BAB III TEORI PENUNJANG
III.1. Teori Desain Grafis
1. Pengertian Desain Grafis
Secara estimologis kata desain berasal dari kata designo (Itali) yang artinya gambar (Jervis, 1984). Kata ini diberi makna baru dalam bahasa Inggris pada abad ke‐17, yang dipergunakan untuk membentuk School of Design tahun 1836. Makna baru tersebut dalam praktek kerapkali semakna dengan kata craft, kemudian atas jasa Ruskin dan Morris – duatokoh gerakan anti industry di Inggris pada abad ke‐19, kata ‘desain’ diberi bobot sebagai art and craft:
yaitu paduan antara seni dan keterampilan.1
Pengertian desain dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan konteksnya. Pada awal abad ke‐20, ‘desain’ mengandung pengertian sebagai suatu kreasi seniman untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan cara tertentu pula (Walter Gropius, 1919).
Dekade ini merupakan satu tahap transformasi dari pengertian desain sebelumnya yang lebih menekankan kepada unsur dekoratif dan kekriyaan daripada fungsi.
Pengertian‐pengertian desain yang rasionalis mengalami puncaknya pada tahun 1960‐an, sebagaimana terungkap dalam
1 Agus Sachari & Yan Yan Sunarya, 2002, Sejarah dan perkembangan desain dan dunia kesenirupaan di Indonesia, Penerbit ITB, Bandung.
berbagai pengertian yang diutarakan sebagai berikut : desain merupakan pemecahan masalah dengan satu target yang jelas
(Acher, 1965), temuan unsure fisik yang paling objektif (Alexander, 1963), atau merupakan tindakan dan inisiatif untuk mengubah karya manusia (Jones, 1970).
Inspirasi kebudayaan global dan era perekonomian terbuka pada tahun 1990‐an kala itu, membuat dunia dilanda ‘demam’
kompetisi di semua sector, termasuk desain. Pengertian desain pun mengalami pergeseran‐pergeseran, dan fokus kepada demam kompetisi tersebut, seperti :
• Desain adalah wahana pembantu untuk melaksanakan inovasi pada berbagai kegiatan industry dan bisnis (Bruce
Nussbaum, 1997).
• Desain adalah suatu kegiatan yang memberi makna dunia usaha kearah strategi kompetisi (Lou Lenzi, 1997).
• Desain adalah suatu tindakan yang member jaminan inovasi produk dimasa depan (Ideo, 1997).
Adapun pengertian mengenai desain grafis atau komunikasi visual adalah aktifitas kreatif pada bidang komunikasi tercetak (grafika) atau visual untuk pemecahan masalah komunikasi.
2. Prinsip ‐ Prinsip Desain Grafis
Elemen‐elemen dasar desain tidak dapat berdiri sendiri sebagai tujuan fungsi maupun estetika, karena semuanya merupakan pertalian yang saling berhubungan. Dalam desain diperlukan pengorganisasian semua elemen‐elemen yang ada dalam satu kesatuan atau unit, sehingga desain dapat memberikan kenyamanan dan juga mempunyai jiwa sebagai wujud kedalaman estetika.
Prinsip‐Prinsip Desain terdiri dari proporsi, keseimbangan, kontras, irama, dan kesatuan.
a. Proporsi
Proporsi adalah suatu perbandingan antara unsur‐unsur atau materi yang satu dengan yang lainnya yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk bidang yang akan ditata.
Sebuah proporsi dapat berhubungan dengan sebuah bidang. Pembuatan proporsi yang baik adalah suatu bentuk upaya untuk mencari perbandingan.
b. Keseimbangan
Keseimbangan sering disebut juga balance adalah suatu kesan serasi dan mantap dari unsur‐unsur yang ditata secara tepat pada tempatnya.
c. Kontras
Prinsip kontras adalah menentukan unsur desain untuk menjadi prioritas yang ditonjolkan. Kontras dapat dicapai dengan mengubah ukuran, bentuk arah, warna, nada.
Dalam suatu penampilan ada yang perlu ditonjolkan, kurang ditonjolkan, atau hanya sebagai latar belakang saja. Untuk membedakan penampilan ini, dapat dicapai dengan jalan menampilkan kekontrasan dari pembedaan unsur‐unsur yang ditonjolkan.
d. Irama
Irama atau rytme adalah suatu pengulangan dari unsur‐
unsur yang ditampilkan, misalnya irama dari suatu pola.
Desain akan kelihatan mempunyai nilai hakiki dari suatu peraturan unsur, bila mempunyai irama yang baik. Hubungan unsur‐unsur desain melalui penerapan irama akan mempunyai lay‐out yang mempunyai gaya, tertib, dan konsistensi yang baik.
Irama selalu berhubuhgan dengan repetisi (pengulangan) baik bentuk, ukuran, arah, dan warna. Semuanya harus saling mendukung sehingga membentuk kesatuan atau unity.
e. Kesatuan
Mengelompokan pertalian antara unsur‐unsur desain dalam suatu ruang dengan membentuk irama penempatan, pengulangan adalah upaya mencapai kesatuan, atau lebih
lanjut lagi dapat ditangkap dalam nilai kualitasnya adalah kesatuan hubungan unsur‐unsur.
Menyambung desain yang terpisah agar menjadi satu dapat digunakan beberapa elemen, antara lain : dengan menggunakan garis, titik, teks, serta pengulangan warna.
3. Proses Visualisasi
Dalam pembuatan karya desain, terdapat tiga tahapan proses yang umumnya dilakukan sehingga menghasilkan desain yang efektif, Menurut Michael Kroeger.2
Tiga tahapan proses layout tersebut, adalah:
a. Thumbnails atau Miniatur
Dalam proses desain, hal yang dilakukan oleh para desainer pada awal penciptaan desain adalah membuat thumbnail atau miniatur. Dalam tahap ini desainer dapat
berdiskusi dengan berbagai pihak yang bersangkutan mengenai konsep yang akan dipakai untuk desain tersebut.
Thumbnail adalah sketsa kecil yang digunakan untuk
memperoleh ide dasar seperti key words, sketsa gambar yang akan dibuat. Dengan adanya sketsa kecil ini maka pekerjaan desain tersebut dapat dikerjakan dengan cepat
2 Ensiklopedia wikipedia
dan efisien, karena bila sketsa dibuat besar sesuai dengan asli maka akan memakan waktu dan tenaga.
Bekerja dengan miniatur dapat mempercepat dalam menangkap ide. Dalam proses miniature perubahan susunan gambar atau teks dapat cepat dilakukan. Thumnail berguna untuk pemacu kreatifitas, yang kemudian akan dikenlbangkan dalam tahapan proses berikutnya.
b. Rough atau Sketsa
Dari hasil proses miniatur terbaik, dikembangkan dalam bentuk sketsa kasar atau rough atau semicomps.
Sketsa kasar dibuat dalam ukuran aktual. Sketsa kasar dapat dikerjakan beberapa buah (tidak hanya satu), dengan perbaikan susunan gambar atau teks sampai memperoleh bentuk yang mendekati final. Pada tahap ini harus sudah terlihat bentuk komposisi akhir. Sketsa yang telah dihasilkan dapat dijadikan bahan diskusi antara team dan dapat terus mengalami penyempurnaan.
Sketsa bukan bentuk akhir, karena pada tahap ini masih diperlukan pertimbangan dan penyempurnaan.
c. Comprehensive
Adalah proses visualisasi layout akhir yang sudah mendekati keadaan sebenarnya, baik dari segi format, warna, illustrasi, tipografi, serta kemungkinan teknik cetak yang akan digunakan untuk memproduksi produk cetak.
Komprehensif dapat menolong klien untuk melihat visual iklan yang sesungguhnya. Format, huruf, dan illustrasi serta elemen gratis lainnya sudah ditempatkan pada susunan layout yang benar. Format sudah sesuai dengan ukuran jadi.
Comprehensive setelah selesai dikerjakan kemudian di
print guna dipresentasikan di hadapan klien. Dalam presentasi sebaiknya hasil print diberi frame dan kemudian ditutup dengan kertas lain. Tujuannya adalah agar penampilan desain menjadi lebih baik dan hasilnya terlindung dari kerusakan. Pada saat diskusi dengan klien masih terdapat kemungkinan perubahan‐perubahan.
Komprehensif merupakan tahap akhir dalam proses visualisasi, meskipun demikian koreksi‐koreksi kecil dan perubahan masih dapat dilakukan. Setelah komprehensif disetujui, maka tahap perencanaan berakhir dan tahap produksi dimulai.
d. Artwork atau Gambar Kerja
Artwork sering disebut Finished Artwork atau FA
adalah proses pembuatan gambar kerja yang selanjutnya siap untuk dicetak. Pada FA semua elemen yang dipakai harus sudah pasti, dan warna yang dipilih tidak ada perubahan lagi (warna sudah berupa CMYK). Huruf harus disertakan dalam file dan gambar harus sudah sesuai dengan ukuran sebenarnya. Untuk warna‐warna yang sampai tepi kertas, maka FA warna tersebut harus dilebihkan 2‐3 mm dari lebar kertas, gunanya agar pada saat pemotongan kertas, tidak tersisa warna putih kertas yang tersisa.
4. Elemen‐elemen Rupa
Elemen‐elemen Desain menurut Blanchard3 adalah:
a. Garis atau Line
Terdiri dari unsur titik yang mempunyai peran tersendiri. Bentuk garis bermacam‐macam dan mempunyai karakter yang berbeda‐beda. Dalam Desain Komunikasi Visual garis mempunyai fungsi untuk pemberian aksen sebagai pembatas dan kolom.
3 http://www.allaccess.com
Goresan suatu garis memiliki arti/ kesan sebagai berikut:
1. Garis tegak: kuat, kokoh, tegas dan hidup.
2. Garis datar: lemah, tidur dan mati
3. Garis lengkung: lemah, lembut dan mengarah.
4. Garis patah: tegas, tajam, hati‐hati dan naik turun.
5. Garis miring: sedang, dan menyudutkan.
6. Garis berombak: halus, lunak dan berirama.
b. Bentuk atau Form
Istilah ini digunakan untuk menyatakan bentuk yang tampak dari suatu behda. Bentuk atau form adalah tubuh atau massa yang berisi garis‐garis, garis adalah bagian tepi atau garis pinggir bentuk suatu benda atau biasa disebut kontur benda.
c. Ruang atau Space
Ruang terjadi karena adanya persepsi mengenai kedalaman, sehingga terasa jauh‐dekat, tinggi‐rendah tampak melalui penglihatan.
Ruang dalam memang tidak terlihat, tetapi dapat menjadi nyata dengan adanya benda‐benda serta permukaan
yang membatasi dan menegaskannya (misalnya; patung, pelukis dengan prinsip prespektif).
d. Tekstur atau Texture
Adalah sifat dan kuwalitas fisik dari permukaan suatu bahan. (berkilau, pudar, kasar, kusam) yang dapat diaplikasikan secara kontras serasi, atau berupa pengulangan‐
pengulangan untuk suatu desain.
Selain elemen tersebut di atas, dalam desain grafis juga digunakan bidang putih. Bidang Putih bagaikan ruang untuk bernafas atau istirahat. Bidang Putih dapat diciptakan dengan cara memisahkan gambar‐gambar dan tulisan sehingga semua bagian yang ada dapat dinikmati. Bidang Putih merupakan unsur desain yang penting. Peran Bidang putih dalam desain sama pentingnya dengan huruf maupun gambar yang digunakan
III.2. Teori Tipografi
Typografy berasal dari kata "tipos" (huruf), "grafos" (gambar atau
cukilan), dan "Fz atau Phy" (Ilmu Pengetahuan). Jadi tipografi adalah pengetahuan yang mempelajari tentang huruf.
Tipografi atau huruf mempunyai peranan yang penting dalam desain grafis. Huruf sangat berperan penting dalam keberhasilan suatu
bentuk seni komunikasi visual. Tipografi bukan hanya bagian kecil dalam dunia desain karena typografi juga mampu untuk menjadi inti gagasan dalam komunikasi visual. Karena besar peranannya maka seorang desainer harus mengerti tentang tipografi.
1. Pengelompokan Huruf
Bentuk Struktur Gambar hurufnya
Penggolongan huruf yang dipakai berdasarkan pada bentuk struktur gambar hurufnya, dengan memperhatikan ciri khas yang dimiliki. Huruf dapat dikategorikan menjadi lima kelompok, yaitu :
a. Huruf Roman
Jenis huruf mi mempunyai kait yang berbentuk segitiga, perbedaan antara bagian gambar huruf yang tebal dan yang tipis tidak terlalu menCoiok. Contoh jenis huruf roman adalah; Times New Roman, Garainond.
b. Huruf Bodoni
Huruf ini termasuk jenis modern, gambar hurufnya mempeflihatkan perbedaan yang mencolok antara kait dan batahg huruf. Kaitnya lebih tipis dan lurus menyilang batang hurufnya.
c. Huruf Egyptian
Huruf ini memperlihatkan garis‐garis huruf yang sama tebal, kaitnya berbentuk batang dan balok. Perbedaan bagian‐bagian badan huruf tidak terlalu mencolok. Sifat
hurufnya mempunyai karakteristik dari piramida‐piramida di Mesir.
d. Huruf Sans Serif
Untuk membedakan huruf jenis ini tidaklah sulit. Garis hurufnya sama tebal. Ciri utamanya adalah tidak memiliki kait dan perbedaan‐perbedaan bagian huruf tidak mencolok.
e. Huruf Fantasi atau dekoratif
Jenis pokok huruf ini tidak memiliki ciri khas. Biasanya huruf ini tidak digunakan sebagai huruf teks, tetapi digunakan sebagi unsur dekoratif.
2. Keluarga Huruf
Di dalam kelompok huruf, perlu juga disebut keluarga hurufnya seperti Roman, Garamond, Futura, dan sebagainya. Di samping huruf cetak yang tegak, dalam keluarga huruf terdapat pula huruf yang miring, yang biasa disebut dengan italic atau kursif.
Walaupun terdapat bermacam‐macam variasi huruf, semua jenis huruf disusun di dalam satu keluarga secara terpisah. Misalnya pada huruf Helvetica yang miring, dipisahkan dengan Helvetica tebal, meninggi, dan sebagainya.
Keluarga huruf berarti suatu kelompok huruf dari A sampai Z yang perancangannya bergandengan erat, yang bila disusun kelihatan harmonis satu sama lainnya.
3. Variasi Huruf
Adalah suatu bentuk penampilan yang berbeda‐beda dari jenis huruf tertentu. Dalam keluarga huruf terdapat variasi huruf tebal, setengah tebal, sempit, tipis, terang, lebar, dan sebagainya.
Pengukuan ruang tipografi, yang biasa disebut spasi dalam teknik pengetikan, dibagi menjadi:
a) Kerning, adalah jarak antar huruf b) Word Spacing, adalah jarak antar kata.
c) Leading, adalah jarak antar baris.
(Gambar 03. Batas‐batas huruf) 4. Nama‐nama Batas Huruf Besar dan Huruf Kecil
Terminologi yang umum digunakan dalam penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf antara lain:
a) Baseline
Sebuah garis maya lurus horizontal yang menjadi batas dari bagian terbawah dari setiap huruf besar.
b) Capline
Sebuah garis maya lurus horizontal yang menjadi batas dari bagian teratas dari setiap huruf besar.
c) Meanline
Sebuah garis maya lurus horizontal yang menjadi batas bagian dari bagian teratas dari badan huruf kecil.
d) X‐Height
Jarak ketinggian dari Baseline sampai ke Meanline. X‐
Height merupakan tinggi dari bidang huruf kecil. Cara yang termudah mengukur tinggi huruf kecil adalah dengan menggunakan huruf “x”.
e) Ascender
Bagian dari huruf kecil yang posisinya tepat berada diantara meanline dan capline.
f) Descender
Bagian dari huruf kecil yang posisinya tepat berada dibawah baseline.
III.3. Teori Warna
Warna sangat penting peranannya dalam desain grafis. Dalam pemilihan warna harus hati‐hati sesuai dengan fungsi komunikasi yang akan disampaikan. Warna adalah menunjukkan identitas dari sebuah benda.
Warna dapat digunakan untuk menarik perhatian mata pembaca, dapat menciptakan suatu suasana atau perasaan, dapat sebagai pengikat dalam sebuah layout, menciptakan suasana hati, dan menonjolkan bagian‐bagian yang penting dari apa yang akan disampaikan.
1. Proses Pencampuran Warna
Percampuran warna terbagi menjadi dua, yaitu percampuran warna additive dan warna subtractive.
a. Pencampuran Warna Additive
Percampuran warna primer cahaya (R,G,B) dimana campuran ketiga Warna tersebut akan menghasilkan warna putih. Kombinasi dari dua warna primer akan menghasilkan warna sekunder. (G+B : Cyan, B+R : Magenta, R+G : Yellow).
Prinsip ini diterapkan pada TV, Monitor, Video, Scanner, dll.
b. Pencampuran Warna Subtractive
Adalah warna sekunder dari wama additive. Warna additive dibentuk dari cahaya, sedangkan warna subtractive dibentuk dari pigmen warna. Warna ini terdiri dari cyan,
magenta, yellow, dimana ketiganya bila dipadukan membentuk warna hitam (K = key).4
2. Fungsi Warna
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang fungsi warna dalam desain grafis di dalam Modul Komposisi Pada Desain Komunikasi Visual, yaitu :
a. Fungsi Estetis
Warna mempunyai kekuatan untuk membangkitkan rasa keindahan serta memberikan pengalaman keindahan. Rasa keindahan ini dibangkitkan oleh keharmonisan warna.
b. Fungsi Isyarat
Di antara warna‐warna, ada yang mempunyai kekuatan yang besar dan ada yang mempunyai kekuatan sedang, bahkan ada yang sangat lemah. Warna yang mempunyai kekuatan sangat kuat digunakan untuk menarik perhatian atau peringatan.
c. Fungsi Psikologis
Warna dapat mempengaruhi emosi, perasaan, dan perangai seseorang yang akan mempengaruhi kejiwaannya.
Pembagian warna terletak petda pengaruh psikolbgis yang sangat kuat dalam mempengaruhi emosi seseorang. Warna ‐
4 Anne Dameria, 2004, Color Management, Penerbit Link & Match Graphics, Jakarta.
warna cerah memiliki efek emosional yang tajam dibandingkan dengan jenis warna yang lainnya. Warna ‐ warna cerah menunjtlkkan tendensi emosional yang tinggi. Bahkan memiliki nilai efektif tertinggi dan memperhatikan ungkapan yang tdk tertahankan.
Berbagai aspek dan kualitas dari suatu warna dapat menimbulkan tanggapan emosi tertentu, perbedaan yang paling mendasar adalah adanya gelap dan terang, karena dengan cahayalah kita dapat melihat warna untuk dapat mengekspresikan ide dan ernosi. Warna berkaitan langsung dengan perasaan dan emosi seseorang karena warna dapat dipandang dari segi visual dan kejiwaan. Menurut penelitian secara umum, warna panas merangsang anak ‐ anak, orang primitif, sederhana dan yang bersifat ekstovert. Warna dingin bersifat tenang, introvert, dewasa dan matang. Kesimpulan ini mungkin terlalu empiris dan luas, karena reaksi emosional tidak terlalu mudah untuk di ukur.
d. Fungsi Pengenal
Warna berfungsi sebagai tanda pengenal, sebagai contoh pada gambar peta warna hijau adalah indikasi dari tanah Hat, warna kuning menandai pasir, dan warna biru adalah laut. Pada gambar teknik pengenalannya dilakukan dengan ketentuan
warna yang telah dicapai dengan persetujuan atau peraturan normalisasi keseragaman.
e. Fungsi Pembeda
Warna berfungsi sebagai pembeda.
f. Fungsi Alamiah atau Fisika
Warna menunjukan pengaruh atas kejadian alam semesta dan dunia fana, ada warna yang mengisap cahaya dengan kuat dan ada juga yang daya hisapnya rendah, sifat ini dinamai fungsi alamiah atau fisika warna.
3. Tingkatan Warna
Warna terbagi menjadi 5 tingkatan, yaitu :
a. Warna Primer: Warna cahaya, warna asli atau warna pokok.
b. Warna Sekunder : Campuran aktif dari tiga warna primer.
c. Warna Tersier: Campuran beberapa warna sekunder.
d. Warna Intermediate : Campuran antara dua warna primer dengan warna sekunder.
e. Warna Analogis : Paduan antara warna primer dan warna Intermediate, serta warna sekunder dengan warna Intermediate.
4. Kekuatan Warna
Secara visual, warna mampu memberikan respon secara psikologis pada orang yang melihatnya. Molly E. Holzschlag, seorang
pakar tentang warna, dalam tulisannya “Creating Color Scheme”
membuat daftar mengenai kemampuan masing‐masing warna ketika memberikan respons secara psikologis kepada orang yang melihatnya sebagai berikut:5
Warna Respons Psikologis yang mampu ditimbulkan Merah Kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta,
agresifitas, bahaya.
Biru Kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, perintah.
Hijau Alami, kesehatan, pendangan yang enak, kecemburuan, pembaruan.
Kuning Optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran, kecurangan, pengecut, pengkhianatan.
Ungu Spiritual, misteri, keagungan, perubahan bentuk, galak, arogan.
Orange Energi, keseimbangan, kehangatan.
Coklat Bumi, dapat dipercaya, nyaman, bertahan.
Abu‐abu Intelek, futuristik, modis, kesenduan, merusak.
Putih Kemurnian, suci, bersih, kecermatan, innocent (tanpa dosa), steril, kematian.
5 Adi Kusrianto, 2007, Pengantar Desain Komunikasi Visual, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Hitam Kekuatan, seksualitas, kemewahan, kematian, misteri, ketakutan, ketidakbahagiaan, keanggunan.
III.4. Teori Semiotika
Semiotika dalam dunia desain grafis adalah suatu cabang ilmu komunikasi yang berkenaan dengan pengertian tanda‐tanda/ symbol/
isyarat serta penerapannya. Semiotika menyangkut aspek‐aspek budaya, adat istiadat, atau kebiasaan di masyarakat.6
Semiotika dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Semantik
Semantik berasal dari kata Semanien, dalam bahasa Yunani memiliki arti: berarti, bermaksud, dan meneliti. Dalam dunia desain grafis dapat diartikan, meneliti dan menganalisis makna dalam visual tertentu. Visualisasi dari suatu image merupakan symbol dari suatu makna.
Dalam hal ini, pihak penyampai maupun pihak penerima pesan memiliki dua kemungkinan cara, yakni:
a. Denotatif, dimana memiliki sifat langsung, konkret, jelas dan tersurat. Arti yang pokok, pasti dan terhindar dari kesalahtafsiran.
6 Adi Kusrianto, 2007, Pengantar Desain Komunikasi Visual, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
b. Konotatif, memiliki sifat tidak langsung, maya, abstrak, dan tersirat. Memiliki makna tambahan disamping makna sebenarnya.
2. Sintaktik
Sintaktik berasal dari kata Sintaksis (berasal dari bahasa Yunani:
Suntattein) yang berarti mengatur, mendisiplinkan. Dalam dunia desain grafis sintaktik berkenaan dengan perpaduan, keseragaman dan kesatuan sistem dari bentuk visualnya. Penerapan sintaktik penting untung menjaga citra yang baik dari sebuah rancangan dalam bentuk apapun agar dapat tertanam serta dapat diingat oleh para khalayak.
3. Pragmatik
Pragmatik adalah hubungan fungsional yang berkenaan dengan teknis dan praktis, material atau bahan yang dipergunakan, serta efisiensi yang menyangkut ukuran bahan, warba yang dipergunakan maupun teknik memproduksinya.
III.5. Pengertian Newsletter
Newsletter merupakan alat komunikasi yang digunakan seorang humas dalam memberikan informasi mengenai perusahaan, baik menyangkut produk yang dihasilkan, orang yang terlibat, serta informasi
lain yang dapat membantu publiknya dalam berhubungan dengan urusan bisnisnya. Pembuatan newsletter secara teratur memungkinkan pihak yang terkait untuk mengetahui perkembangan informasi dan keadaan dalam perusahaan.
III.6. Fungsi Newsletter
Newsletter merupakan sebuah media yang banyak digunakan dalam
perusahaan karena memiliki berbagai kegunaan, diantaranya adalah:
• Untuk menyebarkan informasi dan menarik perhatian publik internal dan eksternal terkait keberlangsungan organisasi.
• Upaya perusahaan untuk membangun dan menjaga hubungan baik dengan khalayaknya.
• Membuat publik familier dengan perusahaan tersebut dan
selanjutnya selalu ingin untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan.
• Untuk menunjukkan niat baik dari pihak manajemen organisasi.
III.7. Pedoman Penulisan Newsletter
Untuk menyusun sebuah newsletter yang baik, terdapat hal‐hal yang perlu diperhatikan yaitu:
• Menentukan tema newsletter.
Menentukan kerangkan utama apa yang ingin dibahas dalam newsletter tersebut.
• Menentukan format dari newsletter tersebut.
newsletter saat ini tersedia dalam berbagai bentuk, cetak dan
elektronik. Namun, secara garis besar, format penulisan newsletter mengikuti format penulisan berita dan feature. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah berapa jumlah halaman, apakah akan menggunakan logo, apakah akan dicetak hitam putih atau berwarna perlu dipertimbangkan sehubungan dengan anggaran yang dimiliki perusahaan.
• Menetukan publik sasaran dan tujuan diterbitkannya newsletter.
Mencari apa yang relevan dan sedang dibutuhkan oleh khalayak.
• Menjaga periodisasi penerbitan.
Apakah newsletter tersebut akan diterbitkan setiap minggunya atau setiap bulannya dan berapa kali frekuensinya harus jelas dinyatakan.
• Mengembangkan tulisan dengan data dan informasi mengenai perusahaan.
Memulai tulisan dengan latar belakang yang baik. Latar belakang yang baik memberikan rasionalisasi atas pemilihan tema dan biasanya akan lebih baik jika disertai dengan data empiris.
• Mengutamakan isi terlebih dahulu, baru penampilan.
Dalam sebuah pemberitaan, isi tetap menjadi konten utama. Barulah, penampilan yang disajikan dengan desain yang menarik akan menambah daya tarik khalayak untuk membaca newsletter tersebut.
Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan headline di setiap artikel dan menggunakan caption untuk setiap gambar.
• Membuat paragraf pembuka (lead) yang menarik perhatian khalayak.
Lead yang kuat akan menimbulkan daya tarik yang kuat bagi pembaca untuk membaca keseluruhan isi newsletter Lead yang baik akan mengandung unsur 5W+1H.
• Membedakan informasi dengan cerita.
• Menggunakan sumber terpercaya.
• Mempertimbangkan respons atau tanggapan pembaca.