• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pendekatan bimbingan konseling Islami

Bimbingan dan konseling merupakan alih bahasa dari bahasa inggris yaitu guidance and counseling. Guidance dari akar kata “guide” berarti: mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage), dan menyetir (to steer). Shertzer dan stone mengartikan bahwa bimbingan sebagai “Processs of helping an individual to understand himself and his world (proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya) (Syamsu Yususf &

Juntik , 2005: 6). Counseling secara etimologi berasal dari bahasa latinn yang yaitu Counsiliun yang berati menerima atau memahami. (Masdudi, 2010: 4) .

MTs Khas Kempek merupakan sekolah yang memiliki misi membekali peserta didik dengan ilmu agama dan membentuk kepribadian peserta didik yang bertanggung jawab dalam kehidupan oleh karena itu MTs Khas Kempek bukan hanya sekedar memberikan pembelajaran dan pengajaran sebaik mungkin, melainkan MTs Khas juga mengupayakan untuk membantu para siswa dalam mengatasi hambatan atau permasalahan yang dihadapi. Upaya mengatasi siswa bermasalah di MTs Khas Kempek diserahkan kepada guru BK dengan latar belakang pendidikan yang dirasa sesuai untuk menangani permasalahan siswa. Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukaan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa.

berkenaan Dalam penelitian ini peneliti mencoba mewawancarai Bapak Syaiful Islam selaku guru BK di MTs Khas Kempek

“Saya sudah kurang lebih 3 tahun sekarang ini menjadi guru BK di MTs KHAS ini, Awal mulanya mungkin karena di sini saya sendiri yang lulusan psikologi, kalo yang lain kan kebanyakan agama, matematika, IPS dan lain sebagainya. Tapi saya juga waktu masuk ke sini tidak langsung jadi BK sendirian, waktu setahun pertama saya hanya menjadi staf BK, baru setelah 2 tahun sekarang saya menjadi koordinator BK di MTs KHAS Kempek sendirian”.(Hasil wawancara dengan guru BK di MTs KHAS Kempek, Jum’at 13 Mei 2016)

Menurut penuturan Bapak Syaiful Islam selaku guru BK, beliau merupakan lulusan UIN Jakarta.

Beliau di beri mandat menjadi koordinator BK karena sesuai dengan latar belakang pendidikan yang beliau ambil yaitu Psikologi.

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu.

Makna bantuan di sini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu

51 48

(2)

menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupaannya (Masdudi: 2010). Dalam memaknai BK, Pak syaiful menjelaskan bahwa:

“Bimbingan konseling menurut saya. Klo bimbingan itu membimbing siswa artinya siswa yang pada jalurnyaa atau tidak pada jalurnya, kemudian kita bimbing supaya yang salah menjadi benar dan yang benar tetap benar dan tidak menjadi salah. Itu hanya pengertian secara singkat saja sih. Kalo konseling itu untuk siswa yang bermasalah, kita kasih tahu bahwa kamu masalahnya di sini, silahkan kamu perbaiki. Kemudian kita serahkan keputusan untuk memperbaiki diri mereka sendiri pada siswa bermasalah tersebut. Dia mau memperbaiki atau tidak kita serahkan kepada siswa bersangkutan, sambil kita jelaskan juga jika diperbaiki maka akan jadi seperti apa, begitu juga jika tidak diperbaiki akibatnya akan seperti apa. Karena dalam konseling sendiri kita tidak bisa memaksakan siswa bermasalah tersebut menjadi seperti apa karena tujuan yang ingin dicapai dalam bimbingan konselingkan bukan hanya dalam jangka pendek saja ya mba siswa bisa menyelsaikan masalah tapi jangka panjangnya juga siswa diharapkan menjadi mandiri dan mampu mengatasi problem-problem dalam kehidupanya”.(Hasil wawancara dengan guru BK di MTs KHAS Kempek, Jum’at 13 Mei 2016) Pendapat Pak syaiful tersebut sama dengan yang diungkapkan oleh Prayitno (2004: 185) bahwa hasil dari bimbingan dan konseling salah satunya adalah membuat individu mampu melakukan bimbingan diri sendiri sebagai modal besar tambahan yang akan lebih memungkinkan kesuksesan pendidikan yang dijalani oleh individu itu lebih lanjut. Dengan ungkapan lain Crow & Crow (dalam Prayitno: 2004) mengatakan bahwa bimbingan dan konseling memiliki tujuan khusus ( jangka pendek) dan tujuan khusus (jangka panjang). Tujuan jangka khusus yang segera hendak dicapai (jangka pendek) dalam pelayanan bimbingan dan konseling ialah membantu individu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sedangkan tujuan akhir (jangka panjang) ialah bimbingan diri sendiri. Bimbingan diri sendiri itu dicapai hendaknya tidak melalui bimbingan yang berkelanjutaan, melainkan bimbingan-bimbingan yang telah diberikan terdahulu hendaknya dapat mengembangkan kemampuan klien mengatasi masalah-masalahnya sendiri dan memperkembangkan diri sendiri tanpa bantuan pelayanan bimbingan dan konseling.

Sejauh ini pelaksaanaan Bimbingan dan Konseling di MTs KHAS memang masih dalam tahap pengembangan dan perbaikan. Bimbingan dan Konseling di MTs KHAS sejauh ini masih dilaksanakan disela-sela jam kosong seperti ketika guru Mata Pelajaran tidak bisa hadir maka akan digantikan oleh guru BK, dalam hal ini Pak Syaiful menuturkan:

“..kegiatannya memang belum terprogram ya mba, belum ada jadwal tetap BK masuk kekelas, tapi saya sebisa mungkin mengusahakan untuk masuk ke kelas entah itu hanya sekedar mengkontrol keadaan kelas, atau menggantikan guru Mapel yang tidak hadir sambil

(3)

memberikan motivasi belajar, menceritakan kisah-kisah Nabi atau Sahabat sebagai tauladan atau sekedar berbincang dengan siswa mendengar keluhan siswa” ( Hasil wawancara dengan Pak Syaiful 25 April 2016)

Pendekatan dalam pelaksanaan bimbingan konseling amat sangat dibutuhkan guna memperloeh diagnosis awal mengenai permasalahan yang dihadapi oleh konseli. Menurut Depdikbud (1990:180) Pendekatan diartikan sebagai proses, cara atau perbuatan mendekati. Perbuatan mendekati di sini dikonseptualkan sebagai upaya melakukan komunikasi dengan tujuan tertentu. Mengingat pelaksanaan BK yang masih belum terprogram secara sistematis, maka pendekatan yang dilakukan oleh guru BK adalah melakukan interaksi dan komunikasi dengan siswa di sela-sela jam kosong, waktu istirahat, hal tersebut di lakukan di kelas, atau di ruang BK. Tujuannya selain membuat siswa tahu mengenai keberadaan BK juga menggugah siswa untuk mau berkomunikasi secaraa langsung tanpa paksaan dari siapapun. Berkenaan dengan penerapan pendekatan bimbingan dan konseling yang digunakan di MTs KHAS, Bapak Syaiful Islam menjelaskan bahwa:

“…….Pendekatan yang saya gunakan di MTs KHAS secara umum yaitu pendekatan bimbingan dan konseling Islami. Pertama-tama dengan melakukan pendekatan bimbingan terlebih dahulu, bimbingan dalam arti saya memberikan materi atau pesan-pesan yang bisa menggugah dan memberikan motivasi kepada siswa agar tetap semangat bersekolah dengan padatnya rutinitas dipondok pesantren. Kemudian untuk konseling baru setelah selesai saya memberikan bimbingan yang bersifat preventif, saya mempersilahkan anak-anak kalau mau konseling atau bahasa yang dikenal anak disini sih curhat ya mba, it bisa datang ke ruang BK”. (Hasil wawancara dengan guru BK di MTs KHAS Kempek, Jum’at 13 Mei 2016) Berdasarkan penuturan dari guru BK, pendekatan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru BK dilakukan bertahap, tahap awal pendekatan dilakukan dengan pemberian bimbingan.

Pemberiaan bimbingan tersebut diberikan menggunakan teknik bimbingan kelompok dengan berupa penyampaian informasi, motivasi diri, motivasi belajar, serta pemahaman tentan kenyataan, aturan- aturan dalam kehidupan dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas, serta meraih masa depan dam studi, karir ataupun kehidupan. Setelah pemberian bimbingan, guru BK mempersilahkan siswa siswa untuk menemui guru BK apabila ada permasalahan atau memerlukan bimbingan yang lebih intensif. Pelaksanaan konseling dilakukan setelah pemberian bimbingan tersebut, dengan teknik khusus yaitu dengan pendekatan directive dan non directive.

Menurut Fenti Hikmawati (2010: 190) Konseling direktif (directive counseling), merupakan pendekatan konseling dengan peranan konselor yang lebih aktif, lebih banyak memberikan pengarahan, saran- saran dan pemecahan masalah sedangkan konseling nondirektif (non directive counseling), merupakan pendekatan konseling dengan peranan konselor yang tidak dominan, klien

(4)

berperan lebih aktif. Peranan konselor hanya menciptakan situasi, hubungan baik, mendorong klien untuk menyatakan masalahnya, mendiagnosis, menganalisis, melakukan sintesis, untuk kemudian mencari alternatif atau kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapinya.

Pendekatan yang dilakukan di MTs KHAS dalam pelaksanaan konseling disesuaikan dengan permasalahan siswa. Sekolah sebagai miniatur masyarakat menampung bermacam-macam siswa dengan latar belakang kepribadiaan yang berbeda. Siswa yang mampu menyesuaikan diri akan memunculkan pribadi siswa dengan kesehatan mental yang baik, dalam hal ini ia akan mampu mengenali siapa dirinya, bagaimana lingkungannya dan tetap berusaha menghadapi problem- problem dalam hidupnya dengan tetap berfikir positif. Sama hal nya di MTs KHAS Kempek, kegiatan pondok pesantren yang padat, ditambah dengan kegiatan sekolah serta tuntutan dan tanggung jawab untuk berani dan kuat menjalani aktifitas sehari-hari jauh dari orang tua dan keluarga membuat beberapa siswa mengalami kesukaran atau permasalahan dalam kehidupannya.

Menurut penuturan guru BK mengenai sebab siswa bermasalah di MTs KHAS Kempek adalah sebagai berikut:

“..siswa disini kan wajib mukim di pondok pesantren ya mbak, siswa tentu mengahadapi perbedaan juga ada tuntutan untuk mandiri dari lingkungan pesantren, ditambah lagi berangkat kesekolah mereka juga tetap harus menyesuaikan diri mbak karena teman disekolah juga kan biasanya bukan hanya dari pondok pesantren yang sama. Bisa jadi penyebab siswa bermasalah itu dari dalam dirinya ya mbak, misalkan wataknya, kepribadiannya atau bisa juga dari lingkungannya mba, entah itu lingkungan tempat dia mondok atau lingkungan dirumah sebelum dia menetap dipondok, jadi ya pasti macam-macam permasalahan yang mereka hadapi, Yang saya pahami sih kurang lebih demikian” (Hasil wawancara dengan guru BK Bapak Syaiful Islam di MTs KHAS Kempek, Jum’at 13 Mei 2016)

Penuturan Bapak Syaiful sejalan dengan pendapat Mustaqim & Wahib(2010) yang mengatakan bahwa kehadiran siswa bermasalah bukan tanpa sebab melainkan ada beberapa faktor yang tentu turut serta mempengaruhi yaitu faktor internal dan eksternal: Mustaqim & Wahib menambahkan Faktor internal yang berasal dari dalam individu isa bermula dari adanya kelainan fisik atau kelainan psikis, sedangkan fator eksternal yang berasal dari luar individu bermasalah tersebut bisa berpangkal dari keluarga, pergaaulan, salah asuh atau pengalaman hidup yang tidak menyenangkan.

Seperti yang sudah dituturkan Bapak Syaiful bahwa perbedaan watak, kepribadian dan kemampuan untuk menyesuaikan diri membuat siswa tentu mengalami berbagai kesukaran atau permasalahan. Lebih lanjut berkenaan dengan hal tersebut beliau mengklasifikasikan siswa bermasalah sebagai berikut:

(5)

“Yang biasanya mau konseling itu siswa yang bermasalah, macem-macem ada yang permasalahan pribadi dengan teman dipondoknya atau dikelasnya misalkan mereka datang karena tiba-tiba didiemin sama temenya, atau pernah juga ada yang bermasalah dengan temanya kemudian sudah berusaha meminta maaf tapi temennya itu tidak memberikan respon tetep diem saja. Namanya juga hidup dipondok pesantren ya mbak, jauh dari orangtua dan keluarga jadi biasanya ketidak akuran dipondok itu ya berpengaruh juga nantinya disekolah jadi tidak akur. Selain itu juga ada yang datang karena masalah keluarga seperti contohnya keadaan orangtua yang broken home kemudian mempengaruhi semangat belajar dan membuat anak tersebut menjadi pemaalu dan tidak PD untuk menunjukan kreativitasnya. Ada juga yang datang dengan meminta pendapat mengenai pilihan karir seperti siswa kelas 3 yang biasanya bertanya tentang beberapa pondok pesantren lain seperti lirboyo, al hikmah atau ada juga yang merasa bingung orang tua nyuruhnya tetap dikempek, tapi siswa itu sendiri maunya ke pondok lain.ya kurang lebih seperti itulah mbak masalahnya”. (Hasil wawancara dengan guru BK Bapak Syaiful Islam di MTs KHAS Kempek, Jum’at 13 Mei 2016)

Pernyataan dari guru BK tersebut sama halnya dengan pendapat Djumhur dan Moh Surya (dalam salahudin: 2010) bahwa masalah-masalah individu yang timbul dalam lingkup sekolah dapat diklasifikasikan dalam tiga bidang atau jenis yaitu:

1. Masalah pendidikan yang berkaitan dengan pengajaran atau belajar, seperti misalkan beberpa individu merasakan kesulitan dalam menghadapi kegiatan belajar, atau menyesuaikan diri dengan pelajaran baru, guru baru, lingkungan sekolah baru dan lain sebagainya.

2. Masalah pribadi social yang bercikal bakal dari dalam individu yang berhadapan dengan lingkungannya. Masalah-masalah tersebut memberikan dampak terhadap sikap dan perilaku individu tersebut. Adapun masalah social yang kerap kali dihadapi oleh siswa dalam lingkup sekolah yang bersangkutan dengan hubungan antaraindividu atau hubungan antara individu dan lingkungannya.

3. Masalah pekerjaan (Karir) yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan pemilihan karir.

Misalnya mengenai pemilihan karir yang sesuai dengan kemampuan individu dan cocok untuk dirinya sendiri, atau sulit menyesuaikan diri dalam lingkungan pekerjan, dan lain sebagainya.

Mengingat pentingnya membantu siswa dalam mengatasi permasalahan-permasalahanya guna tercapainya tujuan pendidikan yang seutuhnya membuat guru BK di MTs KHAS sekretif mungkin terus melakukan interkasi dan komunikasi. Karena belum meratanya pemberian layanan BK,

(6)

pengklasifikasian siswa bermasalah di MTs KHAS dilakukan oleh guru BK dengan mengevaluasi siswa-siswa yang pernah melakukan konseling.

B. Implementasi pendekatan bimbingan dan konseling Islami terhadap siswa bermasalah Pendekatan bimbingan dan konseling Islami adalah penerapan suatu teori dasar dalam proses bimbingan dan konseling sebagai cara dalam menyelesaikan masalah. Dalam hal ini teori tersebut adalah teori bimbingan dan konseling Islami yaitu teori bimbingan dan konseling dengan berpedoman pada nilai-nilai yang terkandung didalam Al- qur’an dan Hadits. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh kearah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupaannya.

Diakui oleh guru BK bahwa masih ada hambatan mengenai belum meratanya pelaksanaan layanan BK, tidak semua siswa paham mengenai tugas BK. Akan tetapi usaha-usaha sebagai pendekatan awal pada siswa terus gencar dilakukan dalam bentuk interaksi dan komunikasi dengan siswa bukan hanya di dalam kelas, tapi diluar kelas juga. Guru BK di MTs KHAS Kempek menggunakan pendekatan bimbingan dan konseling Islami dengan menyesuaikan permasalahan yang dialami oleh siswa. Berikut penjelasan berkenaan dengan hal tersebut:

“Kalo disini pendekatan yang saya maknai adalah pendekatan bagaimana caranya saya menyentuh perasaan siswa bermasalah dan menggugahnya untuk tidak sungkan berbagi dan bercerita. Walaupun siswa bermasalah tersebut datang sendiri ada yang bisa leluasa menceritakan ada juga yang bingung mau mengawalinya darimana. Jadi saya harus sekreatif mungkin memberikan stimulus kepada siswa tersebut”. (Hasil wawancara dengan guru BK Bapaak Syaaiful Islam di MTs KHAS Kempek, Jum’at 13 Mei 2016)

Menurut Sofyan Willis (2004: 55) Pendekatan konseling (counceling approach) atau disebut juga teori konseling merupakan dasar bagi suatu praktek konseling. Di MTs KHAS guru BK menerapkan nilai-nilai Islam dalam sebagai penggugah untuk menyemangati siswa agar tetap bersemangat dalam melakukan aktivitas belajarnya. Salah satu landasan konsep bimbingan dan konseling Islami berdasarkan Al Qur’an surat An-Nahl/ 16, ayat 125:

(7)















































Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahuo tentang siapa yang tersesat dari jalan- Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Hikmawati: 2012)

Berdasarkan tafsir atas ayat tersebut Hammdan Bakran Adz-Dzaky mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam bimbingan dan konseling Islami yaitu:

1. Teori Al Hikmah, yaitu teori dengan metode menyampaikan dan mengungkapkan kata- kata yang mengandung hikmah.

2. Teeori Al-Mau’izhoh Al-Hasanah, yaitu teori bimbingan yang digunakan oleh konselor dengan cara mengambil pelajaran yang baik dari perjalanan kehidupan para Nabi, Rasul dan para Auliya Allah.

3. Teori Mujadalah yang baik, yaitu teori yang digunakan pada klien yang sedang mengalami kebimbangan, keresahan atau kebingungan dalam mengambil keputusan, kita bantu dengan metode mujadalah yang baik yaitu kita bimbing mereka dengan menggunakan bantahan dan sanggahan yang mendidik dan menentramkan

Beberapa teori diatas juga diterapkan oleh guru BK dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di MTs KHAS. Berkenaan dengan hal tersebut Pak Syaiful Islam menjelaskan:

“…Biasanya saya menerapkan nilai-nilai Islam dalam setiap bimbingan ataupun konseling yang saya lakukan seperti misalkan menceritakan kisah-kisah nabi,rasul dan para sahabatnya sebagai contoh dan teladan yang baik. Pokoknya saya berusaha membuat siswa tidak bosan dan bagaimana caranya saya bisa menyentuh perasaan para siswa dan membangkitkan semangat belajarnya”. (Hasil wawancara dengan guru BK di MTs KHAS Kempek, Jum’at 13 Mei 2016) Takdir Firman (dalam Salahudin, 2010:100) mengatakan bahwa berbicara mengenai agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya agama Islam. Hal tersebut tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia ke arah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan jiwa manusia agar manusia keluar dari tipu daya setan. Berada

(8)

dalam lingkungan Pondok Pesantren tentu membuat para siswa tetap harus memperoleh muatan nilai-nilai yang terkandung dalam Al Qur’an dan Hadist sebagai usaha pemantapan didunia akademiknya juga. Berikut penjelasan Bapak Syaiful Islami mengenai alasan dan tujuan diterapkannya bimbingan dan konseling Islami di MTs KHAS:

“Mengapa saya menggunakan bimbingan dan konseling Islami itu karena saya berfikir begini ya mba, disinikan mereka siswa disini maksudnya memperoleh suapan-suapan Islam dipondok pesantren, jadi saya berfikir pendekatan dengan menerapkan nilai-nilai Islami akan membuat mereka lebih mudah memahami perihal permasalahan atau kesukaran yang sedang mereka hadapi. Saya berusaha menyentuh perasaan mereka dengan menteladani kisah-kisah perjuangan para nabi dan rasul misalkan saya selalu mengatakan begini kepada anak-anak setiap beban dan masalah yang kamu emban sekarang itu tidak lebih berat daripada apa yang Rassulullah emban dulu. Beliau dengan segala perjuangannya dicaci, dimaki tapi masih tetap berjuang demi agama Islam. Atau kadang begini beberapa referensi dari media social seperti youtube yang bisa sesuai dengan permasalahan atau keluhan yang siswa hadapi ya saya pakai juga biasanya mba”. (Hasil wawancara dengan guru BK di MTs KHAS Kempek, Jum’at 13 Mei 2016)

Hamdan Bakran Adz-Dzaky (dalam Erhamwilda: 2009) mengemuakan Teori- teori dalam bimbingan konseling Islami merupakan landasan berpijak yang benar tentang bagaimana proses konseling dapat dilaksanakan dengan baik, dan menghasilkan perubahan-prubahan yang baik pula untuk klien. Perubahan-perubahan tersebut dapat meliputi cara dan pradigma bepikir, cara menggunakan potensi nurani, cara menggunakan perasan, serta cara bertingkah laku sesuai tuntunan Al Qur’an dan As-sunnah.

Erhamwilda (2014: 117) mengemukakan Bimbingan dan konseling Islami dalam pelaksanaanya tidak bersifat elektik atau tidak terikat dengan hanya menggunakan satu pendekatan saja.

Penggunaan pendekatan dalam bimbingan konseling Islam disesuaikan dengan karakter klien dan permasalahan yang dihadapi oleh klien. Suatu saat konselor dalam proses bimbingan konseling Islami dapat menggunakan pendekatan direktif, pendekatan non direktif, atau konselor dapat memfariasikan kedua pendekatan tersebut (direktif dan non direktif) dalam suatu proses bimbingan dan konseling Islami. Pendekatan directive dalam bimbingan konseling islam yaitu dengan konselor berperan sebagai orang yang banyak memberikan pelajaran dan juga aktif menunjukkan pada klien cara dan langkah penyelesaian masalah yang bisa ditempuh klien. Konselor harus menguasai ayat- ayat dan hadist-hadits yang berhubungan dengan masalah klien kemudian menunjukkan jalan sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Hadist

(9)

Berkenaan dengan implementasi bimbingan dan konseling Islami di MTs KHAS berikut penjelasan dari guru BK:

“…berbeda-beda ya mba stiap masalah saya gunakan metode yang berbeda tergantung pada permasalahanya. Misalkan siswa bermasalah dengan temannya seperti yang tadi saya ceritakan tuh mba, jadi dia itu tiba-tiba didiemin samaa temenya tanpa sebab yang katanya saya ga ngerti pak kenapa tiba-tiba didiemin. Saya harus gimana pak? Untuk masalah seperti itu biasanya saya terlebih dahulu menanyakan sebab awalnya gimana loh ko bisa didiemin apa awalnya?

Kemudian baru saya nasehatin dan kasih saran coba ditegur duluan. Kemudian untuk beberapa masalah juga saya pernah mencoba mempertemukan siswa-siswa yang memiliki masalah demikian untuk ya mendiskusikannya baik-baik”.(Hasil wawancara dengan guru BK Bapak Syaiful Islam di MTs KHAS Kempek, Jum’at 13 Mei 2016)

Penjelasan dari guru BK tersebut dilengkapi dan dibenarkan oleh siswi bermasalah, yang memiliki masalah dengan teman dan sempat meminta di konseling dan dibimbing oleh guru BK.

Berikut pernyataan Fauziyah :

“Waktu itu tuh jadi gini masalahnya tuh mba saya sama temen saya, saya udah minta maaf sih tapi masih aja dijutekin mba engga disekolah engga dipondok. Terus saya mencoba datang ke pak syaiful soalnya kan katanya boleh cerita sama Pak Syaiful kalo ada masalah. Waktu saya datang Pak Syaiful pertamanya nanyain dulu sebabnya apa ada masalah sama temenmu itu, terus saya dinasehatin katanya coba kamu yang tegur duluan, tapi masih tetep aja mba. Jadi Pak Syaiful manggil temen saya itu tuh mba terus dinasehatin kata Pak Syaiful gak baik mendiemkan teman lebih dari 3 hari dalam agama gak boleh terus kata Pak syaiful orang yang memutuskan silaturahmi itu tidak akan masuk surga. Baru setelah itu saya dan teman saya akur lagi mba” (Hasil wawancara dengan Fauziyah, 13 mei 2016)

Berikut pernyataan dari Atiyatul Rabbil bariyah,siswa bermasalah juga yang pernah menemui guru BK untuk konseling karena bermasalah dengan temannya:

“Saya ke Pak Syaiful itu karena ada masalah dengan temen mba. Nggatau tiba-tiba didieimin aja mba. Saya minta solusi ke Pak syaiful. Awalnya pak syaiful Tanya dulu masalahnya apa, sebabnya apa. Terus dinasehatin mba, coba ditegur duluan sama kamu, diajakin ngobrol. Saya ikutin saranya mba. Awaal-awal sih iya gaada perubahan. Kemudian saya ke Pak Syaiful lagi, kata beliau pokonya kamu jangan ikut menjauhi, sabar aja dulu. Ya Alhamdulillah bisa baikan lagi mba” (Hasil wawancara dengan Atiyatul Rabbil bariyah, 14 mei 2016)

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling Bapak Syaiful Islam kerap kali menerapkan pendekatan direktif dan juga non direktif. Seperti halnya dalam permasalahan Fauziyah dan Atiyatul Rabbil Bariyah, beliau menerapkan pendekatan direktif dalam usahanya memberikan bantuan

(10)

kepada siswa tersebut, pendekatan direktif yang dilakukan oleh Pak Syaiful Islam ini pendekatan direktif dalam bimbingan dan konseling Islami dimana konselor lebih banyak berperan sebagai orang yang memberikan pelajaran dan aktif menunjukkan pada klien cara dan langkah penyelesaian masalah yang bisa ditempuh klien.

Berbeda dengan pendekatan yang diterapkan Pak Syaiful pada Fuziyah dan Atiyatul Rabbil Baariyah yaitu pendekatan direktif. Dalam permasalahan yang berbeda Pak Syaiful juga menggunakan pendekatan non direktif.

Berikut keterangan dari Zalfa, siswa bermasalah yang juga pernah menemui guru BK karena adanya permasalahan keluarga:

“Saya udah 2 kali mba ke BK, ya untuk cerita tentang masalah saya. Saya minder mba, trus bingung tuh mba. Saya kan kebetulan suka nulis tapi gak pede aja mba mau ikut lomba karya tulis tuh, percuma keluargaa saya apalagi mamah gak bakalan bangga sama saya, gak setuju.

Inti nya mah kaya gitu masalahnya mba. Pak Syaiful waktu itu ya pertama nanyain masalahnya terus saya ceritain ya mba, ya dikasih saran dan masukan terus juga motivasi sama pak syaiful.

Saya boleh mempertimbangkan mau tidak mengikuti saran bapak. Soalnya kan Pak Syaiful juga kadang kasih informasi tuh mba ini zalfa ada lomba karya tulis ayo coba ikut, tp ya saya fikir- fikir dulu aja jawabnya. Pak syaiful ga memaksakan saya buat ikut “.( Hasil wawancara dengan Zalfa, 14 mei 2016)

Selain Zalfa, berikut keterangan dari Nur Fitriyani yang juga pernah datang ke guru BK untuk melakukan konseling:

“Saya datang ke BK tuh awalnya nemenin temen saya mba, dia ada masalah keluarga, tp orangnya udah ga mondok disini. Terus ya saya coba juga menceritakan kebingungaan saya.

Akan melanjutkan ke mana ya setelah lulus nanti. Orangtua kan nyuruhnya tetep disini,tapi saya pengen ke MAN IC. Saya minta saran baiknya gimana. Kemudian Pak Syaiful memberikan beberapa informasi sebagai bahan evaluasi untuk saya kalo kamu tetep disini nanti begini, kalo di MAN IC nanti begini. Keputusannyaa diserahkan kepada saya sendiri. Pak Syaiful juga bilang klo bisa diobrolkan bersama, dan beliau juga mengingatkan Ridho orang tua itu Ridho Allah”. ( Hasil wawancara dengan Nur Fitriyani,14 mei 20016)

Implementasi pendekatan yang digunakan oleh Pak syaiful diatas adalah merupakan pendekatan non directive yaitu pendekatan dimana klien didorong untuk melakukan Muhasabah (mengevaluasi), merenungkan akan hakekat dirinya dan sikap serta perilakunya saat sekarang. Pendekatan yang digunakan oleh Pak Syaiful adalah dengan memberikan stimulus-stimulus yang membuat siswa bermasalah mampu menyadari mengenai kemampuanya dalam menyelesaikan masalah atau membuat keputusan-keputusan bijak bagi kehidupannya.

(11)

Untuk implementasi pendekatan bimbingan dan konseling Islami sendiri Pak Syaiful menjelaskan bahwa:

“..untuk nilai Islami yang saya terapkan dalam bimbingan dan konseling yaitu tadi mba, saya mencoba menyentuh dan mendekati siswa tersebut dengan menceritakan kisah tauladan nabi, atau mengemukakan potongan ayat Al Qur’an atau Hadits yang memang sesuai dengan permasalahan siswa tersebut”.

Pernyataan tersebut dibenarkan oleh siswa yang melakukan konseling. Berkenaan dengaan hal tersebut berikut penjelasan dari Fauziyah:

..”Iya Pak Syaiful juga memberikan pendapatnya tuh gak sembarangan aja tuh mba, kaya waktu aku konseling itu Pak Syaiful menyebutkan hadits bunyinya lupa, tp pokoknya artinya itu kalo orang yang memutuskan silaturahmi itu tidak masuk surga. Pak Syaiful juga orangya ngertiin masalah remaja, terus bisa dipercaya” .(Hasil wawancara dengan Fauziyah, 13 mei 2016) Selain itu Zalfa juga membenarkan pernyataan Pak Syaiful Islam, mengenai penerapan nilai-nilai Islam dalam proses bimbingan dan konseling:

..”Pak Syaiful kadang memberikan contoh dari kisah perjuangan nabi kaya misalkan yang pernah Pak Syaiful bilang ya mba gini “sudah sabar” , dulu Nabi Muhammad berjuangan demi Agama Islam cobaanya lebi berat, masalahnya lebih banyak lebih rumit. Terus Pak Syaiful juga memberikan pelajaran dari siswa-siswa lain yang pernah konseling sama dia tuh mba” . (Hasil wawancara dengan Zalfa, 14 mei 2016)

Hal demikian juga dibenarkan oleh Nur Fitriyani, yang mengatakan bahwa penerapan nilai-nilai Islam juga disampaikan oleh Pak Syaiful ketika ia melakukan konseling. Berikut penjelasan dari Nur Fitriyani:

“Waktu saya si nilai-nilai Islam iya diterapkan mba, kaya ucapan Pak Syaiful yang mengatakan bahwa Ridho Orangtua itu Ridho Allah. Katanya kamu belajar seenak apapun tempaatnya kalo orangtua tidak meridhoi yaa pasti ada aja yang bikin tidak nyaman atau tidak sreg” .( Hasil Wawancara dengan Nur Fitriyaani, 14 mei 2016)

Hasil yang ingin dicapai dalam suatu proses bimbingan dan konseling Islami bukan hanya sekedar teratasinya permasalahan yang dialami individu melainkan membantu individu menjadi manusia seutuhnya, yang menyadari akan fitranya sebagai manusia yang harus hidup sesuai dengan ajaran agama Islam.

Berikut tujuan bimbingan dan konseling Islami menurut Masdudi (2010: 126) tujuan bimbingan dan konseling Islami secara khusus ialah:

1. Membantu individu agar tidak memiliki masalah

2. Membantu individu menghadapi masalah yang sedang dihadapi

(12)

3. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak menjadi masalah bagi dirinya ataupun orang lain.

Siswa-siswa yang melakukan konseling di MTs KHAS mengaku puas dan merasa nyaman dapat berceritaa kepadaa guru BK, selain karenaa dipondok pesantren yang menjadi figure ayah dan ibu adalah guru, merekaa juga memang membutuhkan orang yang lebih dewasa guna mendiskusikan dan membantu permasalahan yang dihadapi. Berikut penuturan siswa yang sudah beberapa kali datang ke BK untuk meminta bantuan dan saran bagi penyelesaian permasalahan yang dihadapi:

“Saya udah 2 kali ke guru BK, untuk cerita tentang masalah saya. Pak Syaiful enak bahasanya kalo memberi nasehat tuh gampang ditrima, caranya juga engga monoton.(Hasil wawancara dengan Zalfa, 14 mei 2016)

Seinget saya sih saya yang pertama kali berani curhat ke guru BK tuh mba, awalnya kan saya tertarik kalo dengan cara Pak syaiful memberikan bimbingan dikelas. Terus saya coba datang ke Pak Syaifu, enak, terus sarannya tuh menurut saya selalu sesuai dengan yang diarapkan, terus profesonal “.(Hasil Wawancara dengan Atiyatul Rabbil Bariyah, 14 mei 2016)

Dalam prosesnya bimbingan dan konseling Islam bisa menggunakan berbagai pendekatan baik itu bersifat preventif atau kuratif dengan penerapan bimbingan konseling Islami direktif, non direktif atau bisa juga perpaduan dari keduanya, tentunya dengan tetap menerapkan nilai-nilai Islami yang berpedoman dari Al Qur’an dan Hadist sebagai landasan utama dalam proses bimbingan dan konseling tersebut.

Bisa ditarik kesimpulan dari hasil wawancara diatas untuk mencapai implementasi pendekatan bimbingan dan konseling islami, guru BK di MTs KHAS Kempek menerap kan beberapa teknik umum atau teknik dasar dalam konseling1 yaitu:

1. Attending, teknik attending merupakan perilaku menghampiri klien.

2. Empati, merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien.

Seperti penuturan beberapa anak yang pernah melakukan konseling “..Pak syaiful itu enak diajak ngobrol, orangnya ngertiin” (Hasil wawancara, dengan Zalfa, 14 Mei 2016)

3. Eksplorasi, teknik ini digunakan untuk menggali perasaan, fikiran dan pengalaman klien.

Hal tersebut dilakukan oleh guru BK di MTs KHAS dengan menanyakan terlebih dahulu penyebab awal permasalahan dalam setiap konseling yang dilakukan.

4. Mengarahkan (directing), teeknik yang mengajak klien untuk melakukan sesuatu. Hal tersebut dilakukan oleh guru BK dengan memberikan alternative pemecahan dalam setiap

1 Jamal Ma’mur, 2010. Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di sekolah, hlm 209

(13)

permasalahan yang dihadapi oleh siswa, seperti pada permasalahan petemanan, guru BK mengarahkan untuk menccoba menegur terlebih dahulu teman yang mendiamkan, kemudian pada permasalahan karir , guru BK mengarahkan untuk mendiskusikan bersama dengan orangtua.

5. Interpretasi, yaitu teknik untuk mengulas pikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk padaa teori bukan pandangan subyektif konselor. Dalam teknik interpretasi ini guru BK merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an atau hadist- hadist yang sesuai dengan permasalahan siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Bab ini terbagi pada dua sub bab, yang pertama analisa terhadap implementasi fiqh al-awlawiyyah pada prioritas kebutuhan mustahik dalam manajemen distribusi zakat di

 Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan dan/ atau

* Melapor mengenai kendala yang terjadi menggunakan fitur live chat yang ada pada https://kursusvmlepkom.gunadarma.ac.id/, aktif mulai pukul 10 WIB * Harap memperhatikan dengan

12.Antibodi permukaan hanya dihasilkan oleh limfosit B karena limfosit 12.Antibodi permukaan hanya dihasilkan oleh limfosit B karena limfosit  T tidak memiliki gen yang sefamili

Musik pada masyarakat pesisir Sibolga secara umum adalah sikambang dimana sikambang tersebut merupakan kesenian yang bagian pokoknya terdiri dari tari dan musik, yang

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “ Etnobotani Pestisida Nabati di Suku Tengger Bromo Jawa Timur ’’ adalah benar-benar hasil karya saya

Nama Field Jenis Panjang Keterangan KodeBrg Varchar 5 Kode barang NamaBrg Varchar 20 Nama Barang Satuan Varchar 1 1=KG 2=Ton 3=Liter 4=Kubik Master Pengelola

Bahan yang digunakan sebagai variabel percobaan adalah konsentrasi pelarut etanol dan waktu perendaman pada ekstraksi maserasi jahe emprit (Zingiber officinale Rosc.) dan