• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Karet

Struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut (APP, 2008):

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Agiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Havea brasiliensis

Dalam Genus Havea, hanya species Hevea brasiliensis Muell Arg. yang dapat menghasilkan lateks unggul, dimana sebanyak 90% karet alam dihasilakan oleh spesies tersebut. Tanaman karet adalah pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi (Haryanto, 2012).

Secara morfologi organ - organ penting dalam tanaman karet dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.1.1 Akar (radix)

Tanaman karet memiliki system perakaran tunggang dan perakaran serabut. Akar tunggang tanaman karet menembus ke dalam tanah menuju pusat bumi cukup dalam dan kokoh. Oleh karena itu, tanaman karet sangat tahan terhadap kekeringan dan tanaman tidak mudah roboh. Sedangkan akar serabutnya tumbuh

(2)

menyebar secara horizontal yang cukup dalam (Ali, 2007).

2.1.2 Batang (caulis)

Batang merupakan bagian tumbuhan yang amat penting, batang mempunyai tugas:

- Mendukung bagian tanaman tanaman bagian tumbuhan yang ada diatas tanah, yaitu daun, bunga, dan buah.

- Dengan percabangan memperluas bidang asimilasi, dan menempatkan bagian-bagian tumbuhan didalam ruang sedemikian rupa, hingga dari segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan.

- Jalan pengangkutan air zat-zat cadanghan makanan.

- Khusus pada tanaman karet, batang tanaman merupakan sumber produksi lateks.

Tanaman karet meurpakan pohon yang tumbuh tinggi dan bercabang cukup besar. Tinggi pohon dewasa dapat mencapai 15 - 25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus mempunyai percabangan yang tinggi di atas. Batang tanaman mengandung getah yang dikenal dengan naman lateks. Pada tanaman karet titik tumbuh terdapat pada ujung-ujung batang tanaman atau merisistem apical sehingga dengan demikian pertumbuhan batang arah ke atas lebih pesat (Ali, 2009).

2.1.3 Daun (folium)

Daun merupakan suatu organ tumbuhan yang penting, daun biasanya tipis, melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan Klorofil, oleh karena itu daun berwarna hijau. Fungsi utama daun ialah menjalankan sintesis senyawa –senyawa organik dengan menggunakan cahaya sebagai sumber energi yang

(3)

diperlukan, suatu proses yang dikenal dengan fotosintesis. Proses pengubahan energi berlangsung dalam organel sel khusus yang disebut Khloroplas. Tempat penyimpana pigmen klorofil.

Fungsi daun lainnya adalah :

- Pengambilan zat-zat makanan (resorbsi) - Pengolahan zat-zat makanan (asimilasi) - Penguapan air (transpirasi)

- Pernapasan (respirasi)

Daun karet berwarna hijau, apabila akan gugur berubah menjadi warna kuning atau merah, biasanya daun karet mempunyai jadwal gugur daun pada musim kemarau yang disebut dengan musim “trek” (Ali, 2007).

2.1.4 Bunga (flos)

Bunga tanaman karet tergolong bunga berumah dua (monoecious) dan berbentuk bunga majemuk. Pada satu tangkai bunga yang berbentuk majemuk tersebut, terdapat bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukan bunga dapat terjadi secara penyerbukan sendiri maupun penyerbukan silang. Penyerbukan silang dibantu oleh serangga. Bunga betina hanya mengandung putik (pistillum) saja yang merupakan alat kelamin betina yang mempunyai bakal buah (ovarium) yang berisi bakal biji (ovulum) dam sel telur (ovum). Bunga jantan hanya mengandung benang sari (stamen) saja, yang merupakan alat kelamin jantan yang menghasilkan serbuk sari (pollen) yang mengandung inti sperma untuk penyerbukan. putik yang telah diserbuki benang sari, akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji akan menjadi biji (Ali, 2007).

Bunga karet tumbuh dari ranting-ranting yang bersemi selesai gugur daun. Bunga tersusun dalam malai, yang setiap malai atau tangkai bunga tersusun banyak bunga. Bunga itu disebut bunga majemuk. Bunga karet terdiri atas tangkai bunga,

(4)

daun kelopak atau sepal berwarna hijau, daun mahkota berwarna putih kekuningan, benang sari, kepala putik, dan bakal buah. Bunga karet berukuran kecil dan berbentuk bintang (Ali, 2007).

2.1.5 Buah (Fructus)

Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya 3 sampai 6 ruang Garis tengah buah berukuran 3-5 cm, bila buah sudah masak maka akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya, biji yang terlontar kadang terlempar sampai jauh (Ali, 2007).

2.1.6 Biji (semen)

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah, jumlah biji biasanya 3 sampai sesuai sesuai dengan ruangnya. Ukuran biji besar dengan berat sekitar 3,5 sampai 6 gr, bidang pada permukaan perut sedikit agak rata dengan lapisan pelindung biji/testa keras dan berkilat, warnanya coklat kehitaman dengan bercak berpola yang khas pada bagian punggung, tiap klon biji karet mempunyai corak/pola

“batik” yang berbeda sehingga menjadi alat untuk mengidentifikasi setiap klon (Ali, 2007).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Karet

Tanaman keret merupakan tanaman daerah tropis yang tumbuh antara 150 LS sampai dengan 150 LU. Tanaman karet tumbuh dengan optimal di dataran rendah dengan ketinggian 0-200 mdpl. Semakin tinggi letak tempat, pertumbuhannya akan semakin lambat dan hasil lateks menjadi rendah. Ketinggian di atas 600 mdpl, kurang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet (Siagian, 2015).

Menurut Budiman (2012), secara garis besar tanaman karet dapat tumbuh baik

(5)

pada kondisi iklim sebagai berikut: suhu rata-rata harian 28°C (dengan kisaran 25-35°C) dan curah hujan Tahunan rata-rata antara 2500-4000 mm dengan hari hujan mencapai 150 per hari Tahun. Unsur iklim lainnya yang perlu diperhatikan ialah angin. Angin kencang dapat mematahkan tajuk karet. Angin berpengaruh pula terhadap kelembapan sekitar tanaman.

Tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman karet adalah tanah yang bersolum dalam, jeluk lapisan lebih dari 1 meter, dan drainase sedang. Sifat tanah lain yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet adalah memiliki tekstur remah, struktur terdiri dari 35% liat, 30% pasir, dan memiliki kemiringan lahan < 16%.

Tanaman karet toleran terhadap kemasaman tanah. pH tanah ideal untuk pertumbuhan karet adalah 4 - 5,5. pH yang lebih tinggi akan dapat menekan pertumbuhan tanaman karet (Siregar dan Suhendry, 2013). Kunci mempertahankan produktivitas karet untuk tetap tinggi adalah menekan penurunan jumlah tanaman sekecil mungkin. Di beberapa perkebunan di Sumatra Utara, angin termasuk penyebab berkurangnya populasi (Siagian, 2015).

Tabel 2.1 Sifat iklim dalam hubungannya dengan kategori hambatan terhadap pertumbuhan atau produksi tanaman karet.

Parameter Iklim

Kategori Hambatan Terhadap Pertumbuhan atau Produksi

Ringan Sedang Berat

Ketinggian tempat

(mdpl) 0 – 200 200 – 400 >400

Curah hujan

(mm/Tahun) 1.500 – 2.500 2.500 – 3.500 >3.500 -

<1.500

Hari hujan 80 – 100 111– 150 >150

(6)

(hari/Tahun) Hujan pada pagi

hari (hari/Tahun) <15 15 – 30 >30

Rata-rata Bulan

kering per Tahun 2 – 4 1 – 2 atau 4 – 5 0 – 1 atau >5 Pohon rusak

karena angin selama 20 Tahun (%)

<10 11 – 25 >25

Sumber: Sugiyanto, dkk (1998); Istianto (2012).

Berdasarkan tingkat dan jumlahnya hambatan, kelas kesesuaian iklim pada tanaman karet terurai pada Tabel di atas. Perhitungannya merupakan hasil penelitian yang disesuaikan dengan data produksi berbagai kebun beriklim kontras. Perhitungan tabel juga berdasarkan pengujian berbagai jenis klon pada agro ekosistem berbeda.

2.3 Karakteristik Tanaman Karet

Tanama karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 - 20 meter. Modal utama dalam pengusaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter yang mana terdapat pembuluh lateks. Oleh karna itu, focus pengolahan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin (Tim Karya Tani Mandiri, 2012).

Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg) : - Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagian respon tanaman terhadap

kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau).

(7)

Pada saat ini, sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun tumbuh kembali pada awal musim hujan.

- Tanaman karet sistem perakaran yang estesif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klonklon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman.

- Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (Masa TBM 5 tahun) dan sudah mulai dapat di sadap pada awal tahun keenam.

Secara ekonomis, tanaman karet dapat di sadap selama 15 dan 20 tahun.

2.4 Penyakit Pestalotiopsis sp.

2.4.1 Klasifikasi Penyakit

Klasifikasi penyakit gugur daun Pestalotiopsis sp.

Kingdom : Fungi Division : Ascomycota Class : Sordariomycetes Ordo : Xylariales Family : Sporocadaceae Genus : Pestalotiopsis Species : P.microspora

2.4.2 Gejala Serangan

Gejala serangan yang diakibatkan oleh penyakit Pestalotiopsis sp. menunjukkan bercak cokelat pada daun karet dan adanya batas yang jelas antara bagian bercak dengan bagian daun yang masih sehat. Daun yang terinfeksi gugur sebelum waktunya. Daun gugur secara terus-menerus dari bulan Februari hingga Juli.

Penyakit ini menyerang hampir semua tanaman karet dengan intensitas serangan

(8)

ringan sampai berat. Umumnya yang terserang berat adalah tanaman karet yang sudah menghasilkan dan tidak terawat. Serangan pathogen Pestalotiopsis sp.

dapat menurunkan ± 50% produksi tanaman karet.

Penyakit gugur daun yang mengakibatkan daun gugur sebelum waktunya sehingga tanaman karet tampak meranggas, di laporkan telah menyerang tanaman karet di provinsi sumatera Selatan dan Sumatera Utara pada bulan februari 2018 (Ditlinbun, 2018). Penyakit ini biasanya di mulai pada daun muda yang kemudian berkembang menjadi gejala seperti bintik-bintik cokelat di pelepah daun. Infeksi mengembang dan menjadi lesi hitam yang agak memanjang kemudian menyebabkan Gugur daun (Ngobisa et al., 2012).

2.4.3 Pengendalian penyakit a. Secara Kimiawi

Dengan menggunakan alat penghembusan mist blower gendong duster pengasapan belerang pada malam hari. Interval 1 minggu dengan 4 kali aplikasi dan penghembusan dilakukan pada jam 02.00 - 05.00. Aplikasi fungisida berbahan aktif thiophanate methyl dengan dosis 2 ml/l pada daun yang gugur di atas permukaan tanah untuk mengendalikan spora pestalotiopsis sp. Aplikasi fungisida berbahan aktif propikonazol, hexaconazol dengan dosis 5 ml/ltr pada tajuk tanaman sebanyak 3 kali dengan interval 1 minggu. Aplikasi pupuk dengan dosis yang tepat berimbang dan ditambahkan pupuk nitrogen ekstra 25% (Anonim. 2009).

2.4.4 Pengamatan penyakit gugur daun Pestalotiopsis sp.

Metode pengamatan untuk mengetahui intensitas serangan penyakit daun Pestalotiopsis sp. sebagai berikut:

(9)

- Sebelum dilakukan pengamatan, menentukan tanaman sampel sebanyak 25 % dari seluruh tanaman secara acak.

- Pada tanaman dilakukan pengamatan intensitas serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis sp. dengan cara menskoring.

- Kategori skor serangan berdasarkan persentase bagian tanaman yang terserang seperti tampak pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Skala Presentase Serangan Penyakit Gugur Daun Karet Nilai

Skala Tingkat Keguguran Daun (%) Kategori

0 0 % Tidak terserang

1 ≤ 25% Intensitas sangat ringan

2 >25 – 50% Intensitas ringan

3 >50 – 75% Intensitas sedang

4 >75 % Intensitas berat

Sumber: Ditjenbun (2019).

2.5 Klon-klon Introduksi 2.5.1 Klon PB 217

Klon karet PB 217 hasil persilangan dari PB 5/51 x PB 6/9. Memiliki ciri-ciri 3-4 cabang tipe sapu, ranting kecil keluar dari cabang.

a. Pertumbuhan

- TBM : Baik

- TM : Sedang

- Tebal kulit : Sedang b. Sifat Sekunder

- Ketahanan angina : Baik - Kering alur sadap : Sedang

(10)

- Oidium : Peka - Colletotrichum : Resisten - Corynespora : Resisten - Jamur Upas : Resisten 2.5.2 Klon PB 260

KLon karet PB 260 hasil pesilangan dari PB 5/51 x PB 49. memiliki ciri-ciri spesifik klon. Tanaman dewasa percabangan utama kecil dan laterallistik sehingga membentuk tipe percabangan cemara yang jelas. Kebun entres helaian daun tengah oval, urat daun terlihat jelas.

a. Pertumbuhan

- Lilit batang TBM (4 th) : 45 cm - Pertambahan lilit batang TM : 4,3 cm/th - Tebal kulit murni : 6,3 mm b. Sifat skunder :

- Respon terhadap stimulant : Kurang - Ketahanan terhadap angin : Sedang - Ketahanan terhadap KAS : Kurang - Resisten terhadap Oidium : Resisten - Resisten terhadap Colletotrichum : Resisten - Resisten terhadap Corynespora : Resisten - Resisten terhadap Jamur Upas : Sangat Resisten 2.5.3 Klon PB 330

Klon PB 330 hasil persilangan dari klon PB 5/51 x PB 32/36. Memiliki ciri-ciri spesifik klon pada tanaman dewasa batang silindris dan tumbuh lurus, memiliki cabang utama yang kecil, lateralistik dengan tajuk terbuka. Kebun entres helaian daun bertindih, susunan daun payung lebih rapat.

a. Pertumbuhan

(11)

- Lilit batang TBM (4 th) : 47 cm - Pertambahan lilit batang TM : 4,4 cm/th - Tebal kulit murni : 6,5 mm b. Sifat skunder :

- Respon terhadap stimulant : Sedang - Ketahanan terhadap angin : Kurang - Ketahanan terhadap KAS : Sedang - Resisten terhadap Oidium : Resisten - Resisten terhadap Colletotrichum : Resisten - Resisten terhadap Corynespora : Resisten - Resisten terhadap Jamur Upas : Sangat Resisten 2.5.4 Klon PB 340

Klon PB 340 hasil pesilangan dari klon PB 235 x PR 107. Memiliki ciri-ciri spesifik klon pada tanaman dewasa percabangan relatif kecil dan membentuk sudut agak lebar dengan batang. Kebun entres posisi helaian daun terpisah, payung daun renggang dan mata bekas tangkai daun menonjol.

a. Pertumbuhan

- Lilit batang TBM (4 th) : 49 cm - Pertambahan lilit batang TM : 4,1 cm/th - Tebal kulit murni : 6,4 mm b. Sifat skunder :

- Respon terhadap stimulant : Kurang - Ketahanan terhadap angin : Baik - Ketahanan terhadap KAS : Baik - Resisten terhadap Oidium : Resisten - Resisten terhadap Colletotrichum : Resisten

- Resisten terhadap Corynespora : Sangat Resisten - Resisten terhadap Jamur Upas : Resisten

(12)

2.5.5 Klon RRIC 100

Klon RRIC merupakan persilangan dari klon RRIC 42 x PB 85. Memiliki ciri- ciri spesifik klon pada tanaman dewasa pertumbuhan batang agak miring dan bekas tumbuh cabang menonjol. Kebun entres mata bekas tangkai daun terlihat jelas dan besar, kulit batang kasar pada jaringan yang tua.

a. Pertumbuhan

- Lilit batang TBM (4 th) : 50,2 cm - Pertambahan lilit batang TM : 4,6 cm/th - Tebal kulit murni : 6,8 mm b. Sifat skunder :

- Respon terhadap stimulant : Sangat Baik - Ketahanan terhadap angin : Baik

- Ketahanan terhadap KAS : Kurang

- Resisten terhadap Oidium : Sangat Resisten - Resisten terhadap Colletotrichum : Sangat Resisten - Resisten terhadap Corynespora : Resisten - Resisten terhadap Jamur Upas : Resisten

2.5.6 Klon IRR 220

Klon IRR 220 merupakan persilangan dari klon PB 260 x IAN 87. Memiliki pertumbuhan yang jagur pada masa TBM sehingga matang sadap optimal dapat dicapai pada umur 4 – 4,5 tahun.

a. Pertumbuhan

- Lilit batang TBM : 45,7 cm - Pertambahan lilit batang TM : 3.0 cm/thn - Tebal kulit murni : 6,4 mm b. Sifat Sekunder

- Respon terhadap stimulant : Kurang

(13)

- Ketahanan terhadap angin : Sedang - Ketahanan terhadap KAS : Baik

- Resisten terhadap Oidium : Sangat Resisten - Resisten terhadap Colletotrichum : Resisten

- Resisten terhadap Corynespora : Sangat Resisten - Resisten terhadap Jamur Upas : Sangat Resisten 2.5.7 Klon GT 1

Klon Klon GT 1 merupakan hasil seleksi pertama terhadap populasi seleksi pertama populasi segresi wickham, terpilih diperbanyak dengan teknik okulasi sehingga diperoleh klon-klon generasi pertama. Klon ini pertumbuhannya lebih stabil.

a. Pertumbuhan

- Lilit batang TBM : 48,52 cm - Pertambahan lilit batang TM : 4,8 cm/thn b. Sifat Sekunder

- Respon terhadap stimulant : Sedang - Ketahanan terhadap angin : Sedang - Ketahanan terhadap KAS : Rentan - Resisten terhadap Oidium : Agak Rentan - Resisten terhadap Colletotrichum : Agak Rentan - Resisten terhadap Corynespora : Agak Rentan - Resisten terhadap Jamur Upas : Rentan

Gambar

Tabel  2.1  Sifat  iklim  dalam  hubungannya  dengan  kategori  hambatan  terhadap  pertumbuhan atau produksi tanaman karet
Tabel 2.2 Skala Presentase Serangan Penyakit Gugur Daun Karet  Nilai

Referensi

Dokumen terkait

yang disebut ayat adalah sabda Allah, selesai dan lagi telah pasti, tidak bisa meleset, oleh sebab itu seluruh manusia, harus memilih nalar yang baik, melaksanakan

Bagian penting dari sebuah strategi atau kebijakan baru adalah untuk memastikan apakah kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan kebijakan dan tepat sasaran. Oleh karena itu,

Pencucian (washing) dan penyaringan (screening) dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan material-material yang tidak diinginkan yang terdapat di dalam pulp dan dapat

Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Gen BMPR-1B dan BMP-15 pada populasi DEG-Lombok bersifat polimorfik , (2) DEG-Lombok dengan genotipe B+/G+

Peserta lelang wajib melakukan cek FISIK KENDARAAN dan DOKUMEN serta Lokasi Unit Display dengan sebaik baiknya karena kami MENJUAL APA ADANYA WEIGHT KLASIFIKASI SCORE. Tidak

Hasil penelitian ini dapat sebagai masukkan bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dalam pengambilan kebijakan untuk lebih mengoptimalkan peran aktif keluarga

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan

Ragam  bahasa  ini  cukup  beragam, di antaranya ada yang dikenal  dengan  sebutan  bahasa  prokem  dan  bahasa  gaul.  Ragam  bahasa  ini  cukup  menonjol