BAB II
PERANAN PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA PEMBANGUNAN DAERAH
A. Pelimpahan Kewenangan Dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah
Pada dasarnya, kewenangan merupakan pemberian kekuasaan yang
diberikan oleh rakyat kepada suatu pejabat tertentu. Tujuan dari pemberian
kekuasaan ini adalah agar terciptanya masyarakat yang teratur, dan menghindari
terjadinya perpecahan antara masyarakat. Thomas Hobes menyatakan bahawa
manusia memiliki sifat rimba. Thomas hobbes merupakan ahli yang
mengemukakan teori kontrak sosial. Bahwa manusia tersebut merupakan serigala
bagi manusia lainnya, Thomas Hobbes menyatakan bahea secara kodrati manusia
itu sama satu dengan lainnya masing-masing memiliki hasrat atau nasu yang
menggerakan tindakan mereka. Nafsu manusia tersebut adalah keengganan untuk
hidup sengsara , nafsu akan kekuasaan dan kekayaan, serta nafsu lainnya.
Thomas Hobbes memberikan istilah homo omini lupus, yang artinya
manusia merupakan serigala bagi manusia lainnya. Sehingga, untuk melindungi
kepentingan manusia tersebut, kekuasaan untuk mengatur kehidupan manusia
diberikan kepada suatu lembaga yang disebut negara.
Unsur-unsur yang terdapat dalam negara menurut teori trias politika terdiri
dari adanya suatu wilayat, adanya rakyat dan adanya pemerintah. Pemerintah ini
merupakan perpanjangan tangan rakyat untukmelaksanakan suatu kegiatan demi
menciptakan ketertiban masyarakat. pemerintah tersebut memegang kedaulatan
Carl J. Friedrich mengemukakan konstitusionalisme adalah gagasan
dimana pemerontah merupakan suatu kumpulan aktivtas yang diselenggarakan
atas nama rakyat, tetapi tunduk ke[ada beberapa pembatasan untuk memberikan
jaminan kepada kekuasaan. Disamping itu, kekuasaan yang diperlukan untuk
memerintah tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk
memerintah.7
Pemerintah atau sering disebut dengan organisasi pemerintahan
merupakan suatu organisasi yang menjalankan urusan administrasi negara atau
urusan pemerintahan. Urusan pemerintahan dapat difahami melalui dua
pengertian, yaitu :8
1. Pemerintahan dilihat dalam arti fungsi pemerintahan diartikan sebagai
kegiatan memerintah
2. Pemerintahan dalam arti organisasi pemerintahan diartikan sebagai
kumpulan dari kesatuan-kesatuan pemerintahan.
Pemerintah atau organisasi pemerintahan dalam arti fungsi yaitu sebagai
kegiatan memerintah, dapat membentuk suatu kebijakan atau suatu keputusan
yang bertujuan untuk menciptakan ketertiban. Keputusan tersebut dapat diartikan
sebagai rencana-rencana peraturan, penetapan kebijaksanaan, serta kewenangan.9
Adapun pemerintahan sebagai kumpulan dari kesatuan pemerintahan
terdiri dari :10
7
Carl J. Friedrich, Constitutional Government and Democra cy Theory and Practise in Europe and America, Blaidell Publishing Company : Weldha. 1967. Dalam Miriam Budiardjo,
Dasar-dasa r Ilmu Politik, Gramedia : Jakarta, 1982. hal 56-57. 8
Philipus M.Hadjon, Op.cithal6 9
Ibid. hal 7 10
1. Pribadi dan dewan-dewan yang ditugaskan untuk melaksanakan
wewenang yang bersifat hukum publik. Artinya, suatu badan hanya
memiliki wewenang jika ia diberikan wewenang secara eksplisit
atau jealas dan disahkan menurut hukum public.
2. Badan-badan hukum menurut perdata yang sesuai dan berdasarkan
hukum telah didirikan dan oleh karena itu harus dianggap sebagai
termasuk dalam pihak pemerintah. Maka badan-badan hukum ini
mempunyai wewenang untuk atas nama negara melaksanakan
tindakan hukum menurut hukum sipil. Selanjutnya yang
dikategorikan dalam pihak pemerintahan para pegawai negeri yang
telah diangkat oleh negara secara resmi dan para pekerja kontrak
yang dengannya pihak pemerintah telah menandatangani kontrak
kerja.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa setiap organ ataupun
badan pemerintahan, baru akan memiliki kewenangan untuk bertindak (handeling)
ketika terdapat sebuah aturan hukum yang jelas yang memberikan kewenangan
tersebut. dapat disimpulkan bahwa, sumber kewenangan utama dari tindakan
organisasi pemerintahan tersebut adalah peraturan perundang-undangan yang
berlaku disuatu negara.
Ridwan HR yang mengutip pendapat dari F.P.C.L Tonner memberikan
definisi mengenai kewenangan sebagai berikut :11
11
“Overheidsbevoegheid wordt in dit verband opgevad als het vermogen om
positief recht vast te srellen en Aldus rechtsbetrekkingen tussen burgers onderling en tusen overhead en te scheppen”.
Artinya
“kewenangan pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan
untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan begitu dapat diciptakan
hubungan hukum antara pemerintahan dengan warga negara”
Selain itu, Ferrazi mendefinisikan “kewenangan sebagai hak untuk
menjalankan satu atau lebih fungsi manajemen, yang meliputi pengaturan
(regulasi dan standarisasi), pengurusan (supervise) atau suatu urusan tertentu”.12
Berdasarkan definisi mengenai kewenangan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa pemerintah melaksanakan hukum positif, yang artinya
pemerintah bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku. Selain itu, dalam hukum
administrasi negara juga disebutkan bahwa pemerintah atau pejabat berwenang
juga memiliki wewenang untuk bertindak diluar aturan yang berlaku yang dikenal
dengan istilah diskresi, yang dilakukan demi kepentingan umum. Diskresi timbul
karena peraturan perundang-undangan yang berlaku dianggap berkembang lebih
lambat dibandingkan dengan kehidupan yang ada dimasyarakat.
Dalam kewenangan, terdapat unsur-unsur sebagai berikut :13
1. Pengaruh, artinya bahwa penguasaan wewenang dimaksudkan
untuk mengendalikan perilaku subjek hukum.
2. Dasar Hukum, bahwa wewenang itu selalu harus dapat ditunjuk
dasar hukumnya
12
Ganjong, Pemerintahan Daerah Kajian Politik da n Hukum, Ghal ia Indonesia : Bogor , 2007. hal 93
13 Rusdianto, makalah, “
3. Konformitas Hukum, kewenangan dimaksud harus mengandung
makna adanya standard wewenang yaitu standard umum
(semua jenis wewenang) dan standard khusus (untuk jenis
wewenang tertentu)
Pemerintah, selalu melakukan urusan pemerintahan. Yang dimaksud
dengan urusan pemerintahan adalah suatu kegiatan yang bersifat eksekutif, yang
tidak merupakan kegiatan pembuat peraturan perundang-undangan yang
merupakan tugas dari lembaga legislatif, dan bukan merupakan kegiatan untuk
mengadili yang merupakan urusan dari lembaga yudikatif.14
Bila di rinci lebih jauh, maka urusan pemerintahan adalah :15
1. Menciptakan atau melahirkan
2. Mengubah
3. Menghapuskan
Apabila dilihat dari hubungan antara pemerintahan dengan warga atau
masyarakat, maka hubungan tata usaha negara berisi :16
1. Kewajiban untuk berbuat
2. Membiarkan sesuatu
3. Hak untuk menuntut sesuatu
4. Izin untuk berbuat sesuatu yang pada umumnya dilarang
5. Hubungan hukum yang lahir dari suatu status yang diberikan suatu
tindakan hukum tata usaha negara.
14
Diana Hal im Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, Ghal ia Indonesia : Bogor, 2004. hal 28.
15
Ibid
16
Dalam melaksanakan urusan pemerintahan, setiap organ pemerintahan
maupun setiap orang yang memangku jabatan tertentu, harus berdasarkan
kewenangan yang diberikan kepadanya. Dalam pemberian kewenangan, terdapat
3 (tiga) bentuk cara pemberian kewenangan, sebagai berikut :17
1. Atribusi
Atribusi diartikan sebagai weweang yang diberikan atau ditetapkan untuk
jabatan tertentu. Dengan demikian wewenang atribusi merupakan wewenang yang
melekat pada suatu jabatan.
Atribusi juga diartikan sebagai wewenang yang diberikan langsung oleh
sumber utama kewenangan yaitu undang-undang, kepada seseorang yang
memangku jabatan tertentu, untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan aturan
hukum. Contohnya misalkan kewenangan Majelis Perwakilan Rakyat (MPR)
yang memiliki kewenangan untuk mengubah dan menetapkan dasar sesuai dengan
Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945, dan kewenangan MPR untuk
melantik dan memberhentikan Presiden. Hal ini merupakan salah satu bentuk
kewenangan yang bersumber dari atribusi.
2. Delegasi
Delegasi merupakan bentuk kewenangan berdasarkan pelimpahan
wewenang. Artinya, penerima wewenang berdasarkan delegasi ini tidak
mendapatkan kewenangan secara langsung dari undang-undang, melainkan
wewenang yang bersumber dari pelimpahan suatu organ pemerintahan kepada
organ lain dengan dasar peraturan perundang-undangan.
17
Pelimpahan wewenang melalui cara delegasi ini perlu digaris bawahi
bahwa pelimpahan tersebut berasal dari suatu organ pemerintahan kepada organ
pemerintahan lainnya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara tidak
langsung, undang-undang juga memberikan kewenangan kepada suatu organ.
Hanya saja pemberian kewenangan tersebut tidak diberikan secara langsung.
Dalam penerimaan wewenang berdasarkan delegasi ini, tanggungjawab
jabatan dan tanggungjawab gugatan berada ditangan delegataris atau orang yang
menerima delegasi tersebut. Apabila suatu organ pemerintahan tersebut telah
mendelegasikan kewenangan kepada organ lain, maka secara langsung organ yang
mendelegasikan tersebut tidak memiliki kewenangan lagi dalam hal yang telah
didelegasikan, kecuali kewenangan yang didelegasikan tersebut telah dicabut
dengan berpegang pada asas contraries actus.18
Salah satu bentuk cara memberikan kewenangan dengan delegasi ini
adalah pemberian kewenangan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah,
sesuai dengan Undang-undang Pemerintahan Daerah.
3. Mandat
Mandat, merupakan pelimpahan wewenang yang bersumber dari proses
atau prosedu oelimpahan dari pejabat atau badan yang lebih tinggi kepada pejabat
yang lebih rendah. Dalam sistem pemerintahan, terdapat susunan atau hirarki
jabatan dari pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi yaitu Presiden ke
pemegang kekuasaan di bawahnya sampai kepada pejabat terendah yang berada di
suatu daerah atau di perdesaan.
18
Pelimpahan wewenang dengan cara pemberian mandat ini juga harus
didasarkan dengan peraturan perundang-undangan. Biasanya, pemberian mandate
ini pada saat melaksanakan suatu prosedur pemerintahan. Misalkan dengan
pelaksanaan pemberian izin usaha industri.
Pemberian kewenangan melalui mandate ini memiliki prosedur
pelimpahan dalam hubungan rutin atasan dan bawahan. Terkecuali dengan adanya
larangan yang tegas.
Perbedaan dengan pelimpahan kewenangan dengan cara mandate dan
delegasi adalah subjek pemberi kewenangan. Pemberi delegasi adalah suatu organ
pemerintahan yang lebih tinggi, sedangkan mandate diberikan oleh pejabat yang
lebih tinggi ke pejabat yang lebih rendah. Selain itu, pelimpahan kewenangan
melalui mandate, pemegang tanggungjawab atas suatu tindakan berada di tangan
pemberi mandate, sedangkan delegasi pemegang tanggungjawab berada di tangan
penerima delegasi atau delegatris. Perbedaan selanjutnya adalah pada penggunaan
wewenang tersbut. Pemberian kewenangan melalui mandat, setiap saat dapat
diambil alih kembali oleh pemberi mandate, sedangkan pemberi kewenangan
melalui pelimpahan kewenangan dengan cara delegasi tidak dapat mengambil alih
kewenangan tersebut kecuali kewenangan tersebut telah dicabut berdasarkan asas
contraries actus.19
Dalam melaksanakan suatu urusan pemerintahan, organ pemerintahan
memiliki kewenangan tersendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
tata cara memberikan kewenangan atau pelimpahan kewenangan. Pemerintah
19
Daerah yang merupakan salah satu organ pemerintahan yang berada di bawah
pemerintah pusat, mendapatkan kewenangan dari pemerintah pusat untuk
mengurus suatu urusan pemerintahan yang berada di daerah tersebut, dan
kewenangan tersebut merupakan bentuk pelimpahan dengan cara delegasi dari
pemerintah pusat.
Sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan Undang-undang Dasar 1945,
memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
Hal tersebut didasarkan pada Pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 yang
menyatakan bahwa pembagian daerah Indonesia daerah besar dan kecil, dengan
bentuk dan susunan pemerintahan yang ditetapkan oleh undang-undang. Pasal 18
Undang-undang Dasar 1945 menjadi dasar fundamental (fundamental norm) bagi
pelimpahan kekuasaan atau kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah.
Selain itu, Dalam undang Nomor 23 Tahun 2014 jo
Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah, terkait
pendelegasian kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah,
dilakukan dengan asas-asas sebagai berikut :
1. Dekonsentrasi
Dekonsentrasi dijelaskan pada Pasal 1 angka 9 Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 dan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 sebagai berikut :
Asas dekonsentrasi merupakan asas yang digunakan sebagai suatu dasar
bagi pemerintah pusat untuk mendelegasikan urusan pemerintahan seperti
pemberian izin usaha industri, kepada daerah otonom. Pendelegasian ini diberikan
kepada Gubernur yang merupakan wakil dari pemerintah pusat di suatu daerah
otonom. Dengan adanya pendelegasian dari pemerintah pusat kepada Gubernur,
maka Gubernur memiliki tanggungjawab dalam menjalankan tugas pemerintah
pusat tersebut.
Akan tetapi, Gubernur hanya bertanggungjawab atas urusan pemerintahan
pemerintah pusat. Yang menjadi pelaksana dari urusan pemerintah pusat tersebut
adalah instansi vertikal yang berada di daerah tertentu.
2. Desentralisasi
Desentralisasi dijelaskan pada Pasal 1 angka 8 Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 dan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 yaitu : “Desentralisasi
adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah
otonom berdasarkan Asas Otonomi”
3. Tugas Pembantuan
Tugas Pembantuan dijelaskan pada Pasal 1 angka 11 Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014 dan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 sebagai
berikut :
Perbedaan antara asas tugas pembantuan dan asas dekonsentrasi adalah
bahwa tugas pembantuan hanya asas yang memberikan sebagian kekuasaan
kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan sebagian dari urusan
pemerintahan pusat, dimana urusan pemerintahan pusat tersebut telah menjadi
kewenangan dari daerah atau provinsi berdasarkan asas desentralisasi.
Terkait dengan pemberian izin usaha oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah, merupakan kewenangan dari pemerintah daerah yang berasal
dari pendelegasian kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
berdasarkan asas dekonsentrasi.
B. Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Otonomi Daerah
Sejarah pelaksanaan desentralisasi dalam sistem pemerintahan di
Indonesia, dimulaisejak berdirinya negara Indonesia pada tahun 1945.20 Asas
desentralisasi tersebut menjadi dasar bahwa adanya pelimpahan kewenangan dari
pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi daerah.
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 1 menyebutkan bahwa bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah republik. Pasal 2 Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan
Daerah menyebutkan “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah
provinsi dan Daerah provinsi itu dibagi atas Daerah kabupaten dan kota”.
Indonesia terdiri dari berbagai pulau, dan terdiri dari 33 provinsi. Sedangkan
jumlah penduduk Indonesia merupakan penduduk terbanyak ke 4 di Dunia yang
berjumlah lebih kurang 200.000.000 (dua ratus juta penduduk).
20
Dengan melihat kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
memiliki wilayah yang begitu luas dan memiliki penduduk yang begitu banyak,
kemungkinan kecil bagi pemerintah pusat untuk mengakomodir seluruh
kebutuhan masyarakat Indonesia. Sehingga, kewenangan yang dimiliki oleh
pemerintah pusat akan lebih efektif dilimpahkan kepada daerah untuk mengatur
daerahnya sendiri.
Undang-undang Dasar 1945 yang merupakan fundamental norm,
padaPasal 18 Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa pembagian daerah
Indonesia daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahan yang
ditetapkan oleh undang-undang. Pasal ini juga menjadi sebuah dasar terbentuknya
pemerintah daerah yang akan melaksanakan urusan pemerintahan di daerah.
Perkembangan administrasi negara Indonesia telah membentuk berbagai
organisasi pemerintahan dalam menjalankan urusan pemerintahan, demi
menciptakan keadilan, kemanfaatan serta ketertiban bagi seluruh rakyat Indonesia.
undang Dasar 1945 telah mengamanatkan untuk membentuk
Undang-undang mengenai pemerintahan daerah sehingga Undang-undang-Undang-undang nomor tahun.
Asas desentralisasi merupakan asas yang mendasari kewenangan daerah
dalam otonomi daerah. Desentralisasi sebagai bentuk penyerahan urusan
pemerintahan dari pemerintah kepada pemerintah daerah, senantiasa dianut di
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, senantiasa dianut di dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pelbagai konstitusi dan Undang-undang
senantiasa menjadi roh dalam pelaksanaan peerintahan daerah.21 Beberapa
keuntungan yang ada dalam sistem desentralisasi dan alasan-alasan penggunaan
sistem desentralisasi yang merupakan dasar adanya otonomi daerah yang
dikemukakan oleh The Liang Gie adalah :22
1. Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan desentralsasi
dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak
saja yang pada akhirnya dapat menimbulkan tirani.
2. Dalam bidang politik penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai
tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam
pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak
demorasi
3. Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan
pemerintahan daerah (desentralisasi) adalah semata-mata untuk
mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih
utama untuk diurus oleh pemerintah setempat pengurusannya
diserahkan kepada daerah. Hal-hal yang lebih tepat di tangan pusat
tetap diurus oleh pemerintah pusat
4. Dari sudut kultural desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat
sepenuhnya ditumpahkan pada kekhususan suatu daerah seperti
geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau
latar belakang sejarahnya.
21
Ibid hal123 22
The Liang Gie, Jurnal, “Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Negara Republik
5. Dilihat dari sudut pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan
karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung
membantu pembangunan tersebut.
Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah melegitimasi pemerintah daerah melakukan urusan pemerintahan di
daerah sebagai otonomi daerah. Karena Pemerintah daerah dianggap lebih
mengetahui kondisi yang terjadi di daerah itu sendiri.Hal tersebut sesuai dengan
dasar pemikiran oleh The Liang Gie yang dikemukakan di atas.
Pasal 6 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-undang Nomor
9 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan “Otonomi Daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Sedangkan yang dimaksud
dengan daerah otonom menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo
Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 pasal 1 angka 12 adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam melaksanakan otonomi daerah, pemerintah daerah melakukan
urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi daerah, yang mana asas tersbut
berdasarkan Pasal Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-undang
Nomor 9 Tahun 2015 prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Dalam melaksanakan urusan pemerintahan, pemerintah daerah mendapatkan
pelimpahan kewenangan berdasarkan asas dekonsentrasi, dengan pelimpahan
kewenangan secara delegasi maupun mandat, terhadap seluruh urusan
pemerintahan, kecuali urusan yang hanya dapat dilakukan oleh pemerintah pusat.
Adapun urusan pemerintah pusat yang tidak bisa dijadikan urusan pemerintah
daerah dalam otonomi daerah berdasrakan Pasal 10 ayat (1) Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 :
1. Politik luar negeri
2. Pertahanan
3. Keamanan
4. Yustisi
5. Moneter dan fiskal nasional
6. Agama.
Keenam bentuk urusan pemerintahan di atas, menjadi urusan pemerrintah
pusat. Sedangkan urusan pemerintahan secara umum, yang dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah berdasarkan otonomi daerah, disebutkan dalam Pasal 25 ayat
(1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-undang Nomor 9 Tahun
2015 sebagai berikut :
1. Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka
memantapkan pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian Bhinneka
Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
3. Pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras,
dan golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas kemanan lokal,
regional, dan nasional
4. Penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
5. Koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada di
wilayah Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota untuk
menyelesaikan permasalahan yang timbul dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan, potensi serta keanekaragaman Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
6. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila
7. Pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan
kewenangan Daerah dan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.
Kriteria urusan pemerintahan yan menjadi kewenangan pemerintah daerah
provinsi adalah sebagai berikut :23
1. Urusan pemerintahan yang lokasinya lintas daerah kabupaten/kota
2. Urusan pemerintahan yang penggunaanya lintas daerah kabupaten/kota
3. Urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas
daerah kabupaten/kota
4. Urusan pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien
apabila dilakukan oleh daerah provinsi
23
Kriteria urusan pemerintahan yan menjadi kewenangan pemerintah daerah
provinsi adalah sebagai berikut :24
1. Urusan pemerintahan yang lokasinya dalam kabupaten/kota
2. Urusan pemerintahan yang penggunaanya dalam kabupaten/kota
3. Urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya dalam
kabupaten/kota
4. Urusan pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien
apabila dilakukan oleh daerah kabupaten/kota
C. Peranan Pemerintah Daerah Dalam Upaya Pembangunan Daerah
Eksistensi suatu negara menurut A.G.Pringgodigdo, harus memenuhi
empat unsur, yaitu :
1. Pemerintahan yang berdaulat
2. Mempunyai wilayah tertentu
3. Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa
4. Dan pengakuan dari negara lain.
Konstitusi yang merupakan aturan dasar dan bersifat fundamental
mengatur bagaimana tata cara bernegara, dan menjamin keadilan serta
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan disetiap kalangan masyarakat. Untuk
menjamin nilai-nilai tersebut, konstitusi langsung menunjuk organisasi
pemerintahan yang berwenang untuk mewujudkan ketentraman tersebut. Berbagai
upaya dilakukan para pejabat negara untuk memasukan substansi dalam konstitusi
dalam rangka mewujudkan ketentraman bagi masyarakat nasional.
24
Dalam konsep negara modern terdapat beberapa ciri khas sistem
ketatanegaraam modern yang terruang dalam konstitusi. Menurut Sri Soemantri,
materi pokok yang menjadi muatan konstitusi adalah sebagai berikut :25
1. Jaminan hak asasi manusia
2. Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar
3. Pembagian dan pembatasan kekuasaan.
Salah satu bentuk susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar menurut
Sri Soemantri tersebut dapat dicontohkan dengan adanya pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Selain itu, interprestasi
lain dapat dilakukan ketika melihat materi pokok muatan konstitusi yaitu
pembagian dan pembatasan kekuasaan, antara suatu organisasi pemerintahan
dengan organisasi pemerintahan lainnya. Dapat dicontohkan bahwa pemerintah
daerah dan pemerintah pusat seharusnya memiliki pembagian dan pembatasan
kekuasaan terhadap kedua organisasi tersebut.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
yang merupakan undang-undang yang terbentuk karena amanat dari
Undang-undang Dasar 1945 mengenai pemerintahan daerah memberikan bentuk batasan
dan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah.
Berbagai bentuk urusan pemerintah daerah yang merupakan otonomi
daerah pusat seperti yang disebutkan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun
2014 jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015, bertujuan untuk mengatur daerah
tersebut agar tercipta ketentraman bagi masyarakat daerah.
25
Urusan-urusan pemerintahan daerah yang menjadi otonomi daerah tersebut
notabenenya adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk
melakukan pembangunan daerah dengan berasaskan otonomi daerah. Karena,
pemerintah daerah dianggap lebih mengetahui, lebih paham terkait apa yang
dibutuhkan oleh daerah itu sendiri.
Otonomi daerah tidak dapat dilepaskan dengan assa desentralisasi.
Implementasi kebijakan terhadap suatu produk perundang-undangan tertentu
seakan-akan merupakan sesuatu yang dianggap sangat sederhana. Padahal, pada
tingkat implementasi inilah suatu produk hukum dapat diaktualisasikan untuk
tercapainya tujuan yang diinginkan oleh hukum.26
Implementasi kebijakan merupakan suatu yang penting bahkan mungkin
jauh lebih penting daripada perbuatan kebijakan itu sendiri. Suatu kebijakan hanya
merupakan rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip jika tidak
diimplementasikan.27 Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah
terkait kebijakan dalam urusan pemerintahan daerah, merupakan suatu produk
terpenting dalam melakukan upaya pembangunan daerah.
Dalam perencanaan penyelenggaraan daerah disusun perencanaann
pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan disusun oleh pemerintah
daerah provinsu, ataupun pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya, dan dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) yang merupakan instansi vertikal.
26
Siswanto, Op.cithal82 27
BAPPEDA dalam upaya pembangunan daerah, membuat perencanaan
yang disusun secara berjangka sebagai berikut :28
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) daerah untuk jangka
waktu 20 tahun yang memuat visi, misi dana rah pembangunan daerah
yang mengacu kepada RPJP nasional
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) daerah untuk jangka
waktu lima tahun merupakan penjabaran dari visi, misi dan program
kepala daerah yang penyusunannya berpediman kepada RPJP daerahh
dengan memperhatikan RPJM
3. RPJM memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategis pembangunan
daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah,
lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayaham disertai
dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan
yang bersifat indikatif
4. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan penjabaran
dari RPJM daerah untuk jangka waktu satu tahun yang memuat
rancangan kerja ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah,
rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi
mayarakat dengan mengac kepada rencana kerja pemerintah.
Suatu keefktifan dan efisiensi perencanaan pembangunan dapat dibuthkan
sumber daya berupa dara dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Data dan informasi tersebut mencakup :29
28
1. Penyelenggaraan pemerintahan daerah
2. Organisasi dan tata laksana pemerintahan daerah
3. Kepala daerah, DPRD, perangkat daerah, dan PNS daerah
4. Keuangan Daerah
5. Potensi sumber daya daerah
6. Produk hukum daerah
7. Kependudukan
8. Informasi dasar kewilayahan
9. Informasi lain terkait dengan penyelenggaraan penerntahan daerah.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, untuk tercapainya
daya guna dan hasil guna, pemanfaatan, data dan informasi tersebut dikelola
dalam sistem informasi daerah yang terintegrasi secara nasional. Pembangunan
daerah tersebut disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Tahapan tata cara
penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
daerah, diukur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.30
Dalam nomokratur bagian menimbang huruf b Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan :
“Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global
dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara”.
29
Ibid hal86-87 30
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa upaya pemerintah daerah
dalam pembangunan daerah, tidak terlepas dengan program pemerintah pusat
dalam melakukan pembangunan nasional, dalam suatu kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara. Hal tersebut merupakan bentuk penjabaran
dari asas desentralisasi. Artinya, walaupun pemerintah pusat tellah memberikan
atau melimpahkan kewenangan kepada daerah otonom untuk melakukan urusan
pemerintahan yang telah ditentukan sebagai upaya pembangunan daerah,
pemerintah pusat tidak semerta-merta lepas tangan dalam upaya pembangunan
daerah tersebut.
Selain itu, bagian menimbang huruf b Undang-undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan daerah menyebutkan :
“Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia”
Dapat dilihat bahwa Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 mengambil
salah satu dasar pemikiran oleh The Liang Gie mengenai sistem desentrliasi
sebagai berikut :
“Penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia”
Daerah otonom yang dianggap lebih mengetahui kondisi kekinian dari
masing-masing daerah, dianggap berperan penting dalam melakukan upaya
ditangani sendiri oleh pemerintah daerah sebagai penyelenggara pemerintahan
daerah dibandingkan ketika pemerintah pusat yang memegang kewenangan dalam
melakukan upaya pembangunan daerah. Hal tersebut membuktikan bahwa asas
desentralisasi memiliki pengaruh positif bagi pembangunan daerah di Indonesia.
Pemeberian izin usaha industri oleh pemerintah daerah, merupakan salah
satu faktor pendukung bagi pembangunan daerah. Karena, dengan pemberian izin
usaha industri, retribusi terhadap daerah semakin meningkat. Dan biaya retribusi