pada bulan Januari –April 2014 terdapat 62
8 Kasus Thypoid Pasien BPJS PBI Di RSUD Dr.M.Ashari Kabupaten Pemalang Bulan Januari-April Tahun 2014 kasus dan paling banyak pada bulan Februari yaitu 21pasien, menyerang pada golongan umur 5-14 tahun (39%), dengan jenis kelamin laki- laki (58%), lama dirawat maksimum 3 hari (27%), keparahan level I yaitu sebesar 71%, memiliki diagnosis lain sebesar 62,9%, yang memiliki diagnosa lain pada kelompok yang sesuai LOS INA-CBG’s (41,5%) lebih besar dari pada yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (33,3%). Penderita Thypoid yang memiliki komplikasi lebih kecil (9,7%) daripada yang tidak memiliki komplikasi (90,3%). Persentase yang memiki komplikasi padakelompok
yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (22,2%) lebih besar dari pada kelompok yang sesuai LOS INA-CBG’s (7,5%).
Perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sekarang adalah lokasi yang berbeda dimana penelitian yang sekarang dilakukan di RSUD Sunan kalijaga Demak, waktu penelitian yang dilakukan berbeda yaitu tahun 2016 dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif.
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization) rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.(4)
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan. Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka rumah sakit umum menyelenggarakan kegiatan :
a. Pelayanan medis.
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan.
d. Pendidikan, penelitian dan pengembangan.
e. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan. f. Administrasi umum dan keuangan.(5)
Sedangkan menurut undang-undang RI No 44 tahun 2010 tentang rumah sakit, fungsi rumah sakit yaitu :
a. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan tingkat ketiga sesuai kebutuhan medis.
b. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.(5)
3. Rawat Inap
Pengertian rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, dimana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit. Ruangan rawat inap adalah ruang pasien dirawat, ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap di banyak rumah sakit sudah sangat mirip dengan kamar-kamar hotel. Pasien yang berobat jalan di unit rawat
12
jalan, akan mendapatkan surat perintah dirawat dari dokter yang memeriksa, bila pasien tersebut memerlukan perawatan didalam rumah sakit, atau menginap di rumah sakit.(6)
B. Rekam Medis
1. Pengertian Rekam Medis
Menurut PERMENKES No 269/MENKES/PER/III/2008 rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 2. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis
a. Tujuan Rekam Medis
Rekam medis bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.(7)
Tujuan utama dari rekam medis ini adalah sebagai dokumen kehidupan pasien yang memadai dan akurat sebagai sejarah kesehatannya, yang mencakup penyakit-penyakit dan perawatan-perawatan yang diberikan pada masa lampau dan pada saat ini (Huffman,1994).(8)
b. Kegunaan Rekam Medis
Menurut seorang pakar Gibony, menyatakan kegunaan rekam medis mengunakan singkatan ALFRED, yaitu :
1) Administration (Administrasi)
Data dan informasi yang dihasilkan dalam rekam medis dapat digunakan menejemen untuk melaksanakan fungsinya guna pengelolaan berbagai sumber daya. 2) Legal (Hukum)
Rekam medis dapat digunakan sebagai alat bukti hukum yang dapat melindungi pasien, provider (dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya) serta pengelolaan dan pemilik sarana pelayanan kesehatan terhadap hukum. 3) Financial (Keuangan)
Catatan yang ada dalam dokumen rekam medis dapat digunakan untuk memprekdisikan pendapatan dan biaya sarana pelayanan kesehatan.
4) Research (Penelitian)
Dapat dilakukan penelusuran terhadap berbagai macam penyakit yang telah dicatat kedalam dokumen rekam medis guna kepentingan penelitian.
5) Education (Pendidikan)
Dokumen rekam medis dapat digunakan untuk pengembangan ilmu.
6) Documentation (Dokumentasi)
Dapat digunakan sebagai dokumen karena menyimpan sejarah medis seseorang.
14
C. Standar Pelayanan di Rumah sakit 1. Standar Pelayanan Rumah sakit
Standar pelayanan sangat berpengaruh pada kondisi tingkat ekonomi, pendidikan dan sosial suatu masyarakat semakin tinggi tingkatannya maka tuntutan masyarakat terhadap kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan semakin tinggi pula. Untuk dapat menilai mutu pelayanan mutu rumah sakit diperlukan suatu standar pelayanan yang baku. Standar pelayanan rumah sakit terdiri dari 2 hal, yaitu:
a. Standar pelayanan rumah sakit, meliputi: 1) Administrasi dan manajemen
2) Pelayanan medis
3) Pelayanan gawat darurat 4) Pelayanan itensif
5) Kamar operasi
6) Pelayanan perinatal resiko tinggi 7) Pelayanan keperawatan
8) Pelayanan aneshtesia 9) Pelayanan radiologi 10) Pemeliharaan sarana 11) Perpustakaan
12) Pengendalian infeksi di rumah sakit 13) Pelayanan sentralisasi sentral 14) Pelayanan gizi
16) Pelayanan rehabilitasi medis 17) Pelayanan farmasi
18) Keselamatan kerja, kebakaran, kewaspadaan bencana
2. Standar pelayanan Medis
Merupakan pedoman yang dijalankan berguna meningkatkan mutu untuk menjadi semakin efektif dan efisien. Efisiensi pelayanan medis dapat dilihat dari tingkat jumlah hari pasien rawat inap tinggal dirumah sakit, tidak termasuk bayi lahir di rumah sakit. Angka rata-rata jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit merupakan informasi yang penting untuk menilai atau mengevaluasi efisiensi pelayanan yang telah diberikan.(9)
D. Indikator Kinerja Rumah sakit
Rumah sakit salah satu institusi pemberian pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelayanan dengan pengelolaan secara profesional. Keberhasilan dalam pengelolaan rumah sakit didukung adanya sumber daya manusia sebagai tenaga kerja profesional sarana dan prasarana yang memadai serta beberapa faktor yang lebih dikenal indikator kinerja rumah sakit, antara lain : 1. Kepuasaan Pasien
2. Kualitas pelayanan medis 3. Efisiensi pelayanan medis
16
5. Kualitas limbah cair di rumah sakit.
E. BPJS
1. Pengertian BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia sesuai dengan undang – undang No 40 Tahun 2004 tentang sitem jaminan sosial nasional yang merupakan badan hukum nirlaba. Berdasarkan undang – undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia seperti lembaga asuransi jaminan kesehatan PT Askes Indonesia menjadi BPJS kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenagakerjaan PT Jamsostek menjadi BPJS ketenagakerjaan.(10)
Peserta BPJS dibagi menjadi dua kelompok pertama PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan adalah peserta jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu dimana iurannya dibayar oleh pemerintah. Sedangkan peserta bukan penerima bantuan iuran (Non PBI) meliputi pekerja penerima upah dan keluarganya yaitu seseorang yang bekerja dengan menerima gaji secara rutin seperti PNS, Polri, dan semua pekerja yang menerima upah atau gaji dan pekerja bukan penerima upah dan keluarganya seperti pekerja mandiri.
Landasan hukum BPJS Kesehatan :
a. UUD 1945 amandemen Pasal 28 H ayat 1 bahwa setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan dan ayat 3 bahwa setiap penduduk berhak atas jaminan sosial.
b. PP Nomor 2/2003 tentang Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri.
c. UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
2. Manfaat BPJS Kesehatan
Manfaat adanya BPJS kesehatan dapat membantu masyarakat karena iuran yang ditetapkan sangat terjangkau dan dapat memilih sesuai kondisi ekonomi. Manfaat lain kepesertaan BPJS yaitu :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan non spesialistik terdiri dari :
1) Administrasi pelayanan.
2) Pelayanan promotif dan preventif.
3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis. 4) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis.
5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai. 6) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi.
7) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif.
18
8) Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama.
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi : 1) Rawat jalan, terdiri dari :
a) Administrasi pelayanan.
b) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis.
c) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai. d) Pelayanan darah
e) Rehabilitasi medis.
f) Pelayanan alat kesehatan implant. g) Pelayanan kedokteran forensik.
h) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan. 2) Rawat inap, terdiri dari :
a) Perawatan inap di ruang intensif. b) Perawatan inap non intensif.
F. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) 1. Konsep Dasar Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIM RS) adalah sistem komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk mendukung kinerja dan memperoleh informasi secara ceat, tepat dan akurat.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer merupakan sarana pendukung yang sangat penting, bahkan dapat dikatakan mutlak sebagai operasional rumah sakit.(11)
Informasi yang digunakan secara optimal, dengan sistem informasi manajemen yang terencana akan mendukung keberhasilan manajemen disebuah rumah sakit yang dapat dimanfaatkan untuk :
a. Meningkatkan mutu pelayanan medik b. Memudahkan dalam sistem pelaporan.
c. Mengendalikan biaya dan meningkatkan produktifitas. d. Penelitian medik.
e. Pendidikan.
2. Sistem Informasi Rumah Sakit Sebagai Suatu Sistem.
Sistem informasi manajemen rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Sehingga dapat dicapai pemanfaatan sarana rumah sakit secara optimal. Sistem informasi manajemen rumah sakit adalah suatu sistem yang dibentuk untuk manajemen dan melaksanakan fungsinya. 3. Kegunaan Sistem Informasi Rumah sakit(11)
Kegunaan sistem informasi rumah sakit dapat dibedakan menjadi :
20
a. Sistem informasi untuk pembangunan rumah sakit
Sistem informasi ini, informasi yang dikirim dari sumber informasi (rumah sakit) ke pusat (Depkes) dapat digunakan sebagai pedoman.
b. Sistem informasi untuk manajemen rumah sakit
Informasi yang dihasilkan oleh rumah sakit dapat dipakai untuk keperluan manajemen dalam rangka mencapai tujuan pembangunan rumah sakit yaitu peningkatan mutu, cakupan, dan efisiensi pelayanan.
G. Sistem Informasi Rekam Medis
Pengertian rekam medis itu sendiri adalah keterangan yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnesa, Sistem informasi ini termasuk dalam hal-hal yang berhubungan pengolahan data yang ada pada status pasien, kemudian termasuk pula bagaimana pengelolaan dan pencarian kembali status pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien, serta pengobatan baik rawat inap, rawat jalan maupun yang mendapat pelayanan gawat darurat.(12)
H. INA CBG’s
1. Pengertian INA CBG’s
Sistem Casemix INA CBg’s adalah suatu pengklasifikasian dari episode perawatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien-pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis. Case Base Groups (CBG’s) yaitu cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis atau kasus yang relatif sama.rumah sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan untuk suatu kelompok diagnosis.pengklasifikasian setiap tahap pelayanan kesehatan sejenis kedalam kelompok yang mempunyai arti relatif sama. Setiap pasien yang dirawat di sebuah rumah sakit diklasifikasikan kedalam kelompok yang sejenis dengan gejala klinis yang sama serta biaya perawatan yang relatif sama. Dalam pembayaran menggunakan CBG’s, di rumah sakit tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan yang di berikan, melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis keluar pasien dan kode DRG. Besarnya penggantian biaya untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya. Yang terjadi selama ini, pembiayaan kesehatan pasien di sarana pelayanan kesehatan adalah menggunakan
Free-For-Service (FFS) yaitu provider layanan kesehatan menarik biaya
22
pemeriksaan dan tindakan akan ditentukan setelah pelayanan dilakukan, dengan sistem ini kemungkinan moral hazart oleh pihak rumah sakit relatif besar, karena tidak ada perjanjian dari awal antara ihak rumah sakit dengan pasien. Tentang standar biaya maupun lama hari perawatan.
2. Manfaat
a. Bagi pasien
1) Pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik.
2) Adanya kepastian dalam pelayanan dengan prioritas pengobatan berdasarkan derajat keparahan.
3) Mengurangi pemeriksaan serta penggunaan alat medis yang berlebihan oleh tenaga medis sehinngga mengurangi resiko yang dihadapi pasien.
b. Bagi rumah sakit
1) Dapat meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit.
2) Rumah sakit mendapat pembiayaan berdasarkan kepada beban kerja sebenarnya.
3) Rumah sakit dapat merencanakn budget anggaran pembiayaan dan belanja yang lebih akurat.
4) Dokter dapat memberikan pengobatan yang tepat untuk kualitas pelayanan lebih baik berdasarkan derajat keparahan. Juga meningkatkan komunikasi antar spesialisasi atau multidisiplin ilmu agar perawatan dapat
secara komprehensif serta dapat memonitor Quality
Assurance dengan cara yang lebih objektif. c. Bagi penyandang dana pemerintah (provider)
1) Dengan anggaran pembiayaan yang efisien, terhadap masyarakat luas akan terjangkau.
2) Dapat meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian anggaran pembiayaan kesehatan.
3) Secara kualitas pelayanan yang diberikan akan lebih baik seingga meningkatkan kepuasan pasien dan provider.
I. Instalasi Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan medis atas indikasi medis tertentu guna memperoleh keterangan yang lebih lengkap. Tujuan dan manfaat dilakukannya pemeriksaan penunjang :
a. Untuk menambah data penunjang selain data pemeriksaan fisik.
b. Untuk memudahkan dokter dalam melakukan diagnosis pemeriksaan lanjutan dilakukan ketika data medis yang mendukung dalam pemeriksaan fisik dirasa kurang.
c. Untuk memberi kejelasan dan kepastian tentang kesungguhan penyakit yang diderita pasien.
Sedangkan yang dimaksud dengan istilah Pemeriksaan Penunjang (IPP) adalah pengelompokan unit
24
atau bagian pelayanan penunjang medis yaitu laboratorium klinis, radiology, dan elektro medik. Dalam melayani rekam medis, tugas pokoknya adalah mencatat hasil-hasil pemeriksaan atau pengobatan penunjang berdasar permintaan dokter, menyampaikan hasil-hasil tersebut kepada dokter yang meminta atau ke unit rawat jalan, rawat darurat, rawat inap. Peran fungsi utamanya adalah melakukan pencatatan-pencatatan guna melengkapi data rekam medis dalam pelayanan pasien.(13)
2. Pencatatan Pelayanan Penunjang
Semua kegiatan pelayanan yang ada di laboratorium tentang pengisian form hasil pemeriksaan mulai dari identitas pasien sampai nomor register rumah sakit atau laboratorium yang kemudian akan di cek ulang kelengkapannya agar terhindar dari kekeliruan hasil pemeriksaan dan untuk mempermudah dalam pengarsipan.(14)
J. LOS (Length Of Stay) 1. Pengertian
Menurut Depkes RI adalah rata-rata lama rawat seorng pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara umum nilai LOS yang ideal berdasarkan Depkes antara 6-9 hari, sedangkan menurut Barber Johnson 3-12 hari.
2. Rumus LOS
Untuk memberikan gambaran pelayanan pada diagnose dengan kasus obsgyn.
Rumus lama dirawat = Tanggal pasien keluar – Tanggal pasien masuk
K. Gangguan Kehamilan 1. Pengertian
Kehamilan adalah tumbuhnya janin dalam rahim seorang ibu.Tanda-tanda fisik yang terjadi pada ibu hamil yaitu pembesaran rahim dan perut, payudara mengeras,keadaan lemas, mudah lemah,berat badan bertambah, gerakan janin dalam rahim terasa dan teraba , dan terdengar denyut jantung janin.
Kasus obsgyn adalah kasus yang terjadi pada ibu hamil mulai gangguan ringan sampai dengan gangguan berat. Semua gangguan yang terjadi sebaiknya diwaspadai dan diketahui.
Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan atau kerjasama penanganannya seperti hipertensi, anemia berat, preeklamsia, dan kondisi-kondisi lain yang dapat memburuk selama kehamilan.(15)
Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan rujukan segera misalnya perdarahan, eklamsia,
26
ketuban pecah dini, atau kondisi-kondisi kegawatdaruratan lain pada ibu dan bayi.(16)
2. Anatomi Dan Fisiologi Organ Reproduksi Wanita(17)
Organ perempuan untuk pembentukan keturunan dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu :
a. Genitalia externa
Meliputi semua organ yang didapatkan antara os pubis, ramus inferior dan perineum. Pada umumnya disebut vulva ialah :
1) Mons veneris / mons pubis (tundun) adalah sebuah bantalan lemak yang terletak di depan simfisis pubis. 2) Labia mayora adalah dua lipatan tebal yang membentuk
sisi vulva dan terdiri atas kulit dan lemak, jaringan otot polos, pembuluh darah dan serabut saraf.
3) Labia minor merupakan lipatan kulit yang terdapat diantara kedua labium minora. Pada bagian ini terdapat banyak pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
4) Clitoris mengandung banyak urat-urat saraf sensoris, dan pembuluh darah. Letaknya dalam vestibula dan berukuran sebesar kacang hijau sampai cabai rawit dan ditutupi frenulum clitoridis.
5) Vestibulum merupakan rongga yang berada disebelah lateral dibatasi oleh kedua labia minora, disebelah
anterior dibatasi oleh clitoris, disebelah dorsal dibatasi oleh fourchet.
6) Glandula vestibularis majora merupakan kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina. Terletak di kanan dan kiri ostium vagina.
7) Hymen berupa lapisan tipis dan menutupi sebagian besar dari introitus vaginae. Lubang-lubang pada hymen berfungsi sebagai tempat keluarnya sekret dan darah haid.
8) Urethra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
b. Genitalia interna
Suatu alat reproduksi yang berada di dalam, yang tidak dapat dilihat kecuali dengan jalan pembedahan. Alat genitalia bagian dalam terdiri dari :
1) Vagina yaitu saluran musculo-membranosa yang menggabungkan uterus dengan vulva. Terletak antara kandung kencing dan rectum.
2) Uterus adalah organ otot yang berdinding tebal yang berfungsi tempat implantasi ovum yang sudah dibuahi dan sebagai tempat perkembangan dan pemberian makanan kepada janin yang berada di dalamnya.
28
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Faktor ibu :
1) Keadaan kesehatan ibu saat hamil. 2) Kelainan pada uterus.
3) Kebiasaan ibu merokok, alkohol. b. Faktor janin :
1) Jenis kelamin janin.
2) Penyimpangan genetik kelainan kongenital, pertumbuhan abnormal.
3) Infeksi intrauterine. c. Faktor plasenta. :
Plasenta adalah akarnya janin yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam rahim. Karena itu plasenta memiliki peran penting untuk menjamin kesehatan janin dalam rahim.
Setiap ibu hamil beresiko mengalami komplikasi yang tidak dapat diprediksi. Sehingga setiap ibu hamil harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Kegawat daruratan maternal dan neonatal adalah suatu kondisi yang mengancam jiwa dan dapat menyebabkan kematian atau kerusakan bagian tubuh pada ibu atau janin.
L. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : (10,12,13,14) a. Jumlah pasien BPJS RI tahun 2016. b. Bangsal Melati SHRI Indeks penyakit : a. Lama dirawat (LOS) b. Nomor RM c. Diagnosa utama Sebaran Kasus a. Diagnosa sekunder. b. Tindakan. Mutu Pelayanan
30 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Jenis dan Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan hasil – hasil yang telah didapatkan sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca lebih mudah mengerti dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian.
Jumlah pasien RI BPJS PBI bangsal melati
1. Lama dirawat (LOS) 2. Diagnosa utama 3. Diagnosa sekunder. 4. Tindakan.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode observasi, dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung dilapangan.
C. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah :
1. Jumlah pasien BPJS PBI rawat inap triwulan I tahun 2016 2. Lama dirawat (LOS)
3. Diagnosa utama 4. Diagnosa sekunder 5. Tindakan.
D. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
1 Jumlah pasien BPJS PBI RI
Jumlah seluruh pasien yang menjalani rawat inap di bangsal melati pada tahun 2015, dengan cara pembayaran BPJS PBI berdasarkan observasi data rekapitulasi sensus harian tahun 2015.
2 Lama dirawat (LOS) Rerata lama hari dirawatnya seorang pasien di Bangsal Melati triwulan I tahun 2016. 3 Diagnosa utama Suatu diagnosis / kondisi kesehatan yang
menyebabkan pasien memperoleh perawatan atau pemeriksaan, yang ditegakkan pada akhir episode pelayanan dan bertanggung jawab atas kebutuhan sumber daya pengobatannya, yang diperoleh berdasarkan observasi pada buku indeks penyakit bangsal melati dan DRM RM 1 . 4 Diagnosa sekunder Diagnosis yang menyertai diagnosis utama
32
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah DRM pasien BPJS PBI (Penerima bantuan Iuran) dengan jenis kasus penyakit obsgyn pasien rawat inap berjumlah 428 pasien pada bangsal melati triwulan I tahun 2016 di RSUD Sunan Kalijaga Demak.
2. Sampel
Sampel merupakan total populasi yaitu sebanyak jumlah kunjungan pasien bangsal melati triwulan pertama tahun 2016 (N) sebanyak 428 pasien, tingkat ketepatan absolut (d) 10% dengan rumus
𝑛 =
𝑁1 +𝑁(𝑑2)
=
1 +428(10428 2)= 81
maka didapat hasil jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 81 DRM. atau kondisi pasien saat masuk yang terjadi selama episode pelayanan, yang diperoleh berdasarkan observasi pada DRM RM 1. 5 Tindakan Suatu intervensi medis yang dilakukan pada
seseorang berdasar atas indikasi medis tertentu yang dapat mengakibatkan integritas jaringan atau organ terganggu, berdasarkan observasi pada DRM RM 1.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan check list untuk mengambil dan mengumpulkan data yang didapat dari indeks penyakit yaitu mencatat No.RM pasien BPJS PBI dan mengamati pada dokumen rekam medis RM 1.
G. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap data pasien BPJS PBI kasus obsgyn pada triwulan I tahun 2016 dari indeks penyakit dan RM 1. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu dokumen rekam medis dan indeks penyakit pada bangsal melati triwulan I tahun 2016.
H. Pengolahan Data
Peneliti dalam melakukan penelitian menggunakan Pengolahan Data
Dari hasil pengumpulan data instrumen penelitian data, maka peneliti menggunakan pengolahan data dengan :
1. Colecting yaitu pengolahan data – data meliputi data identitas, identitas klinis.
2. Editing yaitu mengoreksi data yang telah dikumpulkan.
3. Klasifikasi yaitu pengelompokan data – data menurut kategori dan klasifikasi tertentu.
34
4. Tabulating yaitu menampilkan data – data dalam bentuk tabel untuk memudahkan analisis.
I. Analisa Data
Dalam penelitian ini data dianalisis secara deskriptif, yaitu menguraikan hasil pengamatan sebaran kasus obsgyn pasien BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) untuk memudahkan analisis.
35 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum RSUD Sunan Kalijaga Demak 1. Sejarah
RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak terletak di Jl. Sultan Fatah Nomor 669/50 Demak seluas + 4 hektar. RSUD Sunan Kalijaga berada di Kota Demak dan juga berada di jalur utama pantai utara Jawa Tengah. RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak pada awalnya didirikan oleh Pemerintah Belanda tahun 1938 yang lokasinya di sekolahan Ongko Loro (saat ini masih digunakan sebagai gedung pertemuan rumah sakit dan ruang Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit). Kepala Rumah Sakit Demak yang pertama di jabat oleh dokter Sastro berdasarkan Surat Keputusan Departemen Van Gezondheid Semarang.
Perubahan status Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Kabupaten Demak sejak tahun 1938 hingga tahun 2008 adalah sebagai berikut :
36
Tabel 4.1 Sejarah RSUD Sunan Kalijaga Demak Tahun 1938 –1949 Balai Kesehatan.
Tahun 1949 –1979 Status Rumah Sakit Umum Kabupaten. Status Rumah Sakit Umum Demak kelas D.
Tahun 1979 –1993 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 51/Menkes/SK/ II/1979 tentang Rumah Sakit Umum Kelas D untuk Pemda Tingkat II.
Tahun 1993 – 2009 Status Rumah Sakit Umum Demak kelas C. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 204/Menkes/SK/II/1993 tanggal 26 Pebruari 1993 tentang Persetujuan Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Demak milik Pemda Tk II Demak. Tahun 2010
(tanggal26Juli2010)
Rumah Sakit Lulus Penuh akreditasi 16 Pokja pelayanan
Tahun 2011 Status Rumah Sakit Umum Demak menjadi Badan Layanan Umum Daerah berdasarkan SK Bupati No.900/607/2010.
Pada tahun 1997, dalam rangka mendukung slogan “Demak Beramal“, H.DJOKO WIDJI SUWITO, SIP sebagai Bupati Demak telah menerbitkan Surat Keputusan Nomor 445.1/1.500 / 1997 tanggal 12 Nopember 1997 tentang Penetapan Nama RSU Kabupaten Demak dengan nama “RSUD Bhakti Karya Husada“. Selanjutnya, karena dipandang nama ”Bhakti Karya Husada” di pandang belum sesuai dengan ciri khas Daerah Kabupaten Demak, guna menumbuhkan kebanggaan masyarakat di daerah tersebut di
ganti dengan nama ”Rumah Sakit Daerah Sunan Kalijaga Kabupaten Demak” berdasarkan Perda Nomor 7 tahun 2008, maka berubah menjadi RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak.
2. Visi, Misi, dan Motto a. Visi Rumah Sakit
“Menjadi Rumah Sakit pilihan utama masyarakat Wilayah Utara Jawa Tengah”
b. Misi Rumah Sakit
1) Mengutamakan kepuasaan pelanggan sesuai standar pelayanan Rumah Sakit.
2) Mengembangkan pelayanan Trauma Center dan Rumah Sakit jemput pasien.
3) Mengembangkan Sumber Daya Manusia berkelanjutan.
4) Menciptakan suasana dan lingkungan Rumah Sakit yang aman dan nyaman.
5) Menjalin kerja sama antar mitra kerja. c. Motto Rumah Sakit
“ Senyum Untuk Kesembuhan Anda “ 3. Jenis Pelayanan Rumah Sakit
a. Pelayanan Rawat Jalan : 1) Poliklinik Umum 2) Poliklinik DOTS
38 3) Poliklinik Gigi 4) Poliklinik VCT/HIV/AIDS 5) Poliklinik spesialis: a) Penyakit dalam. b) Kesehatan anak.
c) Kebidanan dan penyakit kandungan. d) Bedah.
e) Syparaf. f) Penyakit mata.
g) Telinga, hidung, tenggorokan (THT). h) Penyakit kulit dan kelamin.
i) Kesehatan jiwa. j) Rehabilitasi medik.
k) Gigi (konservasi gigi, bedah mulut dan orthodonti). b. Pelayanan Rawat Inap
1) VIP A
2) VIP B (Wijaya Kusuma)
3) Ruang penyakit dalam (Mawar). 4) Ruang anak (Dahlia).
5) Ruang bedah (Kenanga).
6) Ruang bersalin / obsgyn (melati). 7) Ruang perinatal (Bougenvile). 8) Ruang intensive care unit (ICU).
9) Ruang THT, Penyakit mata, Penykit syaraf (Sokka)
10) Ruang khusus pasien Jamkesmas dan Jamkesda (cempaka) 11) Ruang THT, penyakit mata, penyakit dalam (teratai)
12) Ruang Lily
c. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat : 1) Pengembangan trauma centre.
2) Pengembangan rumah sakit jemput pasien. 3) One Day Care.
d. Instalasi Radiologi :
1) Pemeriksaan kontras dan non kontras.
2) USG konvensional dan non konvensional 3 dimensi. 3) Pemeriksaan EKG dan EEG.
e. Instalasi Laboratorium : 1) Kimia klinik
2) Hematologi klinik 3) Urine rutin 4) Unit bank darah f. Instalasi Farmasi :
1) Instalasi farmasi satelit di poliklinik. 2) Instalasi farmasi satelit gedung lantai III 3) Instalasi farmasi satelit di IBS.
g. Instalasi Gizi :
40
2) Asuhan gizi klinik. h. Instalasi intensif care unit. i. Instalasi bedah sentral.
j. Instalasi pemeliharaan sarana. k. Instalasi pendidikan dan pelatihan. Jenis Pelayanan Penunjang Rumah Sakit. a. EKG (Elektrokardiogram).
b. EEG (Electronecephalogram / electroencephalograph). c. Laboratorium.
d. Pelayanan Laboratorium (24jam) meliputi : 1) Hematologi. 2) Kimia klinik. 3) Bakteriologi. 4) Serologi. 5) Urinalisa. 6) Narkoba. 7) Tes HIV e. Radiologi.
f. Pelayanan radiologi (24jam) meliputi : 1) Radiologi
2) USG 3 dimensi. 3) Mobile X ray.
g. Farmasi
Pelayanan farmasi memberikan layanan untuk pembelian obat-obatan, baik obat generik maupun obat paten dan alat kesehatan, bahan habis pakai.
h. Rehabilitasi medik/ fisioterapi
1) Konsultasi dokter spesialis rehabilitasi medik. 2) Pelayanan fisoterapi.
42
B. Struktur organisasi RSUD Sunan kalijaga Demak
Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSUD Sunan Kalijaga Demak SATUAN PENGAWAS INTERN KOMITE MEDIS KOMITE KEPERAWATAN KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL KABAG TATA USAHA
KASUBAG UMUM & KEPEGAWAIAN N KASUBAG KEUANGAN KASUBAG PROGRAM KABID PELAYANAN KABID PERAWATAN KABID PEMASARAN & REKAM MEDIS KASIE PELAYA NAN MEDIS KASIE PELAYANAN PENUNJANG & NON MEDIS KASIE ASUHAN KEPERA WATAN KASIE SDM PERAWA TAN KASIE PEMASA RAN KASIE REKAM MEDIS DIREKTUR
C. Gambaran Khusus Instalasi Rekam Medis di RSUD Sunan Kalijaga Demak
Visi Rekam Medis
“Terwujudnya rekam medis sebagai sumber daya manusia pelayanan kesehatan dan manajemen di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak” Misi Rekam Medis
a. Melaksanakan sistem rekam medis sesuai dengan buku pedoman dan standar yang ditetapkan.
b. Memberikan pelayanan rekam medis yang bermutu tinggi sesuai standar profesional tertinggi.
c. Penataan sistem administrasi dan manajemen rekam medis.
d. Mengembangkan pola pendidikan dan pelatihan petugas rekam medis untuk mencapai kinerja profesional.
e. Meningkatkan jalinan kerjasama antar bagian di rumah sakit. Motto
44
D. Struktur Organisasi Unit Rekam Medis
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Unit Rekam Medis RSUD Sunan Kalijaga Demak
DIREKTUR
KABID PEMASARAN & RM
KA.INSTALASI REKAM MEDIS ADM.ASURA NSI &VISUM ET REPERTUM FILLING ANALISING/ REPORTING KODING/ INDEKSING ASSEMB LING TPPRI TPPRJ
E. Hasil Penelitian
1. Jumlah pasien rawat inap dengan cara pembayaran BPJS PBI di bangsal melati yang merawat pasien dengan kasus obsgyn triwulan 1 tahun 2016.
Tabel 4.2 Jumlah Pasien BPJS PBI Bangsal Obsgyn Triwulan Pertama NO Bulan ∑ % 1 Januari 147 34,4 2 Februari 144 33,6 3 Maret 137 32,0 Jumlah 428 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa persentase jumlah pasien di bangsal Melati pada triwulan 1 tahun 2016 paling banyak terdapat pada bulan Januari sebesar 34,4% dan paling sedikit bulan Maret sebesar 32,0%.
2. Diagnosa utama pada pasien BPJS PBI dengan kasus obsgyn di bangsal melati.
Tabel 4.3 Diagnosa Utama Pasien Bangsal Obsgyn
NO DIAGNOSA Kode JUMLAH %
1 KPD (Ketuban Pecah Dini) O42.9 20 24,7
2 Persalinan pervagina 77 O80.9 7 8,6
3 PEB (preeklamsia berat) O14.1 6 7,4
4 Letak sungsang O32.1 6 7,4
5 Bekas SC (sectio caesarea)
O82.9 6 7,4
6 Serotinus O48 5 6,2
7 Letak lintang O32.2 4 5,0
46
9 CPD O33.9 3 3,7
10 Partus spontan O80.9 3 3,7
11 Partus tak maju O65.4 2 2,5
12 Plasenta previa O44 2 2,5
13 Induksi tak respon O61.0 2 2,5
14 Ruptur perineum O70.9 2 2,5
15 Partus macet O64 1 1,2
16 Partus prematur O60.1 1 1,2
17 Abortus Imminens O20.0 1 1,2
18 Partus dengan sectio caesarea
O82.9 7 8,6
TOTAL 81 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dari 81 sampel yang di teliti, kasus KPD (Ketuban Pecah Dini) merupakan jumlah kasus terbanyak yang diderita pasien sebanyak 24,7 %. Untuk kasus-kasus obsgyn lainnya tidak lebih dari 10 kasus penyakit. Kasus partus macet, partus prematur, dan hemoroid paling sedikit hanya ada 1,2 %.
3. Diagnosa sekunder pada pasien BPJS PBI dengan kasus obsgyn di bangsal melati.
Diagnosa sekunder merupakan diagnosa tambahan yang menggambarkan suatu kondisi yang muncul setelah di mulainya observasi perawatan yang ada di rumah sakit yang dapat mempengaruhi perjalanan penyakit pasien dan tercantum pada indeks penyakit kasus obsgyn di RSUD Sunan Kalijaga Demak.
Tabel 4.4 Jumlah Diagnosa Sekunder Yang Menyertai Pasien Obsgyn
NO Jumlah diagnosa sekunder Jumlah Persentase
1 >2 diagnosa sekunder 6 7,4
2 1-2 diagnosa sekunder 38 47,0
3 0 diagnosa sekunder 37 45,6
Jumlah 81 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 pasien dengan diagnosa kasus obsgyn yaitu gangguan kehamilan dan persalinan yang memiliki diagnosa sekunder lebih dari atau sama dengan 2 sebesar 7,41% jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pasien yang memiliki diagnosa sekunder kurang dari 2 atau hanya ada diagnosa utama.
Tabel 4.5 Sepuluh Diagnosa Sekunder Terbanyak Diderita Pasien Obsgyn
No Jenis diagnosa sekunder Jumlah %
1 Lacerasi Perinium 6 18,7
2 Oligohidramnion 6 18,7
3 Induksi tak respon 4 12,5
4 Letak sungsang 3 9,3
5 Bekas sectio caesarea 3 9,3
6 Serotinus 2 6,3 7 KPD 2 6,3 8 HT Bestastorial 2 6,3 9 Persalinan pervagina, anemia sedang 2 6,3 10 Ruptur Perinium 2 6,3 Jumlah 32 100
48
Dari tabel diatas, didapatkan bahwa dari 41 diagnosa sekunder di dapat 10 besar diagnosa sekunder yang terbanyak, diagnosa yang sering terjadi yaitu ruptur perineum. Urutan yang kedua diagnosa sekunder yang terjadi adalah oligohidramnion dan diagnosa-diagnosa sekunder lain yang ada di tabel.
4. Tindakan pada pasien BPJS PBI dengan kasus obsgyn di bangsal melati. Tabel 4.6 Diagnosa Tindakan Terbanyak Diderita Pasien
Obsgyn No Tindakan Jumlah % 1 SCTP + MOW 25 35,7 2 SCTP 13 18,6 3 Jahit lacerasi 8 11,5 4 SCTP + IUD 6 8,6 5 Dilatasi curettage 4 5,7 6 Konservatif 3 4,3 7 Repair perineum 3 4,3
8 Induksi persalinan dan repair perineum
4 5,7
9 Induksi persalinan 2 2,8
10 Curetage 2 2,8
Jumlah 70 100
Tindakan yang sering dilakukan pada kasus obsgyn mengenai kehamilan dan persalinan yaitu SCTP + MOW ( stream control
transmission protocol + medis operasi wanita ) sebesar 35,7 % pasien dan
5. Lama Dirawat / LOS ( Lenght Of Stay )
Lama dirawat merupakan jumlah hari pasien dirawat di rumah sakit dari perhitunga (tanggal keluar – tanggal masuk) berdasarkan indeks penyakit di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Berikut hasil pengolahan data dari total sampel 81 pasien.
Tabel 4.7 Distribusi Lama Dirawat (LOS) Pasien Kasus Obsgyn
LOS (hari) Jumlah %
2 6 7,4 3 23 28,4 4 13 16.1 5 27 33,3 6 6 7,4 8 4 4,9 11 2 2,5 Jumlah 81 100,0
Berdasarkan tabel 4.7 rata-rata lama pasien dirawat antara 3 sampai 5 hari. Hanya ada 2 pasien yang di rawat selama lebih dari 10 hari persentase lama dirawat tertinggi yaitu sebesar 33,3%
50 BAB V
PEMBAHASAN
A. Jumlah Pasien dengan Kasus obsgyn
Kasus obsgyn adalah kasus yang terjadi pada ibu hamil mulai gangguan ringan sampai gangguan berat. Semua gangguan yang terjadi sebaiknya diwaspadai dan di ketahui.(15) Dari bulan Januari – Maret 2016, jumlah kasus obsgyn sebanyak 735 kasus, dengan jumlah pasien terbanyak adalah pasien BPJS PBI dengan jumlah pasien sebanyak 428 pasien (58,2 %). Berdasarkan data rekam medis yaitu pada lembar anamnesa, didapatkan bahwa pasien yang mengalami gangguan persalinan terjadi karena kegawat daruratan medis karena pasien biasanya rujukan dari puskesmas ataupun bidan desa.
B. Diagnosa Utama
Suatu kondisi kesehatan yang menyebabkan pasien mendapatkan perawatan atau pemeriksaan, yang ditegakkan pada akhir episode pelayanan.(15)
Dalam penelitian ini diperoleh diagnosa utama diperoleh dari indeks penyakit dan RM 1 untuk pasien BPJS PBI dengan kasus obsgyn terbanyak pada kasus KPD ( Ketuban Pecah Dini ) sedangkan untuk kasus partus macet, partus prematur dan abortus imminent hanya ada satu pasien.
Berdasarkan teori keluarnya cairan berupa air dari vagina di namakan ketuban pecah dini (KPD) terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum 37 minggu maupun kehamilan aterm, untuk meghindari terjadinya ketuban pecah dini sebelum waktunya dapat dilakukan hal seperti melakukan pemeriksaan rutin.(17)
Dari hasil observasi menunjukkan bahwa yang tertulis pada diagnosa utama sudah tertulis lengkap berdasarkan hasil sebab dirawat, hasil anamnesa, dan pemeriksaan yang telah dilakukan.
Ada beberapa jenis kasus yang termasuk pada kasus obgyn seperti masalah tentang kehamilan, persalinan, kanker.
Hasil observasi khusus pasien BPJS PBI dengan gangguan kehamilan dan persalinan yang dirawat pada bangsal melati. Namun RSUD Sunan Kalijaga Demak dalam indeks semua kasus obsgyn dijadikan satu dalam indeks meskipun pasien dirawat pada bangsal yang berbeda dan ada beberapa pasien dengan cara bayar BPJS tanpa diketahui apakah menggunakan BPJS PBI atau Non PBI.
Tabel 5.1 Diagnosa Utama NO RM Diagnosa Utama Diagnosa
Sekunder
Tindakan LOS
120XXX KPD(ketuban pecah dini)
Letak sungsang Sectio Cecarea Transperitoneal Profunda dan Medis Operasi Wanita 11 125XXX Persalinan pervagina
52
124XXX PEB(preeklamsia berat)
Primitua Sectio Cecarea Transperitoneal Profunda –Intra Uterine Device 4 122XXX Bekas sectio caesarea - Sectio Cecarea Transperitoneal Profunda dan Medis Operasi Wanita 5
126XXX Serotinus Induksi tak respon Sectio Cecarea Transperitoneal Profunda dan Medis Operasi Wanita 5
Berdasarkan hasil tabel 5.1 didapat bahwa lama dirawat ditentukan tidak hanya pada diagnosa utama saja, tetapi diagnosa sekunder dan tindakan juga sangat mempengaruhi lama dirawat seorang pasien. Tindakan yang dilakukan sama tetapi diagnosa utama dan sekundernya berbeda maka lama dirawatpun bisa sama tetapi bisa juga berbeda tergantung kondisi pasien juga.(18)
C. Diagnosa Sekunder
Diagnosa yang menyertai diagnosis utama atau kondisi pasien saat masuk yang terjadi selama episode pelayanan.
Berdasarkan hasil penelitian, hasil terbanyak pada diagnosa sekunder kurang dari dua pada pasien BPJS PBI sebesar 47,0 % . Dengan diagnosa lacerasi perinium dan oligohidramnion sebesar 18,7 %. Untuk mengurangi terjadinya lacerasi perinium dapat dilakukan tindakan episotomi untuk memperluas pembukaan perineal untuk kepala bayi dan mencegah robekan.
Tetapi ada juga cara lain untuk menghindari episotomi seperti perineal massage yaitu belajar untuk rileks selama persalinan dan memungkinkan jaringan menjadi lebih fleksibel dan dapat mencegah robek.(19)
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pada Tabulasi Silang Antara Diagnosa sekunder dengan Lama Dirawat Pada Pasien BPJS PBI Bangsal Melati Kasus
Obsgyn Diagnosa Sekunder Ada diagnosa Tidak ada diagnosa Jumlah % Jumlah % Lama dirawat >5 ≤5 11 33 25,0 75,0 1 36 2,7 97,3 Total 44 100,0 37 100,0
Dari hasil tabel 5.2 lama dirawat 5 hari ditentukan dari nilai median, persentase pasien BPJS PBI dengan lama rawat ≤5 hari tidak ada diagnosa (97,3%) lebih besar dibandingkan dengan lama rawat ≤5 hari dengan diagnosa sekunder (33%). Hal ini menunjukkan bahwa RS berupaya untuk menyesuaikan dengan lama dirawat yang telah ditentukan oleh BPJS untuk pasien BPJS PBI agar tidak mengalami kerugian dengan lama rawat yang panjang.(18)
D. Diagnosa Tindakan
Suatu intervensi medis yang dilakukan pada seseorang berdasar atas indikasi medis tertentu yang daat mengakibatkan integritas jaringan atau organ terganggu. Tindakan diberikan kepada pasien berdasarkan diagnosa utama pasien. Pada pasien BPJS PBI kasus obsgyn di bangsal Melati paling banyak
54
dengan dilakukannya tindakan SCTP-MOW sebesar 37,2%. SCTP-MOW adalah 2 tindakan yang berbeda dimana SCTP (Sectio Cecarea Transperitoneal
Profunda) yaitu sectio cesarea dengan insisi melintang pada segmen bawah
rahim, biasa dilakukan dengan kondisi diagnosa utama seperti CPD (cephalopelvic disproportion), kelainan letak, kesempitan panggul,dll. Sedangkan MOW (Medis Operasi Wanita) merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma sehingga tidak terjadi kehamilan. Untuk mencegah terjadinya tindakan SCTP-MOW dengan melakukan olahraga secara rutin dan teratur atau mengikuti senam ibu hamil untuk membantu proses kelahiran secara normal, memberi dan mencukupi asupan makanan yang bergizi dan bernutrisi seimbang selama masa kehamilan.(17)
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pada Tabulasi Silang Antara Tindakan dengan Lama Dirawat Pada Pasien BPJS PBI Bangsal Melati Kasus Obsgyn
Tindakan Ada Tindakan Tidak ada tindakan Jumlah % Jumlah % Lama dirawat >5 ≤5 11 68 13,9 86,1 0 2 0,0 100 Total 79 100,0 2 100,0
Dari hasil tabel 5.3 diperoleh persentase pasien BPJS PBI dengan lama rawat >5 hari dengan ada tindakan (13,9%) lebih besar dibandingkan dengan yang