• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Identitas Etnik Jawa Di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Politik Identitas Etnik Jawa Di Sumatera Utara"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

SEJARAH MASUK ETNIK JAWA DI SUMATERA UTARA

2.1Sejarah Masuk Etnik Jawa Di Sumatera Utara

Menurut sensus yang dilakukan Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun

1930, keseluruhan orang Jawa yang berada di Sumatera Timur berjumlah 641.000

jumlah ini merupakan 42.8% dari seluruh jumlah penduduk Sumatera Timur

ketika itu. Sejarah kehadiran orang Jawa dalam jumlah besar di Sumatera Timur

berkaitanerat dengan permasalahan tenaga kerja di perkebunan. Tidak ada

keterangan yang menjelaskan tentang keberadaan orang-orang Jawa dalam jumlah

besar sebelum dimulainya kegiatan ekonomi perkebunan di Sumatera Timur.

Ketika Neinhuys memulai usaha perkebunan tembakau pada tahun 1863

permasalahan utama yang dihadapi adalah kurangnya tenaga kerja. Penduduk

pribumi enggan bekerja di perkebunan dengan peraturan yang ditetapkan oleh

Neinhuys.Untuk menjawab permasalahan ini, Neinhuys mendatangkan kuli-kuli

Cina dari semenanjung Melayu. Kuli cina lebih digemari para tuan kebun di

Sumatera Timur karena ketelatenan dan tenaganya.41

Namun karena mahalnya biaya serta rumitnya proses brokrasi untuk

mendatangkan kuli-kuli cina, maka perlahan-perlahan jumlah kuli cina yang

didatangkan mulai berkurang dan beralih dengan kepada kuli-kuli Jawa. Kuli-kuli

41

(2)

Jawa pertama kali didatangkan ke perkebunan di Sumatera Timur pada tahun

1875. Perusahan perkebunan yang pertama kali mendatangkan kuli jawa adalah

Deli Matschapij. Ketika itu jumlah mereka hanya sekitar 300 jiwa. Dalam

debutnya, kuli-kuli Jawa ini mengecewakan para tuan kebun. Mereka dianggap

pemalas dan tidak cocok untuk perkebunan tembakau, sehingga kuli jawa ketika

itu kurang diminati oleh tuan kebun. Sebelum permulaan abad XX, jumlah kuli

Jawa jauh dibawah jumlah kuli Cina. Untuk perbandingan jumlah kuli

berdasarkan etnisitasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:42

No.

Tabel 2.1

Jumlah kuli di Sumatera Timur berdasarkan etnisinya (1883-1890) ASAL KULI TAHUN 1883 TAHUN 1884 TAHUN 1890

1 CINA 20.647 26.620 40.662

2 JAWA 2.023 3.217 10.745

3 BOYAN dan

BANJAR

7.883 1.088 3.870

4 KELING 1.475 1.747 2.179

Sumber: Javaansche Kolonien op Sumatera’s Oostkust, Indische Gids Jilid III Tahun 1890, h. 2047,dalam T. Keizerina Devi, Ponale Sanctie: Studi Globalisasi Ekonomi dan Perubahan Hukum diSumatera Timur 1870-1950, (Medan: Pascasarjana USU, 2004), dalam Devi Itawan. 2015.

Pergerakan Budi Utomo Di Sumatera Utara 1908-1935, Medan: Universitas Sumatera Utara: Fakultas Ilmu Budaya, hlm.26.

42

(3)

Peningkatan jumlah kuli Jawa secara signifikan mulai terjadi pada akhir

abad XIX dan menjelang awal abad XX. Ada beberapa faktor yang mendorong

didatangkannya kuli-kuli Jawa dalam jumlah besar ke Sumatera Timur. Faktor

terpenting adalah mulai beralihnya tanaman-tanaman perkebunan dari tembakau

ke tanaman-tanaman baru seperti kopi, karet, kelapa sawit, dan serat sisal.

Tanaman-tanaman tersebut cenderung lebih cocok ditangani oleh kuli-kuli Jawa.43 Peningkatan jumlah kuli Jawa secara signifikan mulai terjadi pada akhir

abad XIX dan menjelang awal abad XX. Ada beberapa faktor yang mendorong

didatangkannya kuli-kuli Jawa dalam jumlah besar ke Sumatera Timur. Faktor

terpenting adalah mulai beralihnya tanaman-tanaman perkebunan dari tembakau

ketanaman-tanaman baru seperti kopi, karet, kelapa sawit, dan serat sisal. Selain

itu, mahalnya biaya serta rumitnya proses brokrasi untuk mendatangkan kuli-kuli

cina, maka perlahan-perlahan jumlah kuli cina yang didatangkan mulai berkurang

dan beralih dengan kepada kuli-kuli Jawa44. Hal ini membuat orang-orang di Jawa pedalaman banyak yang tertarik untuk datang ke Sumatera Timur. Perekrutan kuli

langsung dari Jawa ini sering kali diwarnai aksi tipu menipu. Dalam hal ini T.

Keizerina Devi menjelaskan 45

43Ibid,

(4)

Kedatangan kuli-kuli Jawa diatur oleh suatu lembaga yang bernama

VrijEmigratie Deli Avro (VEDA), sebuah unit dari perkumpulan para tuan kebun

diSumatera Timur. Tuan kebun dapat langsung menyebutkan jumlah kuli

perkebunan yang dibutuhkan dan VEDA akan memenuhinya. Untuk pengurusan

selanjutnya meliputi pencarian tenaga-tenaga buruh yang bersedia dikontrak di

desa-desa di Pulau Jawa sampai dengan pengiriman dan mendistribusikan ke

perkebunan-perkebunan Sumater Timur yang membutuhkan. Demikian juga

halnya cara pengembalian buruh-buruh Jawa setelah kontrak tersebut berakhir

secara teoritis berada di tangan VEDA46

Sejak awal kedatangannya pada 1875, orang-orang Jawa di Sumatera

Timur dikenal sebagai kuli kontrak di perkebunan. Kehidupan sebagai kuli

perkebunan tidak banyak merubah nasib orang Jawa. Orang-orang Jawa yang

bekerja di perkebunan dalam ikatan kontrak tertentu. Oleh karena itu mereka

dikenal dengan istilah Jawa Kontrak (Jakon), sebuah istilah yang mengandung

konotasi negatif. Stigma tentang orang Jawa pada masa kolonial di Sumatera

Timur sangat buruk.Mereka dicap sebagai “seperempat manusia” karena menjadi

hamba-hamba sahaya di perkebunan dan terkenal dengan citranya yang bodoh,

mudah di kelabui dan pembawaan nerimo

.

47

Kebanyakan dari mereka tertipu oleh bujukan para agen pencari kerja

yang mengatakan kepada mereka bahwa Deli adalah tempat dimana pohon yang

.

46Ibid,

hlm.27.

47

(5)

berdaun uang (metafor dari tembakau). Dijanjikan akan kaya raya namun

kenyataannya mereka dijadikan budak48

Sumber: http://wordpress.com

Gambar 2.1 Keadaan kuli kontrak Jawa Perkebunan Tembakau Deli .Mereka pun sulit memperoleh

kesejahteraan melalui bekerja sebagai kuli kontrak adalah hal mustahil dicapai.

Meskipun secara nominal, gaji yang diterima para kuli-kuli kontrak Jawa lebih

tinggi daripada yang mereka di Jawa, tetapi jika dibandingkan dengan biaya

hidup mereka selama di Sumatera Timur maka sangat sulit untuk mendapatkan

kesejahteraan.Kuli-kuli Jawa juga sulit melepaskan diri dari kontrak kerja

mereka.

Sedangkan orang-orang asing berlomba menanamkan modal ke Sumatera

Timur. Masuknya kuli kontrak asal Jawa dan China ke Medan tentu mengubah

warna daerah ini. Mereka datang karena tertipu bujuk rayu makelar pencari

48

(6)

tenaga kerja. Pada masa Hindia Belanda orang Jawa didatangkan dari kampung

miskin di Jawa. Awalnya agen pencari kuli datang kepelbagai kampung/desa di

Jawa yang dilanda paceklik49

Pada tahun 1900-an, liberalisasi ekonomi dipandang sebagai kunci

menuju “kamakmuran” di negeri jajahan Belanda ini. Dimana konsentrasi

terbesar terlatak di Sumatera Timur, saat terjadi ledakan ekspansi capital swasta

di berbagai jenis perkebunan seperti tembakau dan karet. Saat itulah,

pertumbuhan kuli kontrak dari Jawa mengalami ledakan. Ribuan kuli kontrak

didatangkan guna menyulap hutan belantara menjadi perkebunan. Tinggal di

barak-barak perkebunan dengan kondisi mengenaskan, nyaris tanpa kemajuan

selain sekedar bisa makan. Malah berbagai kesenian yang mereka bawa dari tanah

leluhur porak-poranda

, menggoda mereka untuk bekerja ke sumatera.

50

Di Sumatera Utara, kuli kontrak akhirnya menjadi suatu istilah yang

menunjukkan betapa parahnya kehidupan manusia. Hubungan seks sangat

longgar, kawin cerai merupakan hal yang biasa. Setiap kali para kuli menerima

gaji, pengusaha kolonian menggelar perhelatan besar, berbagai tarian-tarian

digelar, alcohol, seks, dan judi dihalalkan. Para Bandar datang dari kota untuk

menguras isi kantong kuli kontrak. Hal ini memang dirancang untuk terus

memiskinkan mereka, sehingga terus memperpanjang kontrak, karena gaji yang

mereka terima tidak pernah tersimpan. .

49Paceklik

ialah keadaan tanah disawah mengalami keretakkan akibat musim kering yang berkepanjangan.

50

(7)

Pada tahun 1930-an terjadi perubahan besar dalam sistem kontrak kerja

yang memungkinkan para kuli Jawa untuk meninggalkan perkebunan setelah

masa kontrak mereka habis. Mereka yang meninggalkan perkebunan kemudian

tinggal secara berkelompok di sekitar perkebunan sebagai petani kecil ataupun

memasuk kota sebagai tenaga kerja yang tidak berpendidikan. Sebagian dari

mereka berkerja pada pedagang-pedagang tionghoa, berdagang kecil-kecilan atau

bertani. Pada tahun 1931, hanya separoh dari jumlah populasi Jawa yang bekerja

sebagai buruh di perkebunan51

Baru pada tahun 1980-an, ketika ekonomi Indonesia mulai memasuki era

Industri dan jasa keadaan mulai berubah. Pertumbuhan ekonomi di Sumatera

Utara mencapai delapan persen per tahun, telah mendorong peningkatan belanja

masyarakat. Sector jasa, perdagangan, dan industry melaju sesuai laju permintaan.

Karenanya, para kuli kontrak dan keluarganya sebagaian mulai bergerak ke kota,

untuk bekerja sebagai buruh pabrik, pelayan toko, kuli bangunan, sampai penjual

pecel dan juga pembantu rumah tangga .

52

Perkembangan tersebut menghasilkan banyak perubahan. Dalam tempo

dua puluh tahun. Bedeng-bedeng (batas tanah) warisan generasi silam nyaris tak

kelihatan lagi. Kebanyakan telah berubah menjadi rumah permanen atau semi

permanen, berbarengan dengan itu, secara cultural mereka telah menjadi bagian

dari Kota. Orang-orang Jawa yang berada di Sumatera Timur pada awal abad XX .

51Ibid,

hlm. 31.

52

(8)

bukan hanya “wong cilik” yang kebanyakan tidak berpendidikan, tetapi juga

kaum intelektual Jawa yang berpendidikan. Perlu diingat bahwa pemerintah

kolonial mulai memusatkan perhatiannya ke Sumatera Timur sejak perekenomian

wilayah ini berkembang secara pesat pada akhir abad XIX. Oleh karena itu pusat

pemerintahan Sumatera Timur dipindahkan dari Bengkalis ke Medan.

Seiring dengan dipindahkannya pusat pemerintahan, maka

pegawai-pegawai pemerintahan juga ikut berpindah ke Sumatera Timur. Kebanyakan

pegawai pemerintahan ketika itu adalah priyayi-priyayi Jawa ataupun orang Jawa

yang telah berpendidikan barat.Priyayi Jawa yang berada di Sumatera Timur

adalah pendatang yang bekerja menjadi pegawai pemerintahan seperti pegawai

percanduan, pergaraman, jurubahasa (penerjemah), inspeksi perburuhan,

perpajakan, dan profesi-profesi lainnya seperti dokter, pengacara, wartawan dan

lain-lainnya. 53

Dengan demikian ada dua golongan orang Jawa di Sumatera Timur, yakni

“wong cilik” atau orang Jawa yang menjadi kuli perkebunan dan yang menjadi

orang pinggiran di perkotaan dan para “priyayi” yang telah berpendidikan barat.

Golongan yang disebutkan pertama adalah mereka yang kemudian lebih dikenal

dengan istilah Jawa Peranakan atau Jawa Deli. Mereka pada awalnya adalah

orang-orang Jawa yang menjadi kuli perkebunan yang kemudian menetap di

Sumatera Timur dan beranak pinak. Keturunan mereka adalah apa yang disebut

53

(9)

dengan istilah Jawa Deli. Berkaitan dengan hal ini, Usman Pelly dalam Urbanisasi

dan Adaptasi: Misi Budaya Minangkabau dan Mandaiiling, menyatakan bahwa:

Suku Jawa, walaupun lebih banyak jumlahnya dibanding kelompok-kelompok lain di Medan dan Sumatera Timur, tidak terlibat dalam gerakan-gerakan sosial dan politis. Mereka dikenal sebagai “buruh yang rajin” dan setia kepada “majikan” mereka. Sebagian besar orang Jawa di Sumatera Timur adalah “orang kebanyakan” dan miskin serta tak berpendidikan. Sikap-sikap orang Jawa dipengaruhi oleh kelas sosial pendidikan, dan status ekonomi mereka. Di Jawa, “rakyat kebanyakan” merasa aman dan terlindungi oleh kelas atas penguasa (priyayi). Para perantau Jawa di Sumatera Timur di sana; banyak yang ingin pulang dan kemudian benar-benar melakukannya54

Pernyataan Usman Pelly tersebut agaknya tidak diperuntukan bagi

golongan orang Jawa yang disebutkan belakangan. Sebab mereka yang disebutkan

belakangan adalah kaum cendikiawan Jawa yang telah berpendidikan barat.

Orang-orang Jawa ini adalah mereka yang membawa ide-ide kebangsaan ke

Sumatera Timur, penghubung antara dunia pergerakan di Jawa dan di Sumatera

Timur. Dalam hal ini, kedatangan dr. Sutomo di Sumatera Timur relevan untuk

dijadikan contoh. Dr. Sutomo datang ke Sumatera Timur sebagai dokter di Lubuk

Pakam. Ia kemudian mendirikan Budi Utomo cabang Lubuk Pakam.Namun orang

jawa menghalangi kesenjangan antara golongan priyayi dengan kawula (rakyat)di

Sumatera Timur. Kesenjangan yang terjadi lebih bersifat budaya. Orang jawa

peranakan agaknya tidak memahami adat tatakrama sebagaimana di pulau Jawa.

Ini mungkin dikarenakan proses adaptasi orang-orang jawa dengan .

54

(10)

multikulturalisme Sumatera Timur. Di Sumatera Timur berbagai budaya yang

dibawa oleh pendatang bertemu dalam satu ruang. Mereka bebas mendukung

budayanya masing-masing, namun tidak terdapat satu budayapun yang dominan,

sehingga kultur yang terbentuk adalah egaliter55

Sebelumnya, orang jawa pendatang ini dikenal dengan sebutan jakon

(Jawa Kontrak) ataupun jadel (Jawa Deli), sebutan-sebutan itu adalah sebutan

yang dulu identik dengan orang jawa sebagai pekerja perkebunan di tanah Deli.

Karena pada awal kedatangan orang jawa ke Sumatera adalah sebagai kuli kontrak

perkebunan di Sumatera. Jakon atau Jadel adalah sebutan yang mungkin sebuah

streotip etnis yang diberikan oleh orang yang bukan aawa. Sekarang untuk lebih

halusnya, orang sering menyebut orang jawa dengan pujakesuma (putera jawa

kelahiran sumatera). Sebagian orang yang bukan orang jawa atau bahkan mereka

sendiri yang masih keturunan jawa atau karena lahir di Sumatera, beranggapan

bahwa pujakesuma adalah sebutan yang lebih terhormat sebagai pengganti istilah

jakon ataupun jadel yang mengandung konotasi status social yang rendah .

Kesenjangan ini juga disebabkan oleh perbedaan kelas sosial orang-orang

jawa totok dan jawa peranakan. Sebagaimana diketahui bahwa Orang jawa totok

yang merantau ke Sumatera Timur adalah kaum elit jawa yang bekerja sebagai

pejabat bumiputera, sedangkanjJawa peranakan adalah orang-orang jawa

(11)

Selain itu, bermunculan pula berbagai perkumpulan – perkumpulan yang

belatar belakang etnis jawa juga seperti: Arema, Satgas Joko Tingkir, Sekarmirah,

Pagiuyuban Jawa rebug, Pujakesuma, Perhimpunan Anak Transmigrasi Indonesia,

Paguyuban Warga Banyumas Gell, Pendawa, Komunitas Radio Jawa, Forum

Komunikasi Warga Jawa, Perkumpulan Persaudaraan Putera Solo.

2.2Sejarah Terbentuknya Paguyuban Jawa Di Sumatera Utara

Paguyuban adalah kelompok sosial yang anggotanya memiliki ikatan batin

yang murni, bersifat alamiah, dan kekal.Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta

dan kesatuan batin yang sudah dikodratkan dengan mempunyai beberapa ciri.

Pertama, intimate, hubungan menyeluruh dan akrab. (disemangati kebersamaan,

keterlibatan, komunikasi, sehati dan sejiwa dalam suka dan duka, untuk

menghidupi dan menghayati tugas, karya, dan panggilan hidup dalam

mewujudkan visi-misi paguyuban tersebut). Kedua, private, hubungan yang

bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja. (kebersamaan setiap

anggotanya yang se-detak jantung, yang hidup dalam kebersamaan, memiliki

kepekaan dan bertindak saling mengasihi sehingga terbentuk suatu komunitas

yang sehati-sejiwa). Ketiga, exclusive, hubungan tersebut hanya untuk kita saja

dan tidak untuk orang lain di luar kita. (bentuk kehidupan bersama yang

(12)

tujuan bersama)57

2.2.1 Pujakesuma

.Di Sumatera Utara sendiri terdapat beberapa paguyuban di

antaranya:

Paguyuban yang berdiri pada tanggal 10 Juli 1980. Sebelum berdirinya

paguyuban ini, paguyuban ini adalah sebuah sanggar dan perkumpulan seni dan

budaya jawa yang berdanama IKJ (Ikatan Kesenian Jawa) yang didirikan oleh

Letkol Sukardi. Dengan seiring perkambangan waktu maka pada Tahun 1979-an

IKJ diubah namanya menjadi Paguyuban Pujakesuma (Putera Jawa Kelahiran

Sumatera/Keberadaan Sumatera), paguyuban ini pada awalnya didirikan oleh

Bapak Danu. Ia merupakan tokoh kesenian Jawa pada masa itu, kemudian

Paguyuban diresmikan pada Tahun 1980. Berdasarkan keputusan yang ditetapkan

pada masa itu, paguyuban ini berdiri sebagai wadah berkumpulnya orang-orang

yang berketurunan Jawa, keturunan jawa meliputi seluruh Pulau Jawa baik apakah

seorang tersebut berasa dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan juga DKI

Jakarta. Dalam musyawarah mereka, mereka menjelaskan bahwa yang terpenting

adalah orang Jawa yang lahir di Sumatera atau berada di sumatera maupun diluar

pulau jawa.58

Selain itu, Paguyuban ini juga bertujuan untuk meningkatkan taraf

ekonomi dan social masyarakat jawa di Sumatera Utara. Paguyuban pujaksuma

57

Yoseph Viantoro. Arti Paguyuban. http://www.kompasiana.com/industri17.blog. mercubuana.ac.id/ arti-paguyuban 57cd0191377b6137401c789d, diakses 10 April 2017 pukul 10.41 Wib.

58

(13)

merupakan sebuah organisai yang murni tanpa mengharapkan pamrih, paguyuban

ini bertujuan mengembangkan nilai-nilai budaya dan leluhur yang baik. Seperti

kata-kata yang memiliki nilai filosofi seperti “Sepi Ing pemreh Rame Ing Gawe”,

motto ini sudah tertanam dalam paguyuban pujakesuma sebagailendasan

bertindak mereka.59

Sesuai dengan latar belakang ekonomi yang mendasari kedatagan sebagian

besar etbis Jawa di Sumatera, disamping Budaya, kemiskinan merupakan satu

keprihatinan utama. Seperti diketahui bahwa orang Jawa yang berada di Sumatera

pada umunya berada di perkebunan, sehingga banyak ditemui dalam masyarakat

kalau orang tuanya buruh perkebunan, anak, cucu, hingga cicitnya pun menjadi

buruh.

Sejak Kasim Siyo mulai memimpin Pujakesuma pada tahun 1997, kegiatan

Pujakesuma waktu itu sebenarnya sedang lesu, banyak anggota yang merasa

enggan. Pada masa orde baru Pujakesuma telah disalahgunakan untuk

kepentingan salah satu partai poitik. Karenanya dalam kepenguruasannya,

diputuskan bahwa Pujakesuma tidak akan berpolitik, tetapi kembali pada asalnya

sebagai paguyuban, untuk mengembangkan kebudayaan Jawa serta kegiatan

ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan warganya.

(14)

2.2.2 Visi dan Misi Pujakesuma

Sebagai salah Paguyuban etnis Jawa tertua di Sumatera, Paguyuban

Pujakesuma memiliki tujuan selain untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya

Manusia juga meningkatkan kehidupan kehidupan social ekonomi warga

Pujakesuma di lingkungannya.. Selain itu Paguyuban ini juga merupakan sebagai

Wadah Partisipasi Pujakesuma dalam membangun kesenian, kebudayaan, olah

raga, SDM dan perekonomian yang ada di Wilayah Sumatera dan wilayah yang

lainnya60.Paguyuban Pujakesuma memiliki motto yang tercantum dalam AD/ART, motto Paguyuban Pujakesuma ini menjadi ikatan konstektual dalam

kehidupan sehari-hari anggota Pujakesuma dan juga dalam pelaksanaan organisasi

Paguyuban ini. Motto Paguyuban Pujakesuma berupa:61

60Ibid,

hlm 3

61

Ibid, hlm 4-10

Rukun : rukun' itu damai, tak banyak berselisih/bertengkar sesama

anggota pujakesuma dan juga sesama orang Jawa di

lingkungan mereka tinggal.

Raket : Artinya dekat-akrab serta menjaga kerukunan baik

sesama orang Jawa maupun etnis lain.

Regeng :Artinya bernuansa hangat.

Rumekso :Artinyamenjaga, saling melindungi satu dengan yang

(15)

2.2.3 Keanggotaan Paguyuban Pujakesuma

Keanggotaan paguyuban Pujakesuma adalah orang-orang keturunan jawa/

Suku Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, maupun DKI Jakarta). Selain

itu paguyuban ini juga banyak diikuti oleh orang yang bukan orang Jawa, mereka

merupakan orang-orang yang mau bersama-sama membangun nilai-nilai Budaya

dan juga mempertahankan nilai budaya yang bersifat fisik maupun non fisik.

Keanggotaan paguyuban Pujakesuma dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu 62

Ketentuan tentang keanggotaan ini dapat dilihat pada anggaran rumah

tangga pada BAB I pasal I yaitu :Keanggotaan Pujakesuma adalah setiap warga

Negara Indonesia keturunan suku jawa, hasil pembaharuan atau simpatisan / suku :

Anggota Aktif : merupakan orang-orang yang tergabung dan

menjadi anggota paguyuban pujakesuma baik

orang-orang keturunan jawa ataupun bukan. Pada

umumnya mereka adalah orang-orang yang aktif

menjadi pengurus di dalam paguyuban ini.

Anggota Pasif : adalah merupakan seluruh orang jawa yang ada di

Sumatera yang menjadi anggota tetap ataupun

simpatisan dari paguyuban ini. Anggota Pasif juga

merupakan orang yang masih memiliki darah

katurunan jawa.

62

(16)

lain yang dapat diterima menjadi anggota “PUJAKESUMA” serta memenuhi

ketentuan sebagai berikut 63

• Telah berusia 15 Tahun keatas lanjut usia :

• Mau mengikuti kegiatan yang ditentukan PUJAKESUMA

• Menerima / menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

serta program umum organisasi dan peraturan organisasi

• Ditetapkan dan disyahkan pengurus PUJAKESUMA sebagai anggota

khusus bagi simpatisan lain.

2.2.4 Satgas Joko Tingkir

Satuan Tugas Joko Tingkir adalah organisasi kemasyarakatan Suku Jawa,

yang dibentuk dalam upaya menjalin sinergi dengan “Paguyuban Jawa atau

Organisasi-organisasi Kemasyarakatan” lainnya. Organisasi kemasyarakatan ini

bersifat non-politik yang beranggotakan keluarga dan atau orang-orang Suku Jawa

dan atau memiliki tali perkawinan dengan Suku Jawa atau suku lainnya yang

berdomisili di Indonesia. Aktivitas organisasi adalah manifestasi peran serta

dalam membangun masyarakat & bumi Indonesia seutuhnya secara menyeluruh

dalamupaya mengangkat harkat martabat bangsa dan negara Indonesia dalam

tatanan ideologi, ekonomi, sosial dan budaya.Pendiri satuan tugas joko tingkir

adalah orang-orang yang menerima karunia dari Allah SWT sehingga mampu dan

bertekad memberikan pemikiran, tenaga, waktu dan materinya untuk membentuk,

63

(17)

membina serta menegakkan/ berdirinya organisasi ini pada tahun pertama sejak

hari Kamis Pahing 10 Muharam 1427 H/1939 tahun Saka atau tanggal

09-02-2006. Adapun nama-nama para pendiri adalah :Sukirmanto,SH, Ir. Rudjito Said,

Sudjoko, S.Pd.64

2.2.5 Visi dan Misi Satgas Joko Tingkir

Satgas Joko Tingkir memiliki tujuan dalam berdirinya paguyuban yang

tertuang dalam AD/ART. Paguyuban ini menjadi ikatan konstektual dalam

kehidupan sehari-hari anggota Satgas Joko Tingkir dan juga dalam pelaksanaan

organisasi Paguyuban ini65

1. Turut serta dalam membangun masyarakat dan bumi Indonesia dalam

upaya mencapai keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, keamanan dan

kedamaian hakiki dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI).

2. Memasyarakatkan satgas joko tingkir dalam pelaksanaan tugas dan

partisipasinya ditengah-tengah dinamika/kegiatan masyarakat.

3. Meningkatkan kompetensi dan integritas serta ketrampilan anggotanya

melalui pembinaan/pendidikan dan pelatihan jasmani/ fisik,

rohani/spritual, untuk meningkatkan kesadaran terhadap

peraturan/perundang-undangan yang ada serta optimasilasi peranan dan

tanggungjawab dalam tugas.

64

Ad/Art Satgas Joko Tingkir, hlm .1.

65

(18)

4. Menggali potensi dan menjalankan kegiatan dibidang ekonomi,

lingkungan hidup, pendidikan dan latihan, advokasi hukum, sosial dan

budaya.

5. Mendukung dan mengusulkan bagi orang-orang jawa, atau pengurus

Satgas Joko Tingkir yang memenuhi syarat untuk ikut dalam kompetisi

pencalonan legislatif, kepala daerah, dan jenjang karir yang sedang

diemban.

2.2.6 Keanggotaan Satgas Joko Tingkir

Keanggotaan Satgas Joko Tingkiradalah warga berkebangsaan Indonesia

yang berasal dari etnis Jawa dan keturunan warga Jawa yang berasimilasi dengan

etnis lain baik didalam maupun diluar negeri. Etnis lain yang dikategorikan

sefaham dengan perjuangan Satgas Joko Tingkir Indonesia.

Selain itu, keanggotaan Satgas Joko Tingkir selanjutnya diatur dalam

anggaran rumah tangga diantaranya:66

1. Anggota kehormatan, peserta, luar biasa: memiliki wewenang

mengeluarkan pendapat, mengajukan usul/saran dan mengikuti kegiatan

organisasi (memiliki hak bicara), tidak dapat memilih (tidak memiliki hak

suara) dan tidak bisa dipilih sebagai Pengurus Harian Satgas Joko Tingkir .

66

(19)

2. Anggota terdaftar: memiliki wewenang mengeluarkan pendapat,

mengajukan usul/ saran dan mengikuti kegiatan organisasi (memiliki hak

bicara), dapat memilih (memiliki hak suara) dan bisa dipilih sebagai

pengurus Satgas Joko Tingkir.

2.2.7 Pendawa

Pendawa adalah singaktan dari persatuan pemuda jawa. Pendawa sendiri

didirikan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 09 september 1999 di jalan

Medan Area Selatan oleh Bapak Ruslan yang beasaskan pancasila. Pendawa

organisasi yang bersifat sosial budaya dan kemasyarakatan. Pendawa bersifat

terbuka bagi semua warga masyrakat Indonesia yang menerima azas Pendawa

tanpa membedakan latar belakang suku, agama keturunan, status sosial, golongan

warna kulit dan gender. Pendawa sendiri bersifat mandiri dan independent67

2.2.8 Visi dan Misi Pandawa

.

Pandawa memiliki tujuan dalam berdirinya paguyuban yang tertuang

dalam AD/ART. Paguyuban ini menjadi ikatan konstektual dalam kehidupan

sehari-hari anggota pandawa dan juga dalam pelaksanaan organisasi Paguyuban

ini diantarnya:68

67

Ad/Art Pendawa, hlm.1-2.

68

(20)

1. Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menurut agama

dan keyakinan maing-masing

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sosial ekonomi

khususnya warga Pendawa dan masyarakat.

3. Menggali, membina dan mengembangkan kesenian, kebudayaan jawa,

olahraga melalui kerjasama dengan organisasi sosial lainnya untuk

membina persatuan dan kesatuan Bangsa Indooesia.

4. Membangun tali silaturahmi serta meningkatkan persaudaraan sesama

warga Pendawa dan masyarakat etnis lainnya.

5. Menjalin solidaritas/rasa tolong menlong serta meningkatkan kepedulian

sosial dan semangat kegotong royongan.

Sedangkan misi dari Pendawa itu sendiri adalah:69

1. Wadah berhimpunnya warga masyarakat jawa atau turunan masyarakat

jawa dan etnis lainya di Sumatera Utara yang memiliki persamaan

kehendak untuk mecapai cita-cita dalam mewujudkan masyarakat adil dan

makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945

2. Menampung, menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi anggota/

masyarakat dengan tidak mengenal perbedaan agama, suku dan golongan.

3. Sebagi wadah partisipasi Pendawa dalam pmbangunan kesenian

kebudayaan, olahraga, SDM, kesehatan, perekonomian/koperasi, hukum

yang ada di wilayah Sumatera Utara.

69

(21)

4. Pendawa merupakan wadah komunikasi timbal nalik (mitra) antara

pemerintah dan masyarakat dan juga sesama angoota keluarga wrga

Pendawa.

5. Pendawa sebagai wadah silaturahmi dengan membangun semangat

kebersamaan, kekeluargaan dan ke gotong royongan.

6. Pendawa adalah organisasi social kemasyarakatan lintas segala lintas baik

agama, etnis, parpol ormas serta golongan.

2.2.9 Keanggotaan Pendawa

Keanggotaan Pendawa dapat diterima menjadi anggota Pendawa adalah

warga negara Indonesia keturunan jawa atau suku lainnya yang setia kepada

pancasila dan UUD 1945. Dalam anggaran rumah tangga Pendawa, ketentuan

syarat masuknya menjadi anggota Pendawa ialah:70 1. Telah berusia 16 tahun ke atas

2. Mengikuti kegiatan yang ditentukan Pendawa

3. Menerima atau menyetujui anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

serta program umum organisasi dan peraturan-peraturan organisasi

Pendawa.

4. Ditetapkan dan disyahka pengurus Pendawa Sumatera Utara

70

(22)

2.2.10 Perhimpunan Anak Transmigrasi Republik Indonesia (PATRI)

Sejak tahun 1993 putera puteri anak cucu Transmigran menanti kehadiran

suatu lembaga/organisasi yang mewadahi para anak cucu transmigran. Gagasan

untuk menyatukan keinginan, menyalurkan aspirasi pandangan dan pemikiran,

membina dan mengembangkan sumber daya manusia agar mampu menjadi pelaku

dan sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan nasional khususnya di bidang

ketransmigrasian, ternyata sudah muncul sejak 10 tahun yang lalu. Demikian

dikatakan oleh Bapak Drs. Mirwanto Manuwiyoto, MM. Kemudian pada tanggal

16 Pebruari 2004 baru dapat terwujud dengan lahirnya sebuah wadah yang

bernama Perhimpunan Anak Transmigran Indonesia (PATRI) . PATRI lahir

melalui sebuah proses yang cukup panjang, mulai sejak dicetuskannya ide

tersebut oleh para tokoh anak bangsa seperti Prof. DR. Ir. MP. Tjondro Negoro,

Prof.DR. Wibowo, SE. Mphil, Mayjen TNI (Purn) Murwanto, Drs. Djoko Sidik

Pramono, MSc, Dra. Dyah Paramawartiningsih, Ir. Sobagyono, Prof. DR. Ir.

Muhajir Utomo, MSc, Drs. H. Sarimun Hadisaputra, Msi sampai pada saat

dilakukannya kongres pertama tanggal 16-17 Pebruari 2004 yang berlangsung di

Jakarta dengan menghasilkan beberapa rumusan antara lain Anggaran Dasar (AD)

dan Anggaran Rumah Tangga (ART), Susunan Kepengurusan, Program Kerja dan

Naskah Deklarasi. PATRI lahir melalui sebuah Deklarasi resmi yang berlangsung

pada pada tanggal 9 Maret 2004, dihadiri oleh Bapak Menteri Tenaga Kerja dan

(23)

undangan antara lain Media cetak dan elektronik, Rektor Universitas Jenderal

Sudirman Prof. Drs. Rubijanto Misman beserta para mahasiswanya dari

anak-anak transmigran yang sedang menuntut ilmu di Universitas tersebut71

PATRI didirikan untuk mencapai tujuan tersebut maka anak-anak

trasmigran di seluruh wilayah tanah air Indonesia memandang perlu untuk

menghimpun diri dalam suatu organisasi sebagai sarana untuk menyalurkan

aspirasi para anggota, membina dan mengembangkan sumber daya manusia agar

mampu bersaing sebagai pelaku pembangunan serta sebagai mitra pemerintah di

dalam mensukseskan pembangunan nasional sebagai pengamalan

Pancasila.transmigrasi merupakan wujud untuk pemerataan kesempatan kerja dan

peluang berusaha melalui perpindahan penduduk dari satu wilayah ke kawasan

transmigrasi untuk menetap, diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa serta meningkatkan

ketahanan nasional. Atas dasar pemikiran – pemikiran di atas serta dengan ridho

Tuhan yang Maha Esa dan dijiwai oleh rasa kebersamaan dan hikmah

kebijaksanaan dalam permusyawaratan maka para anak transmigran seluruh

wilayah Indonesia dengan sadar dan rasa tanggung jawab pada tanggal 16

Pebruari 2004 menyatakan diri berhimpun dalam suatu wadah organisasi dengan

nama “Perhimpunan Anak Tranmigran Republik Indonesia dengan singkatan

“PATRI“

.

71

(24)

2.2.11 Visi dan Misi PATRI

Adapun visi/misi didirikan PATRI ialah:72

a. Wadah (Organisasi) untuk menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi

masyarakat Transmigrasi atau anggotanya.

Visi:

Kembalinya Gerakan Transmigrasi sebagai Perekat Nasional Lintas

Budaya, Suku, dan Agama

Misi:

b. Wadah pembinaan dan pengembangan masyarakat Transmigran dan atau

anggotanya dalam usaha mewujudkan tujuan organisasi.

c. Wadah untuk berperan serta dalam rangka mensukseskan pembangunan

nasional

d. Sebagai sarana komunikasi timbal balik antar anggota dan atau antara

organisasi dengan organisasi kemasyarakatan lainnya, serta organisasi

kekuatan sosial politik, Badan Permusyawaratan / Perwakilan Rakyat dan

pemerintah.

e. Merupakan badan representatif dari masyarakat dan anak-anak

Transmigran dalam berhubungan dengan pemerintah dan pihak lain, baik

di dalam maupun di luar negeri.

72

(25)

2.2.12 Keanggotaan PATRI

Keanggotaan PATRI terdiri dari: anggota biasa, anggota luar biasa, dan

anggota kehormatan. Keabsahan keanggotaan antara lain dibuktikan dengan Kartu

Tanda Anggota. PATRI berbentuk organisasi kemasyarakatan. PATRI bersifat

terbuka, independen, egaliter, non partisan, non sektarian, serta tidak

menjadi onderbouw atau berafiliasi pada Partai Politik manapun. Kepengurusan

organisasi dilakukan secara kolektif yang terdiri dari73

1. Dewan Pengurus Pusat untuk selanjutnya disingkat dengan DPP, dipilih

dan ditetapkan melalui musyawarah nasional :

2. Dewan Pengurus Daerah untuk selanjutnya disingkat dengan DPD dipilih

melalui musyawarah daerah serta dikukuhkan oleh DPP.

3. Dewan Pengurus Cabang untuk selanjutnya disingkat dengan DPC

dipilih melalui musyawarah cabang serta dikukuhkan oleh DPD atas

nama DPP.

4. Dewan Pengurus Anak Cabang untuk selanjutnya disingkat dengan

DPAC dipilih melalui musyawarah anak cabang serta dikukuhkan oleh

DPC atas nama DPD.

5. Pengurus Ranting untuk selanjutnya disingkat dengan PR dipilih melalui

musyawarah ranting serta dikukuhkan oleh DPAC atas nama DPC.

6. Pembentukan Pengurus organisasi untuk pertama kali dapat dilakukan

melalui surat mandat oleh pengurus di atasnya.

73

(26)

7. Untuk mendukung tercapainya tujuan organisasi, Dewan Pengurus terdiri

dari: Dewan Pengurus Harian, Dewan Pakar, Dewan Pembina, Dewan

Pertimbangan, dan Badan Otonom.

2.2.13 Persatuan Persaudaraan Putera Solo (PPPS)

PPPS–SU (Persatuan Persaudaraan Putera Solo Sumatera Utara) adalah

salah satu perkumpulan yang berada di kota Medan yang berdiri pada tanggal 15

Februari 1990 oleh beberapa orang perantauan dari kota Sragen. Tujuan dari

yayasan ini adalah menjalin persaudaraan dan mempererat hubungan antar sesama

masyarakat perantauan yang berasal dari kota Sragen, kota Solo dannsekitarnya

yang ada di Kota Medan. Dengan seiringnya berjalannya waktu, sekarang ini

sudah banyak anggota PPSSU yang cukup sukses dan berhasil di kota Medan.

Kebanyakan atau dapat dikatakan hampir seluruhnya dalam mencari pekerjaan di

kota Medan dengan berwirausaha.PPPSU juga memiliki berbagai jenis usaha yang

biasa ditekuni oleh paraanggotanya, antara lain batik, bakso/mie ayam, usaha

lainnya (jamu, buku, roti,makanan ringan, dan rumah makan).74

74

(27)

Tabel 2.2

Anggota PPSU Berdasarkan Jenis Usaha Periode 2006 – 2010

No. Jenis Usaha Jumlah

1. Batik 191 orang

2. Bakso/Mie Ayam 24 orang

3. Usaha lainnya (jamu, buku, roti,

makanan ringan dan rumah

makan

24 orang

Jumlah 239 orang

Sumber: Sekretariatan PPPSU (2006 – 2010), data diolah dalam Suranto. 2007. Analisis Faktor Tingkat Pendidikan, Lingkungan Keluarga dan Pengalaman Kerja Terhadap Berwirausaha Studi Kasus: Yayasan Persatuan Persaudaraan Putera Solo Sumatera Utara. [Skripsi]. diakses melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle / 123456789/29280 /Cove r.pdf, hlm.4.

Tabel diatas menerangkan tentang jenis usaha yang ditekuni oleh

anggotaPPPSU periode 2006 – 2010 yang terdiri dari batik sebesar 80% atau

191(seratus sembilan puluh satu) orang, bakso /mie ayam sebesar 10% atau 24

(duapuluh empat) orang , dan usaha lainnya sebesar 10% atau 24 (dua puluh

empat)orang. Dari tabel 1.2 tersebut dapat dilihat bahwa jenis usaha yang paling

(28)

Anggota PPPSU memiliki berbagai macam tingkat pendidikan,

sepertisarjana, Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Pertama

(SMP),atau di bawah SMP.

Tabel 2.3

Anggota PPPSU Berdasarkan Tingkat Pendidikan Periode 2006 – 2010

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Sarjana 48 orang

2. SMU 119 orang

3. ≤ SMP 72 orang

Jumlah 239 orang

Sumber: Sekretariatan PPPSU (2006 – 2010), data diolah dalam Suranto. 2007. Analisis Faktor Tingkat Pendidikan, Lingkungan Keluarga dan Pengalaman Kerja Terhadap Berwirausaha Studi Kasus: Yayasan Persatuan

Persaudaraan Putera Solo Sumatera Utara. [Skripsi].

diakses melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle / 123456789/29280/Cove r.pdf, hlm.5.

Pada tabel di atas anggota PPPSU yang berdasarkan tingkatpendidikan

pada periode 2006 – 2010 yang terdiri dari sarjana sebesar 20% atau48 orang,

SMU sebesar 50% atau 119 orang, atau SMP dan dibawah SMP sebesar30% atau

(29)

tingkat pendidikan SMU memiliki jumlah persentase yangtertinggi, yaitu sebesar

50% atau sebanyak 119 orang.75

2.2.14 Visi/Misi PPPS

Persatuan Persaudaraan Putera Solo (P3S) memiliki tujuan dalam berdirinya

paguyuban yang tertuang dalam AD/ART. Paguyuban ini menjadi ikatan

konstektual dalam kehidupan sehari-hari anggota P3S dan juga dalam pelaksanaan

organisasi Paguyuban ini diantarnya:76

1. Mempererat tali persaudaraan sesama perantauan .

2. Meningkatkan kegiatan sosial khususnya di bidang amal bagi umat islam

3. Membina para anggota untuk dapat mengetahui dan melaksanakan ajaran

islam

2.2.15 Keanggotaan PPPS

Keanggotaan P3S dapat diterima menjadi anggota adalah warga negara Indonesia

keturunan jawa yang setia kepada pancasila dan UUD 1945. Dalam anggaran

rumah tangga P3S, ketentuan syarat masuknya menjadi anggota P3S ialah77 1. Warga Negara Indonesia yang beragama Islam laki-laki dan perempuan.

:

2. Bertempat tinggal di Medan dan sekitarnya.

3. Bersedia untuk mengikuti dan mematuhi segala peraturan perkumpulan ini

atas dasar ke ikhlasan.

75Ibid. 76

Ad/Art Persatuan Persaudaraan Putera Solo, hlm.7.

77

(30)

4. Untuk menjadi anggota harus mengajukan permohonan kepada pengurus

secara tulian maupun lisan

5. Dianggap sah menjadi anggota P3S apabila telah memenuhi kewajiban

yang telah ditetpkan.

Adapun hak anggota ialah:78

1. Memperoleh bantuan musibah dan kemalangan

2. Memperoleh pengakuan yang sama dari paguyuban

3. Mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan-usulan serta saran-saran

4. Berhak memilih dan dipilh.

Kewajiban Anggota ialah:79

1. Membayar administrasi bagi anggota yang baru

2. Membayar uang santunan bila ada kemalangan

3. Anggota harus mengikuti arisan sebulan sekali

4. Anggota harus membeli kalender setiap setahun sekali

5. Anggota hars membayar uang halal bihalal setahun sekali

6. Mematuhi anggaran dasar dan anggaran ruamh tangga

2.3Kegiatan Paguyuban Jawa

Paguyuban jawa juga melakukan kegiatan ritual keagamaan yang masih

ada dan tetap dilestarikan, kegiatan ini juga pada umumnya dilakukan oleh

orang-orang jawa pada umumnya. Kegiatan-kegiatan ini seperti :

78

Ad/Art Persatuan Persaudaraan Putera Solo, Loc.cit., 79

(31)

2.3.1 Slametan/Sukuran

Slametan adalah sebuah acara perjamuan makan seremonila sederhana.

Selametan, jika dilihat pemaknaannya adalah sebuah acara seremonial seerhana

dengan bentuk penyajian makanan dengan mengundang seluruh tetangga, dengan

tujuan keselarasan diantara tetangga dengan alam raya dipulihkan kembali. Dalam

selametan terungkap nilai-nilai dirasakan paling mendalam oleh orang Jawa, yaitu

nilai kebersamaan, ketetanggaan, dan kerukunan. Sekaigus selametan

menimbulkan suatu perasaan kuat bahwa semua warga desa adalah sama

derajatnyasatu sama lain, kecuali ada yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi.

Selametan dibagi kedalam empat jenis yaitu : pertama, yang berkisar sekitar

krisis-krisis kehidupan kelahiran. Kedua, hubungannya dengan hari-hari raya

Islam, Maulid Nabi, Idul Fitri, Idul Adha, ketiga, yang bersangkutannya dengan

integrasi social desa, bersih desa (yakni roh-roh jahat) dan keempat, selametan

selayang diselenggarakan dalam waktu yang tidak tetap, tergantung kepada

kejadian luar biasa yang dialami seseorang, kebangkitannya untuk suatu

perjalanan jauh, pindah rumah, ganti nama, sakit, terkena tenung, dan sebagainya.

Slametan dapat dilihat sebagai aspek keagamaan, yaitu sebagai arena dimana

rumus-rumus yang berupa doktrin-doktrin agama berubah bentuk menjadi

serangkaian metaphor dam simbol80

80

Clifford Geertz.1981. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyrakat Jawa, terj. Aswab mahasin, Bandung: Dunia Pustaka Jaya, hlm.20

. Selametan yang dilakukan oleh Paguyuban

Jawa adalah hanya sebatas jamuan seremonial sederhana dengan mengundang

(32)

dilakukan denga bertepatan dengan hari jadi Paguyuban atau pada acara-acara lain

seperti merayakan kemenangan akan sebuah hal, baru selesai melakukan

pertemuan akbar. Acara ini dilakukan sebagai upaya memelihara keakraban,

menjaga tali silaturahmi sesama anggota paguyuban dan juga bukan anggota

paguyuban.

2.3.2 Punggahan

Punggahan atau Munggahan adalah salah satu acara penting yang

dilakukan satu hari menjelang Ramadhan. Orang-orang datang berkumpul di

masjid, biasanya, atau berkumpul di salah satu rumah tokoh setempat dan

melakuan doa bersama serta dilanjutnya dengan menyantap makanan. Prosesi

punggahan ini dilakukan sebagai bentuk ‘sosialisasi’ Ramadhan kepada

masyarakat.

(33)

Dengan adanya punggahan, masyarakat diharapkan lebih siap menghadapi

bulan Ramadhan. Punggahan konon merupakan budaya dari suku Jawa dan

Sunda. Punggahan adalah momen memotong daging sapi dan dimasak jadi

rendang untuk santapan selama berpuasa. Rendang daging jadi santapan pilihan

karena praktis diolah pada saat sahur. Masyarakat akan saling bertukar masakan,

yang sistem-nya dikelola oleh masjid. Pembagian itu menunjuk-kan komitmen

untuk berbagi sebagai wujud kekeluargaan di masyarakat.

2.2.3 Suroan

Masyarakat Jawa yang masih memegang kuat tradisinya memaknai Suroan

dengan membersihkan diri dengan mandi di rumah, sungai, laut, diteruskan

dengan begadang hingga pagi. Suroan juga dipercaya sebagai saat yang tepat

untuk mencuci pusaka seperti keris dan tombak. Pada dasarnya bahwa ritual

tersebut mengandung makna menyambut tahun baru, masyarakat Jawa

menghadapinya dengan tubuh, raga dan pusaka yang bersih.. tentang malam satu

Suro yang dianggap mengerikan karena para mahluk halus bakal berkeliaran

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Keadaan kuli kontrak  Jawa Perkebunan Tembakau Deli
Tabel 2.2
Tabel 2.3
+2

Referensi

Dokumen terkait

A., 2008, Perbedaan Pengaruh Pemberian Fraksi Etanolik Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr .) dengan 5-Fluorouracil Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Galur Sel

Menetapkan kebijakan pengelolaan operasional secara menyeluruh untuk Kantor Wilayah dan Kantor Cabang dilingkup tugasnya, guna memastikan kebijakan, strategi, prosedur dan tata

Untuk informasi kesehatan dan keselamatan untuk komponen masing-masing yang digunakan dalam proses manufaktur, mengacu ke lembar data keselamatan yang sesuai untuk

Peserta didik dapat menjelaskan fungsi peralatan dan bahan yang diperlukan untuk membuat kerajinan jahit dan sulam1. Peserta didik dapat menjelaskan macam-macam produk benda

Hasil analisis kandungan klorofil daun pada tiga jenis sayuran, yang dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri, menunjukkan hasil sebagaimana tercantum pada Gambar

Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi biaya eksternal yang ditanggung oleh industri tahu di Desa Cisaat dalam melakukan pengolahan limbah dengan menggunakan IPAL;

Jasa Raharja (Persero) Kantor Perwakilan Bogor berkaitan dengan lingkungan pengendalian, sebaiknya untuk petugas yang melaksanakan survey dilakukan rotasi jabatan atau