• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN HASIL TES POTENSI AKADEMIK SISWA KELAS XII SMA NEGERI 21 MAKASSAR TAHUN AJARAN 2017/2018 OLEH : Nurul Hasanah C111 14 033 Pembimbing : dr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "(1)HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN HASIL TES POTENSI AKADEMIK SISWA KELAS XII SMA NEGERI 21 MAKASSAR TAHUN AJARAN 2017/2018 OLEH : Nurul Hasanah C111 14 033 Pembimbing : dr"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN HASIL TES POTENSI AKADEMIK SISWA KELAS XII SMA NEGERI 21 MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2017/2018

OLEH : Nurul Hasanah

C111 14 033

Pembimbing :

dr. Muhammad Yunus Amran, Ph.D., Sp.S

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

MAKASSAR 2017

(2)

ii

MAKASSAR TAHUN AJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Ditujukan Kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

Nurul Hasanah C111 14 033 Pembimbing:

dr. Muhammad Yunus Amran, Ph.D., Sp.S

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

MAKASSAR 2017

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Nurul Hasanah

NIM : C111 14 033

Tempat & tanggal lahir : Sinjai, 8 Maret 1996 Alamat tempat tinggal : Kompleks Unhas Antang Alamat email : nurulhasanah033@gmail.com

HP : 08124146530

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Hasil Tes Potensi Akademik Siswa Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar Tahun Ajaran 2017/2018” adalah hasil pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat, atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Makassar, 27 November 2017 Yang Menyatakan,

Nurul Hasanah

(7)

vii

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan izinNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Hasil Tes Potensi Akademik Siswa Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar Tahun Ajaran 2017/2018”.

Shalawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, Nabi terakhir, suri tauladan dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Akhlaknya begitu mulia sehingga membuka pintu cahaya hidayah bagi banyak orang. Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, peneliti telah banyak menerima bimbingan, bantuan, serta saran-saran yang berharga dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pimpinan dan staf Universitas Hasanuddin dan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Hasanuddin

2. dr. Muhammad Yunus Amran, Ph.D, Sp.S, selaku pembimbing dalam proses penyusunan proposal hingga penyusunan skripsi ini yang telah meluangkan waktunya dalam pembimbingan, memberi motivasi, serta saran dan kritik yang membangun.

3. Dr.dr. Susi Aulina, Sp.S (K) dan Dr. dr. Jumraini Tamasse, Sp.S selaku penguji pada proposal penelitian dan seminar akhir, atas saran dan masukannya.

4. Kepala Sekolah SMA Negeri 21 Makassar beserta guru-guru dan siswa-siswi yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

5. Seluruh keluarga dan dosen-dosen penulis yang juga telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Semua pihak yang mungkin tidak sempat penulis sebutkan satu per

(8)

viii

Penulis juga memohon maaf bila masih terdapat kesalahan dalam pembuatan skripsi ini, karena penulis hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.

Saran dan masukan yang membangun diharapkan demi menunjang proses belajar untuk jadi lebih baik.

Alhamdulillahhirobbil aalamiin

Makassar, 27 November 2017

Penulis

(9)

ix

UNIVERSITAS HASANUDDIN NOVEMBER, 2017

Nurul Hasanah, C111 14 033

dr. Muhammad Yunus Amran, Ph.D., Sp.S

Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Hasil Tes Potensi Akademik Siswa Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar Tahun Ajaran 2017/2018

(xviii + 65 halaman + lampiran)

ABSTRAK

Latar Belakang : Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk dalam kebutuhan fisiologis. Kualitas tidur adalah kondisi baik atau buruk dari kebiasaan tidur seseorang. Kondisi kurang tidur banyak ditemui dikalangan remaja baik pelajar ataupun mahasiswa yang nantinya bisa menimbulkan efek, seperti gangguan kesehatan, energi, suasana hati, daya ingat, daya pikir dan berkurangnya konsentrasi belajar. Hal ini membuktikan bahwa tidur memiliki peranan penting dalam kehidupan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan pencapaian hasil tes potensi akademik pada siswa kelas XII SMA Negeri 21 Makassar.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan penelitian analitik observasional dengan desain belah lintang (cross sectional). Total responden sebanyak 116 orang yang dipilih dengan menggunakan teknik probability sampling yaitu simple random sampling. Data kualitas tidur diambil dengan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan hasil tes potensi akademik diukur dengan melihat pencapaian atau hasil yang diperoleh dari soal tes potensi akademik yang diberikan yaitu dinilai oleh peneliti. Pada akhir penelitian dilakukan uji statistik chi-square dengan program IBM Statistical Product for Social Science (SPSS) versi 22.0®untuk mengetahui hubungan kedua variabel.

(10)

x

Berdasarkan uji chi-square didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) dan uji korelasi didapatkan cukup (r = 0,455).

Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan hasil tes potensi akademik pada siswa kelas XII SMA Negeri 21 Makassar.

Kata Kunci : Kualitas tidur, hasil tes potensi akademik, remaja.

(11)

xi

HASANUDDIN UNIVERSITY NOVEMBER, 2017

Nurul Hasanah, C111 14 033

dr. Muhammad Yunus Amran, Ph.D., Sp.S

Correlation between sleep qualities with result of academic potential test of 3rdyear students at SMA Negeri 21 Makassar Academic year of 2017/2018

(xviii + 65 pages + attachment)

ABSTRACT

Introduction: Sleep is one of human basic needs included in physiological needs.

Sleep quality is a good or bad condition of one's sleeping habits. Sleep deprivation conditions are found among teenagers either students or students who later can cause effects, such as health problems, energy, mood, memory, thinking power and reduced learning concentration. This proves that sleep has an important role in life. Therefore, this study was conducted to determine the relationship between the qualities of sleep with the achievement of academic potential test results in 3rd year students at SMA Negeri 21 Makassar.

Method: This study used observational analytic research with cross sectional design. A total of 116 respondents were selected using a probability sampling technique, simple random sampling. Sleep quality data taken using a Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire and academic potential test result measured by the achievement or the results obtained from the academic potential test questions given by the investigators. At the end of the study, a chi-square statistical test was conducted to determine the relationship between two variables using SPSS version 22.0® of Statistical Analysis for Social Science (SPSS).

(12)

xii

and got enough correlation (r = 0,455).

Conclusion: There is correlation between sleep qualities with result of academic potential test of 3rdyear students at SMAN 21 Makassar.

Keywords: Sleep quality, academic potential test result, juvenile.

(13)

xiii

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSETUJUAN CETAK ...v

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

ABSTRAK ...ix

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xvi

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...4

1.3. Tujuan Penelitian ...4

1.4. Manfaat Penelitian ...5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur...7

2.1.1 Definisi...7

2.1.2 Manfaat Tidur...8

2.1.3 Tahapan Tidur Normal...9

2.1.4 Siklus Tidur...11

2.1.5 Mekanisme Tidur ...15

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur ...18

2.2. Kualitas Tidur...20

2.2.1 Definisi...20

(14)

xiv

2.3. Tes Potensi Akademik ...26

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pada Remaja ...28

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Ujian ...29

2.6. Hubungan Kualitas Tidur dengan Hasil Tes Potensi Akademik...30

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Teori...34

3.2. Kerangka Konsep ...35

3.3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ...36

3.4. Hipotesis Penelitian...38

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian...39

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ...39

4.3. Variabel Penelitian ...39

4.4. Populasi dan Sampel ...40

4.5. Instrumen Penelitian...42

4.6. Prosedur Penelitian...42

4.7. Cara Pengumpulan Data...44

4.8. Pengolahan dan Analisa Data ...44

4.9. Etika Penelitian ...45

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Deskripsi Umum Penelitian ...46

5.2. Analisis Univariat...46

5.2.1 Karakteristik Responden ...47

5.2.2 Gambaran Kualitas Tidur Siswa-Siswi kelas XII SMA Negeri 21 Makassar ...47

5.2.3 Gambaran Hasil Tes Potensi Akademik Siswa-Siswi kelas XII SMA Negeri 21 Makassar...48

5.3. Analisis Bivariat...48

(15)

xv

5.3.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Hasil Tes Potensi Akademik Siswa-Siswi kelas XII SMA Negeri 21 Makassar ...50 5.3.3 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Hasil Tes Potensi

Akademik Siswa-Siswi kelas XII SMA Negeri 21 Makassar...51

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Pembahasan Penelitian...52 6.2. Keterbatasan Penelitian...58

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ...60 7.2. Saran...60

DAFTAR PUSTAKA ...62 LAMPIRAN

(16)

xvi

Gambar 2.1. Tahap-tahap Siklus Tidur ...14 Gambar 3.1. Kerangka Teori...34 Gambar 3.2. Kerangka Konsep ...35

(17)

xvii

Tabel 2.1 Komponen dan Nomor Pertanyaan Kuesioner PSQI... 28 Tabel 5.2.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

dan Indeks Massa Tubuh...47 Tabel 5.2.2 Distribusi Gambaran Kualitas Tidur Siswa-siswi kelas XII

SMA Negeri 21 Makassar ...48 Tabel 5.2.3 Distribusi Gambaran Hasil Tes Potensi Akademik Siswa-siswi

kelas XII SMA Negeri 21 Makassar ...48 Tabel 5.3.1 Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Hasil Tes Potensi

Akademik ...49 Tabel 5.3.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Hasil Tes Potensi

Akademik ...50 Tabel 5.3.3 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Hasil Tes

Potensi Akademik ...51

(18)

xviii

Lampiran 1 Jadwal Penelitian Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Rekomendasi Etik Lampiran 4 Surat Rekomendasi Persetujuan Etik

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 6 Lembaran Persetujuan (Informed Consent) Mengikuti Penelitian Lampiran 7 Kuesioner Penelitian

Lampiran 8 Skoring Kuesioner Penelitian Lampiran 9 Soal Tes Potensi Akademik Lampiran 10 Data Induk Hasil Penelitian Lampiran 11 Data Hasil Uji Statistik Lampiran 12 Lembar Persetujuan Judul Lampiran 13 Lembar Persetujuan Proposal Lampiran 14 Lembar Persetujuan Hasil Lampiran 15 Dokumentasi Penelitian Lampiran 16 Biodata Penulis

(19)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan setiap orang untuk memulihkan kondisi tubuh sehingga dapat mengembalikan stamina tubuh dalam kondisi yang optimal (Nilifda dkk., 2016). Tidur dapat mempengaruhi bagian- bagian tertentu dari otak, terutama lobus frontal. Lobus frontal berfungsi mengontrol membuat keputusan, rencana untuk masa depan dan menghambat perilaku yang tidak diinginkan secara sosial. Selain itu, tidur memiliki fungsi yang sangat penting terutama dalam proses konsolidasi memori, belajar, pengambilan keputusan, dan berpikir kritis. Hal-hal tersebut sangat diperlukan untuk operasi yang optimal dari fungsi kognitif terkait dengan keberhasilan dalam bidang akademik dan sosial (Nastity, 2015). Di dunia yang sibuk sekarang ini, tidur yang baik merupakan salah satu prioritas dari manusia. Efek dari tidur yang kurang secara kualitas maupun kuantitas bervariasi, bukan hanya menyebabkan perasaan tidak menyenangkan, tetapi juga memiliki efek yang bervariasi pada mood individu, bagaimana performa individu dalam pekerjaan maupun sekolah, sampai dengan kemampuan individu mengendarai kendaraan bermotor (Japardi, 2002).

Tes potensi merupakan salah satu bentuk pengukuran terhadap kemampuan abilitas kognitif potensial umum yang dirancang khusus guna memprediksi peluang keberhasilan belajar di perguruan tinggi dengan menggunakan metode Multiple Choice Question (MCQ). Multiple Choice Question adalah metode ujian dengan pilihan ganda yang bertujuan untuk mengukur pengetahuan, pemahaman dan analisis. Hal tersebut sangat berkaitan

(20)

dengan kualitas tidur seseorang (Baig et al.,2014). Kualitas tidur merupakan salah satu faktor fisiologis yang mempengaruhi daya konsentrasi seseorang dan juga penalaran yang baik dari setiap individu tentu tak lepas dari konsentrasi seseorang dalam menjawab soal tes yang diberikan (Saifuddin A., 2008).

Konsentrasi merupakan pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi. Secara teoritis jika konsentrasi siswa rendah, maka akan menimbulkan aktivitas yang berkualitas rendah pula serta dapat menimbulkan ketidakseriusan dalam belajar. Ketidakseriusan itulah awal terbentuknya rasa malas dan bosan sehingga berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Asumsi tersebut didukung oleh telaah para ahli pendidikan yang menyatakan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa sebagian besar disebabkan oleh lemahnya kemampun anak untuk melakukan konsentrasi (Surya, 2013).

Banyak hal yang dapat mempengaruhi daya konsentrasi seseorang, salah satunya adalah kualitas tidur yang buruk. Menurut hasil survei sebuah studi tidur di Inggris didapati bahwa orang dengan kualitas tidur yang buruk cenderung 3 kali lebih besar menderita gangguan konsentrasi, 2 kali menderita kelelahan, gangguan mood, produktivitas, dan lain-lain (Marpaung,dkk, 2013).

Gangguan tidur pada remaja dapat berupa kurangnya durasi, kualitas dan kuantitas tidur. Terdapat kesepakatan antara peneliti mengenai kebutuhan tidur remaja yaitu kurang lebih 9-10 jam setiap malam agar tercapai fungsi biologis tubuh yang optimal seperti misalnya regulasi mood dan fungsi kognitif yang baik (Moran dan Everhart, 2012). Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa kualitas tidur

(21)

yang buruk pada remaja, merupakan permasalahan kesehatan yang perlu mendapat perhatian, sebab remaja yang kualitas tidurnya buruk tidak akan memiliki semangat belajar yang tinggi karena sulit untuk berkonsentrasi sehingga dapat menurunkan prestasi belajar.

Menurut Deshinta (2009) pelajar sangat rentan mengalami kualitas tidur yang buruk, hal itu dibuktikan dengan penelitiannya. Didapatkan 220 pelajar dari jumlah total 287 pelajar SMA Negeri 1 Tanjung Morawa mempunyai kualitas tidur yang buruk. Penelitian yang dilakukan oleh Dewald et al.,2010 disimpulkan bahwa kualitas tidur yang buruk berdampak pada kemampuan kognitif dan psikomotorik menjadi menurun dan emosional tidak stabil sehingga tidak bisa mengintegrasi dan menyimpan informasi dengan baik serta kesimpulan yang didapatkan, kualitas tidur buruk memiliki hubungan yang bermakna dengan nilai akademik yang rendah. Menurut Hanafi Nilifda (2016), yang telah melakukan penelitian pada 177 orang mahasiswa FK Universitas Andalas ada 99 orang yang memiliki kualitas tidur buruk dan 78 orang memiliki kualitas tidur baik yang memberikan dampak pada prestasinya. Semakin baik kualitas tidur seseorang, maka semakin baik kemampuannya untuk memecahkan suatu masalah.

Dalam faktor psikis gender juga berpengaruh dalam prestasi akademik karena gender merupakan dimensi sosiokultural dan psikologis dari pria dan wanita (Santrock,2007:194). Selain itu, status kesehatan seseorang juga merupakan faktor internal yang mempengaruhi prestasi akademik siswa. Kurang gizi usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dengan kemampuan berpikir (Almatsier, 2010). Seseorang yang sehat dan mempunyai status gizi yang baik memiliki daya fikir dan aktivitas fisik yang baik sehingga hal

(22)

ini akan mendukung prestasi dalam belajarnya (Kartasaputra, 2005). Menurut Muhammad Anas (2011), gizi buruk yang terjadi pada anak usia muda membawa dampak anak menderita mental, sukar berkonsentrasi, rendah diri dan prestasi belajar menjadi rendah. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangam gizi, mereka lekas lelah, mudah mengantuk dan sukar menerima pelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Hasil Tes Potensi Akademik Siswa(i) Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu apakah terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan hasil tes potensi akademik siswa(i) kelas XII SMA Negeri 21 Makassar?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan hasil tes potensi akademik siswa(i) kelas XII SMA Negeri 21 Makassar

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran karakteristik responden (jenis kelamin dan indeks massa tubuh) siswa(i) kelas XII SMA Negeri 21 Makassar 2. Mengetahui gambaran kualitas tidur siswa(i) kelas XII SMA

Negeri 21 Makassar

(23)

3. Mengetahui gambaran hasil tes potensi akademik siswa(i) kelas XII SMA Negeri 21 Makassar

4. Mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan hasil tes potensi akademik pada siswa(i) kelas XII SMA Negeri 21 Makassar

5. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan hasil tes potensi akademik siswa(i) kelas XII SMA Negeri 21 Makassar

6. Mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan hasil tes potensi akademik siswa(i) kelas XII SMA Negeri 21 Makassar

1.4. Manfaat penelitian 1.4.1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran mengenai kualitas tidur dan hubungannya dengan hasil tes potensi akademik (Tes TPA).

1.4.2. Praktis

 Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bahan bacaan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kualitas tidur.

 Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang betapa pentingnya dalam menjaga kualitas tidur.

(24)

1.4.3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan wawasan ilmu pengetahuan serta keterampilan didalam menganalisa permasalahan yang terjadi di kalangan masyarakat tentang kualitas tidur dan hubungannya dengan hasil tes potensi akademik.

(25)

7

2.1. Tidur

2.1.1. Definisi Tidur

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Istirahat dan tidur yang cukup, akan membuat tubuh dapat berfungsi secara optimal (Ganong, 2008). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis dan kesehatan (Asmadi, 2008).

Tidur dapat diartikan sebagai manifestasi deaktifasi sistem saraf pusat.

Sebab pada orang yang tidur, sistem saraf pusatnya tetap aktif terhadap neuron substansia retikulasi dari batang otak. Ini dapat diketahui dengan pemeriksaan elektroencephalogram (EEG). Alat tersebut dapat memperlihatkan fluktuasi energi (gelombang otak) pada kurva grafik (Asmadi,2008).

Tidur bukan sekedar hilangnya keadaan terjaga akan tetapi suatu proses aktif yang terdiri dari periode berulang tidur gelombang lambat dan paradoks.

Pada keadaan tidur tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang, bahkan penyerapan oksigen oleh otak meningkat melebihi tingkat normal sewaktu terjaga selama tidur (Sherwood, 2011).

(26)

2.1.2. Manfaat Tidur

Berdasarkan teori restorasi, sekurang-kurangnya ada 2 hal yang diduga kuat merupakan sebab dari mengapa manusia harus tidur.

a. Perbaikan Sel Otak

Dengan tidur, otak berkesempatan untuk istirahat dan memperbaiki neuron-neuron (sel-sel otak) yang rusak. Tidur juga berperan menyegarkan kembali koneksi penting antara sel-sel otak yang digunakan. Hal ini bisa dianalogikan kembali dengan motor. Apabila motor jarang digunakan maka tetap harus dipanaskan secara rutin untuk menjaga kinerja mesin agar tetap baik. Apabila tidak dipanaskan, aliran pelumas, aliran bahan bakar, putaran mesin, dan lainnya bisa berjalan tidak benar yang bisa menyebabkan kerusakan seluruh mesin. Hal yang sama terjadi pada otak, ada koneksi- koneksi antara sel otak yang jarang digunakan yang memerlukan pemanasan secara rutin. Bentuk pemanasan otak yaitu berupa tidur (Catherine, 2011).

b. Penyusunan Ulang Memori

Tidur memberikan kesempatan otak untuk menyususn kembali data- data atau memori agar bisa menemukan solusi terhadap sebuah masalah. Pada saat merasa pusing dan tidak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi suatu masalah maka tidurlah. Sangat mungkin setelah tidur, solusi yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang anda hadapi akan bisa ditemukan (Catherine, 2011).

(27)

2.1.3. Tahapan Tidur Normal

Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non- Rapid Eye Movement (NREM). Berdasarkan tiga rekaman fisiologis yang dilakukan sewaktu tidur, yaitu elektroensefalografi (EEG), elektrookulografi (EOG), dan elektromiografi (EMG), tidur dibagi menjadi 2 tahapan nyata yang berlangsung sesuai dengan pola siklus yakni periode tidur NREM dan REM.

Tidur NREM dan REM merupakan komponen utama tidur yang yang adekuat serta penting untuk mempertahankan fungsi tubuh sehari-hari. Selama periode tidur NREM, hormone disekresi untuk meningkatkan pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Sedangkan tidur REM merupakan periode tidur yang aktif dan kadang disertai adanya mimpi. Tidur REM yang adekuat berperan dalam mengorganisasi informasi, proses belajar dan menyimpan memori jangka panjang (Loriz, 2004).

1) Periode tidur NREM (75%)

Periode tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain: mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, pernapasan dan metabolisme menurun, dan gerakan bola mata lambat (Asmadi, 2008).

Tidur NREM memiliki 4 tahap yang masing-masing tahap ditandai dengan pola perubahan aktifitas gelombang otak. Keempat tahap tersebut yaitu:

a) Tahap I: Merupakan tahap transisi dimana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Pada tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa kabur

(28)

dan rileks, seluruh otot menjadi lemah, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan, kecepatan jantung dan pernapasan menurun secara jelas, pada EEG terlihat terjadi penurunan voltasi gelombang-gelombang alfa. Seseorang yang tidur pada tahap I ini dapat dibangunkan dengan mudah (Asmadi, 2008).

b) Tahap II: Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot perlahan-lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas. Pada EEG timbul gelombang beta yang berfrekuensi 14-18 siklus/detik.

Gelombang-gelombang ini disebut dengan gelombang tidur. Tahap II ini berlangsung sekitar 10-15 menit (Asmadi, 2008).

c) Tahap III: Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan dan proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf parasimpatis. Pada EEG, memperlihatkan perubahan gelombang beta menjadi 1-2 siklus/detik. Seseorang yang tidur tahap III ini sulit untuk dibangunkan (Asmadi,2008).

d) Tahap IV: Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang berada dalam keadaan rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai, dan sulit dibangunkan. Pada EEG, tampak hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekuensi 1-2 siklus/detik. Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30%.

(29)

Pada tahap ini dapat terjadi mimpi. Selain itu, tahap 4 ini dapat memulihkan keadaan tubuh (Asmadi, 2008).

2) Periode tahap REM (20-25%)

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif. Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyeyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Siklus akan berulang sebanyak 4-6 kali tiap tidur secara normal pada orang dewasa, dan setiap siklus berlangsung sekitar 90-110 menit. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki-laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung dan pernapasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat (Asmadi, 2008).

2.1.4. Siklus Tidur

Siklus tidur bangun serta berbagai tahapan tidur disebabkan hubungan timbal balik yang dikontrol oleh interaksi tiga sistem saraf yaitu (1) sistem terjaga, yaitu bagian dari Ascending Reticulary Activity System (ARAS) yang berasal dari batang otak; (2) pusat tidur gelombang lambat di hipotalamus yang mengandung neuron tidur yang menginduksi tidur; dan (3) tidur yang tidak mengalami gangguan (tidur nyenyak), waktu tidur minimal enam jam dalam sehari dan maksimal tidur delapan jam, tidur bangun lebih awal, merasa segar setelah terbangun dan tidak mengalami mimpi buruk (Nurathifah, 2015).

Pada keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistem ARAS.

Adapun jalur inhibisinya yang berproyeksi melalui nukleus-nukleus formasio

(30)

retikularis batang otak dan rostral batang otak ke talamus dan basal forebrain (BF). Terdapat dua jalur proyeksi yang terlibat dalam mekanisme tersebut. Jalur pertama melalui bagian dorsal dan jalur kedua melalui bagian ventral. Pada jalur pertama yaitu neuron neuron kolinergik pedunculopontine tegmental atau lateral dorsal tegmental (PPT/LDT) yang mengeksitasi neuron-neuron retikular dan talamokortikal. Jalur kedua meliputi hipotalamus dan BF. Proyeksi jalur tersebut bermula dari nukleus locus coeruleus (LC) yang bersifat noradrenergik, nukleus rafe dorsalis yang bersifat serotonergik, nucleus didaerah ventral periaquductal greymatter (PAG) yang bersifat dopaminergik, tuberomamillary nucleus (TMN) yang bersifat histaminergik, serta hipotalamus bagian lateral yang menghasilkan oreksin dan melanin-concentrating hormone (MCH) (Antara, 2015).

Kelompok neuron-neuron tersebut lebih aktif saat fase bangun dibandingkan tidur NREM dan tidak menunjukkan aktivitas selama tidur REM.

Ventrolateral preoptic nucleus diperkirakan berperan dalam sirkuit inhibisi ARAS. Mekanisme inhibisi oleh nukleus preoptik dan aktivasi oleh ARAS disebut

“flip-flop switch design”. Sistem ini secara indirek distabilisasi oleh neuron- neuron oreksin dan neuron yang mengandung MCH di daerah lateral hipotalamus, yang mencegah mekanisme aktivasi atau inhibisi secara spontan, seperti halnya pada kondisi narkolepsi. Neuron-neuron ventrolateral preoptic nucleus (VLPO) yang aktif saat tidur menghasilkan neurotransmiter gamma-aminobutyric acid (GABA) dan galanin (Antara, 2015).

Siklus tidur-bangun secara normal juga diatur oleh irama sirkadian. Waktu siang-malam mengsinkronisasikan irama ini terhadap periodisitas 24 jam yang biasa. Irama sirkadian merujuk ke fisiologi perilaku, tidak hanya siklus bangun

(31)

tidur tetapi banyak hal lainnya seperti suhu tubuh, denyut jatung, dan sekresi hormon (Colten dan Altevogt, 2006). Pada saat pusat tidur tidak diaktifkan, nuklei pengaktivasi retikular di mesensefalon dan pons bagian atas terbebas dari hambatan sehingga memungkinkan nuklei pengaktivasi retikular menjadi aktif secara spontan. Hal ini akan merangsang korteks serebri dan sistem saraf perifer dan keduanya kemudian mengirimkan banyak sinyal feedback positif kembali ke nuklei pengaktivasi retikular yang sama agar sistem ini tetap aktif. Oleh karena itu, adanya kecenderungan secara alami untuk mempertahankan keadaan ini dan timbullah keadaan terjaga. Sesudah otak aktif selama beberapa jam, neuron dalam sistem aktivasi menjadi letih sehingga siklus feedback positif antara nuklei retikular mesensefalon dan korteks akan melemah dan pengaruh perangsang tidur dari pusat tidur akan mengambil alih sehingga timbul peralihan yang cepat dari keadaan jaga menjadi keadaan tidur (Guyton,2012).

Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit (Mardjono, 2008).

(32)

Siklus tidur normal dapat dilihat pada skema berikut:

Gambar 2.1 Tahap-tahap siklus tidur (Potter & Perry, 2005)

Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu (Potter & Perry, 2005).

Cahaya mempengaruhi tubuh untuk memproduksi berbagai substansi yang erat kaitannya dengan dengan pola sirkadian tubuh seperti misalnya kortisol, serotonin dan terutama melatonin. Kortisol adalah hormon penanda stres yang produksinya mengikuti irama sirkadian. Kortisol meningkat saat pagi hari dan menurun di malam hari. Namun dengan adanya perubahan fungsi aksis hypothalamus-pituitary-adrenal (HPA) berpengaruh terhadap produksi kortisol.

Pada beberapa keadaan gangguan aksis HPA, misalnya fibromyalgia, produksi kortisol diurnal cenderung tidak mengalami peningkatan namun terjadi lonjakan kadar kortisol pada malam harinya. Sedangkan pada sleep deprivation (SD) juga terjadi perubahan kadar kortisol. Kadar kortisol meningkat secara perlahan sepanjang paruh kedua tidur dengan kenaikan tajam sebelum waktu bangun fisiologis (Mahdi dkk, 2011).

(33)

Setiap manusia memiliki waktu tersendiri, yaitu waktu sirkadian endogen yang mengalami sinkronisasi dengan waktu harian selama 24 jam. Hal ini disebut sebagai kronotipe dan dipengaruhi oleh faktor genetik serta karakteristik individu, misalnya umur dan jenis kelamin. Penting untuk diketahui bahwa kronotipe masing-masing individu menentukan durasi tidur seseorang, sehingga sering didapati orang dengan waktu tidur lama atau sebaliknya. Siklus gelap terang, irama biologis tubuh, dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kronotipe seseorang (Bohm, 2012).

Kronotipe remaja cenderung terlambat untuk memulai tidur. Remaja yang berumur 12 tahunan, yang memulai awitan akil balik, mulai mengalami keterlambatan fase tidur dan akan mencapai puncak keterlambatan saat berumur 20 tahun. Roennerberg dan Kuehnle (2004) memperkirakan perubahan irama internal ini sebagai suatu “marker biologis pertama yang menunjukkan akhir fase remaja”. Remaja perempuan cenderung mengalami puncak keterlambatan tidur saat berusia sekitar 19, 5 tahun, sedangkan remaja laki-laki saat umur 20, 9 tahun.

Keterlambaan fase tidur laki-laki dibandingkan perempuan akan terjadi sampai umur 50 tahunan.

2.1.5. Mekanisme Tidur

Tidur NREM dan REM berbeda berdasarkan kumpulan parameter fisiologis. NREM ditandai oleh denyut jantung dan frekuensi pernafasaan yang stabil dan lambat serta tekanan darah yang rendah. NREM adalah tahapan tidur yang tenang. REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba, peningkatan saraf otonom dan mimpi. Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas dari

(34)

tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai dengan penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas otot involunter. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau tidur paradoks (Ganong, 2008).

Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, rata-rata timbul setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100 menit setelah seseorang tertidur. Tidur REM menghasilkan pola EEG yang menyerupai tidur NREM tingkat I dengan gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, frekuensi jantung dan nafas tidak teratur (pada mata menyebabkan gerakan bola mata yang cepat atau rapid eye movement), dan lebih sulit dibangunkan daripada tidur gelombang lambat atau NREM. Pengaturan mekanisme tidur dan bangun sangat dipengaruhi oleh sistem yang disebut Reticular Activity System. Bila aktivitas Reticular Activity System ini meningkat maka orang tersebut dalam keadaan sadar jika aktivitas Reticular Activity System menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktivitas Reticular Activity System (RAS) ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas neurotransmitter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kolinergik, histaminergik (Japardi, 2002).

2.1.5.1 Sistem Serotoninergik

Hasil serotoninergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino triptofan. Dengan bertambahnya jumlah triptofan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk / tidur.

Bila serotonin dalam triptofan terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur / jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotoninergik ini terletak pada nucleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana

(35)

terdapat hubungan aktivitas serotonis di nucleus raphe dorsalis dengan tidur REM (Potter & Perry, 2005).

2.1.5.2 Sistem Adrenergik

Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepinefrin terletak di badan sel nucleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktivitas neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga (Potter &

Perry, 2005).

2.1.5.3 Sistem Kolinergik

Menurut Sitaram dkk, (1976) dalam (Japardi, 2002) membuktikan dengan pemberian prostigimin intravena dapat mempengaruhi episode tidur REM.

Stimulasi jalur kolinergik ini, mengakibatkan aktivitas gambaran EEG seperti dalam kedaan jaga. Gangguan aktivitas kolinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kolinergik dari lokus sereleus maka tampak gangguan pada fase awal dan penurunan REM (Japardi, 2002)

2.1.5.4 Sistem Histaminergik

Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur (Potter & Perry, 2005).

(36)

2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur

Sejumlah faktor psikologis, fisiologi dan lingkungan dapat mempengaruhi tidur. Beberapa faktor tersebut sebagai berikut.

a. Cahaya

Keadaan mengantuk dan tidur berhubungan dengan irama sirkadian dalam pengaturan siang dan malam. Keadaan terbangun berkaitan dengan cahaya matahari atau kondisi yang terang (Indarwati, 2012). Cahaya yang mempengaruhi tidur dan aktivitas otak selama terbangun, sedangkan, irama sirkadian, dan homeostasis mempengaruhi regulasi tidur manusia.

Cahaya mempengaruhi produksi melatonin. Melatonin adalah hormon dalam setiap organisme dengan tingkat berbeda tergantung siklus hidup dan paparan cahaya. Melatonin dihasilkan oleh kelenjar pineal di otak manusia. Melatonin berperan besar dalam membantu kualitas tidur.

Mengatasi penyimpangan penyimpangan, depresi, dan system kekebalan yang rendah. Peneletian menunjukkan bahwa hormon ini membantu seseorang untuk tidur lebih nyenyak, mengurangi jumlah bangun mendadak di malam hari serta meningkatkan kualitas tidur (Indarwati, 2012).

b. Aktivitas Fisik

Aktivitas dan latihan fisik dapat meningkatkan kelelahan dan kebutuhan untuk tidur. Latihan fisik yang melelahkan sebelum tidur membuat tubuh mendingin dan meningkatkan relaksasi. Individu yang mengalami kelelahan menengah biasanya memperoleh tidur yang tenang

(37)

terutama setelah bekerja atau melakukan aktivitas yang menyenangkan (Potter & Perry, 2006).

c. Lingkungan

Lingkungan tempat seseorang tidur berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk tidur dan tetap tidur (Potter & Perry, 2006).

Lingkungan yang tidak mendukung seperti terpapar banyak suara menyebabkan seseorang kesulitan untuk memulai tidur. Lingkungan yang tidak nyaman seperti lembab juga dapat mempengaruhi tidur.

d. Umur

Umur menjadi salah satu faktor mempengaruhi tidur dan kebutuhan tidur seseorang (Indarwati, 2012). Kebutuhan tidur berkurang dengan pertambahan usia. Kebutuhan tidur anak-anak berbeda dengan kebuthan tidur dewasa. Kebutuhan tidur dewasa juga akan berbeda dengan kebutuhan lansia.

e. Pola Tidur

Kebiasaan tidur pada siang hari mempengaruhi kualitas tidur seseorang di malam hari Pola tidur siang berlebihan dapat mempengaruhi keterjagaan, kualitas tidur, penampilan kerja, kecelakaan saat mengemudi, dan masalah perilaku emosional (Potter & Perry, 2006).

f. Stress Emosional

Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur seseorang. Kecemasan menyebabkan seseorang menjadi terjaga.

Keadaan terjaga terus menerus inilah yang dapat mengakibatkan gangguan tidur.

(38)

2.2. Kualitas Tidur

2.2.1. Definisi Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap REM dan NREM yang seharusnya.

Kurang tidur yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik dan psikis.

Dari segi fisik, kurang tidur akan menyebabkan muka pucat, mata sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit.

Sedangkan dari segi psikis, kurang tidur akan menyebabkan timbulnya perubahan suasan kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu, lambat menghadapi rangsangan, dan sulit berkonsentrasi (Kozier, 2004).

Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran disaat terbangun, kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah dan gelisah (Khasanah & Khusnul, 2012).

Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemerikasaan laboraorium yaitu EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman listrik dari permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus menerus timbul dalam otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit lain yang diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombang alfa, betha, tetha dan delta (Guyyton & Hall, 2006). Selain itu, menurut Hidayat (2006), kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda- tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-

(39)

tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologis tersebut.

a) Tanda Fisik

Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing (Mardjono, 2008).

b) Tanda Psikologis

Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun (Mardjono, 2008).

Tidur yang berkualitas dikatakan berkorelasi dengan beberapa faktor, seperti onset tidur, pengaturan tidur, waktu total tidur, dan bangun lebih awal.

Selain itu hal-hal seperti keadaan kurang istirahat sebelum tidur, pergerakan selama tidur, kecemasan, ketegangan dan ketenangan selama mencoba untuk tidur juga memiliki hubungan dengan tidur yang berkualitas. Kemudian kedalaman tidur serta kondisi cahaya saat tidur juga memiliki korelasi positif terhadap kualitas tidur. Kualitas tidur juga berhubungan dengan kemudahan terbangun, kelelahan, rasa keseimbangan dan koordinasi yang baik, pikiran yang kosong, bagaimana seseorang merasa istirahat, pulih dan segar kembali, kemudian mood dan perasaan secara fisik juga memiliki pengaruh terhadap kualitas tidur (Harvey dkk., 2008).

(40)

2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur a. Usia

Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia. Variasi pola tidur menurut usia antara lain sebagai berikut (Warahmatillah, 2012) :

i. Remaja : tidur 8,5 jam/hari dan sekitar 20% adalah tidur REM (Rapid Eye Movement).

i. Dewasa muda : tidur 6-8 jam/hari tetapi waktunya bervariasi, 20- 25% adalah tidur REM (Rapid Eye Movement).

ii. Dewasa pertengahan : tidur 7 jam/hari, 20% adalah tidur REM (Rapid Eye Movement).

iii. Dewasa tua : tidur sekitar 6 jam/hari, sekitar 20-25% adalah tidur REM (Rapid Eye Movement).

b. Penyakit

Beberapa penyakit berkolaborasi negatif pada kualitas tidur terutama beberapa penyakit yang memiliki gejala pada malam hari. Gastro esophageal reflux disease memiliki gejala heartburn yaitu ketika isi lambung kembali lagi ke esofagus, batuk malam hari dan nyeri dada (Emmanuel dan Inns, 2014). Peristiwa refluks sering terjadi pada siang dan malam hari terutama ketika tidur. Pada saat tidur posisi berbaring menyebabkan asam lambung lebih mudah kembali keatas. Hal ini dapat menyebabkan gangguan tidur dan penurunan kualitas tidur (Jung et al., 2010). Batuk malam hari akibat cairan gaster reluks ke laring saat tidur terlentang dapat mengganggu tidur sehingga kualitas tidur buruk (Emmanuel dan Inns, 2014).

(41)

Pada penyakit diabetes melitus (DM) terdapat manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat sehingga timbullah gejala polidipsia (timbul rasa haus), poliuri (peningkatan pengeluaran urin), polifagia (peningkatan rasa lapar), dan keringat malam hari. Gejala klinis tersebut dapat mengganggu tidurnya sehingga berdampak pada meningkatnya frekuensi terbangun, sulit tertidur kembali, ketidakpuasan tidur yang akhirnya mengakibatkan penurunan kualitas tidur (Gustimigo, 2015).

Selain itu penyakit kejiwaan seperti insomnia dan depresi juga menyebabkan gangguan tidur. Adanya ketidakseimbangan neurotransmiter dan hipotalamus pituitary adrenal (HPA) sehingga dikaitkan dengan penurunan lobus frontal yang menyebakan terganggunya tidur, karena transisi tidur sampai tidur NREM dikaitkan dengan lobus frontal (Colten dan Altevogt, 2006).

c. Faktor lingkungan

Tempat tidur dapat menentukan kenyaman seseorang sehingga mempengaruhi kualitas tidur dilihat dari bentuk ukuran, keras atau tidaknya, dan posisi tempat tidur. Selain itu, teman tidur juga mempengaruhi kualitas tidur. Setiap orang memiliki tingkat kenyaman tidur sendiri atau tidur bersama orang lain. Suara juga berperan penting, suara dengkuran dan kebisingan juga mempengaruhi ketenangan tidur sehingga mempengaruhi kualitas tidur (Agustin, 2012).

d. Akademik dan stres

Kualitas tidur yang buruk bisa dikarenakan beban akademik yang cukup besar. Pengaruh akademik dikaitkan erat dengan tingkat kecemasan,

(42)

waktu istirahat atau jadwal yang tidak teratur yang dapat menyebabkan kelelahan, dan mengganggu kualitas tidur (Azad et al., 2015). Tidur yang buruk biasanya terjadi ketika menjelang ujian dikarenakan adanya kebiasaan membaca sampai larut malam sebelum ujian sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas tidur (Cates et al., 2015).

Kualitas tidur juga berkaitan erat dengan stres yang tinggi serta bekerja keras untuk meningkatkan dan mempertahankan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Hal-hal tersebut tak jarang mengorbankan tidur membuat kualitas tidur memburuk (Alsaggaf et al., 2016). Kualitas tidur yang buruk juga mengakibatkan berkurangnya konsentrasi, kewaspadaan, menganggu penalaran, dan pemecahan masalah sehingga hal tersebut menyebabkan belajar menjadi sulit dan tidak efisien (Haryatno,2014).

e. Gaya hidup dan kebiasaan

Kebiasaan seseorang berdoa sebelum tidur, sikat gigi, minum susu, dan lain-lain sehingga meningkatkan kenyaman tidur. Pola gaya tidur yang baik berhubungan dengan waktu bangun dan tidur sehingga meningkatkan kualitas tidur dan mensinkronisasikan irama sirkadian (Agustin, 2012).

Kebiasaan minum kopi juga mempengaruhi kualitas tidur karena kandungan kafein. Melatonin adalah hormon untuk sinkronisasi tidur dan sekresi hormon ini dikendalikan oleh neurotransmitter yang didapat dipengaruhi kafein (Shilo et al., 2002). Kafein yang terkandung dalam kopi merupakan zat antagonis reseptor adenosin sentral yang bisa mempengaruhi fungsi sistem saraf pusat dan mengakibatkan gangguan tidur (Daswin dan Samosir, 2013). Pemakaian lebih dari 650 mg dapat menyebabkan insomnia,

(43)

gelisah, dan ulkus. Efek lain dapat meningkatkan denyut jantung dan berisiko terhadap penumpukan kolesterol, menyebabkan kecacatan pada anak yang dilahirkan. Kebiasaan konsumsi rokok dan minuman keras (alkohol) adalah indikator peningkatan ketegangan. Ketegangan dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan salah satu gejala yang banyak muncul adalah insomnia (gangguan sulit tidur) sehingga dapat mengganggu kualitas tidur (Lanywati, 2011).

f. Obat-obatan

Obatan-obatan yang digunakan dalam jangka panjang seperti antihipertensi, antikolinergik dapat menyebabkan gangguan tidur karena obat ini dapat menyebabkan terputus-putusnya fase tidur REM (Prakasa, 2016).

Penggunaan obat kokain, ekstasi, dan ganja juga berefek pada tidur karena administrasi obat-obatan ini meningkatkan keadaan terjaga sehingga menekan tidur REM yang membuat perubahan pola tidur sehingga dapat mengganggu kualitas tidur (Roehrs dan Roth, 2008).

2.2.3. Metode Pengukuran Kualitas Tidur

Pengukuran tentang kualitas tidur dapat dilakukan dengan kuesioner the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang terdiri dari 7 komponen meliputi waktu yang diperlukan untuk dapat memulai tidur, lamanya waktu tidur, presentase antara waktu tidur dengan waktu yang dihabiskan ditempat tidur, gangguan tidur yang sering dialami sewaktu malam hari, kebiasaan penggunaan obat-obatan untuk membantu tidur, gangguan aktivitas siang hari, dan kualitas tidur secara subyektif (Boltz, Marie, 2007).

(44)

PSQI menghasilkan tujuh skor yang berkorenspondensi dengan domain- domain kualitas tidur. Skor setiap komponen dimulai dari 0 (tidak sulit) sampai 3 (sangat sulit). Skor dari setiap komponen akan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total (antara 0-21). Bila skor total dari PSQI >5, maka kualitas tidur dari pasien adalah buruk, demikian sebaliknya.

Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner PSQI, dibutuhkan waktu 5-10 menit untuk menyelesaikannya. PSQI ini sendiri telah divalidasi oleh University of Pittsburgh dengan sensitivitas 89.6% dan spesifisitas 86.5%.

Reliabilitas dari kuesioner ini juga telah diuji dengan nilai cronbach’s alpha sebesar 0.83 (Buysse, et al 1989).

2.3. Tes Potensi Akademik

Tes potensi merupakan salah-satu bentuk pengukuran terhadap kemampuan abilitas kognitif potensial umum (pengukuran performansi maksimal) yang dirancang khusus guna memprediksi peluang keberhasilan belajar di perguruan tinggi, karena itulah tes seperti ini biasanya dinamai Tes Potensi Akademik.

Gagasan dasar dalam konstruksi Tes Potensi Akademik sedikit-banyak mengikuti konsep pengembangan Graduate Record Examinations (GRE) yang terdiri atas seksi Verbal Reasoning (V). Quantitative Reasoning (Q), dan Analytical Writing (AW) dengan beberapa perubahan. Pada umumnya, tes potensi akadernik di Indonesia terdiri atas tiga subtes yaitu subtes Verbal, subtes Numerikal, dan subtes Figural.

Berbeda dari isi tes prestasi yang disusun berdasar silabus mata pelajaran pada suatu jenjang pendidikan atau pelatihan yang lebih merupakan

(45)

pengungkapan hasil pembelajaran, Tes Potensi Akademik tidak disusun berdasar silabus mata pelajaran dan karenanya keberhasilan menjawab soal dalarn tes ini adalah minimal kaitannya dengan penguasaan isi pelajaran tertentu. Hal itu disebabkan konten soal-soal dalam tes potensi dikembangkan sedemikian rupa sehingga peluang keberhasilan untuk menjawab dengan benar lebih tergantung pada penggunaan daya penalaran (reasoning) baik logis (logical) maupun analitis (analytical) (Saifuddin A., 2008). Sebagai contoh, soal-soal Geometrika dalam Tes Potensi Akademik dapat dijawab tanpa mengandalkan penguasaan rumus- rumus geometrika yang rumit. Soal Aritmetika dalam Tes Potensi Akademik juga tidak memerlukan penggunaan rumus matematika namun lebih mengandalkan pada penalaran dan strategi pemecahan masalah kuantitatif yang bersifat umum sedangkan soal Konsep Aijabar mengungkap pemahaman akan konsep-konsep dasar aljabar bukan kemahiran dalam menggunakan rumus-rumus komputasinya.

Berkaitan dengan penggunaan Tes Potensi Akademik untuk tujuan seleksi, aspek validitas (khususnya validitas prediktif) menjadi penting demi akurasi prediksi sedangkan masalah bebas bias menjadi penting untuk tercapainya fairness dalam keputusan seleksi tersebut. Kedua isu tersebut penting untuk diperhatikan sebagaimana dikatakan oleh para ahli bahwa untuk berfungsi secara efektif tes haruslah memiliki minimal tiga kualitas yaitu reliabel, valid, dan unbiased (Zucker, 2003).

PSQI ini telah divalidasi oleh University of Pittsburgh dengan sensitivitas 89.6% dan spesifisitas 86.5%. Reliabilitas dari kuesioner ini juga telah diuji dengan nilai cronbach’s alpha sebesar 0.83 (Buysse, et al 1989). Kuesioner PSQI digunakan untuk mengukur kualitas tidur yang terdiri dari 7 komponen yang

(46)

menggambarkan tentang kualitas tidur secara subyektif, waktu mulainya tidur, lamanya tidur, gangguan tidur, kebiasaan penggunaan obat-obatan dan aktivitas yang dapat menganggu tidur serta aktivitas sehari-hari terkait dengan tidur.

Nomor pertanyaan masing masing komponen dapat dilihat dalam tabel.

Tabel 2.1 Komponen dan Nomor Pertanyaan Kuesioner PSQI

No Komponen Nomor Pertanyaan

1 Kualitas tidur subyektif 9

2 Waktu memulai tidur 2, 5a

3 Lama tidur 4

4 Efisiensi tidur 1,3,4

5 Gangguan tidur 5b-5j

6 Penggunaan obat untuk membantu tidur 6

7 Gangguan aktivitas siang hari 7,8

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pada Remaja

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar pada remaja yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor internal terdiri dari kondisi fisis dan kondisi psikis.

Kondisi psikis terdiri dari kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif. Dalam faktor psikis gender juga berpengaruh dalam prestasi belajar karena gender merupakan dimensi sosiokultural dan psikologis dari pria dan wanita (Santrock, 2007:194). Selain faktor psikis, faktor eksternal juga berpengaruh dalam perkembangan gender. Penggolongan gender di sekolah

(47)

dibedakan menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Selain itu, status kesehatan seseorang juga merupakan faktor internal yang mempengaruhi prestasi akademik siswa. Kurang gizi usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dengan kemampuan berpikir (Almatsier, 2010). Seseorang yang sehat dan mempunyai status gizi yang baik memiliki daya fikir dan aktivitas fisik yang baik sehingga hal ini akan mendukung prestasi dalam belajarnya (Kartasaputra, 2005).

Menurut Muhammad Anas (2011), gizi buruk yang terjadi pada anak usia muda membawa dampak anak menderita mental, sukar berkonsentrasi, rendah diri dan prestasi belajar menjadi rendah. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangam gizi, mereka lekas lelah, mudah mengantuk dan sukar menerima pelajaran.

2.5. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Ujian

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan ujian adalah (Cottrell, 2012):

a. Pemahaman materi

Keyakinan memahami suatu materi sangat penting sebelum melaksanakan ujian. Pemahaman yang baik tentang suatu materi mempermudah untuk menjawab dari pertanyaan - pertanyaan dari soal ujian.

b. Pengalaman ujian sebelumnya

Pengalaman ujian sebelumnya seperti riwayat gagal ujian mungkin dapat merusak kepercayaan diri saat melaksanakan ujian tetapi tidak berarti bahwa seseorang tersebut tidak bisa baik diujian - ujian lainnya.

(48)

Seseorang dapat meningkatkan kemampuan diri sebelum melakukan ujian kembali.

c. Persiapan ujian

Ujian bukan hanya tentang belajar atau memahami materi, tetapi memperlihatkan tentang apa yang diketahui, ketepatan pilihan selama ujian dan daya ingatan. Dalam mempersiapkan ujian tidak harus mengatur terlalu banyak yang harus dilakukan tapi lebih ke arah menyisihkan waktu secara teratur dan fokus dalam ujian.

d. Pengalaman terhadap ujian

Sering berlatih menjawab pertanyaan salah satu cara baik untuk menguji diri dan meningkatkan pemahaman.

e. Waktu

Memperkirakan waktu dalam menjawab pertanyaan dapat mempengaruhi keberhasilan ujian karena bisa merevisi kembali jawaban- jawaban sebelumnya. Waktu yang sedikit akan meningkatkan ketegangan dan kecemasan.

2.6. Hubungan Kualitas Tidur dengan Hasil Tes Potensi Akademik

Secara garis besar, bila seseorang tidur secara nyenyak dan dengan waktu yang cukup, maka ada proses fisiologis yang terjadi, biasanya terjadi pada orang normal. Tidur REM penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat membantu pelepasan memori dan pembelajaran. Selama tidur, otak menyaring

(49)

informasi yang disimpan tentang aktivitas di hari tersebut. Saat tidur, seringkali manusia mengalami mimpi. Perlu untuk disampaikan bahwa tidur yang dialami seseorang melalui beberapa tahapan. Dua tahapan yang dianggap paling penting adalah tahapan tidur delta dan tahap tidur REM (Rapid Eye Movement).

Yang menarik pada saat tidur REM ada dua kejadian (Lanywati, 2011;

Travis dkk, 2007; Guyton,2012)

1. Terjadi penyimpanan dan retensi daya ingat. Pada saat tidur REM, terjadi pengaktifan neuron yang intensif yang menyebar ke atas dari batang otak. Ini dianggap sebagai penyebab meningkatnya penyimpanan dan retensi ingatan serta pengingatan kembali, serta pengkategorisasian informasi.

2. Organisasi dan reorganisasi ingatan. Berbagai informasi yang ada dan informasi yang telah ditancapkan dalam ingatan ditata sebagaimana penataan folder dalam komputer. Dalam keadaan tidur, otak mengganti, memodifikasi, dan meningkatkan ingatan sesuai dengan keperluan. Di samping itu, mimpi yang berkualitas, yang ditandai oleh adanya mimpi yang positif serta kemampuan menjaga jarak dan mengambil hikmah dengan mimpi buruk, menjadikan seseorang dapat menyongsong kehidupan terjaga secara optimal. Dalam kondisi psikologis yang bersifat positif ini seorang mahasiswa akan dapat mengerahkan konsentrasinya untuk belajar. Dari sanalah akhirnya prestasi yang optimal dapat dicapai.

Belajar melibatkan tiga proses otak yang berbeda: akuisisi, konsolidasi, dan recall. Akuisisi adalah proses dimana otak menerima informasi

(50)

baik itu cara atau teknik yang tepat untuk menyimpan informasi dalam sirkuit saraf sebagai memori. Konsolidasi adalah sebuah proses yang dapat memperpanjang dalam menit, jam, atau bahkan berhari-hari, di mana koneksi di otak diperkuat, diperluas, dan dalam beberapa kasus bahkan melemah, sehingga memori berakhir dalam bentuk yang lebih stabil dan berguna. Recall adalah langkah penting terakhir dalam pembelajaran, di mana otak mengakses dan memanfaatkan informasi yang tersimpan, sehingga dapat diingat oleh seseorang (Stickgold et al.,2013).

Kurang tidur mempengaruhi semua tiga proses pembelajaran. Yang paling sering adalah pada sistem akuisisi dan recall karena lebih sulit untuk berkonsentrasi ketika kurang tidur, ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk fokus dan mengumpulkan informasi yang disajikan, dan kemampuan untuk mengingat bahkan hal-hal yang telah dipelajari di masa lalu (Stickgold et al.,2013). Meskipun tidak ada yang tahu persis bagaimana tidur memungkinkan konsolidasi memori, sejumlah studi telah menunjukkan bahwa pengurangan waktu tidur total atau tahap tidur tertentu secara dramatis dapat menghambat kemampuan seseorang untuk mengkonsolidasikan memori (Stickgold et al.,2013).

Kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan penurunan konsentrasi dan merusak kemampuan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan daya ingat, belajar, pertimbangan logis, dan perhitungan matematis. Kualitas tidur merupakan salah satu faktor fisiologis yang mempengaruhi daya konsentrasi seseorang sehingga hal itu akan memberikan efek pada keberhasilan dalam ujian (tes potensi akademik) karena dalam keberhasilan suatu ujian ada faktor-faktor yang mempengaruhi seperti pemahaman materi, kemampuan menjawab pertanyaan dan

(51)

persiapan ujian dimana hal itu berkaitan dengan proses belajar dan memori untuk mengingat materi yang sudah dipelajari (Cottrell, 2012). Dalam penelitian ini pengukuran keberhasilan ujian yang digunakan adalah ujian yang menerapkan metode Multiple Choice Question (MCQ) yakni tes potensi akademik. Multiple Choice Question adalah metode ujian dengan pilihan ganda yang bertujuan untuk mengukur pengetahuan, pemahaman dan analisis. Hal tersebut sangat berkaitan dengan kualitas tidur seseorang (Baig et al.,2014).

(52)

34

3.1. KERANGKA TEORI

Gambar 3.1 Kerangka Teori Kualitas Tidur Buruk

Fungsi Tidur

Pengaktifan neuron yang intensif dari

batang otak

Modifikasi dan mengganti ingatan

oleh otak

Penyusunan ulang memori

Proses belajar di otak (akuisi, konsolidasi,

recall)

Daya Ingat Belajar

Hasil

Tes Potensi Akademik

(53)

3.2. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan kerangka teori, maka peneliti menyusun kerangka konsep sebagai berikut :

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

: Variabel Antara KUALITAS

TIDUR

HASIL TPA JENIS KELAMIN

IMT

KOSENTRASI SISWA

(54)

3.3. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF 3.3.1. Kualitas Tidur

 Definisi : Kepuasan seseorang terhadap tidurnya yang diukur dengan kuesioner PSQI (Buysse, 1989).

 Skala Ukur : Kategorik Ordinal

 Kriteria objektif :

- Kualitas tidur yang baik jika nilai < 5 - Kualitas tidur yang buruk jika nilai >5 3.3.2. Tes Potensi Akademik

 Definisi : salah-satu bentuk pengukuran terhadap kemampuan abilitas kognitif potensial umum (pengukuran performansi maksimal) yang dirancang khusus guna memprediksi peluang keberhasilan belajar di perguruan tinggi, diukur dengan dengan menjawab 45 soal Tes Potensi Akademik selama 45 menit (Sesuai dengan standar Tes Potensi Akademik pada tes SBMPTN Tahun 2104-2017) terdiri atas 45 soal yang terbagi atas 3 subtes, yaitu tes kemampuan verbal sebanyak 15 soal, tes kemampuan numerik sebanyak 15 soal dan tes kemampuan figural sebanyak 15 soal, dimana waktu yang diberikan adalah 1 menit tiap soal. Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada soal SBMPTN Tahun 2014.

 Skala Ukur : Kategorik Ordinal

(55)

 Kriteria Objektif : Sesuai dengan KKM kelas XII SMA Negeri 21 Makassar, siswa dikatakan lulus apabila dapat mengerjakan 70% soal dengan benar.

-

Nilai ≥ 70 : Baik

-

Nilai < 70 : Buruk 3.3.3. Jenis Kelamin

 Definisi : identitas seksual dari responden yang tercatat pada kuesioner yang diisi.

 Skala Ukur : Kategorik Nominal

 Kriteria Objektif : dikategorikan kepada dua kelompok yaitu laki-laki dan perempuan.

3.3.4. IMT

 Definisi : salah satu penilaian status gizi seseorang, diukur secara langsung dengan rumus

IMT = Berat Badan (kg) / (Tinggi Badan)2(m)2

 Skala Ukur : Kategorik Ordinal

 Kriteria Objektif :

- < 18,5 : Underweight - 18,5-22,9 : Normal - 23-24,9 : Overweight - 25-29,9 : Obes 1 - >30 : Obes 2

(56)

3.4. HIPOTESIS PENELITIAN

Ada hubungan antara kualitas tidur dengan hasil tes potensi akademik pada siswa(i) kelas XII SMA Negeri 21 Makassar.

(57)

39

4.1. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan desain belah lintang (cross sectional). Pada penelitian ini, peneliti akan melihat ada tidaknya hubungan antara kualitas tidur terhadap hasil Tes Potensi Akademik siswa kelas XII SMA Negeri 21 Makassar.

4.2. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN 1.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Oktober - November 2107.

1.2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 21 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan dan analisis sampel dilakukan di Universitas Hasanuddin.

4.3. VARIABEL PENELITIAN 4.3.1. Variabel dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah hasil Tes Potensi Akademik, untuk menilainya digunakan soal tes potensi akademik dengan melihat pencapaian hasil / nilai yang diperoleh oleh subyek.

(58)

4.3.2. Variabel independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah kualitas tidur, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh yang didapatkan melalui metode angket (kuesioner).

4.4. POPULASI DAN SAMPEL 4.4.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua siswa/i Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar, Sulawesi Selatan.

4.4.2. Sampel

4.4.2.1. Besar Sampel

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini memakai rumus Slovin, sebagai berikut:

N n =

1 + N.e

2

dimana : n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi

e = Presentase (%), toleransi ketidaktelitian karena kesalahan dalam pengambilan sampel

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 540 orang dan presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi adalah 0.1, maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah:

(59)

540 n =

1 + 540 (0,1 )

2

540

n = = 84,37 = 84 sampel

6,4

Jadi, pada penelitian ini setidaknya peneliti harus mengambil sampel sekurang-kurangnya sebanyak 84 sampel.

4.4.2.2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan probability sampling yaitu simple random sampling, pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.

4.4.2.3. Kriteria Sampel - Kriteria Inklusi

o Siswa/i Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar, Sulawesi Selatan yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

- Kriteria Eksklusi

o Siswa/i Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar yang tidak bersedia mengikuti penelitian ini.

(60)

o Siswa/i Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar yang mempunyai riwayat trauma kepala ringan hingga berat setidaknya 3 bulan sebelumnya

o Siswa/i Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar yang mengomsumsi alkohol, obat-obatan tertentu yang dapat mengakibatkan responden mengalami kesulitan tidur o Siswa/i Kelas XII SMA Negeri 21 Makassar yang sedang

menderita sakit yang berkolaborasi negatif pada kualitas tidur terutama beberapa penyakit yang memiliki gejala pada malam hari contoh: Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD), Diabetes Melitus (DM).

4.5. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan tes potensi akademik yaitu lembar soal dan lembar jawaban tes potensi akademik sedangkan instrumen yang digunakan dalam menilai kualitas tidur adalah lembar kuesioner PSQI. Adapun instrumen penunjang lainnya berupa ruang kelas, alat dokumentasi, serta bingkisan hadiah.

4.6. PROSEDUR PENELITIAN 4.9.1 Tahap persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini, dilakukan kegiatan sebagai berikut : 1. Peneliti menyusun proposal penelitian

(61)

2. Peneliti mengajukan perizinan berupa surat izin etik penelitian dan perizinan pengambilan sampel penelitian di SMA Negeri 21 Makassar 3. Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian untuk pengambilan sampel

penelitian.

4.9.2 Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini, dilakukan kegiatan sebagai berikut : 1. Kunjungan ke lokasi pengambilan sampel sekaligus sosialisasi dan

pengambilan data identitas siswa yang diperoleh dari guru

2. Peneliti meminta kesediaan partisipan untuk melakukan Tes Potensi Akademik dan setelahnya mengisi lembar kuesioner PSQI

3. Peneliti menjelaskan prosedur pelaksanaan Tes Potensi Akademik dan pengisian kuesioner PSQI kepada siswa/i yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.

4. Pada hari ketiga peneliti kembali ke sekolah untuk mengumumkan sekaligus memberi bingkisan kepada partisipan yang meraih nilai tertinggi.

5. Data dari hasil Tes Potensi Akademik dan kuesioner PSQI kemudian diolah dan dianalisis

6. Pengolahan data selesai dan data hasil dari penelitian siap dilaporkan.

Referensi

Dokumen terkait

Muta’akhkhiri&gt;n, misalnya Ibn Hajar al-‘Asqala&gt;ni&gt; (w. Definisi yang mereka kemukakan, walaupun redaksinya tampak berbeda-beda tetapi pada prinsipnya isinya

• Untuk memilih huruf pertama yang diinginkan, putar kenop volume atau tekan S  /  T , kemudian tekan kenop.. Pilih “1” untuk mencari dengan angka dan pilih “ ” untuk mencari

bungkanapa yang telah dipelajari dengan kehidupannya sehari-hari? Berdasarkan hasil verifikasi pada SD Negeri 47 Ambon, maka dapatlah disimpulkan bahwa manajemen pendidikan

RINGKASAN. HWI

Unit : Alat Medis Puskesmas Kandangan Satuan Kerja : Dinas Kesehatan. Ruang : Poli Gigi

Pasar ini banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat, biasanya mereka datang ke Pasar Talang ini hanya untuk mencari barang- barang dengan harga yang terjangkau

Gambar 4 adalah grafik distribusi dari kecepatan dan tekanan sepanjang ejector, dari grafik ini dapat dilihat tekanan rendah yang dihasilkan pada posisi keluar nozzle

(Studi di MIN Tempel dan MI Ma’rif Bego Maguwoharjo Kecamatan Sleman Yogyakarta), Tesis, Program Studi PGMI, Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang,