• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tadrisuna Jurnal Pendidikan Islam dan Kajian Keislaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tadrisuna Jurnal Pendidikan Islam dan Kajian Keislaman"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

38

Pendidikan Etika Perspektif Al Qur’an Telaah Kritis Konsep Pendidikan Etika dalam

Surat Al Isra’ ayat 23 -24

Noer Rohmah STIT Ibnu Sina Malang Email : noerzainal@gmail.com Abstrak :

Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan moral bangsa, maka tidak dapat disalahkan apabila pendidikan yang gagal merupakan penyebab terjadinya dekadensi moral. Dalam Islam prioritas perilaku maupun akhlak sangat penting, oleh karena itu Allah SWT memberi kelebihan dalam menciptakan manusia dari pada makhluk lain harapannya agar manusia memiliki akhlak yang sempurna. Kajian ini merupakan penelitian pustaka (library research). Metode pengumpulan data adalah dokumentasi, dengan mencari data tentang konsep pendidikan etika bagi anak dan orang tua dalam surat Al Isra’ ayat 23–24. Analisis data menggunakan metode deskriptif analitik, dan interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan 1) etika seorang anak kepada kedua orang tua tidak hanya mereka masih hidup akan tetapi juga sesudah meninggal dunia dengan cara mendo’akan serta memohonkan ampun atas dosa-dosa kedua orang tua. Anak harus selalu berbuat baik kepada orang tua (birrul walidain), tidak boleh berkata kasar, membentak, hormat, lemah lembut dan merendahkan suara dihadapan orang tua. 2) Pendidikan etika bagi orang tua merupakan peranan serta tanggung jawab kedua orang tua terhadap anak baik sebagai pemelihara, pelindung maupun pendidik serta sebagai peletak dasar pendidikan.

Kata Kunci ; Pendidikan Etika, Surat Al Isra’ ayat 23 -24

Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Karena hal ini potensi manusia dapat dididik dan mendidik.1 Pendidikan dalam Islam berdasarkan pada al-Qur’an2 dan hadist.3 Al- Qur’an sendiri sebagai sumber utama dalam pendidikan Islam karena mengandung konsep yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Secara garis besar, ajaran dalam Al-Qur’an terdiri dari dua prinsip, yaitu yang berhubungan dengan amal yang disebut syari’ah.4 Manusia adalah makhluk yang sangat menarik, oleh karena itu manusia menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini dan

1 Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 16.

2 Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupakan kalamullah yang diturunkan kepada nabi

Muhammad yang tertulis dalam bentuk mushaf terdiri dari 30 Juz, 114 surat, 6666 ayat yang berisi tentang petunjuk serta pedoman bagi manusia.

3 Hadits merupakan segala sesuatu yang dinisbatkan kepada nabi Muhammad baik secara ucapan, perbuatan dan taqrir.

4 Zakiah Daradjat, Op. Cit, hlm. 19.

(2)

39 kemudian hari. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya.5 Pendidikan untuk memelihara dan membina hubungan baik sesama manusia dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang selaras dengan nilai dan norma yang disepakati bersama sesuai dengan nilai dan norma agama.6

Pendidikan akhlak Islam diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah. 7 Pendidikan akhlak Islam berarti juga menumbuhkan personalitas (kepribadian) dan menanamkan tanggung jawab. Oleh karena itu, jika berpredikat muslim benar-benar menjadi penganut agama yang baik seharusnya menaati ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap tercurahkan.8

Pendidikan etika merupakan proses membimbing serta terdapat arahan yang benar bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan dan membentuk hati nurani yang baik melalui suatu ajaran maupun keteladanan seseorang.9 Namun dalam proses pendidikan etika untuk membentuk manusia dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak hanya didukung oleh komponen yang terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan etika, seperti kurikulum, metode pengajaran, akan tetapi faktor-faktor yang terdapat dalam diri anak, seperti keminatan, karakter dan sifat-sifat bawaan termasuk di dalamnya tentang hereditas. Ajaran pendidikan ini membahas tentang baik dan buruknya suatu perbuatan. Oleh karena itu, dalam memberikan latihan mental maupun fisik dalam melaksanakan suatu tugas sebagai manusia yang mempunyai potensi untuk menumbuhkan kepribadian yang lebih baik, dengan cara mendidik, kecerdasan berpikir baik dan memberikan latihan mengenai suatu etika harus bersifat formal maupun informal.

Pendidikan etika erat hubungannya dengan tanggapan hidup, maka dari itu suatu latihan untuk membentuk suatu kebiasaan serta memberikan teladan baik merupakan suatu keharusan cara pendidikan etika dalam praktik. Hal ini disebabkan pengaruh pembawaan dan lingkungan dalam menentukan kepribadian yang baik saling terkait yang tidak dapat dipisahkan. Pembawaan tidak dapat begitu saja diubah oleh kondisi lingkungan dan tidak dapat diciptakan, lingkungan juga tidak dapat lepas dari pengembangan pembawaan. Kurang adanya dukungan kondisi pembawaan dan lingkungan akan berakibat kurang maksimalnya suatu kepribadian yang baik dalam pendidikan etika.

Kehadiran Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progesif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual. Al-Qur’an itulah

5 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 10.

6 Mohammad Daud Ali, Ibid , hlm. 370.

7 Mohammad Daud Ali, Ibid, hlm. 19.

8 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif al-Qur’an ,(Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 19.

9 M. Yatimin Abdullah, Pengantar Pendidikan Etika, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006), hlm. 56.

(3)

40 yang menjadi landasan penegakan moral tersebut. Keberadaan fungsi al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai sumber ajaran Islam yang pertama, banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung pelajaran yang bersifat pendidikan.10 Islam dilengkapi dengan berbagai prasarana keilmuan akhirat yang akan membawa keselamatan di akhirat. Semua itu tidak lain karena didasari oleh sumber keilmuan yang paripurna, yaitu al-Qur’an al-Karim.11

Agama Islam adalah agama yang berpegang pada nilai akal. Dengan diberlakukannya hujah- hujah (dalil-dalil) yang didasarkan pada akal dalam menentukan hukum syari’at sehingga suatu ilmu yang didasari dengan nalar (kognitif). Ayat 23-24 surat al-Isra’ sangat berkaitan dengan pendidikan etika bagi anak berlaku pada umumnya dan semestinya terhadap orang tua hak dan kewajibannya.

Sehubungan dengan ayat di atas, maka penulis termotivasi untuk meneliti al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 23-24 yang berkaitan dengan masalah pendidikan etika bagi anak dan orang tua.

Metode

Kajian ini merupakan penelitian pustaka (library research) yaitu menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama. Data-data yang terkait dalam penelitian ini dikumpulkan melalui studi pustaka atau telaah, karena kajian berkaitan dengan pemahaman ayat al-Qur’an. Dalam penelitian ini mencari nilai yang terkandung dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 23-24 dari berbagai tafsir yang merupakan interpretasi dari para mufassir dalam memahami isi, maksud maupun kandungan yang ada dalam ayat tersebut sehingga akan mempermudah dalam kajian ini.

Metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode dokumentasi,12 yaitu mencari-cari data tentang konsep pendidikan etika bagi anak dan orang tua , telaah kritis dalam surat Al Isra’ ayat 23 – 24 dengan menggunakan data primer dan data sekunder sebagai sumber data.13 Sumber data primer yaitu al-Qur’an dan tafsir-tafsirnya surat al-Isra’ ayat 23-24, sedangkan sumber data sekunder: adalah buku-buku atau karya ilmiah yang isinya dapat melengkapi data yang diperlukan penulis dalam penelitian ini, yakni berupa dokumen-dokumen dan buku-buku yang mengulas tentang pendidikan etika bagi anak dan orang tua.

Analisis data dengan menggunakan metode deskriptif analitik, yaitu menggambarkan bagaimana konsep pendidikan etika secara sistematis, pendapat para ahli yang relevan juga digunakan. Tahap berikutnya adalah interpretasi, yaitu memahami seluruh nilai-nilai pendidikan etika yang terkandung dalam surat Al Isra’ ayat 23 – 24 untuk memperoleh data tentang pendidikan etika bagi anak dan orang tua. Dalam penelitian ini digunakan cara berfikir deduktif.14 Guna mencari jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan maka penulis menggunakan metode: Metode Maudu’i atau

10 M. Yatimin Abdullah, Op. Cit, hlm. 19.

11 Rafy Sapuri, Psikologi Islam. (Jakarta : Rajawali Pers, 2009). hlm. 8.

12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm 131

13 Winarno Surackhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1998), hlm.134.

14 Sutrisno Hadi, Metode Reseach, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993). hlm. 36

(4)

41 Tematik,15 yang di maksud metode maudu’i tematik adalah membahas ayat-ayat al-Quran sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Dalam metode ini penulis mencari hadits yang sesuai dengan topik tertentu, kemudian penulis menghimpun hadits yang berkaitan dengan topik yang akan di pilih tanpa urutan waktu dan tanpa menjelekan hal-hal yang tidak berkaitan dengan topik.

Diskusi dan Hasil

A. Pendidikan Etika Bagi Anak

Secara singkat definisi etika dan moral adalah suatu teori mengenai tingkah laku manusia yaitu baik dan buruk yang masih dapat dijangkau oleh akal. Moral adalah suatu ide tentang tingkah laku manusia (baik dan buruk) menurut situasi yang tertentu. Jelaslah bahwa fungsi etika itu ialah mencari ukuran tentang penilaian tingkah laku perbuatan manusia (baik dan buruk akan tetapi dalam prakteknya etika banyak sekali mendapatkan kesukaran-kesukaran. Hal ini disebabkan ukuran nilai baik dan buruk tingkah laku manusia itu tidaklah sama (relatif) yaitu tidal terlepas dari alam masing-masing. Namun demikian etika selalu mencapai tujuan akhir untuk menemukan ukuran etika yang dapat diterima secara umum atau dapat diterima oleh semua bangsa di dunia ini. Perbuatan tingkah laku manusia itu tidaklah sama dalam arti pengambilan suatu sanksi etika karena tidak semua tingkah laku manusia itu dapat dinilai oleh etika. 16

Tingkah laku manusia yang dapat dinilai oleh etika itu haruslah mempunyai syarat-syarat tertentu, yaitu :

1. Perbuatan manusia itu dikerjakan dengan penuh pengertian.

2. Perbuatan yang dilakukan manusia itu dikerjakan dengan sengaja.

3. Perbuatan manusia dikerjakan dengan kebebasan atau dengan kehendak sendiri.17

Pendidikan etika merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin suatu kehidupan sesuai dengan norma yang berlaku.18 Dalam pendidikan dan pengajaran, Islam tidak hanya memenuhi otak seorang anak, akan tetapi mendidik akhlak, jiwa, dan membiasakan dengan kesopanan tinggi. Adapun tujuan dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Hal ini nilai-nilai Islam akan berpengaruh dalam menjiwai dan mewarnai corak kepribadian seorang muslim.19

15 Nasruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2002). hlm . 72

16 Betrand Russel, alih bahasa Sigit Jatmiko dkk, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio Politik dari Zaman Kuno Hingga Sekarang, ( Yogyakarta : Pustaka pelajar , 2002 ) , hal 143

17 Koento Wibisono, dasar-Dasar Filsafat ( Jakarta : Universitas Terbuka, 1997 ), hal 56

18 M. Yatimin Abdullah, Pengantar Pendidikan Etika, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 57.

19 Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 15.

(5)

42 Seorang anak memiliki kepribadian yang baik karena terdapat pondasi yang kuat dalam pendidikan dirinya, yakni pendidikan agama yang kuat sehingga bisa mengendalikan diri dengan baik. Dalam pendidikan anak sangat diperhatikan untuk menciptakan karakter yang baik. 20 Jasa yang besar dalam kehidupan sang anak adalah orang tua dimana masih dalam kandungan hingga dewasa yang dibekali dengan pendidikan bagi dirinya, maka dari itu anak bertanggung jawab untuk berbuat baik, memelihara serta merawat orang tuanya. Tindakan anak terhadap orang tua dalam berkomunikasi maupun berbuat harus memiliki etika yang benar yaitu menghormati serta menghargainya.

Dalam kehidupan keluarga orang tua merupakan cermin masa depan anak-anaknya.

Anak dan orang tua mempunyai kewajiban masing-masing dalam keluarga. Anak berkewajiban untuk berbuat baik serta menghormati dan menghargai orang tua dalam hidupnya. Sedang orang tua mempunyai kewajiban dalam merawat, mendidik sehingga terbentuknya kepribadian yang baik. Maka sesuai dengan konsep pendidikan etika yang perlu diperhatikan bagi anak yang terkandung dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 23-24, adalah sebagai berikut:

Pertama;





Berbuat baik kepada orang tua dikenal dengan sebutan birrul walidain. Istilah “al-barr”

meliputi aspek kemanusiaan dan pertanggungjawaban ibadah kepada Allah. Dalam jalur hubungan kemanusiaan dan tata hubungan hidup keluarga serta lingkungan masyarakat wajib dipahami bahwa kedua orang tua yaitu ayah dan ibu menduduki posisi yang paling utama.

Namun demikian kewajiban ibadah kepada Allah dan taat kepada Rasul tetap berada di atas hubungan horizontal kemanusiaan.21

Hal ini memberikan pengertian bahwa kewajiban berbakti, mengabdi dan menghormati kedua orang tua (ayah dan ibu) setelah beribadah kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya.

Dalam etika Islam, dorongan untuk berbuat baik kepada orang tua telah menjadi salah satu akhlak yang mulia (mahmudah). Dorongan dan kehendak tersebut harus tertanam sedemikian rupa, sebab pada hakikatnya hanya ayah dan ibu yang paling banyak berjasa kepada setiap anak- anaknya. Seorang muslim sejati yang memahami makna bimbingan al-Qur’an dan ajaran Nabi saw tidak bisa kecuali menjadi yang terbaik dan berbuat yang terbaik kepada orang tua.22

Seorang anak wajib taat dan patuh kepada orang tua namun bila orang tua mengajak ke arah kemusyrikan, maka anak tidak ada kewajiban untuk mentaatinya. Hanya saja sebagai anak tetap menggauli mereka dengan baik senantiasa ditunjukkan. Hal ini merupakan bentuk dari

20 Muhammad al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana, 2001), hlm. 383.

21 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 45.

22 Achmad Sunarto, Diterjemahkan dari kitab aslinya Riyadhus Shalihin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), hlm.325.

(6)

43 sikap anak dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Seperti yang terungkap dalam al- Qur’an surat al-Ankabut ayat 8, yaitu:

“Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibubapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan”.(Q.S. al- Ankabut/29 : 8)23

Islam telah menggariskan kepada pemeluknya untuk berlaku adil dan menghormati hak- hak orang lain sepanjang bukan menyangkut masalah syirik, sekalipun orang tua yang musyrik, tidak boleh memutus hubungan silaturrahim dan kekeluargaan. Ini menggambarkan pentingnya ajaran Islam dalam menjaga keharmonisan keluarga. Karena dalam suka duka orang tua tetap berusaha dengan segala kemampuan memelihara, mendidik dan menyayanginya sejak kecil hingga dewasa.

Orang tua adalah kerabat yang paling dekat dan paling dicintai. Akan tetapi dalam akidah terdapat perbedaan dengan ajaran Islam dan menimbulkan kemusyrikan, anak tidak mengikuti mereka atas membangkangnya kepada Allah. Hal ini dikarenakan iman manusia menjadi prioritas utama dalam hubungan kemanusiaan. Namun demikian anak masih mempunyai kewajiban untuk memperlakukan orang tuanya dengan baik dan hormat serta memelihara mereka.24

Seorang muslim yang dibentuk oleh ajaran Islam benar-benar berbuat baik kepada orang tuanya. Dia menunjukkan kepada sikap hormat sepenuhnya, berdiri untuk menghormati mereka ketika mereka masuk rumah sementara mereka tengah duduk, mencium tangan mereka, merendahkan suara ketika berbicara kepada mereka, rendah hati, berbicara dengan nada yang lemah lembut, tidak pernah memakai kata-kata yang kasar atau melukai, tidak memperlakukan mereka dengan cara-cara yang tidak hormat, apapun keadaannya.25 Allah telah perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebab-sebab di bawah ini:

1. Karena orang tua itulah yang belas kasih kepada anaknya, dan telah bersusah payah dalam memberikan kebaikan kepada-Nya dan menghindarkan bahaya.

2. Bahwa anak merupakan belahan jiwa dari orang tua

3. Orang tua telah memberi kenikmatan kepada anak, baik anak sedang dalam keadaan lemah atau tidak berdaya sedikitpun. Oleh karena itu wajib bersyukur telah memiliki orang tua

23 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Jumanatul ART, 2005), hlm. 397.

24 Muhammad Ali al-Hasyimi, Menjadi Muslim Ideal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2001), hlm. 86.

25 Muhammad Ali al-Hasyimi, Menjadi Muslim Ideal, hlm. 85.

(7)

44 yang telah memberikan apapun demi kebaikan sang anak, di mana orang tua dalam keadaan sudah berusia lanjut”.26

Kedua;

Perkataan uffin biasa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan hus atau ah. Akan tetapi hus menurut rasa bahasa orang Jawa lebih tidak sopan mengandung penghinaan dan mempunyai maksud membungkam orang yang dibentak dengan kata-kata hus, ah adalah sebagian lambang kekesalan hati bagi orang yang berkata. Adapun yang menyebabkan anak mengatakan dengan perkataan tersebut adalah orang tua yang sudah terlalu tua, loyo dan jompo.

Dan kebiasaan yang sering dilakukannya kencing dan berak di tempat yang disukai atau sudah makan tetapi mengatakan belum. Semakin tua, orang tua selalu sulit diatur dan cerewet serta minta dilayani dengan layanan yang sempurna seperti halnya anak kecil. Dalam hal ini anak harus mempunyai rasa tanggung jawab merawat dan mempersiapkan semua kebutuhan sehari- hari. Ini terkadang membuat anak merasa jengkel, bosan, dan kesal terhadap orang tua atas perbuatan orang tua yang semakin tua dan pikun. Perasaan jengkel dan lain sebagainya tidak boleh terjadi pada seorang anak, apalagi sampai mengeluarkan perkataan ah dan hus kepada kedua orang tua.27

Selain anak tidak boleh jengkel dan kesal terhadap kedua orang tua, meskipun tidak dalam bentuk perkataan seperti muka cemberut, mengerutkan pening dan mencibirkan bibir. Dan itu semua tergolong perkataan uffin. Akan tetapi anak sudah berusaha dalam berbakti dan berkhidmat kepada kedua orang tua, tetapi orang tua masih sulit untuk diatur yang baik, merengek, bawel dan sang anak apabila terdapat rasa jengkel maka disimpan dalam hati serta tidak dinyatakan dalam bentuk ucapan atau sikap kerut muka dan keningnya.

Ketiga













Konsep ini memberikan pendidikan kepada anak untuk bersikap tidak membentak, hormat, lemah lembut dan merendahkan suara dihadapan orang tua merupakan perintah Allah dalam al-Qur’an maupun dalam hadis. Hal itu akan menimbulkan kesukaan hati kedua orang tua dan terjadi suasana harmonis serta kesejukan hubungan dalam keluarga, yakni antara anak dan

26 Ahmad Mustofa al-Maraghi, Terjemah. Tafsir al-Maraghi, terj. Hery Noer Aly, dkk., (Semarang: Toha Putra, 1993), hlm. 59.

27 Umar Hasyim, Anak sholeh, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995), hlm. 4.

(8)

45 orang tua. Orang tua dapat meridhai tingkah laku anak, karena sang anak memang mendasarkan tingkah lakunya kepada keridhaan orang tua. Maka sang anak dapat menjaga perasaan dan kehendak serta cita-cita orang tua dapat menanamkan pendidikan mulia terhadap anak. Hal itu tidak akan terjadi tanpa kewibawaan orang tua dan tanpa pengakuan kewibawaan orang tua oleh anaknya. Maka orang anak akan menghormati orang tua dan orang tua mengasihi anaknya. 28

Keadaan yang demikian Allah sangat menyukai dan sebaliknya bila yang terjadi dalam keluarga selalu tegang, maka Tuhan juga tidak akan memberkahi keluarga tersebut. Anak selalu bertindak melanggar sopan santun keluarga dan berbuat durhaka kepada orang tua, hal ini karena anak tidak mau menaati orang tua, maka Tuhan bisa murka karena tingkah laku perbuatan anak membuat orang tua marah. Artinya bukan berarti Tuhan mengikuti kehendak orang tua, akan tetapi Allah tidak rela bila ada anak yang durhaka kepada orang tuanya. Orang tua marah karena anak melanggar akhlak mulia, melanggar etika keluarga dan berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan kewajaran yang benar dalam keluarga.

Merendahkan diri dan mendo’akan serta memohonkan ampun kepada orang tua baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal anak mempunyai kewajiban untuk bertawadhu’

kepada orang tua melalui tindakan serta mendo’akan atas limpahan rahmat Allah pada saat keduanya masih hidup maupun telah meninggal dunia.29 Mendo’akan orang tua merupakan suatu kewajiban bagi anak. Berdo’a untuk mereka bukan hanya ketika sudah meninggal, akan tetapi orang tua yang masih hidup dido’akan. Adapun waktunya lebih utama ketika selesai shalat fardhu. Tujuan anak mendo’akan orang tua adalah supaya Allah memberikan rahmat kepada orang tua, dengan memanjatkan do’a, maka cinta kepada orang tua akan tetap tumbuh di dalam hati seorang anak. Mendo’akan orang tua boleh menggunakan bahasa Arab atau dengan bahasa apa saja yang bisa dipahami.

Anak mempunyai kewajiban untuk berbuat baik kepada kedua orang tua yang sudah meninggal dunia. Adapun caranya sebagai berikut:

1. Mendo’akan kedua orang tua dan memintakan ampun kepada Allah Ini termasuk berbakti kepada kedua orang tua yang telah meninggal dunia ikut serta dalam menshalati jenazahnya.

Dengan tujuan semua bentuk amal kebaikan bisa diterima di sisi Allah, ini dilakukan di mana saja berada tidak terpancang tempat dan waktu..

2. Menyalati dan memohonkan ampun bagi dosa-dosa orang tua. Agama Islam menganjurkan untuk menziarahi kubur orang tua yang sudah meninggal setelah prosesi menyalati, pemakaman telah usai. Dengan tujuan benar-benar menjadi manusia yang berbakti kepada

28 Muhammad Ali al-Hasyimi, Menjadi Muslim Ideal, hlm. 87.

29 Muhammad Nasib Ar-Rifa‟I . Penj. Syihabuddin, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm.

46.

(9)

46 kedua orang tua secara sempurna, dalam keadaan masih hidup ataupun sudah meninggal dunia.30

3. Memenuhi segala pesan, wasiat dan menjunjung tinggi nama baik orang tua Di antara cara berbakti kepada kedua orang tua adalah memenuhi segala pesan dan wasit orang tua setelah meninggal dunia. Namun pesan dan wasiat yang baik, tidak melanggar ajaran Islam.

Memenuhi pesan dan wasiat serta menjunjung tinggi nama baik orang tua meninggal dunia adalah sama halnya dengan memenuhi pesan dan menjunjung tinggi nama baik orang tua ketika masih hidup. Orang tua telah berpesan hal yang baik dan berwasiat kebaikan anak harus memenuhi pesan tersebut, karena itu merupakan tanda anak masih mencintai dan berbakti kepada kedua orang tua meskipun telah meninggal dunia.31

4. Menghubungkan silaturrahim

Kata silah adalah sebuah perkataan dari berbahasa Arab shilah, yang artinya hubungan, dan rahmi atau rahim adalah ruhum tempat anak atau asal kejadian manusia dalam perut ibunya.

Adapun ruhum berarti kasih sayang atau rahmat antara sesama manusia. Anak mempunyai silah atau hubungan yang erat dengan ibu bapaknya, dan kepada kerabat lainnya. Dan memutuskan hubungan silaturrahim merupakan perbuatan dosa yang besar dan mendapatkan siksa dari Allah. Karena hal ini sesuatu yang sangat penting dan harus mendapat perhatian dari umat Islam secara keseluruhan. Meskipun orang tua sebenarnya termasuk kerabat, tetapi dalam agama Islam kerabat dibedakan menjadi dua (2), yaitu:

pertama, kerabat yang ada hubungannya dengan kelahiran seperti ibu, bapak dan saudara.

Kedua, keluarga atau kerabat yang berhubungan dengan rahim, seperti paman, bibi dan lain sebagainya.32

Perlu diketahui bahwa etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan keterampilan etika agar dapat memberikan orientasi, bukan sekadar indoktrinasi. Agama merupakan salah satu sumber norma yang mendasari perilaku seseorang.

Dalam praktek kehidupan sehari-hari, motivasi terpenting dan terkuat dalam berperilaku moral adalah agama. Setiap agama mengajarkan moral yang menjadi pegangan bagi penganutnya dalam berperilaku. Moral yang diajarkan oleh agama dianggap begitu penting dalam menata perilaku, karena ajaran moral ini berasal dari Tuhan dan mengungkapkan kehendak Tuhan. Dengan demikian ajaran ini diterima karena alasan keimanan. Adapun beberapa karakteristik etika Islam antara lain :

a. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.

30 Umar Hasyim, Anak Sholeh, hlm. 66.

31 Umar Hasyim, Anak Sholeh, hlm. 77.

32 Umar Hasyim, Ibid, hlm. 78.

(10)

47 b. Etika Islam menetapkan Al Qur’an dan Al Hadits sebagai sumber moral dalam menentukan

baik buruknya perbuatan seseorang. (QS Al-Maidah 5: 15-16;

15. Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan[408].

16. dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.

[408] Cahaya Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan kitab Maksudnya: Al Quran.

QS AlHasyr 59: 7;

.2 3.

4.

5.

6.

7.

“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.”

QS Al- Ahzab 33: 21)

.8 .9

(11)

48

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

c. Etika Islam bersifat universal dan komprehensi, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia, kapan pun dan dimana pun.

d. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya memanusiakan manusia.33

Selanjutnya bagaimana mengajarkan etika dan nilai moral ?. Dalam mengajarkan etika dan nilai moral sebaiknya lebih bersifat contoh, pepatah mengatakan bahwa tindakan lebih baik baik dari kata-kata. Lutan mengatakan Nilai Moral itu beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan, kebenaran, respek, keramahan, integritas, keadilan, kooperasi, tugas dan lain- lain.

Lebih lanjut dikatakan ada 4 nilai moral yang menjadi inti dan bersifat universal yaitu : 1). Keadilan.

Keadilan ada dalam beberapa bentuk ; distributif, prosedural, retributif dan kompensasi.

Keadilan distributif berarti keadilan yang mencakup pembagian keuntungan dan beban secara relatif. Keadilan prosedural mencakup persepsi terhadap prosedur yang dinilai sportif atau fair dalam menentukan hasil. Keadilan retributif mencakup persepsi yang fair sehubungan dengan hukuman yang dijatuhkan bagi pelanggar hukum. Keadilan kompensasi mencakup persepsi mengenai kebaikan atau keuntungan yang diperoleh penderita atau yang diderita pada waktu sebelumnya.

2). Kejujuran.

Kejujuran dan kebajikan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu terkait dengan kesan tidak berdusta, menipu atau memperdaya. Hal ini terwujud dalam tindak dan perkataan.

3). Tanggung Jawab.

Tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab ini adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Tanggung jawab ini merupakan nilai moral terpenting dalam hidup.

4). Kedamaian

Kedamaian mengandung pengertian : a)tidak akan menganiaya, b)mencegah penganiayaan, c) menghilangkan penganiaan, dan d)berbuat baik. 34

33 Syarif, Op. Cit hal. 155

34Syahrun, Op. Cit. hal 99

(12)

49 B. Pendidikan Etika Bagi Orang Tua

Pendidikan etika bagi orang tua merupakan peranan serta tanggung jawab kedua orang tua (ayah dan ibu) terhadap anak.

1. Kedudukan Orang Tua

Dalam sebuah rumah tangga, orang tua mempunyai kedudukan yang sangat menentukan. Dari kedudukan tersebut melahirkan suatu kewajiban dan tanggung jawab bagi dirinya sendiri serta hak bagi anggota keluarga yang lain.

Adapun kedudukan orang tua adalah sebagai berikut : a) Sebagai Pelindung dan Pemelihara

Suatu kenyataan bahwa anak lahir sebagai seseorang individu yang lemah yang memerlukan bantuan orang lain untuk menjaga kelangsungan hidupnya. “ Potensi-potensi yang dibawa sejak lahir itu justru akan berkembang dalam pergaulan hidup sesama manusia maka anak manusia yang baru dilahirkan itu tidak akan menjadi manusia sebenarnya.”35 Maka menjadi kewajiban orangtualah untuk membimbing, mendorong, dan mengarahkan agar berbagai potensi tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara wajar, sehingga anak dapat tumbuh menjadi individu yang berdaya guna yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani maupun rohani) dan dapat melakukan sosialisasi dengan lingkungannya.

Kewajiban orang tua sebagai pelindung dan pemelihara keluarga meliputi pemeliharaan segi moral maupun material. Adapun bagi anak intinya membantu anak memenuhi kebutuhannya demi menjaga kelangsungan hidupnya. Kebutuhan tersebut antara lain : 1. Kebutuhan Jasmani/biologis, yang merupakan kebutuhan hidup primer seperti makan,

pakaian dan tempat tinggal.

2. Kebutuhan Psikis, “Kebutuhan ini meliputi kebutuhan rasa kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, rasa kebebasan sukses dan kebutuhan rasa tahu/mengenal.” 36

3. Kebutuhan sosial, yaitu untuk dapat bergaul dan berinteraksi dengan lingkungannya, karena manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai pembawaan untuk hidup bermasyarakat.

4. Kebutuhan Agama sebagaimana firman Allah :

35 Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1992), hlm.192.

36 Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,1986), hlm.76.

(13)

50

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetapkanlah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.

(Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”(Q.S.ar-Ruum/30 : 30).37

5. Kebutuhan Paedagogis.

Kebutuhan pendidikan ini merupakan inti dari semua kebutuhan anak, dalam arti semua kebutuhan anak tersebut diatas akan dapat terpenuhi melalui bantuan dari orang lain berupa pendidikan. Sehingga dalam perkembangannya anak akan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dengan bekal pendidikan yang telah diterimanya.

b) Sebagai Pendidik

Kedudukan orang tua sebagai pendidik merupakan tanggung jawab kodrati. Karena anak dilahirkan dengan membawa sejumlah potensi dimana potensi itu tidak akan berkembang dengan sendirinya melainkan memerlukan bantuan dari orang lain untuk mengembangkannya.

“Ayah dan ibu merupakan dwitunggal yang bersama-sama menjalankan tugas pendidikan dalam keluarga yang dijalin dengan kerjasama dan saling pengertian sebaik- baiknya, agar timbul keserasian dalam menunaikan tugas tersebut baik yang bersifat paedagogis ataupun psikologis dalam pembentukan dan pengembangan watak/sikap anak”.38

c) Sebagai Peletak Dasar Pendidikan.

Manusia adalah makhluk yang harus dididik, agar fungsi hidupnya dapat berfungsi dengan baik dan sempurna, sebab manusia dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak tahu apa-apa. Allah berfirman :



















“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah”. (Q.S. an- Nisaa’/4 : 28)39

Dan pada ayat lain Allah juga berfirman :

37 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 408.

38 HM. Arifin, Hubungan Timbal balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang , 1978), hlm.88.

39 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 83.

(14)

51

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamiu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur”. (Q.S. An Nahl/16 : 78)40

Berdasarkan pada kedua ayat diatas dapat dipahami bahwa yang lemah pada diri manusia itu adalah jasmaninya dan yang tidak tahu apa-apa adalah rohaninya. Karena itu pendidikan bagi manusia adalah meliputi pendidikan jasmani dan rohani. Pendidikan jasmani yang utama adalah agar dia menjadi kuat dan cekatan, sedangkan pendidikan rohani itu meliputi berbagai segi, sebab rohani manusia itu terdiri dari berbagai aspek.

Para ahli jiwa mengatakan bahwa di dalam jiwa atau rohani manusia terdapat enam rasa, yaitu rasa intelek, rasa susila, rasa seni, rasa harga diri, rasa agama, dan rasa sosial. Apabila rasa intelek dididik, maka manusia akan menjadi pintar, apabila rasa susila dididik, maka manusia akan menjadi bermoral, begitu seterusnya. Untuk memenuhi pendidikan anak yang demikian, maka orangtualah yang pertama kali memberikannya.

Jelaslah bahwa orang tua yang bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki seorang anak sebelum potensi itu dikembangkan oleh pendidik yang lain.

Menurut Zakiah Derajat, “Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak- anak mereka, karena merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.”41 Jadi sebelum anak mengenal lembaga lain seperti sekolah dan lembaga lainnya, maka yang pertama kali yang dikenal oleh adalah lingkungan keluarga dan orang tua sebagai pemimpin sekaligus gurunya, sehingga anak-anak memperoleh dasar-dasar pendidikan yang akan dikembangkan lebih lanjut melalui lembaga-lembaga pendidikan lain.

2. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Anak

Islam telah memberikan pernyataan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan lemah tidak berdaya, sehingga memerlukan uluran tangan untuk meyentuhnya, dalam arti mengajar, membimbing dan mengarahkannya. Maka fase pertama, orangtualah yang paling dominan dalam merubah sikap dan karakter anak.

Pendidikan merupakan faktor penting yang harus diberikan kepada anak, mengingat anak-anak merupakan calon pemimpin, tiang dan penentu masyarakat di masa mendatang, sehingga dapat dikatakan yang menjadi hak anak adalah menjadi kewajiban orang tua yang didalamnya termasuk pendidikan.

Adapun pendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua, menurut Zakiah Daradjat dan kawan-kawan, adalah sebagai berikut :

40 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 285.

41 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 35.

(15)

52 1. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk kelangsungan hidup manusia.

2. Melindungi dan menjamin keselamatan baik jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan, dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.

3. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.

4. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.42

Melihat kenyataan sekarang, bahwa tidak mungkin para orang tua dapat memikul tanggung jawab itu sendiri secara sempurna, lebih-lebih dalam masyarakat yang lebih maju.

Hal ini wajar saja, karena hal itu tidaklah sepenuhnya dipikul orang tua secara sendiri-sendiri, sebab mereka sebagai manusia mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Meskipun demikian perlu diingat bahwa orang tua tidak dapat mengelakkan tanggung jawab itu.

Dalam kefitriannya, anak membawa potensi yang siap dikembangkan, baik melalui tangan orang tuanya, pendidik maupun masyarakat sekitarnya. Akan tetapi yang lebih utama dalam mengembangkan potensi tersebut adalah orang tua. Karenanya orang tua harus pandai dan bijak dalam memberikan arahan, bimbingan dan pendidikan bagi anak-anaknya. Sebagai perwujudan dari keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak, ada beberapa aspek yang sangat penting untuk diperhatikan orang tua, yaitu :

1. Pendidikan Ibadah

2. Pokok-pokok ajaran Islam dan membaca Al Qur’an 3. Pendidikan Akhlakul Karimah

4. Pendidikan Aqidah Islamiyah

Keempat aspek pendidikan tersebut mencakup dalam pengertian yang terkandung dalam surat Lukman ayat 12-19.43 Jadi jelaslah kiranya pembahasan mengenai peranan orang tua terhadap pendidikan anak, dan selanjutnya akan dibahas mengenai konsep-konsep pendidikan Islam yang meliputi beberapa hal yang akan diuraikan kemudian. Orang tua sedikit demi sedikit membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku anak sesuai dengan ukuran pada orang tua, dan sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang diyakininya yakni agama Islam. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat Al-baqarah : 132

42 HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka, Pelajar, 1996), hlm.105.

43 HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka, Pelajar, 1996), hlm.105.

(16)

53

132. “Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub.

(Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".44

Secara garis besar terdapat beberapa tanggung jawab orang tua terhadap anak, di antaranya: bergembira menyambut kelahiran anak, memberi nama yang baik, memperlakukan dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang, menanamkan rasa cinta terhadap keluarga, memberikan pendidikan akhlak, menanamkan akidah tauhid, menempatkan dalam lingkungan yang baik. Orang tua sebagai model bagi anak, dikarenakan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Sebagaimana model harus mencerminkan yang terbaik dalam berbagai macam aspek penampilan maupun gerakannya. Hal ini orang tua mengajarkan yang baik terhadap anak.

C. Pendidikan Etika Bagi Keduanya

Manusia merupakan makhluk yang memerlukan pendidikan atau “homo educandum”, karena dipandang sebagai “animal educabil” yang artinya binatang yang dapat dididik dan harus dididik.45 Hal ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang diberi akal oleh Allah untuk menggunakan dalam kehidupannya.46 Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga. Anak mendapatkan norma-norma pada anggota keluarga, baik ayah, ibu maupun kakak bahkan di lingkungan sekitar. Artinya orang tua dalam mendidik dan memelihara anak merupakan tugas secara kodrati sebagai manusiawi sebagai orang tua. Sebagai orang tua mempunyai cita-cita yang tinggi bahwa anak-anaknya kedepan memiliki kepribadian yang baik dan bisa berbakti kepadanya. Berbakti terhadap orang tua dalam ajaran Islam merupakan kewajiban bagi seorang anak.

Orang tua merupakan orang yang pertama dalam keluarga yang selalu erat hubungannya dengan anak-anaknya, maka orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar baik pengaruh negatif ataupun pengaruh positif terhadap anak-anaknya. Dalam keluarga anak dan orang tua mempunyai kewajiban masing-masing, dan semuanya berawal dari pendidikan yang diberikan oleh orang tua. Oleh karena itu orang tua harus hati-hati dan banyak perhitungan di dalam menanamkan pengaruhnya ke arah cita-cita yang diidam-idamkan anaknya. Adapun hubungan antara orang tua dengan anaknya antara lain adalah sebagai berikut :

44 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 20.

45 Ramayulis dkk., Pendidikan Islam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia2001), hlm.6.

46 M. Sholeh Noor, Pendidikan Islam, (Semarang: IAIN “Walisongo”, 1987), hlm. 63.

(17)

54 1. Hubungan Biologis

Anak merupakan amanat dari Allah yang diberikan kepada orang tua yang harus dididik dan diasuh agar nantinya dapat meneruskan dan melanggengkan garis keturunannya. Anak tercipta lantaran adanya hubungan yang harmonis antara suami istri setelah melalui proses pernikahan menurut syariat yang telah ditentukan.

2. Hubungan Psikologis

Pada usia dini anak sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangan kejiwaannya belum stabil, masih mengalami kegoncangan-kegoncangan. Oleh sebab itu diperlukan pengarahan dari orang tua untuk membimbingnya.

3. Hubungan Sosiologis

Antara orang tua dan anak-anaknya dapat mengembangkan hubungan yang hangat dan akrab yang didasarkan atas saling mengasihi dan saling menghargai

4. Hubungan Religius

Kehidupan keagamaan anak secara umum akan meniru keagamaan orang tuanya, atau dengan kata lain orangtualah yang akan membentuk keagamaan anak, yaitu melalui latihan dan bimbingan. Agar nantinya mempunyai keagamaan yang baik, dianjurkan kepada orang tua untuk mempersiapkan diri sedini mungkin, yaitu sejak mulai mencari pendamping hidup.47

Anak dilahirkan dengan perantara bapak dan ibu yang dipenuhi rasa kasih sayang serta tanggung jawab untuk mendidiknya. Dengan demikian hal yang wajar bahwa berbakti dan berlaku yang benar kepada orang tua merupakan suatu keharusan, baik dilihat dari sisi agama maupun kemanusiaan. Anak diciptakan memiliki suatu potensi yang positif untuk melakukan suatu perbuatan, tetapi tergantung dalam pendidikan yang diberikannya.48

Peran dan tanggung jawab kedua orang tua dalam mengenalkan, mengajarkan dan menanamkan akhlak terhadap anak-anaknya sangat penting. Hal ini karena si anak telah mengetahui dan memahami mana perbuatan yang termasuk akhlak mahmudah dan mana perbuatan yang termasuk akhlak madzmumah. Di sisi lain, si anak akan terbiasa melakukan perbuatan yang terpuji dan terbiasa meninggalkan akhlak yang tercela. Sehingga ia memiliki fondasi yang sangat kuat akan sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari bila ia dewasa kelak. Orang tua sebagai kepala atau pemimpin keluarga mempunyai tanggung jawab yang tidak ringan bagi kelangsungan hidup seluruh anggotanya, baik dalam membimbing, melindungi atau

47 Kartini Kartono, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, (Bandung: Mandar Maju,1992), hlm. 116.

48 Labib, Etika Mendidika Anak Menjadi Sholeh, hlm. 45.

(18)

55 mendidik anak. Sebab anak merupakan amanat Allah yang diberikan kepada orang tua untuk dididik agar nantinya mendapatkan kebahagiaannya di dunia dan di akhirat. 49

Tujuan dalam pemeliharaan dan pendidikan anak adalah untuk menciptakan suatu karakter yang baik dan mempunyai pola pikir yang berdasarkan tatanan kehidupan, baik secara umum maupun agama. Ajaran Islam mengajarkan hak anak kepada orang tua maupun sebaliknya. Mengingat pentingnya pendidikan anak dalam keluarga, maka orang tua harus melaksanakan tugas dan fungsi edukatif dengan sebaik-baiknya. Maka tidak ada alternatif lain bagi orang tua kecuali untuk mendidik anak dan membimbingnya dan ini mutlak diperlukan oleh anak. Yang dimaksud dengan pendidikan di sini adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknnya kepribadian yang utama. Anak sholeh merupakan dambaan setiap orang tua, selain mempunyai sikap yang baik akan tetapi juga terdapat nilai bahwasanya anak sholeh yang mendo’akan kepada orang tuanya merupakan salah amal yang tidak akan terputus, meskipun telah meninggal dunia.

Kesimpulan

Dari permasalahan yang penulis paparkan dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Etika merupakan pelajaran dari tingkah laku ideal dan pengetahuan antara yang baik dan buruk.

Etika juga menggambarkan tindakan yang benar atau salah dan apa yang harus orang lakukan atau tidak. Etika terkait dengan nilai-nilai pemeliharaan seperti kebenaran, pengetahuan, kesempurnaan, persahabatan dan banyak nilai-nilai lainnya. Etika juga mengenai rasa belas kasih dan simpati, tentang memastikan kehidupan baik berbagi dengan lainnya.

2. Al-Qur’an telah menjelaskan mengenai pendidikan etika seorang anak dan orang tua di dalam keluarga. Hal ini dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 23-24, surat tersebut mengandung perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Keterangan para muffasir dalam menafsirkan surat al-Isra’tersebut bahwa birrul walidain (berbuat baik kedua orang tua) mempunyai kesimpulan singkat adalah dari tidak boleh mengeluarkan perkataan yang bisa menimbulkan kesal kepada orang tua, membentak, namun merawatnya meskipun sudah berusia lanjut. Dan merendah di hadapan orang tua meskipun anak lebih pandai serta sikap yang harus dimiliki anak adalah tawadhu’ dan mendo’akan mereka.

Konsep pendidikan etika bagi anak merupakan kewajiban anak untuk berbuat baik kepada kedua orang tua baik masih hidup keduanya atau telah meninggal dunia. Dikarenakan hal itu sebuah perintah serta bentuk ibadah kepada Allah sesama makhluk-Nya. Dan juga keridhoan Allah terletak dalam keridhoan kedua orang tua. Sedangkan Kedudukan orang tua sebagai pendidik merupakan tanggung jawab kodrati dan melahirkan suatu kewajiban dan tanggung jawab bagi dirinya sendiri

49 Labib, Etika Mendidika Anak Menjadi Sholeh, hlm. 49.

(19)

56 serta hak bagi anggota keluarga yang lain. Ibu bapak mempunyai posisi sebagai tempat rujukan bagi anaknya baik dalam soal moral maupun untuk memperoleh informasi. Karena anak dilahirkan dengan membawa sejumlah potensi dimana potensi itu tidak akan berkembang dengan sendirinya melainkan memerlukan bantuan dari orang lain untuk mengembangkannya.

Referensi

Al-Ghazali, Muhammad. Akhlak Seorang Muslim, Semarang: Wicaksana, 2001

Ali al-Hasyimi, Muhammad Menjadi Muslim Ideal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2001

al-Maraghi, Mustofa, Ahmad, Terjemah. Tafsir al-Maraghi, terj. Hery Noer Aly, dkk., Semarang: Toha Putra, 1993

Al-Qur'an Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

Ar-Rifa’i, Nasib, Muhammad Nasib. Penj. Syihabuddin, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani, 1999

Athiyah al-Abrasyi, Muhammad. Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1974 Baidan, Nasruddin. Metode Penafsiran Al-Quran, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2002

Daradjat, Zakiah dkk. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996 Darajat, Zakiah, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung,1986

Daud Ali,Mohammad. Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Jumanatul ART, 2005 Hadi, Sutrisno. Metode Reseach, Yogyakarta: Andi Offset, 1993

HM. Arifin, Hubungan Timbal balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Hasyim, Umar, Anak sholeh, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995

Kartono, Kartini, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, Bandung: Mandar Maju,1992.

Noor, M. Sholeh, Pendidikan Islam, Semarang: IAIN “Walisongo”, 1987 Ramayulis dkk., Pendidikan Islam Rumah Tangga, Jakarta: Kalam Mulia, 2001.

Russel, Betrand. ialih bahasa Sigit Jatmiko dkk, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio Politik dari Zaman Kuno Hingga Sekarang, Yogyakarta : Pustaka pelajar , 2002

Sapuri, Rafy .Psikologi Islam, Jakarta : Rajawali Pers, 2009

(20)

57 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005

Sunarto, Achmad. Diterjemahkan dari kitab aslinya Riyadhus Shalihin, Jakarta: Pustaka Amani, 1999 Surackhmat, Winarno Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1998

Thoha, HM. Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka, Pelajar, Wibisono, Koento. dasar-Dasar Filsafat, Jakarta : Universitas Terbuka, 1997

Yatimin, Abdullah. Pengantar Pendidikan Etika, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006 Yatimin, Abdullah. Studi Akhlak Dalam Perspektif al-Qur’an , Jakarta: Amzah, 2007 Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 1992

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan aplikasi pembelajaran entrepreuneurship ini didasarkan pada perkembangan teknologi yang sangat pesat, khususnya dalam bidang alat telekomunikasi. Berbagai

Dari penelitian sebelumnya yang sudah pernah dilakukan hasil perbandingan proses permesinan pembuatan Casing Handphone dengan material kayu Composit berjumlah dua

Alhamdulillah, Puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhana Wa Ta`ala, yang telah memberikan rahmat, karunia, hidayah serta rezekinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

Desa Blahbatuh sendiri dikenal menonjol dalam melibatkan para masyarakat desanya dalam proses penetapan sebuahkebijakan publik. Hal inidikarenakan dalam Perumusan

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi.. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Lanjut Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember pada hari kamis 10 juli 2014 pukul

Dari pernyataan Megginson dan Koop Li tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa seasoned equity offering adalah penerbitan lembar saham baru oleh perusahaan yang

Kecepatan pertumbuhan tergantung dari spesies, jenis kelamin, umur dan keseimbangan zat-zat nutrisi dalam pakan, kualitas pakan yang semakin baik juga diikuti dengan pertambahan