• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

20 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penerapan

1. Pengertian Penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan, sedangkan menurut beberapa ahli, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.1

Bahwa yang dimaksud dengan perbuatan menerapkan adalah sesuatu hal adanya pelaksanaan atas kegiatan agar tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan, atau bisa dikatakan tercapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya dapat memuat tugas dan fungsi yang tidak ada ketegangan diantara pelaksananya. Jadi menurut KBBI sendiri penerapan sama halnya dengan sebuah perbuatan dengan mempraktekkan sebuah teori tertentu dengan menggunakan sebuah metode dan memiliki sebuah tujuan agar tercapai. Lalu pula ada yang telah dikemukakan oleh teori ahli bahwa Menurut Usman:

Penerapan (implementasi) adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem.Implementasi bukan sekedar

1Naufal, 2020,

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10672/05.2%20bab%202.pdf?sequence=5&is Allowed=y, diakses pada tanggal 12 Januari 2021 pukul 10.22

(2)

21

aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.2

Dari penjelasan teori tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa kata penerapan (implementasi) merujuk pada aktifitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa penerapan (implementasi) bukan sekedar aktifitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh sebab itu, untuk mencapai suatu tujuan kegiatan dalam teori Usman harus adanya mekanisme suatu sistem agar suatu kegiatan yang terencana dapat tercapai sama halnya dengan suatu penerapan mengenai sistem Administrasi dan Persidangan secara elektronik yang harus sesuai dengan mekanisme sistem dan terencana, agar penerapan dari Administrasi dan Persidangan secara elektronik dapat tercapai dengan maksimal.

Menurut Lukman Ali:

Penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan. Adapun unsur-unsur penerapan meliputi Adanya program yang dilaksanakan, Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses penerapan tersebut.3

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, penulis menjelaskan bahwasannya dapat diartikan bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Seperti unsur yang pertama dalam

2 Ibid.

3 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English Perss, 2002), h.1598

(3)

22

penerapan terkait program yang dilaksanakan. Program tersebut meliputi apa yang sudah dibuat dan dirancang untuk dilaksanakan sesuai maksud dan tujuan.

Dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi dengan bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan.

Dari uraian tersebut di atas, program yang dilaksanakan sesuai teori tersebut yaitu Penerapan Administrasi dan Persidangan secara elektronik untuk tercapainya sasaran dan tujuan dari program tersebut, yaitu agar memenuhi unsur-unsur dalam landasan hukum mengenai aturan program Administrasi dan Persidangan secara elektronik. Oleh karena itu dalam program yang sudah tersusun selanjutnya target yang dituju agar pihak yang menjadi target dapat merasakan manfaat dari program Administrasi dan Persidangan secara elektronik. Tetapi jika dalam penerapan pelaksanaan program termasuk Administrasi dan Persidangan secara elektronik tersebut tidak berjalan dengan optimal, maka dari itu Pengadilan sebagai lembaga yang bertanggung jawab dan berwewenang menerapkannya harus memiliki solusi dan selanjutnya diterapkan dengan maksimal sesuai aturan yang sudah berlaku.Setelah dari program tersebut tercapai, kemudian target yang dituju juga harus dapat menerima program yang sudah dibuat. pelaksanaan hukum secara konkrit dalam kehidupan masyarakat. Setelah pembuatan hukum dilakukan, maka harus dilakukan pelaksanaan konkrit dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

(4)

23

B. Tinjauan Umum Tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik

1. Pengertian Administrasi Perkara

Administrasi Perkara adalah Aplikasi yang memungkinkan para pencari keadilan untuk dapat melakukan pendaftaran perkara perdata (untuk saat ini) baik itu gugayan maupun permohonan secara online, melakukan pembayaran panjar baiaya perkara tanpa harus datang ke pengadilan, dan bahkan pemberitahuan serta pemanggilannya dilakukan secara elektronik yang mana hanya menggunakan e-mail. Administrasi Perkara adalah sebuah instrument Pengadilan sebagai bentuk pelayanan terhadap masyarakat dalam hal pendaftaran perkara secara online, pembayaran secara online, mengirim dokumen persidangan (Replik, Duplik, Kesimpulan, Jawaban) dan Pemanggilan secara online. Aplikasi Administrasi Perkara Secara Elektronik perkara diharapkan mampu meningkatkan pelayanan fungsinya menerima pendaftaran perkara secara online dimana masyarakat akan menghemat waktu dan biaya saat melakukan pendaftaran perkara.4

Pendaftaran perkara Online, didalam Administrasi Perkara dan Persidangan Secara Elektronik dapat digunakan oleh Advokat (Pengguna Terdaftar) dan Pengguna Lainnya. Pengguna terdaftar harus setelah mendaftar dan mendapatkan Akun, harus melalui mekanisme validasi Advokat oleh Pengadilan Tinggi tempat dimana Advokat disumpah, sedangkan pendaftaran

4 Jurnal Ilmiah Dunia Hukum, 2020, Mewujudkan Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan Dengan e-Court, Semarang: Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, Vol. 5 No. 1

(5)

24

Perseorangan atau Badan Hukum (Pengguna Lainnya) dapat langsung mendaftar di Pengadilan setempat. Melalui aplikasi pendaftaran perkara (e- filling) misalnya advokat atau masyarakat yang sudah terdaftar dapat

melakukan pendaftaran gugatan/permohonan secara elektronik tanpa harus datang ke pengadilan, memilih pengadilan mana yang berwenang, mendaftarkan surat kuasa khusus, menginput para pihak, mengunggah dokumen gugatan/permohonan secara elektronik. Untuk pembayaran perkara juga dapat dilakukan dengan aplikasi (e-payment), dimana penggugat/pemohon nanti akan memperoleh taksiran panjar biaya perkara (e-SKUM) yang disertai kode akun virtual saluran pembayaran elektronik, lalu melakukan pembayaran dan setelah mendapat konfirmasi maka akan mendapatkan nomor perkara setelah diregister dalam Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP).5

Administrasi Perkara dan Persidangan Secara Elektronik merupakan upaya yang dilakukan oleh Mahkamah Agung untuk meminimalisir masalah bagi rakyat yang sangat membutuhkan proses berperkara di pengadilan secara sederhana, cepat, dan biaya ringan. Sistem Administrasi Perkara salah satu usaha Pemerintah yang dilakukan guna memudahkan rakyat yang mengalami perekonomian lemah dalam berperkara di pengadilan. Rakyat Indonesia tak sedikit yang mengeluh akan proses berperkara di pengadilan yang sangat lama, memerlukan biaya mahal, dan terkesan bertele-tele. Mahkamah Agung menjawab kebutuhan rakyat tersebut melalui terobosannya yaitu dengan adanya aplikasi e-court untuk memenuhi harapan dan kebutuhan para pencari keadilan

5 http://pn-ponorogo.go.id/joomla/index.php/pengumuman/202-e-court-informasi.html

(6)

25

yang terkendala waktu, jarak, dan biaya. Sistem Administrasi Perkara dan Persidangan Secara Elektronik juga merupakan penerapan dari asas peradilan yakni sederhana, cepat, dan biaya ringan.

Robert N. Cole-O Lee Reed berpendapat bahwasanya lembaga peradilan dalam menyelesaikan sengketa kerap mengalami beban yang terlalu padat, lamban dan buang waktu, biaya mahal dan kurang tanggap terhadap kepentingan umum, atau dianggap terlampau formalistis dan teknis.6

Sejalan dengan hal tersebut, masyarakat selama ini banyak mengeluh karena proses berperkara di Pengadilan sangat lama, mahal, dan terkesan bertele-tele.

Mekanisme berperkara di peradilan terlihat lamban dalam berbagai aspek mulai pendaftaran, pemeriksaan, pembuktian, hingga proses pemngambilan produk baik putusan maupun penetapan menjadi bentuk yang tergambar oleh masyarakat.

Berangkat dari realitas tersebut, untuk mewujudkan proses peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan serta sebagai wujud responsif atas tuntutan perkembangan zaman yang mengharuskan adanya pelayanan administratif yang lebih efektif dan efisien, Mahkamah Agung (MA) melalui Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik yang menggantikan PERMA No. 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik.

1.1. Jenis-jenis Perkara melalui Administrasi Perkara dan Persidangan Secara Elektronik

1. Perkara Perdata Gugatan 2. Perkara Perdata Bantahan 3. Perkara Perdata

4. Gugatan Sederhana

6 Zil Aidi, Implementasi E-Court dalam mewujudkan penyelesaian perkara perdata yang efektif dan efisien, Fakultas Hukum UNDIP, 2020

(7)

26 5. Perkara Perdata Permohonan7

Perkara gugatan adalah suatu tuntutan hak yang diajukan oleh penggugat kepada tergugat melalui Pengadilan. Gugatan dalam hukum acara perdata uumnya terdapat 2 (dua) pihak atau lebih, yaitu antara pihak penggugat dan tergugat, yang mana terjadinya gugatan umumnya pihak tergugat telah melakukan pelanggaran terhadap hak dan kewajiban yang merugikan pihak penggugat dan pihak tergugat tidak mau secara sukarela memenuhi hak dan kewajiban yang diminta oleh pihak penggugat, sehingga akan timbul sengketa hak dan kewajiban antara penggugat dan tergugat.

Pengertian gugatan menurut Zainal Asikin gugatan adalah suatu tuntutan yang disampaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang oleh seseorang mengenai suatu hal akibat adanya persengketaan dengan pihak lainnya yang kemudian mengharuskan hakim memeriksa tuntutan tersebut menurut tata cara tertentu yang kemudian melahirkan keputusan terhadap gugtan tersebut.8 Sedangkan menurut rancangan Undang-undang Hukum Acara Perdata pada pasal 1 angka (2), gugatan adalah tuntutan hak yang mengandung sengketa dan diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan.9

Dalam bunyi pasal tersebut penulis menjelaskan bahwasannya gugatan jelas terlihat bahwa peran dan fungsi gugatan adalah sebagai sarana dan solusi dari pihak penggugat untuk mendapatkan hak-hak nya yang sebelumnya telah dilanggar bahkan telah dirugikan oleh tergugat. Hal tersebut bisa diajukan untuk diselesaikan melalui Pengadilan Negeri.

7 https://pn-tarakan.go.id/layanan-hukum/layanan-prosedur-e-court

8 Zainal Asikin, Op. Cit. Hlm. 19.

9 http://upipagow.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-dan-penjelasan-tentang.html, Diakses Pada Bulan Nopember Tahun 2013.

(8)

27

Kemudian eksepsi merupakan bagian dari jawaban Tergugat terhadap gugatan yang diajukan oleh Penggugat. Eksepsi pada pokoknya membuat bantahan-bantahan tertentu adalah suatu tangkisan atau sanggahan yang tidak berkaitan langsung pokok perkara. Selanjutnya Gugatan sederhana adalah tata cara pemeriksaan di persidangan terhadap gugatan perdata dengan nilai gugatan materiil paling banyak Rp.

500.000.000,- yang diselesaikan dengan tata cara dan pembuktiannya sederhan.10 Penggugat dan Tergugat dalam gugatan sederhana tidak boleh lebih dari 1 (satu) kecuali memiliki kepentingan hukum yang sama dan bisa dikuasakan. Saat pemohon hadir dalam persidangan maka pemohon dipersilahkan untuk mengajukan saksi dan bukti surat untuk pada akhirnya Hakim melakukan penetapan. Tetapi jika pemohon tidak hadir Hakim boleh melakukan pemanggilan sekali lagi, selanjutnya Hakim menentukan tanggal sidang.

10 http://pa-pematangsiantar.go.id

(9)

28

1.2. Alur Administrasi Perkara Secara Elektronik

Administrasi Perkara Secara Elektronik adalah serangkaian proses penerimaan gugatan/permohonan/ keberatan / bantahan / perlawanan / intervensi, penerimaan pembayaran, penyampaian panggilan/pemberitahuan, jawaban, replik, duplik, kesimpulan, penerimaan upaya hukum, serta pengelolaan, penyampaian dan penyimpanan dokumen perkara perdata/perdata agama/ tata usaha militer / tata usaha negara dengan menggunakan sistem elektronik yang berlaku di masing-masing lingkungan peradilan.

Masyarakat yang akan melakukan pendaftaran perkara harus melalui alur atau proses administrasi gugatan secara eletronik terlebih dahulu, adapun alur atau tata cara pendaftaran gugatan secara online :

1. Calon pengguna terdaftar dan pengguna lain mengakses website e- court Mahkamah Agung

2. Registrasi Pengguna untuk membuat email dan password untuk e- court

3. Setelah membuat email kemudian login dengan memasukkan alamat emai dan melengkapi data advokat atau pengguna lain 4. Ketika semua data sudah dimasukkan dan diupload maka otomatis

akun sudah terverifikasi

5. Pengguna terdaftar mendapatkan nomor registrasi pendaftaran perkara

6. Mengunggah surat kuasa

(10)

29

7. Penggugat menyampaikan gugatan melalui Sistem Informasi Pengadilan. Gugatan harus disertai dengan bukti-bukti berupa surat dalam bentuk dokumen elektronik. (Pasal 9)

8. Kemudian Penggugat menyampaikan gugatan melalui Sistem Informasi Pengadilan. Gugatan disertai dengan bukti-bukti berupa surat dalam bentuk dokumen elektronik. (Pasal 9)

9. Setelah mengunggah berkas perkara, data para pihak sudah terekam dan dilanjutkan dengan Pembayaran panjar biaya perkara ditujukan ke rekening Pengadilan pada bank secara elektronik. (Pasal 10) 10. Setelah pembayaran selesai otomatis pendaftaran gugatan melalui

e-court telah berhasil dan Pendaftaran perkara secara elektronik diproses oleh kepaniteraan pengadilan ke tahap selanjutnya setelah dinyatakan lengkap melalui proses verifikasi. (Pasal 13)

11. Panggilan / pemberitahuan secara elektronik disampaikan kepada:

a . Penggugat yang melakukan pendaftaran secara elektronik; dan b . Tergugat atau pihak lain yang telah menyatakan persetujuannya untuk dipanggil secara elektronik. (Pasal 15)

12. Berdasarkan perintah hakim, jurusita/jurusita pengganti mengirimkan surat panggilan persidangan ke Domisili Elektronik para pihak melalui Sistem Informasi Pengadilan. (Pasal 16)

13. Panitera pengadilan berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan pencatatan dan pendaftaran perkara secara elektronik.

Kepaniteraan pengadilan melakukan pencatatan dan perekaman

(11)

30

informasi perkara di Sistem Informasi Pengadilan. Informasi perkara yang ada di dalam Sistem Informasi Pengadilan memiliki kekuatan hukum yang sama dengan buku register dan jurnal keuangan perkara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (Pasal 29 )

14. Panitera Pengganti melaksanakan proses minutasi berkas persidangan berdasarkan dokumen elektronik yang tersimpan pada Sistem lnformasi Pengadilan. (pasal 30)

15. Pengadilan menerima informasi, data dan dokumen elektronik terkait perkara dan mengelolanya secara terpadu dalam Sistem Informasi

Pengadilan. (2) Dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam format dokumen olah kata dan/ a tau format suara maupun video. (3) Dokumen elektronik yang diterima dalam Sistem Informasi Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi dokumen elektronik gugatan, jawaban, replik, duplik, permohonan intervensi, kesimpulan dan pindaian bukti surat. (4) Kepaniteraan Pengadilan mengarsipkan data dan dokumen elektronik terkait perkara yang telah diputus dan berkekuatan hukum tetap secara terpadu. (Pasal 32)

16. Ketua/Kepala Pengadilan bertanggungjawab atas pelaksanaan dan pengawasan terhadap proses, layanan administrasi perkara dan persidangan secara elektronik.

(12)

31 2. Pengertian Persidangan Elektronik

Persidangan Secara Elektronik adalah serangkaian proses memeriksa dan mengadili perkara oleh pengadilan yang dilaksanakan dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi. Persidangan secara elektronik dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara elektronik ini berlaku untuk proses persidangan dengan acara penyampaian gugatan/ permohonan / keberatan / bantahan / perlawanan / intervensi beserta perubahannya, jawaban, replik, duplik, pembuktian, kesimpulan dan pengucapan putusan/

penetapan.

Persidangan secara elektronik diatur dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara elektronik yang mana terdapat beberapa Pasal terkait mekanisme atau prosedur persidangan yang dilakukan secara elektronik, berikut inti pasal- pasal tersebut, Hakim/hakim ketua dapat memberikan penjelasan tentang hak dan kewajiban para pihak terkait persidangan secara elektronik pada sidang pertama guna kelancaran persidangan elektronik. (Pasal 19).

Persidangan secara elektronik dilaksanakan atas persetujuan penggugat dan tergugat setelah proses mediasi dinyatakan tidak berhasil. Hakim/Hakim Ketua menetapkan jadwal persidangan elektronik untuk acara penyampaian jawaban, replik dan duplik. Pada ayat kedua, yaitu setelah terlaksananya persidangan elektronik dengan acara penyampaian duplik, Hakim/Hakim Ketua menetapkan jadwal dan acara persidangan berikutnya hingga

(13)

32

pembacaan putusan. (Pasal 21) Persidangan secara elektronik acara penyampaian gugatan, jawaban, replik, duplik dan kesimpulan, dilakukan dengan prosedur:

a. para pihak menyampaikan dokumen elektronik paling lambat pada hari dan jam sidang sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

b. setelah menerima dan memeriksa dokumen elektronik tersebut, Hakim/Hakim Ketua meneruskan dokumen elektronik kepada para pihak.

Jawaban yang disampaikan oleh tergugat harus disertai dengan bukti berupa surat dalam bentuk dokumen elektronik. Pada ayat ketiga, yaitu Panitera Pengganti wajib mencatat semua aktivitas pada persidangan secara elektronik dalam Berita Acara Sidang Elektronik. Dan Pada ayat keempat, yaitu Para pihak yang tidak menyampaikan dokumen elektronik sesuai dengan jadwal dan acara persidangan tanpa alasan sah berdasarkan penilaian Hakim/ Hakim Ketua, dianggap tidak menggunakan haknya.

(Pasal 22) Persidangan pembuktian dengan acara pemeriksaan keterangan saksi dan/ atau ahli dilaksanakan secara jarak jauh melalui media komunikasi audio visual. Pada ayat kedua dan ketiga, yaitu Persidangan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan infrastruktur pada Pengadilan dan Segala biaya dibebankan kepada Penggugat. (Pasal 24) Persidangan pembuktian dilaksanakan sesuai dengan hukum acara yang berlaku. (Pasal 25) Putusan/penetapan diucapkan oleh

(14)

33

Hakim/Hakim Ketua secara elektronikdengan menyarnpaikan salinan putusan/penetapan elektronik kepada para pihak melalui Sistem Informasi Pengadilan. Pada ayat ketiga, yaitu Pengucapan putusan/penetapan secara hukum dianggap telah dihadiri oleh para pihak dan dilakukan dalarn sidang terbuka untuk umum. Pada ayat keempat dan kelima, yaitu Putusan/penetapan dituangkan dalam bentuk salinan putusan/penetapan elektronik yang dibubuhi tanda tangan elektronik dan memiliki kekuatan dan akibat hukum yang sah. Dan Pada ayat keenam, yaitu Pengadilan mempublikasikan putusan/penetapan untuk umum pada Sistem Informasi Pengadilan. (Pasal 26)

Persidangan secara elektronik melalui Sistem Informasi Pengadilan pada jaringan internet publik secara hukum telah memenuhi asas dan ketentuan persidangan terbuka untuk umum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Sebagaimana ketentuan beberapa pasal di atas, hakim/hakim ketua harus memberikan keterangan mengenai hak dan kewajiban para pihak mengenai mekanisme atau proses persidangan secara elektronik pada sidang pertama. Pada sidang E-Litigasi, setelah para pihak mendapatkan panggilan elektronik selanjutnya dilakukan persidangan elektronik.Para pihak yang berperkara harus sama-sama menyetujui melaksanakan persidangan secara elektronik (E-Litigasi) dengan mengisi persetujuan prinsipal sesuai e- Summons yang telah dikirimkan pihak Pengadilan Negeri.

(15)

34

Persidangan secara elektronik dengan acara penyampaian gugatan, jawaban, replik, duplik dan kesimpulan yang dilakukan sesuai dengan prosedur.Jawaban para pihak harus disertakan dengan bukti- bukti tertulis.Dalam hal acara pembuktian, disepakati oleh para pihak dengan acara pemeriksaan saksi dapat dilaksanakan melalui media komunikasi visual.Putusan atau penetapan majelis hakim di putuskan secara elektronik yang mana sebelumnya telah dilaksanakan dengan menyampaikan salinan putusan atau penetapan elektronik kepada para pihak melalui sistem informasi Pengadilan

1.3. Ruang Lingkup Administrasi Perkara dan Persidangan Secara Elektronik

Administrasi Perkara dan Persidangan Secara Elektronik diharapkan mampu meningkatkan pelayanan dalam fungsinya untuk menerima pendaftaran perkara secara online. Dengan dijalankannya fungsi tersebut masyarakat nantinya akan menghemat waktu dan biaya saat melakukan pendaftaran perkara. Ruang lingkup Administrasi Perkara Secara Elektronik adalah sebagai berikut:

1. Pendaftaran Perkara Online (e-Filing)

2. Pendaftaran Panjar Biaya Online (e-Payment) 3. Pemanggilan Elektronik (e-Summons)

4. Persidangan Online (e-Litigation)11

Berdasarkan penjelasan tersebut menggambarkan bahwa sistem perkara secara elektronik yang optimal adalah para pihak melakukan

11 E-Court (pn-ponorogo.go.id), diakses pada tanggal 22 Januari 2021

(16)

35

pendaftaran perkara (E-Felling), pembayaran perkara (E-Payment), pemanggilan para pihak (E-summon) dan Persidangan (E-Litigasi) secara keseluruhan mengingat tahap-tahap tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan tidak dipisahkan. Kemudian dari ketentuan PERMA No.1 Tahun 2019 Tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik, sendiri telah mengatur bahwa bercara secara elektronik harus didasarkan persetujuan para pihak.

Terkait Pendaftaran elektronik (E-Filling) langkah awal yang mesti dilakukan untuk mendaftarkan perkara adalah melakukan pendaftaran akun, yang harus dilakukan adalah mempunyai akun aplikasi Pendaftaran Elektronik dilakukan pada website Pendaftaran Elektronik Mahkamah Agung dan melakukan Regsiter Pengguna Terdaftar. Pengguna terdaftar harus memasukkan alamat E-Mail hal ini dikarenakan E-Mail yang didaftarkan nantinya akan menjadi alamat domisili elektronik pengguna terdaftar. Apabila pendaftaran yang dilakukan telah berhasil, pengguna terdaftar akan mendapatkan E-Mail user dan password yang telah dibuatnya dan dapat digunakan login pada aplikasi Pendaftaran Elektronik.

Pengguna terdaftar mendaftarkan perkaranya melalui online melalui aplikasi. Kemudian pengguna login dengan akun yang dimilikinya dan memilih pengadilan yang berwenang sesuai tempat mengajukan gugatan.

Langkah berikutnya pengguna terdaftar mengupload surat gugatan dan selanjutnya pengguna terdaftar akan mendapatkan nomor pendaftaran online. Apabila telah mempunyai akun maka pengguna dapat mendaftarkan

(17)

36

perkara. Pengguna Terdaftar mendapatkan akun secara daring melalui aplikasi dengan tahapan:

1. Mengakses aplikasi E-Court dengan menggunakan peramban (web Browser) melalui komputer, tablet, atau ponsel pintar.

2. Melakukan resgitrasi dengan mengisi nama lengkap, alamat E-Mail dan kata kunci yang diinginkan.

3. Melakukan aktivasi akun pada E-Mail yang terdaftar sekaligus persetujuan sebagai domisili elektronik.

4. Melakukan login kedalam aplikasi.

5. Melengkapi data Advokat.12

Pengguna lain yang dapat mendaftar akun adalah pengguna lain perorangan, dan harus memiliki:

1. Kartu Tanda Penduduk, atau 2. Passport.

Kementrian dan Lembaga/BUMN atau Badan Usaha lain milik Pemerintah untuk menjadi pengguna lain harus memiliki:

1. Kartu Tanda Penduduk, atau Surat Keterangan Pengganti KTP 2. Kartu Pegawai

3. Surat Kuasa/Surat Tugas.13

Untuk dapat menjadi pengguna lain Badan Hukum harus memiliki:

1. Kartu Tanda Penduduk, atau Surat Keterangan Pengganti KTP

12 Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 129/KMA/SK/VIII/2019

13 Ibid.

(18)

37

2. Surat Keputusan sebagai Karyawan 3. Surat Kuasa Khusus

Untuk dapat menjadi pengguna lain Kuasa Insidentil harus memiliki:

1. Kartu Tanda Penduduk, atau Surat Keterangan Pengganti KTP 2. Pengganti KTP

3. Surat Kuasa Khusus

4. Ijin Insidentil dari Ketua Pengadilan.14

Selanjutnya Pengguna Terdaftar setelah mendapatkan Taksiran Panjar atau E-SKUM akan mendapatkan Nomor Pembayaran (Virtual Account) sebagai rekening virtual untuk pembayaran Biaya Panjar Perkara.

Setelah dilakukan pembayaran otomatis status dari pendaftaran akan berubah. Pada tahapan pendaftaran perkara sudah selesai berikutnya adalah Pengguna Terdaftar menunggu verifikasi dan validasi yang dilakukan oleh Pengadilan untuk mendapatkan Nomor Pekrara. Pengguna Terdaftar akan mendapatkan E-Mail pemberitahuan dan Tagihan. Pemanggilan secara online tersebut diharapkan dapat diterima seketika pada domisili elektronik yang telah didaftarkan para pihak. Panggilan persidangan bagi pihak yang berdomisili di luar wilayah hukum pengadilan, dapat dilakukan secara elektronik dan surat panggilan tersebut ditembuskan kepada Pengadilan di wilayah hukum tempat pihak tersebut berdomisil untuk dicatat. Penjelasan

14 Ibid.

(19)

38

tersebut terdapat pada Pasal 17 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2019.15

Panggilan elektronik hanya dilakukan kepada Penggungat/Pemohon yang melakukan pendaftaran secara elektronik serta yang memberikan persetujuan secara tertulis, dan tergugat/termohon atau pihak lain yang telah menyatakan persetujuannya secara tertulis untuk dipanggil secara elektronik. Panggilan sidang pun sudah tidak perlu lagi melalui pos atau juru sita, penggugat akan dipanggil secara elektronik, untuk tergugat/termohon untuk pertama kali dipanggil secara manual, lalu untuk proses sidang selanjutnya dapat dilakukan secara elektronik asal disetujui kedua belah pihak. Aplikasi ini juga digunakan untuk memberitahu putusan secara elektronik.

E-Litigasi secara singkat artinya persidangan yang dilakukan secara

elektronik dengan cara melaksanakan persidangan menggunakan laptop atau computer. Cara tersebut diciptakan guna meminimalisir para pihak untuk datang ke kantor pengadilan. Juga mewujudkan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan. Tujuan utama diberlakukan persidangan elektronik adalah untuk memperbaiki penerapa pengadilan yang lebih efektif dan efisien.16

Persidangan elektronik ini bukan sama sekali tidak ada tatap muka di persidangan, tetapi meminimalisir proses tatap muka yang misal

15 https://ecourt.mahkamahagung.go.id/PERMA_01_2019.pdf

16 Nahliya Purwantini, Penerapan E-Litigasi Terhadap Keabsahan Putusan Hakim Di Pengadilan Agama Menurut Peraturan Mahkamah

Agung Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Administrasi Perkara Dan Persdiangan Secara Elektronik, Unisma, Malang, 2020

(20)

39

sebelumnya dilakukan 15 (lima belas) kali menjadi 4 (empat) kali saja.

Tatap muka yang dimaksud setidaknya dilakukan hanya pada tahap Persidangan Pertama, Persidangan Kedua, Verifikasi Bukti Surat, dan Pemeriksaan Saksi atau Ahli jika dibutuhkan. Proses meminimalisir tatap muka sangat terasa pada proses jawab jinawab seperti penyerahan Jawaban, Replik, Duplik, dan Kesimpulan. Jika sebelumnya Para Pihak harus datang ke pengadilan dan menyerahkan dokumen secara fisik kepada Hakim, maka melalui E-Litigation proses tersebut tidak lagi diperlukan.

1.4. Mekanisme Pelayanan E-court

TATA CARA PENDAFTARAN GUGATAN ONLINE

Calon Pengguna terdaftar mengakses

link:

https://ecourt.mahkam ahagung.go.id

Registrasi Pengguna (Ketik Nama, E-mail, dan password

untuk e-court). Buka e-mail dan Aktivasi (Otomatis akun

pengguna terdaftar aktif).

Login dengan memasukan alamat e-mail dan password.

Melengkapi data.

Ketika semua data sudah dimasukan dan di upload maka otomatis akun sudah

terverifikasi

Pengguna terdaftar mendapatkan nomor registrasi pendaftaran

perkara.

Unggah dokumen Surat kuasa bermaterai

Pratinjau biaya perkara dan mendapat Surat kuasa untuk

membayar (E-SKUM).

Mendapatkan rekening virtual accpunt dari Bank.

Lanjut ke metode penyelesaian pembayaran pendaftaran gugatan perkara sesuai nominal panjar biaya

perkara.

(21)

40

2. Peraturan Dasar mengenai Administrasi Perkara dan Persidangan Secara Elektronik

Dasar hukum aplikasi Administrasi Perkara dan Persidangan Secara Elektronik adalah Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Eletronik yang diundangkan pada tanggal 4 April 2018. Peluncuran Administrasi Perkara dan Persidangan Secara Elektronik sendiri dilakukan oleh Ketua Mahkamah Agung (MA) Muhammad Hatta Ali pada tanggal 13 Juli 2018 di Hotel Novotel, Balikpapan, Kalimantan Timur.17

Kemudian apilkasi E-court disahkan oleh Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik dan Aplikasi E-Litigasi selanjutnya disebut PERMA Nomor 1 Tahun 2019. Selanjutnya hadir Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2019 yang memuat tentang administrasi perkara

17 http://pn-ponorogo.go.id/joomla/index.php/berita-pn-ponorogo/202-e-court-informasi.html

(22)

41

dan persidangan secara elektronik membuat para pencari keadilan mendapat kemudhan dalam menyelesaikan perkara. Hal tersebut dimulai dengan disempurnakannya Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 menjadi Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 yang menambah satu fitur bernama e-litigasi.18

Dengan transformasi digital dan adanya e-court dan e-litigasi masyarakat tidak perlu mengeluarkan ongkos ke Pengadilan, membayar uang panggilan kepada para pihak. Begitu pula dengan efisiensi waktu, masyarakat tidak perlu menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukan pendaftaran bahkan persidangan dapat dilaksanakan dari jarak jauh dan dari manapun tanpa harus datang ke Pengadilan.

C. Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan

KUHAP dalam kaitannya dengan proses peradilan yang sekaligus merupakan interpretasi dalam Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman yaitu Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Pasal 2 ayat (4) tentang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa peradilan dilakukan dengan cepat, sederhana, dan biaya ringan. Asas ini menghendaki agar pelaksanaan penegakan hukum di Indonesia berpedoman kepada Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan untuk memberi perlindungan dan kepastian hukum bagi pencari keadilan yang menjalani proses peradilan.19

Sudikno Mertokusumo mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan sederhana dan cepat dalam dunia peradilan menunjuk kepada regulasi atau hukum acara yang jelas, mudah difahami, dan tidak berbelit-belit. Semakin

18 Ibid. hal. 9

19 Andi Hamzah. 2014. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm 10

(23)

42

sedikit formalitas-formalitas yang diwajibkan atau diperlukan dalam beracara di muka pengadilan maka akan semakin baik, sebaliknya terlalu banyak ketentuan formalitas yang sukar difahami atau peraturan-peraturan yang bermakna ganda (dubius) maka akan memungkinkan timbulnya berbagai penafsiran, kurang menjamin kepastian hokum dan menyebabkan keengganan atau ketakutan masyarakat untuk beracara dimuka pengadilan, sedangkan kata cepat menunjuk pada jalannya peradilan yang terlalu banyak formalitas merupakan hambatan jalannya peradilan.20

Demi melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (4) dan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman tersebut21, Mahkamah Agung RI mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik dan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara Dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik. Regulasi sebagaimana disebutkan, dalam subtansinya melahirkan ketentuan mengenai Aplikasi Administrasi Pendaftaran dan Persidangan Elektronik yang diluncurkan secara resmi pada hari Jumat 13 Juli 2018 di Kota Balikpapan, yang menjadi saksi sejarah lahirnya era baru dalam beracara di dunia Peradilan Indonesia.

Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan tercantum dalam Pasal 2 Ayat 4 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyebutkan bahwa:

“Peradilan dilakukan dengan cara sederhana, cepat, dan biaya ringan.”22

20 Lisfer Berutu, Jurnal Ilmiah Dunia Hukum, UNTAG SMG

21 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

22 Muhammad Bakri, “Pengantar Hukum Indonesia,” (Malang: UB Press, 2011), hlm. 148.

(24)

43

Sederhana berarti bahwa penyelesaian dan pemeriksaan perkara dilakukan dengan cara yang efisien dan efektif, dan biaya ringan memiliki arti bahwa biaya perkara yang dapat dijangkau oleh masyarakat atau para pihak pendaftar. Namun dengan adanya asas ini tidak menyampingkan dan kecermatan dalam mencari keadilan di pengadilan.

Dalam Pasal tersebut penulis mengartikan bahwasannya Peradilan harus sederhana yaitu tidak berbelit-belit sehingga tidak mengecewakan para pencari keadilan. Peradilan harus cepat berfungsi menimbulkan keadilan untuk menghindari terjadinya suatu perkara diadili bertahun-tahun dan dilanjutkan kepada ahli waris pencari keadilan. Peradilan harus murah dikarenakan pengadilan merupakan tempat untuk rakyat mencari keadilan, sehingga peradilan harus dilakukan dengan biaya yang ringan dengan tujuan supaya rakyat pencari keadilan dapat membayarknya.

Berdasarkan penjelasan Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang dimaksud dengan sederhana adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efisien dan efektif. Peradilan yang sederhana jangan sengaja dipersulit oleh Hakim kearah proses pemeriksaan yang berbelit-belit sampai jalannya pemeriksaan “mundur terus” dengan berbagai alasan yang tidak sah menurut hukum. Serta yang dimaksud dengan biaya ringan adalah biaya perkara dapat dijangkau oleh masyarakat, sedangkan berkenaan dengan prinsip cepat tidak dijabarkan dalam penjelasan tersebut akan tetapi prinsip cepat itu mengacu pada waktu penyelesaian perkara dimana pemeriksaan

(25)

44

dilakukan dengan cepat artinya pemeriksaan perkara di pengadilan tidak dilakukan dalam waktu yang lama dan berlarut-larut. Keberadaan asas ini dalam pelaksanaan proses peradilan di tingkan pemeriksaan sidang pengadilan tentu untuk menjamin tiga nilai dasar yang menjadi tujuan hukum yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Disamping itu keberlakuan dari asas sederhana, cepat, dan biaya ringan dalam kaitannya dengan proses peradilan ditafsirkan dalam pengertian luas yakni mencakup peradilan dalam aspek pengaturan, kelembagaan, dan proses peradilannya.

Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan merupakan asas yang menjadi acuan dalam pelaksanaan proses peradilan baik perdata maupun pidana. Sebagaimana telah dijabarkan diatas bahwa asas tersebut membawa konsekuensi bahwa jalannya prosedur beracara di pengadilan dilakukan secara efektif, efisien, dan tidak bebelit-belit; tidak memakan waktu yang lama, dan biaya perkara yang harus dibayar oleh para pihak dapat ditanggung oleh pihak yang berperkara.

Secara luas sebagimana dimaksud oleh Amir Hamzah bahwa:

Peradilan tersebut dipandang mulai dari pengaturan, kelembagaan, dan prosedur beracara sehingga dalam hal ini prosedur beracara di pengadilan juga tidak bisa dipandang hanya dimulai ketika hakim memeriksa perkara hingga dijatuhkannya putusan, melainkan harus dilihat dari gugatan didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negeri yang bersangkutan hingga putusan tersebut dijalankan baik secara sukarela maupun dengan paksaan.23

23 Amir Hamzah, Prinsip Hukum Kekuasaan Kehakiman Pada Peradilan Tingkat Banding Dalam Perkara Perdata, Universitas Airlangga, 2012

(26)

45

Untuk mewujudkan prinsip sederhana, cepat, dan biaya ringan dalam peradilan maka perlu dilakukan pembaruan dalam mengatasi hambatan proses penyelenggaraan peradilan, dimana sesuai tuntutan dan perkembangan zaman mengharuskan adanya pelayanan administrasi perkara di pengadilan secara efektif dan efisien sehingga dirasa perlu untuk memberlakukan pelayanan administrasi di pengadilan secara elektronik.

Adapun yang dimaksud adiministrasi perkara secara elektronik adalah serangkaian proses penerimaan gugatan/permohonan, jawaban, replik, duplik dan kesimpulan, pengelolaan penyampaian dan penyimpanan dokumen perkaa perdata/agama/tata usaha militer/tata usaha negara dengan menggunakan sistem elektronik yang berlaku di masing-masing lingkungan peradilan.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Gita (2010), e-filing sebagai suatu layanan penyampaian SPT secara elektronik untuk Orang Pribadi atau Badan melalui internet pada website Direktorat

Adanya konsentrasi kepemilikan publik maka pihak manajemen akan lebih mendapat tekanan dari pihak luar perusahaan atau shareholder untuk lebih tepat waktu dalam penyampaian

memberikan kepastian hukum aset wakaf supaya terlindung dari gugatan pihak ketiga. 47 Kemudian setelah akta ikrar wakaf telah dilakukan sesuai dengan

Jadi dalam proses penyampaian pesan dari satu orang keorang yang lainnya dapat terjadi berdasarkan prosedur komunikasi atau sistem yang diterapkan berdasarkan

Nomor Halaman BAS dari Awal sampai dengan Akhir Bersambung termasuk didalamnya Jawaban, Rekonvensi, Replik, Duplik, Rereplik, Reduplik, Alat Bukti, Kesimpulan, menjadi kesatuan

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai prosedur, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa prosedur adalah suatu urutan langkah-langkah pemrosesan data atau

Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah adalah penyampaian laporan pertanggung jawaban keuangan pemerintah

sesuai dengan fakta sebenarnya (vide Bukti P-1=T-4); --- Menimbang, bahwa berdasarkan uraian Surat Gugatan dan Replik Penggugat dan Jawaban serta Duplik Tergugat,