• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi mendukung perkembangan media massa, hadirnya internet turut pula menghadirkan istilah media online yang membawa ranah baru dalam dunia media massa cetak dan elektronik. Media koran, majalah, buku, radio dan televisi kini bersinergi dengan media online. Bentuk media konvensional kini dapat kita temui dalam bentuk online berupa aplikasi, portal video dan website yang dimiliki oleh masing-masing media. Namun eksistensi bentuk media lama tidak sepenuhnya hilang, penggunaan televisi yang umumnya tidak berbasis internet kini masih menjadi pilihan bagi masyarakat. Televisi bukan lagi menjadi barang langka yang hanya dimiliki keluarga dengan penghasilan tinggi, saat ini sudah banyak keluarga memiliki televisi walaupun masih berbasis televisi analog. Masyarakat masih memilih penggunaan televisi sebagai sumber informasi yang mudah, cepat dan murah. Pemilihan televisi sebagai media yang diteliti karena seperti yang diutarakan Muhammad Nurjamil dalam jurnal penelitiannya (1(1), 2019), televisi mampu menciptakan daya rangsang atau stimulus yang sangat tinggi dibandingkan media massa yang lain.

Kehadiran televisi memberi jangkauan yang luas, dengan adanya penyajian gambar, video dan audio membuat pesan yang ingin disampaikan lebih mudah dipahami. Penggunaannya pun mudah bagi individu yang belum terbiasa dengan teknologi modern. Televisi sebagai salah satu bentuk media massa bertujuan untuk dapat menyampaikan dan memberikan informasi pada individu dalam hal ini khalayak, pesan yang disampaikan dapat berupa sebatas informasi atau bersifat edukasi yang digunakan mempengaruhi khalayak melalui terpaan isi konten media.

Terpaan isi atau konten media massa sejatinya dapat memberikan pengaruh pada khalayak dalam bentuk perubahan sikap, perilaku atau pemikiran. Konten pada media massa televisi dikenal dengan istilah program siaran televisi. Beberapa program siaran televisi yang dapat kita jumpai yaitu program berita, wisata, budaya, program anak, talkshow, sinetron, infotainment, religi dan variety show.

(2)

2

Khalayak dalam menentukan pemilihan media massa sebagai sumber informasi perlu memperhatikan bagaimana media tersebut mengemas isi atau kontennya. Dalam media televisi terdapat salah satu bentuk konten atau program televisi yaitu berita, khalayak atau audien televisi perlu cermat dalam memilih media dan isi dari konten media tersebut. Dalam proses penyajian berita diperlukan keakuratan (Accuracy), keberimbangan (Balance) dan kejelasan (Clarity) dari seorang jurnalis yang membuat sebuah berita (Oramahi, 2015 : 16). Ketiga unsur tersebut diperlukan agar berita yang disampaikan kredibel (Credibility) alias dapat dipercaya. Kredibilitas berita adalah hal penting karena mempengaruhi tingkat kepercayaan dan pemahaman informasi audien. Berita yang tidak kredibel sama artinya dengan media melakukan pembohongan publik secara besar-besaran. Berita televisi pada dasarnya menyampaikan informasi seputar hal-hal yang terjadi di masyarakat atau hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Dalam hal sosial, ekonomi, budaya, agama, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.

Salah satu jenis berita yang diminati masyarakat adalah berita kriminal. Didasari rasa keingintahuan individu atau masyarakat mengenai apa yang terjadi disekitar mereka.

Sepanjang tahun 2021 masyarakat dibuat gempar dengan berbagai pemberitaan kasus kriminal terutama kriminal dalam bentuk kekerasan seksual pada anak dan perempuan. Melansir dari laman resmi CNN Indonesia, salah satu lingkungan yang dianggap aman yaitu sekolah, perguruan tinggi dan pesantren justru mampu menjadi pusat traumatis. Dalam media pemberitaan kekerasan di lingkungan pendidikan, dimulai pada bulan Juni dengan terungkapnya kasus kekerasan seksual yang terjadi kepada 14 anak oleh pelaku pemilik SMA Sekolah Selamat Pagi (SPI), Batu, Jawa Timur. Hingga penghujung tahun terdapat dua kasus kekerasan seksual yang menimpa peserta didik atau murid. Salah satunya yaitu kasus Herry Wirawan yang memperkosa santriwati di Pondok Pesantren Manarul Huda Antapani dan Madani Boarding School, Bandung. Kejahatan tersebut dilakukan sejak 2016, dengan jumlah korban 13 santriwati yang masih dibawah umur. Tidak hanya memperkosa, anak yang dilahirkan oleh korban pemerkosaan tersebut dimanfaatkan untuk mencari dana sumbangan. Hal tersebut

(3)

3

yang membuat masyarakat dan pengadilan merasa perlu menjatuhkan hukuman yang berat pada Herry Wirawan.

Stasiun penyiaran tvOne sebagai salah televisi berita turut aktif menyoroti kasus yang menyeret Herry Wirawan. Dimulai sejak kasus kekerasan seksual tersebut mencuat pada awal Desember 2021 hingga perkembangan terakhir mengenai hasil persidangan yang diterima oleh tersangka Herry Wirawan. Kabid Humas Polda Jawa Barat menyampaikan bahwa laporan kasus tersebut diterima oleh Polda Jawa Barat pada Mei 2021, namun tidak dirilis pada publik dengan sejumlah pertimbangan (tvonenews.com). Kasus kekerasan Herry Wirawan mulai muncul ke publik pada awal Desember 2021. Dalam kasus tersebut pemberitaan berfokus pada sosok pelaku tanpa adanya isi yang memaksa membahas sosok para korban dan keluarga korban. Indonesia memiliki Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, namun bukan berarti undang-undang tersebut dapat mencegah aksi kekerasan seksual pada anak.

Pesantren dibawah naungan Kementrian Agama merupakan bentuk lembaga pendidikan islam tradisional yang kehadirannya juga menjadi basis dakwah islam (Kusdiana, 2014:1). Dalam laman resmi Pangkalan Data Pondok Pesantren Kementerian Agama menyatakan terdapat 27.722 pondok pesantren di Indonesia, dengan jumlah total 4.175.531 santri. Pembelajaran mengenai pengetahuan dasar islam, nilai-nilai islam dan penerapannya menjadikan pesantren basis terbesar pencetakan calon-calon guru agama, kyai atau ulama. Adanya bentuk pondok di pesantren, memberikan akses kepada kyai dan santri untuk berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran dan penerapan islam melalui kehidupan sehari-hari.

Kartodirdjo (1984:223) menyatakan pesantren juga memberikan latihan terhadap cara hidup dan cara berpikir, ketaatan mutlak pada kyai, penerapan disiplin keras dalam kehidupan sehari-hari, dan persamaan serta persaudaraan di kalangan santri merupakan hal yang paling esensial yang banyak diperoleh dari kehidupan pesantren. Dengan ini selama berada dalam pendidikan pesantren, para santi mendapat banyak perubahan secara fundamental yang berkaitan dengan pembentukan struktur kepribadian.

Lembaga pendidikan lain yang menerapkan sistem pondok kepesantrenan atau asrama adalah Islamic boarding school. Sebagai sebuah lembaga pendidikan,

(4)

4

Islamic boarding school menerapkan dua model pembelajaran. Pertama model pembelajaran umum berdasar kurikulum nasional, dan model pembelajaran agama yang berdasar kurikulum kepondokan. Dapat dikatakan boarding school berada di titik tengah antara sekolah formal dan pondok pesantren. Dimana sekolah formal dianggap memiliki porsi kurang dalam pembelajaran, penanaman dan penerapan nilai keislaman. Sedangkan pondok pesantren dianggap cukup kuno dengan porsi pembelajaran umum dan agama yang sangat tidak seimbang. Salah satu Islamic boarding school yaitu SMA Ar-Rosyidah di Kota Magetan. Lembaga pendidikan di Kota Magetan pada umumnya berupa sekolah negeri atau swasta keislaman atau pondok pesantren. Belum cukup banyak lembaga pendidikan berupa Islamic boarding school di daerah Magetan.

Sekolah tingkat menengah Ar-Rosyidah hadir menjadi salah satu Islamic boarding school yang saat ini berkembang. Beroperasi pada tahun 2015 saat ini memiliki 60 siswa yang terbagi dalam tiga tingkatan kelas. Sebagai Islamic boarding school para siswa atau santri tetap mendapat pembelajaran akademik kurikulum nasional dan disertai kurikulum kepondokan. Sedangkan untuk pembelajaran di asrama mereka difokuskan pada penghafalan Al-Qur'an, dengan tujuan mencetak santri sebagai seorang Hafidz atau penghafal Al-Qur'an. Pada kasus berita yang peneliti gunakan pada topik penelitian, baik pondok pesantren Manarul Huda Antapani-Madani Boarding School (2016) dan SMA Ar-Rosyidah Boarding School Magetan (2015) sama-sama menjadi sekolah yang masih tergolong baru. Bahkan bentuk Islamic boarding school tersebut sama-sama berfungsi sebagai tempat pembelajaran dan penghafalan Al-Qur'an. Berdasarkan kesamaan dan, hal tersebut yang membuat peneliti tertarik dan memilih SMA Ar- Rosyidah Boarding School Magetan sebagai sekolah yang menjadi tempat, populasi dan sampel penelitian. Namun penelitian ini berfokus pada orangtua atau wali siswa perempuan, hal tersebut diselaraskan dengan topik permasalahan pada berita yang diangkat. Jumlah siswa di SMA Ar-Rosyidah Boarding School Magetan juga masih tergolong sedikit. Keberadaan SMA Ar-Rosyidah sebagai Islamic boarding school sendiri masih tergolong jarang dijumpai di Kota Magetan, karena masyarakat lebih familiar dengan bentuk pondok pesantren.

(5)

5

Seperti istilah buy one get one, keberadaan pondok pesantren dan Islamic boarding school tetap dianggap sebagai lembaga pendidikan yang paling tepat bagi keluarga muslim. Karena saat ini banyak pondok pesantren yang memberikan porsi pembelajaran umum yang seimbang dengan keagamaan. Keberadaan pondok dan asrama juga turut berperan dalam proses perkembangan perilaku anak. Interaksi intensif bersama teman, guru dan pengurus memberikan pengalaman dan kesempatan seorang siswa dan santri untuk belajar mengelola sikap dan emosional mereka. Keamanan di lingkungan pondok dan asrama juga menjadi perhatian utama orangtua dan santri, dengan sistem ini siswa dan santri dapat 24 jam mendapat pengawasan dari pihak pondok dan sekolah asrama. Namun bagaimana dengan contoh kasus Herry Wirawan yang merupakan pemilik sekaligus pengajar pondok pesantren namun mampu berbuat kekerasan pada santrinya. Tindakan kriminal pada dasarnya memang tidak dapat dibatasi oleh tempat dan siapa sasaran atau korbannya. Begitu pula dengan kekerasan seksual pada anak yang jika dilihat mampu terjadi di lingkungan pendidikan, masyarakat bahkan keluarga. Menurut data yang terdapat pada SIMFONI PPA (Sistem Informasi Online perlindungan Perempuan dan Anak) secara terperinci menunjukan data grafik kasus kekerasan anak dan perempuan. Data yang tercatat pada tahun 2021 menurut waktu pelaporan terdapat 23.054 jumlah kasus, dari jumlah tersebut 14.593 korban merupakan anak- anak dan 9474 kasus merupakan kekerasan dalam bentuk seksual.

Melalui undang-undang anak orangtua, masyarakat, pemerintah dan negara telah memiliki peran yang jelas untuk dapat bekerjasama mengawasi, menjaga dan melindungi anak. Elemen terkuat dalam keluarga adalah orangtua yang sekaligus memiliki peran utama dalam menjaga dan bertanggung jawab akan keamanan, kebutuhan dan tumbuh kembang anak. Keputusan orangtua dalam memilih bentuk pendidikan anak dalam hal ini lembaga pendidikan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan sifat, karakter, perilaku dan pola pikir anak. Masyarakat berperan memberi tantangan serta contoh secara langsung dalam kehidupan bersosial.

Elemen masyarakat juga dapat berperan sebagai controlling pada segala bentuk tindakan dan perilaku anak di lingkungan sosial. Sekolah bertindak sebagai elemen pengawas dan wadah evaluasi anak, karena sekolah juga mengajarkan nilai dan norma dalam masyarakat dan dasar keagamaan yang digunakan sebagai landasan

(6)

6

perilaku. Peran pengawas juga dimiliki pemerintah, untuk dapat menertibkan segala bentuk perilaku anak yang memungkinkan tidak sesuai dengan nilai norma masyarakat dan hukum.

Data pada SIMFONI PPA 2021 menunjukan jumlah kasus dan korban menurut tempat kejadian angka tertinggi pada ruang lingkup keluarga, yaitu 13.580 dan 14.535 kasus. Namun seperti pada kasus yang diteliti, lembaga pendidikan dalam hal ini pondok pesantren juga mampu menjadi wadah kekerasan anak. Masih melihat pada data SIMFONI PPA 2021, korban kekerasan pada anak tertinggi pada rentan usia 13 - 17 tahun, itu berarti anak pada usia perkembangan remaja. Pada usia tersebut dapat dikatakan mereka memasuki masa pubertas dan proses pembentukan identitas diri yang dihadapkan antara pemilihan atau pilihan, terdapat beberapa alasan dimana kita menganggap bahwa memilih identitas dalam kehidupan bermasyarakat kita atau kehidupan bersama dapat lebih sulit daripada dalam ikatan-ikatan kehidupan bersama yang lainnya (Mar’at dan Kartono, 2006 : 48).

Melihat kasus Herry Wirawan apa yang dilakukannya justru merusak proses pembentukan identitas diri anak. Anak yang seharusnya dapat mencoba banyak hal untuk mengetahui sosok diri, justru tertanam traumatis yang mampu mempengaruhi perkembangan psikologis mereka. Dampak tersebut juga diterima oleh orangtua santri, kepercayaan mereka pada lembaga pendidikan pondok pesantren tentunya hancur. Meninggalkan perasaan kecewa dan cemas. Abdul Hayat (2014, 12(1)) dalam jurnal studinya menyimpulkan, kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya. Orang dengan kecemasan dapat merasakan tegang, takut, khawatir, resah, gelisah, gugup, bingung dan perasaan ngeri. Perasaan cemas sejatinya terus ada pada diri orangtua, seperti ketika anak menempuh pendidikan di pondok pesantren. Namun tingkat rasa cemas dapat berubah jika anak mereka berada pada posisi korban kekerasan seksual. Orangtua dengan anak sebagai korban kekerasan seksual juga perlu pendampingan agar tidak tertahan oleh bentuk kecemasan yang dalam kemungkinannya dapat bersifat menahun (jangka panjang).

(7)

7

Berdasar pemaparan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ada atau tidaknya pengaruh terpaan berita televisi terkait kasus kekerasan seksual anak Herry Wirawan di tvOne terhadap tingkat kecemasan orangtua pada anak, dalam hal ini seorang anak perempuan yang sedang menempuh pendidikan sebagai siswa di SMA Ar-Rosyidah Boarding School Magetan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan peneliti, rumusan masalah penelitian ini adalah “Adakah pengaruh terpaan berita televisi terkait kasus kekerasan seksual anak Herry Wirawan di tvOne terhadap tingkat kecemasan orangtua siswa perempuan SMA Ar-Rosyidah Boarding School Magetan?”

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh terpaan berita televisi terkait kasus kekerasan seksual anak Herry Wirawan di tvOne terhadap tingkat kecemasan orangtua siswa perempuan SMA Ar-Rosyidah Boarding School Magetan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan wawasan, sebagai acuan dan literasi informasi bagi Ilmu Komunikasi atau studi ilmu lainnya dalam penelitian selanjutnya, khususnya dalam penelitian yang berhubungan dengan pengaruh terpaan berita suatu media televisi terhadap tingkat kecemasan orangtua.

2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi akademisi dalam mempelajari besarnya pengaruh terpaan berita pada tingkat kecemasan seseorang, serta menjadi bahan evaluasi bagi orangtua, lingkungan sosial masyarakat, sekolah dan pemerintah agar dapat menentukan peran dan aksi yang lebih

(8)

8

tepat dalam menangani kasus kekerasan seksual, sehingga mengurangi kemungkinan dampak jangka pendek maupun panjang terhadap tingkat kecemasan yang dialami orangtua.

Referensi

Dokumen terkait

Keefektifan modul diukur dari: (1) penguasaan bahan ajar peserta didik, dan (2) respon peserta didik. Untuk mengetahui penguasaan bahan ajar peserta didik digunakan

2) pemberian pupuk campuran berpengaruh terhadap parameter pengamatan jumlah buah, bobot buah dan diameter buah; 3) pemberian POC BMW berpengaruh sangat nyata

yang terisolasi pada VLAN yang berbeda di bawah kendali network administrator sehingga peneliti dapat mengontrol lalu lintas mereka sendiri, dan menambah ataupun

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

Dari area bisnis yang ada, ditemukan beberapa hal menyangkut permasalahan yang ada, yaitu: (1) Pihak manajemen dalam melakukan perencanaan penjualan dan produksi memperoleh data dari

Hasil uji reliabilitas instrumen variabel motivasi belajar (Y) akan diukur tingkat reliabilitasnya berdasarkan interpretasi reliabilitas yang telah ditentukan pada

tidak dapat mengukur non-perform dari suatu kredit padahal terdapat variabel total loans dalam perhitungan efisiensi; investor di Indonesia masih berorientasi short term

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR