MORALITAS PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA
ANDREA HIRATA: TINJAUAN SEMIOTIK DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA
DI SMK 4 SUKOHARJO
Tesis S-2
Diajukan Oleh : BUDI SETIAWAN
S200 110 001
PROGAM PASCA SARJANA MAGISTER PENGKAJIAN BAHASA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
MORALITAS PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMK NEGERI 4
SUKOHARJO
Budi Setiawan, S200 110 001 Program Studi Magister Pengkajian Bahasa, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan 1) mendeskripsikan struktur yang membangun novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, 2) mendeskripsikan moralitas dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, 3) mendeskripsikan implementasi moralitas dalam pembelajaran sastra di SMK N 4 Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Strategi yang digunakan adalah studi kasus terpancang (embedded case study research). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka, simak, dan catat. Validasi data dengan triangulasi teoretis. Teknik analisis data menggunakan metode pembacaan model semiotik, yaitu heuristik dan hermeneutik. Berdasarkan analisis struktur dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata diperoleh simpulan bahwa tema menceritakan tentang sebuah keberanian untuk bermimpi di tengah kehidupan yang memprihatinkan. Tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi adalah Ikal, Arai, dan Jimbron dengan tokoh antagonis Pak Mustar. Alur yaitu alur campuran atau gabungan alur progresif dan alur mundur. Latar terjadi di Belitong timur tahun 1988. Berdasarkan analisis struktural novel Sang Pemimpi dapat disimpulkan bahwa bentuk keseluruhan antara unsur-unsur yang satu dengan unsur yang lain saling terkait dan menjalin kesatuan. Moralitas dalam novel Sang Pemimpi yaitu 1) Aspek kejujuran digambarkan Ikal yang menceritakan kenakalannya, 2) Nilai otentik ditunjukkan oleh tokoh Arai yang selalu taat beribadah pada Tuhan, 3) Kesediaan bertanggung jawab digambarkan oleh tokoh Bang Zaitun ketika membantu Arai untuk mendapatkan wanita pujaannya, 4) Kemandirian moral ditunjukkan oleh tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron untuk tetap bersekolah meskipun banyak diantara anak-anak Melayu yang putus sekolah karena kondisi masyarakat yang miskin, 5) Keberanian moral ditunjukkan oleh tokoh Ikal dan Arai. Mereka berani merantau ke Pulau Jawa dengan modal yang minim, 6) Kerendahan hati ditunjukkan oleh tokoh ayah Ikal pada saat menerima undangan mengambil rapor, 7) Sikap realistik dan kritis ditunjukkan oleh tokoh Ikal yang membandingkan antara Capo dan mahasiswa melayu yang banyak bicara. Berdasarkan hasil implementasinya dapat disimpulkan bahwa pemakaian bahan ajar tersebut dapat meningkatkan semangat dan motifasi belajar siswa di SMK Negeri 4 Sukoharjo.
PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang
terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil
kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai
fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al-Ma’ruf, 2010:1).
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup
pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran,
(Nugiyantoro, 2007:321). Moral dalam karya sastra biasanya disampaikan secara
langsung oleh pengarang melalui pelukisan watak tokoh-tokoh dalam cerita yang
bersifat uraian atau penjelasan, jika dalam uraian pengarang secara langsung
mendeskripsikan perwatakan tokoh cerita yang bersifat memberi tahu, hal yang
demikian juga terjadi dalampenyampaian nilai moral. Artinya, moral yang ingin
disampaikan kepada pembaca dilakukan secara langsung.
Pengarang dalam hal ini tampak memberikan petuah kepada pembaca.
Bentuk penyampaian tidak langsung jarang digunakan, disini pesan hanya tersirat
dalam cerita berpadu dengan unsur-unsur cerita yang lain. Walau pengarang ingin
menyampaikan sesuatu, ia tidak melakukannya secara vulgar, karya yang dihadirkan
semata-mata hanyalah sebagai hiburan.
Novel kadang hanya dianggap sebagai bacaan untuk mengisi waktu luang,
padahal banyak juga pesan yang disampikan penulis novel kepada pembacanya.
Banyak manfaat membaca novel salah satunya dapat mempengaruhi pembaca
sekaligus memberi tambahan pengetahuan dalam kehidupan yang sesungguhnya.
Novel sebagai hiburan yang sarat dengan nilai-nilai kehidupan dapat dijadikan
sebagai suatu media pendidikan dan penanaman nilai-nilai kehidupan, khususnya
bagi pembaca. Sehubungan dengan hal tersebut, moralitas novel Sang Pemimpi akan
dianalisis untuk mengetahui aspek moral apa saja yang terkandungdidalamnya.
Salah satu karya sastra yang mengandung moralitas adalah novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata. Sebagai karya kedua setelah novel Laskar Pelangi
yang fenomenal, novel yang ditulis seseorang yang tidak berasal dari lingkungan
sastra. Hal inilah yang membuat keunikan tersendiri.
Kelebihan novel Sang Pemimpi adalah ceritanya diangkat dari kehidupan
biasanya hanya menceritakan tentang percintaan dan ekspose seksualitas tetapi tidak
pada novel Sang Pemimpi. Novel ini mengisahkan tiga anak di pulau Belitong,
Sumatera Selatan.Mereka bersekolah di sebuah SMA Negeri di Belitong yang
merupakan sekolah rintisan Bapak Mustar, orang penting di kampung Belitong
Timur. Tanpa ada perjuangan beliau, kampung Belitong Timur tidak ada SMA.
Sebelum SMA itu ada, warga kampung Belitong Timur harus bersekolah ke SMA
Tanjong Pandan yang berjarak 120 kilometer.
Andrea Hirata termasuk pengarang berprestasi, terbukti denganusia yang
relatif masih muda ia telah mendapat berbagai penghargaan atas karya-karyanya.
Misalnya, penghargaan sebagai novelis motivator 2012.Penghargaan ini diberikan
pemerintah dalam peringatan Hari Hak Kekayaan Intelektual sedunia ke-12.
Beberapa penghargaan yang lain yaitu penghargaan dari Khatulistiwa Literaly Award
(KLA) pada tahun 2007, Aisyiyah Award, Paramadina Award, dan Netpac Critics
Award. (Yudho Winarto . 2012: 2, www.unikgaul.com, 25 November 2012).
Standar kompetensi pembelajaran sastra di SMK masih minim jika
dibandingkan dengan porsi pembelajaran bahasa. Pembelajaran sastra tidak di
diberikan secara utuh, kalaupun diberikan hanya terbatas pada pengetahuan sastranya
saja tidak sampai pada analisis. Hal ini juga disebabkan adanya kemungkinan
kualifikasi guru yang kurang kompeten di bidang apresiasi sastra atau bahkan minat
guru itu sendiri yang masih kurang terhadap sastra. Akibatnya minat siswa terhadap
karya sastra sangat minim. Padahal, dengan membaca sastra siswa dapat menggali
nilai-nilai estetis, kebudayaan, dan agama yang terkandung di dalamnya.
Novel Sang Pemimpi menarik untuk di analisis dan sesuai untuk digunakan
dalam pembelajaran di SMK yaitu dalam pembelajaran sastra. Pembelajaran ini
diharapkan siswa mampu menganalisis sekaligus menggali nilai-nilai positif yang
terkandung di dalam karya sastra.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan alasan-alasan yang
mendorong peneliti tertarik untuk meneliti novel Sang Pemimpi adalah sebagai
berikut. 1) Novel Sang Pemimpi mengangkat masalah realita kehidupan di daerah
terpencil, Belitong, yang memiliki budaya dan tradisi yang khas sehingga menarik
untuk ditafsirkan guna memperoleh maknanya, 2) novel Sang Pemimpi menceritakan
motivasi bagi pembaca untuk memberi semangat agar mimpi bisa terwujud, 3)
minimnya minat siswa terhadap karya sastra sehingga analisis ini diharapkan
menjadi pemicu siswa agar lebih tertarik untuk mengapresiasi sastra, 4) sepanjang
pengetahuan penulis, nilai moral dalam novel Sang Pemimpi belum pernah diteliti
dengan tinjauan semiotik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus utamanya dalam penelitian ini
adalah mengungkapkan data-data yang dianalisis dengan menggunakan teori
struktural, serta teori semiotik untuk menganalisis moralitas yang ada dalam
novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) mendeskripsikan struktur
yang membangun novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, 2) mendeskripsikan
moralitas dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata tinjauan semiotik, 3)
mendeskripsikan implementasi moralitas dalam pembelajaran sastra di SMK N 4
Sukoharjo.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan strategi studi
kasus terpancang (embedded case study research). Sutopo (2002:112) menyatakan
bahwa pada penelitian terpancang, peneliti di dalam proposalnya sudah memilih dan
menentukan variabel yang menjadi fokus utama sebelum memasuki lapangan.
Strategi studi kasus (case study) dalam penelitian studi kasus objek ditelaah terbatas
pada satu kasus dan kasus tersebut tidak bersifat umum.
Dalam penelitian ini fokus utamanya adalah mengungkapkan data-data yang
dianalisis dengan menggunakan teori struktural, serta teori semiotik untuk
menganalisis moralitas yang ada dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.
Wujud data dalam penelitian ini adalah kandungan moralitas yang berupa
kata-kata, frase, kalimat, dan wacana yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata. Adapun data pelaksanaan implementasi hasil penelitian terhadap
pembelajaran sastra di SMK berupa tanggapan siswa, guru, informasi kegiatan siswa
dan guru dalam pembelajaran sebagai pelaksana implementasi hasil penelitian.
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran bahasa Indonesia
SMK.
Sumber data dapat dibagi menjadi sumber data primer dan sumber data
sekunder. Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber aslinyatanpa melalui perantara (Siswantoro, 2004:54).
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel Sang Pemimpi
karyaAndrea Hirata.Adapun sumber data implementasi hasil penelitian terhadap
pembelajaran sastra berupa catatan lapangan (fieldnote), hasil observasi aktivitas
siswa dan guru dalam diskusi sastra sebagai hasil penelitian, foto-foto
berlangsungnya aktivitas diskusi, tanggapan siswa terhadap implementasi hasil
penelitian, dan tanggapan guru SMK N 4 Sukoharjo.
Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa
biografi Andrea Hirata serta berbagai penghargaan yang diperoleh Andrea Hirata.
Beberapa penghargaan tersebut antara lain penghargaan dari Khatulistiwa Literaly
Award (KLA) pada tahun 2007, Aisyiyah Award, Paramadina Award, Netpac Critics
Award (Yudho Winarto. 2012: 2, www.unikgaul.com, 25 November 2012).
Data diperoleh dalam bentuk tulisan, hal-hal yang penting dicatat kemudian
juga menyimpulkan dan mempelajari sumber tulisan yang dapat dijadikan
sebagai landasan teori dan acuan dalam hubungan dengan objek yang akan diteliti.
Langkah pertama dalam pengumpulan data yaitu penulis membaca disertai
memberikan apresiasi terhadap bacaan novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
secara keseluruhan, kemudian mempelajari hal-hal yang terdapat dalam novel yang
berhubungan dengan konflik yang terjadi pada cerita novel tersebut. Langkah kedua
yaitu teknik simak, penulis menyimak novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
secara cermat dan teliti untuk memperoleh data. Langkah ketiga adalah hasil
penyimakan kemudian dicatat untuk memperoleh data. Data tersebut digunakan
sebagai data primer yang diperlukan untuk dianalisis.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pustaka, simak,dan catat. Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan
sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Subroto, 1992:42).
Pengumpulan data pada implementasi hasil penelitian terhadap pembelajaran
dilakukan untuk memperoleh informasi kegiatan siswa dan guru dalam diskusi
pembelajaran sebagai pelaksanaan implementasi hasil penelitian. Observasi yang
dilakukan adalah observasi berperan aktif untuk mengamati dan menggali informasi
mengenai prilaku dan kondisi lingkungan; dalam hal ini kegiatan diskusi siswa dan
guru kolaborator.
Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk memperoleh data yang berupa
informasi tanggapan dan hasil wawancara terhadap implementasi hasil penelitian
dalam pembelajaran sastra di SMK N 4 Sukoharjo.
Untuk mengetahui kevalidan data penelitian digunakan teknik triangulasi.
Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, berbagai cara,
dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini jenis teknik trianggulasi yang digunakan
adalah trianggulasi teoretis, yaitu dengan menggunakan perspektif lebih dari satu
teori dalam membahas masalah yang dikaji, tetapi tetap menggunakan teori khusus
yang digunakan sebagai fokus utama dari kajiannya secara mendalam. Fokus utama
yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotik sastra dan implementasinya
dalam pembelajaran di SMK N 4 Sukoharjo.
Suatu penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif artinya data yang
dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi fenomena tidak berupa
angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel (Aminudin, 1990:16).
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode pembacaan model
semiotik yaitu heuristik dan hermeneutik. Langkah awal analisis novel Sang
Pemimpi, yaitu memaparkan strukturalnya dengan menggunakan metode
pembacaan heuristik, pada tahap ini pembaca dapat menemukan arti (meaning)
secara linguistik. Selanjutnya dilakukan pembacaan hermeneutik, yaitu penelitian
bekerja secara terus-menerus lewat pembacaan teks sastra secara teliti dari awal
sampai akhir untuk mengungkapkan moralitas pada novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, yaitu implementasi moralitas dalam
novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dalam pembelajaran sastra Indonesia
digunakan teknik analisis komparatif. Teknik analisis komparatif digunakan peneliti
untuk mengkomparasikan fakta-fakta yang yang berupa tanggapan baik oleh guru
kemudian dibuat konsep untuk memperluas terapan teorinya sehingga dapat
menghasilkan bahan ajar alternatif untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yang telah
disesuaikan dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI dan KD) tahun 2013.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Struktur novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata
Ratna (2007:89) menyatakan bahwa secara definitif strukturalisme berarti
paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme
antarhubungannya, di satu pihak antarhubungan unsur satu dengan unsur lainnya,
di pihak yang lain hubungan antara unsur dengan totalitasnya.
Stanton (2007:22) menjelaskan bahwa unsur-unsur pembangun novel itu
terdiri atas tema, fakta cerita dan sarana sastra. Tema adalah makna sebuah cerita
yang harus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara sederhana. Fakta
cerita meliputi alur, penokohan, dan latar, sedangkan sarana sastra biasanya
terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa, suasana, dan simbol-simbol.
Berdasarkan analisis struktural novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata,
dapat disimpulan bahwa unsur yang membangun novel Sang Pemimpi atau
bentuk keseluruhan antara unsur-unsur yang satu dengan unsur yang lain saling
terkait dan menjalin kesatuan. Hal ini dapat terlihat dari jalinan cerita yang
merupakan hasil perpaduan antara alur, penokohan, dan latar. Hubungan
fungsional antarunsur satu dengan unsur yang lain saling mendukung.
Tema dalam novel ini berhubungan dengan latar, yaitu sebuah keberanian
untuk bermimpi di tengah kehidupan yang memprihatinkan diaplikasikan pada
masyarakat pesisir, yakni perjuangan masyarakat pesisir Belitong yang
memprihatinkan sekadar memenuhi kebutuhan hidup. Tema juga berhubungan
dengan tokoh cerita, pengalaman hidup diperoleh oleh tokoh yang mengalami
kurva naik-turun dalam perjuangannya mewujudkan mimpi sehingga
memerlukan sebuah tekad dan kerja keras yang luar biasa.
Tema berhubungan dengan alur yaitu pengalaman hidup yang dimiliki
tokoh utama secara berkesinambungan diceritakan dari awal sampai akhir dan
karya sastra ini memiliki keterjalinan antarunsur yang satu dengan yang lain
sehingga antara tema, alur, penokohan, dan latar akan menjadi sebuah totalitas.
B. Moralitas dalam Novel Sang Pemimpi (Kajian Semiotik)
Semiotik adalah ilmu tanda. Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda
(signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang
menandai sesuatu, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh penanda
(Pradopo, 2007:119)
Ikon, indeks, simbol merupakan perangkat hubungan antara dasar (bentuk),
objek (referent), dan konsep (interpretant atau reference). Bentuk biasanya
menimbulkan persepsi dan setelah dihubungkan dengan objek akan menimbulkan
interpretant. Proses ini merupakan proses kognitif dan terjadi dalam memahami
pesan iklan (Tinarbuko, 2012:14).
Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya
sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan
bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.
Kekuatan moral adalah kekuatan kepribadian seseorang yang mantap dalam
kesanggupannya untuk bertindak sesuai dengan apa yang diyakininya sebagai
benar. Ada tujuh aspek untuk memperoleh kepribadian yang bermoral, yaitu
kejujuran, nilai-nilai otentik, kesediaan untuk bertanggung jawab, kemandirian
moral, keberanian moral, kerendahan hati, realisti dan kritis (Suseno, 1987:19).
Moralitas dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata akan dijabarkan
sebagai berikut.
1. Kejujuran ditunjukkan oleh tokoh Ikal yang menceritakan kenakalan waktu
kecil bersama teman-temannya.
Setiap Taikong Hamim menjadi imam salat jamaah dan tiba pada bacaan akhir al-Fatihah: “whalafd dholiiiiin ….”
Maka Arai langsung menyambut dengan lolongan seperti serigala yang mengundang kawin.
Kutipan di atas menggambarkan kenakalan Ikal dan teman-temannya
waktu kecil yaitu sering iseng dalam melaksanakan ibadah. Ikal dan
teman-temannya sering mempermainkan bacaan salat sebagai pembalasan kepada
imam sekaligus guru mengaji karena sering memarahi santri-santrinya.
Berdasarkan proses semiosis kenakalan Ikal dan teman-temannya waktu
kecil merupakan sebuah indeks. Perbuatan iseng tersebut disebabkan rasa
dendam Ikal dan teman-temannya pada taikong Hamim karena sering
memarahi mereka.
Kejujuran juga ditunjukkan pada tokoh Ikal yang menceritakan ketika
Ikal, Arai dan Jimbron nekat menonton bioskop.
…. Kami ingin, sangat ingin tahu, apa yang akan terjadi dengan dua carik kecil merah yang dikenakan wanita di poster terpal itu (hlm. 102)
Kami menyelinap dalam barisan panjang orang berkerudung yang mengantre tiket (hlm. 105).
Kutipan di atas menunjukkan kejujuran Ikal yang menceritakan
kenakalannya waktu remaja yang nekat menonton bioskop, padahal itu
merupakan larangan keras bagi seorang pelajar. Akal sehat mereka Jimbron
dikalahkan oleh rasa penasaran.
Berdasarkan proses semiosis kenakalan yang dilakukan Ikal, Arai, dan
Jimbron adalah indeks. Mereka nekat menonton bioskop karena rasa ingin
tahu yang besar.
2. Nilai otentik
Nilai otentik ditunjukkan oleh tokoh Arai yang selalu taat beribadah
pada Tuhan meskipun sejak kecil hidup susah dan tidak mempunyai orang
tua.
Kutipan di atas menunjukkan keotentikan pribadi Arai yang tidak
terpengaruh dengan keadaan. Ia selalu ingat pada Tuhan meskipun hidup
dalam kesusahan.
Berdasarkan proses semiosis Arai rajin beribadah merupakan sebuah
indeks. Arai beribadah karena ia menyadari bahwa ibadah merupakan
kewajiban bagi seorang muslim.
3. Kesediaan bertanggung jawab.
Kesediaan bertanggung jawab yang pertama digambarkan oleh tokoh
Bang Zaitun. Arai selalu gagal mendekati Nurmala, wanita yang
diidam-idamkannya, hingga suatu saat Arai meminta bimbingan pada Bang Zaitun
yang terkenal mudah mendapatkan wanita.
Bang Zaitun sangat komit pada penampilan Arai kali ini sebab ia merasa bertanggungjawab pada kegagalan Arai yang pertama. Maka Bang Zaitun meminjamkan setelan tanggungnya yang sangat istimewa.Setelan itu adalah setelan jas lengkap satu paket.Kaos kaki, sepatu putih berhak tinggi, pantalon yang sangat bagus, ikat pinggang, baju ke-meja lengan panjang untuk lapisan dalam, dan jas, ditambah sebuah slayerpanjang.Semua sandang itu, semuanya, termasuk ikat pinggang dan slayeritu, berwarna putih mengkilat (hlm. 199).
Kutipan di atas merupakan tanggung jawab yang ditunjukkan oleh
tokoh Bang Zaitun ketika membantu Arai yang mengejar cintanya pada
Nurmala. Ia rela meminjamkan jas lengkap dengan asesorisnya karena rasa
tanggung jawab pada keberhasilan orang yang meminta bantuannya.
Berdasarkan proses semiosis kutipan di atas adalah indeks. Bang Zaitun
rela meminjamkan jas karena rasa tanggung jawabnya terhadap keberhasilan
Arai.
4. Kemandirian moral
Kemandirian moral ditunjukkan oleh tokoh Ikal, Arai dan Jimbron
untuk tetap bersekolah meskipun banyak diantara anak-anak Melayu yang
putus sekolah karena kondisi masyarakat yang miskin.
menjadi buruh pabrik kepiting. Berdiri sepanjang malam menyiangi kepiting untuk dipaketkan ke Jakarta dengan resiko dijepiti hewan nakal itu. Atau, seperti aku, Arai, dan Jimbron, menjadi kuli ngambat (hlm. 74).
Kutipan di atas menggambarkan perjuangan Ikal, Arai, dan Jimbron
yang bekerja keras menjadi kuli ngambat agar tetap bisa melanjutkan
sekolahnya.
Berdasarkan proses semiosis perjuangan Aai, Ikal, dan Jimbron
merupakan indeks. Mereka bekerja keras karena ingin tetap melanjutkan
sekolahnya.
5. Keberanian moral
Keberanian moral ditunjukkan oleh tokoh Ikal dan Arai. Mereka berani
mengambil inisiatif yang beresiko.
“Merantau, kita harus merantau, berapa pun tabungan kita, sampai di Jawa urusan belakangan,” Arai yakin se-kali dengan rencana ini.
Kami ingin mengunjungi Pulau Jawa yang gemah ripah lohjinawi itu dan berspekulasi dengan nasib kami (hlm. 203).
Kutipan di atas menunjukkan keberanian Ikal dan Arai untuk berani
mengambil resiko yaitu merantau dengan modal yang minim demi
melanjutkan cita-citanya.
Berdasarkan proses semiosis keberanian merantau ke Jawa merupakan
indeks. Keberanian Ikal dan Arai timbul karena mereka ingin mencapai
cita-citanya.
6. Kerendahan hati
Kerendahan hati ditunjukkan oleh tokoh ayah ikal pada saat menerima
undangan mengambil rapor.
Kutipan di atas menunjukkan kerendahan hati ayah Ikal. Ia bersikap
wajar dan tidak menyombongkan diri ketika anak-anaknya berprestasi di
sekolah.
Berdasarkan proses semiosis sikap ayah ikal yang tidak sombong saat
anaknya berprestasi di sekolah adalah ikon kerendahan hati dari tokoh ayah
Ikal.
7. Realistis dan kritis
Sikap realistik dan kritis ditunjukkan oleh tokoh Ikal yang menilai dan
membandingkan antara Capo dan mahasiswa melayu yang banyak bicara.
Capo: sederhana, tak banyak cingcong, dan kemampuannya merealisasikan ide menjadi tindakan nyata jauh lebih tinggi dari para intelektual muda Melayu mana pun. Mengajarkan mentalitas merealisasikan ide menjadi tindakan nyata barang kali dapat dipertimbangkan sebagai mata pelajaran baru di sekolah-sekolah kita.Pembicaraan Capo di Pasar itu kemudian dikicaukan Minar kemana-mana (hlm. 158).
Kutipan di atas menunjukkan sikap realistik dan kritis Ikal.Ia
membandingkan pribadi Capo dan mahasiswa yang sok tahu. Pada umumnya
mahasiswa merasa bangga dengan sedikit ilmu yang dimilikinya,
membangga-banggakan teori yang mereka dapatkan. Berbeda dengan Capo
yang tidak mengerti satu teori pun tetapi banyak yang ia peroleh dari
pengalaman.
Berdasarkan proses semiosis sikap Ikal merupakan indeks penanda
bahwa Ikal membandingkan Capo dengan mahasiswa karena ia berpikir
realistis.
C. Implementasi Moralitas dalam Pembelajaran di SMK
Belajar dan mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar
menunjuk pada apa yang harus dilakukan peserta didik sebagai pihak yang
menerima pelajaran, sadangkan mengajar menunjuk pada apa yang dilakukan
seorang guru sebagai pengajar (Subana dan Sunarti, 2000:14)
Teknik pembelajaran adalah kelanjutan dari metode pembelajaran.
untuk mencapai tujuan berdasar pada proses sistematis yang terdapat dalam
metode.
Implementasi pembelajaran dengan kompetensi dasar 4.5 Menganalisis
unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia mengenai struktur dan
moralitas dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang berupa
observasi dan wawancara dengan sejumlah siswa dan guru dilaksanakan pada
hari Senin dan Selasa tanggal 30 Juni dan 1 Juli 2014 di SMK N 4 Sukoharjo
pada kelas (X).
Struktur dalam novel dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata di
SMK N 4 Sukoharjo berupa wawancara dengan siswa kelas X.
Hasil wawancara dengan siswa SMK N 4 Sukoharjo menyatakan bahwa
cerita dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata cukup menarik. Mereka
menyukai tokoh protagonis, yaitu Ikal dan Arai. Tokoh tersebut memiliki
karakter cerdas dan baik sehingga dapat memotivasi siswa untuk berusaha
dengan sungguh-sungguh dalam mewujudkan cita-cita.
Pada proses implementasi moralitas dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata di SMK N 4 Sukoharjo berupa wawancara dengan guru Bahasa
dan Sastra Indonesia dan wawancara dengan siswa kelas X SMK N 4 Sukoharjo.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dwi Wiryadi, guru Bahasa dan
Sastra Indonesia SMK N 4 Sukoharjo dinyatakan bahwa minat siswa khususnya
SMK terhadap sastra minim sekali, mereka beranggapan bahwa mereka
bersekolah di sekolah kejuruan agar memiliki keterampilan di bidang teknisi
bukan bidang sastra. Dalam pembelajaran sastra guru memberi tugas membaca
novel di perpustakaan atau menyimak film di televisi.
Berkaitan dengan moralitas, guru mengatakan bahwa moral sangat penting
dalam membentuk karakter siswa. Moralitas dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata dapat memotivasi siswa untuk lebih memiliki semangat belajar.
Siswa dapat meneladani tokoh-tokoh cerita dalam novel Sang Pemimpi yaitu
berusaha dan bekerja keras untuk meraih cita-cita, tidak pernah putus asa pada
Hasil berikutnya yaitu hasil wawancara dengan siswa kelas X SMK N 4
Sukoharjo. Siswa mengatakan bahwa sastra sangat jarang diajarkan dalam
pembelajaran, sehingga pengetahuan tentang sastra masih minim.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai moralitas dalam novel Sang Pemimpi
karya Andrea Hirata dan implementasinya dalam pembelajaran di SMK Negeri 4
Sukoharjo dapat disimpulkan bahwa unsur yang membangun novel Sang Pemimpi
atau bentuk keseluruhan antara unsur-unsur yang satu dengan unsur yang lain saling
terkait dan menjalin kesatuan. Hal ini dapat terlihat dari jalinan cerita yang
merupakan hasil perpaduan antara tema, alur, penokohan, dan latar. Hubungan
fungsional antarunsur satu dengan unsur yang lain saling mendukung.
Dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata terdapat beberapa moralitas,
yaitu kejujuran, nilai-nilai otentik, kesediaan untuk bertanggung jawab, kemandirian
moral, keberanian moral, kerendahan hati, realisti dan kritis. 1) Aspek kejujuran
digambarkan Ikal yang menceritakan kenakalannya bersama teman-temannya, 2)
Nilai otentik ditunjukkan oleh tokoh Arai yang selalu taat beribadah pada Tuhan, 3)
Kesediaan bertanggung jawab yang digambarkan oleh tokoh Bang Zaitun ketika
membantu Arai untuk mendapatkan wanita pujaannya, 4) Kemandirian moral
ditunjukkan oleh tokoh Ikal, Arai dan Jimbron untuk tetap bersekolah meskipun
banyak diantara anak-anak Melayu yang putus sekolah karena kondisi masyarakat
yang miskin, 5) Keberanian moral ditunjukkan oleh tokoh Ikal dan Arai. Mereka
berani mengambil inisiatif merantau ke Pulau Jawa dengan modal yang minim, 6)
Kerendahan hati ditunjukkan oleh tokoh ayah ikal pada saat menerima undangan
mengambil rapor, 7) Sikap realistik dan kritis ditunjukkan oleh tokoh Ikal yang
menilai dan membandingkan antara Capo dan mahasiswa melayu yang banyak
bicara.
Berkaitan dengan relevansi dan implementasinya dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dapat disimpulkan bahwa hasil analisis moralitas dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata tersebut relevan dengan KI dan KD sebagai
pembelajaran di SMK. Berdasarkan hasil implementasinya dapat disimpulkan bahwa
siswa yang dibuktikan dengan hasil wawancara dengan guru dan siswa di SMK
Negeri 4 Sukoharjo.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2010. Dimensi Sosial keagamaan Dalam Fiksi Indonesia Modern. Surakarta : Smart Media.
___________________. 2010. Kajian Stilistika Perspektif Kritik Holistik. Surakarta: UNS Press.
Aminudin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan sastra. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh (Y3A).
Hirata, Andrea. 2008. Sang Pemimpi. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Pengkajian Puisi Anailis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Siswantoro. 2004. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Subana dan Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Subroto.1992. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada.
Sufanti, Main. 2010. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.
Suseno, Franz Magnis. 1993. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Sutopo, H.B. 2002.Metode Penelitian Kualitatif dan Penerapannya Dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Tinarbuko, Sumbo. 2012. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra.