• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN SINERGITAS DRD DENGAN LEMBAGA LITBANG DAN INDUSTRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN SINERGITAS DRD DENGAN LEMBAGA LITBANG DAN INDUSTRI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN SINERGITAS DRD

DENGAN LEMBAGA LITBANG DAN INDUSTRI

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

PROVINSI JAWA TENGAH

(2)

A. PENDAHULUAN

Undang-undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, pada pasal 20 dinyatakan bahwa: 1) Pemerintah daerah berfungsi menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitas, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan serta sinergi unsur kelembagaan, sumberdaya, dan jaringan ilmu pengetahuan dan teknologi di wilayah pemerintahannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 2) Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah daerah wajib merumuskan prioritas serta kerangka kebijakan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dituangkan sebagai kebijakan strategis pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerahnya; 3) Dalam merumuskan kebijakan strategis yang dimaksud dalam ayat (2), pemerintah daerah harus mempertimbangkan masukan dan pandangan yang diberikan oleh unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi;

4) Untuk mendukung perumusan prioritas dan berbagai aspek kebijakan penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemerintah daerah membentuk Dewan Riset Daerah yang beranggotakan masyarakat dari unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerahnya. Berkaitan dengan hal tersebut maka pemerintah membentuk Dewan Riset Daerah (DRD) di provinsi/kabupaten/kota.

“Dewan riset” (research council), baik pada tataran nasional maupun daerah, diyakini sebagai salah satu yang diperlukan dalam sistem inovasi.

Dalam praktiknya di berbagai negara, peran utama suatu dewan riset biasanya adalah sebagai “dewan penasihat” (advisory council) bagi pemerintah. Dewan riset ini memang pada dasarnya berbeda dari “dewan kebijakan” (policy council) yang biasanya memiliki peran sebagai

“pembuat/penentu kebijakan.”

Kajian ini diharapkan menghasilkan beberapa kesepakatan mungkin memang tidak mudah dicapai, kecuali proses ini telah diawali dengan serangkaian aktivitas sebelumnya yang mendukung dan lokakarya tersebut memang telah dirancang dan dipersiapkan untuk khusus untuk mencapai beberapa kesepakatan. Dimana aktivitas tersebut akan bermanfaat dalam mendorong penguatan kelembagaan DRD di daerah- daerah otonom di Indonesia [setidaknya pada tingkat provinsi] dan hubungan kelembagaan antara DRN, DRD dengan kelembagaan litbang yang lain bagi pemajuan sistem inovasi di Indonesia

(3)

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan diselenggarakannya Workshop Nasional DRD ini adalah:

1. Untuk mendapatkan masukan tentang peran dan fungsi Dewan Riset Daerah dalam pembangunan di daerah.

2. Untuk mendapatkan masukan berkaitan dengan sinergitas Dewan Riset Daerah dengan Lembaga Litbang dan Industri.

3. Untuk menyamakan persepsi tentang fungsi dan peran Dewan Riset Daerah dalam pembangunan di daerah.

4. Untuk menyusun program/ kegiatan pengembangan Dewan Riset Daerah.

C. BENTUK KEGIATAN

Bentuk kegiatan kajian strategis adalah diskusi dengan format Workshop Nasional dengan para pemangku kepentingan di bidang kelitbangan dan DRD seluruh Indonesia.

D. HASIL YANG DIHARAPKAN

1. Masukan kepada Bapak Gubernur Jawa Tengah mengenai eksistensi dan peran aktif DRD;

2. Rekomendasi kebijakan bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengenai pemecahan permasalahan dalam upaya peningkatan tugas pokok dan fungsi Dewan Riset Daerah.

3. Tumbuhnya sinergitas antara DRD dan pemangku kepentingan dibidang kelitbangan di daerah.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(5)

BAB III PELAKSANAAN

A. WAKTU DAN TEMPAT

Kegiatan Workshop Nasional Sinergitas DRD dengan Kelembagan Litbang dan Industri dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 20 September 2018 bertempat di The Royal Surakarta Heritage.

B. MATERI, NARASUMBER DAN MODERATOR

Sesi 1 tentang Kelembagaan DRD dan Kelitbangan, dengan Narasumber :

1. Kepala Bappeda Provinsi Jawa Tengah dengan materi Perkembangan Kelitbangan dan Peran DRD di Daerah

2. Ir. Kemal Prihatman, M.Eng (Direktur Kelembagaan Litbang Kemenristekdikti) dengan materi Dukungan Kemenristek - Dikti dalam Penguatan kelembagaan Litbang

3. Prof. Dr. Sudharto P. Hadi, MES (Wakil Ketua DRN). dengan materi Sinergitas antar DRD dan DRD dengan Lembaga Litbang Daerah

4. moderator Prof. Dr. Ir. Saratri Wilonoyudho, MSi (Sekretaris DRD Provinsi Jawa Tengah)

Sesi 2 tentang Implementasi DRD di Daerah, dengan Narasumber 1. Prof. Dr. Ir. Saratri Wilonoyudho, MSi (Sekretaris DRD Provinsi

Jawa Tengah) dengan materi Pedoman Pembentukan DRD

2. Ir. Bayudono, MSc (Ketua DRD Provinsi DIY) dengan materi Best Praktis DRD, Peluang dan Tantangan

3. moderator Prof. Dr. Ir. Ari Handono (Ketua DRD Kota Surakarta) C. PESERTA

Peserta kegiatan, adalah dari berbagai unsur yang terkait dengan pemecahan permasalahan yang akan dikaji. Peserta kajian sebanyak 150 (Seratu lima puluh) orang :

(6)

D. JADWAL ACARA

(7)

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

Kemenristek Dikti melalui Direktorat Kawasan Sains dan Teknologi dan Lembaga Penunjang Lainnya memiliki tugas memberikan fasilitasi penguatan lembaga bagi daerah yang sudah membentuk DRD maupun yang belum. Bagi daerah yang belum DRD memiliki didorong untuk menginisiasi pembentukan DRD, sedangkan yang sudah terbentuk, terus diberikan dorongan agar lebih kuat. Pada tahun 2018 Kemenristekdikti memberikan fasilitasi kepada DRD Prov. Jateng, DRD Kab. Semarang dan DRD Kab. Kulonprogo terkait penguatan kelembagaan dengan harapan program ini nantinya dapat berkelanjutan.

Harapan workshop terjadi sinergitas dalam DRD antara 3 komponen akademisi, bisnis dan pemerintah, melalui penyamaan persepsi dalam membangun masyarakat dengan pengetahuan sehingga mampu meningkatkan produktivitas. Penguatan kelembagaan DRD harus terus dilakukan dan tidak terhenti pada satu era kabinet sekarang tetapi berkelanjutan dan berkesinambungan

Pentingnya sinergitas antara DRD dengan lembaga litbang, akademisi dan pemerintah serta bisnis. Kendala yang dihadapi oleh bidang kelitbangan secara umum adalah banyaknya hasil-hasil penelitian yang belum dimanfaatkan karena belum optimalnya jalur komunikasi

Visi Provinsi Jawa Tengah : Menuju Jateng berdikari dan sejahtera dengan 4 misi: meningkatkan koordinasi dengan pemerintah kab/kota.

Tingkat kemiskinan di Jateng masih rangking kedua terbanyak di Indonesia, mestinya hal ini tidak terjadi mengingat Jateng memiliki banyak sumberdaya, dan perlu penanganan yang serius untuk menurunkannya.

Tujuan dari workshop ini adalah untuk mensinergikan 3 lembaga (akademisi, badan usaha/industri, dan pemerintah). Melalui pasal 20 UU 18/2002 tentang Sistem Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek, mengamanatkan pembentukan DRD pada tiap-tiap daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Permasalahan umum yang dihadapi DRD adalah persoalan terkait dengan sinergitas yang masih kurang, potensi duplikasi peran dengan lembaga litbang daerah (contoh: ARD disusun oleh DRD sedangkan litbang menyusun RIK). Selain itu terdapat masalah internal DRD seperti model penganggaran khususnya untuk anggaran rutin bulanan bagi anggota, mekanisme penyampaian hasil rekomendasi kepada kepala daerah, standard dan prosedur perekrutan keanggotaan DRD pada

(8)

masing-masing daerah yang belum seragam (akademisi, bisnis, masyarakat dan pemerintah)

Dalam melakukan sinergitas perlu kesesuaian tupoksi dari lembaga itu sendiri, dengan tahapan: melihat, kenal, koordinasi, horizontal dan vertical Tugas DRN: membuat ARN, membuat kajian, pemantauan perkembangan iptek, kemitraan dengan pihak lain, memberikan masukan rancangan UU,

Kontekstualisasi tupoksi DRD: pembentukan komtek sesuai kebutuhan, penyusunan ARD, mendayagunakan riset perguruan tinggi,pemantauan implementasi iptek dan inovasi, merumuskan kebijakan iptek, lembaga intermediasi

Penjabaran tupoksi litbang daerah: bersama DRD dalam menyusun ARD, bersama memantau implementasi iptek, memfasilitasi komersialisasi hasil-hasil penelitian diantaranya melalui STP.

Panduan pembentukan DRD: ada pada anatomi penduan pendirian DRD. Adapun dasar pertimbangan pembentukan DRD: belum ada sistem inovasi, sinergitas, tumpang tindihnya hasil-hasil penelitian

Tupoksi DRD memberikan arahan bidang iptekin terutama ARD, sebagai second opinion kepala daerah (setiap hari senin ada diskusi sesuai dengan tema tertentu dengan Gubernur). Adapun keanggotaan DRD sebaiknya diisi dari unsur akademisi, bisnis, masyarakat dan birokrat.

I. SINERGITAS DENGAN LEMBAGA LAIN/INDUSTRI

Sinergisitas hendaknya dimulai dari pusat tidak hanya di kemenristek saja tetapi juga kementarian lainnya yang dikoordinasikan oleh Bappenas.

Untuk itu perlu disusun sebuah regulasi dalam bentuk peraturan yang mengatur keputusan/rekomendasi DRD pada lingkup kebijakan daerah sehingga fungsi DRD lebih maksimal, dimana isi regulasi diharapkan bersifat mengikat dan lebih menggambarkan peran DRD yang terlibat dalam pengambilan kebijakan seperti penyusunan dokumen perencanaan (RPJMD, RKPD, renstra), sehingga DRD dalam memberikan arah bagi kelitbangan pun tidak hanya berhenti pada publikasi. Selain itu dalam regulasi juga menempatkan eksistensi DRD secara jelas termasuk kebijakan anggaran operasionalnya, karena ada kepala daerah yang menganggap bahwa keberadaan DRD hanya mempersulit (anggaran litbang tidak jelas programnya).

Ada usulan DRD diswitch menjadi semacam lembaga research funding (nomenklatur bebas) dan boleh mencari dana secara bebas, sehingga dapat berdiri secara independen, tidak ada ketergantungan dana terhadap pemerintah.

(9)

Kemenristek sudah menyusun sistem tentang sinergisitas (modul peta interaksi, modul keluaran dan penguatan jaringan)

Terkait usulan akan penghapusan DRN dan DRD yang berasal dari kemenpan dikarenakan banyak dewan/lembaga yang tidak berfungsi.

Usulan : Bentuknya Dewan Riset Inovasi Nasional (DRIN) seperti Agenda energy nasional

Implementasi riset dikementerian harus sesuai dengan ARN Usulan peserta workshop ada diturunan aturan

DRN/DRD tergantung pada komitmen kepala daerah apakah akan membentuk atau tidak

Usulan Pak lukito sudah pernah dilakukan,tidak harus menghilangkan ruh merumuskan kebijakan iptek dan kelitbangan bagi pemerintah 1. Pak Tri

Bagaimana upaya kita dalam mewujudkan lembaga atau forum yang dapat mempertemukan hasil-hasil litbang dan potensi-potensi masyarakat?

Hasil penelitian yang tidak diimplementasikan perlu ada jembatan yang harus dibangun

Masyarakat banyak menemukan inovasi namun terkendala administrasi sehingga perlu ada forum yang bisa menjembatani agar produk tersebut bisa komersial

DRD merupakan forum sinergisitas lembaga kelitbangan untuk mendorong optimalisasi hasil kelitbangan di daerah

Diskusi Pleno 2:

1. Pak Amin (DRD Kab. Malang)

Membuat jakstrada dan ARD baru karena aturan baru Penyusunan RIRN PIRN

Tidak semua bidang di Bappeda fokus sesuai bidang di RIRN dan PIRN Jakstrada dicantolkan pada RPJMD, riset yang mendasari capaian Kab.

Malang

SIDa:tema apel dan ternak sapi perah dan potong (pangan dan perkebunan)

Agenda tiap tahun mengacu pada prioritas riset nasional dan RPJMD Riset yang dilakukan oleh Balitbang atau OPD perlu dijamin mutunya (penjamin mutu)

(10)

2. Pak Nyoman Bappedalitbang Prov. Bali Belum terbentuk DRD

Litbang eselon 3

Sedangkan di kab/kota bervariasi ada dieselon 3 dan 4 DIY merupakan pusat studi sehingga DRD sudah terbentuk Apakah kab/kota di DIY sudah membentuk DRD?

Kebijakan penguatan litbang sudah disiapkan namun implementasinya tidak konsisten, komitmen daerah masih setengah hati

Bagaimana fungsi dan peran litbang bisa diperkuat?

Belum ada kesamaan nomenklatur kelembagaan bappeda litbang Bagaimana memperkuat regulasi dipusat terkait dengan pembentukan DRD dan kelitbangan?

3. UGM

UGM siap bersinergi untuk pembentukan DRD di daerah lewat program tri dharma dan diawali dengan MOU

4. Balitbangda Papua Barat

Permendagri 17/2016 pembentukan balitbangda terpisah dari bappeda Ada rencana pembentukan DRD Papua Barat namun terkendala amandemen regulasi

5. DRD Kab Semarang

Ada overlapping antar departemen

Pernah diundang oleh Dinas Pendidikan Prov. Jateng yang menawari kegiatan penelitian yang didanai

Pernah ditawari hibah namun tidak dilampiri dengan juklak dan juknis beda dengan perguruan tinggi

6. Bu Eny

Anggaran untuk DRD apakah hibah atau nempel di OPD?

7. Kadin Kendal (Wakil Ketua )

Adanya kemudahan dalam mengakses hasil teknologi agar dapat diimplementasikan oleh dunia industri.

Hasil penelitian agar lebih dihargai: perlu ada penghargaan terhadap penelitian yang aplikatif dan bermanfaat

Dalam memberikan masukan kebijakan kepada pimpinan daerah ada baiknya belajar dari Kabupaten Malang, dimana bupatinya sangat kreatif dalam membuat obyek wisata dari hal-hal kecil sehingga dapat menarik wisatawan. Di sini DRD bisa terlibat dalam peningkatan inovasinya melalui KKN, desa inovasi. Oleh karena itu Kepala daerah tidak perlu khawatir untuk memberi honor kepada DRD berdasarkan efektivitas dan efisiensi,

(11)

karena DRD bisa mempelopori sistem informasi kebutuhan penelitian dan inovasi

Dalam penyusunan RPJMD, kepala daerah harus menyatakan visi dan misinya didepan DPRD, disitulah DRD bisa berperan untuk menterjemahkan visi dan misi kepala daerah itu (bisa juga menjadi tim sukses kepala daerah). Sebaiknya pelibatan DRD bukan hanya sebagai reviewer atau peserta tetapi dari awal penyusunan RPJMD itu sendiri, sehingga

(12)

BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN:

1. Penguatan kelembagaan DRD serta sinergitas peran antara DRD, akademisi, pemerintah dan industri memerlukan penyamaan persepsi dalam masyarakat dalam memahami pentingnya iptekin.

Sinergitas DRD dan lembaga litbang daerah sangat dimungkinkan melalui kerjasama dan koordinasi di dalam pelaksananaan penelitian, kajian, perencanaan, dan evaluasi. Contoh keterlibatan DRD dalam penyusunan dokumen perencanaan dan Rencana Induk kelitbangan. Sinergisitas dimulai dari pusat tidak hanya di kemenristek saja tetapi juga kementarian lainnya yang dikoordinasikan oleh Bappenas

2. Masalah internal DRD: model penganggaran khususnya untuk anggaran rutin bulanan bagi anggota, mekanisme penyampaian hasil rekomendasi kepada kepala daerah, standard dan prosedur keanggotaan masing-masing daerah belum seragam (unsur DRD:

swasta, akademisi, dan pemerintah) untuk itu DRN perlu menyusun regulasi dalam bentuk peraturan yang menggambarkan keputusan/rekomendasi DRD pada lingkup kebijakan daerah sehingga fungsi DRD lebih maksimal.

3. Dalam regulasi harus menggambarkan keharusan DRD dalam terlibat di dokumen perencanaan (RPJMD, RKPD, renstra) sehingga terlibat dalam pengambilan kebijakan

4. Pembentukan DRD disesuaikan dengan potensi dan kondisi daerah masing-masing, dan diperlukan komitmen pimpinan daerah dalam bentuk legitimasi yang jelas (berpayung hukum)

5. Keberhasilan lembaga litbang: Fokus, ownership, conductor (bisa meminta bidang lain untuk mendukung), innovative, commitment, sedangkan kendala yang dihadapi secara umum adalah banyaknya hasil-hasil penelitian yang belum dimanfaatkan karena belum optimalnya jalur komunikasi

B. Rekomendasi:

1. Perlu ada kepastian regulasi dari pemerintah pusat terkait dengan keberadaan DRN dan DRD. Pada saat amandemen UU 18/2002 ini direkomendasikan setiap daerah (provinsi dan kabupaten kota) mengirim surat kepada DPR (tembusan kepada Kemenristek)

(13)

perihal dukungan untuk keberadaan DRN & DRD yang ditandatangani oleh Pemerintah Daerah, dan DRD (yang ada DRD nya)

2. Perlunya dilaksanakan rakor nasional DRN-DRD untuk menyusun rumusan sikap bersama diusulkan kepada DPR dalam pembahasan revisi UU 18/2002 tentang landasan filosofis dan sosiologis dibutuhkannya DRN & DRD

3. Perlu adanya kejelasan dan kesamaan struktur kelembagaan dan tupoksi DRD yang dituangkan di dalam aturan pelaksana UU (revisi 18/2002) dalam bentuk Petunjuk/pedoman DRD melalui Peraturan Pemerintah, dan Peraturan menteri

4. Adanya Kejelasan manajerial (anggaran dan kegiatan) yang dituangkan di dalam aturan pelaksana UU (revisi 18/2002) dalam bentuk Petunjuk/pedoman DRD melalui Peraturan Pemerintah, dan Peraturan menteri. Dengan prinsip segala pembiayaan yang berkaitan dengan DRD dibiayai dengan APBD atau dana lain yang sah dan tidak mengikat.

Referensi

Dokumen terkait

Bangunan Pusat Rekreasi dan Pengenalan Profesi Anak menonjolkan suasana ruang yang memperhatikan aspek psikologis anak dan mewakilkan suasana tiap profesi yang terdapat dalam

Simulasi modal analysis dan harmonic res- ponse analysis yang sudah dilakukan, dengan hasil dan trend yang tidak jauh berbeda dengan hasil eksperimen bisa menjadi

Visi Kota Bandung Tahun 2009 – 2013 adalah “Memantapkan Kota Bandung Sebagai Kota Jasa Bermartabat”, yang diartikan sebagai kota yang mempunyai jati diri, harga diri dan

Kenaikan berat badan ibu dalam setiap kunjungan sesuai dengan pendapat Romauli tidak lebih dari 0.50kg tiap minggu dan penambahan berat badan ibu tidak mengalami

Pada awal dan akhir kegiatan abdimas dilakukan evaluasi, dimana peserta abdimas mengisi kuesioner yang telah disiapkan oleh tim pengabdi sebanyak 40 (empat puluh) orang

Usaha penggilingan daging di Kabupaten Seruyan berada pada kuadran pertama yaitu memiliki sejumlah kekuatan yang besar dan peluang-peluang besar impresif yang

Tim adalah kelompok kerja yang terbentuk dari individu- individu yang melihat diri mereka dan dilihat oleh orang lain sebagai satu kesatuan sosial, yang saling ketergantungan

a) Penelitian selanjutnya disarankan agar merancang model pengukuran kinerja penyelarasan yang lebih komprehensif yang tidak hanya mengakomodasi seberapa besar