• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemampuan Fleksibilitas Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi telah melahirkan isu-isu pasar bebas, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), demokratisasi, penegakan hukum, transparansi, masyarakat madani (civil society), pemerintahan yang bersih (good governance), perdagangan bebas, dan sebagainya. Negara-negara diera globalisasi sekarang ini, dalam penyelenggaraan pemerintahan, menghadapi permasalahan dan tantangan yang berbeda dengan kurun waktu sebelumnya. Perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional dewasa ini dan dimasa datang mensyaratkan perubahan paradigma pemerintahan, pembaharuan sistem kelembagaan, dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bangsa dan dalam hubungan antar bangsa yang mengacu pada terselenggaranya sistem pemerintahan yang baik ( Nawawi, 2013).

(2)

percayaan masyarakat ( Riwu Kaho, 2007).

Salah satu upaya pemerintah dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat adalah melakukan gerakan revolusi mental kepada para pemimpin birokrasi (birokrat) sesungguhnya bukan sekadar anjuran untuk menjadi pemimpin berperilaku santun.Lebih dari itu,ada keinginan yang kuat untuk menjadikan pemimpin yang siap menghadapi isu perubahan. Ini berarti bahwa revolusi mental menyangkut perubahan pola pikir. Tegasnya, revolusi mental adalah perubahan cara berpikir yang fleksibel dalam menghadapi perubahan, yakni senantiasa fokus kepada tujuan organisasi, bertindak cepat dalam merespons permasalahan, mempunyai kelenturan relatif dalam gerakan dan selalu ramah dalam berpenampilan. Gagasan revolusi mental adalah berasal dari Nawa Cita yang pada agenda ke-5 berbunyi” Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia ” melalui revolusi karakter bangsa.

(3)

(McLean, 2010).

Idealnya, seorang manajer dapat menjadi pemimpin besar. Beberapa orang berpendapat bahwa kepemimpinan adalah salah satu peran manajer. McLean membatasi pemimpin sebagai orang “yang dianugerahi kekuatan dari pengikut yang memungkinkan dia untuk memengaruhi tindakan mereka” (2005). Hal ini berarti bahwa pemimpin diberi orang-orang kekuasaan untuk mengikutinya, berbeda dengan manajer yang ditunjuk untuk perannya. Kekuatan ini dilengkapi dengan kemampuan untuk memengaruhi pengikut dan memiliki efek pada hasil mereka (Peter, 2001).

Manajer dan pemimpin melihat perubahan dalam organisasi dengan cara yang berbeda. Untuk membahasnya, beberapa informasi diperlukan sebagai dasar perbandingan. Faktanya, perubahan merupakan tantangan yang mesti dihadapi seorang pemimpin atau manajer. Mengelola perubahan adalah suatu persoalan sulit.Perubahan dalam desain organisasi, struktur organisasi, dan kepemimpinan justru diperlukan untuk bertahan dalam lingkungan baru. Saat perubahan organisasi dilaksanakan, ketegangan yang dihasilkan oleh hubungan baru tidak terelakkan. Sebelum menilai perubahan dalam organisasi, seorang manajer harus mempertimbangkan faktor yang memengaruhi perubahan dalam organisasi, strategi yang diterapkan untuk mengelola perubahan dalam organisasi, perbedaan pemimpin dan manajer dalam menangani perubahan?

(4)

dinyatakan dengan jelas bahwa dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan peningkatan daya beli masyarakat merupakan tiga pilar utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.Komposit dari ketiga pilar ini dikenal dengan nama Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Arah pembangunan kesehatan dalam jangka panjang dicantumkan secara ringkas dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang kesehatan yang menegaskan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Kebijakan dalam pembangunan kesehatan terutama diarahkan pada (1) peningkatan jumlah jaringan dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan, (2) peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan, (3) pengembangan sistem jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin, (4) peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat, (5) peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini, dan (6) pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar dan sebaran tenaga kesehatan. Untuk itu pemerintah membentuk organisasi yang bergerak dalam bidang kesehatan mulai dari hulu, yakni kementerian kesehatan hingga hilir, yakni puskesmas di tanah air Indonesia.

(5)

berlebihan mulai dari target sasaran, metode, dan rencana aksi yang berubah. Hal ini berpengaruh terhadap minat, stamina, dan semangat karyawan.

Organisasi kesehatan akan efektif dalam mencapai cita-citanya jika mampu menerapkan praktik manajemen yang berorientasi pada keterbukaan, berfokus pada perubahan yang kontinu, dan mampu mengembangkan kepemimpinan kolektif. Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan organisasi yang melibatkan seluruh komponen organisasi, khususnya komponen sumberdaya manusia. Peran pemimpin dalam mengelola sumberdaya manusia sebagai aset berharga dan sebagai motor penggerak organisasi sangat diperlukan.

Kepemimpinan yang kuat tetap diperlukan. Pemimpin mempunyai tugas mengawasi dan mengontrol jalannya organisasi sehingga peran pemimpin sangat strategis dalam menjamin dan memastikan organisasi berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang ditargetkan (Siagian, 2003). Selain itu, kepemimpinan merupakan suatu proses memengaruhi perilaku orang lain agar perilakunya sesuai dengan yang dikehendaki. Pemimpin juga harus mempunyai kemampuan manajerial, yakni mampu mengatur, mengordinasikan, dan menggerakkan para bawahan ke arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan organisasi.

(6)

(3) Gaya partisipatif, yaitu pemimpin selalu meminta pertimbangan staf dan mendiskusikan masalah pada bawahan sebelum membuat keputusan, dan (4) Gaya orientasi prestasi, yaitu pemimpin menetapkan tujuan dan target yang jelas sehingga menjadi tantangan besar untuk bawahan.

Fleksibilitas kepemimpinan menekankan gaya kepemimpinan situasional, yaitu kemampuan seorang pemimpin untuk menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada situasi yang berbeda. Kemampuan dan pengalaman bawahan harus terus-menerus dinilai sebagai bahan masukan dalam penentuan kombinasi gaya kepemimpinan yang tepat.Gaya kepemimpinan akan efektif apabila pemimpin mengadaptasikan gayanya sesuai dengan situasi yang dihadapi. Sebaliknya, pemimpin relatif kaku dalam gaya kepemimpinan jika bekerja dengan efektif dalam situasi yang paling cocok dengan gaya mereka. Tipe pemimpin seperti ini akan menghambat karier pribadi kepemimpinannya dan menyebabkan tugas organisasi dalam menyelenggarakan fungsi manajemen secara efektif menjadi rumit (Stoner, 2000).

Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin melaksanakan kegiatannya dalam membimbing, memandu, mengarahkan, dan mengendalikan pikiran, perasaan, atau perilaku seseorang atau sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu. Gaya kepemimpinan berkontribusi besar terhadap keberhasilan seorang pemimpin dalam memengaruhi perilaku pengikutnya. Gaya ini secara umum dapat dibatasi sebagai cara yang dipergunakan untuk memengaruhi pengikutnya (Wiyono, 2000).

(7)

dengan tujuan organisasi dibutuhkan seorang pemimpin yang fleksibel. Alasannya ialah bahwa pemimpin menjadi bagian penting dari organisasi yang mengarahkan fungsi organisasi melalui peningkatan kinerja para pegawai yang ada dalam organisasi itu sesuai dengan keadaan. Sejalan dengan itu, Tjokroamidjojo (2013) menyatakan bahwa seorang pemimpin pemerintahan harus senantiasa memperhatikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat serta kebutuhan dan kepentingan organisasi pemerintahan karena pemimpin bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anggotanya serta terwujudnya tujuan organisasi.

Efektif tidaknya kepemimpinan dapat dilihat dari hasil kepemimpinannya. As'ad (2004) menyatakan kriteria kepemimpinan yang efektif sebagai berikut:

“Kepemimpinan efektif adalah hasil dari kerjasama atau prestasi kelompok yang dipimpin atau unit bagiannya. Seorang pimpinan yang efektif tidak hanya bisa mempengaruhi bawahannya, tapi juga bisa menjaminbahwa para bawahanya tersebut dapat bekerja dengan seluruh kemampuan yang mereka miliki.”

Pada era yang penuh kompetisi sangat diperlukan kemampuan seorang pemimpin dan sumber daya aparatur untuk memberikan tanggapan atau respon terhadap berbagai tantangan secara akurat, bijaksana, adil, dan efektif. Munculnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan politik merupakan konsekuensi dari komitmen terhadap demokrasi sehingga perlu diupayakan agar pemimpin dalam otonomi daerah dapat membangkitkan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan program-program pemerintah.

(8)

Siagian (2008) juga berpendapat bahwa dalam sistem administrasi negara dan penyelenggaraan pembangunan nasional, kedudukan pemimpin sangat penting dan menentukan. Pemimpin seperti itu berperan membuat kebijakan dan implementasi kebijakan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan nasional kesehatan

Hakikat kesehatan di Negara Republik Indonesia ditetapkan berdasarkan UUD 1945 Pasal 28 H ayat 1 dan UU No 36 Tahun 2014.

“Kesehatan merupakan hak azasi sekaligus investasi yang perlu ditingkatkan agar dapat mewujudkan derajad kesehatan masyarakat yang optimal.”

Untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan gaya kepemimpinan. Kartono (2008) menyatakan:

“Gaya kepemimpinan merupakan pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”

(9)

Seperti pemimpin organisasi lain, kepala dinas kesehatan kabupaten/kota juga menghadapi berbagai keadaan dan tantangan dalam memimpin organisasi administrasi daerah. Keadaan dan tantangan kepala dinas kesehatan itu, antara lain,ialah terbatasnya kemampuan dalam menjalankan otonomi secara mandiri, kecilnya kontribusi pendapatan asli daerah, kurang produktifnya potensi budaya, rendahnya kualitas sumber daya aparatur sehingga menuntut upaya pemberdayaan aparatur yang kontinyu, serta kearifan lokal.

Tugas dan tanggungjawab kepala dinas kesehatan begitu berat sehingga tidak heran apabila pejabat kepala dinas kesehatan tersebut dituntut oleh persyaratan kualitas yang cukup berat (Riwu Kaho, 2007).

Peranan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota secara kolektif sangat strategis dan menentukan dalam pencapaian tujuan negara pada bidang kesehatan. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota adalah wakil dari kepala daerah otonom pemerintahan bidang kesehatan.

(10)

Pembangunan kesehatan di Provinsi Sumatera Utara bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Derajat kesehatan yang baik sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945.

Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, titik berat pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah adalah pada kabupaten/kota. Pengertian otonomi daerah adalah pemberian hak dan kekuasaan kepada daerah untuk membuat peraturan perundang-undangan dalam pelaksanaan kewenangan pemerintah. Urusan pemerintah terdiri atas urusan pemerintah absolut, urusan pemerintah konkuren, dan urusan pemerintahan umum.

Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota yang berperan dalam fungsi regulator didaerah perlu menyesuaikan diri atau berubah menjadi lebih powerfull dari keadaan sebelumnya (Trisnantoro, 2005). Sebagai manajer bidang kesehatan daerah otonom, kepala dinas kesehatan kabupaten/kota berkedudukan sebagai perangkat daerah otonom yang dipilih oleh bupati/walikota melalui hak prerogatif kepala daerah.

Dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) berdasarkan PERMENPAN No 53 Tahun 2014 wajib menyusun laporan kinerja instansi pemerintah. Setelah sebelumnya ditulis mengenai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ( SAKIP) yang mana salah satu tahapan SAKIP yakni Penyusunan Perjanjian Kinerja.

(11)

ditimbang berat badannya pada tahun 2013 adalah 70% dan tercapai 68%.Target tahun2013 sebesar 80% dengan capaian 74,8%. Sementara itu, persentase balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan target pada tahun 2013 dan tahun 2014 tercapai sesuai dengan target 100 %. Prevalensi bayi usia 0-56 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif tahun 2014 di Sumatera Utara masih sangat rendah, yaitu 34,2% dari target 48%. Berdasarkan persentase dari semua target MDGs, penurunan angka kematian ibu secara global masih rendah. Di Sumatera Utara, angka kematian ibu yang melahirkan (MMR/Maternal Mortalitiy Rate) menurun dari 373 pada tahun 1995 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Namun, target pencapaian MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 sangat sulit dicapai bila kinerjanya biasa-biasa saja. Diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut.Prioritas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ke depan dalam peningkatan kesehatan ibu adalah (1) Perluasan dan peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas dan sinergitas dengan program bidang infrastruktur di daerah tertinggal dan pulau kecil, (2) Pelayanan obstetric yang komprehensif, (3) Peningkatan pelayanan keluarga berencana, dan (4) Pengembangan pusat pelayanan informasi dan edukasi tentang kesehatan ibu kepada masyarakat. Target MDGs ke-6 adalah memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain. Prevalensi HIV/AIDS cenderung meningkat di Sumatera Utara, terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu pengguna narkoba suntik dan pekerja seks.

(12)

kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Sedangkan pola penjaringan kepemimpinan dinas kesehatan kabupaten/kota dilakukan pemerintah daerah kabupaten/kota masih berdasarkan masing masing daerah sebagai bentuk kewenangan dalam mengatur wilayahnya. Pada era Globalisasi rekruitmen sumber daya pimpinan kesehatan oleh pemerintah daerah belum terlaksana dengan baik, yakni belum maksimalnya peran lembaga Baperjakat. Hal ini ditandai dengan pengangkatan pimpinan dinas kesehatan yang belum transparan, sarat muatan politis, mengakomodasi kepentingan kelompok (tim sukses), termasuk kebiasaan lama yang tidak produktif, praktik jual beli jabatan, pemberian jabatan sebagai balas budi, beraroma praktik lelang gratifikasi/menyuburkan praktik KKN yang bertentangan dengan prinsip-pinsip clean governance (Malarangeng, 2000). Di sisi lain, praktik seperti ini juga menutup peluang kandidat lain yang lebih berkompetensi, jujur, berkualitas, berintegritas, serta berprestasi namun terbatas kemampuan finansial dan talenta politik untuk dipilih sebagai pimpinan kesehatan.

(13)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hubungan faktor karakteristik individu dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan pada dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

2. Bagaimana hubungan gaya kepemimpinan dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan pada dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

3. Adakah dimensi lain dari kemampuan fleksibilitas kepemimpinan pada dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

4. Bagaimanakah hubungan capaian program kesehatan dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan pada dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan karakteristik individu dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan pada dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan pada dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

(14)

Utara.

4. Untuk mengetahui hubungan capaian program kesehatan dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan pada dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara?

1.4 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, hipotesis penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Ada hubungan faktor karakteristik individu dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan pada dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

2. Ada hubungan gaya kepemimpinan dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan pada dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

3. Ada dimensi lain dari kemampuan fleksibilitas kepemimpinan pada dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

4. Ada hubungan capaian program kesehatan dengan kemampuan fleksibilitas kepemimpinan pada dinas kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara?

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi:

(15)

merumuskan kebijakan dan strategi tentang manajemen pembinaan sumber daya manusia pimpinan dinas kesehatan kabupaten/kota guna mendukung percepatan pembangunan daerah Provinsi Sumatera Utara.

2. Pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara mendapatkan masukan dalam merumuskan kebijakan dan strategi tentang manajemen pengadaan sumber daya manusia kepala dinas kesehatan guna mendukung percepatan pembangunan di daerah kabupaten/kota.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Entitas siswa akan menyimpan data dari siswa yang menjadi calon penerima beasiswa, entitas kepentingan nantinya akan berisi nilai derajat kepentingantiap kriteria

Kesekretarisan Modern dan Administrasi Perkantoran .Bandung: Pustaka Setia. Yuniasari,

Perbedaan tersebut dipengaruhi dari pekerja- an memetik teh dengan alokasi waktu antara 6 sampai 8 jam per hari memiliki tingkat ak- tivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan de-

From the results of testing and analysis that has been done can be concluded some thing that is classification analysis of opinion sentiment film in

20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, batasan Industri Kecil dan Menengah didefinisikan sebagai : (a) Industri Kecil adalah kegiatan ekonomi produktif yang

Pada Tabel 4.10 terlihat bahwa nilai tolerance semua variabel bebas (efikasi diri dan keunggulan bersaing) adalah lebih besar dari nilai ketetapan 0,1. dan nilai VIF semua

Pembuatan Aplikasi Permainan CastleQuest ini menggunakan Java 2 Micro Edition (J2ME) yang merupakan bagian dari Java 2, dan telah di uji cobakan pada emulator yang disediakan oleh