5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Menurut Undang-undang Nomor I Tahun 1970 dan KMK No. 432 ttg Pedoman Manajemen K3 berisi tentang ‘bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas, setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja terjamin pula keselamatannya, setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien, dan pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat industrialisasi, teknik dan teknologi’.
K3 difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja [3].
Pengistilahan untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja bermacam-macam, ada yang menyebutnya Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.
Adapun Tujuan dari K3 adalah sebagai berikut:
1. Agar setiap tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, maupun psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, selektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dapat dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pegawai/tenaga kerja.
6 2.2 Definisi Bahaya (Hazard)
Bahaya atau hazard adalah suatu sumber yang berpotensi menimbulkan kerugian baik berupa luka-luka terhadap manusia, penyakit, kerusakan properti, lingkungan atau kombinasinya (frank bird - loss control management). Sedangkan menurut OHSAS 18001 hazard adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam hal luka-luka atau penyakit terhadap manusia. [4]
2.2.1 Jenis – Jenis Bahaya
Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Disekitar kita terdapat banyak bahaya-bahaya yang berpotensial untuk mencederai tubuh kita baik cidera ringan maupun sampai cedera fatal. Kita tidak dapat mencegah berbagai bahaya-bahaya tersebut jika kita tidak mengenali bahayanya dengan baik., jenis bahaya diklasifikasikan sebagai berikut [4] :
1. Bahaya Mekanik
Bahaya mekanis adalah bahaya yang disebabkan oleh benda bergerak baik yang digerakan secara manual maupun otomatis. Contohnya seperti gerinda, bor, sinso, dll.
2. Bahaya Listrik
Bahaya listrik adalah bahaya yang disebabkan oleh arus listrik yang dapat menimbulkan kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan pendek arus listrik.
3. Bahaya Fisis
Bahaya fisis adalah bahaya yang berasal oleh faktor kebisingan, getaran, tekanan, exposure cahaya, dan bahaya reruntuhan bangunan.
2.2.2 Sumber Bahaya di Lingkungan Kerja
Umumnya di setiap tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan pekerja [5]. Sumber bahaya bisa berasal dari :
7 1. Manusia
Sebagian besar kesalahan utama dalam kecelakaan disebabkan oleh karyawan akibat kelalaian tersebut menimbulkan kerugian, kerusakan, serta kematian.
2. Bangunan, instalasi, dan peralatan
Bahaya yang disebabkan oleh bangunan karna bangunan yang kurang kokoh dan tidak memenuhi standar persyaratan yang berlaku.
3. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi memiliki risiko bahaya, misalkan bahan baku mudah terbakar dan meledak ditempatkan di ruangan yang suhunya tinggi akan menimbulkan bahaya yang luar biasa.
2.3 Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Control (HIRADC)
HIRADC adalah bagian dari standar OHSAS 18001: 2007 klausul 4.3.1, yang mana organisasi harus menetapkan menerapkan dan memelihara prosedur untuk meramalkan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penentuan kontrol yang diperlukan [6] dan merupakan salah satu elemen kunci untuk mewujudkan tempat kerja yang aman. Dalam penggunaan HIRADC terdapat 3 tiga tahapan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko [7]. Sedangkan yang dimaksud dengan risiko sendiri adalah keadaan yang dihadapi oleh seseorang maupun perusahaan yang merupakan keadaan tidak memiliki kepastian. Keadaan ini sendiri dapat memberikan dampak kerugian dan ketidaksesuaian terhadap rencana yang dibuat, baik waktu maupun biaya [8].
8 2.3.1 Identifikasi Bahaya
Bahaya adalah sesuatu yang dapat menyebabkan cedera pada manusia atau kerusakan pada alat atau lingkungan. Macam-macam kategori bahaya adalah bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya mekanik, bahaya elektrik, bahaya ergonomi, bahaya kebiasaan, bahaya lingkungan, bahaya biologi, dan bahaya psikologi [9].
Bahaya dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan sumbernya yaitu:
1. Fisik, contohnya adalah kebisingan, radiasi, pengangkatan secara manual dll.
2. Mekanik, contohnya adalah seperti part yang bergerak, dan part yang berotasi.
3. Elektrikal, contohnya adalah voltase dan area magnetik.
4. Kimia, contohnya adalah substansi yang mudah terbakar, beracun, dan korosif.
5. Biologis, contohnya adalah virus dan bakteri.
2.3.2 Risk Assessment
Penilaian risiko bertujuan untuk mengetahui risiko bahaya yang dapat ditoleransi atau tidak dapat ditoleransi dan mengetahui tingkat risiko, sehingga dapat dilakukan kontrol. Hasil dari penilaian risiko pada area.
Salah satu cara untuk proses penilaian identifikasi bahaya dan pengendalian risiko adalah sebagai berikut [10]:
1. Tentukan jenis pekerjaan/proses/kegiatan (mengelas, menggerinda, dsb) 2. Buat potensi bahaya & risikonya (bahaya: terkena percikan api, risiko: sakit
mata)
3. Beri penilaian untuk masing-masing kemungkinan terjadi dan tingkat keparahannya. (kemungkinan: sangat jarang (1) X Keparahan : luka ringan (1), bisa dibuat dalam skala 1 s/d 6
4. Buat pemetaan risiko berdasarkan nilai kemungkinan x keparahan (1 X 1) = 1 (low Risk), tingkat resiko bisa dibuat dalam skala 1 (low Risk) s/d 6 (extreme Risk)
5. Buat pengendalian risiko sesuai hirarki pengendalian risiko
9
• Eliminasi (menghilangkan) bahaya
• Substitusi (mengganti) misalnya peralatan atau bahan kimia
• Rekayasa engineering misalnya dengan menambahkan guarding atau penutup
• Pengendalian secara administrasi misalnya pengawasan, pelatihan, rotasi.
• Alat Perlindungan Diri (APD)
2.4 Pengendalian risiko Analisis dan Penilaian resiko
Menurut AS/NZS 4360 (1999) analisis risiko adalah suatu kegiatan sistematik dengan menggunakan informasi yang ada untuk mendeterminasi seberapa besar konsekuensi dan tingkat keseringan suatu kejadian yang ditimbulkan. Analisis risiko adalah kegiatan menganalisis suatu risiko dengan cara menentukan besarnya kemungkinan dan tingkat keparahan dari akibat suatu risiko [11]. Tujuan dilakukannya analisis risiko adalah untuk membedakan antara risiko kecil dengan risiko besar dan menyediakan data untuk membantu evaluasi dan penanganan risiko (AS/NZS 4360, 1999). Ada 3 metode analisis risiko diantaranya :
1. Analisis Kualitatif
Analisis ini menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar kondisi potensial dari kemungkinan yang akan diukur (AS/NZS 4360, 1999). Pada umumnya analisis kualitatif digunakan untuk menentukan prioritas tingkat risiko yang lebih dahulu ditanggulangi.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis ini menggunakan hasil penghitungan numerik untuk masing-masing konsekuensi dan tingkat kemungkinan dengan menggunakan data variasi seperti:
catatan kejadian, literatur, eksperimen,dan lain-lain. Dengan sumber data tersebut analisis memiliki keakuratan tinggi dibandingkan dengan analisis yang lain [11].
3. Analisis Semi Kuantitatif
Metode ini merupakan metode yang menetapkan angka terhadap kemungkinan dan dampak yang didasarkan pada keputusan subjektif. Analisis ini berguna untuk mengidentifikasi dan memberikan peringkat dari suatu kejadian yang berpotensi untuk menimbulkan konsekuensi yang parah, seperti kerusakan peralatan,
10
gangguan terhadap bisnis, cidera pada manusia dan lain sebagainya [11]. Analisis semi kuantitatif mempertimbangkan kemungkinan untuk menggabungkan dua elemen yaitu kemungkinan dan dampak sebagai frekuensi. (AS/NZS 4360, 1999).
Dalam metode analisis semi kuantitatif terdapat 3 unsur yang dijadikan pertimbangan yaitu:
a. Konsekuensi (consequence)
Konsekuensi adalah kejadian yang menimbulkan suatu akibat yaitu adanya kerugian, luka dan sejenisnya yang bersifat merugikan pekerja ataupun sekitarnya.
Tabel 2.1 Konsekuensi
Faktor Kategori Deskripsi Rating
Konsekuensi (consequences)
Noticeable Cidera atau penyakit ringan, memar bagian tubuh, kerusakan kecil, kerusakan ringan dan terhentinya poses kerja sementara waktu tetapi
tidak menyebabkan pencemaran diluar lokasi
1
Important Cidera yang membutuhkan penanganan medis, terjadi emisi buangan, diluar lokasi tetapi tidak
menimbulkan kerusakan
5
Serious Cidera yang serius tapi bukan penyakit parah permanen dan sedikit berakibat buruk bagi
lingkungan
15
Very Serious Cacat atau penyakit yang permanen dan
kerusakan sementara terhadap lingkungan 25 Disaster Kejadian yang berhubungan dengan kematian,
serta kerusakan permanen yang kecil terhadap lingkungan
50
Catastopic Kerusakan yang fatal dan sangat parah, terhentinya aktifitas, dan terjadi kerusakan
lingkungan yang sangat parah
100
Sumber : AS/NZS 4360: 2004
11 b. Kemungkinan (probability)
Diketahui kemungkinan merupakan suatu nilai dari risiko yang terjadi di dalam setiap tahapan pekerjaan atau menggambarkan kemungkinan terjadinnya sebuah kosekuensi. Likelihood atau biasa disebut kemungkinan ini adalah memiliki tingkat rating yang berbeda sehingga dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kemungkinan
Faktor Kategori Deskripsi Rating
Kemungkinan (likelihood)
Practically Imposible
Tidak mungkin terjadi atau sangat tidak
mungkin terjadi 0,1
Conceivable Jarang terjadi (tidak pernah terjadi kecelakaan
tahun-tahun pemaparan,namun bisa saja terjadi) 0,5 Remotely possible Kemungkinan kecil (kejadi yang sangat kecil
kemungkinannya untuk terjadi) 1 Unusually Tidak biasa (mungkin saja terjadi tetapi jarang) 3 Likely Cenderung terjadi (kemungkinan terjadi 50%) 6 Almost Certain Sering terjadi (kejadian yang paling sering
terjadi) 10
Sumber : AS/NZS 4360: 2004
Dalam penentuan tingkat risiko analisis semi kuantitatif maka dilakukan dengan perhitungan perkalian dari variabel kemungkinan dan konsekuensi.
c. Tingkat risiko
Tingkat risiko merupakan besar kecilnya kemungkinan bisa terjadinya risiko atau kekerapan kejadian risiko. Dalam menentukan tingkatan risiko maka perkalian dari rating kemungkinan dan konsekuensi.
12
Tabel 2.3 Tingkat Risiko
Sumber: Risk Management AS/NZS 4360 (2004) 2.5 Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dalam keseluruhan manajemen risiko, dimana pada tahap ini merupakan realisasi dari upaya pengelolaan risiko dalam perusahaan [12].Pengendalian risiko dapat menggunakan hirarki pengendalian risiko. Pendekatan Hirarki Pengendalian (Hierarchy of Control) merupakan pengendalian risiko dengan cara memprioritaskan dalam pemilihan dan pelaksanaan pengendalian yang berkaitan dengan bahaya K3, pengendalian risiko sesuai hirarki pengendalian risiko yaitu :
• Substitusi (mengganti) misalnya peralatan atau bahan kimia
• Eliminasi (menghilangkan) bahaya
• Rekayasa engineering misalnya dengan menambahkan guarding atau penutup
• Pengendalian secara administrasi misalnya pengawasan, pelatihan, rotasi.
• Alat Perlindungan Diri (APD)
13
Tabel 2.4 Pengendalian Risiko
Sumber: Skripsi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sumatera, 2021 Dari tabel 2.4 untuk menentukan pengendalian risiko penulis menggunakan tabel pendekatan hirarki pengendalian terdapat aktifitas pekerjaan pada proyek pembangunan GLT 5 ITERA, variabel risiko yang dapat terjadi pada proyek pembangunan GLT 5 ITERA , menentukan kategori tingkat risiko yang terjadi, merekomendasikan pengendalian, dan menentukan hirarki pengendalian risiko .
No Aktifitas pekerjaan
Variabel Risiko
Kategori Tingkat
Risiko
Rekomendasi Pengendalian
Hirarki Pengendalian Risiko
14 2.6 Job Safety Analysis (JSA)
Pentingnya pembuatan JSA yaitu untuk mengetahui potensi bahaya apa saja yang ada pada setiap aktivitas serta mengetahui pengendaliannya. Bahwa dalam memilih aktivitas pekerjaan untuk dibuatkan JSA yang menjadi prioritas yaitu dari banyaknya kecelakaan kerja yang terjadi dalam sebuah aktivitas atau yang memiliki jumlah kecelakaan kerja yang terbanyak. Tujuan pelaksanaan JSA secara umum adalah untuk mengidentifikasi potensi bahaya di setiap aktivitas pekerjaan sehingga tenaga kerja diharapkan mampu mengenali bahaya tersebut sebelum terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja.Pelaksanaan JSA mempunyai manfaat dan keuntungan sebagai berikut [12]:
1. Memberikan pelatihan mengenai prosedur kerja dengan lebih aman dan efisien.
2. Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja/karyawan baru.
3. Memberikan pre-job instruction pada pekerjaan yang tidak tetap.
4. Melakukan review pada job prosedur setelah terjadi kecelakaan.
5. Melakukan studi terhadap pekerjaan untuk memungkinkan dilakukan improvement metode kerja.
6. Identifikasi pengamanan apa saja yang perlu dipakai saat bekerja.
7. Meningkatkan produktivitas kerja dan tingkah laku positif mengenai safety.
Tabel 2.5 Job Safety Analysis
Job Safety Analysis
Tahap pekerjaan Bahaya Risiko Pengendalian Tanggung Jawab
Sumber : SafeySign.co.id. 2020
15
Pada tabel 2.5 untuk menentukan risiko menggunakan JSA penulis dibutuhkan tahapan pekerjaan dari proyek pembangunan GLT 5 ITERA, menentukan sumber bahaya, risiko yang dapat terjadi dari sumber bahaya tersebut, cara pengendalian risiko, dan penanggung jawab dari setiap risiko yang terjadi.
2.7 Hazops (Hazard and Operability Study)
Hazops merupakan metode untuk mengidentifikasi permasalah dari proses operasional yang dapat mempengaruhi efesiensi produksi keselamatan kerja.
Hazops berfokus pada analisis tersetruktur mengenanai operasi yang berlangsung.
Operability studies merupakan bagian kondisi operasi yang sudah ada dan dirancang namun kemungkinan dapat menyebabkan insiden yang merugikan perusahaan. Beberapa istilah pada Hazops antara lain :
1. Proses yaitu proses apa yang sedang terjadi atau lokasi dimana proses tersebut berlangsung.
2. Sumber Hazard yaitu sumber bahaya yang ditemukan di lapangan.
3. Deviation (penyimpangan) yaitu hal-hal apa saja yang berpotensi untuk menimbulkan risiko.
4. Cause (Penyebab) yaitu sesuatu yang kemungkinan besar akan mengakibatkan penyimpangan.
5. Consequence (Akibat/Konsekuensi) yaitu akibat dari deviation yang terjadi yang harus diterima oleh sistem.
6. Action (Tindakan). Tindakan dibagi menjadi dua kelompok yaitu tindakan yang mengurangi atau menghilangkan akibat (konsekuensi). Sedangkan apa yang terlebih dahulu diputuskan hal ini tidak selalu memungkinkan terutama ketika berhadapan dengan kerusakan peralatan. Namun, pada awalnya selalu diusahakan untuk menyingkirkan penyebabnya dan hanya di bagian mana perlu mengurangi konsekuensi.
7. Severity yaitu tingkat keparahan yang diperkirakan dapat terjadi.
8. Likelihood yaitu kemungkinan terjadinya konsekuensi dengan sistem pengaman yang ada.
9. Risk atau risiko yaitu nilai risiko yang didapatkan dari kombinasi kemungkinan likelihood dan severity.
16 2.8 Fault Tree Analysis (FTA)
FTA merupakan analisis yang digunakan untuk menentukan akar penyebab potensi kegagalan yang terjadi dalam sistem sehingga dapat dilakukan upaya untuk mengurangi produk cacat tersebut [14]. Metode FTA ini efektif dalam menemukan inti permasalahan karena memastikan bahwa suatu kejadian yang tidak diinginkan atau kerugian yang ditimbulkan tidak berasal pada satu titik kegagalan.FTA mengidentifikasi hubungan antara faktor penyebab dan ditampilkan dalam bentuk pohon kesalahan yang melibatkan gerbang logika sederhana. Menurut Priyanta terdapat 5 tahapan untuk melakukan analisa dengan Fault Tree Analysis (FTA), yaitu sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan kondisi batas dari suatu sistem yang ditinjau 2. Penggambaran model grafis Fault Tree
3. Mencari minimal cut set dari analisa Fault Tree 4. Melakukan analisa kualitatif dari Fault Tree 5. Melakukan analisa kuantitatif dari Fault Tree
2.9 Landasan Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Landasan hukum tentang K3 yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka memberikan perlindungan kepada tenaga kerja khususnya dalam keselamatan dan perlindungan tenaga kerja yaitu Sebagai Berikut:
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 1973 Tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 2 tahun 1970 Tentang Pembentukan Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja ditempat Kerja.
5. Peraturan Pemerintah RI No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri.
17 2.10 Risiko Kerja
Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa selama selang waktu tertentu yang mana peristiwa tersebut menyebabkan suatu kerugian baik itu kerugian kecil yang tidak begitu berarti maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari suatu perusahaan [15].
Risiko pada umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainnya. Kerugian tersebut merupakan bentuk ketidakpastian yang seharusnya dipahami dan dikelola secara efektif oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai tambah dan mendukung pencapaian tujuan organisasi. [13]
2.11 Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri adalah peralatan yang harus disediakan oleh instansi, pengusaha untuk setiap pekerjanya (karyawan). Alat pelindung diri merupakan peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh tenaga kerja apabila berada dalam lingkungan kerja yang berbahaya. [14] .
APD dapat menyebabkan rasa ketidak nyamanan membatasi gerakan persepsi sensoris pemakaiannya. Oleh karena itu pengendalian pada lingkungan kerja yang berbahaya harus selalu diusahakan untuk menanggulangi bahaya-bahaya dilingkungan kerja. Untuk itu pengendalian secara teknik teknologi pada sumber bahaya itu sendiri dinilai. Berikut ini tabel 2.1 mengenai APD dan fungsinya sebagai berikut [14] :
Tabel 2.6 Alat Pelindung Diri
No Gambar Keterangan Fungsi
1
Helm Safety
1. Menghindari dari benturan.
2. Melindungi dari runtuhan bangunan/alat bangunan
18
No Gambar Keterangan Fungsi
2
Masker
1. Menghindari paparan debu 2. Menghindari penularan
virus covid 19
3
Sepatu Safety
1. Menghindari tertusuk benda tajam di area proyek 2. Menghindari tertimpa
benda berat 4
Sarung Tangan Safety
1. Melindungi dari zat korosif 2. Menghindari tertusuk
benda tajam
5
Pakaian Pelindung
1. Menghindari exposure panas matahari
2. Menghindari dari radiasi.
6
Rompi Safety
1. Membantu pekerja terlihat jelas waktu malam hari
Sumber : Jurnal Departemen Teknik Industri, Universitas Diponegoro, 2017 2.12 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti atau dievaluasi yang memiliki karakteristik tertentu dari sebuah populasi [16]. Sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik yang dimiliki oleh sebuah Populasi. Jika Populasi tersebut besar, sehingga para peneliti tentunya tidak memungkinkan untuk mempelajari keseluruhan yang terdapat pada populasi tersebut oleh karena beberapa kendala yang akan di hadapkan nantinya seperti:
keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Maka dalam hal ini perlunya menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu Dan selanjutnya, apa yang dipelajari dari sampel tersebut maka akan mendapatkan kesimpulan yang nantinya diberlakukan untuk Populasi. Oleh karena itu sampel yang didapatkan dari Populasi memang harus benar-benar representatif (mewakili) [17].
19 2.13 Jenis Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel mempunyai 2 cara sebagai berikut : A. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini merupakan teknik yang memungkinkan peneliti atau evaluator untuk membuat generalisasi dari karakteristik sampel menjadi karakteristik populasi.
B. Non Probability Sampling
Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi yang dipilih menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel ini diantaranya sampling incidental, sampling bertujuan, sampling bola salju (snowball sampling), dan sampling kuota. Non probability sampling ini tidak bisa digunakan untuk membuat generalisasi.