• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI 1 LARANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI 1 LARANGAN"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI 1 LARANGAN

A. Deskripsi Tugas Edukatif Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan Pendidikan Karakter di SMA Negeri 1 Larangan

1. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Pengajar Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencangkup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk

kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajarinya.131

Guru sebagai edukator yaitu guru sebagai pendidik. Sebagai pendidik guru adalah orang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan Negara. Tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat. Sebagian besar bergantung pada kependidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru.

Pekerjaan guru tidak hanya mengajar tapi juga mendidik. Maka untuk melakukan tugas guru yang baik harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam UU No.14 tahun 2005 tentang dasar-dasar kependidikan dan pengajaran.

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai pengajar adalah guru mampu memlilih bahan atau materi yang akan disampaikan, metode yang sesuai dengan kondisi dan situasi, tujuan serta

131

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2006), cet.6 hal.38

(2)

pengadaan evaluasi, memiliki persiapan mengajar dan mampu melaksanakan kegiatan pengajaran dengan baik, guru mampu memberikan pemahaman pada peserta didik tentang pelajaran yang diberikan, guru mampu merancang dan merencanakan suatu kegiatan pengajaran yang baik.

Hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi menunjukkan berbagai deskripsi tentang peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai pengajar di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Ya yang seperti biasa selalu saya siapkan itu jelas adanya RPP dan persiapan materi ajar dengan jelas sebagai persiapan pembelajaran. 2) Misalkan begini, jika ada peserta didik yang belum paham dengan

hanya memakai penjelasan dari buku paket atau wajib peserta didik, maka saya tambahkan tentang suatu wawasan di luar penjelasan buku paket peserta didik tetapi tetap sesuai dengan materi ajar.

3) Ya ada. Seperti RPP.132

Sedangkan hasil observasi terhadap bapak Nurkholis, M.Pd.I. sebagai pengajar yang mampu memberikan pemahaman pada peserta didik tentang pelajaran yang diberikan adalah sebagai berikut:

Materi tentang cerahkan nurani dengan saling menasehati dijelaskan dengan disertai tanya jawab dan diskusi kepada peserta didik dan menggunakan media pembelajaran seperti buku ajar, spidol, mencatat di papan tulis dan penghapus. Penjelasan materi juga disertai dengan beberapa contoh realitas yang terjadi di lingkungan pendidik tersebut tentang kesalahpahaman persepsi tentang cerahkan nurani dengan saling menasehati

132 Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1

(3)

Adapun hasil studi dokumentasi terhadap bapak Nurkholis, M.Pd.I. adalah

sebagai berikut:133

Dari keterangan diatas menjelaskan bahwa bapak Nurkholis, M.Pd.I sebelum masuk ke kelas telah mempersiapakan perangkat seperti RPP, silabus, materi dan media yang akan digunakan sebelum masuk kelas. Hal itu diperkuat lagi dengan melengkapi referensi buku lain dan memberikan wawasan lain dengan mengkaitkan materi yang sedang di ajarkan.

2. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Pemimpin Kelas

Kepemimpinan adalah proses penyelesaian sesuatu melalui aktivitas orang lain. Guru sebagai pemimpin harus dapat mempengaruhi, mengarahkan, membimbing, dan memotivasi peserta didik agar dapat belajar. Mengajar

133 Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1

(4)

merupakan serangkaian proses pendidikan untuk membantu siswa lebih memahami dan menguasai sesuatu.

Guru dalam kelas berperan sebagai pemimpin. Tugasnya adalah mempengaruhi siswa melalui pengembangan organization of learning atau pengorganisasian pembelajaran. Sukses pembelajaran bergantung pada kemampuan guru memimpin dan mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas sehingga dapat mewujudkan produk belajar sesuai dengan tujuan.

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai pemimpin kelas adalah guru mampu menjadi pemimpin kegiatan di kelas agar terwujud suatu pembelajaran yang kondusif bagi peserta didik.

Setelah melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi maka didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai pengajar di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Dengan menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan namun serius dengan cara memberikan reward dan punishment untuk peserta didik.

2) Dengan metode memperbanyak diskusi dan strateginya dengan

lebih mengaktifkan peran peserta didik dalam proses KBM.134

134 Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1

(5)

Adapun hasil observasi terhadap Bapak Nurkholis, M.Pd.I adalah sebagai berikut:

Setelah itu pelajaran dimulai dengan menjelaskan materi tentang

cerahkan nurani dengan saling menasehati saat penjelasan diberikan

oleh guru tersebut ada beberapa peserta didik yang ramai sendiri dan langsung ditegur serta diingatkan.

Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwa bapak Nurkholis, M.Pd.I memberikan reward dan punishment dengan tujuan menciptkan suasana kelas yang santai tapi serius dan menyenangkan. Hal tersebut dilakukan agar kelas mudah dikontrol dan menjadi kondusif bagi peserta didik.

b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Begini bu, kalau saat itu suasana kelas sedang ramai atau gaduh maka saya tenangkan dulu anak-anaknya, lalu jika ada peserta didik atau anak yang tidur maka saya bangunkan atau saya suruh cuci muka dulu di kamar mandi.

2) Strateginya cara mengajar saya bukan dengan duduk tapi dengan berdiri agar anak yang duduk di bangku paling belakang bisa terpantau dan saya biasanya dengan cara mengajar yang

komunikatif dengan anak-anak.135

Dan adapun hasil observasi terhadap Ibu Siti Inayah, S.Ag. adalah sebagai berikut:

Sebelum pelajaran dimulai guru tersebut menyiapkan peralatan untuk mengajar seperti laptop dan LCD proyektor dengan meminta bantuan seorang peserta didik dan membangunkan peserta didik yang tidur untuk cuci muka

135 Siti Inayah, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

(6)

Dari uraian diatas menjelaskan bahwa ibu Siti Inayah, S.Ag dalam memberikan materi pembelajaran dikelas selalu berdiri tepat di meja tengah peserta didik dengan tujuan yang duduk di bangku paling belakang bisa terpantau, hal tersebut tertampak pada gambar diatas. Kemudian dalam menangani peserta didik yang gaduh, ibu Siti Inayah, S.Ag lebih memilih mendiamkan sebentar setelah itu baru ditegurnya.

c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

(7)

1) Ya yang pertama menata kelas terlebih dahulu, lalu mengkondisikan anak-anak agar duduk di bangku masing-masing dan mengawali pembelajaran dengan do’a.

2) Saya selalu datang tepat waktu agar anak-anak tidak keluar kelas jika pergantian pelajaran, berpenampilan menarik dan menyiapkan

materi dengan sebaik-baiknya.136

Dan adapun hasil observasi terhadap Bapak Saidi, S.Ag. adalah sebagai berikut:

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Bapak Saidi, S.Ag. dimulai pada pukul 09.15 WIB. Saat itu peserta didik masih ada yang berada di luar kelas lalu diminta untuk masuk.

Dari hal tersebut diatas menunjukan bahwa bapak Saidi, S.Ag memilih mengatur strategi dulu yaitu menata kelas terlebih dahulu, lalu mengkondisikan anak-anak agar duduk di bangku masing-masing dan mengawali pembelajaran dengan do’a dan memilih untuk datang lebih awal jika pergantian jam telah habis, bapak Saidi, S. Ag segera masuk kelas.

136 Saidi, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

(8)

3. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Pembimbing Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik teteapi juga perjalanan mental, emosional, kratifitas, moral,

dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.137

Sebagai pembimbing guru lebih suka jika mendapati kesempatan menghadapi sekumpulan peserta didik di dalam interaksi belajar mengajar. Ia memberi dorongan dan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain

dengan tenaganya sendiri.138

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai pembimbing adalah guru mampu membimbing peserta didik dalam perkembangan dirinya menuju kemandirian.

Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai pembimbing di SMA Negeri 1 Larangan yaitu: a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Ya kalau bimbingan untuk peserta didik yang bermasalah bekerja sama dengan guru BK dan wali kelas, atau terkadang saya sendiri langsung menasehati anaknya di ruangan saya, kalau bimbingan

137 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2006), cet.6

h.38

138 Zakiah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

(9)

terkait akademik atau kegiatan sekolah yaitu seperti bimbingan baca iqra’ setelah KBM; lalu ada program guru asuh untuk setiap 14 peserta didik.

b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Pernah pak, waktu itu saya menangani peserta didik yang berkelakuan khusus (nakal) lalu saya ajak diskusi dan saya ajak ngobrol baik-baik. c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA

Negeri 1 Larangan)

Ya, bimbingan biasanya saya lakukan dengan bekerja sama guru BK.

Dari keterangan ketiga guru diatas mengenai tugas guru sebagai pembimbing, bapak dan ibu guru sepakat memilih bekerjasama dengan guru BK jika memang masalah tersebut dianggap rumit, namun mereka memilih menangani terlebih dahulu dengan mengajak ngobrol baik-baik, memberikan arahan, masukan, motivasi dan memberikan nasihat (mauidotun khasanah) sebelum memberikan masalah tersebut ke guru BK untuk ditindak lanjuti lebih mendalam tentang masalah yang sedang dihadapi peserta didik.

4. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Pengatur Lingkungan Belajar

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah

(10)

kepada tujuan pendidikan. Kualitas dan kuantitas belajar peserta didik di dalam kelas tergantung pada banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan pribadi antara peserta didik di dalam kelas serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas.Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khusunya ialah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai pengatur lingkungan belajar adalah guru mampu memberikan petunjuk kepada peserta didik tentang cara belajar yang baik dan guru mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi peserta didik baik ketika

pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas. Guru sebagai pengatur lingkungan

perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran.

Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai pengatur lingkungan belajar di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Dengan memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar dan memberikan

(11)

contoh secara langsung kepada peserta didik, misalkan mengapresiasi peserta didik yang rajin mengerjakan tugas agar ditiru temannya yang malas belajar.

2) Ya ada, dengan cara konseling baik secara face to face atau melalui media komunikasi seperti sms berupa nasehat-nasehat kepada

peserta didik yang punya masalah.139

b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Biasanya saya lakukan dengan memberikan nasihat pak. Ada juga kadang kala saya beri pesan-pesan kepada anak-anak biar tetap belajar di rumah.

2) Kalau tentang persoalan seperti itu biasanya cara yang saya lakukan dengan membuka forum tanya jawab. Lalu nanti mendiskusikan dan mencari pemecahan permasalahannya.

c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

1) Saya berikan pemahaman terkait dengan manajemen waktu dan prioritas aktifitas sebagai seorang pelajar.

2) Biasanya saya berikan nasehat dan motivasi namun kalau dilihat tidak ada perkembangannya maka saya bekerjasama dengan guru Bimbingan Konseling (BK).

Selanjutnya terkait perannya sebagai pengatur lingkungan belajar, hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari kepala sekolah beserta beberapa peserta didik SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

Dipanggil bersama orang tuanya untuk menghadap ke bapak/ibu guru agar orang tua mengetahui langsung kesalahan dari anaknya; pengamatan; ada program guru asuh (setiap satu guru bertanggung jawab untuk 14 peserta didik).

Pernah, ya dengan diberi pendekatan sama peserta didiknya bu dan ada nasehat.

139 Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

(12)

Dari uraian yang dijelaskan bapak kepala sekolah, yaitu bapak Drs. Moh. Royani, M.Pd kaitanya guru sebagai pengatur lingkungan belajar yakni memanggil orang tua peserta didik untuk menghadap ke bapak/ibu guru agar orang tua mengetahui langsung kesalahan dari anaknya. Dari situ terlihat kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua bahwa sekolah dipandang sebagai tempat menitipkan peserta didik tapi tanggung jawab moral yang dibahas bersama.

d. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

1) Ya dengan memberikan pemahaman, penjelasan, dan pengetahuan kepada peserta didik tentang strategi atau cara cara biar belajarnya mudah.

2) Ya biasanya dengan penjelasan materi berulang-ulang biar peserta didik paham, lalu terkadang saya ajak berbicara tentang

permasalahannya, dan kemudian saya berikan solusinya.140

Selanjutnya terkait perannya sebagai pengatur lingkungan belajar, hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari kepala sekolah beserta beberapa peserta didik SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

Pertama yang dilihat adalah masalahnya terlebih dahulu kemudian sanksi diberikan sesuai dengan pelanggaran atau kenakalan peserta didik tersebut. Lalu juga ada penanganan tanpa harus ada sanksi terlebih dahulu misal jika ada peserta didik yang tidak menghormati guru diberikan pemahaman dan nasehat dengan pendekatan kasih sayang.

Pernah, waktu itu anak-anak ndak boleh ramai dan disuruh mendengarkan penjelasan dari bu guru dan pernah juga, contohnya kalau ada teman saya yang ndak paham sama materinya lalu dijelaskan sampai paham.

140 Saidi, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

(13)

Dari uraian yang dijelaskan bapak kepala sekolah, yaitu bapak Drs. Moh. Royani, M.Pd kaitanya guru sebagai pengatur lingkungan belajar yakni bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya menyuruh siswanya belajar saja, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif dikalangan peserta didik.

5. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Perencana Pembelajaran

Pada hakikatnnya perencanaan pembelajaran, yaitu suatu upaya untuk merancang dan mengembangkan setiap unsur pembelajaran, sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh, terkait, dan saling menentukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai perencana pembelajaran adalah guru memiliki program pengelolaan kegiatan akademik.

Setelah melakukan wawancara dan observasi maka didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai perencana pembelajaran di SMA Negeri 1 Larangan yaitu: a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

(14)

Dari hasil wawancara dan observasi dengan bapak Nurkholis, M.Pd.I jelas didapat keterangan kaitanya tugas edukatif guru sebagai perencana pembelajaran memiliki program pengelolaan kegiatan akademik yang tertata rapi dan sistematis.

6. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Supervisor Guru sebagai supervisor yaitu mengawasi pelaksanaan proses pendidikan dan lainnya dengan memantau, memeriksa dan mengendalikan setiap kegiatan dan tindakan pada setiap tahap proses pendidikan dalam kelas yang bertujuan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar dalam kelas.

Guru sebagai supervisor, yang harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, hendaknya mempunyai persyaratan ideal. Dilihat dari segi kepribadiannya (personality)

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai supervisor adalah guru mampu melakukan pengawasan, perbaikan, dan penilaian secara kritis terhadap proses serta situasi belajar mengajar agar menjadi lebih baik.

Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai supervisor di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Dengan cara membuat rubrik penilaian sehingga semua peserta didik dapat teridentifikasi (dibuktikan dengan memiliki lembar penilaian akademik).

(15)

Dari hasil wawancara diatas didapat keterangan bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai supervisor dengan indicator guru mampu melakukan pengawasan, perbaikan, dan penilaian secara kritis terhadap proses serta situasi belajar mengajar agar menjadi lebih baik. Bapak Nurkholis, M.Pd.I membuat rubrik penilaian akademik sebagai bukti otentik sebagai pengajar.

b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Kalau pengawasan seperti biasa saya lakukan saat pembelajaran dimulai serta perbaikan dan penilaiannya dengan memberikan nilai terutama nilai tambahan bagi anak yang aktif dalam pelajaran (dibuktikan dengan lembar penilaian akademik).

Dan adapun hasil dokumentasi terhadap Ibu Siti Inayah, S.Ag. adalah sebagai berikut:

c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

(16)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Dengan cara mengamati perkembangan nilai, pemahaman, dan sikap peserta didik ketika mengikuti proses pembelajaran (dibuktikan dengan memiliki lembar penilaian akademik).

Dan adapun hasil dokumentasi terhadap Bapak Saidi, S.Ag. adalah sebagai berikut:

7. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai motivator Tugas pendidik yang utama ada dua bagian. Pertama, penyucian jiwa kepada penciptanya, menjauhkan diri dari kejahatan, dan menjaganya agar selalu berada dalam fitrahnya. Kedua, pengajaran yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah kepada akal dan hati kaum mukmin agar mereka

merealisasikannya dalam tingkah laku dan kehidupan.141

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa betapa besar dan beratnya tugas dari seorang guru. Mendidik bagi seorang guru bukan hanya memberian aspek pengetahuan kepada peserta didik saja, akan tetapi juga bagaimana mengantarkan mereka kepada kondisi kejiwaan yang baik.

141

(17)

Dengan mengantarkan kepada mereka kejiwaan yang baik ini Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan memberikan kegiatan Shalat dhuhur berjamaah dan Rohis. Dimana seperti yang dituturkan oleh Beliau motivasi awal adanya kegiatan ini karena sebagian dari anak-anak kami ini Shalat dhuhurnya masih berkurang, mereka masih merasa kurang adanya dorongan dari orang tuanya baik orang tua mereka yang tidak Shalat, atau keluarganya yang berantakan, meskipun ini tidak semua peserta didik. Untuk mencegah kebiasan buruk dari anak-anak ini kami guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti berinisiatif untuk mengadakan Shalat dhuhur berjamaah di sekolah untuk mengajarkan kedisiplinan dalam tugasnya.

Gurupun harus berperan penting dalam kegiatan ini. Sehingga menjadikan guru sebagai motivator bagi anak didiknya. Motivator tersebut meliputi:

(1) Pertama saya selalu tepat waktu dalam kegiatan tersebut sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati bersama, saya berpakaian yang rapi dalam kegiatan ini, dan saya selalu memberi contoh perilaku yang baik saat kegiatan berlangsung. (2) Yang kedua, anak-anak saya suruh membaca al-qur’an 15 menit sebelum ROHIS dilakukan. Supaya anak-anak tambah mengerti tentang kewajiban membaca al-qur’an, manfaat membaca al-qur’an dan hukuman orang yang meninggalkan al-qur’an itu bagaimana. (3) Mengajak para peserta didik untuk melaksanakan sholat dhuhur berjamaah sembari menuju tempat shalat.

(18)

Makna pembelajaran dikatakan berhasil bila peserta didik mempunyai motivasi dalam belajar sehingga terbentuk perilaku belajar peserta didik yang efektif. Oleh karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu mata pelajarannya kepada peserta didik, tetapi guru juga sebagai motivator bagi peserta didik agar memiliki orientasi dalam belajar. Guru harus mampu menumbuhkan dan merangsang semua potensi yang terdapat pada peserta didiknya serta mengarahkan agar mereka dapat memanfaatkan potensinya tersebut secara tepat, sehingga peserta didik dapat

belajar dengan tekun untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.142

Pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik agar dapat menimbulkan motivasi intrinsik pada diri peserta didik. Maksudnya bahwa motivasi peserta didik dapat timbul tanpa perlu adanya rangsangan dari luar karena di dalam diri mereka sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai motivator adalah guru mampu memotivasi peserta didik pada waktu kapanpun baik selama pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas.

Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai motivator di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Ya dengan memberikan narasi-narasi tentang motivasi atau semangat untuk keberhasilan, disertai juga dengan contoh cerita nyata.

142 Wongso, Andrie, The Power of 60 Simple Motivation for Success, (Jakarta: Action &

(19)

b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Yang dilakukan untuk memotivasi anak dalam proses pembelajaran yaitu membesarkan hatinya, memberikan nilai baik bagi yang berprestasi, mengajak untuk selalu aktif.

c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Yang saya lakukan itu biasanya dengan memberikan cerita yang menginspirasi mereka agar motivasi mereka tumbuh lagi dan juga dengan nasehat untuk selalu giat belajar.

8. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai evaluator Dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode belajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan peserta didik di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang peserta didik termasuk kelompok peserta didik yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya, jika dibandingkan dengan teman-temannya.

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai motivator adalah guru mampu memberikan penilaian yang

(20)

menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik (kepribadian) pada peserta didik dan guru mampu memberikan penilaian pada produk atau hasil kegiatan belajar mengajar serta proses (jalannya) kegiatan belajar mengajar.

Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai evaluator di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Iya, untuk aspek ekstrinsik saya lakukan penilaian kognitif sedangkan aspek intrinsik peserta didik saya lakukan dengan pengamatan seperti pengamalan ibadah setiap hari dan akhlak peserta didik selama di kelas atau di luar kelas.

2) Iya, seperti biasa dengan penilaian akademik yang berpengaruh pada nilai raport contohnya ulangan harian, tugas, bentuknya

adalah tugas tidak terstruktur contohnya tugas wawancara.143

Dan adapun hasil dokumentasi terhadap Bapak Nurkholis, M.Pd.I. adalah sebagai berikut:

143 Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

(21)

b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Ya, terutama sikap disiplin yang saya tekankan dengan nilai plus (+) dalam keaktifan membawa buku paket pelajaran.

2) Ya, dengan cara yang saya lakukan itu membuka forum diskusi di akhir sub materi agar terpantau anak yang sudah memahami materi

dengan yang belum.144

Dan adapun hasil dokumentasi terhadap Ibu Siti Inayah, S.Ag. adalah sebagai berikut:

c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Ya, ada penilaian secara kognitif dan terhadap perilaku atau akhlak anak. Meskipun misalkan ada anak yang nilainya bagus namun pernah bermasalah dengan suatu kasus di sekolah maka nilai raportnya juga akan terpengaruhi.

2) Untuk menilai hasil belajar dengan menyelenggarakan ulangan harian, untuk menilai proses pembelajaran dengan dialog atau

tanya jawab kepada peserta didik dan memberikan tugas.145

144 Siti Inayah, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

145 Saidi, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

(22)

B. Faktor pendukung dan penghambat guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan

1. Faktor pendukung guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilaksanakan secara sadar oleh suatu bangsa untuk mencapai sebuah cita-cita dan tujuan bangsa. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia yaitu menimbulkan pengaruh serta perubahan besar pada suatu bangsa. Tanpa pendidikan sebuah bangsa tidak dapat maju dan berkembang. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, yang tidak hanya mampu menghadirkan sejumlah kemudahan dan kenyamanan hidup bagi manusia modern, tetapi juga mengundang serentetan persoalan dan kekhawatiran. Seperti problem kemerosotan moral akhir-akhir ini yang kian menjangkit generasi muda.

Berbagai fenomena yang terjadi semakin membuka mata kita bahwa diperlukan obat yang mujarab dan ampuh untuk bisa menyelesaikan persoalan tersebut. Kata kunci dalam menyelesaikan persoalan tersebut terletak pada upaya penanaman dan pembinaan kepribadian dan karakter sejak dini yang dilakukan secara terpadu di lingkungan keluarga, sekolah, perguruan tinggi masyarakat dan bernegara. Pelaksana pendidikan di sekolah adalah seorang guru, sehingga guru menempati posisi terpenting, terlebih guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Peran seorang guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan sebuah peran penting namun tidak mudah, karena merupakan tanggung jawab serta amanah besar yang perlu dipertanggung jawabkan nantinya, ditambah klaim masayarakat bahwa baik tidaknya karakter

(23)

dan budi pekerti anak bergantung pada bagaimana guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mendidik dan menanamkan nilai-nilai islami. Sehingga dapat terwujud generasi bangsa yang diharapkan, yaitu generasi bangsa yang berkarakter tangguh dan berakhlak mulia.

Pembinaan karakter yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti yang ada di sekolah pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu membentuk anak menjadi lebih baik dan berkarakter mulia, akan tetapi pembinaan yang dilakukan oleh orang tua di rumah memiliki waktu yang lebih banyak dan tidak terikat dengan aturan-aturan formal seperti yang ada di sekolah-sekolah. Orang tua juga memiliki tanggung jawab

sepenuhnya karena mereka merupakan pendidik pertama bagi anak.146

Terlaksananya berbagai kegiatan pembinaan karakter di SMA Negeri 1 Larangan dengan baik, tentu saja disebabkan adanya faktor-faktor yang menjadi pendukungnya. Di antaranya faktor-faktor pendukung tersebut antara lain:

a) Adanya dukungan dari pihak sekolah dengan adanya pembinaan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang peserta didik

setidaknya bisa mengikuti satu ekstrakurikuler, karena sangat bermanfaat

terutama ekstra ini akan memberikan dampak yang baik untuk peserta didik itu sendiri melalui ekstrakurikuler dapat membentuk karakter peserta didik terutama kedisiplinan peserta didik, dan tidak hanya itu kegiatan ekstrakurikuler mampu mengembangkan jiwa sosial peserta didik dengan

146 Nurkholis, Wakasek Kesiswaan di SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

(24)

menambah teman melalui berbagai kegiatan yang ada sehingga mempermudah dalam bersosialisasi dengan banyak orang.

Peserta didik yang berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler memiliki banyak peluang. Manfaat untuk yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler meliputi nilai mencetak nilai yang lebih tinggi pada tes yang memiliki tingkat kesulitan standar, memiliki kesempatan dalam hal bersosialisasi serta belajar keterampilan dalam hal kerjasama tim, absensi sekolah lebih sedikit, belajar mengenai keterampilan hidup yang tidak di dapat di dalam kelas. Kegiatan ekstrakurikuler dikatakan integratif karena adanya keterkaitan antara bidang pengetahuan dan pengalaman.

Di SMA Negeri 1 Larangan ini lebih diunggulkan pada pengembangan dan pembinaan ekstrakurikulernya, karena pembinaan terhadap peserta didiknya yang bagus sehingga untuk tiga tahun terakhir ini prestasi siswa meningkat, dilihat dari prestasi yang didapat melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah yang menjadi wadah untuk mengembangkan bakat dari peserta didik.

Melalui ekstrakurikuler peserta didik memupuk jiwa sportif dalam segala perlombaan contohnya bola basket, bola voli dan futsal, baik yang digelar secara internal dengan sekolah lain, ekstrakurikuler juga dapat mengajarkan anak akan arti organisasi walaupun dalam skala yang kecil. Di sana anak bisa belajar menjadi pemimpin, pengurus, dan mengemas suatu acara yang menarik dalam sebuah pameran ekstrakurikuler.

Sekolah sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, memiliki peran yang cukup penting untuk tercapainya tujuan pelaksanaan

(25)

kegiatan pembinaan karakter di sekolah. Situasi yang kondusif disertai dukungan dari seluruh tenaga pendidik dan kependidikan memudahkan bagi para pengurus untuk berkoordinasi dengan semua pihak dalam pelaksanaan kegiatan.

b) Adanya dukungan dari pihak sekolah dengan adanya pembinaan wali kelas setiap hari selasa

Wali kelas mempunyai tugas yang lebih khusus dibanding guru mata pelajaran di sekolah. Hal ini terlihat dari peranya secara administrative dan bimbingan terhadap peserta didik . selain sebagai penerima delegasi wewenang dari pimpinan sekolah. Wali kelas juga menjadi pengganti orang tua di sekolah. Yang umum diketahui oleh peserta didik maupun orang tua peserta didikadalah bahwa tugas seorang wali kelas itu mengisi dan membagikan hasil belajar. Tetapi sesungguhnya tugas wali kelas itu lebih luas. Oleh sebab itu menjadi wali kelas tidaklah semudah yangdiperkirakan.

Jam pembinaan wali kelas memang dalam struktur kurikulum tidak ada, namun di SMA Negeri 1 Larangan sudah menerapkan jam ini, karena hasilnya yang dirasa efektif untuk pembinaan peserta didik terutama dalam pembinaan karakter. Pembinaan wali kelas ini dilakaukan setiap hari selasa jam pertama, yang mana alokasi waktunya satuminggu satu kali sehingga satu bulan empat kali pembinaan wali kelas terhadap peserta didik.

Untuk materi pembinaan tergantung kreativitas wali kelas, yang penting intiya, dengan adanya jam ini peserta didik terbina karaktenya. Apakah diisi dengan menyelesaikan dan membina peserta didik yang bermasalah, mewancarai peserta didik untuk mengetahui latar belakangnya,

(26)

memberikan motivasi lewat tayangan video motivasi, membersihkan kelas bersama wali kelas, atau siraman rohani oleh wali kelasnya, jadi tiap wali kelas berbeda materinya tergantung kretifitas masing-masing walik kelas.

c) Adanya dukungan dari pihak sekolah dengan adanya pembinaan guru BK

Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting, baik bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah, rumah tangga (keluarga), maupun masyarakat pada umumnya, akan tetapi apabila pembimbig/konselor tidak bisa melaksanakan tugasnya secara profesional, tepat dan melakukanya dengan baik, maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tersebut tidak akan mendapatkan hasilyang maksimal.

Penyelenggaran bimbingan Konseling di sekolah ini perlu melibatakan pihak-piak lain salah satunya adalah guru BK. Masalah yang biasanya timbul di sekolah misalnya kesulitan belajar peserta didik, mengembangkan bakat dan minat didik melalui penelusuran prestatsi akademi maupn non akademik oleh guru BK untuk dikembangkan.

Pembebasan masalah-masalah peerta didik itu dilakukan

melaluipelayanan bimbingan dan konseling dapat dimanfaatkan oleh guru untuk pengajaran dengan individualitas peserta didik.Peran guru BK sangat berperan dalam pembentukan pendidikan karakter peserta didik. Oleh sebab itu untuk meningkatkan kualitas guru BK di samping guru BK mengikuti MGMP BK antar sekolah yang diadadak tiap 3 bulan sekali, kepala sekolah juga melakukan pembinaan bersama dengan guru BK yang mana tujuannya untuk memecahkan masalah-masalah peserta didik bersama.

(27)

d) Adanya dukungan dari pihak sekolah dengan adanya pembinaan STP2K sebagi penerapan pendidikan karakter

STP2K ( Satuan Tugas Pelaksana Pembinaan kesiswaan) memiliki tugas dalam pembinaan terhadap peserta didik sesuai dengan peraturan tata tertib yang berlaku disekolah tersebut.Tim ini melakukan kegiatan pencegahan, penindakan dan penanggulangan terhadap segala bentuk pelanggaran terhadap aturan tata tertib. Mulai dari pelanggaran terhadap penggunaan kelengkapan seragam sekolah, kedisiplinandalam kegiatan belajar sampai tingkah laku peserta didikyang merugikan selama dilingkungan sekolah tersebut.

Kegiatan pembinaan STP2K merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam dan/di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan menginternalisasi nilai-nialai atau atuaran agama serta norma-norma social baik loka, nasional,maupun global untuk

membentuk insan yang seutuhnya.147

Dalam memantapkan kepribadian peserta didik guna mewujudkan nilai-nilai karakter sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan karakter melalui kegiataan pembinaan kesiswaan diupayakan antara lain dalam betuk kegiatan; (1)pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) Masa pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), (3) penegakan tata karma dan Tata Tertib Kehidpan Akademik dan

147 Hasil wawancara penulis dengan Dra. Hj. Siti Mukaromah Koordinator SP2K SMA

Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada hari jum’at tanggal 13 November 2015 di ruang guru SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes.

(28)

sosial, (4) Kepramukaan, (5) Organisasi Siswa Intra Sekolah ( Osis), (6) Upacar bendera, (7) Usaha Keseshatan SekolaH (UKS), (8)

2. Faktor penghambat guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan

Pendidikan karakter merupakan program baru yang diprioritaskan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sebaagi program baru masih menghadapi banyak kendala.

Meskipun adanya faktor-faktor yang mendukung terlaksananya kegiatan Pendidikan Agama Islam dan pendidikan karakter dengan baik, namun tidak sepenuhnya kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena selain terdapat faktor-faktor pendukung seperti disebutkan di bawah, setidaknya terdapat pula beberapa hal yang menjadi penghambat terlaksananya kegiatan ini, yaitu antara lain:

a) Frekuensi kebersamaan orang tua dan anak di rumah sangat kurang. Pekerjaan orang tua, terutama yang berada di perantauan, sering menyebabkan orang tua harus meninggalkan rumah atau keluarga untuk jangka waktu yang lama (bisa satu minggu, satu bulan, bahkan lebih). Akibatnya, bagi anak yang orang tuanya memiliki pekerjaan seperti itu intensitas komunikasi dan kontak langsung sangat sedikit, perhatian orang tua terhadap anak tidak maksimal, dan proses pendidikan oleh orang tua tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan

b) Sinergitas antara pihak sekolah dan orang tua dalam pengawasan peserta didik di rumah masih kurang

(29)

c) Belum adanya bentuk evaluasi yang tepat untuk mengontrol kegiatan atau kebiasaan peserta didik di rumah yang dapat menunjang program pembinaan karakter peserta didik di sekolah

d) Lingkungan pergaulan peserta didik di rumah kurang mendukung pelaksanaan program pembiasaan disiplin sebagai upaya membangun generasi berakhlak mulia

e) Kesadaran peserta didik untuk mempraktekkan pembiasaan disiplin ibadah di rumah masih kurang dan perlu dukungan dari orang tua untuk mengontrol dan memberi arahan pada putera-puterinya, supaya mereka senantiasa melaksanakan ibadah secara disiplin dan penuh kesadaran

f) Masih banyaknya peserta didik yang kurang memahami tentang pendidikan karakter

g) Kurangnya motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan pendidikan karakter Motivasi sebagai penggerak setiap individu untuk melakukan suatu aktifitas, merupakan salah satu faktor utama belum optimalnya hasil yang dicaPendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dari pelaksanaan kegiatan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan. Kurangnya motivasi berasal dari dalam diri para peserta didik itu sendiri, berupaya kurangnya minat dan kemauan untuk mengikuti kegiatan Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti dan pendidikan karakter. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat

(30)

penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar, pasti ditemukan anak didik yang tidak termotivasi untuk belajar atau tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan pengajaran dikelas. Guru tidak harus tinggal diam bila anak didik tidak terlibat secara langsung dalam belajar bersama. Perhatian harus lebih diarahkan kepada mereka. Usaha perbaikan harus dilaksanakan agar mereka mempunyai gairah dalam belajar.

Dalam hal ini, sebagaimana menurut kepala sekolah SMA Negeri 1 Larangan, ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercaPendidikan Agama Islam dan Budi Pekertinya tujuan pengajaran.

h) Kegiatan-kegiatan yang diadakan selama ini belum memenuhi keinginan peserta didik (kurang variatif)

Sebagaimana telah diapaparkan dalam pembahasan sebelumnya, bahwa dalam proses pendidikan adakalanya terdapat peserta didik yang memiliki potensi yang tinggi dalam bidang akademik, adapula peserta didik yang justru tidak memiliki bakat yang tinggi dalam bidang ini namun memiliki bakat dalam bidang nonakademik. Kegiatan pendidikan agama

(31)

islam dan pendidikan karakter yang salah satu tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki peserta didik, seharusnya mampu menyalurkan bakat peserta didik tersebut sesuai dengan apa yang dimilikinya.

Sejauh ini kegiatan pendidikan agama Islam dan pendidikan karakter, adalah merupakan suatu upaya dalam rangka menerapkan pendidikan karakter ternyata belum mampu menjadi wadah yang dimanfaatkan peserta didik untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya. Hal ini disebabkan umumnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan lebih difokuskan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran agama Islam yang dilaksanakan di kelas.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tidak begitu variatif, antara lain belum menyentuh bidang-bidang yang justru sebenarnya diminati oleh peserta didik. Diantara bidang-bidang yang belum diminati oleh peserta didik antara lain berupa tilawah dan qiroah yang kesemuanya diikuti oleh para peserta didik secara pilihan.

i) Masih kurang adanya kebersamaan tenaga pendidik dalam menerapkan pendidikan karakter

Dengan demikian, meskipun ada faktor-faktor yang menghambat implementasi tanggung jawab orang tua dan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam membina karakter peserta didiksisi, baik orang tua maupun guru telah melakukan langkah-langkah yang cukup efektif sebagai solusi atas permasalahan yang mereka hadapi. Secara umum, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa faktor-faktor penghambat tersebut masih dapat

(32)

diatasi dengan meningkatkan kepedulian, perhatian, dan kerja sama orang tua dan pihak sekolah dalam membina karakter para peserta didik

C. Langkah-langkah solutif guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan

1. Keteladanan

Pembinaan dengan teladan berarti suatu metode pembinaan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, berupa perkataan, perbuatan, sifat, dan cara berfikir. Banyak ahli pendidikan yang bependapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode yang paling berhasil. Hal itu karena dalam belajar orang pada umumnya lebih mudah menangkap yang konkrit daripada yang abstrak. Abdullah ulwan misalnya sebagaimana dikutip oleh Hery Noer Aly, mengatakan bahwa pendidik akan merasa mudah megkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun anak akan merasa kesulitan dalam memahami pesan itu apabila pendidiknya tidak memberi

contoh tentang pesan yang disampaikannya.148

Menurut Edi Suardi sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis, bahwa keteladanan itu ada dua macam, yaitu:

a. Sengaja berbuat untuk secara sadar ditiru oleh peserta didik

b. Berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang akan ditanamkan pada peserta didik sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi

peserta didik.149

148 Hery Noer Aly, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Mulia, 1999),

Hal 172

149

(33)

Dalam al-Qur’an sendiri terdapat banyak ayat yang menunjukkan kepentingan penggunaan teladan dalam pendidikan. Seperti dalam surat

al-Ahzab ayat 21 yang artinya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah

itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

Sedangkan dalam psikologi kepentingan penggunaan keteladanan sebagai metode pendidikan didasarkan atas adanya insting (gharizah) untuk beridentifikasi dalam diri setiap manusia, yaitu dorongan untuk menjadi sama

(identik) dengan tokoh identifikasi.150

Guru menjadi contoh teladan dalam berperilaku di kelas maupun di luar kelas. Guru adalah sosok yang menjadi teladan, baik dari segi pengetahuan maupun kepribadian bagi peserta didiknya. Oleh karena itu, seorang guru harus berhati-hati dalam bertutur kata dan bertingkah laku. Tutur kata dan tingkah laku guru yang tidak tepat pada tempatnya akan berakibat buruk pada tumbuh kembang peserta didik, karena mereka bisa saja meniru tutur kata dan tingkah laku seorang guru tanpa memperhitungkan

benar salahnya.151

Guru sebagai contoh teladan bagi peserta didik dengan demikian harus menata ulang tutur kata dan tingkah lakunya di hadapan peserta didik agar dapat memberikan penguatan positif terhadap pembentukan kepribadian peserta didik.

150 Hery Noer Aly, Filsafat Pendidikan Islam., hal 178-179.

151 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsepsi & Implementasinya Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, Dan Masyarakat,

(34)

Untuk membentuk karakter peserta didik tidak hanya melalui teori, latihan ataupun diperoleh secara alami berdasarkan fitrah, akan tetapi juga perlu melalui teladan, yaitu mengambil contoh atau meniru orang yang dekat

dengannya.152

Seperti pendapat yang diungkapkan oleh Ahmad Tafsir, yang menyatakan “secara psikologis manusia merupakan tokoh teladan dalam hidupnya, hal ini adalah sifat pembawaan keteladanan”. Sehingga dapat dikatakan bahwa memberikan keteladanan (Uswatun Hasanah) merupkan upaya yang efektif dalam membina dan mengajarkan tingkahlaku kepada peserta didik.

Mengenai keteladanan Armai Arief menjelasakan sebagai berikut: Pendidikan dengan keteladanan berarti pendidikan yang memberi contoh, baik berupa sifat, cara berfikir, maupun tingkah laku. Banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode yang berhasil guna. Hal ini karena dalam belajar, orang umunya lebih mudah menangkap dengan konkrit ketimbang

dengan abstrak.153

Oleh karena itu guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMA Negeri 1 Larangan berusaha untuk memberikan keteladanan (Uswatun Hasanah) secara konkrit dalam kehidupan sehari-hari kepada peserta didik.

152 Chabib Thoha, Metodologi Pengajaran Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2004), hal 127-129.

153 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat

(35)

Seperti: sholat dhuhur berjamaah, sholat dluha, berpakaian rapi, memuji hasil karya yang baik, bergaul, dan bertutur kata sopan.

2. Pembiasaan

Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Yang dimaksud dengan kebiasaan (habit) ialah cara bertindak yang persistent, uniform dan hampir-hampir otomatis (hampir tidak disadari oleh pelakunya). Pembiasaan merupakan upaya yang praktis dalam pembinaan dan pembentukan anak. Hasil dari pembiasan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik. Jadi bisa dikatakan kebiasaan adalah suatu tingkahlaku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih

dahulu, dan berlaku begitu saja tanpa dipikir lagi.154

Pembiasaan memberikan manfaat bagi anak. Karena pembiasaan berperan sebagai efek latihan yang terus menerus, anak akan lebih terbiasa berperilaku dengan nilai-nilai akhlak. Seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati.

Seseorang yang ingin dirinya menjadi berkarakter mulia, maka jalannya dengan membiasakan kebiasaan yang baik, sehingga menjadi tabiat yang mudah mengerjakannya sesuatu yang baik dan tidak merasa berat lagi untuk melakukan hal baik. Metode ini sangat tepat untuk mengajarkan karakter para peserta didik, agar peserta didik mempunyai kebiasaan berbuat baik sehingga menjadi karakter muia baginya. Oleh karena itu seorang guru

154

(36)

harus memberikan bimbingan yang kontinyu kepada peserta didiknya, agar tujuan pendidikan karakter ini dapat tercaPendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti secara optimal.

Adapun penerapan pembiasaan yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, kabupaten Brebes, provinsi Jawa Tengah dilakukan dengan program sebagai berikut:

a. Membaca Al-Qur’an selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai Penerapan pembiasaan pendidikan agama islam yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan selanjutnya adalah dilakukan dengan membaca Al-Qur’an 15 menit sebelum pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dimulai.

Untuk mengetahui tentang adanya penerapan pembiasaan membaca Al-Qur’an pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan dapat dibaca dari hasil wawancara penulis dengan siti inayah, S.Ag.

Hasil wawancara yang adalah sebagai berikut:

1) Pelaksanaan pembiasaan membaca Al-Qur’an ini dilaksanakan 15 menit sebelum pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti baik itu pada saat pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada jam pertama, ketiga maupun jam terakhir, yang mana tujuanya membiasakan anak dalam membaca al-qur’an.

2) Di akhir pembelajaran dengan berdo’a.155

155 Hasil wawancara terhadap ibu Siti Inayah, S.Ag, Pada hari sabtu tanggal 14

(37)

Dari uraian di atas hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yaitu Ibu Siti Inayah, S.Ag. Bahwa cara menanamkan pendidikan karaktek melalui pembiasaan yang sifatnya wajib bagi peserta didik agar senantiasa membaca Al-Qur’an, dalam hal ini ibu Siti Inayah S.Ag menerapkan dalam pemeblajaranya untuk selalu membaca Al-Qur’an Selama 15 menit sebelum pembelajaran, jam ketiga ataupun jam terakhir.

b. Pembiasaan shalat dhuha

Salah satu pendidikan nilai karakter yang dapat dilakukan adalah dengan membiasakan shalat dhuha di sela-sela jam istirahat pertama. Dampak pembiasaan shalat dhuha terhadap pembinaan karakter sangat baik terlihat pada perilaku produktif dalam memanfaatkan waktu, hormat, disiplin, murah hati dan peduli sesama. Peserta didik dapat mengontrol emosi atau amarah, selain itu fikiran dan hati peserta didik juga menjadi lebih tenang sehingga akan memperlancar proses belajar. Menahan amarah yaitu upaya menahan emosi, agar tidak dikuasai oleh perasaan marah terhadap orang lain.

Penerapan pembiasaan Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah selanjutnya adalah dilakukan dengan pembiasaan sholat dhuha.

Untuk mengetahui tentang adanya penerapan pembiasaan yang dilakukan oleh guru dapat dibaca dari salah satu hasil wawancara penulis dengan Bapak Nur kholis, M.Pd.I berikut ini;

“Sebagai bagian dari upaya saya dan teman-teman guru dalam menerapakan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan

(38)

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah selanjutnya adalah dilakukan dengan pembiasaan shalat dhuha. Dengan adanya shalat dhuha ini membuat peserta didik menjadi lebih menyadari akan pentingnya urusan akhirat di samping pentingnya persoalan keduniawian. Dengan kesadaran ini maka peserta didik merasa lebih

damai dan sikap mereka pun jauh lebih baik.”156

Pernyataan di atas juga didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh Anam Nurul Ma’ruf berikut ini :

“Di sekolah saya yaitu SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah para peserta didiknya diajak untuk melaksanakan sholat dhuha di mushalla yang ada di sekolah saya. Dengan adanya sholat dhuha ini maka saya merasakan adanya

ketenangan hati dan pikiran saya.”157

Ungkapan yang senada dapat dipahami dari pernyataan yang disampaikan oleh Bagus Kohar Aji kepada penulis dalam salah satu wawancara penulis denganya berikut ini:

“Saya dan teman-teman yang lain yang di SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah selalu diajak oleh guru untuk melakasanakan shalat dhuha di mushalla yang ada di sekolah

156 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Nur Kholis, M.Pd.I guru Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada hari sabtu tanggal 14 November 2015 di ruang guru.

157 Hasil wawancara penulis dengan Anam Nurul Ma’ruf peserta didik kelas XII IPS 2

SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada hari senin tanggal 16 November 2015 di kelas.

(39)

saya. Setelah dhalat dhuha ada nasehat-nasehat yang disampaikan

oleh guru kami, sehingga saya merasa tenang dan damai.”158

Uraian di atas dapat dipahami bahwa SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada waktu dhuha mengadakan shalat dhuha berjama’ah dan ada nasehat-nasehat yang disampaikan oleh guru. Apa yang dilakukan oleh para guru dalam menerapkan pendidikan karakter terhadap peserta didik.

c. Jamaah shalat dhuhur

Harapan sekolah dengan mewajibkan peserta didik untuk berjama’ah setiap waktu sholat, dengan membiaskan peserta didik mendidrikan sholat sunah dhuha dan hajad. Maka akan memupuk keislaman mereka, selalu sholat tepat di awal waktu, gemar berjama’ah, rajin mengerjakan sholat-sholat sunah, istiqomah dalam beribadah dan mendekatkan diri pada Allah swt.

Penerapan pembiasaan pendidikan agama islam yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah selanjutnya adalah dilakukan pembiasaan jama’ah shalat dhuhur.

Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti yang dilakukan oleh guru sebagai upaya menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah dengan pembiasaan jama’ah shalat

158 Hasil wawancara penulis dengan Bagus Kohar Aji peserta didik kelas XI IPA 2 SMA

Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada hari senin tanggal 16 November 2015 di kelas.

(40)

dhuhur dapat dibaca dari salah satu hasil wawancara penulis dengan Dra. Hj. Siti Mukaromah berikut ini:

“SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah mewajibkan para peserta didiknya untuk melaksanakan jama’ah shalat dhuhur di mushola di SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah dengan pembiasaan jama’ah shalat dhuhur. Pembiasaan ini merupakan salah satu cara penerapan pendidikan karakter peserta didik di SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes,

Provinsi Jawa Tengah.”159

Ungkapan senada dapat dipahami dari pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Ikhwanto, S.Pd. kepada penulis dalam salah satu wawancara penulis denganya berikut ini:

“Sebagai salah satu guru di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, saya mewajibkan para peserta didik untuk melaksanakan jama’ah shalat dhuhur di mushola SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Hal ini saya lakukan selain karena merupakan kebijakan sekolah juga karena jama’ah shalat dhuhur di sekolah cukup efektif sebagai slah satu pembiasaan yang diterapkan sekolah untuk menerapakan pendidikan

karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes.”160

159 Hasil wawancara penulis dengan Dra. Hj. Siti Mukaromah guru Bahasa jawa SMA

Negeri 1 Larangan, pada hari sabtu tanggal 14 November 2015 di ruang guru SMA Negeri 1 Larangan.

160 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Ikhwanto, S.Pd guru Bahasa Inggris SMA

Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada hari sabtu tanggal 14 November 2015 di ruang guru SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes

(41)

Pernyataan di atas juga di dukung dengan pernyataan yang di sampaikan oleh Nurul istikomah berikut :

“Saya dan para peserta didik SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah diwajibkan untuk melaksanakan shalat dhuhur berjama’ah di mushola yang ada di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Hal ini merupakan pembiasaan yang diterapkan sebagai salah satu cara untuk menerpkan

pendidikan karakter di sekolah saya.”161

Ungkapan senada dapat dipahami dari pernyataan yang disampaikan oleh Joni Hartoso kepada penulis dalam salah satu wawancara penulis denganya berikut ini:

“Untuk menerapkan salah satu pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah., saya dan teman-teman diwajibkan untuk melaksanakan shalat dhuhur berjama’ah di mushola yang ada di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kebijakan ini menjadi pembiasaan agar pendidikan karakter bisa tertanam dalam diri peserta didik.”162

161 Hasil wawancara penulis dengan Nurul Istikomah peserta didik kelas XI IPA 4 SMA

Negeri 1 Larangan, pada hari senin tanggal 16 November 2015 di musholla SMA Negeri 1 Larangan

162 Hasil wawancara penulis dengan Joni Hartoso peserta didik kelas X IPA 1 SMA Negeri

(42)

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah mewajibkan para peserta didik di lingkungan SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah untuk melaksanakan jama’ah shalat dhuhur di mushola SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dilakukan sebagai salah satu pembiasaan yang harus dilakukan oleh para peserta didik karena jama’ah shalat dhuhur di sekolah dapat menjadi salah satu faktor penerapan pendidikan karakter peserta didik SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.

Pembiasaan jama’ah shalat dhuhur di mushola SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, menurut hemat penulis hendaknya ditambah dengan diadakanya cermah yang berisinasehat-nasehat oleh para guru agar peserta didik bisa lebih tersentuh lagi hatinya sehingga perilaku mereka menjadi lebih baik lagi dan para peserta didik benar-benar menerapakan pendidikan karakter yang ada di sekolah.

d. Infaq pada tiap hari jumat

Penerapan pembiasaan pendidikan agama Islam yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah selanjutnya adalah dilakukan dengan cara peserta didik memberikan infaq pada setiap hari jumat.

Infaq merupakan salah satu kebaikan yang dianjurkan dalam agama islam. Orang yang berinfaq akan mendapatkan pahala atau ganjaran dari Allah SWT. Untuk dapat berinfaq seseorang kadang perlu mendapatkan

(43)

sugesti ataupun motivasi dari orang lain agar dapat melakukannya dengan ikhlas.

Terkait dengan pelaksanaan pembiasaan pendidikan agama islam yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah yang dilakukan dengan cara membiasakan peserta didik untuk memberikan infaq pada setiap hari jumat dapat dibaca dari pernyataan yang disampaikan dan Budi Pekertikan oleh Saidi, S.Ag pada penulis berikut ini:

“Saya sebagai guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMA Negeri 1 Larangan, kabupaten brebes, provinsi jawa tengah menganjurkan pada peserta didik saya untuk memberikan infaq dari sebagian harta yang dimilikinya pada setiap hari jumat. Infaq ini sebagai cara untuk menyadarkan mereka akan manfaatnya infaq yang salah satunya adalah dapat menolong teman-teman mereka yang sakit

ataupun yang sedang terkena musibah dan ujian dari allah”.163

Pernyataan di atas juga didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh Siti Inayah, S.Ag berikut ini:

“Dalam rangka menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, maka saya sebagai guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMA Negeri 1 Larangan, kabupaten brebes, provinsi jawa tengah menganjurkan kepada para peserta didik saya agar

163 Saidi, Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Kamis, 12 November 2015).

(44)

memberikan infaq dari sebagian harta yang dimiliki oleh mereka. Infaq dapat digunakan untuk membantu meringankan beban mereka

yang terkena musibah baik kecelakaan ataupun karena sakit”.164

Ungkapan yang senada dapat dipahami dari pernyataan yang disampaikan oleh Sulistiawati kepada penulis dalam salah satu wawancara penulis dengannya berikut ini:

“Saya dengan teman-teman saya yang sekolah di SMA Negeri 1 Larangan diberi pemahaman tentang penting dan manfaatnya berinfaq oleh guru saya di SMA Negeri 1 Larangan. Uang infaq yang terkumpul digunakan untuk membantu peserta didik yang

mengalami musibah ataupun yang sedang sakit”.165

Uraian di atas dapat dipahami bahwa guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMA Negeri 1 Larangan memberikan pemahaman tentang pentingya dan manfaatnya berinfaq kepada para peserta didik di SMA Negeri 1 Larangan. Hal ini dilakukan karena para guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti khususnya sadar bahwa peserta didik perlu dianjurkan untuk membiasakan diri berinfaq dan bersedekah, agar hati mereka menjadi baik dan mendapatkan pahala dari allah yang salah satu caranya adalah dengan menginfaqkan sebagian dari harta uang jajan yang mereka miliki.

Harta infaq yang diberikan oleh para peserta didik pada setiap hari jumat dikumpulkan dan digunakan apabila ada peserta didik yang mendapatkan musibah ataupun peserta didik yang sakit dan sangat

164 Siti Inayah, Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Kamis, 12 November 2015).

165 Sulistiawati, kelas X 3, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Kamis, 12 November

(45)

membutuhkan bantuan. Dengan cara demikian, maka peserta didik telah beramal dengan cara berinfaq sekaligus peserta didik pun mendapatkan pelajaran yang berharga dari bagaimana pentingnya berinfaq dan sekaligus juga mereka mendapatkan manfaat dari infaq yang terkumpul, khususnya para peserta didik yang membutuhkan bantuan karena mereka sakit ataupun karena mereka mendapatkan ujian dari allah berupa musibah ataupun sakit.

Apa yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMA Negeri 1 Larangan dalam menerapkan pendidikan karakter melalui cara menganjurkan agar para peserta didik memberikan sebagian hartanya untuk berinfaq pada setiap hari jumat, maka peserta didik mendapatkan pelajaran yang sangat berharga sekaligus mendapatkan manfaat yang luar biasa dari adanya dana infaq yang digunakan untuk menolong para peserta didik yang membutuhkan karena mendapat ujian musibah ataupun karena mereka sakit dan perlu berobat ataupun dirawat di rumah sakit.

Pembiasaan termasuk ke dalam metode latihan (drill). Metode latihan (drill) merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh

suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.166Dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam, materi yang bisa diajarkan dengan metode ini di antaranya adalah materi yang bersifat pembiasaan, seperti ibadah shalat, mengkafani jenazah, baca tulis Al Quran, dan lain-lain. Dalam proses pembiasaan belajar agama dikenal sebuah metode reward dan

punishment. Reward menurut penganut teori behavioristik merupakan

166

Referensi

Dokumen terkait

Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan minyak lemuru mampu menurunkan kandungan kolesterol telur dan meningkatkan kandungan Omega- 3 secara signifikan, sedang kombinasi

Vieraan kielen opiskelu, johon Harjanne (2006, s. 56) sisällyttää vieraan kielen harjoittelun (kuvio 2), on opiskelijan tavoitteista toimintaa ja opetuksen kautta oh-

Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur

setelah transaksi pemesanan tiket online sukses user diminta untuk memasukkan username dan passwordnya untuk validasi user, stelah validasi sukses maka akan muncul pesan

Analisis regresi adalah metode analisis yang digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang digunakan yaitu jumlah

Rizky Al Adib Tidak Lulus

Menghasilkan krim sunscreen dengan fraksi etil asetat daun jambu biji yang memenuhi persyaratan sifat fisik yaitu viskositas dan daya sebar serta stabilitas

Dari definisi diatas dapat dipahami, komunikasi pemasaran terpadu adalah suatu pendekatan pemasaran baru yang dilakukan oleh pihak perusahaan kepada pelanggan dalam upaya