1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Latar Belakang Minuman ringan merupakan minuman olahan dalam bentuk
bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi (Cahyadi,
2005).
Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai
vitamin, dan mineral (Widodo, 2009).
Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia
dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Kita memperoleh protein dari makanan yang bersal adari hewan dan tumbuhan.Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani,
sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.Beberapa bahan makanan sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan,beras, kacang, kedelai, gandum, jagung,
dan buahan-buahan (poedjiadi 1994).
Pencernaan protein berawal dari lambung dan selesai diusus halus.Sebagian besar protein dicernakan menjadi asam amino, selebihnya menjadi tripeptida.Enzim
yang mencernakan protein dibentuk sebagai precursor inaktif (zymogen) yang berkuran lebih besar daripada enzim aktifnya. Pencernaan proein dilanjutkan didalam
usu halus oleehcampuran enzim protease (Sri Iswari 2006)
2
Kerusakan pada susu disebabkan oleh terbentuknya asam laktat sebagai hasil dari fermentasi laktosa oleh koli. Fermentasi oleh bakteri akan menyebabkan aroma
susu menjadi berubah dan tidak disukai oleh konsumen. Untuk meminimalkan kontaminasi oleh organisme dan menghambat pertumbuhan bakteri pada susu agar dapat disimpan lebih lama maka penanganan sesudah pemerahan hendaknya menjadi
perhatian utama peternak.
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mencegah kerusakan pada susu
adalah dengan cara pemanasan (pasteurisasi) baik dengan suhu tinggi maupun suhu rendah yg dapat diterapkan pada peternak. Dengan pemanasan ini diharapkan akan dapat membunuh bakteri pathogen yang membahayakan kesehatan manusia dan
meminimalisasi perkembangan bakteri lain, baik selama pemanasan maupun pada saat penyimpanan. (Ernawati et al., 1986)
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mempertahankan mutu protein pada susu kental manis kemasan dengan menggunakan metode Kjeldahl. Hal-hal tersebut mendorong penulis memilih judul “Penetuan Kadar
Protein Pada Susu Kental Manis KemasanDengan Menggunakan Metode KjedahlSesuai Denagn SNI”
1.2Permasalahan
Permasalahan dalam karya ilmiah adaah :
Apakah kadar protein pada susu kental manis sesuai dengan SNI.
Apakah yang mempegaruhi kadar protein pada susu kental manis.
3
1.3Tujuan
Untuk mengetahui kadar protein yang terdapat di dalam susu kental
maniskemasan apakah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kadar protein pada susu kental
maniskemasan.
Untuk mengetahui proses pengolahan produk pada susu
Untuk mengetahui penyebab kerusakan pada susu
1.4Manfaat
Untuk mengetahui kadar protein yang terdapat di dalam susu kental manis
kemasan apakah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kadar protein pada susu kental
maniskemasan.
Untuk mengetahui proses pengolahan produk pada susu
Untuk mengetahui penyebab kerusakan pada susu