10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
2.1.1. Komunikasi Massa
Komunikasi Massa dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung antar manusia dengan menggunakan media massa sebagai perantara.
Komunikasi massa sendiri adalah bagian dari kajian Ilmu Komunikasi, dimana terdapat relasi atau hubungan antar manusia dalam menyampaikan pesan dengan memiliki tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang menggunakan media massa seperti media cetak ataupun media elektronik yang dijalankan oleh sebuah lembaga atau perseorangan yang ditujukan kepada khalayak dan tersebar di banyak tempat (Tambunan, 2018).
Ruang lingkup dari media massa yaitu majalah, surat kabar, televisi, radio dan saat ini terdapat media sosial yang berbasis pada internet yaitu twitter, line, whatsapp, facebook dan masih banyak lagi. Adanya komunikasi massa ini memiliki tujuan agar konsumen medianya baik itu pendengar atau pembaca dapat memahami maksud dari isi pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator. Menurut DeFleur dan McQuail (dalam Suartama, 2016), ciri atau karakteristik dalam komunikasi massa yaitu:
a. Ditujukan kepada khalayak heterogen dan anonim, Komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen atau beragam. Artinya yaitu penonton atau pembaca memiliki keberagaman dalam umur, pendidikan, status sosial ekonomi, jenis kelamin, kepercayaan dal lainnya. Sedangkan anonim yang dimaksud adalah dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenali komunikannya. Sebab dalam komunikasinya melalui media sebagai perantara dan tidak face to face atau tidak bertatap muka secara langsung.
b. Bersifat umum, bukan perseorangan. Artinya, pesan di dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada seseorang atau kelompok tertentu. Dengan kata lain, pesan di dalam komunikasi massa ditujukan kepada masyarakat umum.
11 c. Penyampaian pada pesan dapat diakses secara cepat oleh khalayak luas
tanpa membutuhkan waktu yang lama.
d. Penyampaian pada pesan cenderung satu arah. Artinya, dalam media cetak, ketika kita mendapatkan pesan, kita tidak dapat secara spontan untuk merespon komunikatornya. Meskipun bisa, maka sifatnya tertunda.
e. Kegiatan pada komunikasinya dilakukan secara terencana, terjadwal serta terorganisir.
f. Isi pesan mencakup berbagai aspek dalam kehidupan.
2.1.2. Media Online
Media online merupakan sarana atau alat untuk memudahkan seseorang dalam berkomunikasi secara online, yaitu dengan menggunakan aplikasi dan website yang dapat diakses dengan internet. Media online dapat didefinisikan sebagai media yang terbit dalam dunia maya dan dibentuk dengan sederhana juga terbatas pada ruang serta waktu, sehingga semua orang mampu mengakses kapan dan dimana saja asalkan terdapat signal yang menghubungkan antara orang tersebut dengan internet (Ready,2016). Media online secara garis besar adalah bentuk media yang berbasis pada telekomunikasi dan multimedia, yaitu berupa situs media sosial (Youtube.com, Twitter.com, Instagram.com), situs berita online (Okezone.com, Antaranews.com, Kompas.com), situs E-commerce (Tokopedia.com, Lazada.com, Zalora.com, Shopee.co.id), situs pemerintah (Kemendikbud.go.id, Kemkes.go.id).
Media online yang merupakan bagian dari media baru kini keberadaannya jauh lebih mendapatkan perhatian masyarakat karena sifatnya yang praktis dan juga fleksibel. Di media online tentunya masyarakat dengan mudah mendapatkan serta memilih informasi yang dibutuhkan. Pengguna media online tidak bisa diatur dalam menggunakan media online tersebut. Mereka mempunyai kuasa penuh terhadap apa yang ingin mereka dapatkan setiap harinya. Mereka tidak memerlukan izin dari siapapun atau bahkan berangkat ke suatu daerah tertentu untuk mendapatkan informasi apa yang mereka inginkan (Agustiani,2018). Media online berbentuk situs portal berita dalam memberikan suatu informasi tentunya memiliki aturan seperti media massa lainnya, yaitu berupa kelayakan dalam isi berita. Kelayakan pada berita menjadi modal sebuah media dalam menjalankan fungsi kontrol
12 sosialnya. Selain itu, keberadaan media sekarang ini memiliki peranan penting dalam ruang lingkup sosial, seperti menjalankan fungsi kontrol sosialnya dalam mendidik masyarakat.
Hootsuite (We Are Social) merupakan situs layanan manajemen konten yang dibutuhkan dalam memahami internet, media sosial serta perilaku penggunanya setiap tahun. Pada tahun 2020 Hootsuite menyajikan data tren internet dan sosial media di Indonesia. Dari total jumlah penduduk 272,1 juta, sebanyak 338,2 juta pengguna telepon genggam, 175,4 juta pengguna internet dan 160 juta pengguna aktif media sosial. Sedangkan sebelumnya diketahui data tren internet dan media sosial di tahun 2019 yakni, total jumlah penduduk 268,2 juta, sebanyak pengguna telpon genggam 355,5 juta, 150 juta pengguna internet dan 150 juta pengguna aktif media sosial (Hootsuite,2020).
Dari data diatas dapat dilihat pesatnya pertumbuhan pengguna internet pada tahun 2020. Hal tersebut terjadi karena mempunyai berbagai faktor yang mendorong masyarakat Indonesia untuk menggunakan media online. Menurut Iswara (Abraham, 2014), karakter media online yaitu:
a. Kecepatan atau aktualitas informasi. Peristiwa yang ada di lapangan dapat secara langsung diunggah ke situs media online tanpa harus menunggu hitungan menit, jam ataupun hari.
Gambar 2. 1 Data Tren Internet dan Media Sosial di Indonesia Tahun 2020 (Sumber: Hootsuite-We are Sosial)
13 b. Terdapat pembaruan atau updating informasi. Informasi diberikan secara terus-menerus dikarenakan terdapat adanya pembaruan dalam informasi.
Penyajian informasi bersifat realtime, dimana penyajian informasi berlangsung dan tidak putus, tergantung dari kapan pengguna ingin mengaksesnya.
c. Interaktifitas. Media online mempunyai fungsi interaktif kepada pengguna medianya. Sehingga melalui fungsi ini pengguna media online dapat memberikan kritik hingga saran. Misalnya seperti : e-mail terkait, obrolan pesan secara online, poling atau survey.
d. Personalisasi. Media online memberikan peluang terhadap pengguna medianya dalam mengambil suatu informasi yang sesuai dengan dirinya.
e. Kapasitas. Informasi yang disajikan media online memiliki ruang atau kapasitas tanpa batas. Artinya informasi akan bertambah dan pengguna dapat mencari kapan dan dimana saja melalui search engine atau mesin pencari.
f. Hyperlink. Setiap data dan informasi yang diberikan dapat ditautkan atau dihubungkan kepada sumber lain yang tentunya memiliki hubungan dengan informasi tersebut.
2.1.3. Berita
Menurut pakar komunikasi dan jurnalistik Williard C. Bleyer, berita merupakan suatu hal terbaru yang kemudian dipilih oleh wartawan untuk dimuat kedalam surat kabar sehingga mampu menarik minat bagi konsumen media (Dosen pendidikan,2021). Berita merupakan keterangan terhadap peristiwa atau isu pernyataan manusia (Muslimin,2019,hal.10). Melihat perkembangan teknologi yang semakin canggih, tentunya berbanding lurus dengan perkembangan adanya berita online. Dimana terbukanya ruang publik dan juga partisipasi masyarakat melalui internet dalam memperoleh informasi (Sukmono, 2021). Tentunya hal ini membuat khalayak dapat secara mudah dalam mendapatkan informasi ataupun berita terkini. Dalam dunia jurnalistik, terdapat sejumlah jenis berita yang ada dalam surat kabar atau sekarang bisa sering kita jumpai di platform berita online, yaitu :
14 a. Straight News atau berita langsung, laporan peristiwa yang ditulis dengan singkat, jelas, padat dan apa adanya. Dimana berita ditulis berdasarkan peristiwa dalam keadaan yang semana mestinya, tanpa dikurang-kurangi atau dilebih-lebihkan. Berita langsung dibagi menjadi dua jenis berita, yaitu berita ringan atau soft news dan berita hangat atau hard news.
b. Opinion News atau berita opini, berita mengenai suatu pendapat, gagasan atau pernyataan seseorang. Biasanya terdiri dari pendapat dari para cendekiawan, seorang ahli, sarjana atau pejabat terhadap suatu kejadian atau peristiwa.
c. Interpretative News atau berita interpretatif, merupakan berita yang dikembangkan dengan penilaian atau komentar dari wartawan atau narasumber yang berkompeten atas berita yang telah muncul sebelumnya, sehingga bentuknya merupakan gabungan antara fakta dan interpretasi.
d. Depth News atau berita mendalam, yakni berita yang berkembang dari berita yang sudah hadir sebelumnya. Dimana berita tersebut masih belum diungkapkan secara selesai dan bisa dilanjutkan kembali dengan melakukan pendalaman berita terkait. Pendalaman bisa dilakukan dengan mencari dan menyelidiki informasi tambahan dari narasumber atau informasi yang dirasa mempunyai korelasi dari berita terkait.
e. Explanatory News atau berita penjelasan, berita yang memiliki sifat dalam menjelaskan dengan memaparkan suatu peristiwa secara lengkap dan penuh data. Fakta dijelaskan dengan rinci dan diberi argumentasi oleh penulisnya.
f. Investigative News atau berita penyelidikan, berita yang dikembangkan dari penyelidikan atau penelitian dari sejumlah sumber. Wartawan menggali sebanyak-banyaknya informasi dari berbagai pihak, biasanya melakukan penyelidikan secara langsung di lapangan.
yang disajikan oleh suatu media tentu tergantung pada news value atau nilai berita dari suatu masalah yang diangkat (Astrid,2013). Kenyataanya berita merupakan laporan dari suatu peristiwa, dimana tidak semua berita dapat diberitakan. Suatu peristiwa layak diberitakan apabila memiliki news value yang menjadi acuan dalam kelayakan berita. Unsur-unsur nilai berita yang kini diterapkan dalam memilih berita (M Romli, 2006), yakni :
15 a. Aktualitas, terkini, peristiwa terbaru, up to date atau terhangat, baru atau
sedang terjadi.
b. Faktual, yaitu adanya fakta, benar terjadi bukan suatu fiksi, khayalan atau karangan. Dimana fakta muncul akibat dari suatu kejadian yang nyata, pendapat serta pernyataan.
c. Penting, yaitu besar kecilnya dampak peristiwa atau kejadian terhadap masyarakat. Dimana peristiwa tersebut menyangkut kepentingan atau berdampak pada masyarakat.
d. Menarik, yaitu menimbulkan rasa ingin tahu serta minat dalam membaca.
Selain aktual, faktual dan penting, peristiwa atau kejadian yang dapat menarik minat terhadap pembaca juga bersifat :
o Menghibur, peristiwa lucu yang memunculkan rasa ingin tertawa paling tidak tersenyum.
o Mengandung keganjilan dimana suatu kejadian yang aneh, luar biasa atau ketidaklaziman.
o Kedekatan dimana suatu peristiwa tersebut memiliki kedekatan secara geografis atau emosional.
o Human interest, yaitu mengandung unsur menarik simpati, empati atau mengunggah perasaan pembaca.
o Konflik yaitu adanya suatu pertentangan atau ketegangan.
Penulis berita tidak hanya wajib memahami unsur 5W+1 H saja, ia perlu memahami persayaratan bentuk berita. Adapun gambar bangun bentuk berita terdiri dari piramida terbalik, piramida parallel, piramida tegak dan piramida kronologi (Musman & Mulyadi 2017, hal.185). Biasanya bentuk berita yang paling sering digunakan dalam media elektonik dan media cetak ialah menggunakan model piramida terbalik. Model ini dapat mempermudah konsumen media dalam memahami isi berita dengan waktu yang singkat. Sebab model piramida terbalik disusun secara deduktif, yang artinya kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu sejak paragraf pertama. Oleh karena itu, apabila paragraf pertama merupakan pesan dalam berita berkategori sangat penting, maka paragraf selanjutnya berkategori penting, kemudian selanjutnya lagi berkategori cukup penting, kemudian kurang
16 penting, lalu agak penting, tidak penting bahkan sampai pada kategori tidak penting (Irman,2018). Adapun struktur dari piramida terbalik sebagai berikut.
Bentuk berita yang paling sering digunakan media elektonik juga media cetak yaitu menggunakan model piramida terbalik (Diniari,2021). Terdapat penulisan berita atau peristiwa dalam bahasa inggris, yaitu salah satunya dengan menggunakan struktur news items. News items ini digunakan untuk menuliskan suatu berita yang layak diberitakan kepada konsumen medianya. Tujuannya sendiri untuk menjabarkan suatu peristiwa secara singkat, urut, lengkap, jelas dan juga menarik. Struktur dalam news item sendiri terdapat tiga elemen, yaitu newswhorthy event, background event dan source. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Newsworthy event yaitu menceritakan suatu peristiwa yang terjadi, penceritaan terhadap sebuah peristiwa biasanya secara singkat (summary).
b. Background event yaitu bagian yang menceritakan mengenai latar belakang terhadap peristiwa yang sedang terjadi.
c. Source yaitu sumber yang berisi mengenai pendapat para ahli, sumber dari jurnal, sanksi mata dan lainnya. Elemen ini sebagai penguat agar tulisan informasi menjadi lebih bekredibilitas.
HEADLINE (Judul Berita)
LEAD (Teras Berita)
Sangat Penting
BRIDGE (Perangkai) Penting
BODY (Tubuh Berita) Cukup
Penting
LEG (Kaki Berita
DATE
LINE Kurang
Penting
Gambar 2. 2 Piramida Terbalik (Sumber: Ruang Guru)
17 2.1.4. Peran Media Massa dalam Mendidik Khalayak
Eksistensi media massa memiliki peranan yang sangat penting bagi khalayak di era globalisasi sekarang ini. Era globalisasi tentu mempunyai pengaruh yang kuat terhadap dimensi kehidupan masyarakat, dimana media massa adalah salah satu dari bentuk adanya kemajuan teknologi di bidang informasi dan komunikasi. Kemajuan dari teknologi komunikasi ini menggiring kita mamasuki abad revolusi komunikasi, bahkan ada yang menyebutnya sebagai ‘ledakan komunikasi’ (Hamid, 2016). Artinya, media massa memiliki peranan yang cukup penting dalam merealisasikan impian khalayak ke arah kehidpuan yang maju dan modern, yakni media massa dapat dikatakan mampu mendidik masyarakat dalam menentukan arah kehidupannya.
Pesatnya perkembangan terhadap media massa menyebabkan adanya perubahan secara cepat pula. Media massa sedikit demi sedikit menuntun khalayak kedalam pola budaya yang baru, menentukan pola pemikiran dan perilaku masyarakat. Tanpa kita sadari media massa telah mengatur pola hidup kita dan menciptakan ‘sesuatu’ yang kita butuhkan. Menurut tokoh komunikasi Cohen, B., meskipun suatu media tidak memberi tau apa yang harus kita pikirkan, tetapi justru memengaruhi apa yang kita pikirkan (Hamid,2016). Posisi media massa sekarang ini menjadi penting dalam mendidik khalayak mengingat hadirnya banyak media baru. Kehadiran media massa sekarang memiliki peranan agen of change atau agen perubahan yakni pelopor pada perubahan di lingkungan publik, dimana mampu memberikan pengaruh kepada konsumen media melalui pesan informasi, pendidikan, hiburan dan lainnya yang dapat dijangkau oleh khalayak publik secara luas. Menurut McQuail terdapat enam sudut pandang dalam mengetahui peranan media massa di kehidupan sosial dalam masyarakat modern (Khatimah, 2018), yaitu:
a. Media massa sebagai window on event and experience, dimana media dipandang sebagai jendela yang membawa masyarakat melihat apa yang sedang terjadi. Dalam kata lain adanya media sebagai sarana informasi agar mengetahui berbagai peristiwa di dunia ini.
b. Media sering kali dianggap sebagai a mirror of event in socity and the world, implying a faithful reflection, yaitu cermin terhadap peristiwa yang ada di
18 ruang lingkup masyarakat dan dunia, merefleksikan secara apa adanya, karena pengelola media kerap kali tidak merasa bersalah apabila media dipenuhi dengan konflik, , pornografi, kekerasan dan hal negative lainnya.
c. Memandang suatu media sebagai filter atau gatekeeper yang menyeleksi hal-hal yang diberi perhatian atau tidak. Seperti televisi yang memilih isu atau informasi berdasarkan standar dari pengelolanya.
d. Media massa dipandang sebagai guide, yakni penunjuk jalan yang menerjemahkan serta menunjukkan arah dari ketidakpastian.
e. Media massa sebagai forum atau wadah untuk mempresentasikan segala ide dan informasi kepada khalayak, sehingga memungkinkan adanya tanggapan dan umpan balik.
f. Media massa sebagai interlocutor, yaitu tidak hanya menjadi tempat berlalu-lalangnya suatu informasi, namun juga sebagai partner komunikasi yang memungkinkan adanya komunikasi interaktif.
Menurut sudut pandang McQuail terhadap peran media pada dasarnya ingin memberitahu bahwa peran media tidak hanya sebatas sarana hiburan, melainkan isi dari informasi tersebut memiliki peranan yang penting dalam proses sosial. Isi dari sajian media massa adalah otak bagi masyarakat, sehingga apa yang diberikan media massa akan memberikan pengaruh terhadap pelaku interaksi sosial. Hal tersebut menunjukkan adanya aperann aktif dari media dalam memberikan informasi kepada publik.
2.1.5. Jurnalisme Konstruktif
Secara harfiah, Jurnalisme Konstruktif tidak mempunyai artian yang resmi dalam literatur akdemik, namun konsepnya telah diterapkan oleh praktisi-praktisi jurnalis. Salah satunya Catherine Gyldensted adalah jurnalis investigasi dan memimpin gerakan jurnalisme konstruktif di negara Jerman (Sevriyanto,2020).
Beliau adalah orang pertama yang memberikan saran terkait pengujian pada penerapan psikologi positif di dalam sebuah berita. Jurnalisme konstruktif dapat diartikan sebagai bentuk pembahasan topik dari suatu permasalahan yang dikulik untuk ditemukan solusinya, yangmana tidak hanya mengulas mengenai akar dari permasalahannya saja. Jurnalisme konstruktif tidak mengabaikan suatu masalah
19 dan tidak meremehkan hal itu, sebaliknya yaitu berfokus pada bagaimana masalah dapat diselesaikan.
Jurnalisme konstruktif adalah bidang yang berkembang di dunia jurnalistik, yaitu menentang paradigma bias negatif yang mengacu pada bidang psikologi positif dalam memberikan informasi serta menyajikan solusi dalam informasinya tersebut (Budiarto,2020). Sederhananya, jurnalisme konstruktif menitikberatkan pada pemberitaan yang memberikan solusi dari kejadian atau peristiwa, sehingga hal tersebut memberikan optimisme juga harapan pada masyarakat dalam menciptakan kehidupan sosial masyarakat yang lebih kondusif. Jurnalisme konstruktif berkomitmen dalam menjunjung tinggi fungsi inti jurnalisme dan pelaporan dengan signifikansi sosial. Adapan ciri-ciri dari jurnalisme konstruktif (Sevriyanto, 2020) diantaranya :
a. Jurnalisme konstruktif menyajikan masalah dengan memperhatikan tanggapan dari suatu masalah, yaitu fokus pada kekuatan, ketahanan serta solusi dalam menghadapi permasalahan.
b. Melihat dari berbagai sisi pada suatu isu, jurnalisme konstruktif memberikan penggambaran realitas yang akurat dan kompleks.
c. Jurnalisme konstruktif melengkapi pembaca atau konsumen media dengan informasi yang dibutuhkan dan memberdayakan pembaca untuk bereaksi secara konstruktif.
d. Jurnalisme konstruktif bertujuan untuk mendidik, memberi wawasan yang nantinya dapat digunakan serta dikembangkan oleh orang lain.
Dalam makalah penelitian berjudul “Elements of Constructive Journalism:
Characterictic, Pratical Application and Audience Valuation” karya Liesbeth Hermans dan Cathrine Gyldensted, disebutkan bahwa Jurnalisme Konstruktif menjadi dasar dari bagian pengembangan pada jurnalisme solusi atau damai, yang berorientasi pada khalayak publik sebagai bentuk penanganan suatu masalah (Sevriyanto, 2020). Dalam penelitian tersebut terdapat enam elemen dalam melihat perspektif menangani suatu masalah, yaitu :
1. Solutions atau Solusi
20 Ketika meliput suatu masalah, tambahkan framing berita yang memiliki orientasi pada solusi. Metode yang diimplementasiikan dalam solusi ini mempunyai suatu prinsip, yaitu ketika meliput serta melaporkan masalah, mereka memindahkan bingkai atau framing pada cakupan solusi di permasalahan tersebut. Metode yang digunakan dalam memberikan solusi pada jurnalisme biasanya melalui pencarian pada bingkai positif, mendukung cerita dengan data dan bagaimana konflik tersebut diselesaikan.
2. Future Orientation atau Orientasi masa depan
Selain memiliki pertanyaan yang mengandung 5W+1H yakni what, who, where, when, why dan how, orientasi pada masa depan menambahkan unsur pada pertanyaan “what now?”. Elemen ini mengarahkan pada tindakan positif yang dilakukan daripada memakai sesuatu yang dianggap memotivasi.
3. Depolarization atau Depolarisasi
Elemen ini diimplementasikan oleh organisasi media dalam meliput bidang politik. Dimana berusaha melawan dinamika polarisasi yang diciptakan oleh media untuk memperkuat inklusi serta keberagaman.
4. Constructive Interviewing atau Wawancara konstruktif
Yaitu sejumlah pertanyaan yang memberdayakan, mengkolaborasi landasan bersama dan solusi. Gyldensted memberikan empat kerangka pertanyaan dalam melakukan wawancara konstruktif yakni : Pertanyaan Linear, Pertanyaan Sirkular, Pertanyaan Refleksif dan Pertanyaan Strategis.
5. Rosling
Memakai data dalam menentukan kemunduran atau kemajuan pada suatu problematika yang dibahas secara jurnalistik.
6. Co-Creation dan Empowerment
Melibatkan serta memberdayakan masyarakat, yaitu membuat konten jurnalistik dengan melibatkan masyarajat, memperkuat debat publik.
21 Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan jurnalisme konstruktif dari Heri Sevriyanto Siregar (2020) dengan judul Praktik Jurnalisme Konstruktif Pada Isu Kepanikan Moral Selama Pandemi Covid-19. Penelitian tersebut mengkaji bagaimana praktik terhadap jurnalisme konstruktif analisis framing Robert N.
Entman di portal berita detik.com. Dalam penelitian tersebut menganalisis empat berita seputar isu kepanikan moral saat awal masuknya pandemi covid- 19. Penelitian ini menyimpulkan bahwa frame atau bingkai portal berita detik.com selalu menampilkan solusi yang lebih dominan daripada memberikan informasi negatif yang sekiranya dapat membuat khalayak panik. Namun dalam penelitian ini juga disimpulkan bahwa detik.com menggunakan clickbait pada penggunaan judul yang ditampilkan. Dalam penelitian terdahulu juga ditemukan detik.com dalam pemberitaannya hanya menggunakan elemen solusi dan orientasi masa depan dalam mengimplementasikan jurnalisme konstruktifnya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan secara keseluruhan dari elemen jurnalisme konstruktif yang terdiri enam elemen diatas. Peneliti ingin melihat temuan-temuan jurnalisme konstruktif pada framing yang dilakukan oleh media terhadap pemberitaan-pemberitaan prediksi gelombang ketiga Covid-19.
Sehingga, elemen Solutions, Future Orientation, Depolarization, Constructive Interviewing, Rosling dan Co-Creation digunakan untuk menganalisis pemberitaan pada penelitian ini.
2.2. Basis Teori yang Digunakan
Teori konstruksi sosial media massa ini berangkat dari teori kontruksi sosial atas realitas yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman.
Berawal dari teori tersebut kemudian teori konstruksi sosial media massa mulai berkembang. Satu hal yang paling penting untuk memahami teori ini ialah memahami asumsi dasarnya, yaitu kontruksi sosial atas realitas merupakan hasil dari konstruksi manusia. Apa yang kita temukan atau realitas yang ada di dunia ini tidak bersifat alamiah, melainkan dikonstruksi (Eriyanto, 2002:15). Begitu pula yang dimaksud dengan teori kontruksi sosial media massa. Sesungguhnya apa yang ada di media massa misalnya berita bukanlah peristiwa yang sesungguhnya,
22 melainkan hasil konstruksi dari para pekerja medianya. Konstruksi tersebut tentunya dilakukan berdasarkan sudut pandang dari masing-masing individu, kelompok atau organisasi tertentu. Sederhananya, bisa jadi dalam fenomena atau peristiwa yang sama, tetapi hasil beritanya berbeda antara satu media dengan media lainnya. Tentunya hasil konstruksi dari setiap media akan dipengaruhi oleh beberapa unsur atau faktor lainnya. Dalam penelitian ini erat kaitannya dengan eksistensi berita yang ada di portal Okezone.com dan Antaranews.com mengenai prediksi gelombang ketiga Covid-19. Maka pemberitaan yang ditampilkan portal Okezone.com dan Antaranews.com pasti akan berbeda. Hal tersebut dilihat dari bagaimana keduanya memilih angle berita atau sudut pandang bagaimana berita tersebut disajikan.
Tabel 2. 1 Proses Konstruksi Sosial Media Massa
Untuk memahami proses konstruksi sosial media massa, terdapat beberapa tahapan yang dilewati (Siregar,2018), yaitu:
1. Tahap menyiapkan materi konstruksi yang didalamnya mencangkup beberapa hal; Pertama keberpihakan suatu media massa, seperti yang terjadi saat ini hampir semua media dimiliki oleh sekelompok kapitalis tertentu
23 dengan tujuan menjadikan media sebagai alat atau mesin dalam mengambil keuntungan lebih atau pengandaan modal. Tentunya hal ini menciptakan ideologi yang mengutamakan tentang bagaimana media mampu mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik modal. Kedua keberpihakan semu kepada khalayak umum, bentuk keberpihakan ini seperti simpati, empati serta partisipasi kepada masyarakat, namun hal tersebut pada akhirnya sebagai bentuk penjualan berita dan menaikan rating untuk kepentingan pemilik modal. Ketiga, keberpihakan kepada kepentingan umum, dalam arti bentuk keberpihakan seperti ini yaitu sesungguhnya ialah visi dari media massa, namun fakta saat di lapangan hanya sebatas slogan saja.
2. Tahap Sebaran Konstruksi yaitu dilakukan oleh masing-masing media massa dengan strategi yang beraneka ragam, namun prinsip utamanya ialah real-time. Media elektronik memiliki konsep real-time. Konsep real-time oleh media elektronik ialah pada saat disiarkan, maka saat itu juga pemberitaan sampai kepada konsumen media atau pemirsa.
3. Tahap Pembentukan Konstruksi yaitu meliputi dua tahap, Pertama pembentukan konstruksi pada realitas sebagai bentuk konstruksi media massa yang terbentuk di khalayak publik. Biasanya cenderung membenarkan apa saja yang tersaji di media massa sebagai bentuk realitas dari kebenaran. Kedua yaitu pembuatan konstruksi terhadap citra yaitu seperti apa suatu pemberitaan atau konstruksi citra yang dilakukan pada sebuah iklan. Konstruksi citra yang dilakukan pemberitaan biasanya dipersiapkan oleh tim redaksi media massa, seperti pimpinan redaksi, wartawan dan editor. Sedangkan konstruksi citra yang dilakukan oleh iklan biasanya disiapkan oleh tim pembuat iklan seperti copywriter. Pembentukan konstruksi terhadap citra adalah bangunan yang diinginkan oleh tahapan- tahapan konstruksi. Bangunan kontruksi citra yang dibentuk oleh media massa ini nantinya terbentuk dalam dua model, yaitu model bad news dan model good news. Model bad news merupakan konstruksi yang cenderung mengkonstruksikan citra buruk dalam objek pemberitaan. Berbeda dengan
24 model good news yaitu cenderung mengkonstruksi citra yang baik dalam pemberitaannya.
4. Tahap Konfirmasi yaitu tahapan dimana media massa serta konsumen media memberikan argumentasinya terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahapan pembentukan suatu konstruksi. Bagi media, tahapan ini sebagai bentuk memberi opini terhadap alasan konstruksi sosial. Sedangkan bagi konsumen media, tahapan ini sebagai bagian untuk penjelasan mengapa konsumen media tersebut ikut terlibat dan bersedia untuk hadir dalam proses konstruksi sosial.
2.3. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ada, yaitu bagaimana framing yang dibentuk oleh portal berita online Okezone.com dan Antaranews.com pada artikel yang dipublikasikan pada September s/d Oktober 2021 tentang peristiwa atau isu mengenai prediksi gelombang ketiga Covid-19 yang bisa terjadi di Indonesia.