IMPLEMENTASI AKAD SYIRKAH PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM
‘BASMALAH’
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syari’ah (SH) Pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
MUH TAKDIR T 105 25 0291 15
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1440 H / 2019 M
vi
vii
viii ABSTRAK
MUH TAKDIR T. 105 250291 15. 2019. Judul Skripsi: Implementasi Akad Syirkah Pada Usaha Pemotongan Ayam ‘BASMALAH’. Dibimbing oleh Hurriah Ali Hasan dan Hasanuddin.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implemen- tasi pada usaha Pemotongan Ayam ‘BASMALAH’. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi serta dokumentasi. Wa- wancara di lakukan pada pihak yang bekerjasama dalam Usaha Pemotongan Ayam ‘BASMALAH’. Analisis pembahasan ini adalah analisis induktif yaitu penarikan kesimpulan dari kasus yang ada di lapangan.
Dari penelitian ini di temukan bahwa Implementasa Akad Musyarakah Pada Usaha Pemotongan Ayam ‘BASMALAH’ telah berjalan dengan baik sesuai syariat Islam, dimana setiap pihak yang bekerjasama telah menyetor modal.Penelitian ini menemukan bahwa system kerjasama yang di lakukan oleh empat orang pemodal pada Usaha Pemotongan ayam ‘’BASMALAH’
adalah syirkah Al-Musyarakah dengan akad Mudharabah, yaitu perkongsian antara dua orang atau lebih. Sehingga penelitian ini bisa menambah wawa- san keilmuan tentang Hukum Ekonomi Syariah dalam hal Hukum syirkah Al musyarakah atau perkongsian antara dua orang atau lebih. Juga bisa men- jadi bahan rujukan untuk peneliti selanjutnya tentang Akad Syirkah Al Musyarakah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan imple- mentasi akad syirkah Al Musyarakah di usaha ‘BASMALAH’ Pemotongan Ayam Syariah telah berjalan dengan baik sesuai syariat Islam.
Kata Kunci: Pengetahuan, Implementasi, Akad Syirkah
ix ABSTRACT
MUH TAKDIR T. 105 250291 15. 2019. Thesis Title: Implementation of Syirkah Agreement in Chicken Slaughtering Business 'BASMALAH'. Super- vised by Hurriah Ali Hasan and Hasanuddin.
The purpose of this study was to determine how the implementation of the Chicken Slaughtering Business 'BASMALAH'. This research uses descrip- tive qualitative approach method. Data collection is done by interview, obser- vation and documentation. The interview was carried out on the collaborating party in the 'BASMALAH' Chicken Cutting Business. The analysis of this dis- cussion is an inductive analysis that is drawing conclusions from cases in the field.
From this research it was found that the implementation of the Musyarakah Agreement in the Chicken Slaughtering Business 'BASMALAH' has been going well according to Islamic law, where every party that cooper- ated has deposited capital. '' BASMALAH 'is the Al-Musyarakah syirkah with the Mudharabah agreement, which is a partnership between two or more people. So that this research can add scientific insight about Sharia Econom- ic Law in terms of Al musyarakah syirkah law or partnership between two or more people. It can also be a reference material for future researchers about Al Musyarakah Syirkah Agreement. The results showed that the knowledge and implementation of the Al Musyarakah syirkah contract in the 'BASMALAH' Shearing Chicken Sharia has been going well according to Is- lamic law.
Keywords: Knowledge, Implementation, Syirkah Agreement
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam, berkat Rahmat, Taufik dan Inayah-Nya lah, Skripsi yang berjudul “Implemen- tasi Akad Syirkah Di Usaha ‘BASMALAH’ Pemotongan Ayam Syariah” ini dapat terwujud. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah pada Nabi kita Muhammad SAW, beserta keluarga sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam yang sholeh dan sholehah.
Karya tulis ini merupakan Skripsi yang diajukan kepada Fakultas Aga- ma Islam Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Ma- kassar sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah.
Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesem- patan ini penulis akan menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta Bapak Tayeb dan (Alm) Ibu Hasran, Istri tercinta Nurhidayani serta kepada saudara-saudara penulis, yang senantiasa mendoakan serta dukungan moril maupun materiil selama penulis menempuh pendidikan.
2. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Agama Islam.
ix
4. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, M.Pd.I., selaku Ketua Prodi Hukum Ekonomi Syariah. Bapak Hasanuddin, SE.Sy., ME selaku sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah yang senantiasa memberikan arahan-arahan selama menempuh pendidikan.
5. Ibu Hurriah Ali Hasan, ST.,ME.,Ph.D dan Bapak Hasanuddin, SE.Sy.,ME selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dalam penyusunan skripsi penulis.
6. Bapak/Ibu dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ma- kassar yang senantiasa membimbing penulis selama menempuh pen- didikan S1 Hukum Ekonomi Syariah.
7. Kakak – kakak dari Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, terimakasih atas bantuan, bimbingan dan supportnya yang telah diberikan kepada penulis.
8. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu – persatu yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam me- nyelesaikan skripsi ini.
Walaupun demikian, dalam skripsi ini penulis menyadari masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kes- empurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat dijadikan acuan tindak lanjut penelitian selanjutnya.
Makassar, 09 September 2019
Muh Takdir T
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN... 7
A. Latar Belakang ... 7
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... A. Syirkah ... 11
1. Pengertian Syirkah ... 12
2. Dasar Humkum Syirkah ... 13
3. Jenis-jenis Syirkah ... 17
B. Al - Mudharabah ... 27
1. Pengertian Mudharabah ... 27
2. Jenis-jenis Mudharabah... 28
xi
3. Dasar Hukum Mudharabah ... 29
4. Rukun Dan Syarat Mudharabah ... 38
5. Hal Yang Menbatalkan Mudharabah ... 42
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
A. Jenis Penelitian ... 46
B. Lokasi Dan Objek Penelitian ... 46
C. Instrumen Penelitian ... 46
D. Tehnik Pengumpulan Data ... 47
1. Observasi ... 47
2. Wawancara ... 47
3. Dokumentasi ... 48
E. TEHNIK ANALISIS DATA ... 48
1. Reduksi data ... 49
2. Penyajian data ... 49
3. Kesimpulan atau Verifikasi ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50
1. Gambaran Objek Penelitian ... 51
2. Keadaan Lingkungan ... 52
3. Gambaran Umum Informan ... 53
B. Analisis Dan Hasil Penelitian ... 53
1. Pengetahuan Dan Implementasi Tentang Akad Syirkah ... 53
xii
BAB V PENUTUP ... 64
A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN...
RIWAYAT HIDUP ...
13 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Sekarang banyak masalah-masalah yang melibatkan anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah muamalah (akad, transaksi) dalam berbagai bidang. Karena masalah muamalah ini langsung melibatkan manusia dalam masyarakat. Dari sekian banyak transaksi atau akad yang ada, diantaranya adalah akad al-musyarakah.
Syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak yang berserikat. Pendapat lain dikemukakan oleh Zuhaily, Musyarakah ada- lah akad kerja sama antara dua pihak atau usaha untuk usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesempatan bah- wa keutungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepa- katan.1 Dengan kata lain, dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa syirkah adalah bentuk organisasi usaha yang mempunyai unsur: (1) pengkongsian dua pihak atau lebih; (2) kegiatan dengan tujuan mendapatkan keuntungan materi; (3) pembagian laba atau rugi secara
1 Dewi Nurul Musjtari, Penyelesaian Sengketa dalam Praktik Perbankan Syariah, (Yogyakarta:Katalog dalam terbitan (KDT), hlm. 40.
proporsional sesuai dengan perjanjian; (4) tidak menyimpang dari ajaran Is- lam.2
Al-Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal /expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Pengertian mudharabah secara definisi adalah suatu bentuk perniag- aan di mana pemilik modal (shahibul maal) menyetorkan modalnya kepada seorang pengusaha yang sering disebut dengan (mudharib), untuk dini- agakan dengan keuntungan yang akan dibagi bersama sesuai dengan kese- pakatan dari kedua belah pihak. Bila terdapat kerugian, akan ditanggung oleh pemilik modal jika disebabkan olehnya, dan jika disebabkan oleh pengelola modal maka pengelola modal yang harus menanggung kerugian tersebut.3
Banyak pihak yang melakukan kerjasama dengan menggabung berbagai macam modal. Jenis modal yang umum di gunakan dalam per- kongsian adalah modal dana dan modal keahlian.
Salah satu bentuk kerjasama yang menggunakan modal dan keahlian yang dipraktekkan oleh usaha pemotongan ayam syariah ‘BASMALAH’. Da-
2 Siah hsyi‟ah, Fiqh Muamalah Perbandingan, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm.202.
3 Makhalul ilmi SM. Teori dan praktik lembaga mikro keuangan syari’ah. Yogyakarta: UII press yogyakarta. 2002. Hal. 32
lam kerjasama ini melibatkan 4 orang dengan jenis modal yang berbeda, yai- tu dana, keahlian teknis, keahlian marketing dan keahlian administrasi.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti akad syirkah dengan judul “Implementasi Akad Syirkah Di Usaha Pemotong- an Ayam ‘BASMALAH’ ”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengetahuan pengusaha pemotongan ayam ‘BASMALAH' ten- tang akad Syirkah?
2. Bagaimana Implementasi akad Syirkah pada usaha pemotongan ayam
‘BASMALAH’?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengetahuan pengusaha pemotongan ayam ‘BASMA- LAH’ tentang akad syirkah.
2. Untuk mengetahui Implementasi akad syirkah pada usaha pemotongan ayam ‘BASMALAH’.
D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka yang menjadi manfaat dari penelitin ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat secara teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat diterapkan di semua lini usaha muslim yang berbasis syariah dan dimulai dari pemotongan ayam syariah yang
tidak hanya cara pemotongannya yang syariah akan tetapi pembagian hasil dari usahanyapun harus syariah.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan ilmu penge- tahuan dan sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan disiplin ilmu ekonomi syariah khususnya berkaitan dengan pemahaman pelaku usaha muslim.
2. Manfaat secara praktis
a. Dengan adanya akad Syirkah pada usaha pemotongan ayam syariah dapat meningkatkan perekonomian khususnya bagi pengusaha muslim dengan akad sesuai ajaran Islam.
b. Bagi Universitas Muhammadiyah Makassar hasil penelitian ini di- harapkan dapat menambahkan referensi kajian akademik untuk penu- lisan berikutnya.
3. Manfaat bagi pengusaha ayam potong
a. Dapat menjadi acuan dalam menjalankan bagi hasil sesuai dengan syariah.
b. Menghilangkan keragu-raguan karena adanya ketidakpastian dalam pembagian hasil usaha.
4. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Menambah wawasan bagi peneliti selanjutnya tentang pentingnya akad syirkah bagi pengusaha muslim agar dapat meningkatkan perekonomi- an ummat.
11 BAB II PEMBAHASAN A. SYIRKAH
Secara bahasa kata syirkah berarti al-ikhtilath (percampuran) dan persekutuan.4 Pencampuran, yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya, tanpa dapat dibedakan antara keduanya.5 Para faqih mendefinisikannya sebagai akad antara dua sekutu dalam modal dan keun- tungan.6 Beberapa pengertian syirkah secara terminologi disampaikan oleh ulama mazhab sebagai berikut:
Menurut ulama Hanafiah, syirkah secara istilah adalah penggabungan harta untuk dijadikan modal usaha dan hasilnya yang berupa keuntungan atau kerugian dibagi bersama.7 Menurut fuqaha Malikiyah, al-syirkah adalah kebolehan (izin) ber-tasharuf bagi masing masing pihak yang berserikat.
Maksudnya masing-masing pihak saling memberikan izin kepada pihak lainnya men-tasharuf-kan harta (objek) perserikatan. Menurut fukaha Hana- bilah, al-syirkah adalah persekutuan dalam hak dan tasharuf. Menurut fukaha Syafi‟iyah, al-syirkah adalah berlakunya hak atas sesuatu bagi dua pihak atau lebih dengan tujuan persekutuan.8
4 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking Sebuah teori. Hlm. 688.
5 Abdul Rahman Ghazaly dan dkk, Fiqh Muamalat, hlm. 130
6 Waluyo, Fiqh Muamalat, (Yogyakarta: Gerbang Media Aksara, 2014), hlm.63.
7 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Terj Ahmad Dzulfikar dan Muhamad Khoyrurrijal (Depok: Keira Publishing, 2015), hlm. 251.
8 Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, hlm. 227.
Menurut Ismail Nawawi istilah kerja sama (syirkah) adalah keiku- tsertaan dua orang atau lebih dalam suatu usaha tertentu dengan sejumlah modal yang ditetapkan berdasarkan perjanjian untuk bersama-sama men- jalankan suatu usaha dan pembagian keuntungan atau kerugian dalam bagi- an yang ditentukan.9 Dalam istilah fikih, syirkah adalah suatu akad antara dua orang atau lebih untuk berkongsi modal dan besekutu dalam keuntungan.10 1. Pengertian Syirkah
Syirkah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu. Masing-masing pihak dalam melakukan usaha dimaksud, memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) ber- dasarkan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung ber- sama sesuai kesepakatan ketika melakukan akad. Akad jenis ini disebut prof- it & loss sharing.11
Menurut Fathurrahman Djamil, syirkah adalah kerja sama usaha anta- ra dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.12
9 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghadia Indonesia, 2012), hlm. 151
10 Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah: Konsep, Produk dan Implementasi Operasional, (Jakarta: Djambatan, 2003), hlm. 180
11 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), hlm. 29.
12 Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan, hlm. 226.
Syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak yang berserikat
Dengan kata lain, dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa syirkah adalah bentuk organisasi usaha yang mempunyai unsur: (1) pengkongsian dua pihak atau lebih; (2) kegiatan dengan tujuan mendapatkan keuntungan materi; (3) pembagian laba atau rugi secara proporsional sesuai dengan perjanjian; (4) tidak menyimpang dari ajaran Islam.13
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan akad syirkah akad kerja sama penggabungan (pencampuran) harta yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang sepakat untuk melakukan kerja sama sesuai dengan kesepakatan (perjanjian).
2. Dasar Hukum Syirkah
Dasar Hukum Syirkah sebagai berikut a. Al-Qur’an
1) Ayat pertama
ِثُلُّثلا يِف ُءاَك َرُش ْمُهَف َكِلََٰذ ْنِم َرَثْكَأ اوُناَك ْنِإَف
Terjemahnya
“ ....maka jka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu...”(an-Nisa:12)14
13Khosyii‟ah, Fiqh Muamalah Perbandingan, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm.202.
14 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Syaamil Qur‟an, 2012,
2) Ayat kedua
ِتاَحِلاَّصلا اوُلِمَع َو اوُنَمآ َنيِذَّلا َّلَِّإ ٍضْعَب َٰىَلَع ْمُهُضْعَب يِغْبَيَل ِءاَطَلُخْلا َنِم ا ًريِثَك َّنِإ َو ْمُه اَم ٌليِلَق َو
Terjemahnya:
“Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh.
”(Shaad:24)15 3) Ayat ketiga Firman Allah Swt.
ِتَي ِضُق اَذِإَف َِّاللَ ِلْضَف ْنِم اوُغَتْبا َو ِض ْرلأا يِف او ُرِشَتْناَف ُةلاَّصلا
Terjemahnya:
“Apabila telah ditunaikan sholat, bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS. Al-Jumu’ah : 10) 16
Maksud dari ayat di atas adalah apabila kamu telah melaksanakan perintah dari Rabb kamu yaitu sholat (subuh) maka keluarlah dari rumah kal- ian untuk berikhtiar mencari rezeki Allah dengan cara yang halal agar Allah Swt. Memberikan karunianya kepada mu.
4) Ayat keempat
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 198:
15 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Syaamil Qur‟an, 2012,
16 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Syaamil Qur‟an, 2012,
ْنِع َ َّاللَ او ُرُكْذاَف ٍتاَفَرَع ْنِم ْمُتْضَفَأ اَذِإَف ۚ ْمُكِ ب َر ْنِم ًلاْضَف اوُغَتْبَت ْنَأ ٌحاَنُج ْمُكْيَلَع َسْيَل َد
ۖ ِما َرَحْلا ِرَعْشَمْلا َنيِ لاَّضلا َنِمَل ِهِلْبَق ْنِم ْمُتْنُك ْنِإ َو ْمُكاَدَه اَمَك ُهو ُرُكْذا َو
Terjemahnya :
“Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia Tuhanmu. Maka apabi- la kamu bertolak dari ‘Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy’aril Ha- ram. Dan berzikirlah kepada-Nya sebagaimana dia telah memberi pe- tunjuk kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang yang tidak tahu.”(QS. Al-Baqarah : 198)17
Ayat-ayat yang senada masih banyak yang terdapat dalam al-Qur’an yang dipandang oleh para fuqoha sebagai basis dari yang diperbolehkannya bersyirkah. Kandungan ayat-ayat di atas mencakup usaha syirkah karena syirkah di laksanakan dengan berjalan-jalan di muka bumi dan ia merupakan salah satu bentuk mencari keutamaan Allah.
b. Al-Hadits
لَص الله ُلوُس َر َلاق :لاق ُهْنَع ُ َّاللَ َي ِض َر َةرْي َرُه يبَأ ْنَع ُ َّاللَ َلاَق" :م لَس َو ِهْيَلَع الله ى
"اَمِهِنْيَب ْنِم ُتْج َرَخ َناَخ اذإَف ،ُهَب ِحاَص اَمُهُدَحَأ ْنُخَي ْمَل اَم ِنْيَكْي ِرَّشلا ُثِلاَث انَأ :ىلاعَت .ُمِكاَحْلا ُهَح حَص َو َد ُواد وبأ ُها َو َر
Artinya:
“Dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata: Rasulullah pernah bersabda Allah telah berfirman: “Aku menemani dua orang yang bermitrausaha selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati yang lain.
17 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Syaamil Qur‟an, 2012,
Bila salah seorang berkhianat, maka Aku akan keluar dari kemitrausahaan mereka”.(HR. Abu Daud)”18
Hadis ini menunjukkan bolehnya syirkah (bersekutu/berserikat), dan sisi pendalilnya ialah bahwa Allah adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersekutu selama tidak ada khianat di antara mereka berdua. Hadis ini menunjukkan anjuran bersikap amanah dan bahwasanya orang amanah akan ditolong Allah serta ancaman dari perbuatan khianat, dan jika seseorang berkhianat maka akan dicabut darinya keberkahan dan Allah ber- lepas diri darinya sehingga orang tersebut akan tertimpa kebinasaan dan ke- rugian. (Utsaimin).19
3. Jenis-jenis Syirkah
Para ulama fiqh membagi syirkah menjadi dua macam:
a. Syirkah amlak (perserikatan dalam kepemilikan)
Syirkah amlak ini adalah beberapa orang memiliki secara bersama- sama sesuatu barang, pemilikan secara bersama-sama atas sesuatu barang tersebut bukan disebabkan adanya perjanjian di antara para pihak (tanpa ada akad atau perjanjian terlebih dahulu), misalnya pemilikan harta secara ber- sama-sama yang disebabkan/ diperoleh karena pewarisan.20
18 HR Abu Dawud No.2936, dalam kitab al-Buyu, dan Hakim
19 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram Pandauan Kesempurnaan Ibadah Seorang Muslim, (Bandung: PT Cordoba Internasional Indonesia, 2015), hlm. 367.
20 Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Ekonisia, Yogyakarta, 2003, hlm 52.
Syirkah amlak adalah syirkah yang terjadi bukan karena akad, tetapi karena usaha tertentu atau terjadi secara alami (ijbari). Oleh karena itu, syirkah amlak dibedakan menjadi dua: syirkah amlakikhtiari, dan syirkah am- lak-ijbari.21
1) Syirkah amlak ikhtiari yaitu perserikatan yang muncul akibat tindakan hukum orang yang berserikat, seperti dua orang sepakat membeli suatu barang atau keduanya menerima hibah, wasiat, atau wakaf dari orang lain maka benda-benda ini menjadi harta serikat (bersama) bagi mereka ber- dua.22 Syirkah amlak ikhtiari antara lain terjadi dalam hal akad hibah, wasi- at, dan pembelian.
Contohnya seorang menghibahkan/memberikan sejumlah uang kepada dua orang siswa sekolah menengah yang kehabisan ongkos;
maka uang tersebut menjadi milik dua siswa tersebut secara bersama (kepemilikan uang secara syirkah). Contoh lainnya seseorang berwasiat kepada dua anak angkatnya mengenai harta yang menjadi haknya, maka harta tersebut menjadi milik dua anak angkat secara bersama-sama apabi- la pewasiat meninggal dunia.23
2) syirkah amlak-ijbari yaitu (perserikatan yang muncul secara paksa bukan keinginan orang yang berserikat) artinya hak milik bagi mereka berdua atau lebih tanpa di kehendaki oleh mereka. seperti harta warisan, yang
21 Maulana Hasanudin dan Jail Mubarok, Perkembangan Akad…, hlm. 22.
22 Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh…, hlm.131.
23 Maulana Hasanudin dan Jail Mubarok, Perkembangan Akad…, hlm. 23
mereka terima dari bapaknya yang telah wafat. Harta warisan ini menjadi hak milik bersama bagi mereka yang memiliki hak warisan.24
Menurut para fukaha, hukum kepemilikan syirkah amlak dis- esuaikan dengan hak masing-masing yaitu bersifat sendiri sendiri secara hukum. Artinya seseorang tidak berhak untuk menggunakan atau men- guasai milik mitranya tanpa izin dari yang bersangkutan.
Hukum dari kedua jenis perkongsian ini adalah salah seorang yang bersekutu seolah-olah sebagai orang lain dihadapan yang bersekutu lainya. Oleh karena itu, salah seorang di antara mereka tidak boleh men- golah harta perkongsian tersebut tanpa izin dari teman sekutunya, karena keduanya tidak mempunyai wewenang untuk menentukan bagian masing- masing.
b. Syirkah al-uqud (perserikatan berdasarkan aqad)
Syirkah uqud adalah dua orang atau lebih melakukan akad untuk bekerja sama (berserikat) dalam modal dan keuntungan. Artinya, kerja sama ini didahului oleh transaksi dalam penanaman modal dari kesepaka- tan pembagian keuntungan. Pengertian lain dari al-uqud (syirkah Transaksional), yaitu akad kerja sama antara dua orang yang bersekutu dalam modal dan kerugian.
24 Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalah…, hlm. 131
Syirkah akad tercipta dengan cara kesepakatan di mana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah. Mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.25
1) Menurut Hanabilah, syirkah ‘uqud itu ada lima macam:
a) Syirkah ‘inan
b) Syirkah mudharabah c) Syirkah wujūh
d) Syirkah abdan
2) Menurut Hanafiah, syirkah ‘uqud itu ada enam macam:
a) Syirkah amwal (1) Mufawaḍah (2) ‘Inan
b) Syirkah a’mal (1) Mufawaḍah (2) ‘Inᾱn
c) Syirkah wūjuh (1) Mufawaḍah (2) ‘Inan
3) Menurut Malikiyah dan Syafi’iyah, syirkah itu ada empat macam:
a) Syirkah abdan b) Mufawaḍah
25 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori…, hlm. 92.
c) Syirkah wujuh d) Syirkah ‘inan
4. Macam-macam akad syirkah antara lain:
a. syirkah al-Inan
Penggabungan harta atau modal dua orang atau lebih yang tidak selalu sama jumlahnya. Boleh satu pihak memiliki modal lebih besar dari pihak lain.26 Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian se- bagaimana yang telah disepakati di antara mereka. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tid- ak harus sama, sesuai dengan kesepakatan mereka.27 Syirkah „inan ada- lah dua orang berkongsi dalam suatu urusan tertentu, tidak di dalam semua harta mereka, misalnya bersekutu dalam membeli suatu barang, hal demikian hukumnya adalah boleh.28
b. Syirkah Mufawadhah
perserikatan yang modal semua pihak dan bentuk kerja sama yang mereka lakukan baik kualitas dan kuantitasnya sama dan keuntungan dibagi rata.29 Dalam syirkah mufawadhah ini masing-masing pihak harus
26 Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalah…, hlm.132.
27 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori…, hlm. 92.
28 Muhammad bin, Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat Madzab, Terj Abdullah Zaki Alkaf, (Bandung:Hasyimi, 2010), hlm. 251.
29 Yasid Afandi, Fiqh Muamalah dan Implemetasinya Dalam Lembaga Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta:Logung Pustaka, 2009), hlm.127.
sama-sama bekerja.30 Degan demikian, syarat utama dari jenis Al Musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban utang dan dibagi oleh masing-masing pihak.31
Hanafi dan Maliki membolehkan syirkah muwafadhah. Namun, di- antara mereka terdapat perbedaan mengenai bentuknya. Menurut pen- dapat Hanafi: Syirkah muwafadhah adalah dua orang berserikat pada suatu usaha yang mereka miliki, seperti emas dan mata uang, dan harus bersamaan modalnya. Oleh karena itu, menurut mereka jika modalnya tidak sama, maka pengkongsian menjadi tidak sah.32
Maliki berpendapat: dalam syirkah muwafadhah boleh tidak sama besar modalnya, dan keuntungannya dibagi menurut perbandingan per- sentase modal masing-masing yang ditanam. Tidak ada perbedaan dalam masalah modal yang ditanam, baik berupa barang maupun uang. Juga, tidak dibedakan antara menjadikan perkongsian tersebut semua harta yang dimiliki atau sebagainya saja untuk usaha, serta sama saja antara harta mereka, apakah dicampur menjadi satu sehingga tidak dapat dibedakan atau dapat dibedakan sesudah dicampur menjadi satu, dan kekuasaan berada pada keduanya.
30 Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalah…, hlm. 132.
31 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori…, hlm. 92.
32 Muhammad bin , Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat.., hlm. 251.
c. Syirkah A’maal
Syirkah A’maal adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari peker- jaan itu. Misalnya, kerja sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek, atau kerja sama dua orang penjahit untuk menerima order pem- buatan seragam sebuah kantor. Al-musyarakah ini kadang-kadang dise- but musyarakah abdan atau sanaa’i.33
Tentang hukumnya, ulama Malikiyah, Hanafiyah, Hanabilah Zaidi- yah membolehkan syirkah abdan ini. Karena tujuan syirkah ini mencari keuntungan dengan modal pekerjaan secara bersama.34
d. Syirkah Wujuh
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan presentase baik serta ahli dalam bisnis. Mereka memberi barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan ja- minan kepada penyuplai yang disediakan oleh setiap mitra. Jenis ini tidak memerlukan modal karena pemberian secara kredit berdasar pada ja- minan tersebut. Karenanya, kontrak ini pun lazim disebut sebagai musyarakah piutang.35
33 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori, hlm. 92.
34 Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalah…, hlm.134.
35 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori…, hlm. 93.
e. Syirkah Mudharabah
Kata mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti memukul atau berjalan. Pengertian dari memukul atau berjalan di atas yang mak- sudnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalan- kan usahanya.36
Mudharabah atau qiradh merupakan salah satu bentuk akad syirkah atau perkongsian. Orang Irak menyebut istilah mudharabah kare- na setiap pihak yang berakad mengambil bagian dari keuntungan. Se- dangkan orang Hijaz menyebutnya dengan istilah qiradh yang berarti potongan, karena pemilik modal memotong hartanya untuk diberikan kepada pihak pengelola untuk dikelola, kemudian memberikan potongan dari keuntungan yang diperoleh. Dengan demikian, mudharabah dan qiradh mempunyai arti yang sama, hanya saja digunakan oleh dua masyarakat yang berbeda.37
Perkataan mudharabah diambil dari kata dharb (usaha) diatas bumi, hal ini dikarenakan mudharib (pengguna modal orang lain) berhak untuk bekerjasama bagi hasil atas jerih payah dan usaha yang dil-
36 Muhammad. Manajemen pembiayaan bank syari’ah. (Yogyakarta: akademi manajemen perusahaan YKPN). 2005. Hal 102
37 Nurhasanah Neneng, mudharabah dalam teori dan praktik,Bandung:Refika aditama,2015.
akukannya. Selain keuntungan yang didapat, mudharib berhak mem- pergunakan modal dan menentukan tujuannya sendiri.38
Sedangkan pengertian mudharabah yang secara teknis adalah suatu akad kerja sama untuk suatu usaha antara dua belah pihak di mana pihak yang pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modalnya dan sedangkan pihak yang lain menjadi pengelolanya.39
Pengertian mudharabah secara definisi adalah suatu bentuk perni- agaan di mana pemilik modal (shahibul maal) menyetorkan modalnya kepada seorang pengusaha yang sering disebut dengan (mudharib), un- tuk di niagakan dengan keuntungan yang akan di bagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan terdapat kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal jika disebabkan olehnya, dan jika disebabkan oleh pengelola modal maka pengelola modal yang harus me- nanggung kerugian tersebut.40
B. AL MUDHARABAH
1. Pengertian Mudharabah
Kata mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti memukul atau berjalan. Pengertian dari memukul atau berjalan di atas yang maksudnya
38 Wiroso, Seri Perbankan Syariah Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Sya- riah, Jakarta: PT. Grasindo, 2005, h. 33
39 Muhammad Syfi’i Antonio. Bank syari’ah: dari teori ke praktik. Jakarta: gema insani press.
2001. Hal. 95
40 Makhalul ilmi SM. Teori dan praktik lembaga mikro keuangan syari’ah. Yogyakarta: UII press yogyakarta. 2002. Hal. 32
adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahan- ya.41
Mudharabah atau qiradh termasuk dalam kategori syirkah. Di dalam Al-Quran, kata mudharabah tidak disebutkan secara jelas dengan istilah mudharabah. Al-Quran hanya menyebutkannya secara musytaq dari kata dharaba yang terdapat sebanyak 58 kali.
Keuntungan dari usahanya tersebut secara Mudharabah akan dibagi hasilnya menurut kesepakatan yang telah disepakati pada perjanjian awal, dan apabila usaha tersebut mengalami kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh pihak pemodal selama kerugian tersebut bukan disebabkan kelalaian pengelola modal. Jika kerugian tersebut disebabkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola modal, maka pengelola modal yang harus bertanggung jawab atas kerugian yang telah dialaminya.
Pada hakikatnya pengertian dari mudharabah adalah suatu bentuk kerja sama antara shohibul maal dan mudhorib, di mana dana 100% dari shohibul maal. Sedangkan mudhorib hanya sebagai pengelola yang keun- tungannya akan di bagi sesuai dengan kesepakatan di awal.
Mudharabah adalah salah satu akad kerja sama kemitraan berdasar- kan prinsip berbagi untung dan rugi (profit and loss sharing principle), dil- akukan sekurang-kurangnya oleh dua pihak, di mana yang pertama memiliki
41 Muhammad. Manajemen pembiayaan bank syari’ah. (Yogyakarta: akademi manajemen perusahaan YKPN). 2005. Hal 102
dan menyediakan modal, di sebut shohibul maal, sedang ke dua memiliki keahlian dan bertanggung jawab atas pengelolaan dana / manajemen usaha halal tertentu, disebut mudhorib.42
2. Jenis-Jenis Al-Mudharabah
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara penyedia modal (shahibul maal) dan pengelola modal (mudharib) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah yang akan digunakan untuk usahanya.Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, maupun objek investasi.43
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah atau specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah, yaitu mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usahanya.44
Dengan adanya pembatasan tersebut seringkali mencerminkan ke- cenderungan umum shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usahanya.
42 Muhammad Syfi’i Antonio. Bank syari’ah: dari teori ke praktik. Jakarta: gema insani press.
2001. Hal. 95
43 Rizal Yahya, Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba Empat, 2014, hlm. 109.
44 Muhammad Syfi’i Antonio. Bank syari’ah: dari teori ke praktik. Jakarta: gema insani . 2001.
Hal. 95
3. Dasar Hukum Al-Mudharabah
Pada dasarnya landasan dasar syari’ah mudharabah lebih menc- erminkan anjuran untuk melakukan usaha. Landasannya tersebut terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Al-Qur’an
1) Ayat pertama Firman Allah Swt.
ِ َّاللَ ِلْضَف ْنِم َنوُغَتْبَي ِض ْرَ ْلأا يِف َنوُب ِرْضَي َنو ُرَخآ َو ىَض ْرَم ْمُكْنِم ُنوُكَيَس ْنَأ َمِلَع ِم َرَّسَيَت اَم اوُء َرْقاَف ِ َّاللَ ِليِبَس يِف َنوُلِتاَقُي َنو ُرَخآ َو ُهْن
Terjemahannya:
”DIA mengetahui bahwa aka nada .” (QS. Al-Muzammil : 20)45
Adanya kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha. Mudharib sebagai enterpre- neur adalah sebagian orang-orang yang melakukan (dharb) perjalanan untuk mencari karunia dari Allah Swt. dari keuntungan investasinya. 46
2) Ayat kedua Firman Allah Swt.
َِّاللَ ِلْضَف ْنِم اوُغَتْبا َو ِض ْرلأا يِف او ُرِشَتْناَف ُةلاَّصلا ِتَي ِضُق اَذِإَف
Terjemahnya:
45 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Syaamil Qur‟an, 2012,
46 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia, 2001) , 223
“Apabila telah ditunaikan sholat, bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS. Al-Jumu’ah : 10)
Maksud dari ayat di atas adalah apabila kamu telah melaksanakan perintah dari Rabb kamu yaitu sholat (subuh) maka keluarlah dari rumah kal- ian untuk berikhtiar mencari rezeki Allah dengan cara yang halah agar Allah Swt. Memberikan karunianya kepada mu.
3) Ayat ketiga
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 198:
ْنِع َ َّاللَ او ُرُكْذاَف ٍتاَفَرَع ْنِم ْمُتْضَفَأ اَذِإَف ۚ ْمُكِ ب َر ْنِم ًلاْضَف اوُغَتْبَت ْنَأ ٌحاَنُج ْمُكْيَلَع َسْيَل َد
ُرُكْذا َو ۖ ِما َرَحْلا ِرَعْشَمْلا َّضلا َنِمَل ِهِلْبَق ْنِم ْمُتْنُك ْنِإ َو ْمُكاَدَه اَمَك ُهو
َنيِ لا
Terjemahnya :
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniag- aan) dari Tuhanmu”(QS. Al-Baqarah : 198)
4) Ayat Keempat
Unsur kerja sama yang terdapat dalam akad mudharabah sesuai dengan kehendak Allah Swt. yang terkandung di dalam QS.Al-Hasyr(59):7
َٰىَماَتَيْلا َو َٰىَب ْرُقْلا يِذِل َو ِلوُس َّرلِل َو ِ َّ ِ َ فَلِل َٰى َرُقْلا ِلْهَأ ْنِم ِهِلوُس َر َٰىَلَع ُ َّاللَ َءاَفَأ اَم َسَمْلا َو
َنوُكَي َلَّ ْيَك ِليِبَّسلا ِنْبا َو ِنيِكا ُلوُس َّرلا ُمُكاَتآ اَم َو ۚ ْمُكْنِم ِءاَيِنْغَ ْلأا َنْيَب ًةَلوُد
ِباَقِعْلا ُديِدَش َ َّاللَ َّنِإ ۖ َ َّاللَ اوُقَّتا َو ۚ اوُهَتْناَف ُهْنَع ْمُكاَهَن اَم َو ُهوُذُخَف
Terjemahnya:
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul- Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang di larangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS.Al- Hasyr 59:7)47
Kata
ًةَلوُد
adalah sesuatu yang beredar dan diperoleh secara silih ber- ganti. Kalimatْمُكْنِم ِءاَيِنْغَ ْلأا َنْيَب ًةَلوُد َنوُكَي َلَّ ْيَك
menegaskan bahwa harta benda hendaknya jangan menjadi milik dan kekuasaan sekelompok manusia, tetapi hendaknya dinikmati oleh banyak orang. Ayat ini membuktikan bahwa Islam menolak monopoli, tetapi memegang teguh prinsip keseimbangan peredaran harta bagi segenap anggota masyarakat.Ayat-ayat yang senada masih banyak yang terdapat dalam al-Qur’an yang dipandang oleh para fuqoha sebagai basis dari yang diperbolehkannya mudharabah. Kandungan ayat-ayat di atas mencakup usaha mudharabah karena mudharabah dilaksanakan dengan berjalan-jalan di muka bumi dan ia merupakan salah satu bentuk mencari keutamaan Allah.
47 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Syaamil Qur‟an, 2012,
b. As-Sunnah
1) Hadis yang pertama
َعَفَد اَذِإ ِبِ لَطُمْلا ِدْبَع ُنْب ُساَّبَعْلا اَنُدِ يَس َناَك ةَب َراَضُم َلاَمْلا
َلَّ ْنَأ ِهِب ِحاَص ىَلَع َط َرَتْشِا
ا ًرْحَب ِهِب َكُلْسَي
،ٍةَبْط َر ٍدِبَك َتاَذ ًةَّباَد ِهِب َي ِرَتْشَي َلَّ َو ،اًيِدا َو ِهِب َل ِزْنَي َلَّ َو ، َكِلَذ َلَعَف ْنِإَف
ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله َل ْوُس َر ُهُط ْرَش َغَلَبَف ،َنِمَض ىف يناربطلا هاور( ُه َزاَجَأَف َمَّلَس َو ِهِلآ َو
.)سابع نبا نع طسولأا
Artinya:
”Adalah Abbas bin Abdul Muththalib, apabila ia menyerahkan sejumlah harta dalam investasi mudharabah, maka ia membuat syarat kepada mudharib, agar harta itu tidak dibawa melewati lautan, tidak menuruni lembah dan tidak dibelikan kepada binatang, Jika mudharib melanggar syarat-syarat tersebut, maka ia bertanggung jawab menanggung risiko. Syarat-syarat yang di ajukan Abbas tersebut sampai kepada Rasulullah Saw, lalu Rasul membenarkannya”.(HR ath_Thabrani).48 Hadist ini menjelaskan praktek mudharabah muqayyadah.
2) Hadis kedua
ِ َّاللَ ِلوُس َر ْنَع َرَمُع ِنْب ِ َّاللَ ِدْبَع ْنَع -
ملسو هيلع الله ىلص َرَبْيَخ ِدوُهَي ىَلِإ َعَفَد ُهَّنَأ -
َرَبْيَخ َلْخَن ِ َّاللَ ِلوُس َرِل َو ْمِهِلا َوْمَأ ْنِم اَهوُلِمَتْعَي ْنَأ ىَلَع اَهَض ْرَأ َو
- هيلع الله ىلص
ملسو .اَه ِرَمَث ُرْطَش -
Artinya:
48Abu bakar ahmad bin Ali al-baihaqi sebagaimana di kutip oleh Imam Mustofa,Fiqih Mua- malah kontemporer,(Jakarta:PT.Rajagrafindo persada, 2016), hal.152.
“Dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah, bahwa Rasulullah menye- rahkan kepada bangsa Yahudi Khaibar kebun kurma dan ladang dae- rah Khaibar, agar mereka menggarapnya dengan biaya mereka sendiri, dengan perjanjian, Rasulullah mendapatkan separuh hasil panennya.” (HR. Muslim 4048)
3) Hadis ketiga
Hadis Nabi riwayat Imam Ibnu Majah dari Shuhaib, Nabi SAW bersabda:
،ٍلَجَأ ىَلِإ ُعْيَبْلَا :ُةَك َرَبْلَا َّنِهيِف ٌث َلاَث ( :َلاَق ملسو هيلع الله ىلص َّيِبَّنلَا َّنَأ ْلِل َلَّ ,ِتْيَبْلِل ِريِعَّشلاِب ِرُبْلَا ُطْلَخ َو ،ُةَض َراَقُمْلا َو ) ِعْيَب
اَو َر ٍفيِعَض ٍداَنْسِإِب ْهَجاَم ُنْبِا ُه
Artinya:
“Nabi bersabda: Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, (mudharabah), dan mencampur gandum halus dengan gandum kasar (jewawut) untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.(HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah)49
c. Ijma
1) An-Nawawi
Di dalam kitab ar-Raudhah IV/97, al-qiradh, al-muqaradhah, dan al mudharabah adalah satu makna, yaitu penyerahan harta (modal) terhadap seseorang untuk di perniagakan, sedangkan keuntungannya dibagikan di antara mereka (pemodal dan yang diberi modal). Qiradh bisa juga diambil dari kata muqaradhah yang berarti al-musaawah (kesamaan), sebab pemilik modal dan pengusaha memiliki hak yang
49 Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwiniy Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz 3, Beirut: Darul-Fikr, 1992, hlm. 768.
sama terhadap laba (modal) terhadap seseorang untuk diperniagakan, sedangkan keuntungannya dibagikan di antara mereka (pemodal dan yang diberi modal). Qiradh bisa juga diambil dari kata muqaradhah yang berarti al-musaawah (kesamaan), sebab pemilik modal dan pen- gusaha memiliki hak yang sama terhadap laba.
2) Sayyid Sabiq
Mudharabah adalah akad di antara dua belah pihak di mana sa- lah satu pihak menyerahkan modal kepada yang lain untuk berniaga pada modal tersebut dengan keuntungan dibagi di antara keduanya dengan porsi sesuai hasil kesepakatan.50
3) Afzalurrahman
Mudharabah sebagai bentuk kemitraan terbatas dan mengartikannya sebagai suatu kontrak kemitraan (partnership) yang berlandaskan pada prinsip pembagian hasil dengan cara seseorang memberikan modalnya kepada pihak lain untuk melakukan bisnis dan kedua belah pihak membagi keuntungan atau memikul beban kerugian berdasarkan isi perjanjian bersama. Dengan kata lain, mudharabah merupakan kemitraan antara pemilik modal dan pengelola modal yang memiliki kemampuan usaha dan mengelola pembagian keuntungan ditetapkan sesuai dengan persentase yang mereka sepakati, se- dangkan seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Pengelola
50 Abdullah Zaki Alkaf, Fiqih Empat Mazhab, (Bandung:Hasyimi 2012),h.275.
modal tidak dikenakan beban atas kerugian karena kerugiannya ada- lah kehilangan keuntungan atas jasa yang dia lakukan berupa upah yang seharusnya dia peroleh. 51
4) Fatwa al-Azhar
Disebutkan bahwa yang dimaksud dengan mudharabah adalah akad yang berserikat dan pekerjaan dari pihak lain menurut syarat- syarat tertentu.
5) Fatwa al Mu’ashirah
Disebutkan bahwa mudharabah dalam fiqh Islam merupakan salah satu jenis dari syirkah yang di dalamnya ada pokok modal dari satu pihak dan pekerjaan dari pihak lain. Mekanismenya, seseorang menyerahkan modal harta kepada pihak lain untuk diniagakan/dikelola dengan keuntungan yang diperoleh dibagi di antara keduanya sesuai nisbah yang disepakati dalam akad.52
6) Sutan Romy
Mudharabah merupakan wahana utama bagi lembaga keu- angan Islam untuk memobilisasi dana masyarakat dan untuk menye- diakan berbagai fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan dan bagi
51 Saleh Al-fauzan, Fiqih sehari-hari,(Jakarta:Gema Insani:2005),h.256.
52 Saleh Al-fauzan, Fiqih sehari-hari,(Jakarta:Gema Insani:2005),h.257.
hasil para pengusaha. Dalam istilah lain mudharabah biasa juga dise- but dengan qiradh yang artinya memotong .53
4. Rukun Dan Syarat Mudharabah a. Rukun Mudharobah
Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa mudharabah memiliki lima rukun:
1) Modal.
2) Jenis usaha.
3) Keuntungan.
4) Shighot (pelafalan transaksi)
5) Dua pelaku transaksi, yaitu pemilik modal dan pengelola.54 b. Syarat Mudharabah
Sedangkan syarat-syarat dalam mudharabah ialah sebagaimana beri- kut:55
1) Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.
2) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:
53 Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqh al-islam wa Adillatuhui Damakus. Daar al-Fikr, Jilid IV, 1989, hlm.
848-851.
54 Muhammad, Kontribusi Mudharabah Dalam Bisnis Syari’ah, BPFE, Yogyakarta, 2005, hlm 193.
a) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad).
b) Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Para ulama fiqih mensyaratkan tiga hal dalam melakukan ijab dan ka- bul agar memiliki akibat hukum, yaitu: pertama, Jala’ul ma’na, yaitu tujuan yang terkandung dalam pernyataan itu jelas, sehingga dapat dipahami jenis akad yang dikehendaki; kedua, Tawafud, yaitu adanya kesesuaian antara ijab dan qabul; ketiga, Jazmul Iradataini, yaitu antara ijab dan kabul menunjukkan kehendak para pihak secara pasti, tidak ragu, dan tidak terpaksa.56
3) Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penye- dia dana kepada pengelola (mudharib) untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:
a) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
b) Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.
56 Gemala Dewi, dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Fakultas hukum Universitas Indo- nesia, 2006, hlm .48.
c) Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib (pengelola modal), baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
4) Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:
a) Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk satu pihak.
b) Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan.
Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
c) Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudhar- abah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
Salah satu segi penting dalam mudharabah adalah pembagian keun- tungan diantara dua pihak harus secara proporsional dan tidak dapat mem- berikan keuntungan sekaligus atau yang pasti kepada pemilik modal (sha- hibul maal).57
57 Mervyn K. Lewis dan Lativa M. Algaoud, Perbankan Syariah, diterjemahkan oleh Burhan Wirasubrata dari “Islamic Banking”, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2004, hlm. 66.
5) Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:
a) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif pengelola (mudharib), tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
b) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam tin- dakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktivitas itu.
5. Hal Yang Membatalkan Mudharabah
Mudharabah menjadi batal apabila ada perkara-perkara sebagai berikut:
a. Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat mudharabah. Jika salah satu syarat mudharabah tidak terpenuhi, sedangkan modal sudah dipegang oleh pengelola dan sudah diperdagangkan, maka pengelola mendapatkan sebagian keuntungannya sebagai upah, karena tindakan atas pemilik modal dan ia berhak menerima upah. Jika terdapat keun- tungan, maka keuntungan tersebut untuk pemilik modal.
Jika ada kerugian, kerugian itu menjadi tanggung jawab pemilik modal karena pengelola adalah sebagai buruh yang hanya berhak
menerima upah dan tidak bertanggung jawab sesuatu apapun, kecuali atas kelalaiannya.58
b. Pengelola dengan sengaja meninggalkan tugasnya sebagai pengelola modal atau pengelola modal berbuat sesuatu yang bertentangan dengan tujuan akad. Dalam keadaan seperti ini pengelola modal ber- tanggung jawab jika terjadi kerugian karena dialah penyebab keru- gian.59
c. Apabila pelaksana atau pemilik modal meninggal dunia, mudharabah menjadi batal. Jika pemilik modal yang wafat, pihak pengelola berkewajiban mengembalikan modal kepada ahli waris pemilik modal serta keuntungan yang diperoleh diberikan kepada ahli warisnya sebe- sar kadar prosentase yang disepakati. Tapi jika yang wafat itu pengelola usaha, pemilik modal dapat menuntut kembali modal itu kepada ahli warisnya dengan tetap membagi keuntungan yang dihasilkan berdasar- kan prosentase jumlah yang sudah disepakati. Jika Mudharabah telah batal, sedangkan modal berbentuk ‘urudh (barang dagangan), maka pemilik modal dan pengelola menjual atau membaginya, karena yang demikian itu merupakan hak berdua. Dan jika si pengelola setuju dengan penjualan, sedangkan pemilik modal tidak setuju, maka pemilik modal dipaksa menjualnya, karena si pengelola mempunyai hak di da-
58 Adiwarman Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm 190
59 Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Asep Sobari, Fiqih Sunah, (Jakarta : Al-I’tishom, 2008), 385
lam keuntungan dan dia tidak dapat memperolehnya kecuali dengan menjualnya. Demikian menurut madzhab Asy Syafi’i dan Hambali.60
60 Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Asep Sobari, Fiqih Sunah, (Jakarta : Al-I’tishom, 2008), 386
C. KERANGKA PIKIR
AKAD MUDHOROBAH
PENGETAHUAN PENGUSAHA AYAM POTONG
PENERAPAN AKAD MUDHAR- ABAH
SAHIBUL MAL (PEM- ILIK MODAL)
MUDHARIB (PENGEL- OLA MODAL) AL-QUR’AN
1. QS. Al-Maidah (5) Ayat 1 2. QS. An-Nisa (4) Ayat 58 3. QS. Al-Maidah (5) Ayat 90 4. QS. Al-Baqarah (2) Ayat 275
AS-SUNNAH (HR. Muslim 4048) (HR ath_Thabrani)
(Imam Ibnu Majah dari Shuhaib) Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani
41 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, di mana peneliti berhadapan langsung dengan objek yang akan diteliti dengan cara pendekatan alamiah untuk membaca perilaku objek yang akan diteliti.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk me- mahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan suatu fenom- ena dengan sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang seda- lam-dalamnya pula, yang menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu data yang diteliti.
Pada penelitian kualitatif, semakin mendalam, teliti, dan tergali suatu data yang didapatkan, maka bisa diartikan pula bahwa semakin baik kualitas penelitian tersebut. Maka dari segi besarnya responden atau objek penelitian, metode penelitian kualitatif memiliki objek yang lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian kuantitatif, sebab lebih mengedepankan kedalaman data, bukan kuantitas data.
B. LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada usaha pemotongan ayam ‘BASMALAH’.
Usaha ini di jalankan secara syariah yang berada di Kabupaten Gowa, tepat- nya di Jl.Mangka Dg Bombong, Manggarupi. Objek penelitian di sini adalah pelaku usaha pemotongan ayam syariah untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman mereka terhadap akad musyarakah atau bagi hasil secara syariah di usaha mereka dan bagaimana implementasinya.
C. INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat peneliti adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus di ‘validasi’ seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian yang se- lanjutnya terjun ke lapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen, ber- fungsi menetapkan penelitian memilih informasi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data menafsir- kan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam penelitian kuali- tatif, segala sesuatu yang akan di cari dari objek penelitian belum jelas dan belum pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang di harapkan semunan- ya belum jelas.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Observasi
Observasi adalah adalah suatu aktivitas pengamatan terhadap suatu objek secara cermat dan langsung di lokasi penelitian, serta mencatat secara
sistematis mengenai gejala-gejala yang diteliti. Proses observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian.
Kegiatan ini direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikendalikan keandalannya (reliabilitas) dan kesahihannya (validitas).
Observasi dilakukan di lokasi operasional Usaha Pemotongan Ayam
‘BASMALAH’. Peneliti melihat langsung bagaimana proses pengelolaaan usaha yang di jalankan oleh keempat pihak yang bekerjasama.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan atau tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih, yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pa- da suatu masalah tertentu. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang sifatnya memperjelas data dokumentasi dengan menguji pengetahuan ten- tang akad bagi hasil atau Mudharabah yang di lakukan.
Wawancara di lakukan kepada:
1. Aprianto, dia adalah pihak pemilik modal dalam usaha pemotongan ayam syariah ini dan bertindak sebagai pengawas dalam semua kegiatan yang di lakukan.
2. Bashar, adalah pihak yang menghubungi penyuplai ayam di pemo- tongannya sekaligus sebagai teknisi yang memotong ayam langsung di tempat pemotongannya.
3. Abdul Rahman, bertugas sebagai teknisi yang berada di kandang un- tuk menyortir ayam yang siap untuk di jual kepada pembeli.
4. Ashari, bertugas melakukan pencatatan hasil dari kegiatan pemotong- an serta bertugas sebagai pihak marketing baik secara online maupun offline.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau var- iabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen, dan lain se- bagainya. Metode ini diperlukan untuk menggali data-data tentang hal-hal yang perlu dari berkas arsip yang berupa tulisan, foto, ataupun lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
E. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menganalisis, mempelajari serta mengolah data tertentu. Sehingga dapat di- ambil kesimpulan yang konkret tentang persoalan yang diteliti. Penelitian yang akan dilakukan adalah tergolong tipe penelitian deskriptif kualitatif ana- lisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik ana- lisis data kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah- milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.61
61 Lexi J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) h.
248.
Analisis data terdiri dari 3 (tiga) alur kegiatan yang terjadi secara ber- samaan yaitu:62
1. Reduksi data
Reduksi data berarti memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yag penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak per- lu.
2. Penyajian data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Kesimpulan atau verifikasi adalah tahapan akhir dalam proses analisis data, pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh.
62 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet-31, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) h. 30.
46 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Objek Penelitian
Usaha Pemotongan Ayam ‘BASMALAH’ adalah pemotongan yang berdiri belum lama sekitar 2 tahun yang lalu. Awal mula terbentuknya usaha ini karena adanya kesadaran akan tingginya tingkat kecurangan yang terjadi di lingkungan pasar yang dimana pengelola ayam potong tidak sesuai syariat Islam. Peluang untuk membuka usaha pemotongan ayam sangat tinggi, teta- pi membutuhkan modal yang tidak sedikit. Adanya peluang usaha yang besar dan pasar yang bagus sehingga empat orang, yaitu Aprianti, Bashar, Ab- durrahman dan Ashari bertemu dan sepakat untuk membuka usaha.
Mereka juga mendapatkan lokasi yang strategis untuk menjalankan usaha yaitu menjual ayam, tidak hanya di ruang lingkup pasar saja, tetapi punya tempat yang tetap di Jalan Mangka Dg Bombong, Kab. Gowa.
Pemotongan ayam syariah ini dibangun atas dasar keinginan untuk memperkenalkan bahwa ayam yang dikonsumsi umat muslim harus halal dan berkualitas dan di kelola dengan tata cara sesuai dengan syariat yang diajar- kan oleh Rasulullah Saw.
47 2. Keadaan lingkungan
Usaha pemotongan ayam ‘BASMALAH’ ini yang beralamatkan di Jl.
Mangka Dg Bombong, Paccinongang. Kelurahan Paccinongang Kabupaten Gowa merupakan salah satu dari empat belas kelurahan yang ada di Keca- matan Somba Opu Kabupaten Gowa, yaitu, Kelurahan Pandang-Pandang, Sungguminasa, Tompobalang, Batangkaluku, Tamarunang, Bontoramba, Mawang, Romangpolong, Bonto-Bontoa, Kalegowa, Katangka, Tombolo, Paccinongang, dan Samata.
Keadaan sosial ekonomi masyarakat kelurahan Paccinongang dapat dilihat dan diketahui dari segi mata pencaharian masyarakatnya. Masyarakat banyak berprofesi sebagai pegawai dan wirausaha serta pekerja harian lepas letaknya yang berdekatan dengan perkotaan ini menyebabkan perkem- bangan pembangunan yang ada di Kelurahan Paccinongang berlangsung cepat, seperti gedung serbaguna serta perumahan-perumahan mewah dan elit.
Padatnya penduduk di kelurahan Paccinongang ini menjadi potensi pasar yang sangat bagus untuk usaha pemotongan ayam dan membuat ban- yak pengusaha berlomba-lomba membuka usaha pemotongan ayam di ke- lurahan tersebut demi memenuhi kebutuhan masyarakat, serta memudahkan masyarakat yang membutuhkan ayam potong, tanpa harus ke pasar yang jauh.
Akan tetapi kebanyakan pengusaha ayam potong di kelurahan Pacci- nongang terlalu memperhatikan tatacara pemotongan yang sesuai ajaran Is- lam. Sehingga banyak konsumen yang mengeluh karena ayam potong yang tersedia sudah tidak segar dan terkadang ada unsur penipuan yang diamana ayam yang dijualnya telah disuntik agar terlihat besar.
3. Gambaran umum Informan
Instrument dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang yang telah saling bekerjasama membangun usaha pemotongan ayam, mereka adalah:
a) Aprianto, adalah pemilik modal dalam usaha ‘BASMALAH’ pemotongan ayam syariah yang bertugas sebagai pihak yang mengawasi jalannya usaha tersebut, umur Aprianto masih tergolong masih muda karena masih berumur 32 tahun dan Aprianto juga adalah seorang pengusaha yang di antara usahanya tersebut yaitu, HAMDALAH (pusat bekam &
ruqyah Syar’iyah), Swiff laundry, dan Manissa Traditional Cake.
b) Bashar, memiliki keahlian memotong ayam dan memiliki banyak kenalan di bidang produksi ayam, saat ini sedang menempuh pendidi- kan di sebuah perguruan tinggi.
c) Abdurrahman, adalah pihak pengelola usaha ‘BASMALAH’ pemotongan ayam syariah yang telah berpengalaman memotong ayam. sejak tahun 2014 Abdurrahman belajar memotong ayam secara syariah. Umur Ab- durrahman sekarang 25 tahun dan saat ini fokus mengelola usaha
‘BASMALAH’.