• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga (Studi Kasus: Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga (Studi Kasus: Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Konsep Kebutuhan Dasar

Manusia mempunyai kecenderungan untuk tetap hidup dengan

mempertahankan bakat dan kehidupan sosialnya. Sebagai konsekuensinya,

manusia harus memenuhi kebutuhan hidupnya, baik primer maupun sekunder agar

hidup layak sesuai dengan harkatnya sebagai anggota masyarakat.

Kebutuhan pangan untuk konsumsi rumah tangga merupakan kebutuhan

pokok dalam kelangsungan hidup. Selain ketersediaannya juga perlu diperhatikan,

pola konsumsi pangan rumah tangga atau keseimbangan kontribusi diantara jenis

pangan yang dikonsumsi juga harus diperhatikan sehingga dapat memenuhi

standar gizi yang dianjurkan.

Kebutuhan terbagi dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit,

kebutuhan meliputi barang dan jasa, sedangkan dalam arti luas, kebutuhan

meliputi kebutuhan akan pendidikan, kesehatan, sosial, transportasi, dan lain

sebagainya.

Kebutuhan pokok merupakan tingkat minimum yang harus dipenuhi oleh

seseorang. Hal ini berarti kebutuhan pokok setiap kalangan masyarakat berbeda.

Kebutuhan pokok bersifat spesifik karena dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti

(2)

Untuk dapat menyediakan kebutuhan dasar dari sebuah rumah tangga, perlu

diketahui konsep kebutuhan dasar rumah tangga yang disesuaikan dengan tingkat

pendapatannya. Artinya masing-masing masyarakat dapat menentukan apa yang

diperlukan maupun berapa jumlah yang dibutuhkan.

2.1.2. Pola Konsumsi Pangan

Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang

dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi

masyarakat ini dapat menunjukkan tingkat keberagaman pangan masyarakat yang

selanjutnya dapat diamati dari parameter Pola Pangan Harapan (PPH). Hasil

Widya Karya Nasiona Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004 menetapkan

bahwa Angka Kecukupan Gizi/Energi (AKG/AKE) di tingkat konsumsi sebesar

2000 kkal per kapita per hari dan protein sebesar 52 gram per kapita per hari, serta

57 gram per kapita per hari di tingkat ketersediaan (BKP Bengkulu, 2011).

Bahan pangan yang dikonsumsi sehari-hari dikelompokkan menjadi 9

(sembilan) kelompok besar. Secara nasional, bahan pangan dikelompokkan

sebagai berikut:

a. Padi-padian : beras, jagung, sorghum, dan terigu

b. Umbi-umbian : ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, sagu, dan umbi

lainnya

c. Pangan hewani : ikan, daging, susu, dan telur

d. Minyak dan lemak : minyak kelapa, minyak sawit (minyak goreng,

margarin, minyak jagung)

(3)

f. Kacang-kacangan : kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang

merah, dan kacang lainnya

g. Gula : gula pasir, gula merah

h. Sayur dan buah : semua jenis sayuran dan buah-buahan yang biasa

dikonsumsi

i. Lain-lain : teh, kopi, sirup, bumbu-bumbuan, makanan dan

minuman jadi.

Pola konsumsi pangan sangat ditentukan oleh faktor sosial ekonomi rumah

tangga, seperti pendapatan, harga pangan, selera dan kebiasaan makan. Dalam

melakukan survei pola konsumsi pangan di Desa Kepala Sungai, Kecamatan

Secanggang, Kabupaten Langkat menggunakan pendataan jenis dan jumlah bahan

pangan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat di daerah penelitian.

2.1.3. Pola Pangan Harapan

Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desireable Dietary Pattern adalah

susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok

pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dari suatu pola ketersediaan

dan atau konsumsi pangan. Menurut Khomsan (2004), PPH adalah suatu

konsumsi norma (standar) pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk,

sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutritional balance) yang

didukung oleh cita rasa (palatability), daya cerna (digestibility), kuantitas dan

kemampuan daya beli (affortability).

Pola Pangan Harapan (PPH) dapat digunakan sebagai ukuran keseimbangan

dan keanekaragaman pangan dengan terpenuhi kebutuhan energi dari berbagai

(4)

konsumsi pangan dan tingkat keragaman konsumsi pangan serta mencerminkan

susunan konsumsi pangan anjuran.

Susunan menu pada setiap waktu makan sebaiknya terdiri dari makanan

pokok, satu jenis lauk hewani, satu jenis lauk nabati, satu jenis hidangan sayur,

dan satu jenis buah. Hal ini diperlukan agar terciptanya pola konsumsi yang

seimbang dan juga merata. Untuk mempermudah dalam penyusunan menu,

digunakan Ukuran Rumah Tangga (URT) dan Daftar Bahan Penukar Pangan

(DBPP).

Tabel 2.1. Standar Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional

No Kelompok Pangan Skor PPH

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teori Konsumsi Engel

Hukum Engel menyatakan bahwa “semakin kecil pendapatan seseorang,

semakin besar bagian dari pendapatan yang digunakan untuk konsumsi pangan.

Sebaliknya, semakin besar pendapatan seseorang, semakin kecil bagian dari

pendapatan yang digunakan untuk konsumsi pangan.”

Engel menyatakan empat kesimpulan dari teori yang dikemukakan, yaitu:

1. Jika pendapatan meningkat, maka persentasi pengeluaran untuk konsumsi

(5)

2. Persentase pengeluaran untuk konsumsi pakaian relatif tetap dan tidak

tergantung pada tingkat pendapatan.

3. Persentase pengeluaran konsumsi untuk pengeluaran rumah relatif tetap dan

tidak tergantung pada tingkat pendapatan.

4. Jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk

pendidikan,kesehatan,rekreasi,barang mewah,dan tabungan semakin meningkat.

2.2.2. Karakteristik Sosial Ekonomi

Konsumen memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda-beda antara

yang satu dengan yang lain. Dimana karakteristik sosial ekonomi tersebut

berhubungan dengan permintaan konsumen terhadap pola konsumsi pangan

rumah tangga.

Menurut Sumarwan (2004), ada beberapa karakteristik sosial ekonomi yang

berhubungan dengan perilaku konsumen, yaitu:

1. Tingkat pendapatan

Pendapatan sangat menentukan pola konsumsi suatu masyarakat. Tingkat

pendapatan yang berbeda mempengaruhi jumlah dan jenis bahan pangan dari

masing-masing kelompok rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan tinggi

cenderung mengkonsumsi bahan pangan dengan jumlah yang lebih sedikit tetapi

kualitas yang lebih tinggi, dan sebaliknya untuk rumah tangga dengan pendapatan

rendah.

2. Umur

Umur sangat penting dalam menentukan pola konsumsi suatu masyarakat, karena

konsumen yang berbeda umur akan mengkonsumsi pangan yang berbeda juga.

(6)

pangan. Ketika umur semakin bertambah, maka orang akan semakin mengurangi

konsumsi pangannya, dan sebaliknya.

3. Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Rumah

tangga dengan jumlah anggota keluarga yang lebih banyak akan mengkonsumsi

pangan dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga

dengan jumlah anggota keluarga yang lebih sedikit. Untuk mencukupi konsumsi

pangan seluruh anggota rumah tangga, maka pada kondisi ini pula lebih

mengutamakan kuantitas dibandingkan kualitas pangan.

4. Jumlah belanja per hari

Jumlah belanja per hari juga ikut menentukan pola konsumsi pangan

masing-masing rumah tangga. Harga bahan pangan yang beragam dan berfluktuasi

menyebabkan masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih bahan pangan

yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing rumah tangga. Ketika jumlah

belanja per hari semakin tinggi, maka akan mengakibatkan jumlah bahan pangan

yang dibelanjakan semakin banyak pula, sehingga konsumsi juga akan semakin

tinggi pula.

2.3. Penelitian Terdahulu

Isnawaty, D. (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Karyawan PT. Astra Credit

Companies Medan” menyimpulkan bahwa pendapatan dan jumlah tanggungan

berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi karyawan PT. Astra Credit Companies

(7)

Widyaningsih, R. (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Masyarakat (Studi Kasus:

Kentucky Fried Chicken dan Wong Solo Cabang Medan)” menyimpulkan bahwa

jumlah pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan selera masyarakat berpengaruh

nyata terhadap pola konsumsi masyarakat (konsumen KFC dan Wong Solo

Cabang Medan). Selain itu, dari ketiga variabel independent, jumlah pendapatan

merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi pengeluaran untuk

mengkonsumsi ayam di KFC dan Wong Solo Cabang Medan.

Krishanti, D. (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Masyarakat (Studi Kasus: Pengemudi

Becak di Kecamatan Medan Helvetia)” menyimpulkan bahwa tingkat pendapatan

dan jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi

masyarakat, sedangkan tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pola

konsumsi masyarakat.

Hasibuan, M. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pola

Konsumsi Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat di Kecamatan Medan

Tuntungan” menyimpulkan bahwa secara parsial hanya pendapatan dan jumlah

anggota keluarga yang berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan non beras

sumber karbohidrat sedangkan variabel lain seperti umur dan tingkat pendidikan

secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan non beras

sumber karbohidrat. Secara serempak, keempat faktor berpengaruh nyata terhadap

(8)

2.4. Kerangka Pemikiran

Penelitian dilakukan di Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang,

Kabupaten Langkat dengan sasaran responden ibu rumah tangga di Desa Kepala

Sungai. Pola konsumsi pangan tiap rumah tangga masing-masing berbeda, baik

dalam jumlah maupun jenis. Polakonsumsi pangan adalah susunan jenis dan

jumlah pangan yang dikonsumsimayarakat dan dapat menunjukkan tingkat

keberagaman pangan mayarakat.

Pola konsumsi pangan dapat diketahui dengan menghitung jumlah konsumsi

pangan masing-masing rumah tangga per harinya. Pola konsumsi pangan dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang

digunakan adalah tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga,

umur, dan jumlah belanja per hari. Keempat faktor tersebut akan dianalisis untuk

mengetahui adanya pengaruh terhadap pola konsumsi pangan rumah tangga di

daerah penelitian.

Pola konsumsi pangan akan membentuk skor Pola Pangan Harapan (PPH)

di daerah penelitian, yaitu Desa Kepala Sungai. Kemudian, skor PPH di Desa

Kepala Sungai akan dibandingkan dengan PPH Ideal Nasional, sehingga akan

(9)

Berikut adalah skema pemikiran yang mempengaruhi pola konsumsi rumah

tangga:

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga di Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat

Keterangan:

Ideal Tidak Ideal

1. Tingkat Pendapatan Rumah

Tangga

2. Jumlah Anggota Keluarga

3. Umur

(10)

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Pola konsumsi di Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Kabupaten

Langkat belum mencapai angka ideal yang beragam dan berimbang.

2. Tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, umur, dan

jumlah belanja per hari berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan rumah

tangga di Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat

Gambar

Tabel 2.1. Standar Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga di Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat

Referensi

Dokumen terkait

PSU berfungsi sebagai pengkonversi dan penyalur energy listrik dari outlet sumber (misalnya PLN) ke bentuk energy listrik yang dapat digunakan untuk menjalankan komponen computer

 Analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbarui..  Langkah – langkah dalam tahap analisis yaitu

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- undang nomor 6 Tahun 2014

[r]

[r]

Pekerjaan : Jasa Konsultan Perencana Kontruksi Fisik Renovasi Ruang Pelayanan Tanggal : 27

[r]

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa tingkat kompetensi kepribadian dan sosial guru Penjasorkes Sekolah Menengah Atas Negeri di