• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Fungi pada Mol Sebagai Dekomposisi Bahan Organik yang Digunakan untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Reboisasi Bibit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Fungi pada Mol Sebagai Dekomposisi Bahan Organik yang Digunakan untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Reboisasi Bibit"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Organisme Perombak Bahan Organik

Di dalam ekosistem, organisme perombak bahan organik memegang

peranan penting karena sisa organik yang telah mati diurai menjadi unsur-unsur

yang dikembalikan ke dalam tanah (N, P, K, Ca, Mg, dan lain-lain) dan atmosfer

(CH4 atau CO2

Pengertian umum yang saat ini banyak dipakai untuk memahami

organisme perombak bahan organik atau biodekomposer adalah organisme

pengurai nitrogen dan karbon dari bahan organik (sisa-sisa organik dari jaringan

tumbuhan atau hewan yang telah mati) yaitu bakteri, fungi, dan

aktinomisetes.Perombak bahan organik terdiri atas perombak primer dan

perombak sekunder.Perombak primer adalah mesofauna perombak bahan organik,

seperti Colembolla, Acarina yang berfungsi meremah-remah bahan ) sebagai hara yang dapat digunakan kembali oleh tanaman,

sehingga siklus hara berjalan sebagaimana mestinya dan proses kehidupan di

muka bumi dapat berlangsung. Adanya aktivitas organisme perombak bahan

organik seperti mikroorganisme dan mesofauna (hewan invertebrata) saling

mendukung keberlangsungan proses siklus hara dalam tanah. Mikroorganisme

perombak bahan organik digunakan sebagai strategi untuk mempercepat proses

dekomposisi sisa-sisa tanaman yang mengandung lignin dan selulosa, selain untuk

meningkatkan biomassa dan aktivitas mikroorganisme tanah, mengurangi

penyakit, larva insek, biji gulma, volume bahan buangan, sehingga

pemanfaatannya dapat meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah yang pada

gilirannya merupakan kebutuhan pokok untuk meningkat-kan kandungan bahan

(2)

organik/serasah menjadi berukuran lebih kecil.Cacing tanah memakan sisa-sisa

remah tadi yang lalu dikeluarkan sebagai faeces setelah melalui pencernaan dalam

tubuh cacing. Perombak sekunder ialah mikroorganisme perombak bahan organik

seperti Trichoderma reesei, T. harzianum, T. koningii, Phanerochaeta

crysosporium, Cellulomonas, Pseudomonas, Thermospora, Aspergillus niger, A.

terreus, Penicillium, dan Streptomyces. Adanya aktivitas fauna tanah,

memudahkan mikroorganisme untuk memanfaatkan bahan organik, sehingga

proses mineralisasi berjalan lebih cepat dan penyediaan hara bagi tanaman Pupuk

Organik dan Pupuk Hayati 213 lebih baik. Umumnya kelompok fungi

menunjukkan aktivitas biodekomposisi paling signifikan, dapat segera menjadikan

bahan organik tanah terurai menjadi senyawa organik sederhana yang berfungsi

sebagai penukar ion dasar yang menyimpan dan melepaskan nutrien di sekitar

tanaman (Eriksson,etal., 1989).

2.2 Deskripsi Mikroorganisme Lokal 2.2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL)

MOL adalah bahan pengurai untuk membuat pupuk organik berupa

kompos atau bokashi.MOL ini sangat banyak sekali manfaatnya, karena sangat

berperan penting dalam dunia Pertanian Organik.MOL adalah cairan yang

mengandung mikro organisme hasil produksi sendiri dari bahan bahan alami

darisekeliling kita (lokal), dimana bahan bahan tersebut tempat yang sebagai

media untuk hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna dalam

mempercepat penghancuran bahan bahan organik (decomposer) atau sebagai

(3)

Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari

berbagai sumber daya yang tersedia di setempat. Larutan MOL mengandung

unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi

sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agens

pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik

sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama

sebagai fungisida (Purwasasmita, 2009).

MOL yang mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga

mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik,

perangsang pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit

tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai pendekomposer, pupuk

hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida (Purwasasmita,

2009). MOL ini dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di

sekitar, seperti buah-buahan busuk, limbah sayuran, keong mas dan lain- lain.

MOL merupakan salah satu cara pengembangbiakan mikroorganisme yang

akan mampu mendegradasi bahan organik. Bahan pembuatan MOL ini adalah

antara lain tempe, tape, dan yoghurt. Mikroorganisme dasar dalam MOL ini

adalah Saccharomyces yang berasal dari ragi tape, Rhizopus dari ragi tempe dan

Lactobacillus dari yoghurt. Mikroorganisme ini mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut:

a. Sifat amilolitik, mikroorganisme yaitu Saccharomyces akan menghasilkan

enzim amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile

(4)

b. Sifat proteolitik, mikroorganisme yaitu Rhizopus akan mengeluarkan enzim

protease yang dapat merombak protein menjadi polipeptida, lalu menjadi

peptide sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2

c. Sifat lipolitik, mikroorganisme yaitu Lactobacillus akan menghasilkan enzim

lipase yang berperan dalam perombakan lemak (Ginting, 2009).

dan air.

2.2.2 Bahan MOL

Tiga bahan utama dalam larutan MOL adalah sebagai berikut: (1)

Karbohidrat; Bahan ini dibutuhkan bakteri/ mikroorganisme sebagai sumber

energi. Untuk menyediakan karbohidrat bagi mikroorganisme bisa diperoleh dari

air cucian beras, nasi bekas/ nasi basi, singkong, kentang, gandum, dedak/ bekatul

dll. (2) Glukosa; Bahan ini juga sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang

bersifat spontan (lebih mudah dimakan mereka). Glukosa bisa didapat dari gula

pasir, gula merah, molases, air gula, air kelapa, air nira dll. (3) Sumber Bakteri

(mikroorganisme lokal). Bahan yang mengandung banyak mikroorganisme yang

bermanfaat bagi tanaman antara lain buah-buahan busuk, sayur-sayuran busuk,

keong mas, nasi, rebung bambu, bonggol pisang, urine kelinci, pucuk daun labu,

tapai singkong dan buah maja. Biasaya dalam MOL tidak hanya mengandung 1

jenis mikroorganisme tetapi beberapa mikroorganisme diantaranya Rhizobium sp.,

Azospirillium sp., Azotobacter sp., Pseudomonas sp., Bacillus sp. dan bakteri

pelarut phospat(BP4K, 2011).

2.2.3 Jenis - Jenis MOL

Jenis-jenis mikroorganisme yang terdapat pada MOL adalah sebagai berikut :

(5)

Rhizopus sp. adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota

ordo Mucorales.Rhizopus sp. mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang

membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya adalah memliki hifa

coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dan Rhizopus sp. yang

juga disebut stolon menyebar diatas substatna karena aktivitas dari hifa vegetatif.

Rhizopus sp. bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak

sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh ke arah atas dan

mengandung ratusan spora. Sporangiofor ini dipisahkan dari hifa lainnya oleh

sebuah dinding seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya adalah

Rhizopusstonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi (Postlethwait dan

Hopson, 2006).

Kapang adalah salah satu golongan Rhizopus sp. yang sangat berperan

penting dalam proses pembuatan fermentasi tempe, dan memiliki kemampuan

dalam menghasilkan enzim β-glukosidase. Selama proses fermentasi kedelai

berlangsung menjadi tempe, isoflavon glukosidase dikonversi menjadi isoflavon

aglikon oleh enzim β-glukosidaseyang disekresikan oleh mikroorganisme. Enzim

ini selain terdapat di dalam kedelai juga diproduksi oleh mikroorganisme selama

proses fermentasi berlangsung dan mampu memecah komponen glukosida

menjadi aglikon dan gugus gula (Ewan,et al., 1992). Fermentasi bungkil kedelai

memakai Rhizopus sp. yang mampu meningkatkan kandungan protein kasar

bungkil kedelai dari 41% menjadi 55%. Asam amino sebesar 14,2% sehingga

diduga dapat dipakai untuk alternatif sebagai bahan pemicu pertumbuhan tanaman

(Handayani, 2007).

(6)

Menurut Lay dan Hastowo (1992), khamir mempunyai peranan penting

dalam pembuatan industri makanan. Banyak kegiatan khamir dalam makanan

yang dikehendaki untuk dimanfaatkan dalam pembuatan bir, anggur, roti, produk

makanan terfermentasi dan sebagai sumber potensial dari protein sel tunggaluntuk

fortifikasi makanan ternak. Seperti galur atau strain Sacchoromyces sp. yang

hingga saat ini paling banyak digunakan untuk keperluan tersebut. Ragi mampu

menghasikan enzim yang dapat mengubah subtrat menjadi bahan lain dengan

mendapatkan keuntungan berupa energi. Ragi untuk tape merupakan campuran

dari bermacam-macam organisme yang hidup bersama secara sinergetik, dimana

umumnya terdapat spesies-spesies dari genus Aspergillus yang dapat

menyederhanakan amilum, Saccharomyces sp., Candida sp., dan Hansenula sp.

yang dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik

lainnya serta bakteri (Acerobacter sp.) yang menumpang untuk mengubah alkohol

menjadi asam cuka (Dwidjoseputro, 1994).

2.3 Pengenalan Fungi Trichodermasp.

Trichoderma sp.merupakan salah satu fungi yang dapat dijadikan agen

biokontrol karena bersifat antagonis bagi fungi lainnya, terutama yang bersifat

patogen.Aktivitas antagonis yang dimaksud dapat meliputi persaingan,

parasitisme, predasi, atau pembentukan toksin seperti antibiotik.Untuk keperluan

bioteknologi, agen biokontrol ini dapat diisolasi dari Trichoderma dan digunakan

untuk menangani masalah kerusakan tanaman akibat patogen.Beberapa penyakit

tanaman sudah dapat dikendalikan dengan menggunakan fungi

(7)

membunuh patogen sehingga fungi ini sangat cocok digunakan dalam mengelola

lahan bekas pertambangan untuk kembali melestarikannya (Tjandrawati, 2003).

Mikroorganisme tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan

maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman.Tiga unsur hara penting bagi

tanaman yaitu nitrogen, fosfat, dan kalium seluruhnya melibatkan aktivitas

mikroorganisme.Mikroorganisme dapat melarutkan fosfat apabila unsur nitrogen

tercukupi.Unsur N harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya agar

tersedia bagi tanaman.Mikroorganisme penambat N ada yang bersimbiosis dan

ada pula yang hidup bebas (non–simbiotik).Mikroorganisme penambat N non–

simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. Mikroorganisme tanah lain

yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroorganisme pelarut

fosfat (P) dan kalium (K). Bahan organik banyak mengandung unsur P, namun

hanya sedikit atau tidak tersedia bagi tanaman. Unsur P yang terkandung di dalam

bahan organik akan dilepaskan oleh mikroorganisme pelarut fosfat dan

menyediakannya bagi tanaman. Jenis mikroorganisme yang mampu melarutkan P

antara lain Aspergillus sp., dan Penicillium sp. Mikroorganisme yang memiliki

kemampuan tinggi dalam melarutkan P umumnya juga memiliki kemampuan

yang tinggi dalam melarutkan K (Sumarsih, 2003).

Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan terungkap bahwa fungi

Penicillium, Rhizhopus, dan Fusarium memiliki potensi sebagai penghasil glukosa

oksidase dengan aktivitas yang cukup tinggi.Semakin banyak karbohidrat yang

dihasilkan dan tersedia di dalam tanah akan meningkatkan laju pertumbuhan

(8)

tanaman terutama pertambahan diameter batang akan meningkat (Firman dan

Arynantha, 2003).

Manfaat Trichoderma sp. antara lain menghasilkan sejumlah besar enzim

ekstraseluler glukanase dan kitinase yang dapat melarutkan dinding sel fungi

patogen serta menyerang dan menghancurkan propagul patogen yang ada di

sekitarnya. Trichoderma viridae menghasilkan 2 jenis antibiotik yaitu gliotoksin

dan viridian yang dapat melindungi tanaman bibit dari serangan penyakit rebah

kecambah (Rifai, 1969), aman bagi lingkungan, hewan maupun manusia karena

tidak menimbul residu bahan kimia, serta mampu merangsang pertumbuhan

tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman.Secara ekonomi, penggunaan

Trichoderma sp. lebih murah dibandingkan penggunaan pupuk kimia

(Amani, 2008).

Menurut Whitelauw,et al., (1999) dalam Tanjung (2013), mikroba pelarut

fosfat di dalam aktivitasnya akan membebaskan sejumlah asam-asam organik.

Tanaman dapat menyerap hara fosfat dalam bentuk ion H2PO4

Beberapa mikroorganisme seperti Fusarium sp., Aspergillus sp.,

Rhizopus sp., Trichoderma sp., Mucor sp., dan Bacillus sp. telah digunakan dalam . Hara fosfat

diperlukan dalam proses metabolisme tanaman antara lain untuk merangsang

pertumbuhan tanaman, perkembangan akar, pertumbuhan buah, pembelahan sel

(pertambahan diameter batang), memperkuat batang, dan meningkatkan ketahanan

terhadap rebah. Fungi merombak fosfor organik tanah gambut yang sukar larut

menjadi unsur hara fosfor yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan karet,

fosfor merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan tanaman dan

(9)

proses pengomposan.Mikroorganisme ini membantu menyediakan hara Nitrogen

(N), Fosfat (F) dan Kalium (K) di tanah secara cepat. Keadaan ini mampu

meningkatkan kualitas tanah sehingga kebutuhan nutrisi pada tanaman dapat

tersedia, sehingga mampu menjaga kestabilan kelembaban tanah, yang pada

akhirnya membantu akar dalam proses penyerapan unsur hara tanah denganlebih

cepat. Beberapa jamur yang biasa ditemukan di tanah diantaranya adalah

Penicillium sp., Trichoderma sp., Rhizhopus sp., Humicola sp., Fusarium sp.,

Phytophthora infestans., dan Aspergillus sp. Jamur tanah merupakan salah satu

mikroorganisme yang paling banyak ditemui di tanah. Kebanyakan jamur bersifat

patogen terhadap tanaman (Putri, 2006).

Fusarium sp.

Menurut Soesanto (2002) dalam Dewi (2014), jamur Fusarium sp. mampu

hidup pada suhu tanah antara 10- 240C, meskipun hal ini tergantung pula pada

isolat jamurnya.Menurut Semangun (1994) dalam Dewi (2014) menyatakan

bahwa miselium jamur ini bersekat terutama terdapat di dalam sel, khususnya di

dalam pembuluh kayu. Disamping itu jamur ini membentuk miselium yang

terdapat diantara sel-sel, yaitu dalam kulit dan di jaringan parenkim di dekat

tempat terjadinya infeksi.

Fusarium sp. sangat merugikan, karena jamur ini dapat menyebabkan

tumbuhan mengalami layu patologis yang berakhir dengan kematian (Sunarmi,

2010).Namun, Jamur Fusarium sp.dapat digunakan sebagai agen pengendali

gulma secara hayati karena dapat menimbulkan kerusakan pada gulma seperti

(10)

Daur hidup Fusarium sp.mengalami fase patogenesis dan saprogenesis.

Pada fase patogenesis, jamur hidup sebagai parasit pada tanaman inang. Apabila

tidak ada tanaman inang, patogen hidup di dalam tanah sebagai saprofit pada sisa

tanaman dan masuk fase saprogenesis, yang dapat menjadi sumber inokulum

untuk menimbulkan penyakit pada tanaman lain. Penyebaran propagul dapat

terjadi melalui angin, air tanah, serta tanah terinfeksi dan terbawa oleh alat

pertanian dan manusia (Agrios, 1996).

Aspergillus sp.

Aspergillus sp.danPenicillium sp.termasuk ke dalam golongan jamur

pelarut fosfat. Jamur pelarut fosfat dapat digunakan sebagai pupuk hayati atau

biofertilizer yang merupakan hasil dari rekayasa bioteknologi di bidang ilmu

tanah.Aspergillus sp.danPenicillium sp. mempunyai kemampuan melarutkan

senyawa-senyawa fosfat yang sukar larut menjadi bentuk yang tersedia

bagitanaman dengan cara menghasilkan asam-asam organik sehingga ketersediaan

P menjadi lebih cepat. Dengan memanfaatkan Aspergillus sp.dan Penicillium sp.

maka dapat dilihat dari kelompok jamur mana yang menunjukkan kemampuan

melarutkan fosfat yang lebih baik(Juli,et al., 2013).

Penicillium sp.

Fungi ini berperan dalam proses dekomposisi terutama dalam

mendekomposisikan serasah, memberikan unsur hara pada tanaman dan

membantu pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan penelitian Herman dan

Goenadi (1999) yang menyatakan bahwa mikroorganisme seperti Penicillium sp.,

(11)

perekat partikel tanah sehingga fungi ini dapat digunakan untuk meningkatkan

agregat–agregat tanah agar aerasi tanah menjadi lebih baik, sehingga pertumbuhan

tanaman juga akan lebih baik karena terdapat bahan organik bagi tanaman dari

hasil pendekomposisian fungi Penicillium sp.

Rhizopus sp.

Jamur Rhizopus merupakan salah satu kelompok mikroorganisme yang

telah dilaporkan dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap berbagai

penyakit, baik penyakit terbawa tanah maupun penyakit terbawa udara

(Hyakumachi & Kubota, 2003).Jamur Rhizopus merupakan salah satu faktor

biotik yang dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap penyakit.Jamur

rhizosfer membantu pertumbuhan tanaman melalui berbagai mekanisme seperti

peningkatan penyerapan nutrisi, sebagai kontrol biologi terhadap serangan

patogen, dan juga menghasilkan hormon pertumbuhan bagi tanaman.(Chanway,

1997).

2.4 Bahan Organik

Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik

kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa

humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi

dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada

didalamnya.Kandungan bahan organik (karbon organik) dalam tanah

mencerminkan kualitas tanah yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh

(12)

Bahan organik dalam tanah terstabilkan oleh berbagai proses yang

kompleks yang menghalangi dekomposisi termasuk selain karena kualitas

senyawa organik, kondisi tanah juga kondisi biologi mikroorganisma. Sifat

senyawa termasuk rekalsitran dari molekul organik yang tahan terhadap degradasi

oleh mikroorganisma dan enzim, stabilisasi secara kimia karena berbagai interaksi

molekul organik, kondensasi permukaan atau serapan, sehingga mengurangi

ketersediaan substrat molekul organik dan proteksi secara fisik dari substrat

organik oleh dekomposer karena oklusi substrat dalam agregat (Ekshmitt, 2005

dalam Supriyadi 2008).

Peningkatan bahan organik tanah dari tanah yang terdegradasi akan

meningkatkan hasil tanaman budidaya karena tiga mekanisme yaitu (1)

peningkatan kapasitas air tersedia, (2) peningkatan suplai unsur hara, dan (3)

peningkatan pada struktur tanah dan sifat fisik tanah lainnya

(Lal, 2006 dalam Supriyadi, 2008).

Secara umum, proses dekomposisi bahan organik meliputi tiga reaksi

utama, yaitu :

(1) Oksidasi enzimatik, yaitu proses oksidasi yang melibatkan mikrobia, hasil

utama berupa CO2, air dan energi/panas, seperti reaksi berikut :

(C, 4H) + O2 CO2 + 2H2

(2) Reaksi spesifik berupa mineralisasi dan/atau immobilisasi unsur hara

esensial, seperti N,P,S dan lain-lain,

O + energi

(3) Sintesis senyawa-senyawa turunan/baru dari senyawa resisten

(13)

2.5 Fungi perombak bahan organik

Fungi terdapat di setiap tempat terutama di darat dalam berbagai bentuk,

ukuran, dan warna.Pada umumnya mempunyai kemampuan yang lebih baik

dibanding bakteri dalam mengurai sisa-sisa tanaman (hemiselulosa, selulosa, dan

lignin).Umumnya mikroba yang mampu mendegradasi selulosa juga mampu

mendegradasi hemiselulosa (Alexander, 1977).

Sebagian besar fungi bersifat mikroskopis (hanya bisa dilihat dengan

memakai mikroskop); hanya kumpulan miselium atau spora yang dapat dilihat

dengan mata.Tetapi fungi dari kelas Basidiomycetes dapat diamati dengan mata

telanjang sehingga disebut makrofungi.Makrofungi menghasilkan spora dalam

bangunan yang berbentuk seperti payung, kuping, koral atau bola, bahkan

beberapa makrofungi tersebut sudah banyak dibudidayakan dan

dimakan.Pertumbuhan hifa dari fungi kelas Basidiomycetes dan Ascomycetes

(diameter hifa 5–20 µ m) lebih mudah menembus dinding sel-sel tubular yang

merupakan penyusun utama jaringan kayu.Pertumbuhan pucuk hifa maupun

miselium (kumpulan hifa) menyebabkan tekanan fisik dibarengi dengan

pengeluaran enzim yang melarutkan dinding sel jaringan kayu.Residu tanaman

terdiri atas kompleks polimer selulosa dan lignin (Eriksson,et al., 1989).

Perombakan komponen-komponen polimer pada tumbuhan erat kaitan-nya

dengan peranan enzim ekstraseluler yang dihasilkan. Beberapa enzim yangterlibat

dalam perombakan bahan organik antara lain adalah β- glukosidase, lignin

peroksidase (LiP), manganese peroksidase (MnP), dan lakase, selain kelompok

enzim reduktase yang merupakan peng-gabungan dari LiP dan MnP yaitu enzim

(14)

ostreatus, dan Bjekandera adusta. Selain mengurai bahan berkayu, sebagian besar

fungi menghasilkan zat yang bersifat racun sehingga dapat dipakai untuk

mengontrol pertumbuhan/perkembangan organisme pengganggu, seperti beberapa

strain Trichoderma harzianum yang merupakan salah satu anggota dari

Ascomycetes, bila kebutuhan C tidak tercukupi akan menghasilkan racun yang

dapat menggagalkan penetasan telur nematoda Meloidogyne javanica (penyebab

bengkak akar) sedangkan bila kebutuhan C tercukupi akan bersifat parasit pada

telur atau anakan nematoda tersebut. Residu tanaman mengandung sejumlah

senyawa organik larut dalam air, seperti asam amino, asam organik, dan gula yang

digunakan oleh mikroba untuk proses perombakan. Fungi dari kelas Zygomycetes

(Mucorales) sebagian besar sebagai pengurai amilum, protein, dan lemak, hanya

sebagian kecil yang mampu mengurai selulosa dan khitin.Beberapa Mucorales

seperti Mucor spp. dan Rhizopus spp. mengurai karbohidrat tingkat rendah

(monosakarida dan disakarida) yang dicirikan dengan perkecambahan spora,

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara penguasaan mata diklat produktif dan nilai praktik industri dengan hasil uji kompetensi keahlian

Proximal caries detection accuracy using intraoral bitewing radiography, extraoral bitewing radiography and panoramic radiography.. Comparison of proximal caries detection in

Departemen Agama RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strtegis Di Indonesia , (Jakarta: Direktur Pemberdayaan Wakaf, 2007).. Departemen

1) Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar, agar dengan

Upaya yang dilakukan pabrik agar pabrik dapat tetap beroperasi pada saat supply dari perkebunan karet rakyat merosot, adalah memasok kayu dari perkebunan

Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm Percikan dahak dari penderita TB Paru Tidak mencuci tangan setelah memasuki ruangan penderita TB Paru.. Sesak

Karena pihak Amerika Serikat siap dengan alasan-alasannya, bahwa jika persetujuan tersebut dianggap mengikat, bukan dapat diartikan juga untuk