• Tidak ada hasil yang ditemukan

brsInd 20171101140827

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "brsInd 20171101140827"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN

Nilai Tukar Petani (NTP)

Oktober 2017 Sebesar

101,01 Atau Naik 0,32

Persen.

Rata-rata harga gabah

kualitas GKG di Tingkat

Petani sebesar Rp. 4.874

per Kg

Upah Nominal Harian

Buruh Tani Provinsi Banten

Oktober 2017 Sebesar Rp

49.155,-

NTP Banten Oktober 2017 sebesar 101,01 atau naik 0,32 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) masih lebih cepat dibandingkan laju kenaikan pada Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib).

Pada Oktober 2017 terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,96 persen terutama disebabkan oleh inflasinya kelompok perumahan sebesar 1,76 persen.

Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Banten Oktober 2017 sebesar 106,73 atau naik 0,69 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada Oktober dibandingkan keadaan September untuk Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan 4,33 persen dan untuk Gabah di luar kualitas naik sebesar 14,41 persen.

Rata-rata harga gabah bulan Oktober 2017 di tingkat Petani untuk kualitas GKP Rp. 4.874 per kg,- dan kualitas rendah Rp. 4.500,- per kg.

Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 4.300,- per kg untuk kualitas GKP dengan varietas ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp. 6.000,- per kg untuk kualitas GKP dengan varietas Ciherang.

Upah nominal buruh tani pada Oktober 2017 dibanding upah buruh tani September 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,50 persen atau naik dari Rp. 48.910,- per hari menjadi Rp. 49.155,- per hari. Secara riil*) mengalami penurunan 0,46 persen yakni turun dari Rp. 37.273,- per hari menjadi Rp. 37.106- per hari.

(2)

2

1. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten pada Oktober 2017, NTP secara umum naik 0,32 persen dibandingkan NTP September, yaitu dari 100,69 menjadi 101,01. Kenaikan NTP pada Oktober 2017 dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang sebesar 1,15 persen lebih cepat dari laju kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang sebesar 0,82 persen.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Bulan Oktober 2017 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase

Perubahan

September Oktober

(1) (2) 3) (4) a. Indeks yang diterima (It) 129.52 131.01 1.15

b. Indeks yang dibayar (Ib) 128.64 129.70 0.82

c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131.22 132.47 0.96 d. Indeks BPPBM 122.19 122.75 0.46

e. Nilai Tukar Petani (NTP) 100.69 101.01 0.32

Kenaikan NTP Oktober 2017 disebabkan oleh naiknya NTP hanya pada subsektor tanaman pangan yang naik 2,15 persen. Empat subsektor lainnya justru mengalami penurunan yakni subsektor hortikultura turun 0,75 persen, subsector tanaman perkebunan rakyat turun 1,56 persen, dan subsector peternakan turun 1,18 persen, serta subsektor perikanan turun sebesar 1,25 persen. Penurunan keempat subsector tersebut sedikit menghambat kenaikan yang terjadi pada NTP umum.

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (I

t

)

(3)

3

Grafik 1

Perubahan Indeks Harga Yang Diterima Petani September - Oktober 2017

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (I

b

)

Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT) dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Oktober 2017 indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,72 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami kenaikan 0,95 persen dan Indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen. Kenaikan indeks BPPBM ini disebabkan naiknya 4 (empat) kelompok yakni kelompok pupuk, obat-obatan, dan pakan naik 0,82 persen; biaya sewa dan pengeluaran lain naik 0,01 persen; kelompok penambahan barang modal naik 0,32 persen; dan kelompok upah buruh naik 0,52 persen.

Grafik 2

Perubahan Indeks Harga Yang Dibayar Petani Bulan Oktober 2017

T. pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

Sep-17 Oct-17

T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

(4)

4

4. Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P)

Pada bulan Oktober 2017 NTP-P mengalami kenaikan indeks sebesar 2,15 persen atau naik dari 101,92 menjadi 104,11. Hal ini karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (It) yang sebesar 3,00 masih lebih cepat dari laju kenaikan Ib yang sebesar 0,83 persen. Kenaikan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena naiknya indeks pada subkelompok padi sebesar 3,09 persen dan subkelompok palawija sebesar 1,36 persen. Kenaikan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh naiknya harga gabah sebesar 3,09 persen. Kenaikan indeks pada subkelompok palawija dipengaruhi naiknya harga ketela pohon, kacang tanah, dan ubi jalar Indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,83 persen karena pengaruh naiknya Indeks BPPBM sebesar 0,35 persen dan Indeks KRT sebesar 0,92 persen. Untuk BPPBM, kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada seluruh kelompok yakni kelompok bibit naik 1,22 persen; kelompok pupuk dan obat-obatan naik 0,78 persen; kelompok biaya sewa dan pengeluaran lain naik 0,01 persen; kelompok transportasi naik 0,22 persen; dan kelompok penambahan barang modal naik 0,12 persen; serta kelompok upah buruh naik 0,21 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)

Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan Oktober 2017 mengalami penurunan sebesar 0,75 persen dari 101,68 menjadi 100,92. Hal ini terjadi karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (0,06%) lebih lambat dari laju kenaikan pada indeks harga yang di bayar petani (0,82%). Penurunan It pada subsektor hortikultura disebabkan turunnya indeks pada kelompok sayur-sayuran turun 0,26 persen. Dua kelompok lainnya mengalami kenaikan yakni kelompok buah-buahan naik 0,25 persen dan tanaman obat naik 1,44 persen. Penurunan indeks pada kelompok sayur-sayuran disebabkan oleh turunnya harga cabai merah, cabai rawit, bayam, jengkol, petai, dan lainnya; kenaikan indeks pada kelompok buah-buahan disebabkan naiknya harga jeruk, sirsak, dan pepaya; dan kenaikan pada kelompok tanaman obat disebabkan naiknya harga kunyit, jeruk, jahe, kencur. Di sisi lain, kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi naiknya indeks KRT sebesar 0,96 persen dan BPPBM sabai merah, ebesar 0,38 persen.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)

(5)

5

Tabel 2

Indeks Diterima & Dibayar Petani Banten Per Subsektor & Perubahannya Agustus – Oktober 2017 (2012=100)

Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok Bulan

Persentase perubahan Oktober 2017 thd September 2017 Agustus September Oktober

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 131.11 133.33 137.33 3.00 - Padi 131.16 133.57 137.70 3.09 - Palawija 130.10 128.85 130.61 1.36 b. Indeks Dibayar Petani 130.85 130.82 131.91 0.83 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 131.66 131.65 132.86 0.92 - Indeks BPPBM 128.02 126.74 127.18 0.35

c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 100.20 101.92 104.11 2.15

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 129.55 129.26 129.34 0.06 - Sayur-sayuran 131.63 130.46 130.12 -0.26 - Buah-buahan 128.38 128.66 128.97 0.25 -Tanaman Obat 122.41 122.10 123.85 1.44 b. Indeks Dibayar Petani 127.09 127.12 128.16 0.82 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 130.43 130.43 131.69 0.96 - Indeks BPPBM 117.90 117.99 118.45 0.38

c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 101.94 101.68 100.92 -0.75

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 122.73 124.27 123.59 -0.55 - Tanaman Perkebunan Rakyat 122.73 124.27 123.59 -0.55 b. Indeks Dibayar Petani 129.58 129.65 130.98 1.03 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 131.23 131.27 132.60 1.01 - Indeks BPPBM 121.63 121.85 123.19 1.10

c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 94.71 95.86 94.36 -1.56

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 125.10 124.51 123.74 -0.62 - Termak Besar 135.91 135.64 134.95 -0.51 - Ternak Kecil 134.95 134.68 134.43 -0.19 - Unggas 119.21 118.04 116.84 -1.02 - Hasil Ternak 114.14 114.22 113.86 -0.32 b. Indeks Dibayar Petani 123.46 123.62 124.32 0.56 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 130.92 131.00 132.26 0.96 - Indeks BPPBM 115.53 115.78 115.89 0.09

c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 101.33 100.72 99.53 -1.18

5. Perikanan

a. Indeks Diterima Petani 135.43 136.09 135.36 -0.53 - Penangkapan 152.10 152.68 152.29 -0.26 - Budidaya 122.45 123.16 122.18 -0.80 b. Indeks Dibayar Petani 126.09 126.11 127.02 0.72 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 131.09 131.03 132.27 0.95 - Indeks BPPBM 118.22 118.38 118.77 0.33

(6)

6

d. Subsektor Peternakan (NTP-T)

Pada bulan Oktober 2017 NTP-T mengalami penurunan sebesar 1,18 persen yang disebabkan Indeks Harga yang Diterima petani (It) mengalami penurunan 0,62 persen, sedangkan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,56 persen. Penurunan yang terjadi pada It karena turunnya indeks pada seluruh kelompok, yakni kelompok ternak besar turun 0,51 persen; kelompok ternak kecil turun 0,19 persen; dan kelompok unggas turun 1,02 persen; serta kelompok hasil ternak turun 0,32 persen. Penurunan indeks pada kelompok ternak besar dipengaruhi oleh turunnya harga kerbau. Sedangkan penurunan indeks pada kelompok ternak kecil dipengaruhi oleh turunnya harga domba. Penurunan indeks pada kelompok unggas terutama disebabkan oleh turunnya harga ayam ras pedaging dan ayam buras. Penurunan indeks yang terjadi pada kelompok hasil ternak dipengaruhi oleh turunnya harga telur itik dan telur ayam ras. Lebih lanjut, Kenaikan indeks pada Ib yang sebesar 0,56 persen dipengaruhi oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga 0,96 persen dan Indeks BPPBM 0,09 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

NTNP pada bulan Oktober 2017 mengalami penurunan sebesar 1,25 persen dari 107,91 menjadi 106,57 persen. Hal ini karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,53 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani justru naik sebesar 0,72 persen. Penurunan yang terjadi pada It karena turunnya indeks kelompok budidaya sebesar 0,80 persen dan kelompok penangkapan sebesar 0,26 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,72 persen disebabkan naiknya Indeks BPPBM sebesar 0,33 persen dan indeks KRT sebesar 0,95 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Oktober 2017, NTN turun sebesar 1,01 persen dari 120,98 menjadi 119,76. Hal ini terjadi karena It yang turun sebesar 0,26 persen, sedangkan Ib naik sebesar 0,75 persen. Sedangkan kenaikan pada Ib disebabkan karena kenaikan indeks pada BPPBM sebesar 0,43 persen dan pada indeks KRT naik sebesar 0,95 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Oktober 2017, NTPi turun sebesar 1,49 persen atau turun dari 97,72 persen menjadi 96,27 persen. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,80 persen, dan indeks harga yang dibayar petani naik 0,70 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 0,86 persen yakni harga ikan lele, mas,nila, dan mujair. Sedangkan kelompok budidaya air payau mengalami penurunan 1,13 persen disebabkan turunnya harga bandeng Sementara itu Ib mengalami kenaikan 0,70 persen, karena IBPPBM naik sebesar 0,25 persen dan indeks KRT naik sebesar 0,95 persen.

5. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

(7)

7

Tabel 3

IKRT, Inflasi Perdesaan Provinsi Banten

Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan Oktober 2017 (2012=100)

KELOMPOK IKRT IKRT September IKRT Oktober Inflasi Perdesaan

(persen)

UMUM 131.22 132.47 0.96

1. Bahan Makanan 132.47 134.12 1.25

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 133.88 134.97 0.81

3. Perumahan 136.63 139.04 1.76

4. Sandang 128.31 128.79 0.38

5. Kesehatan 126.48 126.69 0.17

6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 116.98 116.82 -0.14

7. Transportasi & Komunikasi 123.38 123.66 0.23

6. Perbandingan antar Provinsi di Indonesia

Pada Bulan Oktober 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 17 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 109,05 yang diikuti oleh Provinsi Jawa Barat sebesar 107,36. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 93,67. NTP nasional sebesar 102,78 yang mengalami peningkatan sebesar 0,54 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 102,22.

Tabel 3

Nilai Tukar Petani Seluruh Provinsi di Indonesia Oktober 2017 (2012=100)

Provinsi NTP Perubahan

(%) Rangking Provinsi NTP

Perubahan

(%) Rangking

(8)

8

7. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Pada Oktober 2017 Nilai Tukar usaha pertanian (NTUP) Banten sebesar 106,73 atau mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (It) yang sebesar 1,15 persen lebih cepat jika dibandingkan dengan laju kenaikan pada Indeks BPPBM yang sebesar 0,46 persen. Jika dilihat per subsektor, kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP pada tiga subsektor yakni subsektor tanaman pangan naik 1,79 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik 1,09 persen, dan subsektor perikanan naik sebesar 0,35 persen. Sedangkan subsektor hortikultura dan peternakan masing-masing turun 0,31 persen dan 0,68 persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya Oktober 2017 (2012=100)

Subsektor September Oktober Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 105.20 107.98 2.64 2. Hortikultura 109.55 109.20 -0.32 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 101.99 100.33 -1.63 4. Peternakan 107.54 106.78 -0.71 5. Perikanan 114.96 113.97 -0.86 a. Tangkap 128.57 127.69 -0.68 b. Budidaya 104.29 103.20 -1.04

(9)

9

8. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH

Pada Oktober 2017, dari seluruh observasi yang dilakukan ditemukan kualitas GKP sebanyak 93,18 persen, dan kualitas rendah/di luar kualitas 6,82 persen. Dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 4.300,- per kg untuk kualitas GKP dengan varietas ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 6.000,- per kg untuk kualitas GKP dengan varietas ciherang.

Tabel 5

Banyaknya Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas, Oktober 2017

Kelompok Kualitas

Persentase Jumlah Obser-vasi

Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.) Rata-rata Harga Tingkat

Penggilingan (RP/Kg)

Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp./Kg.)

Terendah Tertinggi Rata-Rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

G K G - - - Penggilingan 4.650 G K P 93,18% 4.300 6.000 4.874 4.991

Petani 3.700 Penggilingan

3.750 Gabah

Kualitas Rendah

6.82% 4.400 4.700 4.500 4.600

-

9. Rata

rata Komponen Mutu

Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKP KA nya sebesar 12,96 persen dan KH nya 5,96 persen; sedangkan untuk Kualitas rendah KA nya 23,83 persen dan KH 16,20 persen.

Tabel 6

Rata – rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas Gabah Agustus - Oktober 2017

Kelompok Kualitas Kadar Air (persen) Kadar Hampa/Kotoran (persen)

Agustus September Oktober Agustus September Oktober

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

GKG - - - -

GKP 15,72 13,34 12.96 4,60 5,59 5.96

(10)

10

10. Rata

rata Harga Gabah Menurut Kualitas

Rata-rata harga harga gabah kualitas kering panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp. 4.991,- per kg sementara di tingkat petani rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar Rp. 4.874,- per kg. Untuk gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan mengalami kenaikan rata-rata harga sebesar 3,21 persen dan di tingkat petani juga mengalami kenaikan rata-rata harga yakni sebesar 4,33 persen.

Tabel 7

Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Agustus – Oktober 2017 buruh tani September mengalami kenaikan sebesar 0,50 persen atau naik dari Rp. 48.910,- per hari menjadi Rp. 49.155,- per hari. Secara riil mengalami penurunan 0,45 persen atau turun dari Rp. 37.273,- per hari menjadi Rp. 37.106,- per hari.

Tabel 8

Ringkasan Upah Buruh Tani Provinsi Banten Per Hari (rupiah) Agustus - Oktober 2017

Rincian Jenis Upah Bulan

% Perubahan Oktober 2017 thd

September 2017 Agustus ‘17 September ‘17 Oktober’17

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Provinsi Upah Nominal 49.027 48.910 49,155 0.50

Upah Riil *) 37.365 37.273 37,106 -0.46

Diterbitkan oleh:

Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan

Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan,

mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

Jl. Syech Nawawi Al Bantani Kav H1-2, KP3B, Serang, Banten 42171

Ir.Agoes Soebeno, M.Si.

(11)

Gambar

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Bulan Oktober 2017 (2012=100)
Grafik 2 Perubahan Indeks Harga Yang Dibayar Petani
Tabel 3
Tabel 4  Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini adalah : (1) memberikan pelatihan singkat penggunaan teknologi informasi dengan media internet untuk kegiatan

Pada penelitian ini ditemukan bahwa stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, ketika stres kerja tinggi maka kinerja karyawan marketing dan collection

Terdapat dalam Undang – Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 54 menyatakan bahwa “ anak yang menderita disabilitas mempunyai hak untuk

Semua biaya- biaya itu dianggarkan didalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) yang kemudian diajukan ke kantor direksi PTPN X Surabaya. Kantor direksi lah

Method create() adalah method utama yang akan mengerjakan semuanya, method draw() yang akan menggambar captcha tersebut, dan method get_icon() adalah method yang

Pada penelitian ini dipilih reaksi katalisis heterogen, yaitu menggunakan katalis padatan superbasa dengan penyangga alumina untuk reaksi isomerisasi eugenol dan dilanjutkan

bahwa sehubungan dengan rnaksud pada huruf a terse but di atas, dan dalam rangka kelancaran untuk memberikan rasa aman dan kenyamanan dalam pemberangkatan dan

Berdasarkan asumsi di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih mendalam di SMP Begeri 3 Bantaeng yang telah difokuskan pada model Kooperatif